Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet Di Kebun Raya Bogor

OPTIMALISASI WISATA EDUKASI MELALUI PENAMBAHAN
LAYANAN INTERNET DI KEBUN RAYA BOGOR

ALI AKBAR HUTZI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Optimalisasi Wisata
Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet di Kebun Raya Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016
Ali Akbar Hutzi
P052120221

RINGKASAN
ALI AKBAR HUTZI. Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan
Layanan Internet Di Kebun Raya Bogor. Dibimbing oleh SRI MULATSIH dan
BAMBANG SULISTYANTARA
Kota Bogor yang dikenal sebagai kota hujan juga dikenal sejak lama
sebagai kawasan pariwisata di propinsi Jawa Barat. Luas Wilayah Kota bogor
sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Salah satu tempat
wisata terkenal di Kota Bogor adalah Kebun Raya Bogro (KRB). Kebun Raya
Bogor sebagai salah satu kebun raya tertua yang dibangun pada tanggal 18 mei
tahun 1817 (197 tahun) atas prakarsa Prof. Dr. C.G.C. Reinwadt, seorang ahli
botani dari Jerman. Kebun Raya Bogor juga merupakan kebun raya terbaik nomor
satu di Asia Tenggara dalam bidang koleksi dan kegiatan ilmiah.
Kebun Raya Bogor memiliki peran utama dan fungsi sebagai tempat
melestarikan, mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui
kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, serta peningkatan apresiasi
masyarakat terhadap Kebun Raya Bogor. Pemahaman secara nyata tentang fungsi

penting dari Kebun Raya Bogor tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita
mengunjunginya. Oleh karena itu, Kebun Raya Bogor sebagai areal wisata harus
terus berinovasi untuk dapat menarik minat pengunjung dengan segmentasi yang
lebih luas lagi.
Inovasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi berbasis internet. Saat
ini teknologi berbasis internet sudah merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat pada umumnya. Internet bukan lagi teknologi
eksklusif namun sudah menjadi kebutuhan banyak orang untuk melakukan
pelbagai hal baik untuk kepentingan pendidikan, bisnis, pekerjaan, bersosialisasi
dan lain sebagainya.
Sejalan dengan perkembanganya, internet mampu melahirkan banyak
teknologi dan berbagai temuan turunan yang dapat diaplikasikan di lingkungan
masyarakat. Barcode system adalah salah satu teknologi turunan berbasis internet
yang juga dapat dikembangkan di KRB untuk mengenali semua jenis tanaman
yang ada secara praktis, lengkap dan jelas.
Responden menunjukan ketertarikannya terhadap koneksi internet dan
barcode online. Selain itu, nilai WTP yang diberikan oleh responden terhadap
fasilitas barcode online sebesar 5.000 rupiah dengan kumulatif responden
sebanyak 60,37% dan untuk internet 20.000 rupiah dengan kumulatif responden

sebanyak 5,66% memberikan dampak positif terhadap penghitungan analisis
finansial. Berdasarkan analisis finansial yang dilakukan, penambahan kedua
fasilitas tersebut menunjukan kelayakan. Kriteria layak tersebut dapat dilihat dari
nilai NPV yang lebih besar daripada nol yaitu Rp 84.156.085; nilai IRR sebesar
29% lebih besar dari nilai df yang ditetapkan yaitu 12%; Nilai B/C lebih besar
dari 1 yaitu sebesar 1,19; dan Payback Periode selama 1,841 tahun yang jauh lebih
cepat dibandingkan usia material/ perangkat yang diinvestasikan yaitu 3 tahun.
Kata Kunci : Barcode online, kebun raya Bogor, alat interpretasi, studi kelayakan

SUMMARY
ALI AKBAR HUTZI. Optimalization of Education Tour Throught The Addition
Of Internet Service in Bogor Botanical Garden. Supervised by SRI MULATSIH
and BAMBANG SULISTYANTARA.
Bogor city which is known as a rainy city and as a tourist area in West
Java province. Size of Bogor City area is 11 850 ha consists of six sub-districts
and 68 villages. One of the famous tourist spots in the Bogor City is Bogor
Botanical Gardens (KRB). Bogor Botanical Gardens as one of the oldest botanical
garden that was built on 18 May 1817 (197 years) an initiative of Prof. Dr. C.G.C.
Reinwadt, as botanist from Germany. Bogor Botanical Gardens are also the best
botanical gardens in Southeast Asia in collection and scientific activities. Bogor

Botanical Garden has the main role and function as a preserve, utilize and develop
the potential of the plant through conservation, research, education, and increasing
public appreciation to Bogor Botanical Gardens.
For understanding to the essential functions of the Bogor Botanical
Gardens can only be obtained when we visited. Hence, the Bogor Botanical
Gardens as a tourist area should continue to innovate in order to attract visitors
with a wider segmentation.
Inovation can be done in various ways, one of which is to utilize Internet
based information technology development. Currently the Internet based
technologies are already a part that can not be separated from society. Internet is
ot the exclusive technology anymore but is also the need for many people to do
the good things for the sake of education, business, work, socialize and so forth.
In line with be development, the Internet is able to bring a lot of
technology and various derivatives findings that can be applied in the community.
Barcode system is one of the Internet-based technologies derived that can be
developed in KRB to recognize all types of plants that exist in a practical,
complete and clear.
Respondents showed interest in the internet connection and the barcode
online facilities. Additionally, WTP values given by respondents to the online
barcode facility of 5,000 rupiah to the cumulative respondents as many as 60.37%

and for 20,000 rupiah to the internet as much as 5.66% cumulative respondents
have a positive impact on the calculation of financial analysis. Financial analysis
showed that investment in both facilities is feasible.
The NPV value was higher than zero, Rp 84,156,085. The B/C is higher
than or equal to one that is 1,19; IRR is 29% higher than Df and payback period
1,841 years which is much faster than the old material / device that is invested is 3
years. Besides the financial aspect, the establishment of these facilities in KRB is
very technically possible.
Keyword: barcode online, Bogor botanical garden, feasibility study, interpretation
tools

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


OPTIMALISASI WISATA EDUKASI MELALUI PENAMBAHAN
LAYANAN INTERNET DI KEBUN RAYA BOGOR

ALI AKBAR HUTZI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr Ir Ahyar Ismail, M.Agr

Judul Tesis
Nama
NIM

:

Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan
Internet Di Kebun Raya Bogor
: Ali Akbar Hutzi
: P052120221

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Sri Mulatsih, MSc Agr
Ketua

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr

Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr Ir Cecep Kusmana, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

Tanggal ujian:

Tanggal Lulus:

iv


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian ini
berjudul Optimalisasi Wisata Edukasi Melalui Penambahan Layanan Internet Di
Kebun Raya Bogor.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Mulatsih,
M.Sc.Agr dan Bapak Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan karya ilmiah ini. Ucapan
terima kasih penulis sampaikan juga kepada:
1. Istri dan anak tercinta yang terus memberikan semangat untuk bekerja keras
menyelesaikan seluruh rangkaian studi di PSL.
2. Kedua orang tua yang selalu ada di dalam sanubari meski keduanya telah
tiada.
3. Kakak-kakaku tersayang dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa dan
dukungannya.
4. Seluruh pimpinan dan staf Kebun Raya Bogor yang telah memberikan ruang
bagi saya untuk melakukan penelitian dan membantu dalam melengkapi
berbagai data yang diperlukan.
5. Pimpinan beserta seluruh staf PT. Usaha Adisanggoro yang telah banyak
memberikan dukungan tekhnis hingga terlaksananya penelitian ini.

6. Segenap tenaga pengajar dan staf tata usaha Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL).
7. Teman-teman seperjuangan Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan (PSL) Angkatan 2012.
8. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri serta bagi pihak lain.

Bogor, Agustus 2016
Ali Akbar Hutzi

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis Penelitian
Kerangka Pemikiran
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian
Metode Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kebun Raya Bogor
Willingnes To Pay (WTP) Pengunjung
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek Finansial
Aspek Non Finansial
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
vi
vi
1
1
3
4
4
4
5
6
6
7
8
9
16
16
32
35
32
40
43
44

vi

DAFTAR TABEL
1 Alat dan Bahan Penelitian
2 Jenis, bentuk dan sumber data yang diperlukan berdasarkan tujuan penelitian
3 klasifikasi tumbuhan
4 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
5 Sebaran Responden Berdasarkan Usia
6 Sebaran Responden Berdasarkan Status Pernikahan
7 Sebaran Responden Berdasarkan Domisili
8 Sebaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terkahir
9 Sebaran Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
10 Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
11 Sebaran Responden Berdasarkan Jumlah Kunjungan
12 Sebaran Responden Berdasarkan Waktu Kunjungan
13 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Utama Berkunjung ke KRB
14 Sebaran Responden Berdasarkan Sumber Informasi
15 Sebaran Responden Berdasarkan Teman Berkunjung
16 Sebaran Responden Berdasarkan Tujuan Pemakaian Internet
17 Sebaran Responden Berdasarkan Alasan Memilih Sumber Koneksi Internet
18 Sebaran Responden Berdasarkan Ketertarikan Membaca Papan Interpretasi
19 Sebaran Responden Berdasarkan Teknik Menyimpan Informasi Papan
Interpretasi
20 Jumlah responden yang bersedia dan tidak bersedia membayar
21 Kesediaan membayar koneksi internet
22 Kesediaan membayar barcode online
23 Rata-rata penambahan harga tiket berdasarkan nilai WTP
24 Nilai WTP barcode online berdasarkan kumulatif responden
25 Nilai WTP koneksi internet berdasarkan kumulatif responden
26 Biaya Material, installasi dan konfigurasi
27 Studi Kelayakan Berdasarkan Analisis Finansial

7
8
21
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
29
29
30
30
31
32
32
33
33
34
34
35
38
40

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pemikiran Penelitian
2 Peta Lokasi Kebun Raya Bogor di Pusat Kota Bogor
3 Peta Areal Kebun Raya Bogor
4 Struktur Organisasi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor

5
6
6
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor bisnis dengan pertumbuhan
tercepat di dunia. Sektor pariwisata menjadi sumber penting dalam meningkatkan
pendapatan, penciptaan lapangan pekerjaan dan kemakmuran dibanyak negara.
Selain sektor migas, pariwisata juga menjadi sektor yang sangat penting di dalam
menghasilkan devisa bagi negara. Oleh karena itu Indonesia berusaha untuk
meningkatkan sektor pariwisatanya. Mengingat banyak sekali objek-objek alam
yang mendukung untuk dijadikan tempat wisata. Sektor wisata terutama wisata
alam semakin berkembang seiring dengan bergesernya pemahaman masyarakat
mengenai kelestarian lingkungan. Dengan demikian banyak cara yang dilakukan
oleh pengelola pariwisata untuk tetap menjaga dan meningkatkan daya minat
pengunjung baik lokal maupun mancanegara.
Kota Bogor yang dikenal sebagai kota hujan juga dikenal sejak lama
sebagai kawasan pariwisata di propinsi Jawa Barat. Luas Wilayah Kota bogor
sebesar 11.850 Ha terdiri dari 6 kecamatan dan 68 kelurahan. Kota Bogor berada
di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor dengan batasan-batasan sebagai
berikut :





Sebelah Utara berbatasan dengan Kec. Kemang, Bojong Gede, dan Kec.
Sukaraja Kabupaten Bogor.
Sebelah Timur berbatasan dengan Kec. Sukaraja dan Kec. Ciawi,
Kabupaten Bogor.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kec. Darmaga dan Kec. Ciomas,
Kabupaten Bogor.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kec. Cijeruk dan Kec. Caringin,
Kabupaten Bogor.

Pada masa kolonial Belanda, Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg
(pengucapan: boit'n-zôrkh") yang berarti "tanpa kecemasan" atau "aman
tenteram". Meskipun Bogor merupakan kota yang padat dengan kendaraan roda
empat terutama angkutan umum namun tidak menyurutkan para wisatawan untuk
mengunjungi wilayah-wilayah wisata di Kota Bogor ini termasuk Kebun Raya
Bogor. Begitu juga dengan wisatawan yang berkunjung bervariasi dan
mempunyai berbagai perbedaan karakteristik, kebutuhan, keinginan dan tujuan
dalam berlibur.
Kebun Raya Bogor sebagai salah satu kebun raya tertua yang dibangun
pada tanggal 18 mei tahun 1817 (197 tahun) atas prakarsa Prof. Dr. C.G.C.
Reinwadt, seorang ahli botani dari Jerman. Kebun Raya Bogor juga merupakan
kebun raya terbaik nomor satu di Asia Tenggara dalam bidang koleksi dan
kegiatan ilmiah. Koleksi di Kebun Raya Bogor terdiri dari tanaman tropis dengan
jenis tanaman lebih dari 20.000 tanaman yang tergolong dalam 6.000 spesies.
Dengan demikian selain untuk kepentingan wisata, Kebun Raya Bogor
juga memiliki peran utama dan fungsi sebagai tempat melestarikan,
mendayagunakan dan mengembangkan potensi tumbuhan melalui kegiatan
konservasi, penelitian, pendidikan, serta peningkatan apresiasi masyarakat

