Model Pendekatan Syndromic Management dan Pendekatan Analisis Spasial terhadap Infeksi Chlamydia pada Ibu yang Mengalami Vaginal Discharge di Wilayah Kota Medan

(1)

MODEL PENDEKATAN SYNDROMIC MANAGEMENT DAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL TERHADAP INFEKSI CHLAMYDIA

PADA IBU YANG MENGALAMI VAGINAL DISCHARGE DI WILAYAH KOTA MEDAN

DISERTASI

JULIANDI HARAHAP NIM 078102001

PROGRAM STUDI DOKTOR (S3) ILMU KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

MODEL PENDEKATAN SYNDROMIC MANAGEMENT DAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL TERHADAP INFEKSI CHLAMYDIA

PADA IBU YANG MENGALAMI VAGINAL DISCHARGE DI WILAYAH KOTA MEDAN

DISERTASI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor dalam Program Studi Doktor (S3) Ilmu Kedokteran pada

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara di bawah Pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K)

untuk Dipertahankan di Hadapan Sidang Ujian Terbuka Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULIANDI HARAHAP NIM 078102001

PROGRAM STUDI DOKTOR (S3) ILMU KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PROMOTOR

Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K)

Guru Besar Tetap Departemen Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan

KO-PROMOTOR

Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH Guru Besar Tetap Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan

KO-PROMOTOR

Dr. Drs. Tris Eryando, MA

Staf Pengajar Tetap Departemen Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Unversitas Indonesia


(4)

Judul Disertasi : MODEL PENDEKATAN SYNDROMIC MANAGEMENT DAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL TERHADAP INFEKSI CHLAMYDIA TRACHOMATIS PADA IBU YANG MENGALAMI VAGINAL DISCHARGE DI WILAYAH KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Juliandi Harahap

NIM : 078102001

Program Studi : Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran

Menyetujui Komisi Pembimbing:

Promotor

Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K)

Ko-Promotor

Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH

Ko-Promotor

Dr. Drs. Tris Eryando, MA

Ketua Program Studi Dekan

Prof.dr.Chairuddin P.Lubis,DTM&H,SpA(K) Prof.dr.Gontar A.Siregar,SpPD-KGEH


(5)

Telah Diuji pada Ujian Tertutup Tanggal 25 April 2013

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K)

Anggota : Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH Dr. Drs. Tris Eryando, MA

Prof. dr. Aznan Lelo, Ph.D, Sp.FK Dr. Adang Bachtiar, MPH, D.Sc

Dr. dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK Dr. Ir. Erna Mutiara, MKM


(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akamedik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : JULIANDI HARAHAP

NIM : 078102001

Program Studi : Ilmu Kedokteran Jenis Karya : Disertasi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royaliti Non Eksklusif (Non-exclusive Royality Free Right) atas disertasi saya yang berjudul:

MODEL PENDEKATAN SYNDROMIC MANAGEMENT DAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL TERHADAP INFEKSI CHLAMYDIA TRACHOMATIS

PADA IBU YANG MENGALAMI VAGINAL DISCHARGE DI WILAYAH KOTA MEDAN

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak bebas Royaliti Non eksklutif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasikan disertasi saya tanpa meminta izin dari saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya.

Dibuat di Medan

Pada Tanggal Mei 2013 Yang menyatakan


(7)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Hasil penelitian ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Juliandi Harahap

NIM : 078102001

Meterai 6000


(8)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

a. Nama Lengkap : dr. Juliandi Harahap, MA b. Tempat/Tgl lahir : Medan, 2 Juli 1970 c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. NIP : 197007021998021001 f. Pangkat/Golongan : Pembina/ IVa

g. Jabatan : Lektor Kepala

h. Pekerjaan : Staf Pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK USU

i. Alamat Rumah : Tasbi 2 Blok V No. 76 Medan j. Telp.Rumah /HP : 061-8210543/08163154813

k. Email

l. Nama Ayah : H. Rapotan Harahap m. Nama Ibu : Hj. Maimuinah Dalimunthe n. Nama Istri : Lita Sri Andayani, SKM, MKes o. Nama Anak : Vina Andita Harahap

Fariz Affandi Harahap

II. Latar Belakang Pendidikan

a. Strata S2 : Institute for Population and Social Research (IPSR), Mahidol University, Thailand, lulus 2000

b. Strara S1: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara-Medan, lulus tahun 1995

c. Sekolah Menengah Atas: SMA Negeri 1 Medan 1998, lulus tahun 1988

d. Sekolah Menengah Pertama: SMP Harapan II Yaspendhar Medan, lulus tahun 1985


(9)

III. Riwayat Ringkas Pekerjaan di Lingkungan Fakultas Kedokteran USU

2010 – 2015 Ketua Departemen IKM/IKP/IKK FK USU

2010 – 2012 Sekretaris Unit CME-PD FK USU (Continuing Medical Education and Professional Development Unit)

2010 - 2012 Sekretaris Western Indonesian Reproductive Health and Development Center (WIRHDC)/Pusat Pengembangan Kesehatan Reproduksi Manusia (PPKRM FK USU)

2005 - 2010 Ketua Departemen IKM/IKP/IKK FK USU

2005 - 2010 Ketua I Western Indonesian Reproductive Health and Development Center (WIRHDC)/Pusat Pengembangan Kesehatan Reproduksi Manusia (PPKRM FK USU)

2005 – 2010 Ketua I Unit CME-PD FK USU (Continuing Medical Education and Professional Development Unit)

2005 - 2012 Staf Pengajar mata kuliah/Blok Community Research Program, Community Health Oriented Program dan Blok Family Medicine 2003 - 2005 Staf Pengajar mata kuliah: Metodologi Penelitian FK USU,

Biostatistik dan Epidemiologi Program Studi Keperawatan FK USU

2001-2003 Staf Pengajar mata kuliah: Metodologi Penelitian, Biostatistik dan Epidemiologi, Manajemen dan Administrasi Kesehatan FK USU 2000-2004 Sekretaris Unit Pengabdian Masyarakat dan Pengembangan

Ilmiah FK USU

2000 - 2005 Sekretaris Departemen IKM/IKP/IKK FK USU 1999 - 2000 Tugas belajar ke Mahidol University, Thailand

1998 -1999 Asisten dosen mata kuliah Metodologi Penelitian dan Biostatistika

IV. Riwayat Pekerjaan Diluar Lingkungan Fakultas Kedokteran USU 2010 -2012 Provincial Committee on TB-HIV Collaboration Task Force

2006-2008 Health Trainer and consultant BCC on Hand washing, Breastfeeding, and Healthy Snack Programs - Save The


(10)

Children-2005-2008 Health Trainer and consultant BCC on Health Post Revitalisation (Posyandu) Save The Children-JKM

2005-2006 Coordinator on Evaluation of Immunization Coverage in Sumatera Utara-USU and MCC

2002-2006 Coordinator on TB Care Program Fidelis-JKM

2001-2012 Health Manager of Jaringan Kesehatan Masyarakat

2000-2004 Health trainer on HIV Program (HIV/AIDS Awareness-SAHIVA) Medan

2000-2010 Medical officer at Family and Health Clinic, Gleaneagles Hospital Medan

1998-1999 Medical officer at Family and Health Clinic, Sari Mutiara Hospital Medan

1995-1998 Medical officer at Djoelham-District Hospital Binjai 1996-1998 Medical officer at Tembakau Deli Hospital Medan 1995-1996 Medical officer at Bakti Hospital Medan

V. Karya Publikasi

1. Konsumsi Serat Makanan Pada Murid-Murid Sekolah Dasar - LPPM USU Tahun 2012

2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Medan Marelan - LPPM USU Tahun 2012

3. Evaluasi Cakupan Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Usia 12 – 24 Bulan di Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara - Majalah Kedokteran Nusantara Tahun 2009

4. Dampak Penangkaran Sarang Burung Walet Terhadap Perkembangbiakan Nyamuk Aedes aegypti di Kota Medan - Kongres Nasional PETRI-PERPARI-PKWI-PIT PAPDI – 2004.

5. Pengaruh Peer Education Terhadap Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Dalam Menanggulangi HIV/AIDS di Universitas Sumatera Utara - USU Digital Library 2004


(11)

Tanjung Balai -Majalah Kedokteran Nusantara Vol 37 No4 (FK USU- Des2004)

7. Kesehatan Reproduksi - USU Digital Library 2003

8. Potensi Masyarakat dalam Mengikuti Program Asuransi Kesehatan di Kabupaten Langkat - Majalah Kedokteran Ibnu Sina Vol 3 No.2 (FK UISU- Juli2003)

9. Pemanfaatan Karang Werda bagi Kelompok Usia Lanjut di Langkat - Majalah Kedokteran Nusantara (FK USU-2000)

VI. Presentasi dalam Kegiatan/Pertemuan Ilmiah

2012 Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Kota Medan Tahun 2012-Pemko Medan-Bappeda Kota Medan, 21-22 Maret 2012

2012 Pelatihan Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa FK USU Medan, 3-4 Feb 2012

2011 Musyawarah Perencanaan Pembangunan (MUSRENBANG) Kota Medan Tahun 2011-Pemko Medan-Bappeda Kota Medan

2011 Monitoring dan Evaluasi Kolaborasi TB HIV di 4 Rumah Sakit Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara, Pokja TB HIV Prop Sumatera Utara, Medan, 30 Sept 2011

2011 Lokakarya Pembimbing Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa FK Universitas Prima Indonesia– Medan 14 Mei 2011

2011 Diklat Penyusunan Karya Tulis Ilmiah dan Panduan Akademik– Poltekkes Kemenkes Medan –Brastagi, 4-6 Mei 2011

2011 Pelatihan: Analisis Data – Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU, 29-10 April 2011

2011 Pelatihan Penulisan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU 19 Feb 2011

2011 Pelatihan Penulisan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU 16 Feb 2011


(12)

2010 Pelatihan Presentasi Karya Tulis Ilmiah – Medan

2003 Disseminasi Hasil Penelitian Dampak Penangkaran Burung Walet terhadap Perkembangbiakan Nyamuk A.aegypti-Medan

2003 Sosialisasi Pencegahan Penyakit SARS-Medan 2003 Seminar Tren Kesehatan Masyarakat-Medan

2002 2nd ASEAN Cnference on Medical Sciences; Updating Medical Sciences for the Era of Globalization- Medan

VII. Kegiatan Pelatihan /Simposium Bidang Riset dan Akademik

2012 Pelatihan Sample Registration System (SRS) Indonesia 2012-2016, Kementerian Kesehatan - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

2012 Pelatihan Dasar Instruktur Skill Lab, MEU FK USU, 1-2 Feb 2012

2012 Workshop Analisis Data dengan Content Analysis dan WELF-QDA, Fakultas Keperawatan USU, 31 Januari 2012

2011 Seminar Tips and Trick for Successful PCR and Real-Time PCR, MRC-FK USU, 20 Okt 2011

2010 Simposium nasional Ke 6 Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI-Balitbangkes, Jakarta, 20-21 Des 2010

2010 Survey Implementasi dan Revisi Standar Kompetensi Dokter Indonesia; Review Daftar Keterampilan Klinik, AIPKI-FK USU, 19 Okt 2010

2010 Pelatihan Penelaah Etik pada Penelitian Kesehatan, Komite Etik Penelitian Kesehatan FK USU, 12 Okt 2010

2010 Lokakarya Penulisan Ilmiah, Majalah Kedokteran Nusantara, FK USU, 9 Okt 2010

2010 Pelatihan Sistem Informasi Geografi Bidang Kesehatan – Pusat Kajian Biostatistika dan Informatika Kesehatan FKM UI, 18-20 Januari 2010, Depok.

