Temuan - Pemerintah Belum Menetapkan Kebijakan Akuntansi untuk Aset KKKS yang Menjadi Milik Negara

4.5 Temuan - Pemerintah Belum Menetapkan Kebijakan Akuntansi untuk Aset KKKS yang Menjadi Milik Negara

Catatan C.2.26. atas LKPP Tahun 2009 mengungkapkan adanya Aset KKKS sebesar Rp13.786.901,15 juta yang tercatat sebagai Aset Lainnya. Aset tersebut berupa tanah pada 41 KKKS yang sudah dilakukan IP. Selain itu terdapat aset non Tanah sebesar Rp281.200.615,49 juta yang belum tercatat dalam Neraca karena belum ditentukan status kepemilikan dan nilainya.

LHP BPK terhadap LKPP Tahun 2008 di antaranya menyatakan bahwa Pemerintah belum menetapkan Kebijakan Pengelolaan dan Kebijakan Akuntansi untuk Aset KKKS yang menjadi milik negara. Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan agar Pemerintah segera menetapkan kebijakan akuntansi terhadap Aset KKKS yang menjadi milik negara serta melakukan IP untuk menentukan nilai wajar aset tersebut. Dalam LKPP Tahun 2009, Pemerintah menetapkan penyajian Aset KKKS di luar neraca (off balance sheet ) dan mengungkapkannya dalam Catatan atas LKPP sampai ada kejelasan status kepemilikan dan kebijakan akuntansinya.

BPK juga menjumpai adanya permasalahan-permasalahan terkait Aset KKKS yaitu Aset KKKS yang telah tidak digunakan dan telah diserahkan kepada Pemerintah dhi. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk selanjutnya diusulkan status penggunaannya kepada Menteri Keuangan belum dicatat. Berdasarkan konfirmasi dengan Tim BPK yang melakukan pemeriksaan di Kementerian ESDM diperoleh penjelasan bahwa Kementerian ESDM tidak mencatat aset yang berasal dari KKKS karena pencatatan BMN-nya baru akan dilakukan pada tahun 2011. Padahal dalam kenyataannya, Aset KKKS tersebut telah diserahkan kepada Kementerian ESDM sebagai berikut:

1) Aset yang berasal dari KNOC NIMONE, NEMTWO, dan WOKAM yang telah diserahkan dari BPMIGAS kepada Kementerian ESDM pada tanggal 9 November 2009 sesuai surat pengantar No.0471/BPD3300/2009/S7; dan

2) Aset yang berasal dari Lundin Blora B.V yang telah diserahkan kepada Kementerian ESDM tanggal 28 November 2008 sesuai dengan surat pengantar No.1265/BPD0000/2008/S7.

Mengingat karakteristik Aset KKKS spesifik, seharunya Pemerintah menetapkan status kepemilikan dan kebijakan akuntansi khusus untuk Aset KKKS tersebut.

Hal tersebut mengakibatkan Aset Eks KKKS belum dapat dibukukan dalam Neraca.

Hal tersebut disebabkan Pemerintah belum: 1) mengidentifikasikan Aset-Aset KKKS sehingga tidak dapat diketahui secara pasti aset-aset mana yang masih dapat digunakan dan mana yang sudah rusak; dan 2) belum ditetapkannya kebijakan akuntansi atas Aset KKKS dimaksud.

Tanggapan - Atas permasalahan tersebut, Pemerintah sedang melakukan kajian mengenai perlakuan akuntansi untuk Aset KKKS. Selanjutnya berdasarkan hasil kajian tersebut akan dibuat kebijakan akuntansi untuk Aset KKKS.

Rekomendasi - BPK merekomendasikan agar Pemerintah menetapkan kebijakan akuntansi atas KKKS yang menjadi milik negara serta melakukan IP untuk menentukan nilai wajar aset KKKS tersebut.

4.6 Temuan - Terdapat Sejumlah Aset Eks BPPN Berupa Surat-Surat Berharga Senilai Rp2,14 Triliun yang Tidak Ditemukan Dokumen Pendukungnya dan Saldo Awal Tahun 2009 Sebesar Rp715,68 Miliar yang Belum Dapat Ditelusuri

Catatan C.2.26 atas LKPP Tahun 2009 mengungkapkan Aset Lainnya berupa Aset Tim Koordinasi sebesar Rp30.684.557,74 juta. Aset tersebut merupakan Aset Pemerintah Eks BPPN yang status kepemilikan dan nilainya masih bermasalah sehingga belum dapat diserahkan kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero)/PT PPA (Persero). LHP BPK terhadap LKPP Tahun 2008 di antaranya menyatakan bahwa IP atas seluruh aset eks BPPN belum dilakukan.

Atas temuan dan rekomendasi BPK tersebut, Pemerintah telah melakukan tindak lanjut dengan melaksanakan inventarisasi terhadap Aset-Aset Eks BPPN yang dikelola oleh Tim Koordinasi Kementerian Keuangan. Pada tahun 2009, Pemerintah telah melakukan IP atas Aset Eks BPPN tersebut. Hasil inventarisasi terhadap Aset Eks BPPN yang dikelola oleh Tim Koordinasi tersebut adalah sebesar Rp28.548.131,98 juta. Namun berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut:

a. Inventarisasi yang dilakukan menggunakan saldo awal aset tahun 2005 Nilai Aset Eks BPPN yang dilaporkan dalam LKPP Tahun 2008 adalah sebesar

Rp7.360.075,73 juta yang terdiri dari sepuluh jenis aset yang terbagi dalam 91.302 item. Sementara data dalam LKPP Tahun 2009 menunjukkan bahwa IP yang dilakukan tidak menggunakan saldo aset per 31 Desember 2008 tetapi menggunakan saldo aset per 31 Desember 2005. Saldo aset per 31 Desember 2005 adalah sebanyak 88.802 item senilai Rp6.644.391,69 juta. Jadi jika dibandingkan dengan jumlah dan nilai aset per 31 Desember 2008, jumlah dan nilai aset per 31 Desember 2005 berbeda sebanyak 2.500 item aset atau senilai Rp715.684,03 juta (rincian selisih lihat Lampiran 24). Berdasarkan penjelasan yang diperoleh diketahui bahwa perbedaan antara saldo aset tahun 2005 dan 2008 disebabkan adanya penambahan dan pengurangan dari PT PPA (Persero) ke Menteri Keuangan atau dari Menteri Keuangan ke PT PPA (Persero) selama kurun waktu tahun 2006.

b. Terdapat penurunan jumlah aktiva non inti berupa properti dan inventaris setelah dilakukan inventarisasi pada tahun 2009

Saldo aktiva non inti per 31 Desember 2008 berupa properti adalah sebanyak 701 item dan inventaris sebanyak 76.413 item. Dalam LKPP Tahun 2009 disebutkan jumlah kedua aset tersebut setelah dilakukan inventarisasi masing-masing adalah sebanyak 264 dan 59.003 item aset. Jadi terdapat penurunan aset properti sebanyak 437 item dan aset inventaris sebanyak 17.410 item. Atas permasalahan tersebut, pihak DJKN dhi. Direktorat Kekayaan Negara Lain-Lain belum dapat memberikan penjelasan.

c. Berdasarkan inventarisasi juga ditemukan adanya sejumlah aset berupa surat-surat berharga kurang lebih senilai Rp2.136.425,76 juta yang tidak ditemukan keberadaannya, antara lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.