Media untuk mempublikasikan hasil-hasil penelitian seluruh dosen dan mahasiswa Kimia FMIPA Unand

DAFTAR ISI

JUDUL ARTIKEL Halaman

1. ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI FRAKSI AKTIF 1-5

KULIT BATANG KECAPI (Sandoricum koetjape Merr) DAN UJI BIOAKTIFITAS “BRINESHRIMPS LETHALITY BIOASSAY”. Whendy Aria Utama, Mai Efdi, dan Adlis Santoni

2. UJI ANTIOKSIDAN DAN ISOLASI SENYAWA METABOLIT 6-12 SEKUNDER DARI DAUN SRIKAYA (Annona squamosa L).

Meri Mulyani, Bustanul Arifin, Hazli Nurdin

3. DEGRADASI SENYAWA SIPERMETRIN DALAM 13-17

PESTISIDA RIPCORD 5 Ec SECARA OZONOLISIS DENGAN

MENGGUNAKAN TiO 2 /ZEOLIT SEBAGAI KATALIS.

Wilda Rahmi, Zilfa, dan Yulizar Yusuf

4. OPTIMIZATION OF PROTEASE ACTIVITY FROM LACTIC ACID 18-25

BACTERIA (LAB) Pediococcus pentosaceus ISOLATED FROM SOURSOP FERMENTATION (Annona muricata L.). Wilda Liona Suri, Sumaryati Syukur, Jamsari

5. ANALISIS pH, BOD, COD, LOGAM (Pb, Cu, Cd, Fe, dan Zn) 26-33

PADA DRAINASE FAKULTAS MIPA DAN FAKULTAS FARMASI UNAND. Ardhiko Amril, Refilda, Bustanul Arifin

6. PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR HARA MIKRO (Zn, Cu, 34-40

DAN Pb) DIDALAM KOMPOS YANG DIBUAT DARI SAMPAH TANAMAN PEKARANGAN DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN TOMAT (Solanum lycopersicum Mill).

Yuli Afrida Yanti, Indrawati, Refilda

7. DEGRADASI SENYAWA PROFENOFOS DALAM 41-45 INSEKTISIDA CURACRON 500EC SECARA OZONOLISIS DENGAN PENAMBAHAN TIO 2 /ZEOLIT.

Yosi Febrika, Zilfa, Safni

8. PENENTUAN KONDISI OPTIMUM AKTIVITAS KATALITIK 46-53

MANGAN(II) YANG DIGRAFTING PADA SILIKA MODIFIKASI. Noerma Sari FN, Syukri, Zulhadjri

9. ISOLASI TRITERPENOID DAN UJI ANTIOKSIDAN DARI 54-58 EKSTRAK DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis).

Fathur Rahmat Putra, Afrizal, Mai Efdi

10. PENENTUAN KONDISI OPTIMUM AKTIFITAS KATALITIK 59-67

Ni(II)-ASETONITRIL YANG DIAMOBILISASI PADA SILIKA MODIFIKASI UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI.

Rika Mulya Sari, Syukri Darajat, Syukri Arief dan Admi

11. PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK Weisella

68-76

paramesenteroides ISOLAT DADIAH SEBAGAI ANTI DIARE PADA MENCIT (Mus muscullus).

Reno Purnama Zalni, Sumaryati Syukur, dan Endang Purwati

12. SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT YANG 77-8 2 BERBAHAN DASAR KITOSAN, SILIKA DAN KALSIUM FOSFAT.

Rido Junaidi, Syukri Arief, Syukri

13. ISOLASI DAN KARAKTERISASI TRITERPENOID DARI FRAKSI 83-86

N-HEKSAN PADA KULIT BATANG SRIKAYA (ANNONA SQUAMOSA L).

Ridhia, Sanusi Ibrahim, Mai Efdi

14. ISOLASI TRITERPENOID DAN UJI ANTIOKSIDAN EKSTRAK 87-92

KULIT BATANG SIRSAK (Annona muricata Linn.) Ayu Kurnia Dwi Putri Suhando, Adlis Santoni, Mai Efdi

15. ENGGUNAAN REDUKTOR ORGANIK DAN ANORGANIK 93-97

PADA PROSES SINTESIS NANOPARTIKEL Fe 3 O 4 DENGAN METODE KOPRESIPITASI Nela Roska Yuliani, Syukri Arief, dan Upita Septiani

16. STUDI OPTIMASI PENENTUAN SENG SECARA 98-106 VOLTAMMETRI STRIPPING ADSORPTIF (AdSV)

Deswati, Hamzar Suyani dan Nesya Chairini

17. PRODUKSI BIOETANOL DARI TONGKOL JAGUNG DENGAN 107-112

METODA SIMULTAN SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI Mitra Oktavia, Elida Mardiah, Zulkarnain Chaidir

18. FERMENTASI ANAEROB DARI CAMPURAN KOTORAN AYAM 113-118

DAN KOTORAN SAPI DALAM PROSES PEMBUATAN BIOGAS Try Sutrisno Wibowo, Abdi Dharma, dan Refilda

19. ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA TRITERPENOID 119-123

DAN UJI ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK DAUN SURIAN (Toona sureni (Blume) Merr) Beni Antira, Hazli Nurdin, dan Adlis Santoni

20. ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI ANTIOKSIDAN SENYAWA 124-127

ANTOSIANIN DARI BUAH SIKADUDUK (Melastoma malabathricum L.) SERTA APLIKASI SEBAGAI PEWARNA ALAMI Fania Sari Arja, Djaswir Darwis, dan Adlis Santoni

ISOLASI SENYAWA TRITERPENOID DARI FRAKSI AKTIF KULIT BATANG KECAPI (Sandoricum koetjape Merr) DAN UJI BIOAKTIFITAS “BRINESHRIMPS LETHALITY BIOASSAY”

Whendy Aria Utama, Mai Efdi, dan Adlis Santoni

Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

e-mail: [email protected]

Jurusan Kimia, FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

This study has identified a triterpenoid compound in ethyl acetate extract from the stem bark of Sandoricum koetjape Merr with cytotoxic activities further explored previously. The triterpenoid compound contained in ethyl acetate extract of Sandoricum koetjape Merr was analyze under Liebermann-Burchard, resulting in reddish. The compound gave 252,4 – 253,6 o

C in melting point test. Based on Brine Shrimps Lethality Bioassay test, LC 50 value of ethyl acetate extract was 164,437 μg/ml. Analysis with UV-Vis produces the maximum absorption peak at 204 nm refer to presence of double bond (not conjugate). Analysis IR spectroscopy gives absorption at 3220 cm -1 (-OH), 2931 cm -1 (C-H), 1705 cm -1 (C=O), 1190 cm -1 (C-O), 1384 cm -1 and 1458 cm -1 (gem-dimethyl)

Keywords: Sandoricum koetjape Merr, triterpenoid, toxicity, Brineshrimps Lethality

