Infeksi Chlamydia Trachomatis

(1)

I N FEKSI CHLAMYDI A TRACHOMATI S

Dr. N ELVA KARMI LA

Fa k u la s Ke dok t or a n Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a PEN DAHULUAN

I nfeksi Chlam idya t rachom at is pada banyak negara m erupakan penyebab ut am a infeksi yang dit ularkan m elalui hubungan seksual. Laporan WHO t ahun 1995 m enunj ukkan bahwa infeksi oleh C. t rachom at is diperkirakan 89 j ut a orang. Di I ndonesia sendiri sam pai saat ini belum ada angka yang past i m engenai infeksi C. t r achom at is.1

C. t rachom at is m erupakan penyebab Uret rit is Non Spesifik ( UNS) t erbanyak dibanding dengan organism e lain. Dari berbagai st udi dilaporkan bahwa 30 - 60 % dari pender it a UNS dapat diisolasi C. t r achom at is, selanj ut nya 4 - 43 % dari pria penderit a gonore dan 0 - 7 % dari pria dengan uret rit is asim t om at ik.2

Dalam bidang penyakit m enular seksual ( PMS) C. t rachom at is dapat m erupakan penyebab uret rit is, servisit is, endom et rit is, salpingit is, perihepat it is, epididim it is, lim fogranulom a venerium dan set erusnya.1.3

Angka t ransm isi seksual C. t rachom at is sering m elebihi 20 % pada wanit a m uda. Hut apea NO ( 1992) m elaporkan penularan t erhadap m it ra seksual 38 pria UNS dengan posit if Chlam ydia t erj adi pada 17 wanit a ( 45 % ) .3

Diperkirakan 25 - 50 % infeksi C. t rachom at is bersifat asim t om at ik, t erut am a pada w anit a ( 80 % ) , ak an t et api C. t r achom at is mem punyai peranan pent ing pada servisit is m ukopurulen dan infeksi radang panggul ( PI D) . Di Am erika 25 - 50 % kasus PI D oleh karena C. t rachom at is dan m eliput i 5 - 8 % wanit a m uda yang dat ang ke beberapa klinik m at ernit as dan m erupakan karier C. t rachom at is.1

I nfeksi C. t rachom at is sam pai saat ini m asih m erupakan problem at ik karena keluhan ringan, kesukaran fasilit as diagnost ik, m udah m enj adi kronis dan residif, dan m ungkin m enyebabkan kom plikasi yang serius sepert i infert ilit as dan keham ilan ekt opik. Selain it u bayi yang lahir dari ibu yang t erinfeksi m em punyai resiko unt uk m enderit a konj ungt ivit is dan at au pneum onia.4.5

Mengingat t ingginya angka kej adian infeksi C. t rachom at is baik secara t unggal at aupun bersam aan dengan PMS lain, sert a dam pak dari kom plikasinya m aka perlu diberikan perhat ian yang besar dalam hal diagnosis dan pengobat annya.

BI OLOGI CHLAMYDI A

Dalam hal t aksonom i C. t rachom at is t erm asuk dalam ordo chlam ydiales, fam ili chlam ydia ceae, genus chlam ydia. Spesiesnya adalah Chlam ydia t rachom at is, Chlam ydia psit t aci, Chalm ydia pneum onia dan Chlam ydia pecorum .6.7.8

Species C. t rachom at is m em punyai 515 serovar, dim ana serovar A,B dan C m enyebabkan t archom a, serovar D sam pai K m enyebabkan infeksi genit al, serovar L1 sam pai L3 m enyebabkan lim fogranulom a venereum ( LGV) . 6.7

Chlam ydia m erupakan bakt eri obligat int raselular, hanya dapat berkem bang biak didalam sel eukariot hidup dengan m em bent uk sem acam koloni at au m ikrokoloni yang disebut Badan I nklusi ( BI ) . Chlam ydia m em belah secara benary fision dalam badan int rasit oplasm a. C. t rachom at is berbeda dari kebanyakkan bakt eri karena berkem bang m engikut i suat u siklus pert um buhan yang unik dalam dua bent uk yang berbeda, yait u berupa Badan I nisial. Badan Elem ent er ( BE) dan Badan Ret ikulat ( BR) at au Badan I nisial. Badan elem ent er ukurannya lebih kecil (

±

300 nm ) t erlet ak ekst raselular dan


(2)

m erupakan bent uk yang infeksius, sedangkan badan ret ikulat lebih besar (

±

1 um ) t erlet ak int raselular dan t idak infeksius.6.7

Ant igen pada perm ukaan chlam ydia dapat diklasifikasikan sebagai Lipopolisakharida ( LPS) dan Maj or Out er Mem brane Prot ein ( MOMP) yang m erupakan ant igen spesifik Chlam ydia.8

Heat Shock Pr ot ein ( HSP) y ang t er k ode secar a genet ik ber hubungan dengan respon im unopat hologik. Nam un sam pai sekarang belum j elas apakah respon ant i bodi t erhadap CHSP 60 m em ang t erlibat dalam im unopat ologik chlam ydia at au sem at a- m at a sebagai pet anda infeksi chlam ydial yang persint en.8

GAMBARAN KLI NI K

Manifest asi k linis infek si C. t r achom at is ser ov ar D- K dalam beberapa hal m irip dengan infeksi N. gonorrhoeae. I nfeksi genit al oleh chlam ydia lebih lebih sering pada orang- orang m uda akt if seksual. Pada laki- laki, uret rit is m erupakan m anifest asi klinis yang paling sering, sedangkan pada w anit a adalah servisit is, endom et rit is dan salfingit is, disam ping dapat j uga t erj adi gej ala uret rit is.5

I nfek si pada Pria

- Uret rit is

I nfeksi di uret ra m erupakan m anifest asi prim er infeksi chlam ydia. Masa inkubasi unt uk uret rit is yang disebabkan oleh C. t rachom at is bervariasi dari sekit ar 1 - 3 minggu.1.5

Pasien dengan chlam ydia uret rit is m engeluh adanya duh t ubuh yang j ernih dan nyeri pada wakt u buang air kecil ( dysuria) . I nfeksi uret ra oleh karena chlam ydia ini dapat j uga t erj adi asim t om at ik.1.5.7

Diagnosis uret rit is pada pria dapat dit egakkan dengan pem eriksaan pewarnaan Gram at au biru m et hylene dari sedian apus uret ra. Bila j um lah lekosit PMN m elebihi 5 pada pem besaran 1000 x m erupakan indikasi uret rit is. Perlu diket ahui bahwa sam pai 25 % pria yang m enderit a gonore, disert a infeksi chlam ydia. Bila uret rit is karena chlam ydia t idak diobat i sem purna, infeksi dapat m enj alar ke uret ra post erio dan m enyebabkan epididim it is dan m ungkin prost at it is.1.5.6.7

- Prokt it is

C. t rachom at is dapat m enyebabkan prokt it is t erut am a pada pria hom oseks. Keluhan penderit a ringan dim ana dapat dit em ukan cairan m ukus dari rekt um dan t anda- t anda irit asi, berupa nyeri pada rekt um dan perdarahan. 5.7

