Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion Fraktur Batang Femur
Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion Fraktur Batang Femur
Hafas Hanafiah
Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Abstrak: Telah dilakukan studi tentang karakterisasi dan uji kepekaan beberapa isolat
Staphylococcus aureus dari Sumatera Utara terhadap antibiotik penisilin, metisilin, amoksisilin,
kloramfenikol, dan sulfametoksazol trimetoprim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
isolat memiliki sifat yang sama kecuali kemampuan melisis darah. Uji kepekaan antibiotik
menunjukkan bahwa isolat S. aureus asal Sumatera Utara masih sensitif terhadap antibiotik yang
diujikan. Resistensi terhadap kloramfenikol terjadi pada isolat asal Asahan dan Labuhan Batu,
sedang resistensi terhadap amoksisilin terjadi pada isolat asal Asahan dan Deli Serdang.
Kata kunci: fraktur batang femur, malunion, operasi rekonstruksi
Abstract: A study of 28 casesof malunion fractures of femoral shaft was done in Pirngadi
Hospital. In all cases deformities such as shortening, angulation and rotation were found. Most of
the cases were treated by bone setter prior to hospital admission. Reconstructions in one stage
were done in 16 cases while of rest 12 cases reconstructions were done in two stages. Plates and
screws or K-nail were used for internal fixation.
Keywords: femoral shaft fracture, malunion, reconstruction operation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Malunion adalah suatu keadaan tulang
patah yang telah mengalami penyatuan
dengan fragmen fraktur berada dalam posisi
tidak normal (posisi buruk). Malunion terjadi
karena reduksi yang tidak akurat, atau
imobilisasi yang tidak efektif dalam masa
penyembuhan.
Tiga keadaan malunion batang femur yang
memerlukan operasi adalah:
1. Terdapat tumpang tindih (overlap) lebih
dari 5 cm
2. Terdapat angulasi antara fragmen fraktur
lebih 15 derajat.
3. Terdapat rotasi antara kedua fragmen
fraktur lebih 45 derajat dengan ada atau
1,3, 4
tidak ada angulasi
.
Sampai saat ini belum ada penelitian yang
mengamati hasil rekonstruksi pada malunion
fraktur batang femur.
Perumusan Masalah
Belum
diketahui
bagaimana
hasil
rekonstruksi pada malunion fraktur batang
femur di Rumah Sakit Pirngadi Medan.
108
Pada 28 kasus malunion batang femur
yang dijumpai dilakukan operasi reposisi
terbuka dan fiksasi interna. Pasca bedah
dilakukan evaluasi terhadap hasil rekonstruksi
dari 28 kasus malunion fraktur batang femur
tersebut.
TUJUAN DAN MANFAAT PENGAMATAN
Tujuan Pengamatan
Tujuan pengamatan ini adalah sebagai
usaha pertama untuk mendata hasil
rekonstruksi dan mengetahui beberapa faktor
yang bersangkut paut dengan rekonstruksi
pada malunion fraktur batang femur, sehingga
pada tahap selanjutnya dapat dilakukan
penelitian yang lengkap dan akurat.
Manfaat Pengamatan
Dengan mengetahui hasil pengamatan
terbuka terhadap rekonstruksi malunion
fraktur batang femur dan beberapa faktor
yang mempengaruhinya maka pada penelitian
tahap selanjutnya dapat dinilai variabelvariabel tertentu yang menentukan hasil
rekonstruksi malunion fraktur batang femur.
Majalah Kedokteran NusantaraUniversitas
Volume 40 ySumatera
No. 2 y Juni
2007
Utara
Hafas Hanafiah
Hal di atas sangat berguna baik didalam
usaha pencegahan terjadinya malunion
maupun usaha sosialisasi pada masyarakat
untuk tidak berobat kepada dukun patah bila
mengalami fraktur batang femur.
BAHAN DAN CARA PENGAMATAN
Belum pernah dilakukan penelitian
sebelumnya mengenai rekonstruksi pada
malunion fraktur batang femur maka
pengamatan ini merupakan pengamatan
terbuka yang merupakan usaha pendahuluan
untuk mencoba dan mengamati hasil serta
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
rekonstruksi.
