Analisis Sampel
Analisis Sampel
Filtrat yang dikumpulkan dengan proses S=
ekstrak sampai enam kali ekstrak yang dimasukkan ke dalam labu ukur 250 mL
SDR = x 100 % dan diencerkan sampai tanda batas diinjeksikan pada KCKT untuk masing-
Keterangan :
masing sampel.
SDR = Standar Deviasi Relatif
S = Standar deviasi / simpangan baku
Penentuan Perolehan Kembali
= Nilai rata-rata Dilakukan pengukuran terhadap masing- masing sampel konsentrasinya kemudian
Penentuan Batas Deteksi (Limit Of
dilakukan adisi standar 0,3 mg/L yang
Detection) dan Batas Kuantisasi (Limit Of
ditambahkan
kepada larutan sampel
Quatification).
sebanyak 5 mL dengan menggunakan labu Penentuan
ukur 10 mL. Kocok dengan sempurna dan kuantisasi
batas deteksi
dan
batas
diencerkan sampai tanda batas. Ambil 20 dilakukan
dari senyawa
kapsaisin
μL larutan tersebut, diinjeksikan pada masing-masing larutan standar dengan
KCKT sehingga didapatkan kromatogram. rentang konsentrasi 0, 1, 2, 3, 5, mg/L dan 8
Persen perolehan kembali diperoleh dari
kapsaisin pada sampel. Kadar kapsaisin
perbandingan konsentrasi sampel setelah
pada sampel kering total lebih besar
adisi dengan sejumlah konsentrasi standar
daripada cabai kering angin dan lebih
ang ditambahkan dan konsentrasi sampel.
tinggi daripada sampel dalam keadaan
segar.
Dari
hasil pengukuran
III. Hasil dan Pembahasan
berdasarkan cabai kering total dapat
Pada penelitian ini dilakukan penentuan
diketahui bahwa
semua sampel
panjang gelombang optimum pemisahan
mengandung kapsaisin dimana kadar
mengukur serapan
larutan
kapsaisin
tertinggi dari kapsaisin terdapat pada
dengan konsentrasi 100 mg/L pada
sampel CRP (Cabai Rawit Padang) yaitu
panjang gelombang 220 s/d 400 nm
2267,64 mg/L dan kadar terendah
menggunakan spektrofotometer UV. Dari
terdapat pada sampel CMJ (Cabai
hasil pengukuran didapatkan panjang
Merah Jawa) yaitu 494,56 mg/L.
gelombang optimum pemisahan yaitu pada 280 nm seperti terlihat pada Gambar 1.
Berdasarkan tingkat kematangannya untuk jenis Capsicum annum, cabai
hijau memiliki kadar kapsaisin yang tinggi dibandingkan dengan cabai
merah. Untuk jenis cabai Capsicum frustescens kadar kapsaisin CRP (Cabai Rawit
lebih tinggi dibandingkan dengan CRJ (Cabai Rawit Jawa).
Padang)
IV. Kesimpulan
Gambar 1. Spektrum UV Kapsaisin
Uji presisi yang dilakukan merupakan uji Metoda Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pengulangan
dengan fase gerak asetonitril dan air pengukuran terhadap luas area dan waktu
dengan
melakukan
menggunakaan detektor UV dan kolom C 18 retensi secara berulang sebanyak ≥ 6 kali
(250 mm x 4,6 mm) dapat digunakan untuk pengulangan pada kondisi yang sama
penentuan kapsaisin. Kondisi optimum untuk larutan standar kapsaisin. Untuk
yang diperoleh dengan menggunakan fasa penentuan standar deviasi relatif dilakukan
gerak campuran asetonitril dan air (50 : 50) pada larutan kapsaisin dengan konsentrasi
dengan waktu retensi 15 menit, laju alir 1
5 mg/L. Dari hasil pengukuran diketahui mL/menit dengan sistem pendeteksian UV bahwa nilai standar deviasi relatif untuk
pada panjang gelombang 280 nm. Metoda kapsaisin adalah 0,14 % berdassarkan
ini mempunyai ketelitian yang cukup baik waktu retensi dan 0,52% berdasarkan luas
dengan nilai standar deviasi kapsaisin puncak.