- Epididim it is

Sering kali disebabkan oleh C. t rachom at is, yang dapat diisolasi dari uret ra at au dari aspirasi epididim is. Dari hasil penelit ian t erakhir m engat akan bahwa C. t rachom at is m erupakan penyebab ut am a epididim it is pada pria kurang dari 35 t ahun ( sekit ar 70 - 90 % ) .5.6

Secara klinis, chlam ydial epididim it is dij um pai berupa nyeri dan pem bengkakan scrot um yang unilat eral dan biasanya berhubungan dengan chlam ydial uret rit is , walaupun uret rit isnya asim pt om at ik.7

- Pr ost a t it is

Set engah dari pria dengan prost at it is, sebelum nya dim ulai dengan gonore at au ur et r it is non gonor e. I nfeksi C. t r achom at is pada pr ost at dan epididim is pada um um nya m erupakan penyebab infert ilit as pada pria.5.6

- Sin dr om a Re it e r

Suat u sindrom a yang t erdiri dari t iga gej ala yait u : art rit is, uret rit is dan konj ungt ivit is, yang dikait kan dengan infeksi genit al oleh C. t rachom at is. Hal ini disokong dengan dit em ukannya “ Badan Elem ent er” dari C. t rachom at is pada sendi penderit a dengan m enggunakan t eknik Direct I m m unofluerescence.9


(3)

I nfe k si pa da W a nit a

Sekit ar set engah dar i w anit a dengan infeksi C. t r achom at is di daer ah genit al dit andai dengan bert am bahnya duh t ubuh vagina dan at au nyeri pada w akt u buang air kecil, sedangkan yang lainnya t idak ada keluhan yang j elas. Pada penyelidikan pada wanit a usia reprodukt if yang dat ang ke klinik dengan gej ala - gej ala infeksi t rakt us urinarius 10 % dit em ukan carier C. t rachom at is.5.6

Fakt or r esiko infeksi C. t r achom at is pada w anit a adalah : 10 - Usia m uda, kurang dari 25 t ahun

- Mit ra seksual dengan uret rit is - Mult i m it ra seksual

- Swab endoserviks yang m enim bulkan perdarahan - Adanya sekret endoserviks yang m ukopurulen

- Mem akai kont ra sepsi “ non barier” at au t anpa kont rasepsi. - Se r visit is

Chlam ydia t rachom at is m enyerang epit el silindris m ukosa serviks. Tidak ada gej ala - gej ala yang khas m em bedakan servisit is karena C. t rachom at is dan servisit is karena organism e lain. Pada pem eriksaan dij um pai duh t ubuh yang m ukopurulen dan serviks yang ekt opi.5.7.9

Pada penelit ian yang m enghubungkan servisit is dengan ekt opi serviks, prevalerisi servisit is yang disebabkan C. t rachom at is lebih banyak dit em ukan pada penderit a yang m enunj ukkan ekt opi serviks dibandingkan yang t idak ekt opi. Penggunaan kont rasepsi oral dapat m enam bah resiko infeksi chlam ydia t rachom at is pada serviks, oleh karena kont rasepsi oral dapat m enyebabkan ekt opi serviks.7

- Endom e t r it is

Servisit is oleh karena infeksi C. t rachom at is dapat m eluas ke endom et rium sehingga t erj adi endom et rit is. Tanda dari endom et rit is ant ara lain m enorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada pem eriksaan laborat orium , chlam ydia dapat dit em ukan pada aspirat endom et rium .5.7

- Salfingit is ( PI D)

Salfingit is t erj adi oleh karena penj alaran infeksi secara ascenden sehingga infeksi sam pai ke t uba dan m enyebabkan kerusakan pada t uba ( t erj adi t uba scarring) . Hal ini dapat m enyebabkan infert ilit as dan keham ilan ekt opik. 6.10

- Pe r ih e pa t it is ( Fit z - H ugh - Cu r t is Sy n dr om e )

I nfeksi C. t rachom at is dapat m eluas dari serviks m elalui endom et rium ke t uba dan kem udian parakolikal m enuj u ke diafragm a kanan. Beberapa dari penyebaran ini m enyerang perm ukaan ant erior liver dan perit oneum yang berdekan sehingga m enim bulkan perihepat it is. Parenchym hat i t idak diserang sehingga t es fungsi hat i biasanya norm al.5

BERBAGAI METODE UN TUK PEMERI KSAAN CHLAMYDI A TRACHOMATI S

Unt uk m enunj ukkan adanya infeksi genit al oleh C. t rachom at is bahan pem eriksaan harus diam bil uret ra at au serviks dengan m enggunakan swab kapas dengan t angkai m et al. Pada w anit a C. t rachom at is lebih sering dapat diisolasi di serviks dari pada uret ra.

I . Bia k a n

Sam pai t ahun 1980- an diagnosis infeksi C. t rachom at is t erut am a berdasarkan pada isolasi organism a dalam biakan sel j aringan. 4.11

I ni m erupakan m et ode t radisional unt uk diagnosis laborat orium dan t et ap sebagai m et ode pilihan unt uk spesim en m edikolegal dim ana sensit ifit as diperkirakan 80- 90 %


(4)

dan spesit asny a 100 % . Yang dapat digunak an adalah sel- sel Mc. Coy y ait u sel- sel y ait u sel- sel fibroblas t ikus ( L- cells) .11.12

Biakan sel dapat j uga digunakan m encari bahan inklusi Chlam ydia dengan bant uan grup spesifik fluorescein - labelled ant ibodi m onoklonal t erhadap C. t rachom at is. Prosedur ini m em b ut uhkan m ikroskop fluorescens.2.5

I I . Pem erik sa a n M ik rosk opik

Pem eriksaan dalam gelas obj ek diwarnai dengan pewarnaan giem sa at au larut an j odium dan diperiksa dengan m ikroskop cahaya biasa. Pada pewarnaan Giem sa, Badan I nklusi ( BI ) t erdapat int ra sit oplasm a sel epit el akan nam pak warna ungu t ua, sedangkan dengan pew ar naan yodium akan t er lihat ber w ar na coklat .

