Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae) Menularkan Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit
KEMAMPUAN LARVA ORYCTES RHINOCEROS (COLEOPTERA:
SCARABAEIDAE) MENULARKAN CENDAWAN METARHIZIUM
ANISOPLIAE KE LARVA
SEHAT DI PERTANAMAN KELAPA SAWIT
SKRIPSI
OLEH
PERABU JAYA SITEPU
040302004/ HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
KEMAMPUAN LARVA Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
MENULARKAN CENDAWAN Metarhizium anisopliae KE LARVA
SEHAT DI PERTANAMAN KELAPA SAWIT
SKRIPSI
OLEH
PERABU JAYA SITEPU
040302004
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Di Depertemen Hama Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
KOMISI PEMBIMBING
Ketua
Anggota
(Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS)
130535854
(Ir. Yuswani P. Ningsih, MS)
130535822
Anggota
(Ahmad P. Dogoran, SP)
DEPARTEMEN ILMU HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat- Nya penulis dapat menyesesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Skripsi ini berjudul Kemampuan
Oryctes rhinoceros L. ( Coleoptera:
Scarabaeidae) Menularkan Jamur Metarhizium anisopliae ke Larva Sehat di
Pertanaman Kelapa Sawit. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Komisi Pembimbing :
Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS selaku Ketua,
Ir. Yuswani P. Ningsih, MS dan Ahmad P. Dongoran, SP selaku Anggota yang
telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsil ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga proposal ini
bemanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Feberuari 2009
Penulis
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
ABSTRACT
Perabu Jaya Sitepu, The Ability of Larvae Oryctes rhinoceros to Infect
Metharizium anisopliae to the healthy larvae in the oil palm plantation. This
research is intends to study the ability of larva Oryctes rhinoceros to infect
Metharizium anisopliae to the other of healthy larvae of Orcytes rhinoceros in the
oil palm plantation. This research is using Random Device Group Non Factorial
consist 4 treatment and six replications, which is : L1 (control), L2 (5 larvae
smeared with Metharizium anisopliae), L3 (10 larvae smeared with Metharizium
anisopliae), L4 (15 larvae smeared with Metharizium anisopliae). The result of
showed that larva Oryctes rhinoceros that smeared Metharizium anisopliae can
spread to the healthy larvae in the plantation, but the result of non significance.
The highest mortality of the infected larvae in L4 (15 larva smeared Metharizium
anisopliae) 17,5% and the lowest is on control (7%).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
ABSTRAK
Perabu Jaya Sitepu, Kemampuan larva Oryctes rhinoceros
menularkan Metharizium anisopliae ke larva sehat di pertanaman kelapa
sawit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan larva O.
rhinoceros menularkan M. anisopliae ke larva O. rhinoceros yang lain di
lapangan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Non Faktorial yang terdiri dari 4 perlakuan dan enam ulangan yaitu : L1
(kontrol), L2 (5 larva dilumuri M. anisoplioae), L3 (10 larva dilumuri M.
anisoplioae), L4 (15 larva dilumuri M. anisoplioae). Hasil penelitian
menunjukkan larva O. rhinoceros yang dilumuri M. anisopliae mampu
menulari larva sehat di lapangana, akan tetapi antara setiap perlakuan tidak
berbeda nyata. Mortalitas larva tertinggi terdapat pada perlakuan L4 (15
larva dilumuri M. anisoplioae) sebesar 17,5% dan terendah pada perlakuan
L1 (kontrol) sebesar 7%.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………. iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………
Tujuan Penelitian…………………………………………………
Hipotesa Penelitian…………………………………………
Kegunaan Penelitian……………………………………………
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kumbang Tanduk ( O. rhinoceros L.…………..
Gejala Serangan……………………………………………
Pengendalian………………………………………………..
Jamur M. anisopliae ( Metch) Sorok…………………………
Karateristik Jamur M. anisopliae ( Metch) Soroki
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi…………………
Mekanisme Infeksi…………………………………
1
5
5
5
6
8
10
11
12
12
13
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian………………………………
14
Bahan dan Alat……………………………..
Metode Penelitian………………………………………….
14
Pelaksanaan Penelitian……………………………………..
14
Persiapan Gawangan Kelapa Sawit…………….…
15
Aplikasi Jamur M. anisopliae………………………
15
Pengamatan………………………………………..
16
Peubah Amatan…………………………………………
16
Persentase Mortalitas Larva Oryctes rhinoceros L…
16
Persentase Pupa……………………………. …………….
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan O. rhinoceros menularkan M. anisopliae………………
Persentase Mortalitas larva terinfeksi M. anisopliae………………….
Persentase Larva mati bukan karena terinfeksi M. anisopliae………
Persentase PupaPersentase Imago…………………………………..
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
18
20
23
24
Menularkan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
1.
Larva, pupa dan imago O. rhinoceros
6
2.
Telur O. rhinoceros
6
3.
Larva O. rhinoceros
7
4.
Pupa O. rhinoceros
8
5.
Imago O. rhinoceros
8
6.
Gejala Serangan
9
7.
Formulasi butiran M. anisopli
8.
Larva yang diambil dari lapangan
15
9.
Petakan sample penelitian ( 1mx 1m )
16
10.
Larva dilumuri M. anisopliae
16
11.
Gejala larva O. rhinoceros yang terinfeksi jamur M. anisopliae
12.
Pupa O. rhinoceros
23
13.
Imago yang terinfeksi M. anisopliae
24
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1.
Negara penghasil kelapa sawit
2
2.
Rataan persentase mortalias larva terinfeksi M.anisopliae
20
3.
Data kematian larva mati yang bukan terinfeksi M. Anisopli 23
4.
Persentase Pupa
23
5.
Persentase Imago
25
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit sangat bermanfaat bagi kehidupan kita, karena kelapa sawit
dapat diolah menjadi berbagai produk seperti : minyak goreng, mentega, sabun,
arang, kertas, pupuk, kompos, perabot, dan papan (Basiron,1990; Derris, 2007).
Malaysia merupakan produsen minyak sawit nomor satu di dunia dengan
luas lahan kelapa sawit
3,7 juta ha dapat menghasilkan 16,05 juta ton
CPO, diikuti Indonesia dengan luas lahan kelapa sawit 5,24 juta hektar
menghasilkan 15,90 juta ton CPO. Melihat luasnya lahan kelapa sawit di
Indonesia sudah seharusnya pemasok CPO nomor satu di dunia tetapi
produktivitas
kebun
sawit
Indonesia
masih
kalah
dengan
Malaysia
(Lioe, 2007; Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).
Tabel 1. Negara produsen minyak sawit dunia
Keterangan
2001
2002
Malaysia
Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
Indonesia Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
Lainnya
Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
Dunia
Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
11.80
48.54
8.40
34.55
4.11
16.91
24.31
100.00
11.90
46.41
9.62
37.49
4.13
16.10
25.66
100.00
2003
2004
2005
2006
13.35
47.56
10.44
37.19
4.28
15.25
28.07
100.00
13.98
45.60
12.23
39.89
4.45
14.51
30.66
100.00
14.96
44.76
13.10
39.23
5.35
16.01
33.42
100.00
16.05
43.49
15.90
43.09%
4.95
13.4%
36.90
100.00
Sumber : World Oil 2006
Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan
produksi kelapa sawit di Indonesia. Pengendalian hama dan penyakit masih terlalu
mengandalkan penggunaan pestisida sehingga belum memberikan hasil
memuaskan karena penekanan populasi bersifat sementara dan dapat mencemari
lingkungan (Isroi, 2004).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Beberapa hama yang menyerang kelapa sawit adalah : Setora nitens,
Oryctes
rhinoceros,
Rhadinaphelenchus
ngengat
Tirathaba
cocophilus,
mundella,
Pimelephila
Valanga
ghesquierei,
nigricornis,
Metisa
plana,
Mahasena corbetti, babi hutan, kera, dan gajah (Darmadi, 2008).
Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama utama yang
menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan
kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan
tanaman (Susanto, 2005).
Masalah O. rhinoceros
saat ini semakin bertambah dengan adanya
aplikasi tandan kosong kelapa sawit pada gawang maupun pada sistem lubang
tanam besar. Pada sistem lubang tanam besar bertujuan untuk memperbaiki
struktur tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kelapa sawit.
Menurut Sutarta dkk., (2005), tandan kosong kelapa sawit mengandung unsur
hara utama N, P, K dan Mg. Tandan kosong kelapa sawit yang diaplikasikan
setelah membusuk akan menjadi tempat perkembangan kumbang tanduk dan
dapat langsung menyerang tanaman muda hasil peremajaan. Larva O. rhinoceros
yang ditemukan pada lubang tanam besar ukuran 3.0 X 3.0 X 0.8 m dengan
tandan kosong kelapa sawit 400kg/lubang/tahun sekitar 200 larva per dua minggu
(Susanto, 2005).
Pengendalian O. rhinoceros
dengan insektisida granular mempunyai
kelemahan antara lain mahal dan mencemari lingkungan, sedangkan cara
pengutipan
dengan
tangan
membutuhkan
tenaga
yang
relatif
banyak
(Susanto, 2006).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Pencegahan perkembangan O. rhinoceros dapat dilakukan dengan
menanam tanaman penutup tanah misalnya Mucuna sp. sehingga hal ini akan
mempersulit O. rhinoceros untuk meletakkan telur (Prawirosukarto dkk., 2003).
Pengendalian O. rhinoceros dengan perangkap feromon sintetik (bahan
aktif ethyl 4-methyl oktanaoat) yang dilakukan BPTP Sumut bekerjasama dengan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Marihat pada tahun 2003, dapat
menangkap O. rhinoceros dalam jumlah besar yang mencapai rata-rata 25 ekor
/minggu/perangkap. Schmaedick (2005) mengatakan, bahan kimia atraktan
ethy-4 methyloctanoate telah digunakan sebagai perangkap untuk menarik dan
mengendalikan O. rhinoceros. Secara hayati pengendalian O. rhinoceros dapat
dilakukan dengan menggunakan M. anisopliae dan Baculovirus oryctes.
(Winarto, 2005 dan Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).
M. anisopliae dikenal baik kemampuanya untuk mengendalikan serangan
hama yang telah dikembangkan dalam produk komersil untuk digunakan di
beberapa Negara antara lain Green Muscle untuk mengendalikan belalang di
Afrika (Kabaluk dkk., 2001).
M. anisopliae dapat menginfeksi larva dan imago O. rhinoceros, berbeda
dengan feromon sintetik agregat etil 4-metil oktanoat yang hanya menarik imago
O. rhinoceros. Populasi larva O. rhinoceros meningkat dengan adanya aplikasi
tandan kosong kelapa sawit, larva O. rhinoceros berperan dalam menyebarkan
M. anisopliae, hal ini disebabkan O. rhinoceros sangat aktif berpindah tempat
(Susanto, 2005).
Pengendalian kumbang tanduk pada tandan kosong kelapa sawit di sistem
lubang tanam besar mempunyai harapan besar keberhasilannya. Menurut
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Purba dkk. (1999), tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
penarik untuk memerangkap O. rhinoceros. Penelitian Sudharto dan Susanto
melaporkan bahwa M. anosipleae dengan dosis 20 gram/m2 dapat mengendalikan
O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa di gawangan. Hasil penelitian di
laboratorium, M. anisopliae dapat menyebabkan mumifikasi larva 100%, dengan
kematian larva O. rhinoceros terlihat dalam waktu
2-4 minggu setelah aplikasi
(Susanto, 2006). Namun belum diketahui sampai saat ini larva O. rhinoceros yang
dilumuri dengan M. anisopliae dapat menularkan patogen tersebut ke lava sehat,
Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian pengendalian O. rhinoceros
dengan M. anisopliae, dengan cara
melumuri larva O. rhinoceros
dengan
M. anisopliae kemudian dilepas ke pertanaman kelapa sawit.
Hipotesis Penelitian
Diduga larva O. rhinoceros yang terkontaminasi dengan M. anisopliae
mampu menjadi penular cendawan entomopatogen
tersebut ke larva sehat
lainnya.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peranan larva O. rhinoceros serta kemampuannya
untuk menularkan M. anisopliae ke larva O. rhinoceros yang lainnya.