untuk waktu retensi adalah 0,14 % sedangkan nilai SDR untuk luas puncak
Dari hasil perhitungan diperoleh batas adalah 0,52 %. Batas deteksi (LoD) untuk deteksi (LoD) kapsaisin adalah sebesar
0,1015 dan batas 0,1015 mg/L dan batas kuantisasi (LoQ)
kapsaisin
adalah
kuantisasinya (LoQ) adalah 0,3372. Metoda kapsaisin adalah sebesar 0,3372 mg/L.
ini juga mempunyai ketepatan yang cukup baik dimana nilai perolehan kembali
Aplikasi pada Sampel
(recovery) berkisar antara 90,97 % s/d 97,1
Berdasarkan persamaan
regresi
kapsaisin, dapat ditentukan kadar
Hasil analisis dari delapan jenis sampel
6. Perucka, I. W., and Oleszek, 2000, cabai yang diuji diperoleh kadar kapsaisin
Determination of dari sampel CMJ, CHJ, CRJ, CMP, CHP,
Extraction
and
Capsaicinoids in Fruit of Hot Pepper
Annum L . By adalah 494,56 mg/L, 605,35 mg/L, 1832,02
CRP, CMM, dan CHM berturut-turut
Capsicum
Spectrophotometry and High mg/L, 761,53 mg/L, 1062,82 mg/L, 2267,64
Performance Liquid Chromatography, mg/L, 650,68 mg/L, dan 1580,35 mg/L.
Food Chem , 71, 287-291. Berdasarkan data tersebut jenis cabai CRP
7. Saksit, C., Jureerat J., and Suchila, T., (Cabai Rawit Padang) memiliki kandungan
2012, Determination of Capsaicin and kapsaisin tertinggi dan CMJ (Cabai Merah
Dihydrocapsaicin in Some Chili Jawa) memiliki
Varieties using Accelerated Solvent terendah.
kandungan
kapsaisin
Extraction Associated with Solid-Phase kematangannya
Berdasarkan
tingkat
Extraction Methods and RP HPLC annum kandungan kapsaisin untuk sampel
Fluorescence, Coden Ecjhao, 9, 1550- cabai hijau memiliki kadar kapsaisin yang
lebih tinggi dibandingkan dengan sampel
8. Boes, E., 2003, Studi Kasus Validasi cabai merah.
Metode HPLC, Pusat Penelitian Kimia, Bandung.
9. Margaret, C. D., Mayer, W. L, Bosland
P, W., 1995, Improved Method for Dalam penelitian ini, saya mengucapkan
V. Ucapan terima kasih
Quantifying Capsaicinoids in Capsicum terima kasih kepada analis Laboratorium
Performance Liquid Kimia Analitik dan Laboratorium Kimia
Using
High
Chromatography, Hort Science, 30, 137- Bahan Alam Farmasi Universitas Andalas.
Referensi
1. Setiadi, 2011, Bertanam Cabai di Lahan dan Pot, Penebar Swadaya, Jakarta.
2. Hermanto, 2011, Capsaicin Cabai Peningkat Termodinamika dan Kalor Dalam Metabolisme Tubuh, IPB : Bogor.
3. Yahia, E. M., 1998, Change in Capsaisinoids During Development, Maturation and Senescence of Chile Peppers and Relation with Peroxide Activity, J. Agric. Food Chem, 46, 2075- 2079.
4. Nwokem C. O, Agbaji, E. B., Kagbu, J. A., Ekanem, E. J, 2010, Determination of Capsaicin Content and Pungency Level of Five Different Peppers Grown in Nigeria, New York Science Journal, 9, 17-21.
5. Sanatombi, K., and Sharma G. J. 2008. Capsaicin Content and Pungency of Different Capsicum spp. Cultivars. Agrobot . Cluj, 36 (2), 89-90.