Jika dibanding dengan cara kult ur, pem eriksaan m ikrosopik langsung ini sensit ifit asnya rendah dan t idak dianj urkan pada infeksi asim t om at ik.13

I I I . D e t e k si An t ige n La n gsu n g

Dikenal 2 cara pem eriksaan ant igen yait u :

1 . D ir e ct Flu or e sce n t An t ibody ( D FA)

Cara ini m erupakan t est non- kult ur pert am a dim ana C. t rachom at is dapat dit em ukan secara langsung dengan m et ode m onoklonal ant ibodi yang dilabel dengan fluorescein. Dengan t eknik ini Chlam ydia bebas ekst raseluler yang disebut badan elem ent er ( BE) dapat dit em ukan. Kadang- kadang j uga dapat dit em ukan badan inklusi int rasit oplasm ik. Cara ini t idak dapat m em bedakan ant ara organism e m at i at au hidup, t et api keunt ungannya t idak m em but uhkan biakan sel j aringan dan hasilnya dapat diket ahui dalam 30 m enit .5.14

2 . En z y m I m m u n o Assa y ( EI A)

Bany ak t es- t es yang t ersedia saat ini m enggunakan t eknik ini. Tidak sepert i DFA, EI A bersifat sem iaut om at ik dan sesuai digunakan unt uk m em proses spesim en dalam j um lah besar.9

I V. Serologik

Tes serologik t idak digunakan secara rut in dan luas unt uk diagnosi infeksi t rakt us genit alis chlam ydial kecuali unt uk LGV, oleh karena dij um pai prevalensi ant ibodi pada populasi seksual akt if yang m em punyai resiko t inggi t erhadap infeksi C. t rachom at is, yait u berkisar 45 - 60 % dari individu yang diperiksa.7.9

Walupun t idak selalu dij um pai pada set iap kasus infeksi genit al t anpa kom plikasi, ant ibodi t erhadap C. t rachom at is biasanya t im bul set elah infeksi dan dapat m enet ap selam a bert ahun- t ahun. Respon I g M dapat dilihat pada infeksi episode pert am a.9

Berbagai t eknik serologik diaplikasikan unt uk m em pelaj ari infeksi clam ydial ant ara lain :

1 . Com ple m e n t Fix a t ion ( CFT)

CFT m enggunakan ant igen “ group” chlam ydia unt uk m endet eksi serum ant ibodi t erhadap sem ua anggot a genus ini.14

Konsekw ensinya, det eksi ant ibodit erhadap ant igen lipopolysacharida chlam ydial t idak dapat m em bedakan ant ar a infeksi C. t r achom at is dengan C. psit t aci dan j uga t idak cukup sensit if unt uk det eksi ant ibodi t erhadap C. pneum onia.

2 . M icr oim m u n oflu or e sce n ce ( M I F)

MI F m enggunakan ant igen chlam ydial purifikasi t ert ent u yang dit em pat kan diat as slide kaca ber eaksi dengan ser um pender it a. Test ini sensit if dan spesifik, dima na pada sebagian besar kasus dapat m em berikan inform asi m engenai serot ype infeksi C. t r achom at is. 11.14


(5)

Selain di serum , ant ibodi dapat j uga dit em ukan pada sekresi lokal t ubuh lainnya sepert i air m at a dan sekresi genit al. Ant ibodi C. t rachom at is dapat diklasifikasikan m enurut I g ( I g M, I g G dan I g A) dengan t eknik ini.5,11

Respon I g M m erupakan ciri infeksi akut dan t erut am a digunakan dalam diagnosis infant chlam ydial pneum onia.l5

Hasil serologik chlam ydial biasanya diint erprest asikan sebagai berikut :

·

I nfeksi akut ; t it er I g M > l ; 8 dan/ at au peningkat an 4 kali lipat at au lebih, at au penurunan t it er I g G.

·

I nfeksi kronik ; t it er I g G t et ap t inggi > l : 256. l5

V. Te st D N A Ch la m ydia

1 . DN A H ibridisa si ( DN A Probe)

Test ini sensit ifit asnya kurang dibandingkan m et ode kult ur yait u 75- 80% dan spesifit as lebih dari 99 % .11

2 . N ucle ic Acid Am plifica t ion.

Teknik am plifikasi nukleat yang t erbanyak dipakai yait u : Polym erase Chain React ion ( PCR) dan Ligase Chain React ion ( LCR) . Test ini m em iliki sensit ifit as dan spesifisit as t inggi, dan dapat m enggunakan non- invasif spesim en sepert i urine unt uk m enskrining infeksi asim t om at ik pada wanit a m aupun pria.4

DI AGNOSI S

Diagnosis infksi C. t rachom at is dit egakkan berdasarkan anam nesis, gam baran klinik dan pem eriksaan laborat orium . 7,13

Pem eriksaan laborat orium m erupakan dasar dalam m enegakkan diagnosis. Pada pem eriksaan laborat orium , infeksi C. t rachom at is pada genit al dit egakkan bila dij um pai suat u t es chlam ydial yang posit if, sert a t idak dij um pai kum an penyebab spesifik. Unt uk laborat orium dengan fasilit as yang t erbat as, sebagai pedom an infeksi C. t rachom at is pada pria m em beri gej ala berupa sekret uret ra seropurulen/ m ukopurulen sert a dit em ukan sel PMN > 5 I pb dan t idak dit em ukan diplokok negat if Gram int ra/ ekst ra sel pada pem er iksaan sediaan apus sekr et ur et r a. Sedangkan pada w anit a adanya sekr et serviks sero/ m ukopurulen dan sel PMN > 30 I pb sert a t idak dit em ukan kum an diplokok Gram negat if int ra/ ekst raseluler pada sediaan apus at au T. vaginalis.l,9

PENGOBATAN

Pent ing unt uk dij elaskan pada pasien dengan infeksi genit al oleh C. t rachom at is, m engenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Cont act t racing ( pem eriksaan dan pengobat an part ner seksual) diperlukan unt uk keberhasilan pengobat an. 5.7

Unt uk pengobat an, Tet rasiklin adalah ant ibodi pilihan yang sudah digunakan sej ak lam a unt uk infeksi genit alia yang disebabkan oleh C.t rachom at is. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 m g/ h selam a 7 hari at au 4 x 250 m g/ hari selam a 14 hari.

Analog dari t et ra siklin sepert i doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 m g/ h selam a 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianj urkan dan m erupakan drug of choice karena cara pem akaiannya yang lebih m udah dan dosisnya lebih kecil.l,7

Azit hrom isin m erupakan suat u t erobosan baru dalam pengobat an m asa sekarang. Diberikan dengan dosis t unggal l gram sekali m inum . 7,13

Regim en alt ernat if dapat diberikan :

- Eryt hrom ycin 4 x 500 m g/ hari selam a 7 hari at au 4 x 250 m g/ hari selam a l4 hari.

- Ofloxacin 2 x 300 m g/ hari selam a 7 hari Regim en unt uk wanit a ham il ;


(6)

- Eryt hrom ycin base 4 x 500 m g/ hari selam a 7 hari

KESI MPULAN

Chlam ydia Trachom at is m erupakan penyebab infeksi genit al non spesifik yang t erbanyak sekarang ini dibandingkan dengan organism a lain, baik di negara m aj u m aupun negara berkem bang. Diperlukan indent ifikasi/ diagnosis dini dan pengobat an yang cepat dan t epat dalam usaha m em ut us m at a rant ai penularan dalam m asyarakat dan m encegah sequele j angka panj ang.

KEPUSTAKAAN

1. Daili SF. Penat alaksaan I nfeksi Chlam ydia Trachom at is Genit al. Dalam im posium Prakonas PERDOSKI I X PMS Surabaya 1999 : 18 - 21.

2. Hut apea NO, Ram si RR. Uret rit is Non Gonore. Dalam : Penyakit yang dit ularkan Melalui Hubungan Seksual. FK - USU, Medan 1993 : 47 - 9.

