Desain Sistem Pengembangan Pariwisata Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan (Studi Kasus di Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Teluk Benoa, Bali)

DESAIN SISTEM
PENGEMBANGAN PARIWISATA
DALAM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PESISIR BERKELANJUTAN
(Studi Kasus di Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Teluk Benoa, Bali)

OLEH :
AGUS SADELIE

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :

DESAIN SISTEM PENGEMBANGAN PARlWlSATA DALAM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PESlSlR BERKELANJUTAN (Studi Kasus di Kawasan Taman
Hutan Raya Ngurah Rai, Teluk Benoa, Bali).
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua

sumber data dan informasi telah dinyatakan dengan jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.

Bogor, 30 Desember 2002

u-

Anus Sadelie
P. 31500048

ABSTRACT
AGUS SADELIE. System Design on Tourism Development in Sustainable Coastal Zone
Management (Case Study in Ngurah Rai Forest Park, Benoa Bay, Bali). Directed by
TRIDOYO KUSUMASTANTO and HARTRlSARl HARDJOMIDJOJO.
Management in Ngurah Rai Forest Park has not been optimally managed as an
ecotourism zone. The resources is a national asset which could contribute to coastal
resource economic growth in the region, in order to develop the coastal area for
sustainable tourism area, a model dynamic system as coastal zone management plan
is important.
There are two alternatives scenario, i.e. scenario of Existing Model (EM) and

scenario of Zone Concession Holder (ZCH) Model. The optimal scenario of ZCH Model,
was measured by comparing Net Present Value (NPV) calculated from scenario
without environmental consideration (Model 1) and scenario with environmental
consideration (Model 2).
The Result of analysis showed that there are three zoning function which are
Nucleus Zone 408.5 ha; Buffer Zone 520 ha and Use Zone 445 ha for a total of 1,373.5
ha. Use Zone can be develop for tourism supporting facilities with maximum of building
coverage ratio 10% ( 44.5 ha). Scenario EM showed a declining area of mangrove
resource caused by unsustainable management. Model simulation for 30 years analysis
resulted of NPV of Rp 320.91 billion (discount rate 11%) and decreasing of mangrove
forest (31.4 ha) as a consequense of the increasing of domestic waste.
Implication of planning model alternatives reflect an optimal model for the
stakeholders, which are achieving economic, environmental and social objectives. In
using liability laws instrument, replanting obligation, as one of the way to express
environmental consideration, showed that scenario Model 2 obtained an optimum NPV
Rp 637.22 billion (2 times higher than scenario EM), and this scenario makes the
program as a self financing activities. It means that the local government does not have
to spend money for managing the area. Government role for this program is to control,
monitor and evaluate this activities continuously base on sustainable coastal
management principle.

Implementation of system design on tourism development using scenario of
ZCH Model 2 (environmental consideration), ecologically will increase area of
mangrove resource to 1,828 ha, which will be increasing the possibility of next
generation to utilize coastal resource in this area. This management plan showed that
the feasibility of the project can tolerate an increase of discount rate to 20 %. Scenario
ZCH Model 2 provide job opportunity 4,382 workers per year, or 14% to regional job
opportunity with assumption of the number of household member is 4 (four), this
scenario generate income per capita of Rp 1,828,750 per year which is higher compare
to regional per capita income of Rp 1,305,938 per year.
Institutional arrangement is needed to support the coastal management of
Ngurah Rai Forest Park which consider economic mechanism, social and
environmental objectives. Proposed institution for managing the coastal area is
Management Board (Badan Pengelola) which consist of representative from
government, business and local communities. In order to implement sustainable
coastal resource management of Ngurah Rai Forest Park has to be support by laws
and government policies.

ABSTRAK

AGUS SADELIE. Desain Sistem Pengembangan Pariwisata Dalam Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan (Studi Kasus di Kawasan Taman Hutan Raya
Ngurah Rai, Teluk Benoa, Bali). Di bawah bimbingan TRIDOYO KUSUMASTANTO
dan HARTRlSARl HARDJOMIDJOJO.
Sumberdaya alam mangrove di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai
merupakan aset nasional yang sampai saat ini belum dikelola secara optimal. Ada
indikasi perubahan fungsi kawasan yang dimanfaatkan secara konvensional dan tidak
terintegrasi, sehingga menimbulkan degradasi pada kawasan itu. Untuk menjamin
fungsi hutan mangrove sesuai dengan peruntukkannya itu, maka diperlukan suatu
konsep desain sistem penataan ruang serta pengelolaan dan pengusahaan yang tepat
guna pada zona pemanfaatan, sehingga dapat bermanfaat secara optimal.
Metode pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode
pendekatan sistem, yaitu salah satu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan
dilakukannya identifikasi terhadap adanya kebutuhan-kebutuhan, sehingga dapat
menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Terdapat tiga submodel
yang diidentifikasi, yaitu submodel penduduk, lingkungan dan ekonomi. Beragam
faktor yang diidentifikasi itu akan berinteraksi satu sama lain membentuk suatu
hubungan sebab akibat yang bersifat dinamis, sehingga dapat menghasilkan suatu
kecenderungan sebuah sistem.
Skenario yang diajukan adalah membandingkan antara Skenario Model
Eksisting dengan Skenario Model Hak Pengelolaan Kawasan (HPK). Kemudian pada

Skenario HPK dicari optimasi alternatif pemodelan dengan membandingkan Net
Present Value (NPV) yang diperoleh antara skenario tanpa biaya lingkungan (Model 1)
dengan skenario mengintroduksi biaya lingkungan (Model 2).
Hasil analisis menunjukkanterdapat tiga fungsi zonasi, yaitu Zona Inti 408,s ha,
Zona Penyangga 520 ha dan Zona Pemanfaatan 445 ha, total 1373,s ha. Pada Zona
Pemanfaatan dapat dikembangkan fasilitas pariwisata dengan batasan building
coverage ratio 10% (44,s ha). Diantaranya dapat dikembangkan fasilitas olah raga;
taman hutan bakau; fasilitas wisata; plaza tahura; pondok wisata marina serta
rekreasi pantai.
Skenario Model Eksisting memiliki kecenderungan model dasar yang relevan
dengan batas-batas pertumbuhan sebuah model. Selama umur simulasi (30 tahun)
diperoleh NPV Rp 320,91 milyar (discount rate 11%), terjadi penyusutan (31,4 hektar)
hutan mangrove sebagai akibat semakin meningkatnya limbah domestik.
lmplikasi alternatif model perencanaan mencerminkan suatu model optimal bagi
para stakeholders, yaitu tercapainya tujuan-tujuan ekonomi, lingkungan dan sosial.
Dengan diterapkannya instrumen kebijakan liability laws berupa kewajiban reboisasi
bagi pengusaha dengan sejumlah biaya lingkungan, maka Skenario Model 2 diperoleh
hasil optimum NPV Rp 637,22 milyar atau 2 kali lebih besar dibanding Model
Eksisting. Secara ekonomi dapat mandiri (self financing) sehingga pemda terbebas
dari biaya-biaya pengelolaan lingkungan, serta secara ekologis adanya perbaikan

kualitas lingkungan dengan indikator stok Tahura menjadi 1.828 hektar. Dengan
demikian masih dimungkinkannya eksploitasi di masa depan oleh generasi berikutnya.

