Temuan - Pencatatan dan Pengelolaan Barang Milik Negara Belum Dilakukan Secara Tertib

4.4 Temuan - Pencatatan dan Pengelolaan Barang Milik Negara Belum Dilakukan Secara Tertib

Neraca dalam LKPP Tahun 2009 dan Tahun 2008 menyajikan Aset Tetap senilai Rp979.004.124,30 juta dan Rp673.365.149,31 juta. Aset Tetap Tahun 2009 terdiri dari Aset Tetap berupa tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi, dan jaringan; Aset Tetap lainnya; dan konstruksi dalam pengerjaan (KDP).

Dalam LHP atas LKPP Tahun 2008, BPK telah mengungkapkan permasalahan terkait pengendalian atas pencatatan Aset Tetap yang belum memadai sehingga tidak dapat diyakini kelengkapan dan keberadaannya. Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Menteri Keuangan agar menyempurnakan ketentuan mengenai prosedur rekonsiliasi data Aset Tetap; menetapkan sanksi yang tegas bagi KL yang terlambat/tidak menyampaikan laporan; serta memberikan sanksi kepada KL yang tidak mematuhi ketentuan batas waktu penyelesaian dan penyampaian laporan penghapusan yang telah ditetapkan.

Pemerintah telah berupaya menindaklanjuti permasalahan tersebut dengan: 1) menerbitkan PMK No.102/PMK.05/2009 tentang Rekonsiliasi Aset Tetap antara KL dengan Kementerian Keuangan (DJKN dan DJPB); 2) terkait pemberian sanksi atas keterlambatan penyampaian laporan BMN telah diatur dalam Pasal 37 PMK No.120/PMK.06/2007 dan Pasal 73 PMK No.171/2007; 3) akan menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan dengan Badan Pertanahan Nasional (BPN) terkait sertifikasi BMN serta memerintahkan kepada KL untuk menyusun rencana anggaran biaya pengajuan/perubahan sertifikasi sesuai mekanisme APBN; 4) akan menerbitkan surat edaran tentang monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindak lanjut persetujuan penetapan status, penggunaan, pemindahtanganan, dan/atau penghapusan BMN; serta 5) melakukan pembinaan kepada enam KL terkait penerapan aplikasi SIMAK-BMN secara berjenjang.

Pada Pemeriksaan atas LKPP Tahun 2009, BPK menemukan permasalahan dalam pengelolaan Aset Tetap sebagai berikut:

a. Kegiatan sertifikasi tanah dalam rangka penetapan status hukum kepemilikan dari KL menjadi atas nama Pemerintah yang merupakan rangkaian kegiatan penertiban

BMN belum dapat dilaksanakan walaupun telah diterbitkan Perjanjian Kerja Sama antara Kementerian Keuangan dengan BPN.

b. Terdapat Aset Tetap senilai Rp2.156.818,82 juta pada 14 KL yang digunakan untuk kepentingan pihak ketiga/pribadi yang tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) KL, dengan rincian dapat dilihat pada Lampiran 21.

c. T erdapat Aset Tetap minimal senilai Rp4.142.942,56 juta pada 20 KL yang belum bersertifikat/belum didukung bukti kepemilikan. Aset Tetap tersebut terdiri dari

tanah dan bangunan minimal seluas 2.788.263.203,50 m 2 serta peralatan dan mesin, dengan rincian dapat dilihat pada Lampiran 22.

d. Terdapat Aset Tetap minimal senilai Rp545.490,01 juta dalam status sengketa dan/atau bermasalah dengan pihak ketiga pada 12 KL, dengan rincian pada Lampiran 23.

Kondisi di atas tidak sesuai dengan PP No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah:

a. Pasal 1 ayat (7) yang menyatakan bahwa penggunaan BMN adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik negara/daerah yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan.

b. Pasal 32:

1) Ayat (1) yang menyatakan bahwa pengelola barang, pengguna barang dan/atau kuasa pengguna barang wajib melakukan pengamanan barang milik negara/ daerah yang berada dalam penguasaannya.

2) Ayat (2) yang menyatakan bahwa pengamanan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan hukum.

c. Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa barang milik negara/daerah berupa tanah harus disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.

Permasalahan tersebut mengakibatkan:

a. Keberadaan Aset Tetap/BMN tidak memberikan kontribusi terhadap pencapaian tupoksi KL dan berisiko hilang atau digelapkan; dan

b. Aset Tetap tidak memiliki bukti legal formal sebagai Aset KL dan berpotensi menjadi sengketa/bermasalah di masa mendatang.

Hal tersebut disebabkan:

a. Rekonsiliasi antara KL dan DJKN selaku pengelola BMN belum berjalan efektif;

b. Pengguna Aset Tetap/BMN kurang memahami ketentuan pengelolaan BMN; dan

c. Kebijakan pejabat KL yang bertentangan dengan peraturan pengelolaan BMN. Tanggapan – Pemerintah memberikan tanggapan bahwa Pemerintah telah

melakukan upaya-upaya agar BMN dikelola dan dicatat secara tertib, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa KL yang belum melaksanakan sesuai ketentuan. Pemerintah akan mempercepat penyelesaian sertifikasi tanah, aset tetap yang digunakan melakukan upaya-upaya agar BMN dikelola dan dicatat secara tertib, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa KL yang belum melaksanakan sesuai ketentuan. Pemerintah akan mempercepat penyelesaian sertifikasi tanah, aset tetap yang digunakan

Rekomendasi – Atas permasalahan tersebut, BPK merekomendasikan Pemerintah agar :

a. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan rekonsiliasi data aset tetap serta menerapkan sanksi bagi satker yang tidak melaksanakan rekon;

b. Mereviu kebijakan yang dikeluarkan satker agar sesuai dengan ketentuan pengelolaan BMN; dan

c. Melakukan pembinaan kepada KL agar melaksanakan pengelolaan BMN sesuai ketentuan khususnya dalam hal pengamanan aset.