I. Pendahuluan

Salah satu dari tumbuhan family Meliaceae Tumbuhan dapat dimanfaatkan untuk

yang menarik adalah Sandoricum koetjape produksi kayu, dalam beberapa hal secara

Merr . Penelusuran literatur terhadap langsung ataupun tidak tumbuhan hutan

Sandoricum koetjape Merr dapat dimanfaatkan untuk tujuan non-

tumbuhan

diketahui bahwa belum banyak penelitian kayu. Untuk jangka panjang usaha hasil

yang mengungkapkan kandungan senyawa hutan non-kayu ini tidak kalah pentingnya

metabolit sekunder yang dapat digunakan bila dikelola secara tepat. Salah satu usaha

insektisida alami. Adapun hasil

sebagai

telah dilaporkan dikembangkan selain sebagai sumber

hutan nonkayu

Gonzales, et al bahwa bahan bangunan dan bahan obat-obatan

diantaranya,

melaporkan Sandoricum koetjape Merr asam tradisional

juga dapat

dimanfaatkan

askorbat 2 . Kemudian asam katonat dan

2-okso-olean-12-en-oat. Kedua senyawa tersebut menunjukan Satu diantara ribuan jenis tumbuhan dalam

sebagai sumber insektisida 1 senyawa

asam

aktivitas sitotoksik terhadap kultur sel P- hutan tropis yang menarik dari segi

388. Keneda, et al melaporkan tiga senyawa fitokimia

yang tidak aktif yaitu senyawa (-) – Meliaceae,

dan biologi

adalah

famili

alloaromadendren, (-) -Karyofilen, dan (+) – mengandung senyawa yang berfungsi

Spatulenol. Asam briononat dan Asam sebagai

brionolat, Mesoinositol dan Dimetil mukat repellent serta juga sebagai antiinflamentory,

dilaporkan oleh Sim pada tahun 1972. antioksidan, sitotoksik, dan antitumor 1 Pancharoen, et al juga melaporkan dua dilaporkan oleh Sim pada tahun 1972. antioksidan, sitotoksik, dan antitumor 1 Pancharoen, et al juga melaporkan dua

2.2. Prosedur penelitian Sandoricum koetjape Merr yaitu Sandoripin

Bahan yang digunakan adalah kulit batang

A dan Sandoripin B 3 . Mai Efdi, dkk telah kecapi yang diambil di hutan Biologi melaporkan adanya 2 buah senyawa, yaitu

UNAND kira kira 2,4 kg, dipotong kecil asam sentul dan asam 3-oxoolean-12-27-oat

kecil

dan

dikeringanginkan. Lalu

6 dari ekstrak kulit batang kecapi dimana dihaluskan hinggan menjadi serbuk hingga senyawa ini bersifat sitotoksik terhadap

didapatkan sebanyak 800 g. Serbuk tersebut kanker yang menyebabkan leukemia pada

direndam dengan menggunakan pelarut , manusia.

n-heksan, etil asetat, dan metanol selama ±

4 hari berulang ulang. Ekstrak yang didapat Dengan pertimbangan diatas, diketahui

di uapkan dengan mengggunakan rotary bahwa

evaporator hingga didapatkan ekstrak Kecapi, Sandoricum koetjape Merr masih

sedikit adanya laporan tentang kandungan senyawa kimia yang aktif sitotoksik maka

pengerjaan dilanjutkan perlu dilakukan penelitian terhadap aspek

Selanjutnya

terhadap fraksi etil asetat. Fraksi ekstrak kimia dan aktifitas sebagai sitotoksik dari

pekat etil asetat dilanjutkan dengan Sandoricum koetjape Merr. Penelitian ini

kromatografi kolom dengan menggunakan sekaligus memberikan informasi tentang

fasa diam silika gel 60 (0,063-0,200 mm) kemotaksonomi

sebanyak 90 gram dan sampel yang tumbuhan Sandoricum koetjape Merr

digunakan sebanyak 4 gram dengan menggunakan eluen n-heksan dan etil asetat yang dimulai dengan perbandingan

II. Metodologi Penelitian

n-heksan : etil asetat 10:0 hingga 0:10 sebagai fasa gerak dengan menggunakan

2.1. Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi sistem Step Gradient Polarity (SGP). Lalu Alat yang digunakan adalah seperangkat

dilkakukan rekromatografi kolom untuk alat distilasi, rotary evaporator Heidolph

mendapatkan senyawa yang lebih murni, WB 2000, oven, kertas saring Whatman

dimulai dengan eluen n-heksan : etil asetat no.42, kolom kromatografi, peralatan gelas

(1:0) hingga (5:5)

yang umum digunakan

dalam

laboratorium, chamber, plat KLT, lampu

yang didapat diuji UV  = 254 dan 356 nm, Fisher melting

Senyawa

murni

kemurnian dengan uji titik leleh dan point

dengan menggunakan ultraviolet Secoman S1000 PC dan FTIR

pereaksi Lieberman-Burchard, FTIR Perkin Perkin Elmer 1600 series. wadah pembiakan

Elmer 1600 series dan lampu UV  = 254 larva, aerator, pipet mikro, pipet tetes, dan

dan 356 nm. Selanjutnya dilakukan uji vial yang telah dikalibrasi.

sitoksik dengan menggunakan metode Brineshrimp Lethality Bioassay (BSLT)

Bahan-bahan yang digunakan adalah kulit batang kecapi sebagai sampel yang telah

2.3 Uji Sitotoksik

dikeringanginkan, metanol (CH 3 OH), etil

Salah satu cara untuk menapis kandungan

senyawa aktif biologis dari tanaman adalah 5% (CHCl 3 ), asam klorida pekat (HCl),

asetat (C 4 H 8 O 2 ), heksan (C 6 H 14 ), klorofom

dengan menggunakan metoda “Brine logam magnesium (Mg), besi (III) klorida

Shrimps Lethality Bioassay”. Metoda ini (FeCl 3 ) , anhidrida asetat, asam sulfat pekat

pertama kali dilakukan oleh Meyer dkk (H 2 SO 4 ), pereaksi

(1982). Metoda ini dapat digunakan sebagai alumunium foil, dan silika gel 60 (0,063-

Meyer,

akuades,

petunjuk untuk senyawa sitotoksik. 0,200 mm) keluaran Merck. larva udang Artemia

Hewan percobaan yang digunakan adalah dimetilsulfoksida (DMSO).

salina ,

air

laut,dan

larva udang Artemia salina Leach. Larva ini larva udang Artemia salina Leach. Larva ini

dimasukkan 10 ekor larva udang yang telah pembiakan. Wadah pembiakan terdiri atas

ditetaskan selama 48 jam. Volume masing- dua bagian yaitu bagian terang dan bagian

masing vial dicukupkan hingga 5 mL gelap. Wadah pembiakan ini kemudian

dengan air laut. Jumlah larva yang mati diisi dengan air laut, dan telur udang yang

dihitung setelah 24 jam. Dari data tersebut akan ditetaskan ditempatkan pada bagian

dapat dihitung nilai LC 50 . Skema penelitian gelap.

terlihat pada Gambar 1

Diperlukan 9 vial uji dan 3 vial kontrol untuk masing ekstrak dalam pengujian ini.