Pada 28 kasus penderitra nalunion fraktur
batang fenur ditemukan data – data sebagai
berikut:
Umur penderita antara 17 – 35 tahun,
semuanya laki – laki.
Lama malunion antara 2,5 – 18 bulan.
Deformitas
yang
dijumpai
berupa
pemendekan, angulasi dan rotasi. Pemendekan
antara 1,5 – 6 cm karena tumpang tindih
fragmen fraktur.
Dijumpai keterbatasan lingkup gerak
sendi antara 5 – 30 derajat.
Dua puluh (20) penderita sebelumnya
mendapat pengobatan dari tenaga non medis
(dukun patah) dan 8 penderita oleh tenaga
medis.
Dari 28 penderita semuanya dilakukan
operasi, 16 kasus dalam satu tahap operasi
refrakturasi dan pemasangan fiksasi interna,
12 kasus dalam 2 tahap operasi. Fiksasi interna
yang digunakan adalah inter medulary nail
pada 10 kasus dan plate and screws pada 18
kasus.
Setelah operasi, tungkai disanggah
menggunakan Thomas splint selama 5 – 7
hari. Penderita diperbolehkan berjalan non
weight bearing mulai hari ke 7 – 10, untuk 4 –
6 minggu, kemudian partial weight bearing 6
minggu berikutnya.
Full weight bearing di perbolehkan setelah 12
minggu. Operasi pengangkatan fiksasi interna
dilakukan paling cepat setelah 12 bulan bila
konsolidasi telah sempurna dan bila
3,4,5
diperlukan dapat ditunggu sampai 2 tahun
Pada pengamatan ini dicatat dalam bentuk
tabulasi:
1. Distribusi deformitas dari 28 kasus
malunion fraktur batang femur
Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion...
2. Klasifikasi hasil rekonstruksi satu tahap
dan
dua
tahap
dari
28
kasus
malunion fraktur batang femur
3. Distribusi lingkup gerak sendi lutut
sebelum
dan
sesudah
dilakukan
rekonstruksi satu tahap dan dua tahap dari
28 kasus malunion fraktur batang femur.
HASIL PENGAMATAN TERBUKA
Penilaian terhadap hasil rekonstruksi
dilakukan setelah 12 bulan. Hasil penilaian di
klasifikasikan sebagai excellent, fair, dan poor
berdasar kriteria Magerl dkk (1979).
1. Excelent berarti keadaan anatomis dan
fungsi kembali sempurna tanpa ada rasa
sakit.
2. Good berarti kadang – kadang timbul rasa
sakit, tenaga normal, gerakan sendi
panggul dan lutut terbatas kurang dari 10
derajat, valgus atau varus kurang dari 5
derajat.
3. Fair berati kadang – kadang timbul rasa
sakit tetapi tidak menghalangi pekerjaan
sehari – hari dan tidak memerlukan
pengobatan, penampilan tidak sempurna,
gerakan sendi penggul dan sendi lutut
terbatas
kurang
dari
20
derajat,
pemendekan femur kurang dari 1,5 cm,
terdapat valgus atau varus kurang dari 10
derajat.
4. Poor berarti keadaan diluar dari batas yang
2
didapati pada tingkat fair
Dalam pengamatan ini tidak didapati hasil
excellent. Hasil good ditemukan 12 kasus, fair
10 kasus dan poor pada 6 kasus.
Tabel 1.
Distribusi deformitas dari 28 kasus malunion fraktur
batang femur
Deformitas
Jumlah kasus
Angulasi
4
Angulasi dan rotasi
12
Pemendekan
3
Pemendekan
dan
9
angulasi/rotasi
Tabel 2.
Klasifikasi hasil rekonstruksi satu tahap dan dua tahap
dari 28 kasus malunion fraktur batang femur
Hasil
Satu Tahap
Dua Tahap
Excellent
0
0
Good
7
5
Fair
6
4
Poor
3
3
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007
109
Universitas Sumatera Utara
Karangan Asli
Tabel 3.