Pengusahaan pariwisata Tahura ini menunjukkan sensitivitas kelayakan usaha yang
tinggi terhadap perubahan tingkat diskonto &ngan batas toleransi kelayakan pada
discount rate 5 20%.
Pengusahaan Model HPK Tahura dapat membuka peluang kesempatan kerja
rata-rata 4.382 orangltahun, dengan tingkat kontribusi 14 % terhadap kesempatan
kerja wilayah setempat. Dengan asumsi jumlah anggota rumah tangga adalah 4 orang,
maka kontribusi Tahura terhadap pendapatan adalah Rp 1.828.750,00/kapita/tahun,
lebih besar dibanding tingkat income per kapita wilayah Badung dan Denpasar yaitu Rp
1.305.938ltahun.
Pendekatan ekonomi kelembagaan menjadi lebih tepat sebagai dasar
perumusan kebijakan pengelolaan Tahura. Pendekatan ini lebih mengutamakan
proses dan mekanisme ekonomi yang mengalir dinamis menuju perbaikan
kesejahteraan berdasarkan keadaan spesifikasi sosial, lingkungan dan ekonomi serta
keterbatasan pengetahuan manusia. Atas dasar konsep itu, maka pelaksanaan
pengusahaan pariwisata alam Tahura akan lebih tepat jika secara formal ditunjuk suatu
Badan Pengelola oleh pemerintah dan diatur dalam suatu bentuk Peraturan Daerah
(Perda). Dengan demikian kawasan Tahura ini dapat lebih terjamin dari praktek-praktek

pengusahaan yang tidak bertanggung jawab.

DESAIN SISTEM
PENGEMBANGAN PARIWISATA
DALAM PENGELOLAAN
SUMBERDAYA PESISIR BERKELANJUTAN
(Studi Kasus di Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Teluk Benoa, Bali)

AGUS SADELIE

TESlS
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberadaya Pesisir dan Lautan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Judul Tesis


: Desain Sistem
Pengembangan Pariwisata
Dalam
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan (Studi
Kasus di Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Teluk
Benoa, Bali).

Nama Mahasiswa

: Agus Sadelie

Nomor Pokok

: P31500048

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS.
Ketua

Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidioio, DEA.
Anggota

Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan

r Program Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS.

0 6 FEB 2N3

Tanggal Lulus : 30 Desember 2002


Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 22 Januari 1962. Pendidikan Sekolah
Dasar dan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di Bogor pada tahun 1976 dan
1979. Kemudian melanjutkan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Bogor dan
selesai pada Tahun 1982. Melalui jalur Proyek Perintis II (Undangan), penulis diterima
di lnstitut Pertanian Bogor (IPB) dan pada tahun 1988 penulis memperoleh gelar
sarjana dari Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian.
Pada tahun 1988-1990, penulis aktif dalam beberapa kegiatan penelitian pada
Pusat Studi Pembangunan-Lembaga Penelitian IPB. Beberapa karya ilmiah telah
dihasilkan dan telah diterbitkan dalam bentuk working paper oleh proyek kerjasama
Institute of Social Studies (ISS) The Hague, PPLH-ITB dan PSP-LP IPB. Sejak tahun
1991 sampai sekarang penulis berwirausaha di bidang perencanaan pemukiman serta
konsultan lingkungan hidup. Tahun 2000, penulis memasuki pendidikan pada Program
Pascasarjana IPB, Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, yang
diselesaikan melalui ujian Tesis pada tanggal 30 Desember 2002.

KATA PENGANTAR

Pembangunan ekonomi nasional yang bertumpu pada resource based industry
merupakan kebijakan yang tepat untuk membangun negara agar dapat lepas dari
berbagai krisis yang melanda perekonomian Indonesia saat ini. Salah satu sumberdaya

alam yang dapat memberikan harapan perbaikan ekonomi di masa mendatang adalah
sumberdaya pesisir dan lautan. Dengan nilai kekayaan sumberdaya pesisir dan laut
sekitar 72 milyar US dollar tentunya merupakan suatu asset yang luar biasa. Namun
yang penting adalah bagaimana dapat mengelola dan memanfaatkan

sumberdaya

wilayah pesisir dan lautan itu, sehingga dapat memberikan kesejahteraan bagi
bangsanya saat ini dan mendatang secara berkelanjutan.
Salah satu sumberdaya pesisir yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang
pembangunan ekonomi itu adalah pengembangan pariwisata pesisir di kawasan
Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Teluk Benoa, Bali. Untuk menjamin fungsinya
diperlukan suatu konsep penataan ruang (zonasi) yang terintegrasi serta pengelolaan
dan pengusahaan yang tepat guna baik pada zona perlindungan, zona pembinaan
maupun pada zona pemanfaatan, sehingga diperlukan suatu kajian desain sistem
untuk pengembangannya.
Kajian desain sistem pengembangan pariwisata pesisir dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan ini, salah satu karakteristik dari prosesnya adalah adanya
bentuk pemodelan yang bersifat dinamis dan kuantitatif guna menghasilkan keputusan
yang rasional, terukur dan transparan.
mengatur pemanfaatannya itu

Dengan demikian dapat membentuk dan

untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan

memperhatikan kelestarian stok sumberdaya alam yang ada. Selain

faktor-faktor

vii

input-output yang dimasukan dalam model, diintroduksikan juga unsur-unsur non
market value dari lingkungan serta penilaian terhadap aspek-aspek sosial. Sehingga
tercapai tujuan-tujuan pertumbuhan ekonomi, perbaikan kualitas lingkungan serta
terhindarnya konflik antar generasi.
Disadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih belum sempurna, oleh kar-ena
itu segala saran dan kritik konstruktif sangat diharapkan. Besar harapan semoga tesis
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Desember 2002

