Konservasi Rotan Indonesia di Kebun Raya Bogor

MONSERVASH ROTAN IXDONESIA Dk KEBYN RAUk B 0 6 8 R
Joko R. Witono
UPT BP Kebun Raya-LIP:', S ~ g o r

ABSTRACT
The world is consist of about 600 species of rattans (13 genera), 297 species of them (9
genera) native to Indonesia. Rattans exploitation, shifting cultivation, and forest clearing
make in-situ and ex-sltu c~nservationhas become urgent to cmservi: Izclonesian rattans. The
Bogor Botanic Garden is an ex-situ conservation facilities that has an important role in
conservation of Indonesian rattans. The Bogor Botanic Garden at present has 47 rattans
species ( 5 genera), of which 37 species were identified up to species level while 16 specimens
were identified at genera level. The Bogor Botanic Garden conducted rattans exploration,
seed exchange, and cooperate with another institution to developing its rattans collection.

PENDAWULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki kawasan hutan
tropis yang luas. Diperkirakan sekitar 59 % daratan Indonesia masih tertutup oleh hutan
alam atau sekitar 10 % hutan tropis dunia. Luas hutan alam Indonesia bervariasi di tiap
pulaunya, di Kalimantan 74 % daratannya masih tertutup oleh hutan, di Irian Jaya

92 %,


sedangkan di Jawa tinggal 9 % (Mogea, 1991). Adanya perladangan berpindah dan
pembukaan hutan, diperkirakan huian alam lndonesia berkurang sekitar 700,000 ha sampai
1,200,000 ha setiap tahunnya (Suhirman, 1997). Menyempitnya areal hutan alam dan kegiatan
eksploitasi jenis-jenis

turnbuhan

bernilai ekcnomi akan

menimbulkan

rnenurtrnnya

keanekaragaman flora Indonesia.
Rotan merupakan salah satu hasil hutan non kayu yang potensial, banyak dieksploitasi
karena memiliki nilai yang tinggi dalam dunia perdagangan. Adanya kegiatan tersebut yang
dilakukan secara terus-menerus, populasi rotan di hutan alam Indonesia mulai menurun
dengan drastis sejak tahun 1970-an. Pada saat itu kebutuhan rotan dunia dan perkembangan
industri


dalam negeri yang menggunakan bahan baku rotan untuk kerajinan, tali, dan

peralatan rumah tangga meningkat dengan pesat. Keadaan ini diperparah lagi dengan adanya
perladangan berpindah, kegiatan pembukaan hutan untuk pertanian, pemukima?, perkebunan,
industri, maupun pembukaan jalan baru.

Pusat Antar Universitas IImu k y a t IPB
Bogor, 16 September 1999

Prosiding Seminar Basil-Hasil Penekian Bidang //mu Hayat

Untuk menjaga kelestarian jenis-jenis rotan Indonesia diperlukan usaha konservasi
baik secara in-situ rnaupun ex-situ dan usaha budidaya dalam skala besar temtama untuk
jenis-jenis rotan kornersial. Kebun Raya Bogor sebagai salah satu iembaga konservasi ex-situ
di Indonesia, memiliki peranan yang sangat penting dalamokonservasirotan Indonesia. Dalam
tulisan ini akan dikemukakan keadaan koleksi dan strategi konservasi rotan Indonesia di
Kebun Raya Bogor.

Untuk mengetahui keadaan koleksi rotan di Kebun Raya Bogor telah dilakukan

pengamatan koleksi secara langsung di lapangan dan penelusuran data di seksi registrasi
Kebun Raya Bogor. Selain itu juga diiakukan identifikasl seedling rotan hasil eksplorasi dari
tahun 1991 - I999 di pembibitan melalui spesirnen herbarium yang dikoleksi. Informasi
tenrang kegiatan konservasi dan pengembangan koleksi rotan Indonesia didasarkan pada
akiifitas y m g dilakukan oleh seksi koleksi, penelusuran pustaka, dan pengamatan herbarium
di Xerbarium Bogoriense.