Distribusi lingkup gerak sendi lutut sebelum dan
sesudah dilakukan rekonstruksi satu tahap dan
dua tahap dari 28 kasus malunion fraktur batang
femur
Derajat Lingkup
Gerak Sendi
Lutut
0 - 10
10 - 20
20 - 30
Sebelum
Rekonstruksi
Tahap
Tahap
I
II
10
6
6
3
3
Sesudah
Rekonstruksi
Tahap
Tahap
I
II
13
6
3
5
1
DISKUSI
Malunion terjadi karena reduksi yang
tidak akurat atau imobilisasi yang tidak efektif
selama penyembuhan. Penanganan tidak
adekuat pada penelitian ini dilakukan
terbanyak oleh tenaga medis (30%).
16 kasus yang terdiri dari 4 kasus dengan
deformitas angulasi dan 12 kasus dengan
angulasi dan rotasi (tabel I) dilakukan
rekonstuksi dalam satu tahap operasi, 12 kasus
dengan deformitas pemendekan dilakukan
dalam 2 tahap.
Dari kelompok satu tahap (tabel II) didapati
hasil good 7 (44%), fait 6 (37%), poor 3
(19%) dan tidak satupun didapatkan hasil
yang excellent.
Sebelum dilakukan rekonstruksi didapati
keterbatasan lingkup, gerak sendi lutut dan
sesudah dilakukan rekonstruksi sebagian dari
kasus derajat keterbatasan lingkup gerak sendi
lutut berkurang (tabel III).
Perbaikan derajat lingkup gerak sendi
lutut hanya terjadi pada kasus-kasus yang
belum lama mengalami malunion.
2
O’ Beirne dkk , memperoleh dari 11 kasus
yang dilakukan rekonstruksi 2 tahap didapatkan 5
kasus (44%) keterbatasan lingkup gerak sendi
lutut kurang dari 10 derajat dan 6 kasus (56%)
3
lebih dari 10 derajat .
Dari penelitian ini 12 kasus yang
dilakukan rekonstruksi 2 tahap didapatkan 6
kasus (50%) keterbatasan lingkup gerak sendi
lutut kurang dari 10 derajat dan 6 kasus (50%)
2
lebih dari 10 derajat .
Setelah rekonstruksi, derajat lingkup gerak
sendi lutut tampaknya tidak memberikan
perbaikan yang berarti. Tidak dijumpai
satupun hasil excellent pada pengamatan ini.
Hal-hal di atas menunjukkan adanya
variabel-variabel yang berperan dalam hasil
rekonstruksi seperti: penanganan pertama oleh
dukun patah, lamanya malunion, jarak
pemendekan yang terjadi pada femur,
besarnya derajat angulasi dan rotasi.
SARAN
Diharap
dapat
dilakukan
penelitian
multicenter study di Indonesia sehinga dapat
dilakukan upaya pencegahan terjadinya
malunion
fraktur
batang
femur
dan
menurunkan biaya pengobatan dan perawatan
pada penderita-penderita fraktur femur pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Graham AA: Injury of the pelvis. In:
Solomon L, Warwick DJ, Nayagam S.
editors. Apley’s System of Orthopaedics
th
and Fractures. 8 ed. New York: Oxford
University Press Inc.; 2001. p. 668.
2. O’ Beirne J. et al: Fracture of the femur
trated by femoral plating using the
anterolateral approach. Injury 1986; 17: p.
387-90.
3. Mc Rae R: Practical Fracture Treatment
th
4 ed. London: Churchill Livingstone;
2002. p. 323.
4. Russel TA: Malunited fractures. In:
Crenshaw AH. Ed. Campbell Operative
th
Orthopaedics. 7 ed. St. Louis: The C.V.
Mosby Company; 1987. p. 2029-37.
5. Sisk TD: Fractures of Lower Extremity.
In: Crenshaw AH. Ed. Campbell
th
Operative Orthopaedics. 7 ed. St. Louis:
The C.V. Mosby Company; 1987. p.
1680-71.
KESIMPULAN
Pada
pengamatan
ini
kebanyakan
penderita telah ditangani terlebih dahulu oleh
tenaga non medis (dukun patah tulang).