Agus Sadelie

UCAPAN TERIMA KASlH

Kepada Engkau Yang Maha Menatap, tiada kata yang paling indah untuk
diucapkan selain mensyukuri nikmat-Mu, sehingga penulisan Tesis ini dapat
diselesaikan.
Merupakan suatu kebahagiaan dan kebanggaan bagi penulis, karena dalam
penulisan Tesis ini mendapat dukungan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1) Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS sebagai dosen pembimbing dan yang

telah memberikan rekomendasi untuk melanjutkan studi pada program magister,
atas kesediaan dan dedikasinya dalam memberikan arahan,

bimbingan serta

memberikan konsep-konsep yang telah digunakan sejak awal penyusunan usulan
penelitian hingga penyusunan Tesis ini.
2) Ibu Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA sebagai dosen pembimbing atas segala

dedikasinya dalam memberikan arahan,

bimbingan serta konsep-konsep yang

telah digunakan sejak awal penyusunan usulan penelitian hingga penyusunan Tesis
ini.

3) Bapak Dr. Ir. Joko Putwanto, DEA sebagai dosen penguji luar komisi atas segala
arahan serta konsep-konsep yang telah digunakan dalam penyempurnaan Tesis ini.
4) Bapak Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, MS (Ketua Program Studi SPL IPB) dan Bapak
Dr. Ir. Marlyn Felix Sitorus, MS (Ketua Program Studi SPD IPB), keduanya telah
memberikan rekomendasi untuk melanjutkan studi pada program magister.

5) Bapak Sudrajat W

(Unit RLKT Unda Anyar Bali, Dinas Kehutanan), Bapak Ir

Mutalib (Dinas Kehutanan Denpasar) serta rekan Ir. Wayan Restu, MSi serta
seluruh staf dan karyawan JlCA di Denpasar Bali, yang telah memberikan bantuan
dan kemudahan selama pengumpulan data di lapangan. Juga kepada Ir. Yus
Rustandi, MSi dan Sdr. Hermanto serta Ir. Putra (Lab. PKSPL IPB) yang telah
membantu kelancaran pengolahan data GIs.
6) Dr. Ir. lwan Nugroho, MS. dan Ir. Taufik Djatna (Lab. Manajemen TIN Fateta IPB)
serta rekan-rekan SPL Angkatan V yang telah memberikan kotribusinya dalam
berbagai diskusi serta saran dan kritikan selama masa perkuliahan, seminar
maupun selama penyusunan Tesis ini. Juga kepada seluruh dosen dan staf
pengajar di SPL yang telah memberikan ilmunya yang bermanfaat, serta

staf

manajemen SPL atas segala perhatiannya dalam kelancaran administrasi studi.

7) lstriku tercinta Yatri lndah Kusumastuti yang selalu mendo'akan siang dan malam
serta anak-anakku tersayang Fajri dan Fadhil yang selalu memberikan semangat
hidup dan inspirasi.
Akhirnya kepada Engkau Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang,
kuserahkan seluruh amalan mereka semoga
terhingga. Amin.

mendapat Rahmat-Mu yang tak

DAFTAR IS1
Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvii
I.

PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1 Latar Belakang ....................................................................

1
1

.........................................................

3

..............................................

5

1.4 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................

8

2.1 Analisis Sistem dan Pemodelan .................................................

8

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

II

Ill

2.2

Tata Ruang Wilayah Dalam Perspektif Sistem lnformasi Geografi ....

11

2.3

Aspek Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu dan Berkelanjutan

12

2.4

Aspek Perencanaan Pengembangan Pariwisata Pesisir .................

19

2.5

Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan .......................................

22

METODOLOGI PENELlTlAN ..........................................................
3.1 Kerangka Pemikiran................................................................
3.2

Pendekatan Sistem ................................................................
3.2.1 Analisis Kebutuhan .......................................................

3.3

3.2.2

Formulasi Permasalahan ...............................................

3.2.3

ldentifikasi Sistem .......................................................

Pemodelan Sistem ..................................................................

3.4 Tata Laksana Penelitian ...............

...........................

3.4.1 Tempat dan &aktu Penelitian .........................................

3.4.2 Metode Pengumpulan Data...........................................
3.4.3 Definisi Operasional......................................................
IV

PEMODELAN SISTEM PENGEMBANGAN PARlWlSATA ....................

59

Profil Kawasan Tahura Ngurah Rai.............................................
Pernodelan Sistem .................................................................

59
86

4.1
4.2

Halaman

4.2.1 StruMur Model Eksisting ................................................
4.2.2

Struktur Model Hak Pengelolaan Kawasan .........................
4.2.2.1 Struktur Submodel Lingkungan.............................
4.2.2.2 Struktur Submodel Penduduk .............................
4.2.2.3 Struktur Submodel Ekonomi ................................

4.3

Formulasi Model.....................................................................
4.3.1 Formulasi Model Eksisting...............................................
4.3.2

Formulasi Model Hak Pengelolaan Kawasan ......................
4.3.2.1 Formulasi Submodel Lingkungan.........................
4.3.2.2 Formulasi Submodel Penduduk...........................
4.3.2.3 Formulasi Submodel Ekonomi..............................

4.4 Validasi Model.......................................................................
4.4.1 Validasi Struktur Model ...................................................
4.4.2
V

Validasi Perilaku Model ...................................................

DESAIN SISTEM PENGEMBANGAN PARlWlSATA DALAM
PENGELOLAAN SUMBERDYA PESISIR BERKELANJUTAN................... 114
5.1. Analisis Skenario Model Dasar ..................................................
5.2. Optimasi Alternatif Pemodelan ..................................................
5.3

5.4

lmplikasi Kebijakan ................................................................
5.3.1

lmplikasi Kebijakan Skenario Pemodelan...........................

5.3.2

lmplikasi Kebijakan Skenario Prospektif Masa Depan...........

Upaya Pokok dan Rencana Kegiatan .........................................
5.4.1 Arah Perencanaan Kegiatan............................................
5.4.2 Pendekatan Kelembagaan ............................................

5.5
VI

Prediksi Dampak Lingkungan ...................................................