2

terhadap Kebun Raya Bogor. Pemahaman secara nyata tentang fungsi penting dari
Kebun Raya Bogor tersebut hanya dapat diperoleh apabila kita mengunjunginya.
Oleh karena itu, Kebun Raya Bogor harus berinovasi untuk dapat menarik minat
pengunjung dengan segmentasi yang lebih luas lagi.
Menurut Spillane (1987), dalam pariwisata dikenal istilah ekskursi yaitu
kunjungan wisatawan yang tidak lebih dari 24 jam dan tidak menggunakan
fasilitas akomodasi. Wisatawan Kebun Raya Bogor masuk kategori ekskursi,
selain ditandai dengan kunjungan yang tidak lebih dari 24 jam, areal wisata Kebun
Raya Bogor hanya dipadati pengunjung pada hari-hari libur saja. Optimalisasi
pengunjung pada hari non-libur dinilai belum tercapai. Oleh karena itu diperlukan
daya tarik yang lebih kuat untuk meningkatkan jumlah pengunjung eksternal pada
hari non libur untuk segmen pasar tertentu seperti pelajar, mahasiswa dan
kelompok diskusi atau konsinyasi dengan penambahan fasilitas pendukungnya.
Saat ini internet menjadi sumber informasi yang paling banyak digunakan
orang untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Penggunaan internet untuk
memenuhi kebutuhan sebagai sumber informasi dikarenakan mudah, cepat, tepat,
murah dan akurat. Melalui internet mahasiswa dapat mengakses berbagai
informasi dan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan yang relevan sesuai
dengan kepentingan masing-masing. Iinternet menjadi pilihan alternatif pencarian
informasi selain perpustakaan atau sumber informasi lainnya. Internet mempunyai
banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh sumber informasi yang bersifat
konvensional, informasi yang dapat diakses dari berbagai tempat tanpa dibatasi
oleh jarak, ruang, dan waktu merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh
internet. Sehingga memungkinkan penggunanya untuk mendapatkan informasi ke
berbagai sumber informasi yang ada di internet.
Teknologi internet juga memiliki banyak teknologi turunan lainnya. Tidak
hanya website, akan tetapi banyak aplikasi dan teknologi dapat dikembangkan
melalui internet. Barcode Online adalah salah satu teknologi turunannya.
Penggunaan barcode sering dijumpai di swalayan atau supermarket untuk
menyimpan informasi produk tertentu seperti harga, jenis produk, sisa produk,
nomor seri dan lain sebagainya. Barcode biasanya dibuat dalam bentuk garis
vertikal berwarna hitam, dapat menyandikan sejumlah data secara unik sehingga
memudahkan seseorang dalam melakukan identifikasi produk tertentu. Karena
sistem komputerisasi dan koneksi internet yang terus berkembang, maka
penarikan data di dalam barcode dapat dibuat secara online. Barcode hanya
difungsikan sebagai link direct untuk mengarahkan pemindai menuju server
tempat data tersebut disimpan. Sehingga melalui barcode online memungkinakan
penyimpanan data dalam kapasitas besar baik berupa tulisan, suara, gambar
maupun video.
Green Consumers merupakan kelompok orang yang memiliki kepedulian
dan kesadaran positif terhadap produk hijau atau ramah lingkungan. Secara
umum, pengunjung Kebun Raya Bogor adalah kelompok green consumers dengan
tingkat kepedulian dan kesadaran yang berbeda-beda. Salah satu ciri konsumen
yang mempunyai kesadaran tinggi terhadap keberlanjutan lingkungan dapat
diukur dengan kesediaan membayar dengan harga premium (Willingness to pay
price premium). Pada penambahan fasilitas koneksi internet di areal Kebun Raya
Bogor, kesediaan membayar pengunjung pada harga tertentu mencerminkan
sebagai customer value. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), customer value

3

adalah rasio manfaat yang dirasakan konsumen (secara psikologis maupun
fungsional) dengan sumber-sumber (uang, waktu, usaha, dan logika psikologis
untuk mendapatkan benefit tersebut). Dengan demikian, biaya yang dikeluarkan
oleh pengunjung (green cunsomers) atas fasilitas internet harus diketahui dan
dirasakan memilikitimbal balik atas jasa lingkungan yang telah diberikan oleh
Kebun Raya Bogor tersebut.
Perumusan Masalah
Kebun Raya Bogor sudah melakukan banyak hal untuk menarik minat
wisatawan lokal dan asing. Media cetak maupun elektronik sudah digunakan
sebagai media promosi tentang wisata alam andalan Kota Bogor ini. Kebersihan
dan Kelestarian berbagai spesies hewan maupun tanaman selalu dijaga agar para
wisatawan merasa tetap nyaman dan dapat menikmati indahnya Kebun Raya
Bogor. Tidak hanya itu, berbagai fasilitas juga telah disiapkan seperti kendaraan
wisata, guide of tourizm dan tiket terusan kebun raya-museum zoologi. Fasilitas
koneksi internet dengan media wireless bagi pengunjung Kebun Raya Bogor
belum disediakan, padahal alat komunikasi handphone berbasis internet seperti
Android dan Blackberry sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan kebutuhan
kebanyakan orang. Selain itu, pelajar dan mahasiswa tentu membutuhkan koneksi
internet berkualitas untuk kepentingan akademisnya. Kebun Raya Bogor dengan
fasilitas internet berkualitas dapat menjadi pilihan bagi wisatawan pelajar dan
mahasiswa untuk berwisata alam sambil belajar.
Kriteria penting dalam proses pengambilan keputusan pembelian sebuah
produk adalah harga, kualitas dan ketersediaan produk (Anderson R.C. dan Eric
N. Hansen 2004). Harga menjadi hal yang relatif bagi setiap konsumen tergantung
dari manfaat (secara psikologis maupun fungsional) dengan sumber-sumber
(uang, waktu, usaha dan logika psikologis untuk mendapatkan benefit tersebut).
Manfaat yang dirasakan konsumen sifatnya relatif dan subjektif tergantung dari
pengetahuan dan kesadaran konsumen terhadap manfaat yang diterima. Karena
sifat manfaat adalah relatif dan subjektif, maka manfaat yang dirasakan oleh
konsumen harus diciptakan. Pada fasilitas internet yang akan disediakan di areal
Kebun Raya Bogor, maka biaya yang harus dikeluarkan oleh pengunjung untuk
menikmati layanan internet tersebut harus memberikan dampak positif bagi fungsi
konservasi Kebun Raya Bogor. Selanjutnya dapat diukur berapa kesanggupan
membayar setiap pengunjung yang menggunakan layanan internet wireless setelah
diketahui bahwa biaya yang dikeluarkan memberikan kontribusi terhadap
kelestarian Kebun Raya Bogor.
Kualitas koneksi internet berbanding lurus dengan biaya yang dikeluarkan.
Semakin besar kapasitas bandwidth maka semakin tinggi pula harga belinya ke
Internet Service Provider (ISP) tertentu. Selain biaya bandwidth juga ada biaya
registrasi, biaya installasi dan biaya perangkat tambahan yang harus dikeluarkan
oleh pembeli (Kebun Raya Bogor). Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh Kebun
Raya Bogor ini tentu harus dihitung untuk mengetahui berapa biaya yang harus
dibebankan kepada setiap pengunjung yang akan menggunakan fasilitas internet
wireless di areal Kebun Raya Bogor ini.
Teknologi informasi dapat digunakan untuk kepentingan pendidikan.
Semua informasi dapat diperoleh secara cepat, mudah dan murah. Beberapa