2008 Pelatihan Dasar Etik Penelitian Kesehatan dan Sosialisasi Peran Komisi Etik Penelitian Kesehatan. Komisi Nasional Etik Penelitian Kesehatan Republik Indonesia, Komisi Etik Penelitian Kesehatan


(13)

Wilayah Sumatera Utara, dan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 19-20 Desember 2008. Medan-Indonesia.

2008 Training of Trainers Workshop on Operations Research in Population and Reproductive Health. WHO, IPSR-MahidolUniversity, and Population Council, 24-29 November 2008, Bangkok-Thailand

2008 Evidence-based Medicine Workshop. Department of Child Health, Medical School Universitas Sumatera Utara. 14 – 16 Maret 2008. Medan – Indonesia.

2008 Investigators’ Meeting for the Development of Regional Research Proposal. The Special Programme of Research, Development & Research Training in Human Reproduction WHO – Institute for Health Systems Research Ministry of Health Malaysia. 21- 25 January 2008. Penang – Malaysia

2007 Lokakarya Validasi Pembuatan Tes Masuk Nasional. Departeman Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pengembangan Pendidikan Tenaga Kesehatan. 7-9 Desember 2007. Jakarta-Indonesia.

2007 Pelatihan Nasional: Pelatihan untuk Pelatih Implementasi dan Evaluasi Tes Masuk Pada Institusi Pendidikan Dokter. Departeman Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pengembangan Pendidikan Tenaga Kesehatan. 30 Juli – 1 Agustus 2007. Jakarta-Indonesia

2007 Workshop on Ethical Issues in Research in Reproductive Health, WHO-RISTEK-UNAIR. 2-4 July 2007, Surabaya-Indonesia

2007 Pelatihan Konseling Menyusui Modul WHO 40 Jam. Kementerian Pemberdayaan Perempuan, Badan Kerja Peningkatan Pemberian ASI dan Yayasan ASI Indonesia, 8 – 13 Januari 2007, Jakarta-Indonesia. 2006 Behavior Change Communications (BBC) Strategy Workshop, Medan

Food Security and Nutrition, USAID Indonesia, Save the Children. 13-15 dan 18 September 2006, Medan-Indonesia


(14)

VIII. Kegiatan Seminar/Simposium Bidang Kedokteran Klinis

2012 Liver Transplantation in Medan; Challenge and Opportunity, FK USU-IDI, 16 Juni 2012

2012 Seminar Clinical Management and Interpretation of Hospital Infections of Multi Drugs Resistant Organism (MDRO), FK USU, 23 Feb 2012 2012 Hepatocellular Carcinoma, FK USU-PPHI-IDI, 7 Jan 2012

2011 Clinical and Radiology Approach of Stroke and Head Injury, FK USU-IDI, 17 Des 2011

2011 Simposium Emergency in Plastic Surgery: First Aid Not Last Result, FK USU-IDI, 12 Nov 2011

2011 Hydration and Health – Peran Air bagi Kesehatan, IDI Cab.Medan dan IDI Wil.Sumut, 5 Nov 2011

2011 Simposium Tatalaksana Hepatitis dan Perdarahan Saluran Cerna, FK USU-IDI, 24 Sept 2011

2011 Workshop CT Scan Abdomen, FK USU-IDI, 24 Sept 2011

2011 Seminar Obstetric Emergencies: From Daily Practice to Recent Advances, FK USU-IDI, 21 Mei 2011

2011 Workshop Manajemen Perdarahan Pasca Persalinan, FK USU-IDI, 21 Mei 2011

2011 New Trends in Hypertension Management: Selamatkan Ginjal, FK USU-IDI, 25 Maret 2011

2011 Seminar Spondylosis and Myelopathy, FK USU-IDI, 30 April 2011 2011 Seminar Hepatitis Update, FK USU-IDI, 23 Feb 2011

2011 Seminar New Trends in Vaccination and Infection Control, FK USU-IDI, 15 Jan 2011

2011 Workshop Tatalaksana Demam Berdarah Dengue, FK USU-IDI, 2011

IX. Keanggotaan Dalam Organisasi Profesi 1. Ikatan Dokter Indonesia IDI Sumatera Utara 2 Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia


(15)

Dengan memohon Rahmat dan Ridho Allah SWT,

kupersembahkan hasil upaya ini

kepada istri dan anak-anakku tersayang serta

seluruh keluargaku tercinta

semoga dapat menjadi inspirasi

dalam mencapai cita-cita dan harapan

“Penelitian membuat kita bisa melihat hal yang sudah dilihat

orang lain, sekaligus membuat kita memikirkan apa yang


(16)

Model Pendekatan Syndromic Management dan Pendekatan Analisis Spasial terhadap Infeksi Chlamydia pada Ibu yang Mengalami Vaginal Discharge di Wilayah Kota Medan

ABSTRAK

Latar Belakang: Infeksi Chlamydia merupakan infeksi menular seksual yang paling sering terjadi. Hampir 70% infeksi yang terjadi pada wanita tidak menunjukkan gejala sehingga infeksi ini sering tidak disadari oleh penderitanya. Keluhan yang paling umum sehingga menyebabkan penderita datang berobat adalah adanya vaginal discharge. Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya infeksi Chlamydia relatif masih mahal dan hanya dapat dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan dengan fasilitas laboratorium yang lengkap. Oleh karena itu perlu penelitian yang komprehensif untuk memberikan informasi tentang infeksi Chlamydia ini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan memperkirakan besarnya risiko infeksi Chlamydia pada seorang ibu, membentuk suatu pendekatan syndromic management dalam penegakkan diagnosa berdasarkan karakteristik vaginal discharge dan memperkirakan besarnya kemungkinan suatu wilayah terhadap infeksi Chamydia melalui pendekatan analisis spasial. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional, yang terdiri atas dua tahap, yaitu tahap I, penelitian terhadap faktor risiko infeksi Chlamydia dengan menggunakan data primer; tahap II, penelitian terhadap infeksi Chlamydia dengan menganalisa data vaginal discharge dari data data primer dan sekunder dan pemetaan kasus Chlamydia di Kota Medan. Subjek penelitian adalah ibu yang datang berobat ke Rumah Sakit Pirngadi, Rumah Sakit Adam Malik, dan Klinik Fertility Center dengan keluhan adanya vaginal discharge dan bertempat tinggal di Kota Medan. Sampel pada data primer sebanyak 130 orang yang diperoleh secara consecutive sampling. Sampel yang diperoleh dari data sekunder sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 190 orang. Pemeriksaan adanya infeksi Chlamydia dilakukan dengan teknik Polimerase Chain Reaction (PCR) di Laboratorium Terpadu FK USU. Analisis spasial dilakukan untuk mempredikasi infeksi Chlamydia di Kota Medan.

Hasil: Hasil penelitian pada tahap I, hasil pemeriksaan terhadap cervical swab yang diambil dari genitalia ibu, diperoleh proporsi hasil positif ibu yang mengalami infeksi Chlamydia trachomatis sebesar 29,2%. Dengan jumlah kasus infeksi Chlamydia 38 kasus, analisis spasial menunjukkan infeksi Chlamydia di Kota Medan terdistribusi secara random kota Medan (nilai R=0,86522 dengan nilai Z= -1,58945). Analisis bivariat terhadap faktor risiko mendapatkan paritas ibu dengan nilai OR = 3,778 (IK 95%; 1,005–14,197) dan jenis jamban dengan nilai OR = 3,724 (IK 95%; 1,686– 8,225). Analisis multivariat menunjukkan adanya pengaruh umur, pendidikan, tindakan, jenis jamban dan fasilitas puskesmas. Hasil penelitian tahap II, diperoleh proporsi hasil positif ibu yang mengalami infeksi Chlamydia trachomatis sebesar 38,9%. Dengan jumlah kasus


(17)

infeksi Chlamydia 74 kasus, analisis spasial menunjukkan infeksi Chlamydia di Kota Medan terdistribusi secara merata dengan kecenderungan ke arah mengelompok di wilayah tengah kota Medan (nilai R=0,783382 dengan nilai Z= -3,54068)., Analisis spasial terhadap keseluruhan kasus infeksi Chlamydia (112 kasus) menunjukkan infeksi Chlamydia di Kota Medan terdistribusi secara merata dengan kecenderungan ke arah mengelompok di wilayah tengah kota Medan (nilai R=0,778479 dengan nilai Z= -4,4). Pendekatan syndromic management yang dibentuk dari sign and symptom vaginal discharge memiliki nilai sensitivitas 74% pada warna discharge, dan spesifisitas 86% pada radang vagina.

Kesimpulan: Berdasarkan data primer dan data sekunder diperoleh proporsi infeksi Chlamydia di Kota Medan masing-masing sebesar 29,2% dan 38,9%. Faktor prediksi yang berperan adalah tindakan, jenis jamban, dan fasilitas puskesmas. Model pendekatan diagnostik syndromic management yang signifikan terdiri dari gejala bau, warna, dan konsistensi vaginal discharge dan tanda radang vagina. Pendekatan analisis spasial terhadap pola penyebaran kasus infeksi Chlamydia di Kota Medan terdistribusi merata di seluruh wilayah dengan kecenderungan mengelompok di wilayah tengah kota Medan.

Kata Kunci: Vaginal Discharge, Chlamydia, Faktor Risiko, Syndromic Management, Analisis Spasial


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan disertasi ini. Salawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke alam yang terang dan penuh dengan ilmu pengetahuan.

Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan disertasi ini dengan baik, yang berjudul “Model Pendekatan Syndromic Management dan Pendekatan Analisis Spasial terhadap Infeksi Chlamydia Trachomatis pada Ibu yang Mengalami Vaginal Discharge di Wilayah Kota Medan“. Proses penelitian dan penyusunan disertasi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, dengan hati yang tulus, penulis mengungkapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp.PD-KGEH, atas kesempatan dan fasilitas


(19)

yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi Doktor (S-3).

3. Ketua Program Studi Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran, mantan Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp.A(K), dan Sekretaris Program Studi. Prof. Dr. dr. Delfitri Munir, SpTHT-KL(K), serta mantan Ketua Program Studi Doktor (S-3), Prof. Dr. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp. PD-KGH, yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi Doktor (S-3).

4. Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K), yang bersedia menjadi Promotor dan memberikan bimbingan, bantuan dan motivasi yang kuat sehingga penelitian dan penulisan disertasi ini dapat diselesaikan.

5. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH sebagai Ko-Promotor, yang telah memberi dukungan, mengarahkan serta memperluas wawasan keilmuan saya dalam penulisan disertasi ini.

6. Dr. Drs. Tris Eryando, MA sebagai Ko-Promotor, yang sangat tulus, sabar dalam membimbing dan mengarahkan saya serta memberi masukan dan solusi yang sangat bermanfaat dalam penyusunan dan penulisan disertasi ini.

7. Prof. dr. Aznan Lelo, PhD, SpFK, yang telah mendukung, memberi masukan dan petunjuk yang sangat bermanfaat untuk disertasi ini. 8. dr. Adang Bachtiar, MPH, DSc, yang telah memberikan semangat


(20)

memberikan banyak bimbingan, memberi kritik dan saran untuk penyelesaian disertasi ini serta untuk memperluas wawasan keilmuan penulis khususnya bidang ilmu kesehatan masyarakat. 9. DR. dr. Imam Budi, MHA, SpKK, yang telah memberi motivasi,

dukungan dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan disertasi ini.

10. Dr.Ir.Erna Mutiara, MKM, yang telah memberikan masukan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat untuk memperbaiki penulisan disertasi ini.

11. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr.Pirngadi Medan dr. Amran Lubis, SpJP dan Kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan Dr. Rushakim Lubis, Sp.OG (K) yang telah memberikan keizinan dan fasilitas dalam melakukan pengumpulan data pasien untuk penelitian dan penulisan disertasi ini.

12. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dr. Lukman Hakim Nasution, SpKK dan Kepala SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan Prof.dr Delfi Lutan, MSc, Sp.OG (K) yang telah memberikan keizinan dan fasilitas dalam melakukan pengumpulan data pasien untuk penelitian dan penulisan disertasi ini.

13. Pimpinan Klinik Fertility Center Medan, Dr.dr.Binarwan Halim, Sp.OG (K) yang telah memberikan keizinan dan fasilitas dalam melakukan pengumpulan data pasien untuk penelitian dan penulisan disertasi ini.


(21)

14. Ketua Laboratorium Terpadu FK USU, dr. Tetty Aman Nasution, M.Med.Sc yang telah memberikan keizinan dan fasilitas dalam melakukan pemeriksaan PCR untuk penelitian dan penulisan disertasi ini.

15. Para staf pengajar Program Studi Doktor (S3): Prof. dr. Chairuddin P.Lubis, DTM&H, Sp.A(K), Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, SpPD-KGH, Prof.dr. Iskandar Zulkarnain Lubis, SpA(K) (Alm.), Prof.dr. Rozaimah Zain-Hamid, PhD, MSc, SpFK, Prof. Dr. Drs. Sutarman, MSi, dr. Yahwardiah Siregar, PhD, Dr. Drs. Ridwan Siregar, M.Lib, Prof.drg.Nurmala Situmorang, MKes (Alm.), Dr.dr.Rosihan Anwar, SpMK (Alm) dan dr. Adang Bachtiar, MPH, DSc., saya ucapkan terimakasih atas ilmu pengetahuan yang diberikan selama proses pendidikan ini.

16. Istri tercinta Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes dan anak-anakku tersayang Vina Andita dan Fariz Affandi yang telah mendoakan, memberi perhatian dan semangat serta ketulusan untuk senantiasa mendampingan dan membantu selama mulai awal proses pendidikan hingga selesainya pendidikan ini.

17. Ayahanda dan Ibunda tercinta H. Rapotan Harahap dan Hj. Maimunah Dalimunthe yang telah mendoakan dan memberikan motivasi untuk terus mengikuti pendidikan ini hingga selesai.

18. Ibu mertua tercinta Hj. Dra. Chairjah Yacob Umar, yang telah memberikan dorongan dan semangat serta bantuan yang tulus untuk menyelesaikan disertasi ini.


(22)

19. Kapada Abang, Kakak dan Adikku: Bang Ir. Riswan Dinzi, MT dan Kak Nita, Bang Egan dan Kak Pita, Bang Yan dan Mbak Ipuk, Bang Iwan dan Kak Ila, Kak Tatik, Adikku Deasy Fitriana, Mas Ade, Yunita Sari, Heru, Rini, Win dan seluruh keluarga besar, terima kasih atas doa dan dukungannya untuk menyelesaikan pendidikan ini.

20. Para staf pengajar Departemen Kedokteran Komunitas FK USU: Prof. dr. Bachtiar Ginting, MPH (Alm.) dan Dr. Zulkifli, MSi yang telah meletakkan dasar idealisme, keilmuan bidang kesehatan masyarakat, memberikan bimbingan yang baik sebagai seorang dosen, ilmuwan maupun peneliti, serta seluruh staf pengajar lainnya: Dr.dr. Arlinda Sari Wahyuni, MKes, dr.Yuki Yunada, dr. Rina Amelia, MARS, dr. Isti Ilmiati, MSc.CMFM, dr.Ismiralda, MKes, dr.Putri C.Eyanoer, MS.Epid, PhD, Sri Lestari SP, M.Kes. dan pegawai Departemen Kedokteran Komunitas, Dian Irawati, ST, Ahmad Jimmy, SH yang telah banyak membantu dan mendorong penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.

21. Martya Rahmaniati, SSi, MSi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan membantu penulis dalam menganalisa data penelitian hingga penyelesaian disertasi ini.

22. Para sejawat yang telah memberikan motivasi dan bantuan untuk penyelesaian disertasi ini: dr. Syamsul Arifin Nasution, SpOG, dr.Rizki Yaznil Sp.OG, dr.Dudi Ardiansyah, Sp.OG, dr. Partogi, Sp.OG, dan Para PPDS stase ginekologi serta perawat RS


(23)

Pirngadi dan RS Adam Malik yang banyak membantu sewaktu pengumpulan spesimen pasien, saya ucapkan terima kasih.

23. Titan, SKM, Putra, SKM, Nanda Rahman, SKM, Zul Salasa, SKM, Nurrmadani, SKM, Fitri, SKM yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data pasien dan para laboran Laboratorium Terpadu FK USU, Mardiah, ST dan Indra Wahyudi, SP.

24. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penelitian, pengumpulan data dan penyelesaian disertasi ini, yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu namanya, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dan kerjasamanya.

Semoga disertasi ini dapat memberikan sumbangan berharga bagi perkembangan ilmu kedokteran serta peningkatan pelayanan kedokteran kepada masyarakat, dan semoga Allah SWT senantiasa memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, April 2013


(24)

Model of Syndromic Management and Spatial Analysis Approach To Chlamydia Infection of Mother Who Had Vaginal Discharge In Medan

ABSTRACT

Background: Chlamydia infection is a sexually transmitted infection that most often occurs. Nearly 70% of infections occur in women have no symptoms so the infection is often not recognized by the sufferer. The most common complaints causing patients coming for treatment is the presence of vaginal discharge. Examination to detect the presence of Chlamydia infection is still relatively expensive and can only be done on health care facilities with complete laboratory facilities. Therefore we need a comprehensive study that can provide information about Chlamydia infection.

Objectives: This study aimed to estimate the magnitude of the risk of Chlamydia infection of mother who had vaginal discharge, forming a syndromic management approach as diagnosis tool based on the characteristics of vaginal discharge and estimating the probability of an area of infection Chlamydia through spatial analysis approach.

Method: This study is a cross-sectional study, divided into two phases, namely phase I study of risk factors for Chlamydia infection using primary data; Phase II, study of Chlamydia infection by analyzing primary data and secundary data of vaginal discharge and mapping of Chlamydia cases in Medan. Subjects were women who came for treatment to the Pirngadi Hospitals, Adam Malik Hospital, and Clinics Fertility Center with complaints of vaginal discharge and resides in the city of Medan. Samples obtained from primary data in accordance with the inclusion criteria of 130 people in consecutive sampling. Samples on secundary data obtained as many as 190 people. Examination of Chlamydia infection was done by using Polimerase Chain Reaction (PCR) in the Integrated Laboratory of FK USU. Spatial analysis conducted to predict Chlamydia infection in Medan.

Results: The results of the phase I study, the results of the examination of the cervical swab taken from the mother's genitalia, the proportion of positive results obtained by women with Chlamydia trachomatis infection of 29,2%. Based on the number of cases of Chlamydia infection in 38 cases, spatial analysis shows Chlamydia infection randomly distributed in Medan (the value of R = 0.86522 with a value of Z = -1.58945). Bivariate analysis of the risk factors for maternal parity with the value of OR = 3.778 (CI 95%, 1.005 to 14.197) and type of latrine with a value of OR = 3.724 (CI 95%, 1.686 to 8.225). Multivariate analysis showed the influence of age, education, practice, type of latrine and health center facilities.


(25)

Results of phase II study, the results of the examination of the cervical swabs taken from the genital mother, the proportion of positive results obtained by women with Chlamydia trachomatis infection by 29.2%. Based on the number of cases of Chlamydia infection 74 cases, spatial analysis shows Chlamydia infection in Medan distributed evenly with the trend toward clustered in the central region of Medan (the value of R = 0.783382 with a value of Z = -3.54068). Based on the number of cases of 112 cases of Chlamydia infection, spatial analysis shows Chlamydia distributed evenly with the trend toward clustered in the central region of Medan (the value of R = 0.778479 with a value of Z = -4.4). Syndromic management approach that is formed from the sign and symptoms of vaginal discharge has a sensitivity value of 74% of discharge color and specificity 86% of vaginal inflammatory.

Conclusion: Based on primary data and secondary data results of the study subjects had complaints of vaginal discharge and resides in the city of Medan obtained proportion of Chlamydia infection respectively 29.2% and 38.9%. Based on on primary data, contributing factors are age, education, practice, type of latrines, health centers facilities. Diagnostic of syndromic management consists of significant variables of odor, color, and consistency of vaginal discharge and vaginal inflammatory. Approach to the analysis of spatial patterns of spread of Chlamydia infections in Medan evenly distributed across the region with a tendency to cluster in the central region of the city of Medan.

Keywords: Vaginal Discharge, Chlamydia, Risk Factors, Syndromic Management, Spatial Analysis


(26)

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... i iii v DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang ...

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah... 1.3. Tujuan Penelitian... 1.3.1. Tujuan Umum... 1.3.2. Tujuan Khusus... 1.4. Manfaat Penelitian... 1.5. Potensi Hak Asasi Kekayaan Intelektual (HAKI)...

1 6 9 9 10 11 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Infeksi Chlamydia...

2.2. Mikrobiologi Chlamydia... 2.2.1 Morfologi ... 2.2.2 Klasifikasi... 2.2.3 Siklus Hidup... 2.3. Epidemiologi... 2.4. Manifestasi Infeksi Chlamydia... 2.4.1. Infeksi Ocular... 2.4.2. Infeksi Genital... 2.4.3. Infeksi Saluran Pernafasan... 2.5. Penularan Infeksi Chlamydia... 2.6. Gejala- Gejala Infeksi Chlamydia...

13 14 14 15 15 16 17 17 18 18 19 19


(27)

2.7. Chlamydia trachomatis dan Infertilitas Pada Wanita... 2.8. Vaginal Discharge... 2.9. Metode Pemeriksaan Chlamydia trachomatis... 2.10. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Infeksi Chlamydia... 2.11. Pendekatan Syndromic Management... 2.12. Sistem Informasi Geografis dan Kesehatan Masyarakat... 2.12.1 Komponen dan Sub Sistem (SIG)... 2.12.2 Analisa Spasial... 2.12.3 Sistem Informasi Geografis terhadap Infeksi Chlamydia di Kota Medan... 2.13. Kerangka Teori... 2.14. Kerangka Konsep Penelitian... 2.15. Hipotesis Penelitian...

21 23 27 32 36 42 43 44 46 48 49 50

BAB III METODE PENELITIAN... 51 3.1. Desain Penelitian...

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian... 3.3. Populasi Penelitian... 3.4. Sampel Penelitian dan Tehnik Pengambilan Sampel... 3.4.1 Kriteria Inklusi... 3.4.2 Kriteria Ekslusi... 3.5. Cara Kerja dan Alur Penelitian ... 3.6. Ethical Clearence... 3.7. Identifikasi Variabel... 3.8. Definisi Operasional... 3.9. Teknik Pengumpulan Data ... 3.10. Pengolahan dan Analisa Data...

51 54 55 55 56 57 57 60 60 60 65 67

BAB IV HASIL PENELITIAN... 71 4.1. Deskripsi Demografi dan Geografi Kota Medan...

4.2. Model Prediksi Probabilitas Infeksi Chlamydia...

71 74


(28)

4.3. Pendekatan Syndromic Management dan Model Klinis Nilai Prediksi Probabilitas Individu... 4.4. Analisis Spasial Infeksi Genital Chlamydia di Kota Medan...

94 106

BAB V PEMBAHASAN... 122 5.1. Karakteristik Subjek Penelitian dan Infeksi Chlamydia...