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI................................................ 159

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

163

LAMPIRAN

xii

DAFTAR TABEL
Halaman

Kebutuhan Pelaku yang Terlibat Dalam Pengembangan Pariwisata
Dalam Pengelolaaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan .................

38

Penduduk Propinsi Bali Pada tahun 2002 .....................................

67

Proyeksi Angkatan Kerja Periode 1993-1998, Repelita VI dan
Repelita Vlll Propinsi Bali ........................................................

70

Proyeksi Kesempatan Kerja Periode 1993-1998, Repelita VI dan
Repelita Vlll Propinsi Bali ..........................................................

70

ldentifikasi Manfaat-Biaya Pengelolaan Hutan Mangrove .................

109

Estimasi Daya Tampung Wisatawan Berdasarkan Suplai Air Bersih,
Kepadatan Penginapan dan Kapasitas Hutan Mangrove di Tahura
Ngurah Rai. ............................................................................

134

Prospektif Pengusahaan Tahura Di Masa Datang .........................

141

Prospektif Skenario Pengusahaan Pariwisata Tahura Di Masa Depan..

143

Tata Ruang Zona Pemanfaatan Untuk Pariwisata Alam Di Tahura
Ngurah Rai. ...........................................................................

145

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Peta Batas Wilayah Penelitian ...................................................

7

Tahapan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
dan Berkelanjutan .....................................................................

18

Hubungan Antara Tingkat Pertumbuhan Ekonomi dan Stok
Sumberdaya .........................................................................

25

Perilaku Sistem Pertumbuhan Ekonomi dan Persediaan Sumberdaya
Alam .....................................................................................

26

Perilaku Sistem Tingkat Pertumbuhan dan Tingkat Pencemaran ......

26

Kerangka Pemikiran Desain Sistem Pengembangan Pariwisata
Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan ....................

30

Kerangka Pendekatan Operasional Penelitian Desain Sistem
Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan .....................................

34

Tahapan Analisis Sistem ..........................................................

35

Diagram Lingkar Sebab Akibat (causal loop) Sistem Pengembangan
Pariwisata Alam ......................................................................

42

Diagram Input-Output Sistem Pengembangan Pariwisata Alam
Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Berkelanjutan..................

44

Perubahan Debit Tukad Mati dan Tukad Badung .........................

61

Perubahan Beban Sedimen Tukad Mati dan Tukad Badung ............

62

Pola Perubahan Suhu Udara Harian di Hutan Mangrove Jarang dan
Rapat.....................................................................................

63

Pola Perubahan Kelembaban Relatif Udara Harian di Hutan
Mangrove Jarang dan Rapat...................................................

63

Proyeksi Penduduk Bali Tiap KabupatenIKodya Thn 1995-2010

68

Tingkat Pendidikan Penduduk Bali .............................................

69

Daftar Gambar (lanjutan)
Halaman

17
18

Laju Petumbuhan Rata-rata PDRB KabIKod. Menurut Harga Konstan
1983.Menurut Lapangan Usaha 1987-1992....................................

73

Produk Domestik Bruto Propinsi Bali. Kabupaten Badung dan Kodya
Denpasar .............................................................................

74

...........................

19

Struktur Model Global Skenario Model Eksisting

20

Struktur Model Global Skenario Hak Pengelolaan Kawasan ..............

87

21

Struktur Submodel Penduduk. Lingkungan dan Ekonomi Skenario
Model Eksisting .......................................................................

89

22

Struktur Submodel Lingkungan Model HPK...................................

92

23

Zonasi Tahura Ngurah Rai ........................................................

93

24

Peta Pembagian Zonasi Kawasan Taman Hutan Raya Ngurah Rai ...

94

25

Peta Tata Ruang Pemanfaatan Areal Kerja Pengusahaan Pariwisata
Alam di Tahura Ngurah Rai .......................................................

95

26

Struktur Submodel Penduduk Skenario Model HPK

......................

97

27

Struktur Submodel Ekonomi Skenario Model HPK ..........................

99

28

Prediksi Perilaku Peningkatan Jumlah Populasi Terhadap Kualitas
Lingkungan ........................................................................... 112

29

Pengujian Populasi Penduduk ................................................... 113

30

Pengujian Kesempatan Kerja ..................................................... 113

31

Perilaku Skenario Model Eksisting .............................................

117

32

Perilaku Skenario Model Hak Pengelolaan Kawasan .......................

120

33

Perilaku Sistem pada Beberapa Perubahan discount rate:
(I)i = 11%; (2)i = 16.5%. (3) i = 22% ......................................... 129

87

Daftar Gambar (lanjutan)
Halaman

34
35

36
37

Skenario Kebijakan Reboisasi dan Biaya Rencana Pengelolaan
Lingkungan ...........................................................................

132

Skenario Kebijakan Reboisasi dan Tanpa Biaya Rencana
Pengelolaan Lingkungan. .........................................................

133

Perilaku Model Tanpa Pembatasan Jumlah Pengunjung Terhadap
Luas Tahura .........................................................................

136

Gambaran Tingkat Kepentingan FaMor-faktor yang Berpengaruh
pada Sistem yang Dikaji

142

xvi

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Kriteria Penilaian Zonasi Hak Pengelolaan Kawasan Tahura Ngurah
Rai. Bali .................................................................................. 167
Struktur Komunitas Mangrove di Kawasan Tahura Ngurah Rai. Bali

170

Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Tahura Ngurah Rai. Teluk
Benoa. Bali .............................................................................

172

Hasil Penilaian Zonasi Hak Pengelolaan Kawasan Tahura Ngurah Rai.
Bali ......................................................................................

175

Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Pariwisata Alam di Taman
Hutan Raya Ngurah Rai. Teluk Benoa. Bali .................................

178

........................................................

181

Formulasi Model Eksisting

Formulasi Submodel Lingkungan Skenario Hak Pengelolaan Kawasan

183

Formulasi Submodel Penduduk Skenario Hak Pengelolaan Kawasan...

184

Formulasi Submodel Ekonomi Skenario Hak Pengelolaan Kawasan ...

185

Proyeksi Manfaat-Biaya Analisis Ekonomi Model Dasar Eksisting .......

189

Proyeksi Manfaat-Biaya Analisis Ekonomi Model Dasar HPK..............

190

Proyeksi Manfaat-Biaya Analisis Ekonomi Model 1 ...........................

193

Proyeksi Manfaat-Biaya Analisis Ekonomi Model 2 ..........................

196

Perbandingan Net Present Value Pada Berbagai Model ....................