110
Majalah Kedokteran NusantaraUniversitas
Volume 40 ySumatera
No. 2 y Juni
2007
Utara
Hafas Hanafiah
Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi Departemen Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Abstrak: Telah dilakukan studi tentang karakterisasi dan uji kepekaan beberapa isolat
Staphylococcus aureus dari Sumatera Utara terhadap antibiotik penisilin, metisilin, amoksisilin,
kloramfenikol, dan sulfametoksazol trimetoprim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua
isolat memiliki sifat yang sama kecuali kemampuan melisis darah. Uji kepekaan antibiotik
menunjukkan bahwa isolat S. aureus asal Sumatera Utara masih sensitif terhadap antibiotik yang
diujikan. Resistensi terhadap kloramfenikol terjadi pada isolat asal Asahan dan Labuhan Batu,
sedang resistensi terhadap amoksisilin terjadi pada isolat asal Asahan dan Deli Serdang.
Kata kunci: fraktur batang femur, malunion, operasi rekonstruksi
Abstract: A study of 28 casesof malunion fractures of femoral shaft was done in Pirngadi
Hospital. In all cases deformities such as shortening, angulation and rotation were found. Most of
the cases were treated by bone setter prior to hospital admission. Reconstructions in one stage
were done in 16 cases while of rest 12 cases reconstructions were done in two stages. Plates and
screws or K-nail were used for internal fixation.
Keywords: femoral shaft fracture, malunion, reconstruction operation
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Malunion adalah suatu keadaan tulang
patah yang telah mengalami penyatuan
dengan fragmen fraktur berada dalam posisi
tidak normal (posisi buruk). Malunion terjadi
karena reduksi yang tidak akurat, atau
imobilisasi yang tidak efektif dalam masa
penyembuhan.
Tiga keadaan malunion batang femur yang
memerlukan operasi adalah:
1. Terdapat tumpang tindih (overlap) lebih
dari 5 cm
2. Terdapat angulasi antara fragmen fraktur
lebih 15 derajat.
3. Terdapat rotasi antara kedua fragmen
fraktur lebih 45 derajat dengan ada atau
1,3, 4
tidak ada angulasi
.
Sampai saat ini belum ada penelitian yang
mengamati hasil rekonstruksi pada malunion
fraktur batang femur.
Perumusan Masalah
Belum
diketahui
bagaimana
hasil
rekonstruksi pada malunion fraktur batang
femur di Rumah Sakit Pirngadi Medan.
108
Pada 28 kasus malunion batang femur
yang dijumpai dilakukan operasi reposisi
terbuka dan fiksasi interna. Pasca bedah
dilakukan evaluasi terhadap hasil rekonstruksi
dari 28 kasus malunion fraktur batang femur
tersebut.
TUJUAN DAN MANFAAT PENGAMATAN
Tujuan Pengamatan
Tujuan pengamatan ini adalah sebagai
usaha pertama untuk mendata hasil
rekonstruksi dan mengetahui beberapa faktor
yang bersangkut paut dengan rekonstruksi
pada malunion fraktur batang femur, sehingga
pada tahap selanjutnya dapat dilakukan
penelitian yang lengkap dan akurat.
Manfaat Pengamatan
Dengan mengetahui hasil pengamatan
terbuka terhadap rekonstruksi malunion
fraktur batang femur dan beberapa faktor
yang mempengaruhinya maka pada penelitian
tahap selanjutnya dapat dinilai variabelvariabel tertentu yang menentukan hasil
rekonstruksi malunion fraktur batang femur.
Majalah Kedokteran NusantaraUniversitas
Volume 40 ySumatera
No. 2 y Juni
2007
Utara
Hafas Hanafiah
Hal di atas sangat berguna baik didalam
usaha pencegahan terjadinya malunion
maupun usaha sosialisasi pada masyarakat
untuk tidak berobat kepada dukun patah bila
mengalami fraktur batang femur.
BAHAN DAN CARA PENGAMATAN
Belum pernah dilakukan penelitian
sebelumnya mengenai rekonstruksi pada
malunion fraktur batang femur maka
pengamatan ini merupakan pengamatan
terbuka yang merupakan usaha pendahuluan
untuk mencoba dan mengamati hasil serta
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
rekonstruksi.