5.2. Perilaku Kesehatan dan Infeksi Chlamydia... 5.3. Higiene dan Sanitasi... 5.4. Akses Pelayanan Kesehatan Primer... 5.5. Model Prediksi Chlamydia... 5.6. Syndromic Management... 5.7. Model Klinis... 5.8. Analisis Spasial Pola Penyebaran Infeksi Chlamydia di Kota Medan...

122 126 127 128 130 132 135

136

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 140 6.1. Kesimpulan...

6.2. Saran...

140 142

DAFTAR PUSTAKA... 144 Lampiran


(29)

No

DAFTAR TABEL

Judul Halaman 1. Penyakit-penyakit yang Disebabkan Chlamydia... 18 2. Tanda dan Gejala Utama Infeksi Menular Seksual dan

Penyebabnya... 38 3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Umur, Paritas,

Tingkat Pendidikan, Penghasilan Keluarga, Riwayat Aborsi dan Infeksi Chlamydia trachomatis...

75

4. Hubungan Umur, Paritas, Pendidikan, Penghasilan dan Riwayat Aborsi dengan Infeksi Chlamydia trachomatis... 76 5. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan

Infeksi Chlamydia trachomatis... 79 6. Hubungan Faktor Higiene-Sanitasi dengan Infeksi Chlamydia

trachomatis... 81 7. Hubungan Faktor Akses Pelayanan Kesehatan dengan Infeksi

Chlamydia trachomatis Menurut Persepsi Ibu ... 84 8. Odds Ratio Faktor-faktor yang Berrhubungan dengan Infeksi

Chlamydia... 87 9. Hasil Analisis Keseluruhan Variabel Kandidat dalam Analisis

Regresi Logistik secara Metode Backward... 89 10. Uji Hosmer dan Lemeshow dalam Prediksi Infeksi Chlamydia... 91 11. Classification Table dalam Model Logit Berdasarkan Step 6

Regresi Logistik Multivariat... 91 12. Hasil Analisis Regresi Logistik secara Metode Backward

sebagai Model dalam Prediksi Infeksi Chlamydia... 92 13. Hasil Pemeriksaan PCR Infeksi Chlamydia... 95 14. Hubungan Karakteristik Vaginal Disharge dengan Infeksi


(30)

15. Nilai Odds Ratio dan Interval Kepercayaan Variabel untuk

Syndromic Management... 100 16. Nilai Diagnostik Variabel Vaginal Discharge... 101 17. Nilai Diagnostik Kombinasi Variabel Vaginal Discharge... 101 18. Hasil Analisis Regresi Logistik secara Metode Backward untuk

Model Klinis Infeksi Chlamydia... 103 19. Distribusi Penyebaran Kasus Infeksi Chlamydia trachomatis

Berdasarkan Data Primer di Kota Medan... 107 20. Distribusi Penyebaran Kasus Infeksi Chlamydia trachomatis


(31)

No.

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman 1. Siklus Perkembangan Chamydia trachomatis ... 15 2. Manifestasi Klinis Infeksi Chlamydia ... 18 3. Alur Diagnostik Sindroma Vaginal Discharge... 39 4. Komponen Dasar SIG ... 43 5. Buffer ... 45 6. Overlay ... 45 7. Teknik Query ... 46 8. Kerangka Teori Berdasarkan Health Belief Model ... 48 9. Kerangka Konsep Penelitian ... 49 10. Alur Penelitian ... 59 11. Peta Kota Medan Berdasarkan Wilayah Kecamatannya

dan wilayah sekitarnya... 72 12. Peta Wilayah Kecamatan-kecamatan Kota

Medan... 73 13. Pola Penyebaran Kasus Infeksi Chlamydia di Kota

Medan Berdasarkan Data Primer... 108 14. Pola Penyebaran Kasus Infeksi Chlamydia di Kota

Medan Berdasarkan Data Sekunder... 110 15. Pola Penyebaran Kasus Infeksi Chlamydia di Kota

Medan ... 111 16. Gejala Klinis Bau Vaginal Discharge dan Infeksi

Chlamydia di Kota Medan ... 113 17. Gejala Klinis Warna Vaginal Discharge dan Infeksi

Chlamydia di Kota Medan ... 114 18. Gejala Klinis Sakit Perut Bagian Bawah dan Infeksi


(32)

19. Gejala Klinis Radang Vaginal dan Infeksi Chlamydia di

Kota Medan ... 116 20. Persentase Pasien Chlamydia dengan 4 Gejala Klinis

Lengkap di Kota Medan... 117 21. Model Klinis dan Potensi Risiko Pelayanan Kesehatan

terhadap Kepadatan Penduduk di Kota

Medan... 119 22. Jangkauan Pelayanan Kesehatan terhadap Kasus


(33)

Model of Syndromic Management and Spatial Analysis Approach To Chlamydia Infection of Mother Who Had Vaginal Discharge In Medan

ABSTRACT

Background: Chlamydia infection is a sexually transmitted infection that most often occurs. Nearly 70% of infections occur in women have no symptoms so the infection is often not recognized by the sufferer. The most common complaints causing patients coming for treatment is the presence of vaginal discharge. Examination to detect the presence of Chlamydia infection is still relatively expensive and can only be done on health care facilities with complete laboratory facilities. Therefore we need a comprehensive study that can provide information about Chlamydia infection.

Objectives: This study aimed to estimate the magnitude of the risk of Chlamydia infection of mother who had vaginal discharge, forming a syndromic management approach as diagnosis tool based on the characteristics of vaginal discharge and estimating the probability of an area of infection Chlamydia through spatial analysis approach.

Method: This study is a cross-sectional study, divided into two phases, namely phase I study of risk factors for Chlamydia infection using primary data; Phase II, study of Chlamydia infection by analyzing primary data and secundary data of vaginal discharge and mapping of Chlamydia cases in Medan. Subjects were women who came for treatment to the Pirngadi Hospitals, Adam Malik Hospital, and Clinics Fertility Center with complaints of vaginal discharge and resides in the city of Medan. Samples obtained from primary data in accordance with the inclusion criteria of 130 people in consecutive sampling. Samples on secundary data obtained as many as 190 people. Examination of Chlamydia infection was done by using Polimerase Chain Reaction (PCR) in the Integrated Laboratory of FK USU. Spatial analysis conducted to predict Chlamydia infection in Medan.

Results: The results of the phase I study, the results of the examination of the cervical swab taken from the mother's genitalia, the proportion of positive results obtained by women with Chlamydia trachomatis infection of 29,2%. Based on the number of cases of Chlamydia infection in 38 cases, spatial analysis shows Chlamydia infection randomly distributed in Medan (the value of R = 0.86522 with a value of Z = -1.58945). Bivariate analysis of the risk factors for maternal parity with the value of OR = 3.778 (CI 95%, 1.005 to 14.197) and type of latrine with a value of OR = 3.724 (CI 95%, 1.686 to 8.225). Multivariate analysis showed the influence of age, education, practice, type of latrine and health center facilities.


(34)

Results of phase II study, the results of the examination of the cervical swabs taken from the genital mother, the proportion of positive results obtained by women with Chlamydia trachomatis infection by 29.2%. Based on the number of cases of Chlamydia infection 74 cases, spatial analysis shows Chlamydia infection in Medan distributed evenly with the trend toward clustered in the central region of Medan (the value of R = 0.783382 with a value of Z = -3.54068). Based on the number of cases of 112 cases of Chlamydia infection, spatial analysis shows Chlamydia distributed evenly with the trend toward clustered in the central region of Medan (the value of R = 0.778479 with a value of Z = -4.4). Syndromic management approach that is formed from the sign and symptoms of vaginal discharge has a sensitivity value of 74% of discharge color and specificity 86% of vaginal inflammatory.

Conclusion: Based on primary data and secondary data results of the study subjects had complaints of vaginal discharge and resides in the city of Medan obtained proportion of Chlamydia infection respectively 29.2% and 38.9%. Based on on primary data, contributing factors are age, education, practice, type of latrines, health centers facilities. Diagnostic of syndromic management consists of significant variables of odor, color, and consistency of vaginal discharge and vaginal inflammatory. Approach to the analysis of spatial patterns of spread of Chlamydia infections in Medan evenly distributed across the region with a tendency to cluster in the central region of the city of Medan.

Keywords: Vaginal Discharge, Chlamydia, Risk Factors, Syndromic Management, Spatial Analysis


(35)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Infeksi saluran reproduksi, termasuk infeksi menular seksual masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara-negara berkembang (World Health Organization, 2007a). Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan infeksi menular seksual yang paling sering terjadi, namun sebagian besar infeksi ini tidak menunjukkan gejala sama sekali (asimptomatik) sehingga infeksi ini tidak diketahui maupun disadari oleh penderita (Bebear, 2009).

Meskipun demikian keluhan yang paling sering dari infeksi ini adalah adanya cairan yang keluar dari vagina yang disebut vaginal discharge. Keluhan vaginal discharge inilah yang paling sering menyebabkan wanita datang berobat atau memeriksakan dirinya (Kore, et al, 2003). Sekitar 20-30% wanita yang datang berobat ke poli ginekologi memiliki keluhan vaginal discharge dan leukorrhoe (Sabir dan Hassan, 2010). Beberapa infeksi genital lainnya yang juga dapat menyebabkan adanya keluhan vaginal discharge yang patologis ini, antara lain bacterial vaginosis, candidiasis, trichomoniasis, dan gonorrhoeae (Sabir dan Hassan, 2010; WHO, 2007a; WHO, 2007b; Romoren, et al, 2007; Kore, et al, 2003).

Infeksi Chlamydia dan gonorrhoea dapat menyebabkan gangguan saat kehamilan (Romoren, et al, 2007). Di negara-negara maju hampir


(36)

seluruh populasi wanita yang diteliti menunjukkan bahwa prevalensi infeksi Chlamydia lebih banyak daripada infeksi gonorrhoe. Pada wanita tempat infeksi Chlamydia yang paling sering adalah pada endocerviks (Al-Sharif, 2011).

Pada wanita hamil infeksi Chlamydia ini dapat menyebabkan ketuban pecah dini (Premature Ruptura of Membrane/PROM), yang berarti juga akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada bayi. Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan kerusakan organ reproduksi. Pada wanita infeksi Chlamydia ini dapat menyebabkan pelvic inflammatory disease (PID) yang pada akhirnya dapat menimbulkan tubal occlusion sehingga terjadi infertilitas pada wanita (Debra, 2008; Gracia, et al, 2006; Karmila, 2001; Malik, et al, 2006).

Menurut WHO, hampir 70%-80% infeksi Chlamydia pada wanita tidak menunjukkan gejala. Pada pria 30%-50% infeksi Chlamydia ini juga tidak menunjukkan gejala (WHO, 2007b). Hal ini merupakan tantangan besar dalam strategi pengendalian infeksi Chlamydia, dimana individu-individu yang terinfeksi ini dapat menjadi sumber penularan pada pasangan seksualnya dan wanita lebih sering mengalami infeksi Chlamydia yang berulang (Black, 1997). Adanya infeksi Chlamydia juga dapat menjadi petunjuk kemungkinan adanya infeksi menular seksual lainnya terutama HIV/AIDS (WHO, 2007b).

Data mengenai prevalensi maupun insidensi infeksi Chlamydia di Indonesia maupun di Kota Medan khususnya masih sangat terbatas. Angka prevalensi infeksi Chlamydia di Indonesia lebih banyak terfokus


(37)

pada kelompok-kelompok yang berperilaku risiko tinggi (pekerja seksual, anak jalanan perempuan, pengungsi). Dari berbagai penelitian angka prevalensinya di Indonesia antara tahun 1990-2000 sangat bervariasi yaitu sebesar 8% – 73,7%. Penelitian Departemen Kesehatan tahun 2003 di tujuh kota di Indonesia mendapat prevelensi Chlamydia pada wanita pekerja seksual 12% - 55%, dimana di Kota Medan prevalensinya mencapai 44%. Sedangkan data infeksi Chlamydia pada ibu-ibu yang mendatangi klinik kesehatan ibu dan anak, ibu hamil, ibu peserta KB sebagai kelompok perilaku risiko rendah, prevalensinya berkisar 3,6% – 12% (Depkes, 2004;Putra, 2010).