199

Proyeksi Manfaat-Biaya Analisis Finansial........................................ 200
Proyeksi Rugi-Laba Analisis Finansial ............................................ 201
Analisis Kelayakan Finansial .....................................................

202

Kontribusi Hak Pengelolaan Kawasan Tahura Terhadap Peluang
Kesempatan Kerja dan Pendapatan Penduduk Kab. Badung dan
Kodya Denpasar Pada Berbagai Model ........................................ 203

xvii

Daftar Lampiran (lanjutan)
Halaman

19

Perbandingan Tingkat Luas Tahura Pada Berbagai Model ................

204

20

Kontribusi Pajak Tahura Terhadap Pendapatan Daerah Kab. Badung
dan Kodya Denpasar ...............................................................

205

Hasil Analisis Prospektif ............................................................

206

21

xviii

I PENDAHULUAN
1.I Latar Belakang
Dalam menyusun perencanaan dan pengelolaan pembangunan untuk masa
depan diperlukan adanya suatu pergeseran paradigma dari strategi import
substitution industry menjadi resource based industty. Perubahan paradigma ini
perlu disertai instrumen kebijakan untuk dapat melakukan dorongan besar bagi
pertumbuhan ekonomi berupa pilihan strategi pembangunan dan industrialisasi
berbasis sumberdaya alam, khususnya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan
lautan. Hal ini penting untuk dilakukan, terutama sejalan dengan upaya
pemberdayaan otonomi daerah serta menanggulangi krisis ekonomi nasional yang
berkepanjangan.
Sejak tahun 1998 lndonesia mengalami krisis ekonomi terbesar sepanjang
sejarah perekonomian nasional. Beban hutang swasta dan pemerintah yang begitu
besar serta ketidakpastian dalam stabilitas keamanan, telah menghadapkan bangsa
lndonesia kepada situasi yang sangat sulit.

Dengan kenyataan ini tentunya

pemerintah akan mengalami beban berat dalam menerapkan kebijakan fiskal
maupun moneter. Untuk mengatasi masalah tersebut, kebijakan yang cukup arif ke
depan adalah adanya komitmen semua pihak (stakeholder) untuk mengelola
sumberdaya alam dengan sebaik-baiknya.
Salah satu pilihan sumberdaya alam, yang sampai saat ini belum dikelola
secara optimal, adalah pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir

sebagai basis

pengembangan pariwisata pesisir dalam rangka pemulihan ekonomi menuju
Indonesia yang maju dan makmur. Pengelolaan kawasan pesisir ini

diduga akan

membawa akibat perubahan ekosistem. Oleh karena itu dalam pemanfaatannya
harus difakukan secara bijaksana dan rasional serta terintegrasi dengan kawasan di

sekitarnya, agar fungsinya dapat dipertahankan secara lestari untuk kepentingan
generasi masa kini dan yang akan datang. Kawasan pesisir yang sampai saat ini
belum dikelola secara optimal adalah Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai,
Teluk Benoa, Bali.
Kawasan ini terletak di sepanjang pesisir Teluk Benoa Bali dan merupakan
suatu ekosistem hutan mangrove. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian
No. 821/Kpts/Um/ll/l982, kawasan ini seluas 1392 hektar ditetapkan menjadi Taman
Hutan Raya Ngurah Rai. Pada tahun 1994 telah dilakukan rekonstruksi tata batas
menjadi seluas 1373,5 hektar. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam No. 62IKptslDJ-V1/94 tanggal 28
April 1994 telah ditetapkan pembagian blok terdiri dari : Blok Perlindungan seluas
408,5 hektar (29,74%), Blok Pembinaan 520 hektar (37,86%) dan Blok Pemanfaatan
seluas 445 hektar (32,40%).
Keadaan ekosistem hutan mangrove di sepanjang pesisir Teluk Benoa telah
mengalami perubahan dari ekosistem aslinya dan menunjukkan adanya indikasi
ketidakstabilan keseimbangan ekosistem hutan mangrove. Hal ini terjadi karena
adanya perubahan sistem pasang surut air taut, dimana sudah tidak normal lagi,
kerapatan vegetasi mangrove menurun serta berkurangnya jenis Rhizhopora

mucronata yang sudah lama beradaptasi di lokasi setempat.
Untuk menjamin fungsi hutan mangrove sesuai dengan peruntukannya itu,
maka diperlukan suatu konsep penataan ruang (zonasi) yang teintegrasi serta
pengelolaan dan pengusahaan yang tepat guna baik pada zona perlindungan, zona
pembinaan maupun pada zona pemanfaatan. Sesuai dengan keputusan itu, maka
upaya pengembangan, pengelolaan dan pengusahaan suatu kawasan pesisir
memerlukan suatu desain sistem. Desain sistem pengembangan ini dimaksudkan

sebagai landasan dan arahan dalam setiap kegiatan perencanaan zonasi kawasan
serta pengusahaan pariwisata pesisir selama jangka waktu pengusahaan,
berdasarkan aspek pelestarian sumber daya alam serta pembangunan berwawasan
lingkungan.
Desain sistem dalam pengelolaan sumberdaya pesisir di kawasan Teluk
Benoa ini merupakan suatu
pendekatan sistem dinamik.

pengkajian

rekayasa ekosistem berdasarkan

Pendekatan ini didasari oleh prinsip umpan balik

(causal loops) antar subsistem penduduk, subsistem ruang tahura (lingkungan) serta
subsistem pengusahaan kawasan (ekonomi).
Salah satu karakteristik dari proses rekayasa ekosistem tersebut adalah
adanya bentuk pemodelan yang bersifat dinamis dan kuantitatif guna menghasilkan
keputusan yang rasional, terukur dan transparan.

Pemodelan yang diharapkan

dalam pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan ini adalah adanya suatu
bentuk pengaturan pemanfaatan kawasan untuk mendapatkan hasil yang optimal
dengan memperhatikan kelestarian stok sumberdaya alam yang ada. Sebagaimana
yang pernah dikaji Kusumastanto (1995) dalam penyusunan suatu model dinamik
dinyatakan bahwa selain

faktor-faktor input-output yang dimasukan dalam model,

diintroduksikan juga unsur-unsur non market value dari lingkungan serta penilaian
terhadap aspek-aspek sosial.