HASIL DAN PEMBANASAN
Di dunia terdapat 1 3 marga rotan, yaitu : Calal?zus, Calospatha, Ceratolobus,
Dnemonorops, Eremospatlta,

Korthalsia,

Lnccospemza,

Myrialepis,

Oncocalamus,

Plectocornia, Plectocomiopsis, Pogonotium, dan Retispatlta. Marga-marga tersebut hanya


terdapat di daerah tropis Asia dan Afrika. Persebarannya mulai dari Semenanjung Malaya,
Indonesia, Papua Nugini, Fiji, Philippina, Thailand, India dan Afrika Barat. Keanekaragaman
marga dan jenis tertinggi adalah di Indonesia dan Malaysia (Dransfield & Manokaran (ed),
1994).
Indonesia rnerupakarr salah satu pusat keanekaragamzn rotan terbesar di diinia.
Diperkirakan dari sekitar 600 jenis rotan dunia (13 marga), 297 jenis diantaranya ( 50% )
terdapat di hutan-hutan alam Indonesia. Jenis-jenis rotan tersebut terdiri atas 9 marga, yaitu :
Calnr?zus 177 jenis, Cemrolobus 6 jenis, Daen.zsnorops 83 jenis, Korthalsia 18 jenis,
I"dyrialepis 1 jcnis, Plec&cc=;r:ii-i6 jenis, Plectocomiopsis 4 jenis, Pogonotium f jenis, dan
Retispcrtha 1 jc1-2~(Tabel 1.). Dicluga jenis rotan Indonesia bejumlah iebih dari 297 jenis,

karena masih 1:tasnya daerah :fang k i u m diin~lentarisasidan masih banyak jenis-jenis yang

Prosiding Seminar NasiF-NasilPenelitian Bidang Ilmu Hayaf

baru diidentifikasi tingkat marga. Menurut beberapa pustaka, data Herbarium Bogoriense,
dan pengalalnan lapangan penulis, persebaran jenis-jenis rotan di Indonesia tercantum dalam
Tabel 1.


Tabel 1. Persebaran jenis-jenis rotan di 7 pulau besar Indonesia

Keterangan :
Smt. = Sumatra, Kal. = Kalimantan, Jw. = Jawa, NT = Nusa Tenggara, Sul. = Sulawesi, Mal. = Maiuku, Irja
= Irian Jaya, - = tidak ada jenis-jenis rotan.

Menurut Hermansjah (1982), diperkirakan 50 jenis rotan Indonesia rnemiliki nilai yang
penting dalam dunia perdagangan. Jenis-jenis tersebut populasinya terus-menerus berkurang
di alam karena adanya eksploitasi dan pembukaan hutan. Rotan manau (Galamus rncma~z),
rotan sega (G. caesius), dan rotan irit (C. trachj~coleus) merupakan contoh-contoh jenis
rotan bernilai ekonorm tinggi yang populasinya menurun secara drastis. Untuk mengatasi
rnasalah tersebut, budidaya rotan komersial telah dilakukan sejak tahun 1980. Jenis-jenis yang
telah dibudidayakan adalah C. inannn di Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi,
dan Jawa Barat. C. caesius dibudidayakan di Jambi dan Kalimantan Tengah, 6. trachycoleus
di Kalimantan Tengah, dan C. zollingeri di Sulawesi Tengah. Diharapkan di waktu mendatang
untuk rnemenuhi kebutuhan bahan baku kerajinan dalam negeri maupun ekspor, rotan yang
diambil tidak berasal dari rotan aiam tetapi dari rotan hasil budidaya (Mogea, 1997).
Selain eksp!oitasi, adanya pembukaan hutan sangat mengancam kelestarian rotan
Zrrctonesia baik rotan komersial n a u p w non komersial, teruiama jenis-jenis yang endernik. Di
Indonesia diperkirakan terdapat 108jenis rotan e n d e d , yaitu Calanzus 59 jenis, Ceratolobus


1 jenis, 3uemanorops 46 jenis, Xorfizalsta 2 jenis, ~rMyriatepr's1 jenis: Plectocomia 4 jenis,
dan Plectocnmtopsis I jer,is (ILogea, f 39 i ). Unluk mempestakankan keanekaragaman rcjtsn

Prosidng Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Nmu Hayat

baru diidentifkasi tingkat marga. Menurut beberapa pustaka, data Herbarium Bogoriense,
dan pengalaman lapangan penulis, persebaran jenis-jenis rotan di Indonesia tercantum dalam
Tabel 1.

