Karbon Organik di Bawah Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitas Hutan Mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali.

KARBON ORGANIK DI BAWAH PERMUKAAN TANAH
PADA KAWASAN REHABILITASI HUTAN MANGROVE,
TAMAN HUTAN RAYA NGURAH RAI, BALI

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu
Kelautan pada Fakultas Kelautan dan Perikanan

Oleh:
I GST. AGUNG INDAH MAHASANI
1214511019

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
BADUNG
2016

iii

iv


v

ABSTRAK
I Gst. Agung Indah Mahasani. 1214511019. Karbon Organik Di Bawah
Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitasi Hutan Mangrove, Taman
Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Dibimbing oleh I Wayan Gede Astawa
Karang dan I Gede Hendrawan.
Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan dan lautan
yang terjadi di sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan subtropis. Secara
ekologis mangrove berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan karbon, dengan
sebagian besar dialokasikan di bawah permukaan tanah. Peningkatan CO2
atmosfer yang berkontribusi terhadap pemanasan global sangat mungkin dapat
dikurangi melalui proses pemindahan/sekuestrasi karbon ke dalam tanah (soil
carbon sequestration). Semakin banyak karbon disimpan dalam tanah sebagai
karbon organik tanah dapat mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfer
sehingga dapat mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim. SOC (Soil
Organic Carbon) terdistribusi kedalam lapisan tanah secara beragam dan
stabilitasnya juga sangat beragam. Tujuan dari penelitian ini, yaitu : (1)
Mengetahui simpanan karbon organik dibawah permukaan tanah di hutan

mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali dan (2) Mengetahui variasi
secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan dalam tanah di hutan
mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali. Metode yang digunakan dari
penelitian ini adalah loss on ignition (LOI). Total simpanan kandungan karbon
organik di dalam tanah kawasan rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai
adalah 42,625,842.79 Mg C. Rata – rata simpanan karbon organik secara vertikal
pada kawasan rehabilitasi mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai berfluktuasi,
pada lapisan permukaan (0-15 cm) nilai karbon organik sebesar 123.503 ± 37.281
Mg ha-1, pada lapisan kedua (15-30 cm) nilai karbon organik sebesar 120.313 ±
47.279 Mg ha-1, pada lapisan ketiga (30-50 cm) nilai karbon organik sebesar
131.684 ± 50.685 Mg ha-1, pada lapisan keempat (50-100 cm) nilai karbon
organik sebesar 254.029 ± 60.502 Mg ha-1, dan pada lapisan terakhir (100-110
cm) nilai karbon organik sebesar 123.708 ± 40.027 Mg ha-1.
Kata Kunci: Mangrove, Rehabilitasi, Karbon Organik, Variasi Vertikal, LOI

vi

ABSTRACT

I Gst. Agung Indah Mahasani. 1214511019. Organic Carbon Under Ground In

Mangrove Forest Rehabilitation Zone, Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali.
Under supervinon of I Wayan Gede Astawa Karang and I Gede Hendrawan.
The mangrove forest is a transition of ecosystem between land and ocean
that occurs in most part throughout the tropical and subtropical coastlines.
Ecologically, mangroves serve as an absorbent and a carbon sink, with most
allocated under the soil surface. The increase in atmospheric CO2 that contribute
to global warming is very likely could be reduced through the process of removal
/ sequestration of carbon in the soil (soil carbon sequestration). The more carbon
stored in the soil as soil organic carbon can reduce the amount of carbon in the
atmosphere so as to reduce the effect of global warming and climate change. SOC
(Soil Organic Carbon) distributed into the soil layers are varied and stability is
also very diverse. The purpose of this study, namely: (1) Determine the deposits of
organic carbon below the ground surface in mangrove rehabilitation TAHURA
Ngurah Rai, Bali and (2) Knowing the variations vertically deposits of organic
carbon stored in the soil in mangrove rehabilitation TAHURA Ngurah Rai, Bali ,
The method used on this research is the loss on ignition (LOI). Total deposits of
the organic carbon content in soil rehabilitation Forest Park area of Ngurah Rai
is 42,625,842.79 Mg C. Average organic carbon stored vertically in a mangrove
rehabilitation area of Taman Hutan Raya Ngurah Rai fluctuates, the surface layer
(0-15 cm) organic carbon value amounted 123.503 ± 37.281 Mg ha-1, the second

layer (15-30 cm) organic carbon value of 120.313 ± 47.279 Mg ha-1, the third
layer (30-50 cm) organic carbon value of 131.684 ± 50.685 Mg ha-1, the fourth
layer (50-100 cm) organic carbon value of 254.029 ± 60.502 Mg ha-1, and the last
layer (100 -110 cm) organic carbon value of 123.708 ± 40. 027 Mg ha-1.
Key words: Mangrove, Rrehabilitation, Organic Carbon, Vertical Variasi, LOI

vii

RINGKASAN
I Gst. Agung Indah Mahasani. 1214511019. Karbon Organik Di Bawah
Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitasi Hutan Mangrove, Taman
Hutan Raya Ngurah Rai, Bali. Dibimbing oleh I Wayan Gede Astawa
Karang dan I Gede Hendrawan.
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang banyak memiliki potensi
sumberdaya alam yang melimpah. Salah satu sumberdaya alam yang dimiliki
indonesia adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove yang ada di
Indonesia terbentang dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Bali
merupakan salah satu pulau yang memiliki potensi sumberdaya alam ekosistem
mangrove tersebut. Ekosistem mangrove terbesar di Bali berada pada tiga
kawasan yaitu Tanjung Benoa dan Pulau Serangan yang sering disebut Taman