Pada 28 kasus penderitra nalunion fraktur
batang fenur ditemukan data – data sebagai
berikut:
Umur penderita antara 17 – 35 tahun,
semuanya laki – laki.
Lama malunion antara 2,5 – 18 bulan.
Deformitas
yang
dijumpai
berupa
pemendekan, angulasi dan rotasi. Pemendekan
antara 1,5 – 6 cm karena tumpang tindih
fragmen fraktur.
Dijumpai keterbatasan lingkup gerak
sendi antara 5 – 30 derajat.
Dua puluh (20) penderita sebelumnya
mendapat pengobatan dari tenaga non medis
(dukun patah) dan 8 penderita oleh tenaga
medis.
Dari 28 penderita semuanya dilakukan
operasi, 16 kasus dalam satu tahap operasi
refrakturasi dan pemasangan fiksasi interna,
12 kasus dalam 2 tahap operasi. Fiksasi interna
yang digunakan adalah inter medulary nail
pada 10 kasus dan plate and screws pada 18
kasus.
Setelah operasi, tungkai disanggah
menggunakan Thomas splint selama 5 – 7
hari. Penderita diperbolehkan berjalan non
weight bearing mulai hari ke 7 – 10, untuk 4 –
6 minggu, kemudian partial weight bearing 6
minggu berikutnya.
Full weight bearing di perbolehkan setelah 12
minggu. Operasi pengangkatan fiksasi interna
dilakukan paling cepat setelah 12 bulan bila
konsolidasi telah sempurna dan bila
3,4,5
diperlukan dapat ditunggu sampai 2 tahun
Pada pengamatan ini dicatat dalam bentuk
tabulasi:
1. Distribusi deformitas dari 28 kasus
malunion fraktur batang femur
Pengamatan Terbuka pada Rekonstruksi Malunion...
2. Klasifikasi hasil rekonstruksi satu tahap
dan
dua
tahap
dari
28
kasus
malunion fraktur batang femur
3. Distribusi lingkup gerak sendi lutut
sebelum
dan
sesudah
dilakukan
rekonstruksi satu tahap dan dua tahap dari
28 kasus malunion fraktur batang femur.
HASIL PENGAMATAN TERBUKA
Penilaian terhadap hasil rekonstruksi
dilakukan setelah 12 bulan. Hasil penilaian di
klasifikasikan sebagai excellent, fair, dan poor
berdasar kriteria Magerl dkk (1979).
1. Excelent berarti keadaan anatomis dan
fungsi kembali sempurna tanpa ada rasa
sakit.
2. Good berarti kadang – kadang timbul rasa
sakit, tenaga normal, gerakan sendi
panggul dan lutut terbatas kurang dari 10
derajat, valgus atau varus kurang dari 5
derajat.
3. Fair berati kadang – kadang timbul rasa
sakit tetapi tidak menghalangi pekerjaan
sehari – hari dan tidak memerlukan
pengobatan, penampilan tidak sempurna,
gerakan sendi penggul dan sendi lutut
terbatas
kurang
dari
20
derajat,
pemendekan femur kurang dari 1,5 cm,
terdapat valgus atau varus kurang dari 10
derajat.
4. Poor berarti keadaan diluar dari batas yang
2
didapati pada tingkat fair
Dalam pengamatan ini tidak didapati hasil
excellent. Hasil good ditemukan 12 kasus, fair
10 kasus dan poor pada 6 kasus.
Tabel 1.
Distribusi deformitas dari 28 kasus malunion fraktur
batang femur
Deformitas
Jumlah kasus
Angulasi
4
Angulasi dan rotasi
12
Pemendekan
3
Pemendekan
dan
9
angulasi/rotasi
Tabel 2.
Klasifikasi hasil rekonstruksi satu tahap dan dua tahap
dari 28 kasus malunion fraktur batang femur
Hasil
Satu Tahap
Dua Tahap
Excellent
0
0
Good
7
5
Fair
6
4
Poor
3
3
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 y No. 2 y Juni 2007
109
Universitas Sumatera Utara
Karangan Asli
Tabel 3.