Untuk menunjukkan adanya infeksi genital oleh Chlamydia. trachomatis bahan pemeriksaan harus diambil uretra atau cerviks dengan menggunakan swab kapas dengan tangkai metal. Berbagai metode pemeriksaan dapat dilakukan untuk mendeteksi infeksi Chlamydia ini, diantaranya test DNA Chlamydia dengan teknik amplifikasi nukleat yaitu teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Ligase Chain Reaction (LCR). Test ini memiliki sensitivitas dan spesifisitas tinggi, namun biaya pemeriksaannya relatif mahal dan hanya dapat dilakukan pada sarana pelayanan kesehatan dengan fasilitas laboratorium yang lengkap. Akibatnya pelayanan kesehatan terhadap keluhan vaginal discharge tersebut menjadi kurang adekuat karena penegakkan diagnosisnya yang sulit sehingga tindakan kuratif juga tidak adekuat diberikan.

Upaya pelayanan kesehatan masyarakat harus bersifat komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.


(38)

Untuk menjalankan upaya pelayanan yang komprehensif terhadap infeksi Chlamydia ini baik sebagai infeksi menular seksual maupun infeksi saluran reproduksi diperlukan data-data epidemiologi yang lebih detail mengenai frekuensi dan penyebarannya di suatu populasi serta kaitannya dengan berbagai faktor risiko terjadinya infeksi Chlamydia tersebut.

Sedangkan untuk menegakkan diagnosis infeksi Chlamydia ini, berbagai pendekatan melalui penelitian-penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan cara yang terbaik dalam menegakkan diagnosa dengan pendekatan yang sederhana dan tanpa pemeriksaan laboratorium yang sulit dan mahal seperti yang dijelaskan diatas, namun dalam implementasinya hasilnya kurang memuaskan. Penelitian di India, menggunakan pendekatan secara algoritme berdasarkan adanya keluhan vaginal discharge, risiko pasangan dan penilaian discharge ternyata tidak bermanfaat dalam memprediksi infeksi Chlamydia karena sensitivitasnya hanya 5% meskipun spesifisitasnya 93% (Vishwanath et al., 2000). Sedangkan penelitian di Peru, skreening untuk Chlamydia dan atau gonorrhoe dengan menggunakan pendekatan syndromic management yang meliputi keluhan dysuria dan atau genital discharge pada wanita, memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah yaitu 48,1% dan 44,4% (Clark et al., 2009). Beberapa penelitian menunjukkan vaginal discharge sebagai dasar untuk menegakkan diagnosa infeksi Chlamydia, namun belum ada penelitian yang menilai karakteristik discharge tersebut dengan infeksi Chlamydia (Pavlin et al., 2006).


(39)

Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih lanjut dan spesifik untuk menegakkan diagnosa infeksi Chlamydia tersebut melalui pendekatan syndromic management lainnya yang lebih praktis, mudah, dan memiliki nilai diagnostik yang tinggi.

Dengan adanya pendekatan diagnostik yang baik dana diperolehnya data-data epidemiologis serta faktor-faktor risiko terjadinya infeksi Chlamydia maka intervensi kesehatan terhadap penanganan kasus Chlamydia dapat dilaksanakan, terutama pada daerah-daerah yang sarana pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan fasilitas laboratoriumnya yang masih terbatas.

Pendekatan analisis spasial juga dapat dimanfaatkan dalam menggambarkan secara lebih akurat atribut-atribut suatu penyakit berdasarkan wilayah atau geografis. Pendekatan ini merupakan suatu perangkat untuk mengumpulkan, menyimpan, menampilkan dan mengkorelasikan data spasial fenomena geografis untuk dianalisis dan hasilnya dapat digunakan untuk keperluan pelayanan kesehatan komprehensif (Budiyanto, 2010; Prahasta, 2009). Perangkat tersebut dapat menggambarkan sebaran prevalensi suatu penyakit di suatu daerah, dan mengidentifikasi sebaran faktor-faktor risiko yang memberikan kontribusi terhadap kejadian atau prevalensi penyakit (Cromley and McLafferty, 2002). Dengan pemanfaatan analisis spasial ini, tenaga kesehatan dapat menentukan daerah yang menjadi prioritas dalam melakukan upaya preventif dan kuratif terhadap kasus infeksi Chlamydia yang terjadi di Kota Medan.


(40)

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Infeksi Chlamydia trachomatis merupakan infeksi menular seksual yang paling sering terjadi, namun sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala sama sekali (asimptomatik) ataupun infeksi ini tidak disadari oleh penderita. Pada wanita pre-pubertas gejala Chlamydia dapat berupa adanya vaginal discharge dan berbau (vaginitis). Pada wanita post pubertas juga dapat dijumpai adanya discharge dan bau yang berasal dari cerviks yang terinfeksi. Gejala dapat timbul dalam 3 minggu setelah terinfeksi, berupa sakit perut bawah yang menetap, discharge yang mild, milky, yellow mucus-like discharge dari vaginal, mual dan demam, sakit sewaktu buang air kecil, sakit sewaktu melakukan hubungan seksual, dan spotting diluar haid.

Secara klinis infeksi Chlamydia dapat menyebabkan cervicitis, endometritis, salphingitis, pelvic inflammatory disease, infertilitas ataupun kehamilan ektopik. Sekitar 5-13% wanita yang terinfeksi Chlamydia akan mengalami cervicitis.

Penegakkan diagnosa adanya infeksi Chlamydia ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) sebagai baku emas, karena mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang sangat tinggi, akan tetapi pemeriksaan ini sangat mahal. Penelitian di India terhadap wanita yang berobat jalan pada poliklinik ginekologi, mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas dari pemeriksaan PCR terhadap Chlamydia trachomatis masing-masing sebesar 98,4% dan


(41)

97,1% (Patel et al., 2010). Pemeriksaan PCR ini di Kota Medan saat ini masih sangat terbatas untuk dilakukan di pelayanan kesehatan rumah sakit apalagi di puskesmas, karena keterbatasan tenaga dan fasilitas laboratorium serta biayanya yang sangat mahal.

Seperti yang telah disebutkan diatas, data mengenai prevalensi maupun insidensi infeksi Chlamydia pada kelompok perilaku risiko rendah di Indonesia maupun di Kota Medan khususnya masih sangat terbatas. Prevalensi infeksi Chlamydia pada ibu-ibu yang mendatangi klinik kesehatan ibu dan anak, ibu hamil, ibu peserta KB sebagai kelompok perilaku risiko rendah, prevalensinya berkisar 3,6% – 12% (Depkes, 2004; Putra, 2010). Bila dibandingkan dengan data hasil penelitian pada ibu hamil yang mengunjungi poliklinik obstetri dan ginekologi di RS Adam Malik, RS Pirngadi dan Klinik Fertilitas di Medan, angka proporsi pada kelompok perilaku risiko rendah ini ternyata cukup tinggi yaitu 23% (PPKRM, 2011). Infeksi Chlamydia yang dikategorikan tinggi ini juga dilaporkan di Manila 23.3%, Cebu, Philippines 37% dan India 23% (Patel et al, 2010).

Tingginya proporsi infeksi Chlamydia ini menunjukkan adanya masalah kesehatan masyarakat di Kota Medan. Di satu sisi penegakkan diagnosa infeksi Chlamydia masih sulit karena umumnya bersifat asimptomatik dan penyakit-penyakit seksual lainnya dapat memberikan gejala yang hampir sama dengan infeksi Chlamydia. Sedangkan pemeriksaan PCR sebagai baku emas terhadap adanya infeksi Chlamydia masih terbatas karena biaya yang mahal dan keterbatasan tenaga dan


(42)

fasilitas laboratorium. Infeksi Chlamydia ini merupakan infeksi menular seksual, dimana kemungkinan pasangan ibu berpotensi menyebarkan penyakit ini dan dapat mencetuskan re-infeksi pada ibu jika pasangannya tidak diobati. Infeksi Chlamydia sering tidak disadari oleh penderitanya, ini menunjukkan suatu fenomena gunung es, bahwa yang tampak di permukaan hanya sedikit tetapi sebenarnya jumlah kasusnya cukup tinggi, sehingga perlu diidentifikasi faktor-faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan terjadinya infeksi tersebut.

Oleh karena besarnya masalah kesehatan sehubungan infeksi Chlamydia ini, diperlukan suatu penelitian yang komprehensif yang dapat memberikan informasi lebih lengkap tentang infeksi Chlamydia ini, sehingga dapat menemukan suatu pendekatan diagnostik syndromic management dan dapat memperkirakan besarnya risiko infeksi Chlamydia pada seorang ibu serta memperkirakan besarnya kemungkinan infeksi Chlamydia pada suatu wilayah melalui pendekatan analisis spasial. Pada penelitian ini subjek yang akan diteliti adalah ibu yang datang ke rumah sakit dengan keluhan vaginal discharge. Vaginal discharge merupakan salah satu gejala yang mudah dikenali. Gejala ini juga yang sering menyebabkan ibu datang untuk berobat.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dapat merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran besarnya infeksi Chlamydia trachomatis pada ibu yang mengalami vaginal discharge di Kota Medan?


(43)

2. Bagaimana gambaran faktor-faktor risiko pada ibu-ibu yang mengalami vaginal discharge yang terinfeksi Chlamydia di Kota Medan?

3. Bagaimana distribusi infeksi Chlamydia serta kaitannya dengan faktor risiko berdasarkan analisa spasial di Kota Medan?

4. Apakah faktor vaginal discharge dapat digunakan sebagai model pendekatan syndromic management untuk menegakkan diagnosa infeksi Chlamydia?

5. Faktor-faktor risiko apakah yang berperan dalam model prediksi untuk memperkirakan besarnya infeksi Chlamydia pada ibu dengan vaginal discharge di Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui model pendekatan syndromic management dan pendekatan analisis spasial terhadap infeksi Chlamydia pada ibu yang mengalami vaginal discharge di Kota Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui proporsi infeksi Chlamydia pada ibu yang mengalami vaginal discharge di Kota Medan berdasarkan pemeriksaan Polimerase Chain Reaction (PCR).


(44)

b. Mengetahui perbandingan pendekatan syndromic management terhadap infeksi Chlamydia dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction.

c. Mengetahui nilai sensitivitas, spesifisitas, nilai prediktik positif dan nilai prediktif negatif dari pendekatan syndromic management terhadap infeksi Chlamydia pada ibu yang mengalami vaginal discharge.

d. Mengetahui faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan terjadinya infeksi Chlamydia di Kota Medan.

e. Menggambarkan peta penyebaran infeksi Chlamydia pada ibu yang mengalami vaginal discharge di Kota Medan.

f. Menggambarkan peta penyebaran infeksi Chlamydia berdasarkan faktor vaginal discharge dan karakteristik wilayah di Kota Medan. g. Menggambarkan peta distribusi fasilitas kesehatan dan kaitannya

dengan aksesibilitas pasien dengan infeksi Chlamydia di Kota Medan.

h. Membuat suatu pemodelan berdasarkan analisis apasial untuk menentukan tingkat kerawanan suatu wilayah di Kota Medan terhadap kemungkinan terjadinya infeksi Chlamydia.

1.4. Manfaat Penelitian


(45)

1. Data hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran pola penyebaran infeksi Chlamydia yang sekaligus mencerminkan penyebaran infeksi menular seksual di masyarakat.