Kegunaan Penelitian
•
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang yang membutuhkan
•
Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kumbang Tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae)
O. rhinoceros disebut dengan nama kumbang nyiur, atau kumbang kelapa
ataupun dengan sebutan yang sesuai dengan betuknya yang mirip badak kecil,
yaitu kumbang badak (Morin, 1996).
Gambar 1. Larva- pupa- imago O. rhinoceros
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Rhinoceros_beetle
Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di
tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang
kelapa, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun
pada umumnya 4,7 bulan. Jumlah telur 30-70 butir atau lebih, dan menetas
setelah lebih kurang 12 hari. Telur berwarna putih dengan garis tengah lebih
kurang
3
mm,
sebelum
menetas
membengkak
berwarna
keabuan
(Vandaveer, 2004).
Gambar 2. Telur O. rhinoceros
Sumber http://commons.wikimedia.org
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Larva O. rhinoceros berkaki 3 pasang, larva ini segera akan memakan
bagian tanaman yang masih ada serta bahan organik yang ada didekatnya. Tahap
larva terdiri dari tiga instar, masa larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari
dan instar tiga 60-165 hari. Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva
dewasa berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna coklat (Mohan, 2006).
Larva berwarna putih, berbentuk silender, gemuk dan berkerut-kerut, melengkung
membentuk setengah lingkaran. Kepala keras dilengkapi dengan rahang yang
kuat. Larva berkembang pada kayu lapuk, kompos, dan hampir semua bahan
organik yang membusuk. Batang kelapa sawit dan kelapa yang membusuk adalah
tempat yang baik untuk tempat hidup larva ini (Prawirosukarto dkk., 2003).
Gambar 3. Larva O. rhinoceros
Sumber: Foto Langsung
Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam
kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik di sekitar tempat hidupnya. Pupa
jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13
hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru
muncul dari pupa akan tetap tinggal ditempatnya antara 5-20 hari, kemudian
terbang keluar (Prawirosukarto dkk., 2003).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Gambar 4. Pupa O. rhinoceros.
Sumber: Foto Langsung
Imago berwarna hitam, ukuran tubuh 35-45 mm, sedangkan menurut
Mohan (2002) imago O. rhinoceros mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 1421 mm, imago jantan lebih kecil dari imago betina. O. rhinoceros
betina
mempunyai bulu tebal pada bagian ujung abdomennya, sedangkan yang jantan
tidak
berbulu.
O.
rhinoceros
dapat
terbang
sampai
sejauh
9
km
(Prawirosukarto dkk., 2003).
Gambar 5. Imago O. rhinoceros.
Sumber: Foto Langsung
Gejala Serangan Oryctes rhinoceros
Kumbang badak O. rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara
melubangi tanaman, begitu juga menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat
pada bekas lubang gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan
pelepah daun muda putus dan membusuk kering. Sedangkan Prawirosukarto dkk.
(2003) mengatakan, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kelapa sawit
menyebabkan masalah hama ini sekarang juga dijumpai pada areal tanaman yang
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
menghasilkan. O. rhinoceros ini dapat merusak pertumbuhan tanaman dan dapat
mengakibatkan tanaman mati (Chong dkk., 1991).
Gambar 6 : Gejala Serangan
Sumber : http://.wikimedia.org
Hama ini biasanya berkembang biak pada tumpukan bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua areal
tersebut. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit. Gerekan tersebut
dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak titik tumbuh akan dapat
mematikan tanaman. Pada areal peremajaan kelapa sawit, serangan kumbang
tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa sawit sampai satu
tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan
kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada tanaman kelapa sawit tua sebagai
akibat aplikasi mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu
lapis). Serangan hama tersebut menyebabkan produksi tanaman kelapa sawit
menurun dan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit mati (Winarto, 2005).
Kumbang tanduk hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian
mulai menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat
mencapai 4,2 cm dalam sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh,
kemungkinan tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain
yang tidak normal (Prawirosukarto dkk., 2003).
Metode Pengendalian
Pemantauaan populasi. Pemantauan populasi hama ini dilakukan secara
teratur setiap bulan terhadap 15% dari jumlah keseluruhan tanaman (setiap 6 baris
diambil 1 baris sebagai contoh).
Padat populasi kritis. Selama periode 2 tahun pertama setelah kelapa sawit
dipindahkan ke lapangan, apabila ditemukan 3-5 ekor O. rhinoceros/ha, maka
pengendalian harus dilakukan. Pada kelapa sawit yang berumur lebih dari dua
tahun padat kritisnya 15- 20 ekor/ha.
Tindakan pengendalian dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :
•
Pengumpulan O. rhinoceros
secara langsung dari lubang gerekan pada
kelapa sawit dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini
dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3- 5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika
populasi 5- 10 ekor, dan setiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih
dari 10 ekor.
•
Penghancuran
tempat
peletakan
telur
dan
dilanjutkan
dengan
pengumpulan larva untuk dibunuh apabila jumlahnya masih terbatas.
•
Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal
tanaman menghasilkan dapat dikendalikan dengan
jamur Metarrhizium
anisopliae sebanyak 20 g/m2.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
•
Pemerangkapan O. rhinoceros menggunakan fetotrap, berupa feromon
sintetik (Etil- 4 metil oktanoate) yang digantungkan dalam ember plastik
kapasitas 12 liter.
•
Menggunakan kimiawi, yaitu dengan menaburkan insektisida
butiran
Karbosulfan sebanyak 0,05- 0,10 g bahan aktif /pohon setiap 1-2 minggu.
(Prawirosukarto dkk., 2003).
Karateristik M. anisopliae ( Metch) Sorokin.
M. anisopliae merupakan salah satu cendawan entomopatogen yang
termasuk dalam devisi Deuteromycotina: Hyphomycetes. Cendawan ini biasa
disebut dengan green muscardine fungus dan tersebar luas di seluruh dunia. M.
anisopliae telah lama digunakan sebagai agen hayati dan dapat menginfeksi
beberapa jenis serangga, antara lain dari ordo Coleoptera, Lepidoptera,
Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera. Cendawan ini pertama kali digunakan untuk
mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu
digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia (Prayogo dkk., 2005).
Gambar 7 : Formulasi butiran M. anisopliae.
Sumber : Foto Langsung
M. anisopliae mempunyai konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan
bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berwarna hialin,
berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. Cendawan ini bersifat
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat saprofit di dalam tanah dengan
bertahan pada sisa-sisa tanaman (Prayogo dkk., 2005).
Larva yang di infeksi M. anisopliae dicirikan ketika ada perubahan
warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga. Infeksi selanjutnya
terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih keras dan akhirnya ditutupi oleh
hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi hijau sesuai dengan spora yang
menjadi dewasa (Moslim dkk., 2007).
Fakrtor- Faktor yang Mempengaruhi Ketektifan M. anisopliae
Pada umumya suhu optimum cendawan entomopatogen
untuk
perkembangan dan pertumbuhannya, daya menyebabkan penyakit dan bertahan
hidup di alam adalah antara 0-30oC. Umumnya temperatur di atas 350C
menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari jamur entomopatogen. Konidia
M. amosopliae mempunyai titik kematian pada suhu panas 400C selama 15 menit.
Dibawah 40C sel- sel cendawan biasanya bertahan hidup namun jarang
berkembang. Jamur entomopatogen pada umumnya dapat mentoleransi kisaran
yang luas dari konsenterasi ion hidrogen antara pH 5-10 dengan pH optimum
sekitar 7 (McCoy dkk., 2005) .
Temperatur optimum untuk pertumbuhan M. anisopliae berkisar 22−270C.
Konidia akan membentuk kecambah pada kelembaban di atas 90%, konidia akan
berkecambah dengan baik bila kelembaban udara sangat tinggi hingga 100%.
Patogenisitas cendawan M. anisopliae akan menurun apabila kelembaban udara di
bawah 86% (Prayogo dkk., 2005).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Keefektipan cendawan entomoparogen dipengaruhi oleh waktu aplikasi.
Setelah diaplikasi, cendawan entomoparogen membutuhkan kelembaban yang
tinggi untuk tumbuh dan berkembang. Kelembaban udara yang tinggi dibutuhkan
pada saat pembentukan tabung kecambah (germ tube), sebelum terjadi penetrasi
ke integument serangga. Kelembapan di atas 90% selama 6- 12 jam setelah
inokulasi dibutuhkan cendawan untuk melakukan penetrasi di dalam tubuh
serangga. Cendawan entomopatogen sangat rentan terhadap sinar matahari
khususnya sinar ultra violet. Oleh karena itu aplikasi cendawan pada musim
kemarau perlu dihindari dan sebaiknya aplikasi dilakukan pada saat kelembaban
tinggi (Prayogo dkk., 2005).
Mekanisme Infeksi M. anisopliae
Mekanisme infeksi M. anisopliae dikelompokkan atas 4 tahap, yaitu :
1. Inokulasi, yaitu kontak antara propagul cendawan dengan tubuh serangga.
Propagul cendawan M. anisopliae berupa konidia karena merupakan
cendawan yang berkembang biak secara tidak sempurna.
2. Proses penempelan dan perkecambahan propagul cendawan
pada
integumen serangga.
3.
Penetrasi dan invasi. Dalam melakukan penetrasi menembus integumen,
cendawan membentuk tabung kecambah (appresorium). Dalam hal ini
titik penetrasi sangat dipengaruhi oleh konfigurasi morfologi integumen.
Penembusan
dilakukan
secara
mekanis
atau
kimiawi
dengan
mengeluarkan enzim dan toksin.
4. Destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastospora yang kemudian
beredar ke dalam hemolimf dan membentuk hifa sekunder untuk
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
menyerang jaringan lainnya. Enam senyawa enzim dikeluarkan oleh M.
anisopliae, yaitu lipase, khitinase, amilase, proteinase, pospatase, dan
esterase. Pada waktu serangga mati, fase perkembangan saprofit cendawan
dimulai dengan penyerangan jaringan dan berakhir dengan pembentukan
organ reproduksi. Pada umumnya semua jaringan dan cairan tubuh
serangga habis digunakan oleh cendawan, sehingga serangga mati dengan
tubuh yang mengeras seperti mumi (Prayogo dkk., 2005).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit PTPN III Kebun Dusun
Ulu Simalungun, dengan ketinggian ± 350 m di atas permukaan laut. Penelitian
berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva O. rhinoceros
yang sehat, isolat jamur M. anisopliae diformulasikan dalam bentuk granular
dengan bahan pembawanya berupa zeolit, dan tandan kosong kelapa sawit.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah garuk besar, cangkul,
ember berdiameter 24 cm, 30 cm dan 50 cm serta timbangan.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
( RAK) dengan 4 perlakuan yaitu :
L0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
L1 = 5 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
L2=10 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
L3 =15 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
Jumlah Perlakuan (t)
=4
Jumlah Ulangan (r)
= enam
(t-1) (r-1) ≥ 15
(4-1) (r-1) ≥ 15
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
3r-3 ≥ 15
3r ≥ 18
r=6
Metode linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + i + j + ∑ij
Keterangan :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari blok ke-i dengan ulangan ke-j
µ = Nilai rata- rata umum
i = Perlakuan blok ke –i
j = Pengaruh ulangan dari ulangan ke-j
∑ij=Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Kemudian data diolah dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji
perbandingan nilai tengah Duncan pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitiaan
Persiapan Larva
Larva O. rhinoceros instar 3 yang sehat diambil dari lapangan sebanyak
2400 ekor, kemudian dimasukkan ke dalam ember plastik sebagai wadah
sementara yang berisi media organik sebagai sumber bahan makanan sebelum
diintroduksi.