Hutan Raya Ngurah Rai Bali dengan luas 932 ha, kedua Taman Nasional Bali
Barat (Menjangan) dengan luas sebesar 634 ha, dan yang terakhir adalah di Pulau
Lembongan seluas 200 ha (Kitamura, 1997). Ekosistem hutan mangrove memiliki
potensi yang besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon. Penyerapan dan
penyimpanan karbon pada ekosistem mangrove terdapat di atas permukaan tanah,
di bawah permukaan tanah dan di dalam tanah itu sendiri. Perbedaan simpanan
karbon dipengaruhi oleh jumlah pohon dan kerapatan pohon, jenis pohon, serta
faktor lingkungan. Karbon yang diserap dan disimpan lebih banyak dialokasikan
di dalam tanah. SOC (Soil Organic Carbon) terdistribusi kedalam lapisan tanah
secara beragam dan stabilitasnya juga sangat beragam. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui simpanan karbon organik di bawah permukaan
tanah hutan mangrove rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali dan
mengetahui variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan
dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali.
Penelitian ini dilakukan di kawasan rehabilitasi Taman Hutan Raya
Ngurah Rai Bali. Metode yang digunakan dari penelitian ini adalah loss on
ignition (LOI). Data yang dikumpulkan meliputi jenis vegetasi mangrove dan
tanah mangrove. Pengambilan data tanah mangrove dilakukan di 20 titik lokasi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kawasan rehabilitasi Taman Hutan
Raya Ngurah Rai Bali didominasi oleh jenis vegetasi mangrove Rhizophora

mucronat. Jenis vegetasi mangrove lain yang dapat ditemukan di kawasan
rehabilitasi mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali yaitu Rhizhophora
apiculata, Bruguiera gymnorhiza, dan Sonneratia alba.
Kawasan mangrove rehabilitasi Taman Hutan Raya Ngurah Rai memiliki
kemampuan total menyimpan karbon organik di dalam tanah sebesar
42,625,842.79 Mg C. Sedangkan rata-rata simpanan karbon organik secara
vertikal ke dalam tanah berfluktuasi, pada lapisan permukaan (0-15 cm) nilai
karbon organik sebesar 123.503 ± 37.281 Mg ha-1, pada lapisan kedua (15-30 cm)
nilai karbon organik sebesar 120.313 ± 47.279 Mg ha-1, pada lapisan ketiga (30-50
cm) nilai karbon organik sebesar 131.684 ± 50.685 Mg ha-1, pada lapisan keempat
(50-100 cm) nilai karbon organik sebesar 254.029 ± 60.502 Mg ha-1, dan pada
lapisan terakhir (>100 cm) nilai karbon organik sebesar 123.708 ± 40.027 Mg haviii

1

. Rata-rata kerapatan masa tanah pada setiap lapisan tidak jauh berbeda pada
kedalaman 0-15 cm nilai bulk density sebesar 0.456 g/cm3, pada kedalaman 15-30
cm nilai sebesar 0.444 g/cm3, pada kedalaman 30-50 cm nilai sebesar 0.484
g/cm3, pada kedalaman 50-100 cm dengan nilai sebesar 0.453 g/cm3 dan pada
kedalaman (100-110 cm) nilai rata – rata balk density adalah sebesar 0.456 g/cm3.


ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Karbon
Organik Di Bawah Permukaan Tanah Pada Kawasan Rehabilitasi Hutan
Mangrove, Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali”. Dalam penelitian ini
dikemukakan hasil

analisis

kandungan karbon organik

secara

vertikal


perkedalaman.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi baghan informasi dalam upaya
rehabilitasi dan pengelolaan ekosistem mangrove agar terciptanya kelestarian
hidup serta dapat berguna bagi beberapa pihak yang membutuhkan informasi yang
ada di dalam skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran, sehingga
penulis dapat mengetahui kekurangan ataupun kelebihan yang penulis miliki dan
semoga dapat membangun kearah yang lebih baik demi kesempurnaan penelitian
selanjutnya. Akhirnya, penulis dengan kerendahan hati berharap semoga skripsi
ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bukit Jimbaran, Juli 2016

Penulis

x

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Terselesainya penyusunan
skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang mendukung. Untuk itu
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. I Wayan Arthana, MS selaku dekan Fakultas Kelautan
dan Perikanan Universitas Udayana.
2. Bapak I Wayan Gede Astawa Karang, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku
pembimbing pertama dan Bapak I Gede Hendrawan, S.Si., M.Si., Ph.D
selaku pembimbing ke dua dalam penyelesaian skripsi yang telah
memberikan arahan, bimbingan dan motivasi serta bantuan dalam
konsultasi dengan penuh dedikasi dan kesabaran.
3. Bapak Ir. I Gusti Ngurah Putra Dirgayusa, MT selaku penguji pertama dan
Bapak selaku penguji ke dua Dwi Budi Wiyanto, S. Kel., M.P yang telah
memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi sehingga skripsi ini
dapat terwujud.
4. Dosen-dosen dan staf pengajar Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas
Kelautan dan Perikanan yang telah membagikan pengetahuan, petunjuk,
motivasi, pengalaman, dan kemudahan dalam mengurus administrasi
selama di kampus.