2. Data hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai data dasar dalam menentukan proporsi infeksi Chlamydia pada ibu yang memiliki gejala vaginal discharge.

3. Data hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai dasar prediksi infeksi Chlamydia berdasarkan faktor-faktor risiko yang berperan pada host dan lingkungannya.

4. Data hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai panduan dalam menegakkan diagnosa infeksi Chlamydia berdasarkan pendekatan syndromic management.

5. Berdasarkan hasil mapping penelitian ini, departemen kesehatan ataupun dinas kesehatan dapat melakukan promosi kesehatan, pencegahan penyakit maupun tindakan pengobatan pada wilayah yang diduga memiliki proporsi infeksi Chlamydia yang tinggi sehingga hal ini akan memutus rantai penularannya.

6. Bermanfaat bagi petugas puskesmas dalam menyusun strategi pelayanan kesehatan pada wanita usia reproduksi maupun ibu hamil di wilayah kerjanya dalam rangka pelayanan infeksi menular seksual.

7. Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu model kajian epidemiologi terhadap kasus-kasus infeksi atau penyakit menular lainnya maupun penyakit tidak menular.


(46)

1.5. Potensi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)

Potensi Hak Atas Kekayaan Intelektual pada penelitian ini adalah:

1. Menemukan model yang komprehensif dalam prediksi infeksi Chlamydia.

2. Menemukan dan menetapkan pola penyebaran infeksi Chlamydia di Kota Medan

3. Menemukan suatu pendekatan diagnostik syndromic management yang dapat diaplikasikan dalam praktek pelayanan kesehatan primer oleh dokter puskesmas, dokter keluarga maupun dokter praktek swasta lainnya.

4. Menemukan model spasial analisis terhadap infeksi Chlamydia berdasarkan model klinis di suatu wilayah.


(47)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Chlamydia

Infeksi Chlamydia trachomatis di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris sudah dianggap sebagai suatu masalah utama kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan infeksi Chlamydia ini merupakan infeksi menular seksual yang paling tinggi prevelensinya dibandingkan infeksi menular seksual lainnya. Selain itu infeksi Chlamydia ini umumnya bersifat asimptomatik sehingga penderita tidak menyadarinya dan tidak pergi untuk berobat (Tolan, 2008).

Infeksi Chlamydia sebagai suatu penyakit menular seksual (STI = Sexually Transmitted Infection) dapat melibatkan beberapa organ, yaitu cerviks, urethra, salping, uterus dan epidydimis. Infeksi Chlamydia dapat menimbukan pelvic inflammatory disease (PID) yang dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik yang bisa berakibat fatal. Di Amerika


(48)

berbagai laporan infeksi Chlamydia merupakan satu penyebab tersering terjadinya infertilitas pada wanita. Sementara di Indonesia sampai saat ini belum ada data yang pasti mengenai infeksi Chlamydia serta hubungannya dengan infertilitas (CDC,2007; Tolan, 2008). Dalam jangka pendek maupun jangka panjang, infeksi Chlamydia yang tidak terobati dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, baik pada pria dan wanita, demikian juga pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang telah terinfeksi.

Infeksi Chlamydia juga dapat menyebabkan penyakit lain seperti conjunctivitis, pneumonia, Fitz-Hugh-Curtis syndrome (inflamasi dari liver capsule), dan trachoma yang dapat menyebabkan kebutaan.

2.2. Mikrobiologi Chlamydia 2.2.1. Morfologi

Chlamydia merupakan bakteri obligat intraselular, hanya dapat berkembang biak di dalam sel eukariot hidup dengan membentuk semacam koloni atau mikrokoloni yang disebut Badan Inklusi (BI). Chlamydia membelah secara benary fision dalam badan intrasitoplasma.

Chlamydia trachomatis berbeda dari kebanyakan bakteri karena berkembang mengikuti suatu siklus pertumbuhan yang unik dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu berupa Badan Inisial yang terdiri dari Elementary Body (EB) dan Reticulate Body (RB). Badan elementer ukurannya lebih kecil (300 nm) terletak ekstraselular dan merupakan


(49)

bentuk yang infeksius, sedangkan badan retikulat lebih besar (1 um), terletak intraselular dan tidak infeksius.

Morfologi inklusinya adalah bulat dan terdapat glikogen di dalamnya. Chlamydia trachomatis peka terhadap sulfonamida, memiliki plasmid, dan jumlah immunotypenya adalah 15 yaitu A-C menyebabkan trachoma, D-K menyebabkan infeksi saluran genital, dan L1-L3 menyebabkan lymphogranuloma venerum (Debra, 2008; CDC, 2006; Karmila, 2001).

2.2.2. Klasifikasi

Klasifikasi ilmiah dari Chlamydia trachomatis adalah sebagai berikut: ordo Chlamydiales, famili Chlamydiaceae, genus Chlamydia dan spesies Chlamydia trachomatis

2.2.3. Siklus Hidup

Secara singkat, siklus perkembangan Chlamydia trachomatis dapat dilihat dalam Gambar 2.1 dibawah ini. Chlamydia mempunyai siklus hidup yang unik, dimana terjadi pergantian antara siklus non-replicating elementary body yang infeksius dan siklus replikasi retikulat body yang tidak infeksius.


(50)

Gambar 1. Siklus Perkembangan Chamydia trachomatis

Elementary body merupakan bentuk pathogen mirip seperti spora. Bakteri ini akan merangsang endocytosisnya setelah kontak dengan sel host yang potensial. Sekali memasuki sel, elementary body akan bertambah banyak sebagai hasil interaksinya dengan glikogen, dan merubahnya menjadi bentuk vegetatif, relikulate body. Bentuk retikulate membelah setiap 2-3 jam dan mempunyai masa inkubasi 7-21 hari dalam sel hostnya. Setelah pembelahan, berubah kembali menjadi bentuk elementary dan dilepaskan dari sel melalui exocytosis (Tolan, 2008; Karmila, 2001).

2.3. Epidemiologi

Menurut WHO (2007) diperkirakan 4 juta kasus infeksi Chlamydia dilaporkan setiap tahunnya di Amerika Serikat dengan prevalensi secara


(51)

keseluruhan 5%. Pada kelompok berisiko prevelensinya lebih tinggi yaitu pada kelompok remaja wanita yang seksual aktif, dengan insidensi 10%.

Prevalensi Chlamydia mencapai 14% pada remaja wanita Amerika Afrika usia 18-26 tahun dan 17% dari remaja ini dalam 12 bulan sebelumnya mempunyai riwayat terinfeksi gonorrhoe atau Chlamydia. Hampir 100.000 neonatus terpapar Chlamydia setiap tahunnya.

Infeksi Chlamydia yang asimptomatik lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria yaitu 80% banding 50% (Kohl, et al, 2003). Namun wanita lebih mungkin mengalami komplikasi jangka panjang seperti chronic pelvic pain, PID dan infertilitas.

Prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok umur remaja wanita usia 15 - 24 tahun yaitu 46% pada usia 15 -19 tahun dan 33% pada usia 20 – 24 tahun. Mukosa vagina dan jaringan cervix pada wanita yang berusia muda bersifat immature sehingga ini menyebabkan mereka lebih rentan terhadap infeksi genitalia dibandingkan wanita yang lebih tua (WHO, 2007b).

Infeksi Chlamydia sering dijumpai pada kelompok sosio-ekonomi lemah dan pada orang yang tinggal di kota.

2.4. Manifestasi Infeksi Chlamydia 2.4.1. Infeksi Ocular

Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan trachoma dan inclusión conjunctivitis. Trachoma ditandai dengan pengembangan folikel-folikel dan peradangan conjungtiva. Kornea menjadi keruh disertai banyak


(52)

pembuluh darah. Bila terjadi infeksi yang berulang-ulang umumnya dapat menyebabkan kebutaan. Inclusión conjunctivitis merupakan peradangan conjunctiva yang lebih ringan disertai adanya discharge yang purulen. (Debra, 2008; CDC, 2006; Karmila, 2001).

2.4.2. Infeksi Genital

Beberapa strain Chlamydia trachomatis menyebabkan infeksi genital, termasuk nongonococcal urethritis pada pria dan acute salphingitis dan cervisitis pada wanita. Strain lain menyebabkan lymphogranuloma venerum, suatu lesi genital yang melibatkan kelenjar lymp regional (buboes)(Debra, 2008; CDC, 2006; Karmila, 2001).

2.4.3. Infeksi Saluran Pernafasan

Chlamydia psittaci biasanya menyebabkan psitacosis, suatu penyakit seperti influenza. Chlamydia pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia atipik pada manusia. Penyakit-penyakit pada manusia yang disebabkan oleh Chlamydia, dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut:


(53)

Gambar 2. Manifestasi Klinis Infeksi Chlamydia 2.5. Penularan Infeksi Chlamydia

Chlamydia merupakan penyakit menular seksual yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual baik secara oral, anal dan vagina dengan pasangan yang terinfeksi serta penularan dari seorang ibu kepada bayinya saat persalinan.


(54)

2.6. Gejala-Gejala Infeksi Chlamydia

Pada umumnya infeksi Chlamydia, biasanya tanpa gejala, atau pada orang yang terinfeksi dan memperhatikannya, dapat diketahui gejala-gejala tertentu dalam beberapa minggu atau bulan, tergantung keparahan dari infeksinya (severity) dan pengobatan yang dilakukannya. Bila tidak tertangani dengan baik, gejalanya bisa berbeda-beda.

Gejala-gejala ini dapat berupa:

a. Pada wanita pre-pubertas: adanya vaginal discharge dan berbau (vaginitis)

b. Pada wanita post pubertas: adanya discharge dan bau yang berasal dari cerviks yang terinfeksi.

c. Pada wanita dewasa: hampir 80% tidak ada gejala (asimptomatik). Wanita dapat membawa bakteri ini berbulan-bulan bahkan bertahun tanpa menyadarinya. Disinilah pentingnya skrining. Gejala dapat timbul dalam 3 minggu setelah terinfeksi, berupa: sakit perut bawah yang menetap, mild, milky, yellow mucus-like discharge dari vaginal, mual dan demam, sakit sewaktu buang air kecil, sakit sewaktu melakukan hubungan seksual, spotting diluar haid.

d. Pada pria: rasa terbakar/panas sewaktu buang air kecil, discharge yang mild, sticky, milky atau mucus-like dari penis, sakit dan pembengkakan testis (yang bila tidak diobati dapat menimbulkan infertilitas). Infeksi pada pria ini sering disebut Non-Spesifik Uretritis (NSU)


(55)

a. Cervicitis:

Sekitar 5-13% wanita yang terinfeksi Chlamydia akan mengalami cervicitis. Chlamydia trachomatis menyerang epitel silindris mukosa cerviks. Tidak ada gejala-gejala yang khas membedakan cervicitis karena Chlamydia trachomatis dan cervicitis karena organisme lain. Pada pemeriksaan dijumpai duh tubuh yang mukopurulen dan cerviks yang ektopi. Pada penelitian yang menghubungkan cervicitis dengan ektopi cerviks, prevalensi cervicitis yang disebabkan Chlamydia trachomatis lebih banyak ditemukan pada penderita yang menunjukkan ektopi cerviks dibandingkan yang tidak ektopi. Penggunaan kontrasepsi oral dapat menambah resiko infeksi Chlamydia trachomatis pada cerviks, oleh karena kontrasepsi oral dapat menyebabkan ektopi cerviks.

b. Endometritis

Cervicitis oleh karena infeksi Chlamydia trachomatis dapat meluas ke endometrium sehingga terjadi endometritis. Tanda dari endometritis antara lain menorrhagia dan nyeri panggul yang ringan. Pada pemeriksaan laboratorium, Chlamydia dapat ditemukan pada aspirat endometrium.

c. Salpingitis atau Pelvic Inflammatory Disease (PID)

Merupakan penyebab utama infertilitas, kehamilan ectopic dan chronic pelvic pain. Sebagian besar kasus PID disebabkan oleh infeksi Chlamydia yang sering tanpa gejala, dimana pada tuba fallopi akan terjadi scar (tubal scarring) yang akan menutup saluran


(56)

tuba dan menghalangi terjadinya fertilisasi. Juga akan mempengaruhi jalannya sel telur yang telah dibuahi menuju uterus sehingga sel telur terimplantasi pada saluran tuba fallopi dan terjadilah tubal pregnancy (ectopic pregnancy).

d. Perihepatitis (Fitz - Hugh - Curtis Syndrome)

Infeksi Chlamydia trachomatis dapat meluas dari cerviks melalui endometrium ke tuba dan kemudian parakolikal menuju ke diafragma kanan. Beberapa dari penyebaran ini menyerang permukaan anterior liver dan peritoneum yang berdekan sehingga menimbulkan perihepatitis. Parenchym hati tidak diserang sehingga tes fungsi hati biasanya normal.