III. Hasil dan Pembahasan

Vial yang digunakan terlebih dahulu dikalibrasi atau ditandai pada volume tepat

gram sampel halus

berkali kali dengan Persiapan

dimaserasi

menggunakan pelarut n-heksan (C 6 H 14 ), etil konsentrasi 10, 100, 1000 mg/mL tiap tiap

sampel uji

dibuat

variasi

asetat (C 4 H 8 O 2 ), dan metanol (CH 3 OH) fraksi. Untuk larutan kontrol disiapkan 3

didapatkan ekstrak pekat sebanyak 17,34 g, vial yang tidak berisi larutan sampel.

12,12 g, dan 21 g, dapat dilihat pada Tabel 1 Selanjutnya vial yang berisi larutan uji

diuapkan pelarutnya,

kemudian

Tabel 1. Hasil maserasi

ditambahkan 50 L DMSO dan 2 mL air

No Fraksi

Berat (g) Warna

laut. Hal yang sama juga dilakukan terhadap vial kontrol.

12,12 Kuning kemerahan

3. MeOH

21 Merah

3.2 Pemisahan dan pemurnia

Hasil kromatografi kolom dari fraksi etil asetat didapatkan sebanyak 163 vial dan dilakukan

penggabungan fraksi berdasarkan pola noda dan Rf yang sama,

sehingga didapatkanlah sebanyak 14 fraksi.

Lalu hasil rekromatografi kolom pada vial

28, karena pada vial tersebut noda mempunyai pola noda dan harga Rf yang sederhana yaitu 0,61 dan 0,85. Dari hasil rekromatografi kolom inilah didapatkan senyawa murni dengan nilai Rf dapat dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan hasil KLT senyawa hasil isolasi dengan beberapa perbandingan eluen didapatkan

noda tunggal, ini mengindikasikan bahwa senyawa yang diisolasi telah murni. Dari hasil pengujian

Gambar 1. Skema kerja titik leleh didapatkan titik leleh dari senyawa ini adalah sebesar 252,4 o C – 253,6

C . Rentang titik leleh senyawa yang Hasil pengukuran spektroskopi inframerah didapatkan

memperlihatkan beberapa pita serapan mengindikasikan bahwa senyawa telah

yang terlihat pada pada Gambar 3 murni karena senyawa dapat dikatakan murni apabila titik lelehnya mempunyai rentang ± 2 o C

Tabel 2. Nilai Rf senyawa hasil isolasi

No. Eluen

Rf

1. heksan : EtOAc (8 : 2)

2. heksan : EtOAc (7 : 3)

3. Dichlorometan : EtOAc (7 :

3) Gambar 3. Spektrum Inframerah senyawa hasil

Pada spektrum memperlihatkan beberapa

3.3 Karakterisasi angka gelombang, yaitu pita serapan OH Hasil

bebas pada vibrasi regangan didaerah 3220 senyawa hasil isolasi adalah timbulnya

uji Lieberman-Burchard

pada

cm -1 yang didukung oleh adanya C-O bercak merah pada plat tetes setelah

stretching pada daerah 1190 cm -1 . Pada senyawa ditambah pereaksi LB. Hal ini

gelombang 2931 cm -1 mengindikasikan bahwa senyawa hasil

angka

mengindikasikan adanya puncak C-H isolasi

alifatis. Pada angka gelombang 1705 triterpenoid.

mengidindikasikan adanya gugus C=O keton .Geminal dimetil Spektrum UV dari senyawa murni yang

menurut

literatur

yang merupakan serapan khas senyawa telah berhasil diisolasi memberikan serapan

golongan terpenoid ditunjukkan pada maksimum pada λ max : 204 nm ditunjukan

daerah 1384 cm -1 dan 1458 cm -1 5,6 pada Gambar 2.

3.4 Hasil Uji Toksisitas dan LC 50 Fraksi MeOH, n-heksana dan fraksi EtOAc ekstrak kulit batang Sandoricum koetjape Merr dilakukan uji toksisitasnya sebagai skrining awal adanya aktifitas sitotoksik dengan menggunakan metoda uji Brine Shrimps.

Dari data maka didapatkanlah nilai dari LC 50 tiap tiap fraksi, dapat dilihat

pada Tabel 2

Tabel 2. LC 50 dari fraksi n-heksan, EtOAc, dan MeOH

No.

Sampel uji

LC 50 (µg/ml)

Gambar 2. Spektrum UV-Tampak senyawa

hasil isolasi 1 Fraksi MeOH

Berdasarkan panjang gelombang yang

2 Fraksi n-heksana 327.44 dapat dilihat pada Gambar , yaitu pada λ

179.43 204 nm menunjukkan bahwa adanya ikatan

3 Fraksi EtOAc

rangkap yang tidak berkonjugasi yang terdapat pada senyawa hasil pemurnian.

Dari hasil perhitungan nilai LC 50 diketahui

Referensi

bahwa, ketiga fraksi yang diujikan yaitu fraksi MeOH, n-heksan dan EtOAc. Hanya

1. Dewi, Intan R, 2007, Prospek insektisida fraksi

yang berasal dari tumbuhan untuk memberikan respon yang aktif terhadap uji

EtOAc dan

n-heksan

yang

menanggulangi organism pengganggu

Universitas Padjadjaran dan 327.44 μg/ml. Berdasarkan literatur

ini dengan nilai LC 50 yaitu 179.43 μg/ml

tanaman,

Bandung, Program Pasca Sarjana. diketahui bahwa secara umum ekstrak

2. Gonzales.T.L, Palad J.G, Maniqis P.L,

1963, The Philipines Journal of Science, 92 μg/ml termasuk aktif biologis dan

tumbuhan yang memiliki nilai LC 50 < 1000

farmakologis. Kedua fraksi ini bersifat

3. Pancaroen, Alchalle, Pipatana, and

Patikam, 2009, Two New Limonoids μg/ml 7,8 . Fraksi yang paling aktif sebagai

toksik karena memiliki nilai LC 50 < 1000

leaves of sandoricum sitotoksik dalam pengujian ini adalah fraksi

From

the

Koetjape. Natural Product Research. Vol.

EtOAc (etil asetat) dengan nilai LC 50 =

23, 10-16

179.43 μg/ml.

4. Efdi, M., dan Suryani, E., 2012. Sentulic Acid:A

Cytotoxic ring A-seco Triterpenoid from Sandoricum koetjape

III. Kesimpulan

Merr. Bioorganic & Medicinal Chemistry Letters . Gifu Univercity. Japan.

Fraksi etil asetat dari kulit batang

5. Sastrohamidjojo, dan Hardjono, 1992, Sandoricum koetjape Merr memiliki respon

Spektroskopi Infra Merah , FMIPA, UGM, yang paling aktif terhadap aktifitas

Edisi I, Liberti, Yogyakarta sitotoksik dibandingkan dengan fraksi

6. Silverstein, R. M., Bassler, G. C., and metanol (CH 3 OH) dan fraksi n-heksan

Morrill, T. C., 1981, Spectrometric (C 6 H 14 ).