4

software aplikasi pendukung pendidikan sudah banyak dibuat seperti e-book,
journal online, dan lain sebagainya. Kebun Raya Bogor yang memiliki fungsi
sebagai wisata edukasi seharusnya dapat menggunakan kemajuan teknologi
informasi tersebut untuk memudahkan bagi para peneliti, pendidik, pelajar dan
mahasiswa, dan lain-lain. Salah satu hal penting yang diperlukan oleh Kebun
Raya Bogor sebagai salah areal wisata pendidikan adalah tersedianya media
interpretasi yang lengkap, jelas dan mudah diakses.
Berdasarkan faktor dan kondisi yang diuraikan diatas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor yang
membutuhkan koneksi internet selama berwisata /
2. Berapa besar willingness to pay (WTP) pengunjung terhadap fasilitas
internet dan barcode online di areal Kebun Raya Bogor ?
3. Apakah dengan penambahan layanan koneksi internet di areal Kebun Raya
Bogor mampu menunjukan kelayakan baik finansial maupun non
finansial?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisa karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor
2. Menganalisa Willingness To Pay (WTP) / Kesanggupan Membayar
pengunjung terkait dengan adanya fasilitas koneksi Internet Wireless dan
barcode online di areal Kebun Raya Bogor
3. Melakukan studi kelayakan (Feasibility Study) bisnis dengan
mempertimbangkan aspek finansial dan non finansial.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi begi Kebun Raya Bogor tentang keragaman
karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi Kebun Raya Bogor untuk melakukan
inovasi guna optimalisasi pengunjung di waktu non libur
Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengunjung akan memberikan respon yang positif atas fasilitas koneksi
internet berbasis wireless dan barcode online di area wisata alam Kebun
Raya Bogor
2. Tambahan biaya yang dibebankan kepada pengunjung untuk koneksi
internet dan barcode online akan direspon secara positif oleh pengunjung
selama berada pada angka yang dianggap rasional
3. Layanan koneksi internet dan barcode online akan memberikan
keuntungan secara finansial dan non finansial bagi Kebun Raya Bogor

5

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran adalah suatu diagram yang menjelaskan secara garis
besar alur logika berjalannya sebuah penelitian. Kerangka pemikiran dibuat
berdasarkan pertanyaan penelitian (research question), dan mempresentasikan
suatu himpunan dari beberapa konsep serta hubungan diantara konsep-konsep
tersebut (Polancik 2009). Terdapat dua komponen utama dalam kerangka
pemikiran yang dikembangkan oleh Gregor Polancik tersebut yaitu Independent
Variable (variabel bebas), Dependent Variable (variabel terikat), Levels (indikator
dari variabel bebas yang akan diobservasi), Measures (indikator dari variabel
terikat yang akan diobeservasi). Kedua variabel tersebut merupakan kelompok
variabel laten yang perlu dikaji dan diukur secara tepat dan mendalam. Koneksi
internet dan harga koneksi dari ISP merupakan variabel dengan indikator baku
yang menjadi standar dan dapat diperoleh dari data sekunder dari Internet Services
Provider (ISP). Berbeda halnya dengan variabel dependen sebagai variabel yang
memerlukan kajian dan analisa mendalam dengan alat ukur yang tepat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Analisa yang akan dilakukan pada variabel dependen sangat dipengaruhi
oleh variabel independen. Oleh karenanya keterbukaan dan keakurasian infromasi
seluruh indikator yang menjadi bagian dari variabel independen akan sangat
mempengaruhi keakurasian hasil analisa yang dilakukan terhadap variabel
dependen.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian

6

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kebun Raya Bogor sebagai lokasi utama
penelitian. Adapun koneksi internet wireless broadband akan dipancarkan dari PT
Adisanggoro melalui gedung LIPPI jalan Juanda Bogor yang selanjutnya
ditransmisikan ke areal Kebun Raya Bogor. Penelitian akan dilakukan selama 1
(satu) bulan.

Gambar 2 Peta Lokasi Kebun Raya Bogor di Pusat Kota Bogor

Gambar 3 Peta Areal Kebun Raya Bogor

7

Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Lampiran 1.
Tabel 1 Alat dan Bahan Penelitian
A.

Alat/ Bahan
Peralatan Koneksi Internet

Kegunaan

1. Antena Grid 2,4 Ghz (8 unit)

- Untuk menangkap
gelombang internet

2. Antena Omni 2 unit

- Untuk memancarkan gelombang internet di
areal Kebun Raya Bogor
- Alat untuk mengolah bandwidth yang
terhubung dengan antena untuk menangkap
maupun memancarkannya
- Kabel yang digunakan untuk koneksi dan
konfigurasi yang tidak berbasis wireless.
Setiap 1 kabel berisi 6 helay kawat
kuningan.
- Alat- alat untuk menyambungkan kabel
UTP sekaligus alat penguji kualitas
koneksinya.
- Diperlukan sebagai fasilitas listrik disaat
melakukan konfigurasi dan mengaktifkan
radio.
- Untuk manajemen internet dan penyimpan
database
- Untuk keamanan saat memanjat tower
- Untuk melakukan konfigurasi radio
- Software untuk konfigurasi radio mikrotik
dan senao

3. Radio Mikrotik Type RB 455 dan
Radio Senao
4. Kabel UTP Belden

5. RG-45, Krimper, connection tester

6. Alat-alat kelistrikan

7. Server
8. Perlengkapan climbing safety
9. Laptop
10. OS mikrotik dan Senao
B. Perlengkapan Monitoring Koneksi
dan Kestabilan
1. Software “Whats Up”
2. Software “Bandwidth Manager”

dan

memancarkan

- Untuk
monitoring
koneksi
internet
berdasarkan IP Address
- Untuk monitoring jumlah bandwidth
terpakai

C. Perlengkapan Wawancara
1.
2.
3.

Lembar Quesioner
Alat perekam suara
Kamera Digital

4.