Tabel 1. Persebaran jenis-jenis rotan di 7 pulau besar Indonesia

Keterangan :
Smt. = Su~natra,Kal. = Kalimantan, Jw. = Jawa, NT = Nusa Tenggal-a, Sul. = Sulawesi, Mal. = Maluku, Irja
= lrian Jaya, - = tidak ada jenis-jenis rotan.

Menurut Hermansjah ( 1 982), diperkirakan 50 jenis rotan Indonesia memiliki nilai yang
penting dalam dunia perdagangan. Jenis-jenis tersebut populasinya terus-menerus berkurang
di alam karena adanya eksploitasl dan pembukaan hutan. Rotan manau (Calamus munan),


rotan sega (C. caesius), dan rotan irit (C. frachj~coleus) merupakan contoh-contoh jenis
rotan bernilai ekonomi tinggi yang populasinya menurun secara drastis. Untuk rnengatasi
masalah tersebut, budidaya rotan komersial telah dilakukan sejak tahun 1980. Jenis-jenis yang
telah dibudidayakan adalah C. mannn di Bengkulu, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jarnbi,
dan Jawa Barat. C. caesius dibudidayakan di Jarnbi dan Kalimantan Tengah, C. trachycoleus
di Kalimantan Tengah, dan C. zollingeri di Sulawesi Tengah. Dharapkan di waktu mendatang
untuk memenuhi ke*~tukan bahan baku kerajinan dalam negeri maupun ekspor, rotan yang
diambil tidak berasal dari rotan alam tetapi dari rotan hasil budidaya (Mogea, 1997).
Selain eksploitasi, adanya pembukaan hutan sangat rnengancarn kelestarian rotan
lndonesia ba& rotan komersial rn2.upu-n non komersial, terutama jenis-jenis yang endemik. Di
Indonesia diperkirakan tei-dapat '108 jenis rotan endemik, yaitu Calamus 59 jenis, Ceratolobus
1 jenis, 3izemorzoro~,ns45 ~GIS-is,

2 jenis, Myrialepls 1 jenis, Plectocomia 4 jenis,

1392). Untuk mempertahankan ksanekaragarnan rotan
dan Plectocomiopsis 1 Senis (?L.z.~e~,

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang llrnu Hayat


Indonesia, diperlukan usaha konservasi baik secara in-situ maupun ex-situ serta budidaya
dalam skala besar untuk rotan kornersial.
Kebun Raya Bogor yang didirikan dengan tujuan untuk mengkonservasi flora
Indonesia, memainkan peranan yang sangat penting-alam

usaha konservasi dan

pengembangan rotan Indonesia. Saat ini, Kebun Raya Bogor telah mengkoleksi 5 rnarga
rotan

yang terdiri dari 47 jenis teridentifikasi, 37 jenis

di antaranya merupakan rotan

Indonesia dan 16 spesirnen rotan Indonesia teridentifikasi tingkat rnarga. Selain itu sekitar 100
nolnor masih dalam proses adaptasi dan klimatisasi di pembibitan.
Dalarn melakukan konservasi dan pengembangan koleksi rotan Indonesia di Kebun
Raya Bogor, dilakukan eksplorasi rotan ke seluruh nusantara, pertukararl biji (seed
exctzange), dan kerjasama dengan lembaga pemerintah, swasta, maupun perorangan. Dari


ketiga kegiatan tersebut, eksplorasi flora nusantara rnernberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan Iainnya. Eksplorasi flora telah dilakukan sejak tahun 1991 di seluruh Jawa dan
18 propinsi di luar Jawa yaitu Aceh, Sumatera Barat, Surnatera Utara, Sumatera Selatan,

Jambi, Riau, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Maluku dan Irian Jaya, telah berhasil menambah koleksi rotan Kebun Raya Bogor
sebanyak sekitar 100 nomor. Jumlah tersebut masih tergolong kecil, jika dibandingkan dengan
jurnlah rotan Indonesia (Tabel 2.). Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan tim
eksplorasi tentang rotan Indonesia dan tingginya persentase rotan yang mati selama berada di
lapangan dan pernbibitan. Untuk rnengantisipasi tingginya koleksi rotan yang mati, maka
pelaksanaan eksplorasi disesuaikan dengan musim berbuahnya rotan karena

menurut

pengalaman koleksl buah menunjukkan persentase hidup yang lebih tinggi dibandingkan
dengan koIeksi seedling. Jika rotan yang akan dikoleksi tidak berbuah, rnaka yang ciikoleksi
adalah seedling rotan yang baru berkeearnbah (berdaun 1 atau 2 helai).
Untuk melengkapi koleksi rotan Indonesia, kegiatan eksplorasi akan terus dilakukan
terutama di daerah yang rnemiliki keanekaragaman marga dan jenls yang tinggi, seperti di

Kalimantan yang terdapat 126 jenis, Sumatera 109jenis, dan Irian Jaya 4 1 jenis (Tabel 2.).