3. Hut apea NO, Tarigan J. I nfeksi Chlam ydia di ant ara Mit ra Seksual. Dalam : Kum pulan Makalah I lm iah Konas VI I PERDOSKI , Bukit Tinggi 1992 : 171 - 9

4. Ham m erschlag MR. New Diagnost ic Met hods for Chlam ydial I nfect ion. I n : Medscape Wom ens Healt h 4 ( 5) . 1999.

5. Yudarsono J. I nfeksi Chlamydia pada Genit alia. Dalam : Kursus Penyegar Penyakit Seksual. PADVI , Bali 1987.

6. Harris JRW. Fost er SM. Genit al Chlam ydial I nfect ion ; Clinical Aspect s, Diagnosis, Treat m ent and Prevent ion. I n : Sexually Transm it t ed Diseases and AI DS, New York : Churcill Livingst one 1991 : 219 - 44.

7. Adim ora AA. Ham ilt on H. Holm es KK, Sparking PF. Chlam ydia Trachom at is I nfect ion I n t he Adult . I n : Sexually Tr ansm it t ed Diseases, 2nd

8. Peeling RW. Brunham RC : Chlam ydia as Pat hogens : New Species and New I ssues. Medsc ape I nc. 1999.

9. St am m WE : Chlam ydia Trachom at is I nfect ions in t he Adult . I n : Holm es KK et al. Sexually Transm it t ed Diseases 3 rd ed. Mc Graw Hill l999 : 407- 22.

l0. Munday, P. Pelvic I nflam m at ory Disease in Medicine I nt ernat ional Journal, l996. Vol. l0 ( 36) : 3,44 - 49.

11.Mardh PA, Jorm a P, Puolakkinen M, Diagnosis of Chlam ydial I nfect ions I n : Chlam ydia. New York : Plenum Publishing Co l989 : 71 - 99.

12.Cent r e for Disease Cont r ol, C. t r ahom at is I nfect ion. Policy Guidelines for Pr event ion and Cont r ol. MMWR l985, 34 ( Suppl) : 535 - 745.

l3. Daili SF, Makes WI B, Zubier F, Yudarsono J. Pem eriksaan Bakt eriologik dan Serologik PMS dan I nfeksi Non Spesifik. Dalam : Penyakit Menular Seksual. Jakart a : Balai Pener bit FK- UI l997 : 21 - B.

l4. Mor se AS, Mor eland AA, Thom as SE, I nfect ion Caused by Chlam ydia t r achom at is, I n ; At las of Sexually Transm it t ed Diseases Philadelpia : JB Lippincot t l990.

l5. Spencer RC. Laborat ory Diagnosis of STDs. in : Medicine I nt ernat ional l996 : l0 ( 36) : l - 7.


(7)

KERATOAKANTO M A PEN DAHULUAN

Kerat oakant om a adalah suat u t um or j inak kulit yang sering dij um pai dan dinyakini berasal dari folikul ram but .1 Tum or epit el ini bersifat dapat sem buh sendiri ( selft - lim it ed) dengan gam baran klinis dan pat ologi yang m enyerupai sinom a sel skuam osa.2

Gam baran m orfologik dan sipat t um or ini pert am a kali dikem ukakan oleh Mac Gorm ac dan Scarff pada t ahun 1936 yang m enyebut nya sebagai “ Molluskum Sebaceum ” . I st ilah kerat oakant om a sendiri dikem ukakan oleh Freudent hal dan sam pai ini dipakai secara luas.1.2

Sebagian besar kerat oakant om a dij um pai solit er, walaupun kadang-kadangdapat pula dij um pai lesi yang m ult ipel. Tum or ini lebih sering dij um pai pada pria dibanding wanit a dan kebanyakan t im bul pada usia pert engahan at au lebih lanj ut .4

Paparan sinar m at ahari diduga m em egang peranan pent ing didalam perkem bangan kerat oakant om a. Hal ini sesuai dengan lokalisasi yang t erbanyak yait u pada daerah yang t erpapar sinar m at ahari, t erut am a daerah w aj ah dan lengan.4

Walaupun sebagian besar kerat oakant om a dapat m engalam i regresi spont an, t um or ini dapat diobat i secara pem bedahan at aupun dengan obat - obat an.5

SENONI M

Moluscum Sebaceum , Moluscum Pseudocarsinom at osum , Self - Healing prim ary squam ous carsinom a, verrucom e, t um or- lik e k er at osis, idiopat hic cut aneous pseudoepit heliom at ous hyperplasia.1.6

DEFI NI SI

Kerat oakant om a adalah t um or kulit yang t erdiri dari sel- sel skuam osa yang m engalam i karat inisasi, berasal dari folikel pilosebaseus dan m engalam i resolusi spont an j ika t idak diobat i.7

EPI DEMI OLOGI

Kerat oakant om a m erupakan neoplasm a kulit yang sering dij um pai, nam un inform asi akurat m engenai insiden yang sebenarnya belum diperoleh.1

Pada ras kulit put ih cendrung t erdapat sekit ar sepert iga dari j um lah karsinom a sel skuam osa. Tum or ini j arang dij um pai pada ras kulit hit am .7

Pria dikenai sekit ar t iga kali lebih sering dibanding wanit a.7 Tum or ini tim bul t erut am a pada usia ant ara 60 sam pai 65 t ahun, dan walaupun pernah dij um pai pada bayi, j arang dij um pai pada usia di bawah 20 t ahun.1

ETI OLOGI

Dat a epidem iologi m enunj ukan insiden berkait an dengan paparan sinar m at ahari dan lokalisasi t um or t erut am a pada daerah kepala dan ekst rem it as at as m endukung hal ini.7

Belisario m enyat akan bahwa pengaruh sinar m at ahari m em egang peranan besar t er ut am a pada t ipe solit er .6

Bahan- bahan kim ia karsinogenik sepert i t er disebut dapat m enim bulkan k er at oak ant om a pada ber bagai penelit ian dengan hew an per cobaan. Secar a st at ist ik t erdapat insiden lebih t inggi dari t um or ini pada perokok dibanding individu yang t idak m erokok.1

Hal lain yang diduga sebagai penyebab t im bulnya karat oakant om a yait u infeksi bakt eri, virus dan fakt or genet ik.1.7

Tim bulnya kerat oakant om a j uga dikait kan dengan im unosupresi. Pada penderit a im onusupresi sepert i t ransplant asi ginj al, leukem ia disebut kan m em punyai


(8)

kecenderungan berkem bangnya kerat oakant om a m ult ipel. Pem berian obat - obat im unosupresif disebut kan bukan hanya dapat m em predisposisi t im bulnya kerat oakant om a t et api j uga m enyebabkan t ranform asi kerat oakant om a m enj adi karsinom a sel skuam osa agresif.8