Laptop tester

5. Software Sketchup Google
D. Pengolahan Data
1.
2.

Software
Microsoft
Office
(Microsoft Excell dan Word)
Software SPSS

- Data mentah sebelum diolah
- Data suara sebagai backup saat wawancara
- Pengambilan data visual terkait kegiatan
penelitian
yang
menguatkan
data
wawancara
- Laptop terkoneksi internet yang disiapkan
bagi responden sebelum diwawancara
- Untuk mendesain gambar
- Mengolah data tabel dan matematis
- Mengolah data statistik

E. Media Interpretasi
1.

Aplikasi database dan Barcode

- Membuat desain media interpretasi online
berbasis Barcode

8

Metode Pengambilan Data
Pengambilan data penelitian baik data primer maupun sekunder secara
teknis diperoleh melalui cara yang berbeda-beda. Data primer diperoleh melalui
proses wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner. Sementara
data sekunder berupa literatur dari penelitian sebelumnya serta diperoleh dari
lembaga yang terkait dengan penelitian antara lain Kebun Raya Bogor, Badan
Pusat Statistik, dan Pemerintah Kota Bogor (Tabel 2).
Tabel 2 Jenis, bentuk dan sumber data yang diperlukan berdasarkan tujuan
penelitian
No.
A.

Jenis Data
Bentuk Data
Menganalisa karakteristik pengunjung Kebun Raya Bogor
1
2
3
4

B.

Jumlah Pengunjung KRB
Data Aksesibilitas Bogor dan
Kota-kota terdekat sekitarnya
Persepsi stakeholder tentang
fasilitas Internet
Karakteristik pengunjung yang
menggunakan internet
(Termasuk Demografi)

Laporan Harian/bulanan
Peta dan narasinya
Deskriptif
- Data kuesioner dan
catatan/rekaman
wawancara
- Laporan Kunjungan

Sumber

Staff KRB
Dinas tatakota Pemkot
Bogor dan
Pihak KRB
-

Kuesioner dan
wawancara
- Data sekunder KRB

Menganalisa Willingness To Pay (WTP)/ Kesanggupan Membayar pengunjung terkait
dengan adanya fasilitas koneksi internet wireless dan barcode online di areal Kebun Raya
Bogor
1

2

C.

WTP
Pengunjung
terhadap
fasilitas internet dan barcode
online

Peta KRB terbaru
Topografi wilayah

4

Topologi Koneksi

5

Jumlah
pengunjung
yang
terkoneksi
Jumlah Bandwidth lokal (IIX)
dan Internasional yang terpakai
Biaya koneksi internet wireless
Broadband

7

Wawancara dgn verbal
dan quesioner

Skenario untuk keamanan dan - Harapan pengunjung dan
Wawancara
dengan
kenyamanan pengguna internet
peraturan KRB
pengunjung dan pihak
- Membuat sketsa denah
KRB
tempat berteduh
Melakukan Studi Kelayakan (Feasibility Study) bisnis dengan berupa aspek finansial dan
non finansial

1
2

6

Data kuesioner, pemahaman
tentang
internet,
penerimaan
terhadap
internet dan barcode online,
kesanggupan
bayar
terhadap fasilitas internet
dan barcode online

Peta / spasial
Lembaran
Statistik
- Desain AutoCad Topologi
Koneksi.
- Laporan Site Survey (Pada
Survey awal)
- Print out of billing system
- Print Out dari aplikasi
Bandwidth Manager
Surat penawaran koneksi

KRB
KRB
Koordinator
NOC
(Network
Operating
Center) PT Adisanggoro
Billing System
Aplikasi
Manager
Bendahara PT
Adisanggoro

Bandwidth

9
Lanjutan Tabel 2
No.
8

Jenis Data
Biaya perangkat tambahan

Bentuk Data
Surat kebutuhan perangkat

Sumber
Koordinator Teknis PT
Adisanggoro
Bank

9

Nilai Suku Bunga

Angka suku bunga terbaru

10

Nilai Pajak

Dinas Pajak

11

Database interpretasi

12

Modeling barcode online

Jenis dan jumlah kewajiban
pajak
Softcopy database
interpretasi
Literatur

13

Respon pengunjung pengguna
internet dan media interpretasi

Data deskriptif pengunjung

Wawancara pengunjung

Kebun Raya Bogor
Diskusi dan uji coba

Metode Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel untuk kepentingan wawancara adalah dengan
cara nonprobability sampling. Hal itu dilakukan agar probabilitas setiap anggota
populasi tidak diketahui. Sehingga semua sampel belum tentu memiliki peluang
yang sama untuk menjadi bagian dari anggota sampel. Setiap pengunjung Kebun
Raya Bogor tentu membutuhkan kenyamanan dan privasi selama berwisata,
sehingga dalam melakukan wawancara akan dilakukan metoda convenience
sampling. Metode ini digunakan selain tidak terlalu kaku didalam melakukan
sampling juga memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan dalam jumlah besar
dan lengkap secara cepat dan hemat dimana penentuan pengunjung berdasarkan
pada ketersediaan sampel menjadi pengunjung (Kuncoro, 2003). Penentuan
jumlah contoh dari populasi dalam penelitian ini berdasarkan metode Slovin
dengan asumsi bahwa populasi berdistribusi normal (Umar, 2005) sebagai berikut:

Keterangan:
n = Jumlah contoh
N = Jumlah populasi
e = Galat, tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi
Analisis Data
Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk data yang bersifat
kualitatif. Analisis deskriptif adalah bentuk analisis data penelitian untuk menguji
generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu contoh. Analisis deskriptif
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh melalui kuesioner. Data
dikelompokan berdasarkan jawaban yang sama ke dalam tabel. Setelah data
dikelompokan dalam tabel, selanjutnya jawaban-jawaban dipersentasekan
berdasarkan jumlah pengunjung. Persentase tersebut merupakan jawaban yang
paling dominan dari masing-masing peubah yang diteliti. Dirumuskan sebagai
berikut:

10

Keterangan:
P

= Persentase pengunjung yang memilih kategori tertentu

fi

= Jumlah pengunjung yang memilih kategori tertentu

∑fi = Total jawaban
Menurut Nazir (1999), analisis deskriptif adalah suatu metode dalam
menelti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan
akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
Willingness To Pay (WTP)
Metode yang akan digunakan untuk mengukur kesediaan membayar
(WTP) pengunjung terhadap fasilitas internet berbasis wireless di seluruh areal
Kebun Raya Bogor adalah Hedonic Price Methode (HPM). Pemilihan teknik ini
didasarkan pada hak kepemilikan. Jika individu yang ditanya tidak memiliki hak
atas barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam, maka pengukuran
yang relevan adalah Willingness to Pay (WTP). Konsep WTP atau kesediaan
membayar menghasilkan nilai ekonomi yang didefinisikan sebagai pengukuran
jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang atau jasa untuk
memperoleh barang atau jasa lainnya. Pengukuran dengan menggunakan konsep
WTP ini dapat menerjemahkan misalnya nilai ekologis ekosistem ke dalam
bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter suatu barang dan jasa. WTP juga
dapat diartikan sebagai maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari
terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi 2006).
Meskipun metode ini sering digunakan untuk menghitung jasa lingkungan
terkait dengan property namun tidak berarti HPM menjadi sebuah metode yang
kaku selama objek komoditinya memiliki kesesuaian karakter untuk dapat
dianalisa dengan menggunakan HPM ini. Kali ini metode HPM digunakan untuk
mengestimasi nilai lingkungan yang secara langsung mempengaruhi harga akses
internet yang ditawarakan. Terdapat dua skenario nilai lingkungan terkait
penetapan harga akses internet tersebut yaitu pertama, pengunjung dapat
menikmati kualitas internet yang baik dengan mendapatkan pemandangan yang
terjaga kelestariannya, kenyamanan, dan keamanan. Kedua, kampanye konservasi
yaitu setiap biaya yang dikeluarkan oleh pengunjung untuk menggunakan akses
internet di areal Kebun Raya Bogor maka terdapat sekian rupiah yang disisihkan
untuk kepentingan konservasi dan kelestarian Kebun Raya Bogor.
Dalam menggunakan metode HPM ada dua sisi pendekatan yang harus
dilakukan agar nilai yang diperoleh menjadi nilai yang rasional. Kedua
pendekatan tersebut adalah pendekatan pada sisi konsumen dan produsen.

11

1. HPM dengan pendekatan konsumen/ pengunjung
Jika misalkan kualitas lingkungan dikelompokan ke dalam satu
karakteristik tunggal “z”. Maka hal yang ingin diketahui adalah hubungan antara
harga koneksi internet (p) dengan kualitas lingkungan tersebut. Menurut Rosen
(1974) dalam teorinya tentang persamaan Hedonic bahwa harga property
dipengaruhi oleh vektor karakteristik yang secara matematis dapat ditulis sebagai
berikut:
P = P (z) atau P = P (z1, z2, ....., zn) ...................................................(6)
Persamaan 6 diatas menunjukan bahwa harga marginal terhadap
penambahan salah satu karakteristik (z1) tidaklah bersifat konstan. Penambahan
komponen z1 yang pada awalnya dapat meningkatkan harga koneksi internet,
namun laju penambahan harga ini akan menurun karena kualitas internet yang
pengunjung rasakan pada skala tertentu sudah dianggap lebih dari cukup.
Sehingga penambahan ekstra kualitas (misalkan kecepatan akses) hanya akan
menambah harga sedikit saja.
Konsumen pada dasaranya menginginkan nilai kepuasan ( Utilitas “U” )
yang tinggi dari sebuah komoditi yang dibelinya. Namun demikian keinginan
mendapatkan sebuah kepuasan yang maksimal tentu terbentur oleh kendala
pendapatan yang terbatas. Sehingga secara matematis keduanya dapat
digambarkan sebagai berikut:
Max U (x,z) dengan Kendala M = x + P(z) ..........................................(7)
Keterangan:
U = Utilitas / Kepuasan
x = Komoditas komposit ( akses internet)
z = Karakteristik dari komoditas
M = Pendapatan
P(z) = Harga akses internet dengan karakteristik z yang diwakili oleh fungsi harga
hedonic.
Selisih antara nilai sebuah kepuasan atas komoditas dan karakteristik yang
melekat didalamnya dengan pendapatan ataupun daya beli seseorang disebut
sebagai bid (φ ). Dengan kata lain masih menurut Rosen, bahwa jumlah
maksimum seseorang ingin membayar (WTP) sebuah komoditas dengan
karakteristik “z” untuk mencapai utilitas “U” dengan ketersediaan pendapatan
sebesar “M”. Persamaan bid tersebut ditulis secara matematis seperti di bawah ini:
φ = M – x(z,u);
φ = φ (z,M,U) ................................................................................. (8)
Menurut Fauzi (2014), Kesanggupan seseorang berkorban untuk
mendapatkan tambahan barang lain dengan tingkat kepuasan yang tidak berubah
juga dikenal dalam ilmu ekonomi konvensional yang disebut dengan “marginal
rate of substitution” (MRS).
2. HPM dengan pendekatan produsen/ Kebun Raya Bogor
Sesuai dengan prinsip ekonomi konvensional bahwa produsen selalu
berusaha untuk memaksimalkan keuntungan. Biaya untuk membangun fasilitas
internet wireless ( c ) sangat dipengaruhi oleh besarnya harga input ( r ) dan