1.2

Perurnusan Masalah
Pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir berkelanjutan di Tahura

Ngurah Rai, telah mengalami degradasi lingkungan hidup. Beberapa faktor
penyebabnya antara lain adanya konversi hutan oleh masyarakat untuk tambak dan
pemanfaataan lainnya, pencemaran limbah dornestik serta pendangkalan laguna

akibat proses sedimentasi Sungai (Tukad) Loloan, Tukad Nganjung, Tukad Buaji,
Tukad Badung dan Tukad Mati.
Upaya pendekatan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan
hidup diantaranya beberapa program berbantuan (Grant Aid) dari Pemerintah
Jepang melalui JlCA (Japan International Cooperation Agency). Beberapa program
tersebut diantaranya : restorasi dan rehabilitasi hutan mangrove, tata batas,
silviculture, jalan masuk kawasan mangrove (boardwalk) serta beberapa sarana dan
prasarana lainnya. Namun demikian, mengingat belum adanya suatu konsep
penataan, pengelolaan serta pengusahaan kawasan yang terintegrasi, khususnya
sebagai pusat pengembangan pariwisata alam mangrove, maka beragam
permasalahan yang dihadapi kawasan ini akan terus berlanjut : eksploitasi dan
konversi hutan mangrove melebihi daya regenerasinya serta

limbah memasuki

kawasan Tahura melampaui batas kemampuannya (carrying capacity).
Atas dasar permasalahan tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1) Sampai sejauhmana dapat dilakukan penataan kembali (rezonasi) terhadap

fungsi-fungsi kawasan hutan mangrove di Tahura Ngurah Rai, Teluk Benoa?

2) Sampai sejauhmana dapat dilakukan zonasi objek-objek pengusahaan pada
zona pemanfaatan hutan mangrove ?
3) Desain sistem yang bagaimana yang dapat disusun untuk menata, mengelola
dan mengusahakan sumberdaya wilayah pesisir, yang secara ekonomi harus
efisien dan optimal, secara sosial budaya berkeadilan dan dapat diterima, serta
secara ekologis tidak melampaui daya dukung lingkungannya ?

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini pada hakekatnya adalah untuk :

I)Merumuskan dan menetapkan zonasi fungsi-fungsi kawasan hutan mangrove di
Tahura Ngurah Rai, sehingga diperoleh batas-batas kawasan definitif untuk Zona
Perlindungan, Zona Pembinaan dan Zona Pemanfaatan.

2) Mendesain zonasi obyek-obyek wisata pada Zona Pemanfaatan berdasarkan
kriteria, potensi dan daya dukung sumberdaya alam
3) Merumuskan suatu sistem pengembangan pariwisata yang bersifat dinamik bagi
pengelolaan dan pengusahaan sumberdaya pesisir secara berkelanjutan.

1.3.2 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Dapat memberikan perspektif baru yang bermanfaat bagaimana seharusnya
pengelolaan pesisir dapat diwujudkan sesuai dengan karakteristik alamnya,
sehingga dapat tercapai pertumbuhan ekonomi wilayah, perbaikan kualitas
lingkungan serta terhindar dari adanya konflik pemanfaatan kawasan.

2) Pada saatnya diharapkan dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang

berkepentingan dalam pengelolaan wilayah pesisir khususnya pada kawasan
Tahura Ngurah Rai, untuk dapat mengeliminasi berbagai konflik kepentingan
serta menghindari deteriorisasi sumberdaya pesisir yang bersifat eksesif.

1.4

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari lingkup wilayah dan lingkup materi

penelitian. Lingkup wilayah penelitian mencakup kawasan Tahura Ngurah Rai, yang
berada di wilayah Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar dengan batas wilayah
penelitian mengikuti batas wilayah tahura serta batas wilayah pesisir Teluk Benoa.
Peta batas wilayah studi disajikan pada Gambar 7.
Ruang lingkup materi penelitian dibatasi pada pembahasan desain sistem
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang didasarkan pada kebutuhan para
stakeholders dengan memperhatikan aspek biofisik, sosial-ekonomi, sosial-budaya,
serta aspek ketersediaan sarana dan prasarana.
Dalam penyusunannya akan dikaji baik dari aspek supply side maupun

demand side. FaMor yang mempengaruhi penyusunan desain sistem dari aspek
supply side

adalah sumberdaya hutan mangrove yang merupakan sumberdaya

dinamis dimana dalam batas-batas tertentu dapat mengalami perubahan penyusutan
maupun pertambahan. Sedangkan dari aspek demand side, faMor yang
mempengaruhi desain sistem pengembangan pariwisata alam ini adalah aspekaspek demografis dan aspek pengusahaan pariwisata alam (ekonomi). Beragam
faktor itu akan berinteraksi satu sama lain membentuk suatu hubungan sebab akibat
yang bersifat dinamis, sehingga dapat menunjukkan kecenderungan tertentu.

Peta Batas Wilayah Penelitian

PAKlAI TI1(VR

-

0.5

-4

Gambar 1. Peta Batas Wilayah Penelitian

0

0.5

1

i . 5 Kilometea

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Analisis Sistem dan Pemodelan
Perkembangan ilmu sistem banyak dipengaruhi oleh berbagai disiplin ilmu

lain. Salah satunya adalah Kibernetika (Cybernetics) yang telah berkembang
beberapa abad yang lalu. Definisi kibernetika yang dapat diterima datang dari
konsep yang dikembangkan oleh Norbert Wiener (1948) yang mengartikannya
sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari kelakuan sistem-sistem dinamis yang
dikendalikan

(controlled)

melalui

keterangan-keterangan.

Forrester

(1968)

mendefinisikan sistem sebagai sekelompok komponen yang beroperasi secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Manetsch and Park (1979, dalam
Eriyatno, 1999) mendefinisikan sistem sebagai suatu gugus elemen yang saling
berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau suatu gugus dari
tujuan-tujuan.
Dalam perkembangannya sistem didefinisikan sebagai himpunan komponen
(entitas) yang mempertahankan eksistensi dan fungsinya sebagai suatu keutuhan
melalui interaksi komponen-komponennya (O'Connor and McDermott, 1997). Dalam
keberagaman definisi sistem itu, secara substansial menunjukkan adanya suatu
kesamaan visi dimana sistem memiliki karakteristik keutuhan (wholeness) dan
interaksi antar komponen yang membangun sistem (Eriyatno, 1999). Secara lebih
tegas beberapa karakteristik yang dimiliki oleh sistem dapat dinyatakan sebagai
berikut: 1) dibangun oleh sekelompok komponen yang saling berinteraksi; 2) bersifat
wholeness; 3) memiliki satu atau segugus tujuan; 4) terdapat proses transformasi
input menjadi output; 5) terdapat mekanisme pengendalian yang berkaitan dengan
perubahan yang terjadi pada lingkungan sistem.