GAMBARAN KLI NI S

Kerat oakant om a t im bul dim ulai dengan lesi bent uk papular yang kecil, padat , m erah, berbent uk kubah, m enyerupai m oluskum kont agiosum .2.5.7 Lesi ini m em besar secara cepat dan m encapai ukuran m aksim al berdiam et er 1 sam pai 2 cm dalam wakt u 4 sam pai 8 m inggu. Lesi yang berkem bang senpurna m em bent uk kawah berisi sum bat an kerat in dan sering kali dit ut upi krust a. Kadang- kadang dij um pai t elangiekt asia pada lesi. Epiderm is diat as nodul berkilat dan licin, biasanya berwarna kulit norm al, t et api kadang- k adang dapat er it em at osa.3.6.7 Regr esi t er j adi secar a spont an sekit ar 6 sam pai 8 m inggu set elan onset dan involusi sem purna dalam wakt u 4 sam pai 6 bulan, dapat t anpa j aringan parut nam un sering t erj adi parut yang m encekung.3.5 Thom son dalam penelit iannya m endapat kan wakt u regresi rat a- rat a dari 48 kasus kerat oakant om a adalah 17 m inggu.6

Sebagian besar kerat oakant om a t im bul pada kulit beram but yang t erpapar. Ham pr sekit ar 74 % lesi t erdapat diwaj ah dan leher, 17 % t im bul dipunggung t angan at au lengan baw ah dan selebihnya pada berbagai bagian t ubuh yang lain sepert i badan, bahu, paha, bokong dan area anogenit al.1.7

Baer dan Kopf m engklasifikasi kerat oakant om a at as 3 t ipe yait u :6 1. Ker at oakant om a solit er

2. Kerat oakant om a m ult ipel 3. Kerat oakant om a erupt if.

Ad.2 . Ke r a t oa k a n t om a M u lt ipe l

Tipe ini sering disebut sebagai m ult ipel self - healing kerat oakant om a ( t ipe Ferguson Sm it h) . Lesi- lesi ini ident ik secara klinis dan hist ologik dengan t ipe solit er. Dapat t im bul dalam j um lah bervariasi , t et api um u m nya hanya sekit ar 3sam pai 10 lesi pada suat u lokasi, paling sering dij um pai pada waj ah, badan dan genit alia. Biasanya t im bul pada wakt u rem aj a dan akan m engalam i involusi secara spont an.6

Ad.3 Ke r a t oa k a n t om a Er u pt if

Tipe ini dit andai dengan erupsi generalisat a dari rat usan papula berbent uk kubah, berdiam et er 1- 3 m m , warna kulit , yang berasal dari folikel ram but .6

HI STOPATOLOGI K

Gam baran hist opat ologik kerat oakant om a dan karsinom a sel skuam osa deraj at rendah seringkali am at m irip sehingga sulit m em buat diagnosis past i hany a berdasarkan gam baran hist opat ologik sem at a.6

Biopsi para sent ral yang harus m engikut sert akan seluruh luas dan dalam lesi m erupakan cara pilihan unt uk biopsi.2

Bagian t engah lesi m enunj ukkan kawah yang berisi kerat in eosinofilik. Di sekeliling kawah t am pak dibent uk oleh invaginasi epiderm is, berupa pinggir epit el yang m eluas ke sekeliling kawah. Pada dasar dan sisi kawah,t erdapat akan t osis dalam bent uk pseudoepit eliom a hiperplasia. Sel- sel epiderm al t erdifferensiasi baik dan ukurannya lebih besar dan pucat dibanding dengan sel- sel epiderm al perm ukaan, sert a m em iliki sit oplasm a eosinoflik. Di luar proliferasi ini sering dij um pai infit rasi lim fosit yang p ad at .2.6

Kerat oakant om a diyakini berasal dari proliferasi epit el kelenj ar ram but , dan evolusi dan regresi t um or ini dipikirkan berkait an dengan siklus ram but .


(9)

Kerat oakan dibedakan dari karsinom a sel skuam osa dari pert um buhannya yang lebih cepat k adang- kadang tum buh sem purna dalam 2 m inggu) dan khas m em iliki inti sent ral berisi karat in yang biasanya t idak dij um pai pada karsinom a sel skuanosa.6 Sm oller dkk m enggunakan pola pewarnaan im unohist okim ia involukrin dan prot ein kerat in unt uk m em bedakan kerat oakant om a dan karsinom a sel skuam osa.2.6.8

Selain it u kerat oakant om a harus dibedakan dari kerat osis seboroika, cut aneus horn, kist a epiderm oid, pseudoepit heliom a hiperplasia, prurigo nodularis, veruka vulgaris dan liken planus hipert ropik.6.8

Kerat oakant om a erupt if harus dibedakan dari pit iriasis rubra pilaris, Sklerom m yxedem a, liken am iloidosis dan penyakit Kyrle. Perlu dilakukan pem eriksaan beberapa lesi popula sam pai dit em ukan gam baran kerat oakant om a yang j elas.6

PEN GOBATAN

Walaupun kerat oakant om a m engalam in involusi spont an t et api t idak bisa diprediksi berapa lam a lesi akan m enghilang. Met ode pilihan unt uk kerat oakant om a adalah eksisi sederhana yang kom plit .1.6 Mohs chem osurgery t elah dipert im bangkan pula unt uk kerat oakant om a yang rekuren at au lesi yang agresif.1 Hasil akhir dari lesi-lesi yang dieksisi seringkali secara kosm et ik lebih baik dibanding hasil regresi spont an.1.9 Met ode yang lain yait u kur et ase dengan elekt r odesikasi unt uk lesi- lesi yang kecil dan inj eksi int ralesi 5 fluorourasil ( 5- FU) unt uk lesi yang lebih besar dan pada lokasi yang sulit .2.5.6

Podophyllum resin yait u podophyllum ( 20 % ) dalam cam puran t inct ure benzoin at au alkohol dapat digunakan unt uk pengobat an kerat oakant om a. Krust a pada bagian sent ral dihilangkan dan diholeskan obat t ersebut dengan lidi kapas. Ulangi pengobat an set iap 2 m inggu sam pai lesi m enghilang.5.6

Ham pir sem ua pengobat an kerat oakant om a erupt if m em berikan hasil yang kurang m em uaskan. Vit am in A t opikal ( Asam ret inoid) dan kort ikost eroid t idak ber m anfaat . Met hot r exat m enunj ukkan r espon yang ber var iasi. Topikal 5- Flurourasil m ungkin cukup efekt if. Got t e m encoba m engobat i sem ua pasiennya dengan krim 5- FU 5 % dan lesi m engalam i involusi sem purna dalam 1- 6 m inggu.6 Selain it u perna dicoba pengobat an dengan ret inoid oral ( et ret inat e / isot ret inoir) 1 m g/ kg/ hari selam a 8 m inggu dan selanj ut nya dit urunkan secara perlahan- lahan. Dosis pem eliharaan yait u 0,5 - 0,75 m g/ kg selang sehari diperlukan unt uk m em pert ahankan supresi lesi dan rekurensi.1.6

Radiot erapi j uga t elah digunakan unt uk giant kerat oakant om a bila eksisi at au m et ode elekt rosurgikal t idak m ungkin dilakukan. Penderit a ini diobat i dengan cara yang sam a sepert i penanganan karsinom a sel skuam osa. Farina dkk m elaporkan 5 kasus yang dioabat i m enggunakan 5000 rads selam a 15 - 20 hari dengan sem ua kasus m em berikan hasil yang m em uaskan.6

Pem ilihan pengobat an unt uk kerat oakant om a t et ap harus disesuaikan pada t iap- t iap kasus, t et api eksisi t ot al t et ap m erupakan m et ode pilihan dim ana bisa sekaligus didapat kan diagnosis yang t epat dan penyem buhan yang sem purna.