Identification of Organic Compounds,

4 th Ed., John Wiley and Sons. Dari data spektrokopi UV dengan serapan

7. Heru, P., 2009. Uji Sitotoksik Ekstrak max 150 nm, IR , memperlihatkan adanya

Etil Asetat Herba Bandotan terhadap gugus OH, C-H alifatis, gugus C=O keton,

Sel Kanker Payudara dan Profil dan gugus geminal dimetil. Titik leleh

Lapis Tipis. Skripsi. senyawa yang didapakan yaitu 252,4 –

Kromatografi

Universitas Muhammadiyah Surakarta . 253,6 o

8. Kurniawan, K., 2007. Isolasi Steroid memberikan

C dan uji Liebermann-Burchard yang

dari Daun Sirsak pada Fraksi Aktif Etil disimpulkan bahwa senyawa hasil isolasi

Asetat Terhadap Uji Bioaktifitas “Brine termasuk ke dalam senyawa golongan

Shrimps Lethality Bioassay). Skripsi S1 triterpenoid.

UNAND . Padang.

V. Ucapan terima kasih

Melalui ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Analis Laboratorium Pengukuran Kimia FMIPA Unand.

UJI ANTIOKSIDAN DAN ISOLASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI DAUN SRIKAYA (Annona squamosa L)

Meri Mulyani, Bustanul Arifin, Hazli Nurdin

Laboratorium Kimia Bahan Alam, Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

e-mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

The isolation and antioxidant test have been carried out from Annona squamosa L leaves. The antioxidant test was carried by using the method of DPPH radical scavenging. The secondary metabolite was isolated by maceration and flash chromatography The antioxidant test of aceton and ether extracts gave inhibition value of 41.7 and 12.1 % respectively. The secondary metabolite isolated melting at 143.7-144.6 o

C. The pure secondary metabolite isolated gave brownish red color with Liebermann-Burchard reagent this informed that compound is triterpenoid. The UV- Vis spectrum showed the compound absorbed at λ max 205.6 nm. While IR spectrum showed the presence of –OH, C–O alcohol, C-H , C=C, and specific absorption gem-dimethyl group. This compound showed 5.9 % of inhibition.

Keywords : Annona squamosa L, antioxidant, secondary metabolite

I. Pendahuluan

Sampai saat ini, semakin banyak data yang dikumpulkan bahwa tumbuhan merupakan

Tumbuhan merupakan tempat terjadinya salah satu sumber senyawa kimia baru yang sintesis senyawa organik yang kompleks

penting dalam pengobatan. Ini ditunjang menghasilkan sederet golongan senyawa

semakin berkembangnya metode analisis dengan berbagai macam struktur. Usaha

kimia tumbuhan yaitu suatu metode yang mengisolasi

merupakan bidang kajian ilmu fitokimia. [2] tumbuhan yang belum banyak diteliti akan lebih menarik dan prospektif karena

tumbuhan obat untuk kemungkinan lebih besar menemukan

Penggunaan

menyembuhkan berbagai macam penyakit senyawa baru. [1] telah lama dilakukan manusia. Sampai saat

ini masih banyak potensi tumbuhan obat Mengingat semakin banyaknya kebutuhan

yang belum diteliti. Hal ini mendorong para terhadap obat-obatan dan kemajuan ilmu

ahli untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan dan teknologi, sekarang ini

uji bioaktifitas dan tidak hanya dilakukan identifikasi terhadap

isolasi,

sintesis,

pemanfaatannya lebih lanjut . [3] kandungan

senyawa-senyawa

tertentu

dalam tumbuhan tertentu, tetapi juga Buah srikaya bila telah matang, kulit buah dilakukan pengujian terhadap aktivitas

mengilap dan sisiknya merenggang. Daging senyawa-senyawa tersebut. Selain itu, juga

buah berwarna putih dan mempunyai dilakukan untuk mengisolasinya menjadi

kandungan zat gizi dan fitonutrien buah senyawa murni untuk dimanfaatkan lebih

srikaya diantaranya yaitu provitamin A, lanjut. Penelitian ke arah tersebut perlu

Vitamin B1, Vitamin B2, Vitamin C, Mineral ditingkatkan untuk memberikan penjelasan

besi, Potasium/kalium, Kalsium, fosfor, dan secara ilmiah mengenai komponen aktif

serat. [3]

yang dikandung oleh tumbuhan dan

Dari penelusuran literatur, daun srikaya (Heidolph WB 2000), oven (Fisher Scientific mengandung senyawa metabolit sekunder

Isotemp ® , Oven, lampu UV (λ = 254 nm dan golongan alkaloid, flavonoid, saponin,

366 nm), spektrofotometer UV-Vis (Secoman kuinon, tanin, dan steroid/triterpenoid.

S1000 PC), FTIR (Perkin Elmer 1600 series), Ekstrak daun srikaya mampu membunuh

alat penentuan titik leleh Fischer- Johns, Ascaridia galli, mempunyai efek antifertilitas

kromatografi kolom flash, shaker, corong dan embriotoksik pada tikus betina, serta

pisah, blender, plat kromatografi lapisan berpengaruh

tipis (KLT), pipa kapiler, dan peralatan gelas Sitophillus orizae . Ekstrak daun srikaya

digunakan dalam berefek

embriotoksik terhadap

janin

apabila

diberikan pada masa mulai kebuntingan

2.3 Prosedur penelitian

sampai selesainya masa organogenesis,

2.3.1 Pengambilan dan Persiapan Sampel tetapi tidak akan menimbulkan cacat bentuk

Sampel yang diperlukan untuk penelitian luar janin (cacat makroskopis). [4] ini diperoleh di Kecamatan Pauh, Padang, Sumatera Barat. Daun segar srikaya

Berdasarkan pengujian

dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan kandungan senyawa aktif yang terkandung

tersebut

serta

blender, kemudian ditimbang sebanyak 1,5 pada tanaman tersebut, maka penelitian ini

kg.

difokuskan untuk mengisolasi salah satu metabolit sekunder yang terkandung pada

larutan 2,2-difenil-1- daun tanaman srikaya serta menguji

2.3.2 Pembuatan

pikrilhidrazil (DPPH)

aktivitas antioksidan terhadap ekstrak daun Ditimbang sebanyak 2 mg 2,2-difenil-1- srikaya dengan menggunakan metoda

(DPPH) dan dilarutkan penangkap radikal bebas 2,2-difenil-1-

pikrilhidrazil

dengan metanol didalam labu ukur sampai pikrilhidrazil (DPPH).

100 mL sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 51 μM.