Gambar 8 : larva yang diambil dari lapangan
Sumber: foto langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Persiapan Gawangan Kelapa Sawit
•
Ditentukan gawangan kelapa sawit yang menjadi sampel sebanyak 24
petak dengan ukuran 1 m x 1 m yang diatasnya terdapat tandan kosong
kelapa sawit setebal 2 lapis dengan jarak antar petak 2 m.
•
Dimasukkan 100 larva sehat O. rhinoceros pada setiap petak gawang dari
masing- masing perlakuan.
Gambar 10: petakan sample penelitian ( 1mx 1m )
Sumber: Foto Langsung
Aplikasi jamur Metarhizium anisopliae
•
Disiapkan jamur M. anisopliae dengan dosis 20 g/m2. Jamur tersebut
dituangkan ke sebuah ember berdiameter 50 cm yang berisi larva instar III
O. rhinoceros.
•
Setelah larva dilumuri jamur M. anisopliae, kemudian dilepas ke lubang
tanam kelapa sawit masing- masing sesuai perlakuan
Gambar 11: larva dilumuri M. anisopliae
Sumber: Foto Langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan interval 1 minggu sekali selama 8 minggu
berturut- turut, dengan menghitung jumlah larva yang terserang jamur
entomopatogen dan menghitung jumlah pupa sehat dan terinfeksi.
Peubah Amatan
Persentase Mortalitas larva O. rhinoceros terinfeksi M. anisopliae
Persentase mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase mortalitas larva
a = Jumlah larva yang terinfeksi M. anisopliae
b = Jumlah larva yang diamati
Persentase Larva O. rhinoceros sehat
•
Pengamatan terhadap larva sehat dihitung dengan rumus :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase jumlah larva sehat
a = Jumlah larva sehat
b = Jumlah larva yang diamati
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Persentase pupa yang terbentuk O. rhinoceros
•
Pengamatan terhadap pupa dihitung dengan rumus :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase jumlah pupa
a = Jumlah pupa
b = Jumlah larva yang diamati
Persentase imago yang keluar dari pupa O. rhinoceros
•
Pengamatan terhadap imago O.rhinoceros dihitung dengan rumus :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase jumlah imago
a = Jumlah imago
b = Jumlah larva yang diamati
(Wahyono dan Tarigan, 2007).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase mortalitas larva terinfeksi M. anisopliae
Hasil pengamatan terhadap persentase mortalitas larva O. rhinoceros yang
terinfeksi cendawan M. anisopliae disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase mortalias larva terinfeksi M. anisopliae
Perlakuan
% mortalitas larva pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
I
L0
L1
L2
L3
0,2
0,2
0
0,17
0,40
2,00
1,33
2,33
1
2,5
2,17
2,67
2,5
3,83
3
3,83
3,17
4,50
5,67
8,67
4,00
5,83
7,17
13,00
VIII
5,83
9,17
9,83
15,67
7,00
10,33
11,83
17,50
Hasil perhitungan dengan analisa statistika menunjukkan bahwa dari setiap
perlakuan (L0,L1,L2 dan L3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
persentase mortalitas larva O. rhinoceros (Tabel 2). Ini disebabkan karena
sedikitnya larva yang bersinggungan
dengan larva terinfeksi M. anisopliae,
sedangkan Prayogo dkk., (2005) melaporkan infeksi M. anisopliae ke larva
O. rhinoceros dapat terjadi apa bila ada kontak antara cendawan dan larva.
Larva O. rhinoceros sedikit bersinggungan dengan larva terinfeksi
M. anisopliae
disebabkan banyak larva yang keluar dari petak percobaan.
Keluarnya larva disebabkan adanya warga
yang mencari jamur yang dapat
ditukar dengan rupiah di sekitar tempat penelitian. Warga tersebut mencongkel
petak penelitian mencari jamur tersebut sehingga larva yang ada di petak
percobaan teganggu dan keluar dari petak percobaan.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Berkurangnya larva di petak percobaan dapat dilihat di Tabel 3, dimana
jumlah larva sehat dari pengamatan selama 8 minggu berturut- turut banyak
berkurang, sedangkan larva yang terinfeksi sangat sedikit.
Tabel 3. Persentase Larva sehat O. rhinoceros
Perlakuan
I
L0
L1
L2
L3
83,67
93,17
83,00
87,83
% larva sehat pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
68,67
65,83
53,83
61,50
55,50
58,33
48,17
53,50
52,50
55,50
46,50
51,17
24,17
28,50
13,17
20,17
21,67
25,33
11,17
17,50
12,00
10,00
7,33
12,50
VIII
8,00
10,00
4,33
9,67
Hasil pengamatan dilihat dari data persentase mortalitas tertinggi larva
yang terinfeksi M. anisopliae (Tabel 2) terlihat pada perlakukan L3 (15 larva
dilumuri M. anisopliae) sebanyak 17,5%, L2 (10 larva dilumuri M. anisopliae)
sebanyak 11,83%, L1 (5 larva dilumuri M. anisopliae) sebanyak 10,33% dan yang
terendah L0 (control) sebanyak 7%. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
banyak larva terinfeksi dilepas ke lapangan maka akan semakin banyak larva
sehat yang dapat diinfeksi.
Penelitian Susanto (2005) melaporkan pengendalian O. rhinoceros dengan
M. anisopliae di laboratorium dapat menyebabkan mumifikasi larva sebesar
100%, ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan di lapangan larva
O. rhinoceros yang terinfeksi hanya 17,5%, hal ini terjadi karena di laboratorium
ruang gerak larva terbatas sehingga semua larva mengalami kontak dengan
M. anisopliae sedangkan di lapangan ruang gerak larva sangat luas sehingga
tidak semua larva terkena M. anisopliae
Hasil pengamatan menunjukkan gejala awal larva yang terinfeksi jamur
M. anisopliae berupa bercak berwarna hitam seperti terbakar pada permukaan
kulit tubuhnya terlihat ± 9 hari setelah aplikasi. Larva yang terinfeksi mulai
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
bergerak lambat dan mati ± 10 hari setelah aplikasi dengan gejala tubuh mengeras
dan seluruh permukaan tubuhnya diselimuti hifa putih yang merupakan hifa dari
jamur tersebut, setelah 12 hari setelah aplikasi tubuh larva menjadi berwarna hijau
keabu-abuan seperti beludru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Moslim dkk.
(2007) yang mengatakan bahwa larva yang terinfeksi M. anisopliae dicirikan
ketika ada perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula
serangga. Infeksi selanjutnya terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih
keras dan akhirnya ditutupi oleh hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi
hijau sesuai dengan spora yang menjadi dewasa.
Pada Gambar 12 dapat dilihat larva yang terinfeksi M. anisopliae tampak
kaku dan keras dimana di tubuh larva terdapat koloni jamur berwarna putih, dan
koloni jamur ini akan berubah menjadi warna hijau gelap, akibatnya larva mati
dan tubuhnya mengeras seperti mumi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Prayogo (2005) yang mengatakan bahwa semua jaringan dan cairan
tubuh serangga habis digunakan oleh cendawan, sehingga serangga mati dengan
tubuh yang mengeras seperti mumi.
A
B
C
Gambar 12. Gejala larva O. rhinoceros yang terinfeksi jamur M. Anisopliae
Keterangan : A. Awal infeksi Jamur M, anisopliae
B. lava terinfeksi jamur M. anisopliae 9 hsa
C. Larva yang terinfeksi 12 hsa
Sumber: Foto Langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Faktor fisik juga berpengaruh terhadap keefektifan M. anisopliae di
lapangan. Pada saat penelitian dilakukan keadaan suhu pada bulan Juni sampai
Agustus stabil berada pada kisaran 22−270C (Lampiran 1) keadaan ini merupakan
suhu yang optimum untuk pertumbuhan M. anisopliae. Akan tetapi keadaan
kelembaban pada saat penelitian dilakukan tidak stabil, kelembaban berubah-ubah
kadang berada di atas 86% dan ada kalanya berada di bawah 86% (Lampiran 1).
Sehingga infeksi sedikit yang terjadi. Berdasarkan penelitian Prayogo (2005)
patogenisitas cendawan M. anisopliae akan menurun apabila kelembaban udara di
bawah 86%. Konidia akan membentuk kecambah pada kelembaban di atas 90%,
konidia akan berkecambah dengan baik bila kelembaban udara sangat tinggi
hingga 100%.
Persentase Pupa yang Terbentuk.
Hasil pengamatan terhadap pupa O. rhinoceros yang terbentuk tidak ada
ditemukan yang terinfeksi M. anisopliae. Hal ini disebabkan karena pupa
O. rhinoceros tidak bergerak dan berada di dalam tanah (Prawirosukarto, 2003)
sehingga sulit kontak dengan larva yang terinfeksi M. anisopliae yang berada di
janjangan kosong kelapa sawit.
Gambar 13 : pupa O. rhinoceros
Sumber: foto langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Tabel 4. Persentase pupa yang terbentuk
Perlakuan
L0
L1
L2
L3
I
0,17
0,17
0,00
0,00
% pupa yang terbentuk pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
0,17
0,33
0,83
0,83
1,50
2,33
0,33
2,00
2,83
2,83
3,17
3,33
3,00
4,83
5,33
5,33
5,67
5,67
2,00
4,00
4,50
4,50
4,67
5,00
VIII
2,67
3,33
5,67
5,17
Tabel 4 menunjukkan pada pengamatan I sudah terbentuk pupa. Pupa yang
paling banyak ditemukan pada pengamatan terakhir yaitu pada perlakuan L2 yaitu
mencapai 5,67 % dan yang terendah pada L0 2,67. Terbentuknya pupa disebabkan
karena larva yang digunakan pada penelitian ini adalah larva instar III yang
diambil dari lapangan, dan dari larva instar III ini mempunyai usia yang berbedabeda sehingga terbentuknya pupa berbeda-beda waktunya. Sedikinya pupa yang
terbentuk dipengaruhi oleh banyaknya larva yang keluar dari petak tercobaan dan
adanya larva yang terinfeksi M. anisopliae. Larva yang terinfeksi mengeras dan
tidak dapat memasuki tahap pupa.
Persentase Imago yang keluar dari pupa
Hasil pengamatan ditemukan imago O. rhinoceros yang terinfeksi
M. anisopliae, hal ini disebabkan karena imago yang baru keluar dari kokonnya
tidak langsung terbang, sehingga larva yang terinfeksi M. anisopliae dapat
menulari imago tersebut. Prawirosukarto (2003) mengatakan bahwa pupa berada
di dalam tanah dan berada di dalam kokon yang terbuat dari bahan- bahan organik
di sekitar tempat hidupnya. Kumbang yang keluar dari kokon tetap tinggal di
tempatnya antara 5- 20 hari.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Gambar 14: imago yang terin Sumber: foto langsung
Sumber: foto langsung
Imago yang terinfeksi M. anisopliae ditandai dengan adanya hifa putih
yang menyelimuti permukaan tubuh imago tersebut (Gambar 14). Imago yang
terinfeksi M. anisopliae tidak aktif bergerak dan akhirnya mati. Seterusnya hifa
putih tersebut menjadi berwarna hijau keabu-abuan. Berikut merupakan data
persentase imago yang keluar dari kokon.