PROGNOSI S

Kerat oakant om a pada dasarnya adalah suat u t um or j inak dan m em iliki prognosis yang sangat baik.9 Biasanya kerat oakant om a sem buh secara sem purna.10 Pendapat adanya perubahan bent uk kerat oakant om a m enj adi keganasan dit em ukan pada beber apa lit er at us, t et api sulit m engev aluasinya dan belum ada t eori yang obj ekt if m engenai pendapat t er sebut .1

Rekurensi dapat t erj adi set elah dilakukan eksisi at au kuret ase dan sering pada lesi- lesi di bibir at aupun j ika pengobat an dilakukan pada st adium dini. Rekurensi j uga dapat t er j adi set elah r egr esi spont an.9


(10)

1. Kerat oakant om a adalah suat u t um or j inak kulit yang berasal dari folikel ram but dan dapat m engalam i regresi spont an.

2. Kerat oakant om a m em iliki gam baran klinis dan hist opat ologik yang m irip dengan karsinom a sel skuam osa nam un dapat dibedakan dari pert um buhan yang cepat dan bagian cent ral m em iliki kawah yang berisi sum bat an kerat in.


(1)

Selain di serum , ant ibodi dapat j uga dit em ukan pada sekresi lokal t ubuh lainnya sepert i air m at a dan sekresi genit al. Ant ibodi C. t rachom at is dapat diklasifikasikan m enurut I g ( I g M, I g G dan I g A) dengan t eknik ini.5,11

Respon I g M m erupakan ciri infeksi akut dan t erut am a digunakan dalam diagnosis infant chlam ydial pneum onia.l5

Hasil serologik chlam ydial biasanya diint erprest asikan sebagai berikut :

·

I nfeksi akut ; t it er I g M > l ; 8 dan/ at au peningkat an 4 kali lipat at au lebih, at au penurunan t it er I g G.

·

I nfeksi kronik ; t it er I g G t et ap t inggi > l : 256. l5

V. Te st D N A Ch la m ydia

1 . DN A H ibridisa si ( DN A Probe)

Test ini sensit ifit asnya kurang dibandingkan m et ode kult ur yait u 75- 80% dan spesifit as lebih dari 99 % .11

2 . N ucle ic Acid Am plifica t ion.

Teknik am plifikasi nukleat yang t erbanyak dipakai yait u : Polym erase Chain React ion ( PCR) dan Ligase Chain React ion ( LCR) . Test ini m em iliki sensit ifit as dan spesifisit as t inggi, dan dapat m enggunakan non- invasif spesim en sepert i urine unt uk m enskrining infeksi asim t om at ik pada wanit a m aupun pria.4

DI AGNOSI S

Diagnosis infksi C. t rachom at is dit egakkan berdasarkan anam nesis, gam baran klinik dan pem eriksaan laborat orium . 7,13

Pem eriksaan laborat orium m erupakan dasar dalam m enegakkan diagnosis. Pada pem eriksaan laborat orium , infeksi C. t rachom at is pada genit al dit egakkan bila dij um pai suat u t es chlam ydial yang posit if, sert a t idak dij um pai kum an penyebab spesifik. Unt uk laborat orium dengan fasilit as yang t erbat as, sebagai pedom an infeksi C. t rachom at is pada pria m em beri gej ala berupa sekret uret ra seropurulen/ m ukopurulen sert a dit em ukan sel PMN > 5 I pb dan t idak dit em ukan diplokok negat if Gram int ra/ ekst ra sel pada pem er iksaan sediaan apus sekr et ur et r a. Sedangkan pada w anit a adanya sekr et serviks sero/ m ukopurulen dan sel PMN > 30 I pb sert a t idak dit em ukan kum an diplokok Gram negat if int ra/ ekst raseluler pada sediaan apus at au T. vaginalis.l,9

PENGOBATAN

Pent ing unt uk dij elaskan pada pasien dengan infeksi genit al oleh C. t rachom at is, m engenai resiko penularan kepada pasangan seksualnya, Cont act t racing ( pem eriksaan dan pengobat an part ner seksual) diperlukan unt uk keberhasilan pengobat an. 5.7

Unt uk pengobat an, Tet rasiklin adalah ant ibodi pilihan yang sudah digunakan sej ak lam a unt uk infeksi genit alia yang disebabkan oleh C.t rachom at is. Dapat diberikan dengan dosis 4 x 500 m g/ h selam a 7 hari at au 4 x 250 m g/ hari selam a 14 hari.

Analog dari t et ra siklin sepert i doksisiklin dapat diberikan dengan dosis 2 x l00 m g/ h selam a 7 hari. Obat ini yang paling banyak dianj urkan dan m erupakan drug of

choice karena cara pem akaiannya yang lebih m udah dan dosisnya lebih kecil.l,7

Azit hrom isin m erupakan suat u t erobosan baru dalam pengobat an m asa sekarang. Diberikan dengan dosis t unggal l gram sekali m inum . 7,13


(2)

- Eryt hrom ycin base 4 x 500 m g/ hari selam a 7 hari

KESI MPULAN

Chlam ydia Trachom at is m erupakan penyebab infeksi genit al non spesifik yang t erbanyak sekarang ini dibandingkan dengan organism a lain, baik di negara m aj u m aupun negara berkem bang. Diperlukan indent ifikasi/ diagnosis dini dan pengobat an yang cepat dan t epat dalam usaha m em ut us m at a rant ai penularan dalam m asyarakat dan m encegah sequele j angka panj ang.

KEPUSTAKAAN

1. Daili SF. Penat alaksaan I nfeksi Chlam ydia Trachom at is Genit al. Dalam im posium Prakonas PERDOSKI I X PMS Surabaya 1999 : 18 - 21.

2. Hut apea NO, Ram si RR. Uret rit is Non Gonore. Dalam : Penyakit yang dit ularkan Melalui Hubungan Seksual. FK - USU, Medan 1993 : 47 - 9.

3. Hut apea NO, Tarigan J. I nfeksi Chlam ydia di ant ara Mit ra Seksual. Dalam : Kum pulan Makalah I lm iah Konas VI I PERDOSKI , Bukit Tinggi 1992 : 171 - 9

4. Ham m erschlag MR. New Diagnost ic Met hods for Chlam ydial I nfect ion. I n : Medscape Wom ens Healt h 4 ( 5) . 1999.

5. Yudarsono J. I nfeksi Chlamydia pada Genit alia. Dalam : Kursus Penyegar Penyakit Seksual. PADVI , Bali 1987.

6. Harris JRW. Fost er SM. Genit al Chlam ydial I nfect ion ; Clinical Aspect s, Diagnosis, Treat m ent and Prevent ion. I n : Sexually Transm it t ed Diseases and AI DS, New York : Churcill Livingst one 1991 : 219 - 44.