II. Metodologi Penelitian

2.1. Bahan kimia

2.3.3 Uji fitokimia

Pelarut organik yang digunakan yaitu Sampel sebanyak 2 gram dipotong halus aseton (CH 3 COC 2 H 5 ) teknis, n-heksana

dan dimasukan ke dalam tabung reaksi, (C 6 H 14 ) yang didistilasi dan dietil eter

kemudian dimaserasi dengan metanol yang (CH 3 CH 2 OCH 2 CH 3 ) p.a keluaran Merck.

telah dipanaskan (di atas penangas air) Untuk uji fitokimia digunakan metanol

selama 15 menit. Kemudian disaring panas-

(CH 3 OH), kloroform (CHCl 3 ), pereaksi

panas ke dalam tabung reaksi lain dan

Meyer (raksa (II) klorida (HgCl 2 ), Kalium

biarkan seluruh metanol menguap hingga

Iodida (KI)), akuades (H 2 O), besi (III)

kering. Lalu ditambahkan kloroform dan

klorida (FeCl 3 ), asam sulfat (H 2 SO 4 ),

akuades dengan perbandingan 1:1 masing-

masingnya sebanyak 5 mL, kocok dengan (NH 4 OH), pereaksi sianidin (asam klorida

anhidrida asetat (C 4 H 6 O 3 ) , ammonia

baik, kemudian pindahkan ke dalam tabung pekat (HCl), bubuk magnesium (Mg)), asam

reaksi, biarkan sejenak hingga terbentuk sulfat

kloroform-air. Lapisan hidroksida (NaOH). Adsorben yang dipakai

kloroform di bagian bawah digunakan pada proses kromatografi kolom adalah

untuk pemeriksaan senyawa triterpenoid silika gel 60 (0,063-0,200 mm) keluaran

dan steroid. Lapisan air digunakan untuk Merck. Untuk zat penarik air digunakan

pemeriksaan senyawa flavonoid, fenolik,

natrium sulfat anhidrat (Na 2 SO 4 anhidrat).

dan saponin.

Untuk uji antioksidan digunakan 2,2 difenil-

1-pikrilhidrazil (DPPH).

1. Pemeriksaan Flavonoid (Sianidin Tes) Sebagian dari lapisan air diambil dan

2.2 Alat dipindahkan dengan menggunakan pipet Peralatan

ke dalam tabung reaksi, kemudian ke dalam tabung reaksi, kemudian

Sampel sebanyak 2-5 gram dirajang halus terbentuknya warna

magnesium,

dan diekstrak dengan pelarut metanol. merah menunjukkan adanya flavonoid

jingga

sampai

Hasil ekstrak ditotolkan pada batas (kecuali untuk flavon).

bawah plat KLT dengan menggunakan

2. Pemeriksaan Fenolik pipa kapiler, dibiarkan kering pada Sebagian dari lapisan air diambil dan

udara terbuka. Kemudian dielusi dalam dipindahkan dengan pipet ke dalam

bejana yang berisi 10 mL eluen etil asetat tabung

100 %. Noda yang dihasilkan dimonitor tambahkan pereaksi besi (III) klorida,

di bawah lampu UV (365 nm). Hasil KLT terbentuknya

kemudian disemprot dengan larutan menandakan adanya senyawa fenolik.

warna

biru/ungu

natrium hidroksida 1% dalam etanol : air

3. Pemeriksaan Saponin (1:1) dan selanjutnya dilihat dibawah Dari lapisan air, kocok kuat-kuat dalam

lampu UV (365 nm). Adanya fluorisensi sebuah tabung reaksi, terbentuknya busa

bertambah terang setelah yang tidak hilang dengan penambahan

yang

dengan larutan natrium beberapa tetes asam klorida pekat

disemprot

hidroksida 1% menandakan adanya menunjukkan adanya saponin.

senyawa kumarin.

4. Pemeriksaan Triterpenoid dan Steroid (Liebermann-Burchard)

2.3.4 Ekstraksi

Dari lapisan kloroform diambil sedikit Daun srikaya dibersihkan, dipotong kecil- dan dimasukkan ke dalam dua lubang

kecil dan dihaluskan dengan blender, lalu plat tetes, biarkan hingga kering. Ke

ditimbang sebanyak 1,5 kg. Zat warna dari dalam

sampel tersebut di ekstraksi dengan pelarut ditambahkan asam sulfat pekat, ke

satu lubang

plat

tetes

metode maserasi, dalam

aseton,

dengan

perendaman dilakukan selama lebih kurang ditambahkan setetes anhidrida asetat dan

lubang plat

tetes

lainnya

6 jam, kemudian disaring melalui kertas setetes asam sulfat pekat. Terbentuknya

saring. Residu direndam lagi beberapa kali warna hijau atau hijau biru menandakan

dengan aseton, sampai filtrat menjadi tak adanya

berwarna, lalu uapkan asetonnya hingga terbentuknya warna merah atau merah

diperoleh 600 ml ekstrak kental. Terhadap ungu menandakan adanya triterpenoid.

ekstrak kental dilakukan uji fitokimia dan

5. Pemeriksaan Alkaloid.

uji antioksidan.

Sampel sebanyak 2 – 4 gram dipotong

kecil-kecil, kemudian dihaluskan dalam

2.3.5 Saponifikasi dan Fraksinasi lumpang dengan penambahan sedikit

Untuk menghilangkan lipid –lipid dan pasir dan 10 mL kloroform –amoniak

klorofil yang mungkin mengganggu, maka 0,05N, kemudian diaduk dan digerus

terhadap ekstrak zat warna ini dilakukan perlahan.

reaksi saponifikasi 20% KOH didalam corong kecil, di dalamnya diletakkan

metanol. Sebanyak 300 mL ekstrak kental kapas sebagai penyaring dan hasil

aseton disaponifikasi dengan 300 mL saringan dimasukkan ke dalam sebuah

larutan saponifikasi (1:1). Setelah itu diaduk tabung reaksi, kemudian tambahkan 10

pelan dengan menggunakan alat shaker tetes asam sulfat 2N dan kocok secara

dengan kecepatan 120 rpm, kemudian perlahan.

campuran dibiarkan dalam keadaan gelap terbentuk pemisahan lapisan asam dan

pada temperatur kamar lebih kurang selama kloroform. Lapisan asam diambil dengan

24 jam.

bantuan pipet dan dipindahkan ke dalam

sebuah tabung reaksi kecil. Kemudian Pigmen difraksinasi dengan eter dan tambahkan pereaksi Meyer, reaksi positif

penambahan akuades didalam corong ditandai dengan adanya endapan putih

pisah. Lapisan eter dicuci dengan akuades (+4), kabut putih tebal (+3), kabut putih

hingga terbebas dari sisa alkali, kemudian tipis (+2), kabut putih sangat tipis (+1).

dikeringkan

dengan Natrium sulfat dengan Natrium sulfat

yang baik pada sampel, maka dilanjutkan pengelusian menggunakan n-heksana dan

2.3.6 Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan aseton dengan peningkatan kepolaran Penentuan absorban dari larutan DPPH

pelarut.

dilakukan dengan dipipet 3,8 mL larutan 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil 51 μM dan

ditambahkan 0,2 mL metanol. Setelah

3,5 gram Ekstrak eter

dibiarkan 30 menit ditempat gelap, diukur

•Uji KLT •Kromotografi kolom Flash

serapannya alat dengan spektrofotometer

•(n-heksana, Aseton)

UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm,

Vial 1 - 37

absorban yang diperoleh digunakan sebagai

•Uji KLT •Rf dan pola noda yang sama digabung

kontrol.