Tabel 5. Persentase imago yang keluar dari pupa
Perlakuan
L0
L1
L2
L3
I
0,00
0,00
0,00
0,00
% imago yang keluar dari pupa pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
0,83
1,00
1,50
1,83
2,17
3,00
0,67
0,83
0,83
1,33
1,50
2,17
0,00
0,33
0,50
1,17
1,33
1,33
0,00
0,00
0,33
0,83
1,00
1,67
VIII
3,33
2,33
1,83
2,00
Table 5 menunjukkan bahwa imago yang paling banyak keluar dari kokon
adalah pada perlakuan L0 (kontrol) 3,33 % dan terendah pada perlakuan L2 (10
larva dilumuri M. anisopliae) yaitu 1,83 %. Perbedaan ini terjadi karena adanya
perbedaan umur larva instar III yang digunakan dan adanya pengaruh infeksi
M. anisopliae pada larva. Karena semakin panjang usia larva instar III yang
digunakan maka semakin lama membentuk pupa dan keluar sebagai imago. Imago
yang keluar dari kokon (Tabel 5) sangat sedikit karena jumlah larva yang berada
di petak percobaan banyak yang keluar dari petak percobaan.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Larva O. rhinoceros mempunyai kemampuan menularkan M.anisopliae ke
larva sehat lainnya.
2. Larva O. rhinoceros terinfeksi ± 9 hari setelah aplikasi dan 12 hari
setelah aplikasi larva mati dengan tubuh larva berwarna hijau.
3. Larva O. rhinoceros terinfeksi paling banyak terdapat pada perlakukan L3
(15 larva dilumuri M. anisopliae) sebesar 17,5 % dan yang terendah pada
perlakuan L0 (kontrol) sebesar 7 %
4. Tidak ditemukan pupa yang terinfeksi oleh
M. anisopliae sedangkan
imago O. rhinoceros ada yang terinfeksi.
5. Hasil penelitian antara setiap perlakukan tidak berbeda nyata.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR PUSTAKA
Basiron. 1990. Manfaat dan Keungulan Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan juni
1990. 21(2): 113-117.
Chong, K.K., A.C.Peter., H.C. Tuck, 1991. Crop Pest And Their Management In
Malaysia. Tropical Press Sdn. Kualalumpur, Malaysia.p.55 – 57.
Darmadi. 2008. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. www.google.com. Diakses
pada 19 February 2008.
Direktorat Jendral Perkebunan, 2007. Luas Kelapa Sawit Indosesia 2007.
http://infosawit.iopri.org/files/data%20sawit%20Indonesia%202006.doc.
Diakses pada 19 February 2008.
Derris. T, 2007. Kelapa Sawit. http://ms.wikipedia.org/wiki/sawit. Diakses pada
18 April 2008.
Isroi. 2004. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. Peneliti Mikroba
Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Lembaga Riset
Perkebunan Indonesia. http://www.google.co.id. Diakses pada 19 February
2008.
Kabaluk, T., M. Goettel, B. Vernon and C. Noronha. 2001. Evaluation of
Metarrhizium anisopliae as a biological control for wireworm. Pacific AgriFood Research centre Lethbridge Research centre London.
http;//www.organicagcentre.ca/Research.Database./resboil
ctrlwireworms.html. diakses pada 19 February 2008.
Lioe. U., 2007.Prospek Perkebunan Dan Industri Minyak Sawit di Indonesia
2006-2020 Edisi ke 2.Bisinfocus, Tanggerang- Indonesia.
Loring, D.A., 2007.Competitive Testing of SLPLAT-RB ( Oryctes rhinoceros )
Male Aggregation Peromone- Mass Trapping In Oil Palm And Coconout
Estates. The Planter.(979): 657-663.
McCoy, C., E.D. Quintela end M.D. Faria. 2005. Envirimental Persistence of
Entomopathogenic Fungi. Universitas of Florida. http//:google.com. Diakses
pada 9 February 2008.
Moslim, R., K. Norman., B.N. Ang., and B.W. Mohd. 2007. Aplication of Powder
Formulation of M. anisopliae to Control Oryctes rhinoceros in Rotting Oil
Palm Residuces Under Leguminous Cover Crop.19: 322.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Morin, J..P. 1996. Semiochemicals of Oryctes rhinoceros, the coconut rhinoceros
beetle. . Diakses pada 9 Maret 2008.
Mohan,
C.
2006
.
http://www.isg.org/database/species/ecology.
Diakses pada tanggal 18 April 2008.
Orycte
srhinoceros.
asp?si=173&fr=1&sts.
Prawirosukarto, S., Y.P. Roerrha., U. Condro., dan Susanto. 2003. Pengenalan dan
pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit.PPKS, Medan.
Prayogo, Y., W. Tengkano., dan Marwoto. 2005. Prospek Cendawan
Entomopatogen M. anisopliae Untuk Mengendalikan Ulat Grayak.
http://www.pustaka deptan.go.id. Diakses pada 19 February 2008.
Purba, R., S. Prawirosukarto, dan R. D. Chenon. 1999. Pemanfaatan tandan
kosong sawit sebagai perangkap Oryctes rhinoceros di perkebunan kelapa
sawit.
J. Penelitian Kelapa Sawit 1999, 7(2):104- 114.
Susanto. 2005. Pengurangan populasi larva Oryctes rhinoceros pada sistem
lubang tanam besar.J. Penelitian Kelapa Sawit April 2005. 14(1):2-3.
Susanto, 2006. Pengendalian Hama Oryctes rhinoceros,
www.google.com. Diakses pada 27 February 2008.
PPKS.Medan
Sutarta, S. Winarta, dan N.H. Darlan. 2005. Peningkatan Efektifitas Pemupukan
Melalui Aplikasi Kompos TKS Pada Pembibitan kelapa Sawit. Prosiding
Pertemuan Teknik Kelapa Sawit, 19- 20 April 2005 .
Schmaedick.M. 2005. Coconout Rhinoceros Beetle.http//:@yahoo.com. Diakses
pada 19 February 2008.
Wahyono, T.E., dan N. Tarigan. 2007. Uji Patogenitas Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae Terhadap Ulat Serendang (Xystrocera festiva).
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt121078.pdf. Diakses Pada 11
Maret 2008.
Winarto,L. 2005. Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Secara Terpadu. Medan.
http://www.agroindonesia.com/-cpas2. Diakses pada 20 February 2008.
Vandaveer, C. 2004. What is Lethal- Male delivery system.
http://www5e.biglobe.ne.jp/champ/Oryctes rhinoceros1.htm.com. Diakses
pada 18 April 2008.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Lampiran 1.
BAGAN PENELITIAN
L1
L3
L2
UI
U II
L2
L4
L3
L1
L2
L3
L4
L1
U III
U IV
L1
L4
L3
L2
L1
L2
L2
L4
UV
L4
Keterangan :
L1
L2
L3
L4
UI
U II
U III
U IV
UV
L4
U VI
L3
L3
L1
= Kontrol (tanpa perlakuan)
= 5 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
=10 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
=15 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
= Ulangan 1
= Ulangan 2
= Ulangan 3
= Ulangan 4
= Ulangan 5
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
U VI = Ulangan 6
Lampiran 2. Data pengamatan Persentase Mortalitas Larva 1 Minggu setelah aplikasi
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
Rataan
L1
0.00
0,00
0,00
0,00
1,00
0,00
1,00
0,20
L2
0,00
0.00
0,00
0,00
1,00
0,00
1,00
0,20
L3
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
L4
1,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,00
0,17
Total
1,00
3,00
Rataan
0,33
Data transformasi arc sin√x
0,00
0,00
0,00
2,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,50
0,00
0,14
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
Rataan
L1
30,00
30,00
30,00
30,00
5,74
30,00
155,74
25,96
L2
30,00
30,00
30,00
30,00
5,74
30,00
155,74
25,96
L3
30,00
30,00
30,00
30,00
30,00
30,00
180,00
30,00
25,96
L4
5,74
30,00
30,00
30,00
30,00
30,00
155,74
Total
95,74
120,00
120,00
120,00
71,48
120,00
647,22
Rataan
23,93
30,00
30,00
30,00
17,87
30,00
26,97
Daftar Analisis sidik ragam
SK
db
JK
KT
Fh
F.05
F.01
Ulangan
5
515,01
103,00
1,62
tn
2,90
4,56
0,38
tn
3,29
5,42
Perlakuan
3
73,57
24,52
Galat
15
956,46
63,76
Total
23
1545,04
FK
17453,77
kk
29,61%
Lampiran 3. Data pengamatan Persentase Mortalitas Larva 2 Minggu setelah aplikasi
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
L1
0.00
0,00
0,00
0,00
2,00
0,00
2,00
0,40
L2
2,00
6,00
0,00
1,00
2,00
1,00
12,00
2,00
L3
0,00
2,00
3,00
1,00
1,00
1,00
8,00
1,33
L4
2,00
2,00
1,00
8,00
0,00
1,00
14,00
2,33
Total
4,00
10,00
4,00
10,00
5,00
3,00
36,00
2,50
1,00
2,50
1,25
0,75
Rataan
1,33
Data transformasi arc sin√x
Rataan
1,56
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
Rataan
L1
30,00
30,00
30,00
30,00
8,13
30,00
158,13
26,36
L2
8,13
14,18
30,00
5,74
8,13
5,74
71,92
11,99
L3
30,00
8,13
9,97
5,74
5,74
5,74
65,32
10,89
L4
8,13
8,13
5,74
16,43
30,00
5,74
74,17
12,36
Total
76,26
60,44
75,71
57,91
52,00
47,22
369,54
Rataan
19,07
15,11
18,93
14,48
13,00
11,80
15,40
Daftar Analisis sidik ragam
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
5
182,03
36,41
0,35
tn
F.05
F.01
2,90
4,56
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Perlakuan
3
967,60
322,53
Galat
15
1558,07
103,87
Total
23
2707,70
FK
tn
3,11
5689,92
kk
3,29
5,42
66,19%
Lampiran 4. Data pengamatan Persent
SCARABAEIDAE) MENULARKAN CENDAWAN METARHIZIUM
ANISOPLIAE KE LARVA
SEHAT DI PERTANAMAN KELAPA SAWIT
SKRIPSI
OLEH
PERABU JAYA SITEPU
040302004/ HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
KEMAMPUAN LARVA Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
MENULARKAN CENDAWAN Metarhizium anisopliae KE LARVA
SEHAT DI PERTANAMAN KELAPA SAWIT
SKRIPSI
OLEH
PERABU JAYA SITEPU
040302004
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Di Depertemen Hama Penyakit Tumbuhan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh :
KOMISI PEMBIMBING
Ketua
Anggota
(Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS)
130535854
(Ir. Yuswani P. Ningsih, MS)
130535822
Anggota
(Ahmad P. Dogoran, SP)
DEPARTEMEN ILMU HAMA PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat- Nya penulis dapat menyesesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Skripsi ini berjudul Kemampuan
Oryctes rhinoceros L. ( Coleoptera:
Scarabaeidae) Menularkan Jamur Metarhizium anisopliae ke Larva Sehat di
Pertanaman Kelapa Sawit. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat
gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Komisi Pembimbing :
Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS selaku Ketua,
Ir. Yuswani P. Ningsih, MS dan Ahmad P. Dongoran, SP selaku Anggota yang
telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsil ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga proposal ini
bemanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Feberuari 2009
Penulis
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
ABSTRACT
Perabu Jaya Sitepu, The Ability of Larvae Oryctes rhinoceros to Infect
Metharizium anisopliae to the healthy larvae in the oil palm plantation. This
research is intends to study the ability of larva Oryctes rhinoceros to infect
Metharizium anisopliae to the other of healthy larvae of Orcytes rhinoceros in the
oil palm plantation. This research is using Random Device Group Non Factorial
consist 4 treatment and six replications, which is : L1 (control), L2 (5 larvae
smeared with Metharizium anisopliae), L3 (10 larvae smeared with Metharizium
anisopliae), L4 (15 larvae smeared with Metharizium anisopliae). The result of
showed that larva Oryctes rhinoceros that smeared Metharizium anisopliae can
spread to the healthy larvae in the plantation, but the result of non significance.