7. Adim ora AA. Ham ilt on H. Holm es KK, Sparking PF. Chlam ydia Trachom at is I nfect ion I n t he Adult . I n : Sexually Tr ansm it t ed Diseases, 2nd

8. Peeling RW. Brunham RC : Chlam ydia as Pat hogens : New Species and New I ssues. Medsc ape I nc. 1999.

9. St am m WE : Chlam ydia Trachom at is I nfect ions in t he Adult . I n : Holm es KK et al. Sexually Transm it t ed Diseases 3 rd ed. Mc Graw Hill l999 : 407- 22.

l0. Munday, P. Pelvic I nflam m at ory Disease in Medicine I nt ernat ional Journal, l996. Vol. l0 ( 36) : 3,44 - 49.

11.Mardh PA, Jorm a P, Puolakkinen M, Diagnosis of Chlam ydial I nfect ions I n : Chlam ydia. New York : Plenum Publishing Co l989 : 71 - 99.

12.Cent r e for Disease Cont r ol, C. t r ahom at is I nfect ion. Policy Guidelines for Pr event ion and Cont r ol. MMWR l985, 34 ( Suppl) : 535 - 745.

l3. Daili SF, Makes WI B, Zubier F, Yudarsono J. Pem eriksaan Bakt eriologik dan Serologik PMS dan I nfeksi Non Spesifik. Dalam : Penyakit Menular Seksual. Jakart a : Balai Pener bit FK- UI l997 : 21 - B.

l4. Mor se AS, Mor eland AA, Thom as SE, I nfect ion Caused by Chlam ydia t r achom at is, I n ; At las of Sexually Transm it t ed Diseases Philadelpia : JB Lippincot t l990.

l5. Spencer RC. Laborat ory Diagnosis of STDs. in : Medicine I nt ernat ional l996 : l0 ( 36) : l - 7.


(3)

KERATOAKANTO M A PEN DAHULUAN

Kerat oakant om a adalah suat u t um or j inak kulit yang sering dij um pai dan dinyakini berasal dari folikul ram but .1 Tum or epit el ini bersifat dapat sem buh sendiri ( selft - lim it ed) dengan gam baran klinis dan pat ologi yang m enyerupai sinom a sel skuam osa.2

Gam baran m orfologik dan sipat t um or ini pert am a kali dikem ukakan oleh Mac Gorm ac dan Scarff pada t ahun 1936 yang m enyebut nya sebagai “ Molluskum Sebaceum ” . I st ilah kerat oakant om a sendiri dikem ukakan oleh Freudent hal dan sam pai ini dipakai secara luas.1.2

Sebagian besar kerat oakant om a dij um pai solit er, walaupun kadang-kadangdapat pula dij um pai lesi yang m ult ipel. Tum or ini lebih sering dij um pai pada pria dibanding wanit a dan kebanyakan t im bul pada usia pert engahan at au lebih lanj ut .4

Paparan sinar m at ahari diduga m em egang peranan pent ing didalam perkem bangan kerat oakant om a. Hal ini sesuai dengan lokalisasi yang t erbanyak yait u pada daerah yang t erpapar sinar m at ahari, t erut am a daerah w aj ah dan lengan.4

Walaupun sebagian besar kerat oakant om a dapat m engalam i regresi spont an, t um or ini dapat diobat i secara pem bedahan at aupun dengan obat - obat an.5

SENONI M

Moluscum Sebaceum , Moluscum Pseudocarsinom at osum , Self - Healing prim ary squam ous carsinom a, verrucom e, t um or- lik e k er at osis, idiopat hic cut aneous pseudoepit heliom at ous hyperplasia.1.6

DEFI NI SI

Kerat oakant om a adalah t um or kulit yang t erdiri dari sel- sel skuam osa yang m engalam i karat inisasi, berasal dari folikel pilosebaseus dan m engalam i resolusi spont an j ika t idak diobat i.7

EPI DEMI OLOGI

Kerat oakant om a m erupakan neoplasm a kulit yang sering dij um pai, nam un

inform asi akurat m engenai insiden yang sebenarnya belum diperoleh.1

Pada ras kulit put ih cendrung t erdapat sekit ar sepert iga dari j um lah karsinom a sel skuam osa. Tum or ini j arang dij um pai pada ras kulit hit am .7

Pria dikenai sekit ar t iga kali lebih sering dibanding wanit a.7 Tum or ini tim bul t erut am a pada usia ant ara 60 sam pai 65 t ahun, dan walaupun pernah dij um pai pada bayi, j arang dij um pai pada usia di bawah 20 t ahun.1

ETI OLOGI

Dat a epidem iologi m enunj ukan insiden berkait an dengan paparan sinar m at ahari dan lokalisasi t um or t erut am a pada daerah kepala dan ekst rem it as at as m endukung hal ini.7

Belisario m enyat akan bahwa pengaruh sinar m at ahari m em egang peranan besar t er ut am a pada t ipe solit er .6

Bahan- bahan kim ia karsinogenik sepert i t er disebut dapat m enim bulkan k er at oak ant om a pada ber bagai penelit ian dengan hew an per cobaan. Secar a st at ist ik t erdapat insiden lebih t inggi dari t um or ini pada perokok dibanding individu yang t idak m erokok.1


(4)

kecenderungan berkem bangnya kerat oakant om a m ult ipel. Pem berian obat - obat im unosupresif disebut kan bukan hanya dapat m em predisposisi t im bulnya kerat oakant om a t et api j uga m enyebabkan t ranform asi kerat oakant om a m enj adi karsinom a sel skuam osa agresif.8

GAMBARAN KLI NI S

Kerat oakant om a t im bul dim ulai dengan lesi bent uk papular yang kecil, padat ,

m erah, berbent uk kubah, m enyerupai m oluskum kont agiosum .2.5.7 Lesi ini m em besar

secara cepat dan m encapai ukuran m aksim al berdiam et er 1 sam pai 2 cm dalam wakt u 4 sam pai 8 m inggu. Lesi yang berkem bang senpurna m em bent uk kawah berisi sum bat an kerat in dan sering kali dit ut upi krust a. Kadang- kadang dij um pai t elangiekt asia pada lesi. Epiderm is diat as nodul berkilat dan licin, biasanya berwarna kulit norm al, t et api kadang- k adang dapat er it em at osa.3.6.7 Regr esi t er j adi secar a spont an sekit ar 6 sam pai 8 m inggu set elan onset dan involusi sem purna dalam wakt u 4 sam pai 6 bulan, dapat t anpa j aringan parut nam un sering t erj adi parut yang m encekung.3.5 Thom son dalam penelit iannya m endapat kan wakt u regresi rat a- rat a dari

48 kasus kerat oakant om a adalah 17 m inggu.6

Sebagian besar kerat oakant om a t im bul pada kulit beram but yang t erpapar. Ham pr sekit ar 74 % lesi t erdapat diwaj ah dan leher, 17 % t im bul dipunggung t angan at au lengan baw ah dan selebihnya pada berbagai bagian t ubuh yang lain sepert i

badan, bahu, paha, bokong dan area anogenit al.1.7

Baer dan Kopf m engklasifikasi kerat oakant om a at as 3 t ipe yait u :6 1. Ker at oakant om a solit er