I II III

IV V …. XIII

Pemeriksaan aktivitas

antioksidan,

dilakukan dengan menimbang ekstrak sebanyak 50 mg dan larutkan dengan •Pola noda dengan pemisahan yang baik

metanol dalam labu ukur 50 mL sampai

Fraksi V

tanda batas, sehingga diperoleh konsentrasi

•Uji KLT

sampel 1 mg/mL atau 1000 ppm. Kemudian

•+ H 2 SO 4 2N penampak noda

untuk penentuan aktivitas antioksidan

3 noda terpisah,1 tailing (Rf 0,42; 0,59;0,76)

dipipet sebanyak 0,2 mL larutan sampel

•Uapkan pelarut (Padatan berwarna putih

dengan pipet mikro dan masukkan kedalam 1,997 gram)

•Rekromatografi kolom

botol vial, kemudian ditambahkan 3,8 mL

•Elusi SGP (n-Heksana, aseton)

larutan 2,2-difenil-1- pikrilhidrazil 51 μM.

Vial 1 - 17

Campuran dihomogenkan dan dibiarkan

•Uji KLT

selama 30 menit ditempat gelap, serapan

•+ H 2 SO 4 2N penampak noda •Pola noda sama digabung

diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm, absorban

digunakan sebagai absorban sampel.

Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan radikal senyawa hasil isolasi

bebas melalui perhitungan

persentase

•dicuci dengan n-heksana

inhibisi serapan 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil

Padatan yang tidak

dengan menggunakan rumus :

larut

Filtrat n-heksana

•dicuci dengan DCM

%Inhibisi = Absorban kontrol – Absorban sampel x 100%

Padatan yang

Absorban kontrol

Filtrat DCM

tidak larut

•dicuci dengan EtOAc

2.3.7 Pemisahan dan Pemurnian Ekstrak Eter

•Uapkan pelarut

Ekstrak eter yang dikromatografi kolom Filtrat

flash ditimbang sebanyak 3,5 gram dan Senyawa murni dicampur dengan silika gel perbandingan

EtOAc

1:1 dan digerus dengan lumpang sampai

terbentuk bubuk (prekolom). Kemudian Uji Titik Leleh

Uji LB

berbagai UV IR Antioksidan

KLT

dimasukkan secara hati-hati kedalam kolom

euen

yang telah disiapkan, diusahakan agar Gambar 1. Pemisahan dan pemurnian ekstrak sampel bubuk tidak mengenai dinding

eter.

kolom. Sebelum dilakukan pengelusian, hasil ekstrak dilakukan uji KLT untuk

Pengelusian dilakukan secara bergradient melihat sistem apakah yang akan dipakai

dimulai dari 100% pelarut n-heksana hingga untuk mengelusi sampel, baik itu isokratik

100% aseton. Kemudian fraksi-fraksi yang 100% aseton. Kemudian fraksi-fraksi yang

digunakan untuk dengan KLT. Fraksi yang memiliki noda

gelombang

ini

pengukuran absorban larutan sampel. dan nilai Rf (retention factor) yang sama digabung sehingga didapatkan fraksi yang

Dari 3,8 mL DPPH 51μM yang ditambahkan lebih sederhana. Selanjutnya, semua fraksi

dalam 0,2 mL metanol digunakan sebagai yang telah didapatkan pada kromatografi

kontrol didapatkan absorban sebesar 0,520. kolom ini diperiksa senyawa metabolit

Absorban dari masing-masing sampel sekundernya

dapat dilihat pada Tabel 2. pemisahan komponennya pada plat KLT. Tabel 2. Hasil pengukuran absorban dan % Fraksi yang mempunyai pemisahan yang

inhibisi ekstrak aseton dan ekstrak eter dengan cukup baik kemudian dimurnikan dengan

metode penangkapan radikal DPPH. menggunakan

kolom dan rekristalisasi. Skema kerja 41,73

1 Ekstrak Aseton

pemisahan dan pemurnian ekstrak eter 12,11 dapat dilihat pada Gambar 1.

2 Ekstrak Eter

Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa ekstrak aseton memiliki persen inhibisi yang

III. Hasil dan Pembahasan

lebih besar dibandingkan dengan ekstrak

3.1 Uji Fitokimia eter. Hal ini mengindikasikan bahwa Daun

memiliki aktivitas dilakukan uji fitokimia terhadap senyawa

Srikaya (Annona

Squamosa L)

ekstrak

aseton

besar dibandingkan metabolit sekunder. Hasil fitokimia dari

antioksidan

lebih

eter. Karena aseton daun srikaya dicantumkan pada Tabel 1.

dengan

ekstrak

melarutkan senyawa-senyawa baik dari yang polar sampai yang kurang polar,

Tabel 1 Hasil uji pendahuluan profil fitokimia sehingga senyawa-senyawa yang aktif

dari daun srikaya.

antioksidan banyak terekstrak pada pelarut

No Metabolit Pereaksi

dietil eter hanya

sekunder

1 Flavonoid Shianidin

Larutan

mengekstrak

senyawa-senyawa yang

test

jingga-merah

bersifat non polar saja.

2 Fenolik Besi (III)

Warna biru

klorida 3 Saponin

Akuades

Timbul busa

4 Triterpeno Liebermann-

Larutan

3.3 Karakterisasi Senyawa Hasil Isolasi

id Burchard

merah ungu

3.3.1 Pengukuran titik leleh dan Uji Liebermann

5 Steroid Liebermann-

Larutan hijau

6 Alkaloid Meyer

Terbentuk

endapan

Titik leleh dari senyawa ini adalah 143,7-

putih

C. Berdasarkan rentang titik leleh

7 Kumarin Natrium

yang cukup pendek dapat diindikasikan

Fluoresensi

bahwa senyawa hasil isolasi telah murni.

menggunakan pereaksi Keterangan : √ : mengandung senyawa metabolit

UV

Pengujian

Liebermann-Burchard memberikan warna sekunder.

merah

yang menunjukkan senyawa ini golongan triterpenoid.

kecoklatan

Dari data diatas dapat diketahui bahwa

daun Annona squamosa L mengandung

3.3.2 Spektroskopi Ultraviolet (UV) senyawa

Spektrum UV yang dihasilkan oleh senyawa flavonoid, fenolik, saponin, triterpenoid,

hasil isolasi dengan pelarut metanol steroid, alkaloid, dan kumarin.

memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 205,60 nm yang dapat

3.2 Uji Antioksidan dilihat pada Gambar 2. Pada pengujian awal uji antioksidan ini

ditentukan terlebih

dulu

panjang

gelombang maksimum DPPH. Dari hasil pengukuran didapatkan panjang gelombang DPPH λ maks adalah 517 nm. Panjang gelombang maksimum DPPH. Dari hasil pengukuran didapatkan panjang gelombang DPPH λ maks adalah 517 nm. Panjang

CH 3 pada bilangan gelombang 2936,09 cm -1 yang didukung dengan adanya tekukkan - CH 3 pada bilangan gelombang 1458,89 cm -

Geminal dimetil yang merupakan serapan

Gambar 2. Spektrum UV senyawa hasil isolasi

golongan triterpenoid dengan pelarut metanol.

khas

senyawa

ditunjukkan pada daerah 1375 cm -1 ( 1390 cm -1 dan 1370 cm -1 ). Serapan oleh germinal

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dan dimetil biasanya pecah menjadi dua puncak pita serapan maksimum yang diperoleh dari spektrum UV, yaitu pada λ 205,60 nm dengan intensitas yang sama, tapi kedua

puncak ini tidak selalu tampak pada semua menunjukkan tidak adanya ikatan rangkap spektra, yang umum dijumpai hanya satu berkonjugasi yang terdapat pada senyawa

puncak saja. [7]

hasil pemurnian.

Berdasarkan data dari spektrum IR, Umumnya senyawa yang mempunyai

transisi σ – σ* mengabsorbsi cahaya pada senyawa hasil isolasi yang diperoleh memiliki beberapa gugus fungsi terpenting

panjang gelombang 150 nm, senyawa yang yaitu -OH, C – O alkohol, C=C, CH 3 , dan mempunyai

geminal dimetil yang merupakan gugus – berkonjugasi) mengabsorbsi cahaya pada

penyusun senyawa panjang gelombang 190 nm, sedangkan

gugus

fungsi

senyawa yang mempunyai transisi n - π*

triterpenoid.

mengabsorbsi cahaya

pada

panjang

IV. Kesimpulan

gelombang 300 nm. [5] Dari uji fitokimia diketahui daun srikaya mengandung senyawa metabolit sekunder

3.3.3 Spektrum IR diantaranya flavonoid, fenolik, saponin, Berdasarkan

triterpenoid, alkaloid, dan kumarin. Pada uji spektrum IR terdapat beberapa puncak antioksidan nilai inhibisi terbesar terdapat dengan serapan penting yang terlihat pada pada ekstrak aseton yaitu 41,73% yang Gambar 3.

menandakan

bahwa ekstrak aseton memiliki aktivitas antioksidan yang besar. Pada senyawa hasil isolasi didapatkan nilai inhibisi yaitu 5,96% yang menandakan bahwa senyawa hasil isolasi memiliki aktivitas antioksidan yang kecil.

Senyawa hasil isolasi mempunyai titik leleh 143,7-144,6 o C. Spektroskopi

ultraviolet memberikan serapan pada λ max 205,60 nm diketahui senyawa hasil pemurnian tidak mempunyai

ikatan rangkap yang berkonjugasi dan spektroskopi inframerah

Gambar 3. Spektrum IR senyawa hasil isolasi. menunjukkan adanya gugus fungsi –OH, C=C, CH

3 , C-O alkohol dan geminal dimetil. Spektrum

IR senyawa

hasil

isolasi

V. Ucapan terima kasih

Terimakasih penulis ucapkan kepada Analis dan seluruh Staf Laboratorium Jurusan Kimia atas dukungan dan bantuannya untuk kelancaran penelitian ini.

Referensi

1. Boer, H., 1997. Isolasi Karoten dari Bayam (Amaranthus hybridus ver paniculatus (L.) Thell), Universitas Andalas .

2. Ahmad, S. A., 2003. Kimia Bahan Alam Pelestarian

dan

Pemanfaatan

Keanekaragaman Hayati, Workshop Peningkatan Sumber Daya Manusia Kajian

Pelestarian Hutan, Universitas Andalas.

3. Ferlin, W., Komar, R., dan Siti, K., 2007. Telaah Fitokimia Daun Srikaya (Annona squamosa L.) yang Berasal dari Dua Lokasi Tumbuh , Fakultas Farmasi ITB, Bandung.

4. Wagner, R. H. M., and Ferstl. W., 1980. New Drugs with Cardiotonic Activity I Chemistry and Pharmacology of the Cardiotonic Active Principle of Annona squamosa L, Planta Med, 40, 77-85.

5. Giwangkara, E. G., 2006. Aplikasi logika syaraf Fuzzy pada analisis sidik jari minyak

transformasi fourier FT-IR. Sekolah Tinggi Energi dan Mineral , Cepu-Jawa Tengah.

6. Silverstein, R. M., 1981. Spectrometric indentification of organic compunds 4 th Ed., John Wiley and Sons, 136-140, 306- 311.

7. Sastrohamidjojo, H., 1992. Spektroskopi Infra Merah , FMIPA, UGM, Edisi I. Liberti : Yogyakarta. 56-58.

DEGRADASI SENYAWA SIPERMETRIN DALAM PESTISIDA RIPCORD 5 Ec SECARA OZONOLISIS DENGAN

MENGGUNAKAN TiO 2 /ZEOLIT SEBAGAI KATALIS

Wilda Rahmi , Zilfa, dan Yulizar Yusuf

Laboratorium Kimia Analisis Terapan Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Andalas

e -mail: [email protected] Jurusan Kimia FMIPA Unand, Kampus Limau Manis, 25163

Abstract

An investigation to study the degradation of cypermethrin in Ripcord 5 EC pesticide has been carried out by ozonolysis method. Cypermethrin is an active compounds in the group of pyrethroids and is found to be toxic not only for living things classified as invertebrate but also for human life. Cypermethrin in Ripcord 5 EC pesticide is commonly used to control insects. To prevent cyphermethrin contamination, the degradation by ozonolysis method using

TiO 2 /Zeolite is necessary. TiO 2 /Zeolite was synthesized by a reaction between TiO 2 and zeolite. Ozonolysis is one of many degradation methods for organic compounds by using ozone (O 3 ) that breaks the bond between C = C to produce the C = O bond. The results were measured by UV-Vis spectrophotometer at wavelength areas of UV (240-340 nm). The degradation of 10 mL cypermethrin (10 mg/L) by ozonolysis without addition of catalysts was

47 % after 60 minutes while it was 73 % when catalyzed by 20 mg of TiO 2 /Zeolite.