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang llmu Nayat

Tabel 2. Daftar perkkaan jenis-jenis rotan Indonesia
HB
kj
Irj
lrj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
I rj
Irj

I rj
1rj
irj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
irj
Irj
Irj
lrj
I rj
frj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
Irj
I rj
Irj
Irj, Ma1
Irj, Mal
C. adspersus Bi.
C. assperitnus BI.
C. occiderztalis J.Wit. & J.Dransf
C. parutan E. Fern.
C. reinwardtii Mart.
C. burckianlts Becc.

Jw
Jw
Jw
Jw
Jw
Jw, B1

C. nlelanolotna Mart.
C. vinzinalis Willd.
C, acur?zinatusBee.
C. bacularis Becc.
C. b@iacialisBurr.
C. bmchystachys Becc.
6. caiorizynchus Becc.
C, com.ig.:;us Becc.
C di:ji.r:-ianrsBec::.
< eriocn-.:hus Becc - -

Jw, B!
Jw, BI
Kal
Kaf
Ma!
Ka!
Kal
Kal
Kal

P

I KRB I

Ket.
Johns & Zibe, 1989
Johns & Zibe, 1989
Johns & Zibe, 1989
Dransfield et al, 1995
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Johns & Zibe, 1989
Dranstield, 1974
Johns & Taurereko, 1989
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Johns & Taurereko, 1989
Johns & Taurereko, 1989
Johns & Taurereko, 1989
Dransfield, 1974
Johns & Taurereko, 1989
Dransfield, 1974
Dransfield. !974
Dransfieid er a:, 1935
Dranstield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield, i974
Dransfleld, 1974
HB
Dransfield, 1974
Johns & Taurereko, 1989
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Dransficld, 1974
Dranstield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Johns & Taurereko, 1989
Dransfield et a/, I995
Dransfrled, 1974
Dransfield et a!, 1995
Dransfield & Manokaran,
1994
Kalima, 1996
Kalima, 1996
HB
HB
Kalima, 1996
Dransfield & Manokaran,
1994
Kalima, 1996
Dransfield, 19792
Dranstield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
HB
Dransfield, 1974
HB
Dranstietd, 1984
Cransfield, i 974

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang llmu Hayat

C. gibbsianus Becc.
C. hewittianus Becc.
C. hispidttfus Becc.

Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal

C. ititpar Becc.
C. jalzeriartlcs Becc.
C. kiahii Furt.
C. fantbirerzsis
C. leloi J . Dransf.
C. lobbiantrs Becc.
C. /izattanertsis Becc.

Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal

C. nlnr-icatus Becc.

I

C. nzyriacatttlzus~
Becc.
C. paspalarzthrts Becc.
C. pilosellus Becc.

I
I

Kal
Kal
Kal
Kal

C. p1icnr:is 51.
C. l~ogonacaittlitc.~
Becc. ex
N.Winkl.
C. p.raete,r:?:iss:tsJ. Dransf.
C. pseudosen~oiBecc.
C. pseudorcltrr Becc.
C. pyg~imeusBecc.
C. r/zj~tido/tzusBecc.

Kal
Kal
Kai
Kal
Kal

C. r~ividusBecc.
C. sat-a~vakensisBecc.
C. sardidtis J. Dransf.
C. schistoacantlzus B1.
C. sernoi Becc.

Kal
Kal
Kal
Kal
Kal

C. sloofenii Furt.
C. sltbinerfnis H.Wendl. ex Becc

Kal
Kal

C. tapa Becc.
C. tenorlzl~okensisFurt.
C. toirlentoslis Becc.
C. fraclzj~coleusBecc.
C. viridispineus Becc.
C. rvinklerianus Becc.
C. zonatids Becc.
C. albt~sPers.