Distribusi lingkup gerak sendi lutut sebelum dan
sesudah dilakukan rekonstruksi satu tahap dan
dua tahap dari 28 kasus malunion fraktur batang
femur
Derajat Lingkup
Gerak Sendi
Lutut
0 - 10
10 - 20
20 - 30
Sebelum
Rekonstruksi
Tahap
Tahap
I
II
10
6
6
3
3
Sesudah
Rekonstruksi
Tahap
Tahap
I
II
13
6
3
5
1
DISKUSI
Malunion terjadi karena reduksi yang
tidak akurat atau imobilisasi yang tidak efektif
selama penyembuhan. Penanganan tidak
adekuat pada penelitian ini dilakukan
terbanyak oleh tenaga medis (30%).
16 kasus yang terdiri dari 4 kasus dengan
deformitas angulasi dan 12 kasus dengan
angulasi dan rotasi (tabel I) dilakukan
rekonstuksi dalam satu tahap operasi, 12 kasus
dengan deformitas pemendekan dilakukan
dalam 2 tahap.
Dari kelompok satu tahap (tabel II) didapati
hasil good 7 (44%), fait 6 (37%), poor 3
(19%) dan tidak satupun didapatkan hasil
yang excellent.
Sebelum dilakukan rekonstruksi didapati
keterbatasan lingkup, gerak sendi lutut dan
sesudah dilakukan rekonstruksi sebagian dari
kasus derajat keterbatasan lingkup gerak sendi
lutut berkurang (tabel III).
Perbaikan derajat lingkup gerak sendi
lutut hanya terjadi pada kasus-kasus yang
belum lama mengalami malunion.
2
O’ Beirne dkk , memperoleh dari 11 kasus
yang dilakukan rekonstruksi 2 tahap didapatkan 5
kasus (44%) keterbatasan lingkup gerak sendi
lutut kurang dari 10 derajat dan 6 kasus (56%)
3
lebih dari 10 derajat .
Dari penelitian ini 12 kasus yang
dilakukan rekonstruksi 2 tahap didapatkan 6
kasus (50%) keterbatasan lingkup gerak sendi
lutut kurang dari 10 derajat dan 6 kasus (50%)
2
lebih dari 10 derajat .
Setelah rekonstruksi, derajat lingkup gerak
sendi lutut tampaknya tidak memberikan
perbaikan yang berarti. Tidak dijumpai
satupun hasil excellent pada pengamatan ini.
Hal-hal di atas menunjukkan adanya
variabel-variabel yang berperan dalam hasil
rekonstruksi seperti: penanganan pertama oleh
dukun patah, lamanya malunion, jarak
pemendekan yang terjadi pada femur,
besarnya derajat angulasi dan rotasi.
SARAN
Diharap
dapat
dilakukan
penelitian
multicenter study di Indonesia sehinga dapat
dilakukan upaya pencegahan terjadinya
malunion
fraktur
batang
femur
dan
menurunkan biaya pengobatan dan perawatan
pada penderita-penderita fraktur femur pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Graham AA: Injury of the pelvis. In:
Solomon L, Warwick DJ, Nayagam S.
editors. Apley’s System of Orthopaedics
th
and Fractures. 8 ed. New York: Oxford
University Press Inc.; 2001. p. 668.
2. O’ Beirne J. et al: Fracture of the femur
trated by femoral plating using the
anterolateral approach. Injury 1986; 17: p.
387-90.
3. Mc Rae R: Practical Fracture Treatment
th
4 ed. London: Churchill Livingstone;
2002. p. 323.
4. Russel TA: Malunited fractures. In:
Crenshaw AH. Ed. Campbell Operative
th
Orthopaedics. 7 ed. St. Louis: The C.V.
Mosby Company; 1987. p. 2029-37.
5. Sisk TD: Fractures of Lower Extremity.
In: Crenshaw AH. Ed. Campbell
th
Operative Orthopaedics. 7 ed. St. Louis:
The C.V. Mosby Company; 1987. p.
1680-71.
KESIMPULAN
Pada
pengamatan
ini
kebanyakan
penderita telah ditangani terlebih dahulu oleh
tenaga non medis (dukun patah tulang).
110
Majalah Kedokteran NusantaraUniversitas
Volume 40 ySumatera
No. 2 y Juni
2007
Utara