5. Mbak Nuryani Widagti, S.Si, M.Si yang telah memberi bimbingan,
dukungan moral dan bantuan dalam menganalisis data dalam penelitian
ini.
6. Bu Nur Hayati yang telah membantu dalam memberikan informasi dan
masukan dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tua penulis I Gusti Ketut Adnyana dan A. A. Ayu Putri
Ardini, Adik penulis I Gusti Agung Penny Mahadewi dan I Gusti Ketut
xi

Agung Mahajaya yang senantiasa memberi doa, nasehat, dukungan dan
bantuan, baik moral maupun materiil.
8. Sahabat-sahabat setia penulis yang selalu siap membantu, mendengarkan
serta menegarkan hati penulis dalam menghadapi segala kesulitan dan
rintangan (Anyelir Foundation: Dhanan, Padma, Pipit, Gung Nanda, dan
Yoga).
9. Teman-teman seperjuangan IK 12 (Aditya, Rizki, Arifin, Gung Gita,
Dewi, Tatak, Lanang, Bayu, Surya, Jaya, Ade, Eva, Anes, Dhanan, Erik,
Tiara, Andreas, Pipit, Sabil, Herlambang, Pita, Padma, Satya, Yoga, Riri,
Dewa Krisna, Gung Nanda, Gus Indra, Ecik, Adi, Gek Mirah, dan
Ekayana) yang selalu bersemangant membantu dan selalu berkerjasama

dalam menyelesaikan semua rintangan dan yang selalu tidak pernah lelah
dalam menghadapi tantangan.
10. Seluruh Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Kelautan dan
Perikanan Universitas Udayana, terima kasih atas segala bantuan dan
dukungan yang telah diberikan pada proses penyusunan skripsi ini.
11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Terima kasih atas bantuannya pada penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Bukit Jimbaran, Juli 2016

Penulis

xii

RIWAYAT HIDUP

I Gst. Agung Indah Mahasani lahir di Denpasar
pada hari Sabtu tanggal 19 bulan November tahun
1994. Penulis anak pertama dari pasangan I Gusti Ketut
Adnyana dan Anak Agung Ayu Puri Ardini. Penulis
mengawali pendidikan formal di SDN 26 Dangin Puri
(2000-2006), SMP Negeri 11 Denpasar (2006-2009),
SMA Negeri 7 Denpasar (2009-2012). Pada tahun 2012
penulis lulus seleksi masuk Universitas Udayana
(Unud) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN
Tulis). Penulis memilih Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan
Perikanan. Penulis sekarang bertempat tinggal di Jalan Letda Suji No. 6 Denpasar.
Selama masa studi penulis aktif pada berbagai organisasi diantaranya
menjadi penurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kelautan dan
Perikanan selaku Bendahara II pada tahun 2012-2013 dan Sekertaris I BEM
Fakultas Kelautan dan Perikanan pada tahun 2013-2014. Selain itu penulis juga
pernah menjadi asisten mata kuliah Ekologi laut Tropis dan Biologi Laut. Penulis
juga telah mengikuti rangkaian Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode XI Tahun
2015 di Desa Kebonpadangan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan dan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Balai Penelitian dan Observasi Laut pada bulan
Juni 2015.

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................

ii

HALAMAN BERITA ACARA ...................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................................... iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................................................

v

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii
RINGKASAN .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................

x

UCAPAN TERIMAKASH ............................................................................. xi
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... xiii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................

1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................................
1.4 Manfaat ..................................................................................................
1.5 Batasan Penelitian ..................................................................................

1
3
4
4
4

II. TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................

5

2.1 Ekosistem Hutan Mangrove ................................................................... 5
2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove .................................................... 7
2.3 Siklus Karbon di Hutan Mangrove ........................................................ 9
2.4 Karbon Organik ...................................................................................... 12
2.5 Karakteristik Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali ................................ 14
III. METODE PENELITIAN ......................................................................... 16
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................................
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................
3.3.1 Prosedur Pengambilan Sampel ......................................................
3.3.2 Prosedur Analisis Sampel di Laboratorium ...................................

16
17
18
18
19
xiv

3.4 Analisis Data ..........................................................................................
3.4.1 Analisis Karbon Organik .............................................................
3.4.2 Analisis Distribusi Spasial ...........................................................
3.5 Kerangka Berfikir Penelitian ..................................................................

20
20
21
21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 24
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................
4.2 Analisis Vegetasi Mangrove ..................................................................
4.3 Bulk Density ..........................................................................................
4.4 Soil Organic Carbon Density .................................................................
4.5 Soil Organic Carbon ...............................................................................

24
24
28
33
36

V. KESIMPULAN ............................................................................................ 46
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 46
5.2 Saran ....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 47
LAMPIRAN ...................................................................................................... 52

xv

DAFTAR GAMBAR
Gambar

Halaman

1. Penyebaran Mangrove di Indonesia ..............................................

6

2. Kolam Karbon di Ekosistem Mangrove ........................................

11

3. Mekanisme Karbon Bergerak Keluar dan Masuk Dari Lahan
Pasang dan Surut ...........................................................................

12

4. Peta Lokasi Penelitian ...................................................................

17

5. Kerangka Berfikir Penelitian .........................................................

23

6. Kondisi Kawasan mangrove rehabilitasi .......................................

27

7. Kondisi Kawasan mangrove rehabilitasi .......................................

28

8. Grafik rata-rata bulk density perkedalaman ..................................

32

9. Grafik rata-rata bulk density per titik ............................................

32

10. Grafik rata-rata SOC density perkedalaman .................................

35

11. Grafik rata-rata SOC density per titik ............................................

35

12. Grafik rata-rata soil organic carbon perkedalaman .......................

38

13. Peta distribusi lapisan kedalaman 0-15 SOC ................................

39

14. Peta distribusi lapisan kedalaman 15-30 SOC ..............................

40

15. Peta distribusi lapisan kedalaman 30-50 SOC ..............................

41

16. Peta distribusi lapisan kedalaman 50-100 SOC ............................

42

17. Peta distribusi lapisan kedalaman 100-110 SOC ..........................

43

18. Peta distribusi rata-rata terhadap kedalaman SOC ........................

44

xvi

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Titik Koordinat Penelitian ................................................................

16

2. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................

17

3. Sebaran Hutan Mangrove di Kawasan Rehabilitasi .........................

26

4. Konsentrasi bulk density (g/cm3) pada setiap titik ...........................

30

5. Konsentrasi SOC density (g cm-3) pada setiap titik .........................

34

xvii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data soil organic carbon (Mg ha-1) pada setiap titik ....................