Kal
Ka1
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Ma1

C. cawa B1.

Ma1
Ma1
M a1
Ma1
Mal
Ma1
NT
NT
Sul
Sul
Sul

C. eqtiestris Willd.
C. halnmherensis Burr.
C. heteracanthrrs Zipp.
C. i-obinsonii Becc.
C. 'i?;lrphii51.
C. s~i~~zbavvaerrsis
Buri.
C tintorensis Becc.
C. ixiilidurii E. Fern.
C. arizphibolus Becc.
C. bo:ziertsis Becc. ex Meyne

Kal
Kal

Sul

Pusa~~.nicirUniversitas Ilmt: H ~ y a IPB
t
Bogor, I5 %piember 1999

NB
Dransfield, 1974
Dransfield, 1979a
Kramadibrata, 1992
Dransfield, 1974
Dransfield & Manokaran,
1994
NB
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
NB
WCMC, 10260
HB
Dransfield & Manokaran,
f 994
Dransfield & Manokaran,
1994
Dransfield & Manokaran,
1994
Dranstield, 1979a
Dransfield & Manokaran,
1994
Dranstield, 1974
Dransfield. 1984
Dransfield, 1984
HB
HB
Dransfield, 1974
Dransfield & Manokaran,
1994
Mogea, 1991
Kramadibrata, 1992
HB
HB
Dransfield & Manokaran,
1994
HB
Dransfield 6r Manokaran,
1994
WB
Dranstield, 1984
Dransfield, i979a
Dransfield, 1977
HB
HB
Dransfield, 1984
Dransfield & Manokaran,
i 994
Dransfield, i 974
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield et al, 1995
Dransfield, 1974
Drassfield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
HB
HB
Dransfield & Manokaran,
1994
Dransfield & Manokaran,
'

235

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Peneljtian Bidang llmu Hayat

C. inops Becc. ex Heyne
C. kandariensis Becc.
C. kjellbergii Furt.
C. koordersianus Becc.
C. leiocaulis Becc. ex Heyne

Sul
Sul
Sul
Sui
Sul

C. lejocaulis
C. leptostaclzys Becc. ex Heyne

Sul
Sul

C. macrospfmerion Becc.
C. ntinahassae Warb.
C. obscurus Becc.
C. orthostacitys Furt.
C. pactt)~stachysWarb.
C. paucQugus Becc.
C. pedicellatus Becc. ex Heyne

Sul
Sul
Sul
Sul
Sul
Sul
Sut

C. pseudonzollis Becc.
C. sclerocanthtts Becc.
C. sytnpft))sipus Mart.

Sul
Sul
Sul

C. roli-ioliensis Becc.
C. zollingeri Becc.

Sul
Sul
Sul
Sum
Sum
Sum
Surn
Sum
Sum
Sum
Sum
Sum
Surn
Sum
Sum

C. acidus Becc.
C. bengkulensis Becc.
C. billironensis Becc.
C. casraneris Griff
C. esilis Ciri if.
C. fissijicgartcs Burr
C. gayoensis Krarn.r'lt hr,ik,t
C. insignis Griif.
C. karrrensis Ridl.
C. laiisectrts Burr.
C. Imissimtts Ridl.
C. ieiosparf~us
Bar1
C. luridus Becc.

C. opaclcs Bi.
C. oxleyanus Miq.
C. paletabanicus Becc.
C. pallidulus Becc.
C. pandanosrrtus Fun.
C. perakensis Becc.
C. rattlossir~ztcsCiri ff.
C. scharerian~rsBun
C. rumidtts Furt .
C. ltiur Becc.
C. cifiaris B1.

Sum
Sum
Sum
Sum
Sum
Sum
Sum
Sum
Sum
Sum
Sum, Jw

C. heferzlideus BI.

Sum. Jw

C. horrens BI.
C. rhomboidetrs BI.

Sum, J w
Sum. Jw

C. unifarius N.Wendl.

Sum, Jw

C. javensis B I.
C. polysrachys Becc.
C. ornafus BI.
C amnliilr~~is
1. Dransf.

Sum, Jw, Kal
Sum, Jw, Kal
Sum, Jw, Ka1,Sul
Sum. Kal

Pusat Antar Universitas Ilm Hayat
Bogor, 15 September 1999

If%

1994
Mogea, 199 1
Dransfie!d, !974
Mogea, 1991
Mogea, 199 1
Dransfield & Manokaran,
1994
HB
Dransfield & Manokaran,
1994
Mogea, 1991
Mogea, 1991
HB
Dransfieid, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield & Manokaran,
1994
Dransfield, 1974
Dransfield, 1974
Dransfield & Manokaran,
1 994
Dransfield, 1974
Dransfield 6: Manokaran,
1994
Mogea, 199 1
HB
HB
Dranstield, 1979a
Dranstield, 19793
Dransfield, 1974
Kramadibrata. 1992
Dransfield, 19792
135