2.7. Chlamydia trachomatis dan Infertilitas Pada Wanita

Pasien dengan suatu penyakit menular seksual tertentu merupakan suatu faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi penyakit menular seksual lainnya (co-infeksi). Untuk infeksi Chlamydia yang paling sering menjadi co-infeksinya adalah gonorrhea. Sekitar 40% wanita dan 20% pria yang terinfeksi Chlamydia, juga terinfeksi gonorrhea.

Chlamydia dan gonorrhea merupakan penyebab infertilitas terbanyak yang sebenarnya dapat dicegah. Bila tidak ditangani dengan baik, sampai 40% wanita yang terinfeksi Chlamydia akan mengalami pelvic inflammatory disease (PID) (Kalantar, et al, 2007; WHO, 2007a).

Seperti telah diketahui bahwa semua bentuk vaginitis dapat melibatkan cervicitis. Infeksi ini akan merubah pH mucus cerviks, yang


(57)

akan menggangu kemampuan sperma dalam proses pembuahan. Infeksi oleh bakteri lain dapat mempengaruhi kesuburan pasangan pada usia reproduksinya. Chlamydia trachomatis merupakan microorganisme yang potensial yang dapat menyebabkan masalah infertilitas terutama mengakibatkan tubal infertility pada wanita (Garaland, et al, 1990).

Prevalensi pasangan infertile berbeda-beda bergantung pada pendefinisian pasangan infertile tersebut. Sekitar 10-15% pasangan tidak bisa hamil setelah satu tahun hubungan seksual dan akhir dari usia reproduksinya, 2-7% dari pasangan infertile ini tetap tidak mempunyai anak.

Penyebab infertilitas ini dapat disebabkan oleh empat kategori utama yaitu: 1. Faktor Wanita, 2. Faktor Pria, 3. Faktor Wanita dan Pria (Kombinasi) dan 4. Faktor yang belum diketahui (Unexplained infertility). Sebenarnya sulit memastikan berapa besar persentase untuk tiap kategori (Gracia, et al, 2006).

Namun secara umum dilaporkan bahwa hampir 35% kasus infertility disebabkan oleh faktor wanita, 30% disebabkan faktor pria, 20% disebabkan faktor kombinasi dan 15% oleh unexplained infertility (Gracia, et al, 2006). Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara infeksi Chlamydia trachomatis dengan terjadinya infertilitas. Suatu study dari Australia mendapatkan, prevalensi infeksi Chlamydia cukup tinggi yaitu 45% pada kelompok infertil dan dari kelompok infertil ini sebagian besar mengalami tubal occlusion (Evenden, et al, 2006). Di


(58)

India, 28% infeksi Chlamydia trachomatis dijumpai pada wanita infertil (Malik, et al, 2006; Townshend, et al, 2000)

Selain adanya pelvic inflammatory disease (PID) dan endometriosis, faktor-faktor lain yang ada hubungannya dengan peningkatan resiko infertilitas meliputi adanya pengaruh lingkungan dan pekerjaan, efek toksis yang berhubungan dengan tembakau, marijuana, atau obat-obatan lainnya, latihan/exercise, diet yang tidak adekuat yang berhubungan dengan penurunan dan peningkatan berat badan yang ekstrim dan usia lanjut (Gracia, et al., 2006)

2.8. Vaginal discharge

Vaginal discharge adalah suatu gejala umum yang muncul, dapat bersifat fisiologis ataupun patologis. Meskipun banyak kasus vaginal discharge tidak disebabkan oleh penyakit menular seksual dan memerlukan pengobatan, namun penyakit menular seksual dapat memberikan gejala vaginal discharge (WHO, 2007a).

Cairan vagina fisiologis normal adalah berwarna putih atau jernih, non-offensive discharge yang bervariasi sesuai siklus menstruasi.

Sedangkan gejala-gejala discharge yang abnormal, meliputi: a. Cairan yang lebih banyak dari biasanya

b. Cairan yang lebih kental dari biasanya c. Cairan seperti nanah (pus-like discharge)


(59)

e. Cairan yang berwarna keabuan, kehijauan, kekuningan dan sedikit berdarah (grayish, greenish, yellowish, or blood-tinged discharge) f. Cairan yang berbau amis (foul-smelling discharge; fishy or rotting

meat)

g. Cairan yang disertai darah, rasa gatal, rasa terbakar, ruam atau rasa sakit.

Beberapa penyebab vaginal discharge, antara lain: a. Non-infective:

1) Physiological

2)

3) Foreign bodies seperti retained tampon 4) Vulva

5) Erosiv

6) Genital tract malignancy

7) Fistulae

b. Non-sexually transmitted infection: 1)

2) c. Sexually transmitted infection:

1) 2) 3)


(60)

Vaginal discharge yang fisiologis dapat terjadi pada masa usia reproduksi, fluktuasi kadar estrogen dan progesteron sepanjang siklus menstruasi mempengaruhi kualitas dan kuantitas mucus cervical, sehingga membuat perubahan cairan vagina. Pada awalnya ketika kadar estrogen rendah, mucus kental dan lengket. Saat kadar estrogen meningkat, mucus menjadi lebih jernih, basah dan lebih elastis. Setelah ovulasi, mucus kembali mengalami peningkatan kekentalan dan lebih lengket. Pada masa menopause jumlah normal cairan vagina menurun sejalan dengan penurunan kadar estrogen.

Vaginal discharge pada infeksi Menular Seksual

Infeksi Chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae dan Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan vaginal discharge tetapi bisa juga tidak ada gejala (asimptomatik). Infeksi menular seksual ini ada hubungannya dengan peningkatan risiko penularan HIV.

a. Chlamydia trachomatis dapat menyebabkan vaginal discharge yang purulen dan banyak, tetapi 80% wanita tidak menunjukkan keluhan ini. Bila infeksi ini tidak diobati, maka sekitar 10-40% dapat menyebabkan pelvic inflammatory disease (PID). Oleh karena itu penegakkan diagnosa infeksi Chlamydia secara dini sangat penting.

b. Neisseria gonorrhoeae juga dapat menyebabkan vaginal discharge yang purulen, tetapi hampir 50% wanita tidak mempunyai gejala sama sekali (asimptomatik). Gejala ringan lainnya seperti vaginal


(61)

discharge yang sedikit, dysuria dan intermenstrual bleeding. Infeksi gonorrhoeae juga berhubungan dengan pelvic inflammatory disease (PID).

c. Trichomonas vaginalis dapat menyebabkan vaginal discharge warna kuning yang menyengat, yang sering berlebihan dan berbusa, disertai rasa gatal pada vulva dan rasa sakit, dysuria, abominal pain dan dyspareunia. Infeksi ini juga berhubungan partus prematur.Tetapi infeksi ini juga kebanyakan bersifat asimptomatik.

Pengobatan Infeksi Menular Seksual (Vaginal discharge)

a. Chlamydia trachomatis; pemberian secara oral doxycycline 100 mg dua kali sehari selama 7 hari (kontrandikasi pada kehamilan); azithromycin 1 g dosis tunggal (WHO merekomendasikannya pada kehamilan).

b. Gonorrhoea; pemberian secara oral cefixime 400 mg dosis tunggal atau ceftriaxone 250 mg intramuscular dosis tunggal.

c. Trichomonas vaginalis; pemberian secara oral metronidazole 2 g dosis tunggal atau metronidazole 400-500 mg dua kali sehari selama 5-7 hari.

Dalam penatalaksaan selanjutnya, pasangan pasien sebaiknya diidentifikasi, dilakukan screening dan diobati sehingga tidak terjadi re-infeksi dari pasangannya.


(62)

Untuk menunjukkan adanya infeksi genital oleh Chlamydia. trachomatis bahan pemeriksaan harus diambil uretra atau cerviks dengan menggunakan swab kapas dengan tangkai metal. Pada wanita Chlamydia trachomatis lebih sering dapat diisolasi di cerviks dari pada uretra.

a. Biakan

Sampai tahun 1980-an diagnosis infeksi Chlamydia trachomatis terutama berdasarkan pada isolasi organisma dalam biakan sel jaringan. Ini merupakan metode tradisional untuk diagnosis laboratorium dan tetap sebagai metode pilihan untuk spesimen medikolegal dimana sensitivitas diperkirakan 80-90% dan spesifitasnya 100%. Yang dapat digunakan adalah sel-sel Mc. Coy yaitu sel-sel yaitu sel-sel fibroblas tikus (L-cells). Biakan sel dapat juga digunakan mencari bahan inklusi Chlamydia dengan bantuan grup spesifik fluorescein - labelled antibodi monoklonal terhadap Chlamydia trachomatis. Prosedur ini membutuhkan mikroskop fluorescens.

b. Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan dalam gelas objek diwarnai dengan pewarnaan giemsa atau larutan jodium dan diperiksa dengan mikroskop cahaya biasa. Pada pewarnaan Giemsa, Badan Inklusi (BI) terdapat intra sitoplasma sel epitel akan nampak warna ungu tua, sedangkan dengan pewarnaan yodium akan terlihat berwarna coklat. Jika dibanding dengan cara kultur, pemeriksaan mikrosopik langsung ini sensitivitasnya rendah dan tidak dianjurkan pada infeksi asimtomatik.


(63)

c. Deteksi Antigen Langsung

Dikenal 2 cara pemeriksaan antigen yaitu: 1) Direct Fluorescent Antibody (DFA)

Cara ini merupakan test non-kultur pertama dimana Chlamydia trachomatis dapat ditemukan secara langsung dengan metode monoklonal antibodi yang dilabel dengan fluorescein. Dengan teknik ini Chlamydia bebas ekstraseluler yang disebut badan elementer (BE) dapat ditemukan. Kadang-kadang juga dapat ditemukan badan inklusi intrasitoplasmik. Cara ini tidak dapat membedakan antara organisme mati atau hidup, tetapi keuntungannya tidak membutuhkan biakan sel jaringan dan hasilnya dapat diketahui dalam 30 menit.

2) Enzym Immuno Assay (EIA)

Banyak tes-tes yang tersedia saat ini menggunakan teknik ini. Tidak seperti DFA, EIA bersifat semiautomatik dan sesuai digunakan untuk memproses spesimen dalam jumlah besar.

d. Serologik

Tes serologik tidak digunakan secara rutin dan luas untuk diagnosa infeksi traktus genitalis Chlamydial kecuali untuk LGV, oleh karena dijumpai prevalensi antibodi pada populasi seksual aktif yang mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi Chlamydia trachomatis, yaitu berkisar 45 - 60% dari individu yang diperiksa. Walaupun tidak selalu dijumpai pada setiap kasus infeksi genital tanpa komplikasi, antibodi terhadap Chlamydia


(64)

trachomatis biasanya timbul setelah infeksi dan dapat menetap selama bertahun tahun. Respon Ig M dapat dilihat pada infeksi episode pertama.