The highest mortality of the infected larvae in L4 (15 larva smeared Metharizium
anisopliae) 17,5% and the lowest is on control (7%).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
ABSTRAK
Perabu Jaya Sitepu, Kemampuan larva Oryctes rhinoceros
menularkan Metharizium anisopliae ke larva sehat di pertanaman kelapa
sawit. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kemampuan larva O.
rhinoceros menularkan M. anisopliae ke larva O. rhinoceros yang lain di
lapangan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
Non Faktorial yang terdiri dari 4 perlakuan dan enam ulangan yaitu : L1
(kontrol), L2 (5 larva dilumuri M. anisoplioae), L3 (10 larva dilumuri M.
anisoplioae), L4 (15 larva dilumuri M. anisoplioae). Hasil penelitian
menunjukkan larva O. rhinoceros yang dilumuri M. anisopliae mampu
menulari larva sehat di lapangana, akan tetapi antara setiap perlakuan tidak
berbeda nyata. Mortalitas larva tertinggi terdapat pada perlakuan L4 (15
larva dilumuri M. anisoplioae) sebesar 17,5% dan terendah pada perlakuan
L1 (kontrol) sebesar 7%.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………….
ii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………
iii
DAFTAR TABEL………………………………………………………. iv
PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………
Tujuan Penelitian…………………………………………………
Hipotesa Penelitian…………………………………………
Kegunaan Penelitian……………………………………………
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kumbang Tanduk ( O. rhinoceros L.…………..
Gejala Serangan……………………………………………
Pengendalian………………………………………………..
Jamur M. anisopliae ( Metch) Sorok…………………………
Karateristik Jamur M. anisopliae ( Metch) Soroki
Faktor- Faktor yang Mempengaruhi…………………
Mekanisme Infeksi…………………………………
1
5
5
5
6
8
10
11
12
12
13
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian………………………………
14
Bahan dan Alat……………………………..
Metode Penelitian………………………………………….
14
Pelaksanaan Penelitian……………………………………..
14
Persiapan Gawangan Kelapa Sawit…………….…
15
Aplikasi Jamur M. anisopliae………………………
15
Pengamatan………………………………………..
16
Peubah Amatan…………………………………………
16
Persentase Mortalitas Larva Oryctes rhinoceros L…
16
Persentase Pupa……………………………. …………….
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemampuan O. rhinoceros menularkan M. anisopliae………………
Persentase Mortalitas larva terinfeksi M. anisopliae………………….
Persentase Larva mati bukan karena terinfeksi M. anisopliae………
Persentase PupaPersentase Imago…………………………………..
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
18
20
23
24
Menularkan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
1.
Larva, pupa dan imago O. rhinoceros
6
2.
Telur O. rhinoceros
6
3.
Larva O. rhinoceros
7
4.
Pupa O. rhinoceros
8
5.
Imago O. rhinoceros
8
6.
Gejala Serangan
9
7.
Formulasi butiran M. anisopli
8.
Larva yang diambil dari lapangan
15
9.
Petakan sample penelitian ( 1mx 1m )
16
10.
Larva dilumuri M. anisopliae
16
11.
Gejala larva O. rhinoceros yang terinfeksi jamur M. anisopliae
12.
Pupa O. rhinoceros
23
13.
Imago yang terinfeksi M. anisopliae
24
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1.
Negara penghasil kelapa sawit
2
2.
Rataan persentase mortalias larva terinfeksi M.anisopliae
20
3.
Data kematian larva mati yang bukan terinfeksi M. Anisopli 23
4.
Persentase Pupa
23
5.
Persentase Imago
25
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit sangat bermanfaat bagi kehidupan kita, karena kelapa sawit
dapat diolah menjadi berbagai produk seperti : minyak goreng, mentega, sabun,
arang, kertas, pupuk, kompos, perabot, dan papan (Basiron,1990; Derris, 2007).
Malaysia merupakan produsen minyak sawit nomor satu di dunia dengan
luas lahan kelapa sawit
3,7 juta ha dapat menghasilkan 16,05 juta ton
CPO, diikuti Indonesia dengan luas lahan kelapa sawit 5,24 juta hektar
menghasilkan 15,90 juta ton CPO. Melihat luasnya lahan kelapa sawit di
Indonesia sudah seharusnya pemasok CPO nomor satu di dunia tetapi
produktivitas
kebun
sawit
Indonesia
masih
kalah
dengan
Malaysia
(Lioe, 2007; Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).
Tabel 1. Negara produsen minyak sawit dunia
Keterangan
2001
2002
Malaysia
Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
Indonesia Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
Lainnya
Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
Dunia
Produksi (Juta ton)
Persentase (%)
11.80
48.54
8.40
34.55
4.11
16.91
24.31
100.00
11.90
46.41
9.62
37.49
4.13
16.10
25.66
100.00
2003
2004
2005
2006
13.35
47.56
10.44
37.19
4.28
15.25
28.07
100.00
13.98
45.60
12.23
39.89
4.45
14.51
30.66
100.00
14.96
44.76
13.10
39.23
5.35
16.01
33.42
100.00
16.05
43.49
15.90
43.09%
4.95
13.4%
36.90
100.00
Sumber : World Oil 2006
Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor penghambat peningkatan
produksi kelapa sawit di Indonesia. Pengendalian hama dan penyakit masih terlalu
mengandalkan penggunaan pestisida sehingga belum memberikan hasil
memuaskan karena penekanan populasi bersifat sementara dan dapat mencemari
lingkungan (Isroi, 2004).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Beberapa hama yang menyerang kelapa sawit adalah : Setora nitens,
Oryctes
rhinoceros,
Rhadinaphelenchus
ngengat
Tirathaba
cocophilus,
mundella,
Pimelephila
Valanga
ghesquierei,
nigricornis,
Metisa
plana,
Mahasena corbetti, babi hutan, kera, dan gajah (Darmadi, 2008).
Kumbang tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) merupakan hama utama yang
menyerang tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di areal peremajaan
kelapa sawit. O. rhinoceros menggerek pucuk kelapa sawit yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan dan rusaknya titik tumbuh sehingga mematikan
tanaman (Susanto, 2005).
Masalah O. rhinoceros
saat ini semakin bertambah dengan adanya
aplikasi tandan kosong kelapa sawit pada gawang maupun pada sistem lubang
tanam besar. Pada sistem lubang tanam besar bertujuan untuk memperbaiki
struktur tanah yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktifitas kelapa sawit.
Menurut Sutarta dkk., (2005), tandan kosong kelapa sawit mengandung unsur
hara utama N, P, K dan Mg. Tandan kosong kelapa sawit yang diaplikasikan
setelah membusuk akan menjadi tempat perkembangan kumbang tanduk dan
dapat langsung menyerang tanaman muda hasil peremajaan. Larva O. rhinoceros
yang ditemukan pada lubang tanam besar ukuran 3.0 X 3.0 X 0.8 m dengan
tandan kosong kelapa sawit 400kg/lubang/tahun sekitar 200 larva per dua minggu
(Susanto, 2005).
Pengendalian O. rhinoceros
dengan insektisida granular mempunyai
kelemahan antara lain mahal dan mencemari lingkungan, sedangkan cara
pengutipan
dengan
tangan
membutuhkan
tenaga
yang
relatif
banyak
(Susanto, 2006).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Pencegahan perkembangan O. rhinoceros dapat dilakukan dengan
menanam tanaman penutup tanah misalnya Mucuna sp. sehingga hal ini akan
mempersulit O. rhinoceros untuk meletakkan telur (Prawirosukarto dkk., 2003).
Pengendalian O. rhinoceros dengan perangkap feromon sintetik (bahan
aktif ethyl 4-methyl oktanaoat) yang dilakukan BPTP Sumut bekerjasama dengan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Marihat pada tahun 2003, dapat
menangkap O. rhinoceros dalam jumlah besar yang mencapai rata-rata 25 ekor
/minggu/perangkap. Schmaedick (2005) mengatakan, bahan kimia atraktan
ethy-4 methyloctanoate telah digunakan sebagai perangkap untuk menarik dan
mengendalikan O. rhinoceros. Secara hayati pengendalian O. rhinoceros dapat
dilakukan dengan menggunakan M. anisopliae dan Baculovirus oryctes.
(Winarto, 2005 dan Direktorat Jendral Perkebunan, 2007).
M. anisopliae dikenal baik kemampuanya untuk mengendalikan serangan
hama yang telah dikembangkan dalam produk komersil untuk digunakan di
beberapa Negara antara lain Green Muscle untuk mengendalikan belalang di
Afrika (Kabaluk dkk., 2001).
M. anisopliae dapat menginfeksi larva dan imago O. rhinoceros, berbeda
dengan feromon sintetik agregat etil 4-metil oktanoat yang hanya menarik imago
O. rhinoceros. Populasi larva O. rhinoceros meningkat dengan adanya aplikasi
tandan kosong kelapa sawit, larva O. rhinoceros berperan dalam menyebarkan
M. anisopliae, hal ini disebabkan O. rhinoceros sangat aktif berpindah tempat
(Susanto, 2005).
Pengendalian kumbang tanduk pada tandan kosong kelapa sawit di sistem
lubang tanam besar mempunyai harapan besar keberhasilannya. Menurut
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Purba dkk. (1999), tandan kosong kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
penarik untuk memerangkap O. rhinoceros. Penelitian Sudharto dan Susanto
melaporkan bahwa M. anosipleae dengan dosis 20 gram/m2 dapat mengendalikan
O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa di gawangan. Hasil penelitian di
laboratorium, M. anisopliae dapat menyebabkan mumifikasi larva 100%, dengan
kematian larva O. rhinoceros terlihat dalam waktu
2-4 minggu setelah aplikasi
(Susanto, 2006). Namun belum diketahui sampai saat ini larva O. rhinoceros yang
dilumuri dengan M. anisopliae dapat menularkan patogen tersebut ke lava sehat,
Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian pengendalian O. rhinoceros
dengan M. anisopliae, dengan cara
melumuri larva O. rhinoceros
dengan
M. anisopliae kemudian dilepas ke pertanaman kelapa sawit.
Hipotesis Penelitian
Diduga larva O. rhinoceros yang terkontaminasi dengan M. anisopliae
mampu menjadi penular cendawan entomopatogen
tersebut ke larva sehat
lainnya.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui peranan larva O. rhinoceros serta kemampuannya
untuk menularkan M. anisopliae ke larva O. rhinoceros yang lainnya.
Kegunaan Penelitian
•
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang yang membutuhkan
•
Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di
Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Kumbang Tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae)
O. rhinoceros disebut dengan nama kumbang nyiur, atau kumbang kelapa
ataupun dengan sebutan yang sesuai dengan betuknya yang mirip badak kecil,
yaitu kumbang badak (Morin, 1996).