Halaman
53

2. Data rata-rata hasil perhitungan bulk density, carbon density dan
soil organic carbon perkedalaman .................................................

54

3. Dokumentasi alat dan bahan penelitian .........................................

55

4. Dokumentasi proses pengambilan sampel ....................................

56

5. Dokumentasi proses analisis sampel .............................................

57

xviii

I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki banyak potensi sumber

daya alam. Salah satu sumberdaya alam Indonesia adalah ekosistem mangrove.
Ekosistem mangrove di Indonesia sangat luas yakni berkisar 2,5 juta – 4,25 juta ha,
dan ini diakui oleh dunia bahwa Indonesia mempunyai luas ekosistem mangrove
terluas di dunia (21% luas mangrove dunia) (Santoso, 2005). Bali merupakan
daerah yang memiliki potensi terbesar ekosistem hutan mangrove. Ada tiga
kawasan mangrove yang luas di Pulau Bali, yaitu pertama terletak di sepanjang
Teluk Benoa yang sering disebut Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali (TAHURA
Ngurah Rai) dengan luas 1373,5 ha termasuk Pulau Serangan, kedua Taman
Nasional Bali Barat (Menjangan) dengan luas sebesar 602 ha, dan yang terakhir
adalah di Nusa Lembongan seluas 202 ha (Widagti et al., 2011).
TAHURA Ngurah Rai merupakan ekosistem alam yang didominasi oleh
mangrove dengan luas lahan 1.373,50 Ha berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor: 544/Kpts-II/1993 tanggal 25 September 1993. Sebaran vegetasi
mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai terdiri atas vegetasi alami dan vegetasi
rehabilitasi. Pada kawasan TAHURA Ngurah Rai luas lahan vegetasi rehabilitasi
sekitar 402 ha yang dulunya merupakan kawasan bekas tambak (Kitamura, 1997).
Penanaman tidak hanya ditujukan untuk memperbaiki lahan tambak tetapi untuk
membantu suksesi agar manfaat rehabilitasi bisa mendukung kembalinya ekosistem
dan berfungsi dengan baik. Salah satu tujuan kegiatan rehabilitasi adalah untuk
mengembalikan fungsi ekosistem mangrove sebagai penyimpan karbon. Kawasan
mangrove TAHURA Ngurah Rai merupakan kawasan yang juga mendapat input
masukan bahan – bahan organik maupun anorganik dari wilayah daratan. Sumber
yang masuk dari daratan ke kawasan hutan mangrove melalui aliran sungai dan
buangan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung. Hal ini
mempengaruhi karakteristik tanah secara alami dan mempengaruhi perkembangan
karena kondisi dapat berbeda-beda secara terus-menerus dalam waktu dan tempat
yang berbeda (Sari, 2002).
1

Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan dan lautan
yang terjadi di sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan subtropis (Liu et
al., 2014). Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi baik secara fisik, biologis,
dan ekologis. Secara ekologis hutan mangrove berfungsi sebagai penyerap karbon,
dimana fungsi tersebut menjadikan hutan mangrove dapat menyimpan karbon
dalam jumlah yang besar baik pada vegetasi (biomassa) maupun bahan organik lain
yang terdapat di hutan mangrove (Cahyaningrum dkk 2014). Hutan mangrove
menyimpan karbon di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah,
dengan sebagian besar dialokasikan di bawah permukaan tanah (Alongi, 2012).
Dari berbagai penelitian total stok karbon pada mangrove adalah sebesar 0,18673,01 ton C ha-1 dan karbon stok sedimen mangrove berkisar antara 0,06-6,77 %
atau setara dengan 0,90-66,12 Mg ha-1 (Afiati dkk 2014). Pada kawasan rehabilitasi
mangrove TAHURA Ngurah Rai total simpanan karbon di atas permukaan tanah,
simpanan karbon di bawah permukaan tanah dan simpanan karbon di dalam tanah
masing – masing sebesar 10.803.114,24 ton C, 7.095.243,46 ton C, dan
57.458.918,73 ton C (Widayantari, 2013).
Sebagai kolam terbesar dari karbon organik terestrial, tanah berinteraksi kuat
dengan komposisi atmosfer, iklim, dan perubahan tutupan lahan (Jobbagy et al.,
2000). Peningkatan CO2 atmosfer yang berkontribusi terhadap pemanasan global
sangat mungkin dapat dikurangi melalui proses pemindahan/sekuestrasi karbon ke
dalam tanah (soil carbon sequestration) (Markewich & Buell, 2001). Sekuestrasi
karbon organik tanah (soil organic carbon/SOC) dianggap sebagai strategi untuk
mitigasi perubahan iklim dan berkaitan dengan penyimpanan karbon kedalam tanah
(Chan et al., 2008). Semakin banyak karbon disimpan dalam tanah sebagai karbon
organik tanah dapat mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfer sehingga
dapat mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim (Chan, 2008).
Perbedaan keragaman kandungan karbon organik tanah (soil organic
carbon/SOC) pada kedalaman tanah terjadi karena setiap jenis vegetasi berbeda
dalam distribusi akar vertikalnya dan meninggalkan jejak yang berbeda pada
distribusi kedalaman SOC (Lal, 2005). Pada kedalaman 0,5 m sampai lebih dari 3
m kaya dengan tanah organik, dimana kedalaman tersebut menyumbang 49-98 %
2