Dransficld. 1973
i1i3
Drsn\ticld. 1973
Dran\ficld & ManoLaran,
1991
Dransfield, 1974
Dranstield, 19792
Dransfield, 1974
HB
Dransficld, 1979a
Dransficid, 1979a
H5
M q s . ~ .1991
Dran\field. 1979.1
Dnn\fic!d. !?79.i
Dransfield & Mandaran.
1991
Dransfield & Manokaran,
1994
HB
Dransfield & Mandaran.
4 994
Dransfield & Manobran,
1994
Dransfield, 1979a
Dransfield. 197%
Dransfield, 1979a
Dransfield. 1984

236

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang llmu Hayaf.

C. aqrcatilis Ridl.
C. asiliaris Becc.

Sum,Kal
Sum, Kal

C. blionei Becc.
C. caesius Bl.
C. conirostris Becc.
C.diepenhorsrii Miq.
C. erinaceus fBecc.) Dransf.
C. jlabellatus Becc.

Sum, Kal
Sum, Kal
Sum, Kal
Sum, Kal
Sum,Kal
Sum, Kal

C. laevigatus Mart.
C. trlnnan Miq.
C. marginatus Mart.

Sum, Kal
Sum, Kal
Sum, Kal

C. rrtrtcronatus Becc.
C. rier7mtospadix Becc.
C. opritnr4s Becc.

Sum,Kal
Sum, Kal
Sum, Kal

C. reptophylllrs Becc.

Sum, Kal
Sum, Kal
Sum,Kal
Sum, Kal
Sum, Kal
Sum, Kal
Sum, Kal
Sum, Kal
Jw
Sum
Sum. Jw
Sum. Kal

C. ricgosus Becc.
C. scabridulus Becc.
C. scipionutn Lour.
C. spectabilis B1.
C. s/>ecratissitnusFurt.
Cerarolobus concolor Bl.
C. discolor Becc.
C. glaircescens Bl.
C. hi~lgianrcsBecc.
C. pserrdoconcolor Dransf.
C. s~rbangularrrs
L)aernonoroj>s oblonga (Reinw. E x
B1.l B1.
D. r~rbra(Reinw. ex BI.) BI.
I).

acanrholorna Becc.

1) ctnirla~aBecc.
0 'irrcl J. Dransf.

D cinnarrlonreus T. cr B.
I). collnrijera Becc.
I). crisrara Bccc.
I). draconcella Becc.
5. elongata Bl.
D. fissa (hliq.) BI.

Jw

Jw

Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal
Kal

D. jlorida Becc.
I). fortniccirilts Bccc.
I). jorrrricr~rci
D. hallier~c~nn
Bccc..
I). ingem 1. Dransf.
D. korrhalsii B1.
D. longispari~aBecc.

Kal
Kal

5. micracantha (Griff.) Becc.

Kal

D. microsraclzys Becc.
D. tnirabilis Mart.
D. morieyi Becc.
D. pachyrosrris Becc.
D. rriprifis Becc.
D. sabur Becc.
D. scaplrigera Becc.

Kai
Kal
Kal
Kal
Kai
Ka l
Kal

Kal
Kal
Kal
Kal

HB
Dransfield & Manokaran,
i 994
Dransfield, 1979a
Dransfield, I979a
Dransfield, 1979a
Dransfield, 1979a
Dransfield, 1979a
Dransfield & Manokaran,
:994
D:ansfie!d, 1979a
Dransfieid, 1979a
Dransfield & Manokaran,
1994
Mogea, 1991
Dransfield, 1984
Dransfield & Manokaran,
1994
Dransfield, 1974
Dransfield, 1979a
Dransfield, 1979a
Dransfield, 19792
WB
Dransfield, 1979a
Dransfield, 1979b
Dransfield, 1979b
Dransfield, 1979b
Dransfieid, 1979b
Dransfield, 1979b
Dransfieid, 1979b
Dransfield & Manokaran,
1994
Dransfield & Manokaran,
1 994
Dransfield, 1974
HB

nu

Dransfield.
Dransfield,
Dransfield.
HB
Dransfield,
Dransfieid
1994
Dransfield.
Dransficld,

1974
1974
1974
1984
& Manokaran,
1974
1974

tiB

!tH
Dranslicid.
Dransfield,
Dransfield
1994
Dransfieid
1994
HE3
HB
Dransfield,

1984
1984
&

Manokaran.