Gambar 1. Larva- pupa- imago O. rhinoceros
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Rhinoceros_beetle
Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di
tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang
kelapa, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun
pada umumnya 4,7 bulan. Jumlah telur 30-70 butir atau lebih, dan menetas
setelah lebih kurang 12 hari. Telur berwarna putih dengan garis tengah lebih
kurang
3
mm,
sebelum
menetas
membengkak
berwarna
keabuan
(Vandaveer, 2004).
Gambar 2. Telur O. rhinoceros
Sumber http://commons.wikimedia.org
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Larva O. rhinoceros berkaki 3 pasang, larva ini segera akan memakan
bagian tanaman yang masih ada serta bahan organik yang ada didekatnya. Tahap
larva terdiri dari tiga instar, masa larva instar satu 12-21 hari, instar dua 12-21 hari
dan instar tiga 60-165 hari. Larva terakhir mempunyai ukuran 10-12 cm, larva
dewasa berbentuk huruf C, kepala dan kakinya berwarna coklat (Mohan, 2006).
Larva berwarna putih, berbentuk silender, gemuk dan berkerut-kerut, melengkung
membentuk setengah lingkaran. Kepala keras dilengkapi dengan rahang yang
kuat. Larva berkembang pada kayu lapuk, kompos, dan hampir semua bahan
organik yang membusuk. Batang kelapa sawit dan kelapa yang membusuk adalah
tempat yang baik untuk tempat hidup larva ini (Prawirosukarto dkk., 2003).
Gambar 3. Larva O. rhinoceros
Sumber: Foto Langsung
Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam
kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik di sekitar tempat hidupnya. Pupa
jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13
hari. Masa kepompong berlangsung antara 18-23 hari. Kumbang yang baru
muncul dari pupa akan tetap tinggal ditempatnya antara 5-20 hari, kemudian
terbang keluar (Prawirosukarto dkk., 2003).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Gambar 4. Pupa O. rhinoceros.
Sumber: Foto Langsung
Imago berwarna hitam, ukuran tubuh 35-45 mm, sedangkan menurut
Mohan (2002) imago O. rhinoceros mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 1421 mm, imago jantan lebih kecil dari imago betina. O. rhinoceros
betina
mempunyai bulu tebal pada bagian ujung abdomennya, sedangkan yang jantan
tidak
berbulu.
O.
rhinoceros
dapat
terbang
sampai
sejauh
9
km
(Prawirosukarto dkk., 2003).
Gambar 5. Imago O. rhinoceros.
Sumber: Foto Langsung
Gejala Serangan Oryctes rhinoceros
Kumbang badak O. rhinoceros menyebabkan kerusakan dengan cara
melubangi tanaman, begitu juga menurut Loring (2007) tanda serangan terlihat
pada bekas lubang gerekan pada pangkal batang, selanjutnya mengakibatkan
pelepah daun muda putus dan membusuk kering. Sedangkan Prawirosukarto dkk.
(2003) mengatakan, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kelapa sawit
menyebabkan masalah hama ini sekarang juga dijumpai pada areal tanaman yang
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
menghasilkan. O. rhinoceros ini dapat merusak pertumbuhan tanaman dan dapat
mengakibatkan tanaman mati (Chong dkk., 1991).
Gambar 6 : Gejala Serangan
Sumber : http://.wikimedia.org
Hama ini biasanya berkembang biak pada tumpukan bahan organik yang
sedang mengalami proses pembusukan, yang banyak dijumpai pada kedua areal
tersebut. Kumbang dewasa akan menggerek pucuk kelapa sawit. Gerekan tersebut
dapat menghambat pertumbuhan dan jika sampai merusak titik tumbuh akan dapat
mematikan tanaman. Pada areal peremajaan kelapa sawit, serangan kumbang
tanduk dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa sawit sampai satu
tahun dan tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Akhir-akhir ini, serangan
kumbang tanduk juga dilaporkan terjadi pada tanaman kelapa sawit tua sebagai
akibat aplikasi mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang tidak tepat (lebih dari satu
lapis). Serangan hama tersebut menyebabkan produksi tanaman kelapa sawit
menurun dan dapat menyebabkan tanaman kelapa sawit mati (Winarto, 2005).
Kumbang tanduk hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian
mulai menggerek ke arah titik tumbuh kelapa sawit. Panjang lubang gerekan dapat
mencapai 4,2 cm dalam sehari. Apabila gerekan sampai ke titik tumbuh,
kemungkinan tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, apabila
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain
yang tidak normal (Prawirosukarto dkk., 2003).
Metode Pengendalian
Pemantauaan populasi. Pemantauan populasi hama ini dilakukan secara
teratur setiap bulan terhadap 15% dari jumlah keseluruhan tanaman (setiap 6 baris
diambil 1 baris sebagai contoh).
Padat populasi kritis. Selama periode 2 tahun pertama setelah kelapa sawit
dipindahkan ke lapangan, apabila ditemukan 3-5 ekor O. rhinoceros/ha, maka
pengendalian harus dilakukan. Pada kelapa sawit yang berumur lebih dari dua
tahun padat kritisnya 15- 20 ekor/ha.
Tindakan pengendalian dapat dilakukan beberapa cara, yaitu :
•
Pengumpulan O. rhinoceros
secara langsung dari lubang gerekan pada
kelapa sawit dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini
dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3- 5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika
populasi 5- 10 ekor, dan setiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih
dari 10 ekor.
•
Penghancuran
tempat
peletakan
telur
dan
dilanjutkan
dengan
pengumpulan larva untuk dibunuh apabila jumlahnya masih terbatas.
•
Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal
tanaman menghasilkan dapat dikendalikan dengan
jamur Metarrhizium
anisopliae sebanyak 20 g/m2.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
•
Pemerangkapan O. rhinoceros menggunakan fetotrap, berupa feromon
sintetik (Etil- 4 metil oktanoate) yang digantungkan dalam ember plastik
kapasitas 12 liter.
•
Menggunakan kimiawi, yaitu dengan menaburkan insektisida
butiran
Karbosulfan sebanyak 0,05- 0,10 g bahan aktif /pohon setiap 1-2 minggu.
(Prawirosukarto dkk., 2003).
Karateristik M. anisopliae ( Metch) Sorokin.
M. anisopliae merupakan salah satu cendawan entomopatogen yang
termasuk dalam devisi Deuteromycotina: Hyphomycetes. Cendawan ini biasa
disebut dengan green muscardine fungus dan tersebar luas di seluruh dunia. M.
anisopliae telah lama digunakan sebagai agen hayati dan dapat menginfeksi
beberapa jenis serangga, antara lain dari ordo Coleoptera, Lepidoptera,
Homoptera, Hemiptera, dan Isoptera. Cendawan ini pertama kali digunakan untuk
mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu
digunakan di beberapa negara termasuk Indonesia (Prayogo dkk., 2005).
Gambar 7 : Formulasi butiran M. anisopliae.
Sumber : Foto Langsung
M. anisopliae mempunyai konidiofor tersusun tegak, berlapis, dan
bercabang yang dipenuhi dengan konidia. Konidia bersel satu berwarna hialin,
berbentuk bulat silinder dengan ukuran 9,94 x 3,96 µm. Cendawan ini bersifat
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
parasit pada beberapa jenis serangga dan bersifat saprofit di dalam tanah dengan
bertahan pada sisa-sisa tanaman (Prayogo dkk., 2005).
Larva yang di infeksi M. anisopliae dicirikan ketika ada perubahan
warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula serangga. Infeksi selanjutnya
terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih keras dan akhirnya ditutupi oleh
hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi hijau sesuai dengan spora yang
menjadi dewasa (Moslim dkk., 2007).
Fakrtor- Faktor yang Mempengaruhi Ketektifan M. anisopliae
Pada umumya suhu optimum cendawan entomopatogen
untuk
perkembangan dan pertumbuhannya, daya menyebabkan penyakit dan bertahan
hidup di alam adalah antara 0-30oC. Umumnya temperatur di atas 350C
menghambat pertumbuhan dan perkembangan dari jamur entomopatogen. Konidia
M. amosopliae mempunyai titik kematian pada suhu panas 400C selama 15 menit.
Dibawah 40C sel- sel cendawan biasanya bertahan hidup namun jarang
berkembang. Jamur entomopatogen pada umumnya dapat mentoleransi kisaran
yang luas dari konsenterasi ion hidrogen antara pH 5-10 dengan pH optimum
sekitar 7 (McCoy dkk., 2005) .
Temperatur optimum untuk pertumbuhan M. anisopliae berkisar 22−270C.
Konidia akan membentuk kecambah pada kelembaban di atas 90%, konidia akan
berkecambah dengan baik bila kelembaban udara sangat tinggi hingga 100%.
Patogenisitas cendawan M. anisopliae akan menurun apabila kelembaban udara di
bawah 86% (Prayogo dkk., 2005).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Keefektipan cendawan entomoparogen dipengaruhi oleh waktu aplikasi.
Setelah diaplikasi, cendawan entomoparogen membutuhkan kelembaban yang
tinggi untuk tumbuh dan berkembang. Kelembaban udara yang tinggi dibutuhkan
pada saat pembentukan tabung kecambah (germ tube), sebelum terjadi penetrasi
ke integument serangga. Kelembapan di atas 90% selama 6- 12 jam setelah
inokulasi dibutuhkan cendawan untuk melakukan penetrasi di dalam tubuh
serangga. Cendawan entomopatogen sangat rentan terhadap sinar matahari
khususnya sinar ultra violet. Oleh karena itu aplikasi cendawan pada musim
kemarau perlu dihindari dan sebaiknya aplikasi dilakukan pada saat kelembaban
tinggi (Prayogo dkk., 2005).
Mekanisme Infeksi M. anisopliae
Mekanisme infeksi M. anisopliae dikelompokkan atas 4 tahap, yaitu :
1. Inokulasi, yaitu kontak antara propagul cendawan dengan tubuh serangga.
Propagul cendawan M. anisopliae berupa konidia karena merupakan
cendawan yang berkembang biak secara tidak sempurna.
2. Proses penempelan dan perkecambahan propagul cendawan
pada
integumen serangga.
3.
Penetrasi dan invasi. Dalam melakukan penetrasi menembus integumen,
cendawan membentuk tabung kecambah (appresorium). Dalam hal ini
titik penetrasi sangat dipengaruhi oleh konfigurasi morfologi integumen.
Penembusan
dilakukan
secara
mekanis
atau
kimiawi
dengan
mengeluarkan enzim dan toksin.
4. Destruksi pada titik penetrasi dan terbentuknya blastospora yang kemudian
beredar ke dalam hemolimf dan membentuk hifa sekunder untuk
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
menyerang jaringan lainnya. Enam senyawa enzim dikeluarkan oleh M.
anisopliae, yaitu lipase, khitinase, amilase, proteinase, pospatase, dan
esterase. Pada waktu serangga mati, fase perkembangan saprofit cendawan
dimulai dengan penyerangan jaringan dan berakhir dengan pembentukan
organ reproduksi. Pada umumnya semua jaringan dan cairan tubuh
serangga habis digunakan oleh cendawan, sehingga serangga mati dengan
tubuh yang mengeras seperti mumi (Prayogo dkk., 2005).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di perkebunan kelapa sawit PTPN III Kebun Dusun
Ulu Simalungun, dengan ketinggian ± 350 m di atas permukaan laut. Penelitian
berlangsung dari bulan Mei sampai bulan Agustus 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva O. rhinoceros
yang sehat, isolat jamur M. anisopliae diformulasikan dalam bentuk granular
dengan bahan pembawanya berupa zeolit, dan tandan kosong kelapa sawit.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah garuk besar, cangkul,
ember berdiameter 24 cm, 30 cm dan 50 cm serta timbangan.
Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok
( RAK) dengan 4 perlakuan yaitu :
L0 = Kontrol (tanpa perlakuan)
L1 = 5 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
L2=10 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
L3 =15 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
Jumlah Perlakuan (t)
=4
Jumlah Ulangan (r)
= enam
(t-1) (r-1) ≥ 15
(4-1) (r-1) ≥ 15
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
3r-3 ≥ 15
3r ≥ 18
r=6
Metode linier yang digunakan adalah :
Yij = µ + i + j + ∑ij
Keterangan :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari blok ke-i dengan ulangan ke-j
µ = Nilai rata- rata umum
i = Perlakuan blok ke –i
j = Pengaruh ulangan dari ulangan ke-j
∑ij=Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Kemudian data diolah dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji
perbandingan nilai tengah Duncan pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitiaan
Persiapan Larva
Larva O. rhinoceros instar 3 yang sehat diambil dari lapangan sebanyak
2400 ekor, kemudian dimasukkan ke dalam ember plastik sebagai wadah
sementara yang berisi media organik sebagai sumber bahan makanan sebelum
diintroduksi.
Gambar 8 : larva yang diambil dari lapangan
Sumber: foto langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Persiapan Gawangan Kelapa Sawit
•
Ditentukan gawangan kelapa sawit yang menjadi sampel sebanyak 24
petak dengan ukuran 1 m x 1 m yang diatasnya terdapat tandan kosong
kelapa sawit setebal 2 lapis dengan jarak antar petak 2 m.
•
Dimasukkan 100 larva sehat O. rhinoceros pada setiap petak gawang dari
masing- masing perlakuan.
Gambar 10: petakan sample penelitian ( 1mx 1m )
Sumber: Foto Langsung
Aplikasi jamur Metarhizium anisopliae
•
Disiapkan jamur M. anisopliae dengan dosis 20 g/m2. Jamur tersebut
dituangkan ke sebuah ember berdiameter 50 cm yang berisi larva instar III
O. rhinoceros.
•
Setelah larva dilumuri jamur M. anisopliae, kemudian dilepas ke lubang
tanam kelapa sawit masing- masing sesuai perlakuan
Gambar 11: larva dilumuri M. anisopliae
Sumber: Foto Langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Pengamatan
Pengamatan dilakukan dengan interval 1 minggu sekali selama 8 minggu
berturut- turut, dengan menghitung jumlah larva yang terserang jamur
entomopatogen dan menghitung jumlah pupa sehat dan terinfeksi.
Peubah Amatan
Persentase Mortalitas larva O. rhinoceros terinfeksi M. anisopliae
Persentase mortalitas larva dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase mortalitas larva
a = Jumlah larva yang terinfeksi M. anisopliae
b = Jumlah larva yang diamati
Persentase Larva O. rhinoceros sehat
•
Pengamatan terhadap larva sehat dihitung dengan rumus :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase jumlah larva sehat
a = Jumlah larva sehat
b = Jumlah larva yang diamati
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Persentase pupa yang terbentuk O. rhinoceros
•
Pengamatan terhadap pupa dihitung dengan rumus :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase jumlah pupa
a = Jumlah pupa
b = Jumlah larva yang diamati
Persentase imago yang keluar dari pupa O. rhinoceros
•
Pengamatan terhadap imago O.rhinoceros dihitung dengan rumus :
P=
a
x 100 %
b
Keterangan :
P = Persentase jumlah imago
a = Jumlah imago
b = Jumlah larva yang diamati
(Wahyono dan Tarigan, 2007).
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase mortalitas larva terinfeksi M. anisopliae
Hasil pengamatan terhadap persentase mortalitas larva O. rhinoceros yang
terinfeksi cendawan M. anisopliae disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Persentase mortalias larva terinfeksi M. anisopliae
Perlakuan
% mortalitas larva pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
I
L0
L1
L2
L3
0,2
0,2
0
0,17
0,40
2,00
1,33
2,33
1
2,5
2,17
2,67
2,5
3,83
3
3,83
3,17
4,50
5,67
8,67
4,00
5,83
7,17
13,00
VIII
5,83
9,17
9,83
15,67
7,00
10,33
11,83
17,50
Hasil perhitungan dengan analisa statistika menunjukkan bahwa dari setiap
perlakuan (L0,L1,L2 dan L3) tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
persentase mortalitas larva O. rhinoceros (Tabel 2). Ini disebabkan karena
sedikitnya larva yang bersinggungan
dengan larva terinfeksi M. anisopliae,
sedangkan Prayogo dkk., (2005) melaporkan infeksi M. anisopliae ke larva
O. rhinoceros dapat terjadi apa bila ada kontak antara cendawan dan larva.
Larva O. rhinoceros sedikit bersinggungan dengan larva terinfeksi
M. anisopliae
disebabkan banyak larva yang keluar dari petak percobaan.
Keluarnya larva disebabkan adanya warga
yang mencari jamur yang dapat
ditukar dengan rupiah di sekitar tempat penelitian. Warga tersebut mencongkel
petak penelitian mencari jamur tersebut sehingga larva yang ada di petak
percobaan teganggu dan keluar dari petak percobaan.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Berkurangnya larva di petak percobaan dapat dilihat di Tabel 3, dimana
jumlah larva sehat dari pengamatan selama 8 minggu berturut- turut banyak
berkurang, sedangkan larva yang terinfeksi sangat sedikit.
Tabel 3. Persentase Larva sehat O. rhinoceros
Perlakuan
I
L0
L1
L2
L3
83,67
93,17
83,00
87,83
% larva sehat pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
68,67
65,83
53,83
61,50
55,50
58,33
48,17
53,50
52,50
55,50
46,50
51,17
24,17
28,50
13,17
20,17
21,67
25,33
11,17
17,50
12,00
10,00
7,33
12,50
VIII
8,00
10,00
4,33
9,67
Hasil pengamatan dilihat dari data persentase mortalitas tertinggi larva
yang terinfeksi M. anisopliae (Tabel 2) terlihat pada perlakukan L3 (15 larva
dilumuri M. anisopliae) sebanyak 17,5%, L2 (10 larva dilumuri M. anisopliae)
sebanyak 11,83%, L1 (5 larva dilumuri M. anisopliae) sebanyak 10,33% dan yang
terendah L0 (control) sebanyak 7%. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin
banyak larva terinfeksi dilepas ke lapangan maka akan semakin banyak larva
sehat yang dapat diinfeksi.
Penelitian Susanto (2005) melaporkan pengendalian O. rhinoceros dengan
M. anisopliae di laboratorium dapat menyebabkan mumifikasi larva sebesar
100%, ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan di lapangan larva
O. rhinoceros yang terinfeksi hanya 17,5%, hal ini terjadi karena di laboratorium
ruang gerak larva terbatas sehingga semua larva mengalami kontak dengan
M. anisopliae sedangkan di lapangan ruang gerak larva sangat luas sehingga
tidak semua larva terkena M. anisopliae
Hasil pengamatan menunjukkan gejala awal larva yang terinfeksi jamur
M. anisopliae berupa bercak berwarna hitam seperti terbakar pada permukaan
kulit tubuhnya terlihat ± 9 hari setelah aplikasi. Larva yang terinfeksi mulai
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
bergerak lambat dan mati ± 10 hari setelah aplikasi dengan gejala tubuh mengeras
dan seluruh permukaan tubuhnya diselimuti hifa putih yang merupakan hifa dari
jamur tersebut, setelah 12 hari setelah aplikasi tubuh larva menjadi berwarna hijau
keabu-abuan seperti beludru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Moslim dkk.
(2007) yang mengatakan bahwa larva yang terinfeksi M. anisopliae dicirikan
ketika ada perubahan warna menjadi kecoklatan atau hitam pada kutikula
serangga. Infeksi selanjutnya terjadi ketika serangga yang mati menjadi lebih
keras dan akhirnya ditutupi oleh hifa dari jamur yang kemudian berubah menjadi
hijau sesuai dengan spora yang menjadi dewasa.
Pada Gambar 12 dapat dilihat larva yang terinfeksi M. anisopliae tampak
kaku dan keras dimana di tubuh larva terdapat koloni jamur berwarna putih, dan
koloni jamur ini akan berubah menjadi warna hijau gelap, akibatnya larva mati
dan tubuhnya mengeras seperti mumi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Prayogo (2005) yang mengatakan bahwa semua jaringan dan cairan
tubuh serangga habis digunakan oleh cendawan, sehingga serangga mati dengan
tubuh yang mengeras seperti mumi.
A
B
C
Gambar 12. Gejala larva O. rhinoceros yang terinfeksi jamur M. Anisopliae
Keterangan : A. Awal infeksi Jamur M, anisopliae
B. lava terinfeksi jamur M. anisopliae 9 hsa
C. Larva yang terinfeksi 12 hsa
Sumber: Foto Langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Faktor fisik juga berpengaruh terhadap keefektifan M. anisopliae di
lapangan. Pada saat penelitian dilakukan keadaan suhu pada bulan Juni sampai
Agustus stabil berada pada kisaran 22−270C (Lampiran 1) keadaan ini merupakan
suhu yang optimum untuk pertumbuhan M. anisopliae. Akan tetapi keadaan
kelembaban pada saat penelitian dilakukan tidak stabil, kelembaban berubah-ubah
kadang berada di atas 86% dan ada kalanya berada di bawah 86% (Lampiran 1).
Sehingga infeksi sedikit yang terjadi. Berdasarkan penelitian Prayogo (2005)
patogenisitas cendawan M. anisopliae akan menurun apabila kelembaban udara di
bawah 86%. Konidia akan membentuk kecambah pada kelembaban di atas 90%,
konidia akan berkecambah dengan baik bila kelembaban udara sangat tinggi
hingga 100%.
Persentase Pupa yang Terbentuk.
Hasil pengamatan terhadap pupa O. rhinoceros yang terbentuk tidak ada
ditemukan yang terinfeksi M. anisopliae. Hal ini disebabkan karena pupa
O. rhinoceros tidak bergerak dan berada di dalam tanah (Prawirosukarto, 2003)
sehingga sulit kontak dengan larva yang terinfeksi M. anisopliae yang berada di
janjangan kosong kelapa sawit.
Gambar 13 : pupa O. rhinoceros
Sumber: foto langsung
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Tabel 4. Persentase pupa yang terbentuk
Perlakuan
L0
L1
L2
L3
I
0,17
0,17
0,00
0,00
% pupa yang terbentuk pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
0,17
0,33
0,83
0,83
1,50
2,33
0,33
2,00
2,83
2,83
3,17
3,33
3,00
4,83
5,33
5,33
5,67
5,67
2,00
4,00
4,50
4,50
4,67
5,00
VIII
2,67
3,33
5,67
5,17
Tabel 4 menunjukkan pada pengamatan I sudah terbentuk pupa. Pupa yang
paling banyak ditemukan pada pengamatan terakhir yaitu pada perlakuan L2 yaitu
mencapai 5,67 % dan yang terendah pada L0 2,67. Terbentuknya pupa disebabkan
karena larva yang digunakan pada penelitian ini adalah larva instar III yang
diambil dari lapangan, dan dari larva instar III ini mempunyai usia yang berbedabeda sehingga terbentuknya pupa berbeda-beda waktunya. Sedikinya pupa yang
terbentuk dipengaruhi oleh banyaknya larva yang keluar dari petak tercobaan dan
adanya larva yang terinfeksi M. anisopliae. Larva yang terinfeksi mengeras dan
tidak dapat memasuki tahap pupa.