Dengan demikian dapat diartikan bahwa analisis sistem adalah suatu studi
tentang sistem dan atau entitas dengan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah yang
dapat menghasilkan suatu konsepsi atau model. Konsepsi dan model tersebut dapat
digunakan sebagai landasan kebijakan, perubahan struktur, taktik dan strategi
pengelolaan sistem tersebut. Analisis sistem bertujuan untuk mengidentifikasi
berbagai elemen penyusun sistem, memahami prosesnya serta memprediksi
berbagai kemungkinan keluaran sistem yang terjadi akibat adanya distorsi di dalam
sistem

itu sendiri,

sehingga

didapatkan

berbagai aternatif

pilihan

yang

menguntungkan secara optimal. Persoalan alternatif ini sesungguhnya merupakan
persoalan "cost-benefit" atau "cost-effectiveness" analysis, yang bermanfaat untuk
mengevaluasi alternatif pemodelan.
Gejala dunia nyata (real world) seperti kawasan Taman Hutan Raya (Tahura)
Ngurah Rai di Teluk Benoa Bali, menunjukkan kompleksitas yang tinggi dan sulit
dipahami hanya melalui satu disiplin keilmuan. Upaya dari masing-masing disiplin
untuk mempelajari fenomena dunia nyata yang kompleks melalui pengembangan
beragam

model seringkali tidak

konsisten,

hanya

bersifat parsial, tidak

berkesinambungan, dan gagal memberikan penjelasan yang utuh (Eriyatno, 1999).
Konsep sistem yang berlandaskan pada unit keberagaman dan selalu mencari
keterpaduan antar komponen, dapat menawarkan suatu pendekatan baru untuk
memahami dunia nyata melalui pendekatan sistem. Dengan demikian, kajian
mengenai kawasan Tahura ini dapat dilakukan melalui pendekatan sistem, yang
selanjutnya dibangun suatu desain sistem (model) pengembangan pariwisata alam
berkelanjutan.
Eriyatno (1999) menyatakan bahwa model merupakan suatu abstraksi dari
realitas, yang menunjukkan hubungan langsung maupun tidak langsung serta kaitan

timbal balik dalam istilah sebab akibat. Dari batasan-batasan tersebut, dapat
dinyatakan bahwa dalam mempelajari sistem sangat diperlukan pengembangan
model guna menemukan peubah-peubah (variable) penting dan tepat, serta
menemukan hubungan-hubungan antar peubah di dalam sistem tersebut.
Selanjutnya Eriyatno (1999) menyatakan bahwa model dapat dikategorikan
menurut jenis, dimensi, fungsi, tujuan pokok kajian, atau derajat keabstrakannya.
Pada dasarnya jenis model dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1) Iconic Model (model fisik), merupakan perwakilan fisik dari beberapa ha1 baik

dalam bentuk ideal ataupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik dapat
berdimensi dua seperti foto, peta, atau cetak biru; atau berdimensi tiga seperti
prototipe mesin dan alat. Untuk model yang berdimensi lebih dari tiga, maka
tidak dapat lagi dikonstruksi secara fisik (ikonik), sehingga diperlukan model
lainnya.
2) Analogy Model

(model diagramatik), menyajikan transformasi sifat menjadi

analognya kemudian mengetengahkan karakteristik dari kejadian yang dikaji.
Contoh dari model ini adalah kurva permintaan dalam ekonomi, kurva distribusi
frekuensi dalam statistika, dan diagram alir. Model ini bersifat sederhana namun
efektif dalam menggambarkan situasi yang khas.

3) Symbolic Model (model matematik), menyajikan format dalam bentuk angka,
simbol, dan rumus. Pada dasarnya ilmu sistem lebih terpusat pada penggunaan
model simbolik, dengan jenis yang umum dipakai adalah persamaan matematis
(equation).
Dalam pendekatan sistern, pengembangan pemodelan merupakan titik kritis
yang akan menentukan keberhasilan dalam mepelajari sistem secara keseluruhan.
Dalam hubungannya dengan fenomena kompleks seperti kawasan Tahura Ngurah
10

jumlah besar. Salah satu sistem yang menawarkan solusi untuk masalah ini adalah
Sistem lnformasi Geografi (SIG).
SIG adalah suatu teknologi baru yang pada saat ini menjadi alat bantu (tools)
yang sangat esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan
menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan spasial
(grafis). Banyak sekali aplikasi yang dapat ditangani oleh SIG. Salah satunya yang
akan digunakan disini adalah dalam pengembangan pariwisata pesisir dimana dapat
menginventarisasi dan menganalisis potensi daerah unggulan untuk pariwisata.
Penempatan zonasi objek pariwisata secara terpadu, yang ditetapkan secara akurat
itu dapat mengeliminasi deteriorisasi yang eksesif, sehingga optimasi pemanfaatan
ruang wilayah pesisir dapat dilakukan secara berkelanjutan.
Ketika berbagai elemen yang teridentifikasi dalam sistem melakukan
penetrasi terhadap sumberdaya wilayah pesisir yang bersifat terbatas itu, maka
selama itu pula pemodelan ekonomi dan sosial

yang diintegrasikan dengan

teknologi SIG dapat melakukan simulasi model untuk mencari solusi teriiaik,
sehingga tujuan pertumbuhan ekonomi dan perbaikan kualitas lingkungan dapat
tercapai.