penyimpanan karbon (Daniel et al., 2011). Kawasan hutan mangrove reboisasi dan
penghijauan memiliki kandungan karbon yang beragam. Dari hasil penelitian
membuktikan bahwa hutan mangrove jenis Kandelia obovata dan Sonneratia
apetala dengan perbedaan usia jenis mangrove konsentrasi %C meningkat secara
signifikan selama 6 tahun dari 1,14 % menjadi 1,52 % (K. obovate) dan 1,23 %
menjadi 1,68 % (S. apetala) (Lunstrum, 2014). Potensi hutan mangrove sebagai
penyerap dan penyimpan karbon dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan,
potensi simpanan karbon dapat bertambah dikarenakan pertumbuhan dan
perkembangan vegetasi, sedangkan potensi simpanan karbon dapat berkurang
akibat perubahan tata guna lahan.
Studi simpanan karbon total di kawasan rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai
pernah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan metode sistematic sampling
untuk mengetahui besarnya simpanan karbon yang terdapat di atas dan di bawah
permukaan tanah (Widayantari, 2013). Dari penelitian tersebut belum diketahui
distribusi simpanan karbon organik secara vertikal. Karena penyimpanan karbon
organik mempengaruhi distribusi bahan organik yang ada di setiap lapisan tanah
(Lunstrum, 2014). Salah satu aspek dari karbon organik tanah yang belum pernah
dilakukan di kawasan TAHURA Nurah Rai Bali adalah distribusi vertikal karbon
organik di dalam tanah. Maka, perlu dilakukan penelitian dasar mengenai simpanan
karbon organik di bawah permukaan tanah pada kawasan rehabilitasi hutan
mangrove TAHURA Ngurah Rai, Bali.

1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Bagaimana simpanan karbon organik di bawah permukaan tanah di hutan
mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali?
2. Bagaimana variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan
dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali?

3

1.3

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui simpanan karbon organik di bawah permukaan tanah di hutan
mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali.
2. Mengetahui variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang tersimpan
dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali.

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui simpanan karbon organik yang terkandung di bawah
permukaan tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai, Bali.
2. Dapat mengetahui variasi secara vertikal simpanan karbon organik yang
terkandung dalam tanah di hutan mangrove rehabilitasi TAHURA Ngurah Rai,
Bali.

1.5

Batasan Penelitian
Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga peneliti dapat

terarah dengan baik sesuai tujuan penelitian serta dengan adanya keterbatasan
waktu pengerjaan maka perlu adanya batasan penelitian. Batasan penelitian ini
adalah:
1. Penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada kawasan rehabilitasi hutan
mangrove Taman Hutan Raya Ngurah Rai, Bali.
2. Penelitian yang dilakukan hanya mengukur kandungan karbon organik yang ada
di dalam tanah hutan mangrove rehabilitas.
3. Penelitian ini hanya mengidentifikasi jenis vegetasi mangrove yang terdapat
pada kawasan rehabilitasi.

4

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Ekosistem Hutan Mangrove
Mangrove terdiri dari berbagai bentuk pertumbuhan, dari pohon, semak,

tanaman merambat, paku/palem, dan herba/rumput yang memiliki kemampuan
umum untuk hidup di tanah yang tergenang air garam secara terus-menerus
(Kitamura 1997). Hutan mangrove merupakan ekosistem peralihan antara daratan
dan lautan yang terjadi di sebagian besar sepanjang garis pantai tropis dan subtropis
(Liu et al 2014). Jenis mangrove yang ditemukan di Indonesia lebih banyak
dibanding dengan Negara Asia lainnya, jumlah spesies yang ditemukan sebanyak
48 jenis mangrove (Noor et al., 2006).
Ekosistem Mangrove merupakan suatu ekosistem peralihan antara darat dan
laut. Salah satu komponen utama penyusun ekosistem mangrove adalah vegetasi
mangrove. Mangrove atau mangal merupakan sebutan umum yang digunakan
untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh
beberapa spesies pohon yang khas atau semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dalam perairan asin (Nybakken, 1992).
Tumbuhan ini mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut
sesuai dengan toleransinya terhadap salinitas, lama penggenangan, substrat dan
morfologi pantai. Mangrove dapat di jumpai pada daerah sepanjang muara sungai
atau daerah yang banyak dipengaruhi oleh aliran sungai (fluvio-marine) dan daerah
yang umumnya didominasi oleh faktor laut (marino-fluvial). Seringkali mendengar
dan menyebut mangrove sebagai: “bakau”. Istilah bakau adalah sebutan bagi jenis
utama pohon mangrove (Rhizophora spp.) yang didominan hidupnya di habitat
pantai. Menurut LPP Mangrove (2006) Indonesia mempunyai luas hutan mangrove
terbesar di dunia yaitu 3,7 juta hektar (21,8 % dari luas hutan mangrove di dunia).
Di Indonesia, hutan mangrove dapat ditemukan hampir di setiap provinsi (Gambar
1). Ada 38 jenis mangrove yang tumbuh di Indonesia, di antaranya merupakan
Rhizophora, Bruguiera, Avicennia, Sonneratia, Xylocarpus, Barringtonia,
Luminitzera dan Ceriops (Supriharyono, 2007).

5

Gambar 1. Penyebaran Mangrove di Indonesia (Sumber: LPP Mangrove, 2006)
Secara ekologi, pemanfaatan hutan mangrove di daerah pantai yang tidak
dikelola dengan baik akan menurunkan fungsi hutan mangrove itu sendiri dan akan
berdampak negative pada potensi biota dan fungsi ekosistem hutan lainnya sebagai
habitat.
Ada berbgai bentuk adaptasi dari vegetasi mangrove sebagai berikut
(Agustina et al., 2007):
1. Adaptasi terhadap kadar oksigen yang rendah, vegetasi mangrove memiliki
bentuk perakaran yang khas, yaitu:
a. Bertipe cakar ayam yang mempunyai pneumatofora untuk mengambil
oksigen dari udara, seperti pada Avicennia spp., Xylocarpus spp., dan
Sonneratia spp.
b. Bertipe penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel, seperti pada
Rhizophora spp.
2. Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi:
a. Memiliki sel – sel khusus dalam daun yang berfungsi menyimpan
garam.
6

b. Berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur
keseimbangan garam.
c. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi
penguapan.
Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut dengan
mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan
horizontal yang lebar. Selain untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga
berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan sedimen. Simpanan karbon
pada hutan alam, hutan rawa, dan agroforestri, yaitu masing – masing sebesar
37,2846 ton/ha; 39,2875 ton/ha; dan 36,8416 ton/ha. Simpanan dari ketiga hutan ini
tidak jauh berbeda, sedangkan hutan mangrove memilik simpanan karbon terbesar,
yaitu sebesar 51,5031 ton/ha (Sugirahayu, 2011).
Pada umumnya hutan mangrove pantai lebih tebal dibandingkan dengan hutan
mangrove sungai, tetapi mangrove sungai lebih panjang masuk ke daratan
mengikuti aliran sungai sampai batas salinitas tidak berpengaruh pada tumbuhan
jenis mangrove (Bismark dkk, 2008). Dari hasil penelitian di kawasan Desa
Cangring Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu jenis substrat sedimen
mangrove yaitu pada kelas pasir berlempung, liat, dan kelas lempung liat berdebu
(Darmadi dkk, 2012).

2.2

Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove
Sebagaimana tumbuhan lainnya, mangrove mengkonversi cahaya matahari

dan unsur hara (nutrien) menjadi jarigan tumbuhan (bahan organik) melalui proses
fotosintesis. Tumbuhan mangrove merupakan sumber makanan potensial, dalam
berbagai bentuk bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. (Bengen,
2004), komponen dasar dari rantai makanan di ekosistem mangrove berbeda dengan
tumbuhan pada umumnya, bukan tumbuhan itu sendiri melainkan detritus yang
berasal dari tumbuhan mangrove (daun, ranting, buah, batang dan sebagainya).
Mangrove memiliki peranan penting dalam melindungi pantai dari
gelombang, angin dan badai. Tegakan mangrove dapat melindungi pemukiman,
bangunan dan pertanian dari angin kencang atau intrusi air laut. Mangrove juga
7

terbukti memainkan peran penting dalam melindungi pesisir dari gempuran badai.
Menurut Kusmana 2002, fungsi mangrove dapat dikategorikan ke dalam tiga
fungsi, yaitu fungsi fisik, fungsi biologis (ekologis) dan fungsi ekonomis seperti
berikut:
a. Fungsi fisik










Menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap
stabil
Mempercepat perluasan lahan
Mengendalikan intrusi air laut
Melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang
angin kencang
Mengolah limbah organik

b. Fungsi biologis/ekologis


Tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawnig
ground) dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai





jenis ikan, udang, kerang, dan biota laut lainnya
Tempat bersarang berbagai satwa liar terutama burung
Sumber plasma nufah

c. Fungsi ekonomis





Hasil hutan berupa kayu
Hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat – obatan, minuman dan
makanan, tannin dan lain – lain
Lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman,
pertambangan, industry, infrastruktur, transfortasi, rekreasi dan lain
– lain).

Selain manfaat dan fungsi yang disebut diatas hutan mangrove juga memiliki
fungsi sebagai penyimpan karbon. Mangrove merupakan salah satu parameter
ekosistem Blue Carbon, karena mangrove berperan memanfaatkan CO2 untuk
fotosintesis dan menyimpannya dalam stok biomass dan sedimen.

8

2.3

Siklus Karbon di Hutan Mangrove
Karbon adalah elemen kunci dari kehidupan dan merupakan elemen terbayak

ke empat di alam semesta setelah hydrogen (H), hellum (He) dan oksigen (O).
Siklus karbon adalah pertukaran karbon antara biosfer, geosfer, hidrosfer dan
atmosfer. Pertukaran karbon ini melalui empat reservoir karbon utama yaitu
atmosfer, biosfer terrestrial, lautan dan sedimen. Pergerakan tahunan karbon dan
pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena proses – proses kimia, fisika,
geoligi, dan biologi yang bermacam – macam. Siklus karbon merupakan siklus
biogeokimia yang mencakup proses dan reaksi kimia, fisika, geologi, dan biologi
yang membentuk komposisi lingkungan alam (termasuk biosfer, hidrosfer,
pedosfer, atmosfer, dan lithosfer), serta siklus zat dan energy yang membawa
komponen kimiawi bumi dalam ruang dan waktu.
Hutan dan laut adalah tempat alamiah di bumi ini yang berfungsi untuk
menjadi tempat menyerap gas CO2. Gas karbon dioksida diserap oleh tumbuhan
yang sedang tumbuh dan disimpan dalam batang kayunya. Di lautan, gas karbon
dioksida yang digunakan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis, tenggelam ke
dasar lautan bersama kotoran makhluk hidup pemakan fitoplanton dan predator –
predator tingkat tinggi lainnya.
Secara alami, pelepasan karbon hutan ke atmosfir, atau disebut emisi, terjadi
melalui berbagai mekanisme seperti respirasi makhluk hidup, dekomposisi bahan
organik serta pembakaran biomasa. Selain melakukan proses fotosintesis untuk
merubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2), tumbuhan juga melakukan
proses respirasi yang melepaskan CO2. Namun proses ini cenderung tidak
signifikan karena CO2 yang dilepas masih dapat diserap kembali pada saat proses
fotosintesa. Pada saat tumbuhan atau satwa hutan mati, akan terjadi proses
dekomposisi oleh bakteri dan mikroba yang juga melepaskan CO2 ke atmosfer.
Karbon selalu dapat ditemukan dengan tiga cara (Stone et al., 2010). Karbon
itu dapat:
1. diserap dari udara sebagai bagian dari karbon dioksida oleh tumbuhan dan
pohon, lalu digunakan sebagai energi dan makanan untuk pertumbuhan,