12

karakteristiknya ( z ). dalam melakukan maksimisasi keuntungan maka secara
matematis dihitung dengan fungsi berikut:
π = ϕ – c ( r,z ) ............................................ (9)
dimana:
π = Keuntungan yang ingin dicapai
ϕ = Besarnya harga yang ditawarkan
Fungsi tersebut dikenal dengan the offer function atau fungsi penawaran
yang menerangkan nilai minimum WTA produsen sebagai fungsi dari biaya-biaya
dan karakteristik yang melekat pada produk tersebut.
Metode ini memiliki Kelemahan yang harus diminimalisir. Menurut
Yunus (2005), kelemahan dari metode ini adalah timbulnya bias yang dapat
terjadi jika muncul nilai overstate atau understate secara sistematis dari nilai
sebenarnya. Tidak jauh berbeda dengan teori Hanley dan Spash (1993), bahwa
metode ini mengalami bias bila nilai WTP yang dihasilkan lebih rendah atau lebih
tinggi dari nilai sebenarnya. Bias dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya
bias karena strategi, rancangan,mental account dan kesalahan pasar hipotesis.
Responden dimungkinkan akan memberi jawaban yang tidak rasional seperti
memberikan penilaian kesanggupan bayar melebihi pendapatan pokoknya.
Menurut Ansahar (2005), kelemahan analisis ini adalah masyarakat tidak
membayar secara langsung dan sangat ditentukan oleh variabel-variabel sosial
ekonomi masyarakat. Oleh karenanya sebelum melakukan wawancara responden
terlebih dahulu dilakukan pra kondisi untuk mengetahui berbagai variable
responden yang terkait dan memberikan pengaruh pada rasionalitas setiap
jawaban yang diberikan.
Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Penambahan fasilitas internet wireless bagi Kebun Raya Bogor tentu harus
dianalisa berdasarkan kelayakan usahanya. Studi kelayakan usaha menyangkut
dua hal yang saling bersinergis, yaitu kelayakan berdasarakan aspek finansial dan
aspek non finansial.
Aspek Finansial
Kelayakan finansial merupakan salah satu unsur penting bagi
terlaksananya prinsip keberlanjutan usaha. Studi kelayakan ini bertujuan untuk
menentukan kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Menurut Nurmalina et. al.
(2009), ada beberapa kriteria yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C), dan Payback Periode (PP). Untuk
mendapatkan nilai kelayakan finansial tersebut maka terlebih dahulu harus
diketahui besaran biaya, penerimaan dan pendapatan.
Biaya
Analisis biaya dan pendapatan dihitung selama kegiatan berjalan. Menurut
Soedarsono (1992), total biaya dan penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut
:

TC = TFC + TVC
Keterangan:
TC = Total Biaya (Total Cost)

13

TFC = Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
TVC = Total Biaya Tidak Tetap (Total Variable Cost)

TR = P . Q
Keterangan:
TR = Total Penerimaan (Total Revenue)
P = Harga (Price)
Q = Jumlah Produksi (Quantity)
Setelah total biaya dan total penerimaan diketahui, maka besarnya total
pendapatan dapat dihitung. Menurut Mosher, A.T (1991) untuk menghitung total
pendapatan dapat digunakan rumus sebagai berikut:

I = TR - TC
Keterangan:
I = Pendapatan ( Income)
TR = Total Penerimaan (Total Revenuet)
TC = Total Biaya (Total Cost)
Net Present Value (NPV)
Net present value adalah manfaat bersih atau nilai bersih sekarang yang
menunjukkan keuntungan yang diperoleh selama umur investasi dan merupakan
jumlah nilai penerimaan arus tunai dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan
selama periode tertentu, atau nilai sekarang yang diperoleh dari selisih antara
penerimaan total dengan biaya total dari suatu proyek atau usaha pada jangka
waktu tertentu (Gittinger 1986). Suatu investasi terhadap suatu usaha dikatakan
layak dilakukan apabila NPV > 0. Sebaliknya, Jika nilai NPV < 0 berarti suatu
proyek atau usaha dapat menimbulkan kerugian dan dinilai tidak layak untuk
dilaksanakan. Jika nilai NPV sama dengan 0 berarti suatu proyek tidak
menghasilkan keuntungan serta tidak menimbulkan kerugian bagi suatu usaha
yang dijalankan.
NPV menunjukan keuntungan yang akan diperoleh selama umur investasi,
merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu sekarang dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu. Perumusannya sebagai
berikut (Kadariah et al. 1999):


NPV = ∑ (
�=0

�− �
)
+i t

Keterangan : NPV = Nilai bersih sekarang (Rupiah)
Bt = Manfaat pada tahun k–t (Rupiah)
Ct = Biaya pada tahun ke-t (Rupiah)
i = Tingkat diskonto (%)
n = Umur proyek (tahun)
t = Tahun

14

IRR (Internal Rate of Return)
Internal rate of return adalah tingkat pengembalian internal dari investasi
selama umur proyek, yang bertujuan untuk mengetahui presentasi keuntungan dari
suatu proyek setiap tahun dan menunjukkan kemampuan proyek dalam
mengembalikan bunga pinjaman. Dengan kata lain IRR adalah tingkat rata-rata
keuangan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan
dinyatakan dalam satuan persen (Gittinger 1986). Internal rate of return adalah
hasil discount rate (suku bunga) yang membuat NPV dari suatu proyek sama
dengan 0. Perumusannya adalah sebagai berikut (Kadariah et al. 1999):

Keterangan :
IRR = Tingkat internal hasil (%)
NPV = Nilai bersih sekarang bernilai positif (Rupiah)
NPV' = Nilai bersih sekarang bernilai negatif (Rupiah)
i= Tingkat diskonto menghasilkan PV positif (%)
i’= Tingkat diskonto menghasilkan PV negatif (%)
Apabila hasil analisis IRR lebih besar dari bunga bank (tingkat diskonto)
yang berlaku, menunjukan usaha tersebut layak untuk dilakukan. Sebaliknya bila
IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga bank maka usaha tersebut tidak layak
untuk dilakukan.
Benefit–Cost Ratio (B/C)
B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan
manfaat bersih yang bernilai negatif. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan
ukuran B/C ratio dari manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai
B/C rasionya sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat
biaya opportunitis capital (Gittinger, 1986). Rumus yang digunakan adalah
(Kadariah et al. 1999):

B ∑�=0
=
C ∑�
�=0

�− �
+� �

+� �

�− �>
�− �<

Keterangan:
Bt = Manfaat (benefit) pada tahun ke-t
i = Tingkat suku bunga yang berlaku
Ct = Biaya (Cost) pada tahun ke-t
t = Tahun kePayback of Periode (PBP)
Payback of Periode (PBP) dihitung untuk mengetahui jangka waktu modal
yang diinvestasikan kembali. Semakin pendek payback period dari periode yang

15

disyaratkan perusahaan maka proyek investasi tersebut dapat diterima (Arifin et
al. 1999). PBP dirumuskan sebagai berikut:

� �

� � ���

=



Keterangan :
I
= Biaya investasi yang dikeluarkan
Ab
= Manfaat bersih yang diperoleh sesetiap tahunnya
Break Even Point (BEP)
Break Event Point atau biasa disebut titik impas dihitung untuk
mengetahui besaran harga sehingga keuntungan berada pada titik nol dalam
jangka waktu tertentu. Berada pada titik impas apabila:
TR = TC
Keterangan
TR : Total Penerimaan
TV : Total Biaya (Biaya Variabel dan Biaya Tetap)
BEP (Pengunjung) = FC / (WTP-VC)
Keterangan:
FC : Biaya Tetap
VC : Biaya Variabel
Aspek Non Finansial
Aspek non finansial merupakan bagian dari studi kelayakan yang harus
dianalisa. Menurut Suliyanto (2009), aspek non fiansial dapat dianalisis melalui
berbagai aspek yaitu:
1. Aspek pasar dan pemasaran yaitu menganalsis potensi pasar, market
share yang dapat dicapai,serta menaganalisis strategi pemasaran yang
dapat digunakan untuk mencapai market share yang diharapkan.
2. Aspek teknis dan teknologi yaitu menganalisis kesiapan teknis dan
ketersediaan teknologi yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis.
3. Aspek manajemen dan sumberdaya manusia yaitu menganalisis
tahapan-tahapan pelaksanaan bisnis dan kesiapan tenaga kerja
termasuk kesiapan aspek legalitas yang harus dipenuhi.
4. Aspek sosial dan ekonomi yaitu analisis terhadap dampak yang
ditimbulkan terhadap masyarakat dan atau pedagang sekitarnya seperti
penambahan peluang kerja dan peningkatan pendapatan.
5. Aspek lingkungan yaitu menganalisis kesesuaian lingkungan sekitar
(baik lingkungan operasional, lingkungan dekat, dan lingkungan jauh)
dengan ide bisnis yang dijalankan. Dalam aspek ini maka penambahan
fasilitas internet berbasis wireless jangan menimbulkan dampak
negatif berupa berubahnya fungsi-fungsi Kebun Raya Bogor yang
diakibatkan oleh berubahnya tujuan dan karakteristik pengunjung.

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Kebun Raya Bogor
Sejak tahun 2001 Kebun Raya Bogor yang semula berstatus sebagai unit
pelaksana teknis (UPT) Balai Pengembangan Kebun Raya Bogor LIPI (Eselon
III), berdasarkan Surat Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Nomor 1151/M/2001 dikukuhkan menjadi Pusat Konservasi Tumbuhan (PKT)
Kebun Raya Bogor LIPI (Eselon III) yang berada di bawah koordinasi Kedeputian
Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati – LIPI, dan tentunya memiliki cakupan tugas
yang lebih luas. Berbeda dengan Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi
dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali, masing-masing berstaus sebagai UPT Balai
Konservasi Tumbuhan (Eselon III) di bawah koordinasi PKT Kebun Raya BogorLIPI.
Tujuan strategis PKT Kebun Raya Bogor-LIPI ditetapkan dengan
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki lembaga, baik sumberdaya
manusia, anggaran maupun sarana dan prasarana. Tujuan PKT Kebun Raya
Bogor-LIPI adalah:
a.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas koleksi tumbuhan, sebagai koleksi
rujukan yang bernilai ilmiah
b.
Memfasilitasi pengembangan kawasan konservasi ex situ dalam bentuk
kebun raya daerah
c.
Memperkuat kompetensi inti di bidang penelitian konservasi, domestikasi
dan reintroduksi, melalui aksi-aksi konservasi dan penyiapan bahan-bahan
hasil penelitian untuk digunakan dalam perumusan kebijakan yang terkait
dengan bidang konservasi, pengembangan tumbuhan yang berpotensi
untuk pemanfaatan secara berkelanjutan, dan pemulihan jenis-jenis
tumbuhan yang terancam kepunahan dan /atau kawasan terdegradasi
d.
Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kegiatan pendidikan
lingkungan, serta penyediaan informasi ilmiah tentang perkebunrayaan dan
konservasi tumbuhan
e.
Meningkatkan kepuasan pelanggan
f.
Memperkuat peran dan eksistensi PKT Kebun Raya Bogor-LIPI di tingkat
nasional maupun internasional
g.
Mewujudkan tata kelola organisasi yang baik
h.
Menigkatkan daya dukung sarana dan prasarana, khususnya dalam
peningkatan mutu pelayanan publik dan penelitian
Guna menguatkan tujuan, maka ditetapkan sasaran pencapaian PKT
Kebun Raya Bogor-LIPI. Sasaran ini akan menjadi tolak ukur manajerial dalam
mengkuantitasi tujuan yang akan dicapai. Sasaran tersebut adalah:
a.
Terpeliharanya kebun dan terkelolanya tanaman koleksi sesuai dengan
kaidah-kaidah perkebunrayaan.
b.
Bertambahnya jumlah koleksi (terutama koleksi baru, rekaman baru
maupun jenis baru); serta semakin meningkatnya mutu koleksi (datanya
lengkap dan akurat, demikian pula dengan informasi yang terkait dengan
karakter biologisnya)
c.
Bertambah dan berkembangnya kawasan-kawasan konservasi ex situ
dalam bentuk kebun raya daerah

17

d.
e.
f.
g.
h.

i.
j.
k.
l.

Terlaksananya aksi-aksi konservasi baik jenis maupun kawasan
Tersedianya bahan untuk perumusan kebijakan di bidang konservasi
Terseleksinya jenis-jenis tumbuhan berpotensi untuk pengembangan lebih
lanjut
Terpulihkannya jenis-jenis tumbuhan terancam kepunahan dan kawasankawasan terdegradasi
Tersedianya paket-paket pendidikan lingkungan dan paket-paket informasi
ilmiah di bidang perkebunrayaan dan konservasi, untuk peningkatan
kesadaran masyarakat
Terpenuhinya harapan dan kebutuhan pengguna, sehingga kepuasannya
meningkat
Semakin kukuhnya peran dan eksistensi PKT Kebun Raya Bogor-LIPI di
tingkat nasional maupun internasional
Terwujudnya tata kelola organisasi yang baik
Terpenuhinya daya dukung sarana dan prasarana secara optimal,
khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan publik dan penelitian
Visi dan Misi Kebun Raya Bogor

Visi KRB adalah menjadi salah satu Kebun Raya terbaik di dunia dalam
bidang konservasi dan penelitian tumbuhan tropika, pendidikan lingkungan dan
pariwisata. Sementara misi KRB adalah melestarikan tumbuhan tropika,
mengembangkan penelitian bidang konservasi dan pendayagunaan tumbuhan
tropika, mengembangkan pendidikan lingkungan untuk meningkatkan
pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap tumbuhan dan lingkungan,
meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.
Tugas dan Fungsi
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI, mempunyai tugas
dan fungsi diantaranya melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan,
penyusunan pedoman, pemberian bimbingan teknis, penyusunan rencana dan
program, pelaksanaan penelitian bidang konservasi ex-situ tumbuhan tropika serta
evaluasi dan penyusunan laporan.
Struktur Organisasi
Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI dipimpin oleh
seorang