Persentase Imago yang keluar dari pupa
Hasil pengamatan ditemukan imago O. rhinoceros yang terinfeksi
M. anisopliae, hal ini disebabkan karena imago yang baru keluar dari kokonnya
tidak langsung terbang, sehingga larva yang terinfeksi M. anisopliae dapat
menulari imago tersebut. Prawirosukarto (2003) mengatakan bahwa pupa berada
di dalam tanah dan berada di dalam kokon yang terbuat dari bahan- bahan organik
di sekitar tempat hidupnya. Kumbang yang keluar dari kokon tetap tinggal di
tempatnya antara 5- 20 hari.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Gambar 14: imago yang terin Sumber: foto langsung
Sumber: foto langsung
Imago yang terinfeksi M. anisopliae ditandai dengan adanya hifa putih
yang menyelimuti permukaan tubuh imago tersebut (Gambar 14). Imago yang
terinfeksi M. anisopliae tidak aktif bergerak dan akhirnya mati. Seterusnya hifa
putih tersebut menjadi berwarna hijau keabu-abuan. Berikut merupakan data
persentase imago yang keluar dari kokon.
Tabel 5. Persentase imago yang keluar dari pupa
Perlakuan
L0
L1
L2
L3
I
0,00
0,00
0,00
0,00
% imago yang keluar dari pupa pada pengamatan minggu ke :
II
III
IV
V
VI
VII
0,83
1,00
1,50
1,83
2,17
3,00
0,67
0,83
0,83
1,33
1,50
2,17
0,00
0,33
0,50
1,17
1,33
1,33
0,00
0,00
0,33
0,83
1,00
1,67
VIII
3,33
2,33
1,83
2,00
Table 5 menunjukkan bahwa imago yang paling banyak keluar dari kokon
adalah pada perlakuan L0 (kontrol) 3,33 % dan terendah pada perlakuan L2 (10
larva dilumuri M. anisopliae) yaitu 1,83 %. Perbedaan ini terjadi karena adanya
perbedaan umur larva instar III yang digunakan dan adanya pengaruh infeksi
M. anisopliae pada larva. Karena semakin panjang usia larva instar III yang
digunakan maka semakin lama membentuk pupa dan keluar sebagai imago. Imago
yang keluar dari kokon (Tabel 5) sangat sedikit karena jumlah larva yang berada
di petak percobaan banyak yang keluar dari petak percobaan.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Larva O. rhinoceros mempunyai kemampuan menularkan M.anisopliae ke
larva sehat lainnya.
2. Larva O. rhinoceros terinfeksi ± 9 hari setelah aplikasi dan 12 hari
setelah aplikasi larva mati dengan tubuh larva berwarna hijau.
3. Larva O. rhinoceros terinfeksi paling banyak terdapat pada perlakukan L3
(15 larva dilumuri M. anisopliae) sebesar 17,5 % dan yang terendah pada
perlakuan L0 (kontrol) sebesar 7 %
4. Tidak ditemukan pupa yang terinfeksi oleh
M. anisopliae sedangkan
imago O. rhinoceros ada yang terinfeksi.
5. Hasil penelitian antara setiap perlakukan tidak berbeda nyata.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
DAFTAR PUSTAKA
Basiron. 1990. Manfaat dan Keungulan Kelapa Sawit. Buletin Perkebunan juni
1990. 21(2): 113-117.
Chong, K.K., A.C.Peter., H.C. Tuck, 1991. Crop Pest And Their Management In
Malaysia. Tropical Press Sdn. Kualalumpur, Malaysia.p.55 – 57.
Darmadi. 2008. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. www.google.com. Diakses
pada 19 February 2008.
Direktorat Jendral Perkebunan, 2007. Luas Kelapa Sawit Indosesia 2007.
http://infosawit.iopri.org/files/data%20sawit%20Indonesia%202006.doc.
Diakses pada 19 February 2008.
Derris. T, 2007. Kelapa Sawit. http://ms.wikipedia.org/wiki/sawit. Diakses pada
18 April 2008.
Isroi. 2004. Bioteknologi Mikroba untuk Pertanian Organik. Peneliti Mikroba
Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Lembaga Riset
Perkebunan Indonesia. http://www.google.co.id. Diakses pada 19 February
2008.
Kabaluk, T., M. Goettel, B. Vernon and C. Noronha. 2001. Evaluation of
Metarrhizium anisopliae as a biological control for wireworm. Pacific AgriFood Research centre Lethbridge Research centre London.
http;//www.organicagcentre.ca/Research.Database./resboil
ctrlwireworms.html. diakses pada 19 February 2008.
Lioe. U., 2007.Prospek Perkebunan Dan Industri Minyak Sawit di Indonesia
2006-2020 Edisi ke 2.Bisinfocus, Tanggerang- Indonesia.
Loring, D.A., 2007.Competitive Testing of SLPLAT-RB ( Oryctes rhinoceros )
Male Aggregation Peromone- Mass Trapping In Oil Palm And Coconout
Estates. The Planter.(979): 657-663.
McCoy, C., E.D. Quintela end M.D. Faria. 2005. Envirimental Persistence of
Entomopathogenic Fungi. Universitas of Florida. http//:google.com. Diakses
pada 9 February 2008.
Moslim, R., K. Norman., B.N. Ang., and B.W. Mohd. 2007. Aplication of Powder
Formulation of M. anisopliae to Control Oryctes rhinoceros in Rotting Oil
Palm Residuces Under Leguminous Cover Crop.19: 322.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Morin, J..P. 1996. Semiochemicals of Oryctes rhinoceros, the coconut rhinoceros
beetle. . Diakses pada 9 Maret 2008.
Mohan,
C.
2006
.
http://www.isg.org/database/species/ecology.
Diakses pada tanggal 18 April 2008.
Orycte
srhinoceros.
asp?si=173&fr=1&sts.
Prawirosukarto, S., Y.P. Roerrha., U. Condro., dan Susanto. 2003. Pengenalan dan
pengendalian hama dan penyakit tanaman kelapa sawit.PPKS, Medan.
Prayogo, Y., W. Tengkano., dan Marwoto. 2005. Prospek Cendawan
Entomopatogen M. anisopliae Untuk Mengendalikan Ulat Grayak.
http://www.pustaka deptan.go.id. Diakses pada 19 February 2008.
Purba, R., S. Prawirosukarto, dan R. D. Chenon. 1999. Pemanfaatan tandan
kosong sawit sebagai perangkap Oryctes rhinoceros di perkebunan kelapa
sawit.
J. Penelitian Kelapa Sawit 1999, 7(2):104- 114.
Susanto. 2005. Pengurangan populasi larva Oryctes rhinoceros pada sistem
lubang tanam besar.J. Penelitian Kelapa Sawit April 2005. 14(1):2-3.
Susanto, 2006. Pengendalian Hama Oryctes rhinoceros,
www.google.com. Diakses pada 27 February 2008.
PPKS.Medan
Sutarta, S. Winarta, dan N.H. Darlan. 2005. Peningkatan Efektifitas Pemupukan
Melalui Aplikasi Kompos TKS Pada Pembibitan kelapa Sawit. Prosiding
Pertemuan Teknik Kelapa Sawit, 19- 20 April 2005 .
Schmaedick.M. 2005. Coconout Rhinoceros Beetle.http//:@yahoo.com. Diakses
pada 19 February 2008.
Wahyono, T.E., dan N. Tarigan. 2007. Uji Patogenitas Beauveria bassiana dan
Metarhizium anisopliae Terhadap Ulat Serendang (Xystrocera festiva).
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/bt121078.pdf. Diakses Pada 11
Maret 2008.
Winarto,L. 2005. Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Secara Terpadu. Medan.
http://www.agroindonesia.com/-cpas2. Diakses pada 20 February 2008.
Vandaveer, C. 2004. What is Lethal- Male delivery system.
http://www5e.biglobe.ne.jp/champ/Oryctes rhinoceros1.htm.com. Diakses
pada 18 April 2008.
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Lampiran 1.
BAGAN PENELITIAN
L1
L3
L2
UI
U II
L2
L4
L3
L1
L2
L3
L4
L1
U III
U IV
L1
L4
L3
L2
L1
L2
L2
L4
UV
L4
Keterangan :
L1
L2
L3
L4
UI
U II
U III
U IV
UV
L4
U VI
L3
L3
L1
= Kontrol (tanpa perlakuan)
= 5 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
=10 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
=15 larva (instar 3) O. rhinoceros dilumuri jamur M. anisopliae
= Ulangan 1
= Ulangan 2
= Ulangan 3
= Ulangan 4
= Ulangan 5
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
U VI = Ulangan 6
Lampiran 2. Data pengamatan Persentase Mortalitas Larva 1 Minggu setelah aplikasi
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
Rataan
L1
0.00
0,00
0,00
0,00
1,00
0,00
1,00
0,20
L2
0,00
0.00
0,00
0,00
1,00
0,00
1,00
0,20
L3
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
L4
1,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
1,00
0,17
Total
1,00
3,00
Rataan
0,33
Data transformasi arc sin√x
0,00
0,00
0,00
2,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,50
0,00
0,14
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
Rataan
L1
30,00
30,00
30,00
30,00
5,74
30,00
155,74
25,96
L2
30,00
30,00
30,00
30,00
5,74
30,00
155,74
25,96
L3
30,00
30,00
30,00
30,00
30,00
30,00
180,00
30,00
25,96
L4
5,74
30,00
30,00
30,00
30,00
30,00
155,74
Total
95,74
120,00
120,00
120,00
71,48
120,00
647,22
Rataan
23,93
30,00
30,00
30,00
17,87
30,00
26,97
Daftar Analisis sidik ragam
SK
db
JK
KT
Fh
F.05
F.01
Ulangan
5
515,01
103,00
1,62
tn
2,90
4,56
0,38
tn
3,29
5,42
Perlakuan
3
73,57
24,52
Galat
15
956,46
63,76
Total
23
1545,04
FK
17453,77
kk
29,61%
Lampiran 3. Data pengamatan Persentase Mortalitas Larva 2 Minggu setelah aplikasi
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
L1
0.00
0,00
0,00
0,00
2,00
0,00
2,00
0,40
L2
2,00
6,00
0,00
1,00
2,00
1,00
12,00
2,00
L3
0,00
2,00
3,00
1,00
1,00
1,00
8,00
1,33
L4
2,00
2,00
1,00
8,00
0,00
1,00
14,00
2,33
Total
4,00
10,00
4,00
10,00
5,00
3,00
36,00
2,50
1,00
2,50
1,25
0,75
Rataan
1,33
Data transformasi arc sin√x
Rataan
1,56
Ulangan
Perlakuan
I
II
III
IV
V
VI
Total
Rataan
L1
30,00
30,00
30,00
30,00
8,13
30,00
158,13
26,36
L2
8,13
14,18
30,00
5,74
8,13
5,74
71,92
11,99
L3
30,00
8,13
9,97
5,74
5,74
5,74
65,32
10,89
L4
8,13
8,13
5,74
16,43
30,00
5,74
74,17
12,36
Total
76,26
60,44
75,71
57,91
52,00
47,22
369,54
Rataan
19,07
15,11
18,93
14,48
13,00
11,80
15,40
Daftar Analisis sidik ragam
SK
db
JK
KT
Fh
Ulangan
5
182,03
36,41
0,35
tn
F.05
F.01
2,90
4,56
Perabu Jaya Sitepu : Kemampuan Larva Oryctes Rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae)
Cendawan Metarhizium Anisopliae Ke Larva Sehat Di Pertanaman Kelapa Sawit, 2009
USU Repository © 2008
Menularkan
Perlakuan
3
967,60
322,53
Galat
15
1558,07
103,87
Total
23
2707,70
FK
tn
3,11
5689,92
kk
3,29
5,42
66,19%
Lampiran 4. Data pengamatan Persent