9

2. dilepaskan kembali ke udara sebagai bagian dari CO2 oleh tumbuhan, pohon,
binatang dan manusia melalui pernapasan,
3. disimpan di dalam batang pohon, badan binatang, tubuh manusia, serta batuan
dan benda-benda mati lainnya.
Hutan mempunyai peran penting dalam perubahan iklim melalui tiga cara,
yaitu (1) sebagai carbon pool, (2) sebagai sumber emisi CO2 ketika terbakar, (3)
sebagai carbon sink ketika tumbuh dan bertambah luas arealnya. Bila dikelola
secara baik, hutan akan mampu mengatasi jumlah karbon yang berlebih di atmosfer
dengan menyimpan karbon dalam bentuk biomassa, baik di atas maupun di bawah
permukaan tanah. Bahan organik yang mengandung karbon mudah teroksidasi dan
kembali ke atmosfer dalam bentuk CO2. Karbon disimpan di hutan dalam bentuk:
(1) biomassa dalam tanaman hidup yang terdiri dari kayu dan non-kayu, (2) massa
mati (kayu mati dan serasah) dan (3) tanah dalam bahan organik dan humus. Humus
berasal dari dekomposisi serasah. Karbon organik tanah juga merupakan pool yang
sangat penting (Wahyuningrum 2008). Menurut Dury et al. (2002) dalam Balinda
(2008) dalam tegakan hutan, karbon terdapat dalam (Gambar 2):
1. Pepohonan dan akar: Biomassa hidup, baik yang terdapat di atas pemukaan
dan di bawah permukaan tanah dari berbagai jenis pohon, termasuk batang,
daun dan cabang serta akar.
2. Vegetasi lain: Vegetasi bukan pohon (semak, belukar, herba dan
rerumputan).
3. Sampah hutan: Biomassa mati di atas lantai hutan, termasuk sisa
pemanenan.
4. Tanah: karbon tersimpan dalam bahan organik (humus) maupun dalam
bentuk mineral karbonat. Karbon dalam tanah mungkin mengalami
peningkatan atau penurunan tergantung pada kondisi tempat sebelumnya
dan sekarang serta kondisi pengolahan tanah.

10

Gambar 2. Kolam karbon di ekosistem mangrove (Sumber: Costal Blue Carbo,
2014)
Karbon yang ditemukan pada ekosistem Blue Carbon dapat diklasifikasikan
sebagai autochthonous atau allochthonous dan tergantung pada proyek, harus
dinilai secara terpisah (Gambar 3) (Middelburg et al. 1997; Kennedy et al. 2010).


Autochthonous Carbon: Jenis karbon diproduksi dan disimpan di lokasi
yang sama. Tanaman menghilangkan karbon dioksida (CO2) dari
atmosfer/laut melalui fotosintesis (produksi primer) dan mengubahnya
untuk

digunakan

oleh

jaringan

tanaman

(seperti

daun,

batang,

akar/rimpang) untuk meningkatkan biomassa tanaman. Sebagian besar
biomassa tanaman dialokasikan ke akar di mana terurai sangat lambat dalam


kondisi anaerob, sehingga menyimpan karbon dalam sedimen.
Allochthonous Carbon: Jenis karbon diproduksi di satu lokasi dan disimpan
di tempat lain. Ekosistem karbon biru sangat hidrodinamis aktif, mereka
terus terkena oleh gelombang, pasang surut dan arus pantai yang membawa
transport sedimen dan menghubungkan karbon organik yang berdekatan
(offshore atau terestrial).

11

Gambar 3. Mekanisme Karbon bergerak keluar dan masuk dari lahan pasang surut
(Sumber: Costal Blue Carbo, 2014)
2.4

Karbon Organik
Sumber karbon utama adalah CO2 atmosfer yang ditambah oleh tanaman dan

organisme fotoautotrof lainnya. CO2 atmosfer ditambah menjadi bentuk karbon
organik penyusun jaringan tanaman melalui reaksi CO2 + H2O → CH2O + O2.
Jaringan kemudian dikonsumsi oleh herbivora. Sisa tanaman merupakan sumber
karbon langsung untuk tanah, sedangkan tubuh hewan herbivora dan limbahnya
merupakan sumber karbon yang tidak langsung. Selain sisa tanaman dan hewan,
beberapa organisme tanah seperti sianobakteri dan beberapa bakteri fotoautotrof
dan khemoautotrof juga memberikan sumbangan karbon ke dalam tanah karena
kemampuan menambat CO2 (Handayanto dan Hairiah, 2009).
Karbon dapat masuk ke tanah dalam bentuk hidrokarbon aromatik polisiklik
dari pebakaran bahan bakar fosil dan dalam bentuk produk industry seperti
pestisida. Pada ekosistem yang produktif, pergantian (turnover) karbon pada
umumnya berjalan cepat. Semakin tidak produktif suatu ekosistem semakin rendah
kecepatan turnover karbon dalam tanah (Handayanto dan Hairiah, 2009).