2. Kerat oakant om a m ult ipel 3. Kerat oakant om a erupt if.

Ad.2 . Ke r a t oa k a n t om a M u lt ipe l

Tipe ini sering disebut sebagai m ult ipel self - healing kerat oakant om a ( t ipe Ferguson Sm it h) . Lesi- lesi ini ident ik secara klinis dan hist ologik dengan t ipe solit er. Dapat t im bul dalam j um lah bervariasi , t et api um u m nya hanya sekit ar 3sam pai 10 lesi pada suat u lokasi, paling sering dij um pai pada waj ah, badan dan genit alia. Biasanya t im bul pada wakt u rem aj a dan akan m engalam i involusi secara spont an.6

Ad.3 Ke r a t oa k a n t om a Er u pt if

Tipe ini dit andai dengan erupsi generalisat a dari rat usan papula berbent uk kubah, berdiam et er 1- 3 m m , warna kulit , yang berasal dari folikel ram but .6

HI STOPATOLOGI K

Gam baran hist opat ologik kerat oakant om a dan karsinom a sel skuam osa deraj at rendah seringkali am at m irip sehingga sulit m em buat diagnosis past i hany a berdasarkan gam baran hist opat ologik sem at a.6

Biopsi para sent ral yang harus m engikut sert akan seluruh luas dan dalam lesi m erupakan cara pilihan unt uk biopsi.2

Bagian t engah lesi m enunj ukkan kawah yang berisi kerat in eosinofilik. Di sekeliling kawah t am pak dibent uk oleh invaginasi epiderm is, berupa pinggir epit el yang m eluas ke sekeliling kawah. Pada dasar dan sisi kawah,t erdapat akan t osis dalam bent uk pseudoepit eliom a hiperplasia. Sel- sel epiderm al t erdifferensiasi baik dan ukurannya lebih besar dan pucat dibanding dengan sel- sel epiderm al perm ukaan, sert a m em iliki sit oplasm a eosinoflik. Di luar proliferasi ini sering dij um pai infit rasi lim fosit yang p ad at .2.6

Kerat oakant om a diyakini berasal dari proliferasi epit el kelenj ar ram but , dan evolusi dan regresi t um or ini dipikirkan berkait an dengan siklus ram but .


(5)

Kerat oakan dibedakan dari karsinom a sel skuam osa dari pert um buhannya yang lebih cepat k adang- kadang tum buh sem purna dalam 2 m inggu) dan khas m em iliki inti

sent ral berisi karat in yang biasanya t idak dij um pai pada karsinom a sel skuanosa.6

Sm oller dkk m enggunakan pola pewarnaan im unohist okim ia involukrin dan prot ein kerat in unt uk m em bedakan kerat oakant om a dan karsinom a sel skuam osa.2.6.8

Selain it u kerat oakant om a harus dibedakan dari kerat osis seboroika, cut aneus horn, kist a epiderm oid, pseudoepit heliom a hiperplasia, prurigo nodularis, veruka vulgaris dan liken planus hipert ropik.6.8

Kerat oakant om a erupt if harus dibedakan dari pit iriasis rubra pilaris, Sklerom m yxedem a, liken am iloidosis dan penyakit Kyrle. Perlu dilakukan pem eriksaan

beberapa lesi popula sam pai dit em ukan gam baran kerat oakant om a yang j elas.6

PEN GOBATAN

Walaupun kerat oakant om a m engalam in involusi spont an t et api t idak bisa diprediksi berapa lam a lesi akan m enghilang. Met ode pilihan unt uk kerat oakant om a

adalah eksisi sederhana yang kom plit .1.6 Mohs chem osurgery t elah dipert im bangkan

pula unt uk kerat oakant om a yang rekuren at au lesi yang agresif.1 Hasil akhir dari lesi-lesi yang dieksisi seringkali secara kosm et ik lebih baik dibanding hasil regresi spont an.1.9 Met ode yang lain yait u kur et ase dengan elekt r odesikasi unt uk lesi- lesi yang kecil dan inj eksi int ralesi 5 fluorourasil ( 5- FU) unt uk lesi yang lebih besar dan pada lokasi yang sulit .2.5.6

Podophyllum resin yait u podophyllum ( 20 % ) dalam cam puran t inct ure benzoin at au alkohol dapat digunakan unt uk pengobat an kerat oakant om a. Krust a pada bagian sent ral dihilangkan dan diholeskan obat t ersebut dengan lidi kapas. Ulangi pengobat an set iap 2 m inggu sam pai lesi m enghilang.5.6

Ham pir sem ua pengobat an kerat oakant om a erupt if m em berikan hasil yang kurang m em uaskan. Vit am in A t opikal ( Asam ret inoid) dan kort ikost eroid t idak ber m anfaat . Met hot r exat m enunj ukkan r espon yang ber var iasi. Topikal 5- Flurourasil m ungkin cukup efekt if. Got t e m encoba m engobat i sem ua pasiennya dengan krim 5- FU 5 % dan lesi m engalam i involusi sem purna dalam 1- 6 m inggu.6 Selain it u perna dicoba pengobat an dengan ret inoid oral ( et ret inat e / isot ret inoir) 1 m g/ kg/ hari selam a 8 m inggu dan selanj ut nya dit urunkan secara perlahan- lahan. Dosis pem eliharaan yait u 0,5 - 0,75 m g/ kg selang sehari diperlukan unt uk m em pert ahankan supresi lesi dan rekurensi.1.6

Radiot erapi j uga t elah digunakan unt uk giant kerat oakant om a bila eksisi at au m et ode elekt rosurgikal t idak m ungkin dilakukan. Penderit a ini diobat i dengan cara yang sam a sepert i penanganan karsinom a sel skuam osa. Farina dkk m elaporkan 5 kasus yang dioabat i m enggunakan 5000 rads selam a 15 - 20 hari dengan sem ua kasus

m em berikan hasil yang m em uaskan.6

Pem ilihan pengobat an unt uk kerat oakant om a t et ap harus disesuaikan pada t iap- t iap kasus, t et api eksisi t ot al t et ap m erupakan m et ode pilihan dim ana bisa sekaligus didapat kan diagnosis yang t epat dan penyem buhan yang sem purna.

PROGNOSI S

Kerat oakant om a pada dasarnya adalah suat u t um or j inak dan m em iliki prognosis

yang sangat baik.9 Biasanya kerat oakant om a sem buh secara sem purna.10 Pendapat

adanya perubahan bent uk kerat oakant om a m enj adi keganasan dit em ukan pada beber apa lit er at us, t et api sulit m engev aluasinya dan belum ada t eori yang obj ekt if m engenai pendapat t er sebut .1


(6)

1. Kerat oakant om a adalah suat u t um or j inak kulit yang berasal dari folikel ram but dan dapat m engalam i regresi spont an.

2. Kerat oakant om a m em iliki gam baran klinis dan hist opat ologik yang m irip dengan karsinom a sel skuam osa nam un dapat dibedakan dari pert um buhan yang cepat dan bagian cent ral m em iliki kawah yang berisi sum bat an kerat in.