&

Manokaran,

1974

MB
HB
Dransficld, 1979a
DransfbcM

B;

Manokaran.

lW

P u s t Antar Universita I!w Wgyat IW

. I6 September 1999

237

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang llmu Hayat

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Hayat

Keterangan :
Distr. = Distribusi, HB = Herbarium Bogoriense, KRB = Kebun Raya Bopor. + = memiliki koleksi. = tidakmemiliki koleksi, Irj. = Irian Jaya, Mal. = Maluku, Jw. = Jawa, B1. = Bali. Kal. = Kalimantan, NT. = Nusa
Tenggara, Png. = Papua Nugini, Sab. = Sabah, Sul. = Sulawesi, Sum. = Surnatcra.

-

Dalarn pengelolaan dan pengembangan koleksi rotan Indonesia yans telah ada di
Kebun Raya Bogor, masalah yang sering timbul adalah jarangnya koleksi rotan yang berbunga
sampai menghasilkan buah. Mibat yang ditimbulkan adaid, ipdh~lakoleksi roran mati, maka
koleksinya tidak ada lagi karena beiurn sernpat beregenerasi. Keadaan tersebut sangat
dirasakan temtama.untrtk ienis-jenis yrizig turnbuh tungga?. Diduga rnasalah ini disebabkan
karena adanya perubahan kondisi iingkungan (peningkatan suhu, pencemaran udara maupun
air), pengunjung yang berlebihan, atau pemeliharaan yang kurang dilakukan dengan baik.
Untuk mengatasi masalah ini, perbanyakan dengan kultur jaringan rnulai dilakukan untuk
mempertahankan keberadaan koleksi yang telah ada.

Pusat Antar Universita Iimu k y a t I P 8
. 16 September 1999

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang //mu Clayat

Kebun Raya Bogor secara konsisten memiliki komitmen untuk mengkonservasi rotan
Indonesia, dengan nempertahankan koleksi pang te!ah adz dan menambat: jenis-jeiiis yang
belum dikoleksi. Dengan demikian diharapkan di waktu mendatang pengunjung Kebun Raya
Bogor baik dari dalam maupun luar negeri dapat melihat semua jenis rotan Indonesia,
terutama jenis-jenis yang berhabitat dataran rendah basah.

KESIRlPULAN DAN SARAN
1.

Kebun Raya Bogor mengkonservasi 47 jenis rotan (5 rnarga), 37 jenis ( 5 marga)
diantaranya merupakan rotan Indonesia. Koleksi baru rotan Indonesia kenlungkinan besar
akan bertarnbah karena 16 spesimen baru teridentifikasi tingkat marga dan sekitar 100
nomor mas& da!am proses adaptasi dan klimatisasi di pembibitan.

2.

Peluang untuk mendapatkan koleksi baru rotan Indonesia masih sangat besar melalui
kegiatan eksplorasi, pertukaran biji, dan kerjasama dengan lernbaga pemerintah, swasta,
dan perorangan.

3.

l i n t u k melengkapi koleksi rotan Indonesia, eksplorasi sebaiknya dilakukan di tempattcrripat yang keanekaragaman rotannya tinggi.

Dransfield, J. 1974. A Sllort Grride ro Rnttar2s. BIOTROP. Bogor.

. 1976. Terminal Flowering in Daemonorops. Principes Vol. 20 : 29-32.
. 1977. Cnlai~zuscnesius and Calarrl~rsrrachycolelts Compared. The Gard. Bull.
Singapore Vol. XXX : 75-78.

1979a. A Mannual of The Rattans of The Malay Pcnlnsuia. Forest Ikpr
%lirie,ray of Primary Industries. h a l a Lumpur. Malaysia.

----... - . .

---.

---------------. 1979b. A Monograph of Cerstolobus (Palme). Kew Bull. 34 : 1-33.