Berbagai teknik serologik diaplikasikan untuk mempelajari infeksi clamydial antara lain:

1). Complement Fixation (CFT)

CFT menggunakan antigen “group” Chlamydia untuk mendeteksi serum antibody terhadap semua anggota genus ini. Konsekuensinya, deteksi antibody terhadap antigen lipopolysacharida Chlamydial tidak dapat membedakan antara infeksi Chlamydia trachomatis dengan Chlamydia psittaci dan juga tidak cukup sensitif untuk deteksi antibodi terhadap Chlamydia pneumonia.

2). Microimmunofluorescence (MIF)

MIF menggunakan antigen Chlamydial purifikasi tertentu yang ditempatkan diatas slide kaca bereaksi dengan serum penderita. Test ini sensitif dan spesifik, dimana pada sebagian besar kasus dapat memberikan informasi mengenai serotype infeksi Chlamydia trachomatis. Selain di serum, antibodi dapat juga ditemukan pada sekresi lokal tubuh lainnya seperti air mata dan sekresi genital. Antibodi Chlamydia trachomatis dapat diklasifikasikan menurut Ig (Ig M, Ig G dan Ig A) dengan teknik ini. Respon Ig M merupakan ciri infeksi akut dan terutama digunakan dalam diagnosis infant Chlamydial pneumonia.


(1)

2 Alasan penggunaan alat tersebut. (Boleh lebih dari satu alasan)

1. Meringankan gejala

2. Membersihkan setelah haid 3. Menyenangkan pasangan

4. Alasan lainnya (sebutkan) ---

|__| |__| |__| |__| |__|

E. Pengetahuan

Ya Tidak Tidak Tahu 1 Infeksi Saluran Kelamin dapat

diobati dengan obat tradisional/jamu

|__| 2 Infeksi Saluran Kelamin dapat

berakibat pada:

|__| Bayi Lahir Hidup

Bayi Lahir Mati Aborsi Spontan Aborsi Buatan

Kehamilan Di luar kandungan Pecahnya Ketuban lebih awal dari yang seharusnya

Persalinan prematur

|__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| 3 Bagaimana gejalanya bila terkena infeksi penyakit

menular seksual??

Keluar cairan dari kemaluan 1. Ya 2. Tidak Rasa sakit di kemaluan 1. Ya 2. Tidak Luka di alat kelamin 1. Ya 2. Tidak Perdarahan dari kemaluan di luar siklus haid 1. Ya 2. Tidak

Nyeri haid yang berlebihan 1. Ya 2. Tidak Rasa sakit saat berhubungan intim 1. Ya 2. Tidak Rasa sakit di perut bagian bawah 1. Ya 2. Tidak

Sakit pinggang 1. Ya 2. Tidak

Gangguan saat buang air kecil 1. Ya 2. Tidak

Demam 1. Ya 2. Tidak

Rasa gatal di alat kelamin 1. Ya 2. Tidak Lainnya (sebutkan) ---

|__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| 4 Pernahkan Anda mendapat penyuluhan kesehatan

khususnya untuk penyakit menular seksual? 1. Ya 2. Tidak


(2)

5 Sumber utama penyuluhan/informasi kesehatan 1. Sekolah

2. Orang tua 3. Teman

4. Petugas Kesehatan

5. Media Elektronik (TV, Radio)

6. Lainnya (sebutkan) ---

|__|

SIKAP

1 Bila terdapat cairan berlebih yang keluar dari liang senggama (vagina) yang terkadang disertai rasa gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan, kerap disertai bau busuk dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu buang air kecil atau bersenggama disebut keputihan abnormal atau keputihan patologis

1. Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

2 Keputihan yang normal atau fisiologis yaitu cairan yang keluar dari vagina sebelum dan sesudah menstruasi, akibat rangsangan seksual, dan stress emosional

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

3 Menggunakan celana yang ketat tidak berpengaruh dengan terjadinya keputihan

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 4 Keputihan dapat menyerang wanita usia 45 tahun keatas

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 5 Bila tidak ditangani secara serius keputihan bisa

menyebabkan kematian akibat infeksi saluran reproduksi 1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 6 Keputihan dapat terjadi karena berbagai sebab seperti

iritasi akibat bahan pembersih vagina atau pemakaian antiseptic yang berlebihan, iritasi saat berhubungan seksual, penggunaan tampon, dan alat kontrasepsi.

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

7 Membasuh daerah kewanitaan dari arah depan ke belakang (dari arah vagina ke anus) dan membersihkan daerah kewanitaan dengan rendaman air sirih merupakan cara untuk mencegah terjadinya keputihan

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

8 Lebih sering mengganti celana dalam saat mengalami keputihan merupakan salah satu cara untuk mengatasi keputihan yang tidak normal


(3)

11 Membersihkan daerah kewanitaan dengan sabun yang sesui dengan PH, Membersihkan daerah kewanitaan dengan air bersih, dan Menjaga vagina agar tidak terjadi iritasi merupakan pencegahan dari terjadinya keputihan 1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

12 Melakukan perawatan alat genitalia secara khusus misalnya menggunakan tissue setelah buang air, tidak memakai celana dalam yang ketat, mencukur bulu kemaluan dan menggunakan air yang bersih

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

13 Keputihan itu merupakan gejala dari infeksi alat saluran reproduksi seperti kanker mulut rahim, infeksi pada tuba falopi, infeksi pada, infeksi pada saluran telur, dll

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

14 Bila terjadi keputihan sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 15 Pengobatan tradisional atau ke dukun bisa

menyembuhkan keputihan 1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 16 Keputihan bukan masalah yang serius karena keputihan

bisa terjadi kapan saja dan merupakan hal yang wajar 1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 17 Keputihan abnormal atau yang sudah parah berupa

cairan berwarna kekuningan hingga kehijauan, jumlahnya banyak bahkan bisa sampai keluar dari celana dalam, kental, lengket, berbau tidak sedap atau busuk, terasa sangat gatal atau panas, dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__|

18 Keputihan bisa disebabkan oleh jamur, bakteri, parasit dan personal hyigine yang kurang

1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 19 Ibu hamil dan wanita yang telah melakukan hubungan

seks sangat rentan terkena keputihan 1.Setuju 2. Tidak Setuju

|__| 20 Keputihan bisa menimbulkan resiko terkena infeksi

saluran reproduksi sehingga bisa menyebabkan kemandulan

1.Setuju 2. Tidak Setuju


(4)

AKSES PELAYANAN KESEHATAN

1. Kemanakah anda berobat, bila ada keluhan keputihan 1. Dokter puskesmas

2. Dokter praktek swasta 3. Bidan/perawat

2. Menurut anda apakah letak Puskesmas relatif jauh dari rumah anda?

1. Jauh 2. Tidak jauh

3. Berapakah jarak dari rumah anda ke puskesmas terdekat? 4. Menurut anda apakah fasilitas laboratorium puskesmas dapat digunakan untuk memeriksa keputihan?

1. Ya 2. Tidak

5. Menurut anda apakah tenaga medis di puskesmas mampu mengobati keluhan keputihan anda?

1. Ya 2. Tidak

[__]

[__]

[___km; ___m]

[__]

[__]

FASILITAS SANITASI

1. Apakah sumber air yang anda pergunakan untuk keperluan mandi, BAK dan BAB?

a. Air sumur b. Air sungai c. Air PAM

2. Jenis jamban apa yang anda gunakan untuk keperluan BAK dan BAB?

a. toilet duduk b. toilet jongkok

3. Apakah sehabis BAK anda selalu mencuci alat genital dengan air dan sabun?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah sehabis BAB anda selalu mencucinya dengan air dan sabun?

[__]

[__]

[__]


(5)

FORMULIR PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN KELAMIN

Alat Kelamin Bagian Luar (Labia, perineum, anus) Luka/Goresan: Y/N Jika ya:

L/P/A

Kutil Y/N Jika ya: L/P/A

Papules lainnya Y/N Jika ya: L/P/A

Borok/bisul lainnya Y/N Jika ya: L/P/A

|__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__|

Kemaluan (vagina)

a. Radang Y/N b. Cairan: Warnanya ...

Normal Y/N

Banyak Y/N

Mucopurulent Y/N Putih dan gatal Y/N

Berbau Y/N

c. Borok/Bisul Y/N

|__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| Cerviks

a. Radang Y/N b. Cairan

Warnanya: __________

Mukus /cair / curdlike (pilih salah satu) Bau yang mengganggu : Y/N

c. Borok / Bisul Y/N d. Spontaneous pus dari cerviks Y/N e. Pus keluar pada waktu di swab Y/N f. Spontaneous bleeding dari cervical os Y/N g. Endo cervical swab ada bercak darah Y/N

h. Cerviks erosion Y/N

Lainnya (sebutkan)

____________________________________

|__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__| |__|


(6)

PEMERIKSAAN SPESIMEN

1. Tanggal Pengumpulan Cairan Kemaluan (spesimen) Hari |__|__| Bulan |__|__| Tahun |__|__|

2. Tanggal

diperolehnya hasil pemeriksaan spesimen

__ __/__ __/__ __ Chlamydia trachomatis (PCR) Positif [ ] Negatif[ ]

N. gonorrhoeae (Gram staining) Positif [ ] Negatif[ ]

__ __/__ __/__ __ __ __/__ __/__ __

LOKASI

Alamat rumah responden: Koordinat X:

Koordinat Y: Alamat Puskesmas terdekat:

Jumlah Petugas KIA

Jumlah Petugas Surveilence

Koordinat X: Koordinat Y: [__]


Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Berobat Jalan Di Puskesmas Amplas Mengenai Kejang Demam pada Tahun 2014

0 50 80

Psychological Well-Being Pada Individu Dewasa Awal Yang Mengalami Kecacatan Akibat Kecelakaan

4 60 118

Infeksi Chlamydia Trachomatis

0 33 10

Efek domperidon terhadap produksi ASI pada ibu yang melahirkan bayi prematur: uji klinis acak tersamar ganda

4 69 78

Perencanaan lanskap kota Sintang berkelanjutan dengan pendekatan model spasial dinamik

2 19 150

PEMODELAN SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI BANJIR GENANGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN METODE Pemodelan Spasial Untuk Identifikasi Banjir Genangan Di Wilayah Kota Surakarta Dengan Pendekatan Metode Rasional (Rational Runoff Method).

0 1 16

Model Pendekatan Syndromic Management dan Pendekatan Analisis Spasial terhadap Infeksi Chlamydia pada Ibu yang Mengalami Vaginal Discharge di Wilayah Kota Medan

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Chlamydia - Model Pendekatan Syndromic Management dan Pendekatan Analisis Spasial terhadap Infeksi Chlamydia pada Ibu yang Mengalami Vaginal Discharge di Wilayah Kota Medan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Model Pendekatan Syndromic Management dan Pendekatan Analisis Spasial terhadap Infeksi Chlamydia pada Ibu yang Mengalami Vaginal Discharge di Wilayah Kota Medan

0 0 12

MODEL PENDEKATAN SYNDROMIC MANAGEMENT DAN PENDEKATAN ANALISIS SPASIAL TERHADAP INFEKSI CHLAMYDIA PADA IBU YANG MENGALAMI VAGINAL DISCHARGE DI WILAYAH KOTA MEDAN DISERTASI JULIANDI HARAHAP

0 0 32