2.3

Aspek
Pengelolaan
Berkelanjutan

Sumberdaya

Pesisir

Terpadu

dan

Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir secara terpadu dan bekelanjutan
dapat memberi makna bahwa wilayah pesisir dengan seluruh isinya perlu dihargai
dan secara berencana dapat dieksploitasi, sehingga diperlukan upaya-upaya
perlindungan makhluk hidup yang sifatnya hayati dan manusiawi.
Untuk menjaga dan melestarikan sumberdaya wilayah pesisir dan laut yang
sangat rentan terhadap perubahan ekosistemnya, diperlukan perhatian yang serius

dalam pengembangan dan pengelolaannya agar senantiasa berjalan secara
berkelanjutan dan lestari. Adapun arah dan tujuan dari pengembangan dan
pengelolaan potensi sumberdaya wilayah pesisir dan laut adalah agar mampu
meningkatkan pengelolaannya

secara terpadu untuk mencapai pemanfaatan

sumberdaya secara optimal, efisien dan efektif yang mengarah pada peningkatan
upaya pelestarian kemampuan lingkungan.
Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu merupakan suatu pendekatan
pengelolaan yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan
pemanfaatan (pembangunan) secara terpadu guna mencapai pembangunan wilayah
pesisir dan laut yang optimal dan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak atau
menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (WCED, 1987).
Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan
suatu strategi pembangunan yang memberikan semacam ambang batas pada laju
pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya alam yang ada didalamnya.
Ambang batas ini tidaklah bersifat mutlak, melainkan merupakan batas yang luwes
yang bergantung pada kondisi teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan
sumberdaya alam, serta kemampuan biosfir untuk menerima dampak kegiatan
manusia. Dengan perkataan lain, pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi
pemanfaatan ekosistem alamiah sedemikian rupa, sehingga kapasitas fungsionalnya
untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia tidak rusak. Secara garis
besar konsep pembangunan berkelanjutan memiliki empat dimensi, yaitu (a) dimensi
ekologis; (b) dimensi sosial ekonomi dan budaya; (c) dimensi sosial politik; dan (d)
dimensi hukum dan kelembagaan (Dahuri et a/., 1996).

Dalam dimensi ekologis, pembangunan wilayah pesisir dan laut haruslah
memperhatikan daya dukung lingkungan dalam menopang segenap kegiatan
pembangunan dan kehidupan manusia. Dengan demikian, agar pembangunan
wilayah pesisir dan laut dapat berkelanjutan, maka pola dan laju pembangunan
harus dikelola sedemikian rupa, sehingga total permintaannya terhadap sumber
daya alam dan jasa-jasa lingkungan tidak melampaui kemampuan suplai tersebut.
Dalam konteks ini, pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir

secara

berkelanjutan (sustainable development) dapat diartikan cara mengelola segenap
kegiatan pembangunan yang terdapat di suatu wilayah yang berhubungan dengan
wilayah pesisir, agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsionalnya. Setiap
ekosistem alamiah termasuk ekosistem pesisir, memiliki empat fungsi pokok bagi
kehidupan manusia : (a) jasa-jasa pendukung kehidupan; (b) jasa-jasa kenyamanan;
(c) penyedia sumberdaya alam; dan (d) penerima limbah (Ortolano, 1984).
Jasa-jasa pendukung kehidupan (life support services) mencakup berbagai
ha1 yang diperlukan bagi eksistensi kehidupan manusia, seperti udara, dan air bersih
serta ruang bagi berkiprahnya segenap kegiatan manusia. Jasa-jasa kenyamanan
(amenity services) yang disedikan oleh ekosistem alamiah adalah berupa suatu
lokasi beserta atributnya yang indah dan menyenangkan yang dapat dijadikan
tempat berekreasi serta pemulihan jiwa.

Ekosistem alamiah menyediakan

sumberdaya alam yang dapat dikonsumsi langsung atau sebagai masukan dalam
proses produksi. Sedangkan fungsi penerima limbah dari suatu ekosistem adalah
kemampuannya dalam menyerap limbah dari kegiatan manusia, hingga menjadi
suatu kondisi yang aman (Dahuri et al., 1996).
Dari keempat fungsi ekosistem alamiah tersebut, bahwa kemampuan dua
fungsi yang pertama sangat bergantung pada dua fungsi yang terakhir. Ini berarti

bahwa jika kemampuan dua fungsi terakhir dari suatu ekosistem alamiah tidak
dirusak oleh kegiatan manusia, maka fungsinya sebagai pendukung kehidupan dan
penyedia jasa-jasa kenyamanan dapat diharapkan tetap terpelihara.
Berdasarkan keempat fungsi ekosistem tersebut, secara ekologis terdapat
tiga kaidah pokok yang dapat menjamin tercapainya pembangunan wilayah pesisir
dan laut secara berkelanjutan, yaitu: (a) keharmonisan spasial, (b) kapasitas
asimilasi, dan (c) pemanfaatan berkelanjutan (Dahuri et al., 1996).
Dalam keharrnonisan spasial, kegiatan pembangunan, ruang atau lahan tidak
boleh dialokasikan hanya untuk zona pemanfaatan, akan tetapi perlu ada yang
digunakan untuk zona presevasi (jalur hijau pantai, sempadan, dan hutan lindung)
serta zona konservasi. Keberadaan zona preservasi dan konservasi dalam suatu
pengelolaan sumberdaya pesisir sangat penting terutama dalam memelihara
berbagai proses penunjang kehidupan, siklus hidrologi dan unsur hara. Sementara
dalam kapasitas asimilasi, dampak dari kegiatan pembangunan di wilayah pesisir
dan laut tidak boleh melampaui kemampuan akseptasinya dalam menerima atau
menyerap limbah yang dapat membahayakan kesehatan lingkungan ataupun
manusia. Dalam pemanfaatan zona secara berkelanjutan, eksploitasi sumberdaya
yang dapat diperbaharui (renewable) di wilayah pesisir dan laut tidak boleh
melampaui kemampuan regenerasinya dalam kurun waktu tertentu. Dengan
demikian pemanfaatan sumberdaya baik sumberdaya yang dapat diperbaharui
maupun sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui harus dilakukan dengan cermat,
sehingga dampak lingkungan yang timbul tidak mengganggu atau merusak
ekosistem dan kegiatan pembangunan lainnya. Pemanfaatan harus direncanakan
sedemikian rupa, sehingga sebelum sumberdaya tersebut habis
sumberdaya substitusinya.

sudah ada

Dalam dimensi

sosial ekonomi dan budaya, konsep pembangunan

berkelanjutan mensyaratkan bahwa manfaat yang diperoleh dari kegiatan
penggunaan suatu wilayah pesisir serta sumberdaya alamnya harus diprioritaskan
untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar kegiatan tersebut, terutama
mereka yang ekonomi lemah guna menjamin kelangsungan pertumbuhan ekonomi
wilayah. Prinsip ini sangat mendasar, karena banyak kerusakan lingkungan pesisir,
misalnya pembangunan batu karang, penebangan mangrove, penambangan pasir
pantai dan penangkapan ikan dengan menggu