--------------- . 1979. Refispalha, a

New Bornean Rattan Genus (Pa1mae:Lepidocaryoideae)

Kew Bull. 34 : 529-536.

---------------. 1980. Pogonotiurn (Pal,mae:Lepidocayoideae), a New Genus Related to
Daemonorops. Kew Bull. 34 : 761-768.

Pusat Antar Universita Ihnu k y a t Ipg
Bogor, 16 September 1999

230

Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang llmu Hayaf

-..----...-------- .

1981. A Synopsis of Korthalsia (Pa1mae:Lepidocaryoideae). Kew Bull. 36 :
163-194.

--------------- . 1982.A Reassesment of Genera Plectocomiopsis, Myrialepis, and Bejaudia.
Kew Bull. 37 : 237-254.

--------------- . 1984. The Rattans of Sabah. Sabah Forest Record No. 13. Forest Dept. Sabah.
--------------- . 1992. The Rattans of Sarawak.
--------------- . & Manokaran, N. (ed). 1994. Plant Resources of South East Asia No. 6.

Rattans. Prosea Foundation. Bogor.
Dransfield, J; Zona, S; Gem, A.P; Masturboungs, R. 1995. Report of The Kew/FTG
Collecting Expedition to The Vogelkop Peninsula. Irian Jaya,
Hermansjah, A. 1982. Mengenal Rotan Sebagai Hasil Wutan Non Kaya. Majzlah Perum
Perhutani. Vol. VIII. No. 55. Jakarta.
Johns, R. & Zibe, S. 1989. A Check List of the Species of Calalnzds & Korthalsia in
Papuasia. Rattan Research Report Number 1. Forestry Department. PNG.
Johns, R. & Taurereko. 1989. A Preliminary Check List of The Collections of Ccr1arnrd.s and
~ae??1otzoropsFrom The Papuasian Region. Rattan Research Report Number 2.
Forestry Department. PNG.
Kalima, T. 1996. Flora Rolar~di Prtlau Jartn Sertn Kerapataiz dan Penyebaran Populnsi
Rorcrrz di Tiga \i'il(rycrh Ka~ruscrrl Tc2nrtrrl Nasiotlal C~rnurzgNalirnulz Jawa Bat-at.
Tesis Program Studi Biologi. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia. Depok.
Kramadibrata, P. 1992. A Revision of The Genus Cnlar?lus (Palmae) Section Macropodus
Sensu Furtado. A Thesis for The Degree of Doctor of Philosophy. University of
Reading. U.K.
Madulid, D.A. 198 1 . A Monograph of Plectoconlin (Palmae:Lepidocaryoideae). Kalikasan 10
: 1-93.

Mogea, J.P. 1991. 1ndonesia:Palm Uiiliurion and Conservalion. pp. 37-73. in. Johnson,D.
(Ed) Palm for Human Needs in Asia. Balkema-Brookfield. 258 pp.
------------- . 1997. Pelestariarl dnn Pembudidayaan Rotan Malzau (Galamus mnnan Miq.).

Laporan Akhir Riset Unggulan Tetpadu. Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi.
Jakarta.

------------- & Witono, J.R. 1997. Pengembangan Koleksi Palem Indonesia di Kebun Raya
Bogor. Prosiding Seminar Konservai Nasional. Kebun Raya Bogor. Bogor.

Pusat Antar Universita Ilm tbyat
Bogor, 16 September 1939

IPB

Prosidina Seminar Hasil-Hasil Penelftian Bidana Nmu Havat

Prana, M.S., Suciatmih., Kuswara, T. 1982. Koleksi Palern Kebun Raya Bogor : Komposisi
dan Arah Pengembangannya. Buletin Kebun Raya Vol. 5. No. 4. Kebun Raya BogorLBN. Bogor.
Roernantyo; Soewilo, L.P; Munawaroh, E; Astuti, 1.P; Widyatmoko, D; Said, T.D. 1991. Arz
Alphabetical List of Plant Species Culrivated in The Bogor Botanic Garden.
Indonesian Botanic Garden. Indonesian Institute of Sciences. Bogor.
Suhirman. 1997. Ex-situ Conservation Management. Prosiding Seminar Konservasi Nasional.
Kebun Raya Bogor. Bogor.
Uhl, N.W. & Dransfield, J. 1987. Genera Palmarum. the International Palm Society.
Lawrence-Kansas. USA. 6 10 pp.