12

Karbon (C) adalah unsur penting pembangun bahan organik, karena sebagian
besar (58%) bahan kering tanaman terdiri dari bahan organik. Unsur C, ini diserap
tanaman dalam bentuk gas CO2 dari atmosfir yang selanjutnya digunakan dalam
proses penting yang disebut fotosintesis dan menyimpan hasilnya sebagai materi
organik dalam bentuk biomasa tanaman. Separuh dari 13 jumlah karbon yang
diserap tanaman dari udara bebas tersebut masuk ke dalam tanah melalui sisa
tanaman (serasah), akar tanaman yang mati, dan organisme tanah lainnya dan
mengalami dekomposisi sehingga terakumulasi dalam lapisan tanah (Colins et al.
1992; Hikmat, 2005; Ruddiman, 2007).
Separuh karbon organik dalam tanah berbentuk aromatik, 20% berasosiasi
dengan nitrogen, dan sekitar 30% berada dalam bentuk karbon karbohidrat, asam
lemak, dan karbon alkane. Walaupun karbon organi ada dalam berbagai bentuk,
secara sederhana karbon organik tanah dapat dikelompokan menjadi 3 pool, yakni:
(1) karbon tidak larut (insoluble), (2) karbon larut (soluble), dan (3) karbon
biomassa (Handayanto dan Hairiah, 2009).
Karbon organik tidak larut menyusun sekitar 90% total karbon organik tanah,
meliputi komponen utama dinding sel tanaman (selulosa dan lignin) dan komponen
utama dinding sel jamur dan eksoskeleton fauna tanah (khitin). Karbon organik
tanah tidak larut juga termasuk bahan terlapuk dalam bentuk humus tanah.
Karbon organik larut sebagian besar dihasilkan oleh akar tanaman dalam
bentuk eksudat akar, oleh organisme lain yang menghasilkan eksudat, dan oleh
dekompsisi enzimatik pada karbon tidak larut dan karbon biomassa. Di dalam
tanah, karbon organik larut merupakan susbstrat antara berbagai mikroba tanah.
Jumlah karbon organik yang larut ini biasan kurang dari 1% total karbon organik
tanah, hal ini karena cepat diasimilasi oleh mikroba tanah.
Karbon biomassa terdiri atas mikroorganisme dan fauna tanah. Turnover
karbon biomassa di dalam tanah terutama dilakukan oleh mikroorganisme
perombak (decomposer), dan juga fauna tanah. Semua bahan organik melalui pool
mikroba dulu sebelum diredistribusikan ke pool lainnya. Jumlah pool karbon
biomassa dalam tanah hanya berkisar 1-2% total karbon organik tanah.

13

Karbon organik tanah adalah karbon yang terkait dengan bahan organik tanah.
Bahan organik tanah adalah fraksi organik dari tanah yang terdiri dari tumbuhan
dan hewan bahan membusuk serta organisme mikroba, tetapi tidak termasuk bahan
tanaman segar dan peningkatan pembusukan, seperti jerami dan sampah di
permukaan tanah. karbon tanah juga dapat hadir dalam bentuk anorganik, misalnya
kapur atau karbonat di beberapa tanah di daerah kering (Chan, 2008). Pada
ekosistem lain bahan yang dihasilkan akan membusuk dan melepaskan karbon
kembali ke atmosfer sebagai CO2, sedangkan pada ekosistem mangrove
mengandung banyak bahan organik yang tidak membusuk (Purnobasuki, 2012).
Karbon di dalam tanah bersumber dari mikroba dan fauna tanah, selain itu
sisa tanaman (daun, ranting, cabang, batang, dan akar) merupakan penyusun utama
karbon yang masuk kedalam tanah (Handayanto dan Hairiah, 2009). Kandungan
karbon yang tinggi menunjukkan jumlah kandungan bahan organik dalam tanah
tinggi, sebaliknya kandungan karbon yang rendah menunjukkan kandungan bahan
organik di dalam tanah rendah. Bahan organik yang terdapat dalam ekosistem
mangrove dapat berupa bahan organik yang terlarut dalam air (teruspensi) dan
bahan organik yang tertinggal dalam sedimen. Sebagian bahan organik lainnya akan
digunakan langsung oleh tingkatan tropik yang lebih tinggi dan akhirnya dilepaskan
ke dalam kolom air melalui autolysis dari sel-sel mati (Kushartono, 2009). Dalam
lahan pertanian fungsi bahan organik tanah adalah: (a) sebagai penyedia unsur hara
(melalui dekomposisi dan mineralisasi), (b) pemacu aktivitas mikroorganisme dan
fauna tanah, sehingga memperbaiki agregasi tanah dan mengurangi resiko erosi, (c)
pengikat unsur-unsur beracun pada tanah asam (Handayanto dan Hairiah, 2009).

2.5

Karakteristik Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali
Taman Hutan Raya Ngurah Rai merupakan kawasan yang telah dikukuhkan

atau ditetapkan sebagai kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA), berdasarkan
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 544/Kpts- II/1993 tanggal 25 September
1993 dengan luas 1.373,50 Ha. TAHURA Ngurah Rai merupakan kawasan
mangrove terluas di Bali. Hutan mangrove tumbuh melingkari sisi Teluk Benoa

14

mulai dari Tukad Loloan sampai Tanjung Benoa dan sebagian terdapat di Pulau
Serangan.
Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali adalah kawasan hutan yang di dominasi
oleh ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove yang tumbuh di kawasan Taman
Hutan Raya Ngurah Rai merupakan vegetasi mangrove alami dan vegetasi
mangrove rehabilitasi dimana vegetasi mangrove rehabilitasi merupakan kawasan
yang dulunya bekas tambak. Jenis mangrove yang mendominasi pada kawasan
TAHURA Ngurah Rai yaitu: Rhizhophora stylosa, Rhizophora mucronata,
Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Avicennia marina,
Sonneratia alba, Sonneratia caseolaris, dan Xylocarpus granatum. Secara umum
di TAHURA Ngurah Rai dijumpai jenis seperti: Sonneratia alba, Rhizophora
apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhyiza, Rhizophora stylosa,
Avicennia marina, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Avicennia lanata,
Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Avicennia officinalis, Bruguiera
cylindrical, Sonneratia caseolaris, Lumnitzera racemosa, dan Ceriops decandra
(BPDAS Unda Anyar, 2008). Sedangkan pada kawasan vegetasi mangrove
rehabilitasi jenis yang dominan ditemukan adalah Rhizophora mucronat. Menurut
Kitamura (1997), jenis-jenis vegetasi penyusun hutan mangrove TAHURA Ngurah
Rai terdiri dari jenis-jenis mangrove mayor antara lain Rhizophora, Sonneratia, dan
Avicennia; jenis mangrove minor antara lain Xylocarpus dan Aegiceras; serta
asosiasi mangrove.

15