Keywords: ozonolysis, degradation, cypermethrin, TiO 2 /zeolite

pemukiman seperti pembasmian nyamuk, lalat dan kecoa. 2 Pestisida

I. Pendahuluan

mempunyai nilai ekonomis terutama bagi

limbah dengan cara petani. Pestisida memiliki kemampuan

Pengolahan

konvensional telah dilakukan dengan cara membasmi organisme selektif (target

klorinasi, pengendapan dan penyerapan organisme),

karbon aktif, kemudian lumpur atau sludge pemakaian pestisida dapat menimbulkan

yang terbentuk dibakar atau diproses bahaya pada organisme non target.

mikrobiologi. Akan tetapi Pestisida sintesis adalah pestisida yang

secara

pengolahan limbah secara konvensional terbuat dari zat – zat kimia yang rumit.

kurang efektif. Oleh karena itu, perlu dicari Dari pestisida yang telah ada, insektisida

metode alternatif lain yang efektif untuk merupakan golongan yang paling sering

limbah tersebut. Salah digunakan. Salah satu merek pestisida

menguraikan

satunya adalah dengan mendegradasi dari yang terdaftar adalah Ripcord 5 EC dengan

limbah tersebut secara ozonolisis. bahan aktif sipermetrin 50 g/l. Sipermetrin merupakan racun kontak dan racun perut

merupakan suatu metoda yang

Ozonolisis

senyawa organik dengan pengendalian serangga juga untuk lahan

menggunakan ozon (O 3 ), dimana terjadi pertanian. Penggunaan sipermetrin sangat

antara C=C sehingga popular karena efektifitasnya dan murah

pemutusan

menhasilkan tingkatan rangkap C=O. Hasil harganya. 1 Di

dari degradasi ini tergantung pada jenis digunakan untuk pengendalian serangga

Indonesia

sipermetrin

ikatan rangkap yang teroksidasi dan ikatan rangkap yang teroksidasi dan

atau basa konjugasi dari H 2 O 2 (HO 2 - )

adalah

Spektrofotometer UV/Vis

201 UV-Visible membantu proses degradasi senyawa

menjadi radikal HO 2 dan OH - yang dapat

(Evolution

Spectrophotometer),

Reaktor ozon organik dalam pestisida. 3 (Bioozone space age sterilizer, Natural Health

Sdn.Bhd, Malaysia), Untuk pendegradasian senyawa organik

Science

Sentrifus (Profuge 6K, Mini Centrifuge, dalam pestisida diperlukan katalis untuk

Korea), Kaca arloji, pipet gondok, pipet mempercepat jalan nya proses degradasi.

takar, labu ukur, petridish, neraca analitik, Pada

gelas piala, erlenmeyer dan peralatan gelas penggunaan

saat ini banyak

berkembang

TiO 2 /Zeolit

untuk

lainnya.

mendegradasi senyawa organik dalam limbah cair.

1.2 Prosedur Penelitian

1.2.1 Preparasi Katalis TiO 2 /Zeolit TiO 2 /Zeolit

merupakan

reaksi

1.2.1.1 Preparasi Na-Zeolit

diayak menggunakan Penggunaan zeolit sebagai host disebabkan

pembentukan antara TiO 2 dan Zeolit.

Zeolit

alam

pengayak berukuran 250 mesh. Kemudian zeolit

dicuci dengan akuades, disaring, dan

dikeringkan dalam oven. Sebanyak 25 mg dalamnya

sehingga dapat disusupkan TiO 2 ke

zeolit ini kemudian dijenuhkan dengan permukaan

dan dapat

memperluas

NaCl sambil diaduk selama 24 jam, permukaan katalis maka kemampuannya

dengan akuabides. untuk menghasilkan radikal OH semakin

kemudian

dicuci

Setelah dicuci, pada filtrat ditambahkan banyak, sehingga degradasi terhadap

AgNO 3 . Pencucian ini dilakukan berulang- senyawa yang digunakan semakin efektif.

ulang sampai tidak lagi didapatkan Beberapa keuntungan diharapkan dari

pada filtrat setelah pengembanan TiO 2 pada zeolit alam antara

endapan

putih

ditambahkan AgNO 3 . lain potensi zeolit alam yang melimpah di

Indonesia serta stabilitas yang tinggi pada

1.2.1.2 Pilarisasi Zeolit

ditambahkan ke dalam zeolit

kondisi asam. Material TiO 2 teremban pada

Na-Zeolit

akuabides dan diaduk dengan pengaduk TiO 2 /zeolit) memiliki fungsi ganda yaitu

alam (selanjutnya

disebut

magnet selama 5 jam. Na-Zeolit yang telah sebagai adsorben (dari sifat zeolit yang

dalam akuabides berpori dan memiliki kation yang dapat

terdispersikan

ke

dicampurkan dengan 1 mg TiO 2 -anatase. dipertukarkan) serta sebagai fotokatalis.

dipisahkan dengan penyaring vakum kemudian dikeringkan Berdasarkan hal diatas, maka dilakukan

Hasil

campuran

dalam oven pada temperatur 110-120 o C. degradasi sipermetrin dalam pestisida

Setelah kering, sampel digerus sampai pestisida Ripcord 5 EC secara ozonolisis

halus kemudian diayak menggunakan

mesh. Hasil ayakan katalis.

dengan menggunakan TiO 2 /Zeolit sebagai

pengayak

dikalsinasi pada temperatur 350 o

C selama

12 jam.

II. Metodologi Penelitian

1.2.2 Penentuan Variasi Pelarut Asetonitril:

1.1 Bahan kimia, peralatan dan instrumentasi Akuabides Terhadap Sipermetrin

Bahan yang digunakan dalam penelitian Untuk menentukan perbandingan pelarut ini adalah Pestisida Ripcord 5EC (dengan

asetonitril : akuabides maka dibuat larutan

sipermetrin 1000 mg/L dengan beberapa (Ishihara Sangyo, LTD Japan), Zeolit alam,

bahan aktif sipermetrin), TiO 2 -anatase

variasi campuran asetonitril : akuabides Asetonitril (CH 3 CN) 95% (Merck), AgNO 3 dengan perbandingan 0:10; 1:9; 2:8; 3:7; 4:6;

(Merck), NaCl, dan akuabides. 5:5; 6:4; 7:3; 8:2; 9:1; 10:0 dalam labu ukur

10 mL.

Pilih

Perbandingan yang

1.2.3 Penentuan Spektrum Serapan dari dan 10:0 larutan pestisida dapat larut dan Sipermetrin Beberapa Variasi Konsentrasi

menghasilkan warna bening. Larutan Dibuat

bening ini, kemudian diukur absorbannya sipermetrin dengan mengencerkan larutan

sederetan variasi

konsentrasi

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. stok menjadi 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15 mg/L

Untuk pengerjaan selanjutnya digunakan dan dilarutkan dengan pelarut asetonitril :

pelarut dengan perbandingan asetonitril : akuabides (6 : 4). Kemudian dilakukan

akuades 6:4 .

dilakukan pengukuran spektrum serapan

terhadap lima variasi konsentrasi larutan Tabel 1 . Perbandingan Variasi Pelarut tersebut dengan spektrofotometer UV-Vis.

Keterangan Degradasi Sipermetrin.

1.2.4 Pengaruh Waktu Ozonolisis Terhadap

Asetonitril:Akuabidest

Keruh Larutan sipermetrin 10 mg/L dimasukkan

Keruh kedalam lima buah Erlenmeyer dengan

Keruh volume masing-masing sebanyak 10 mL.

Setelah itu, masing-masingnya diozonolisis

Keruh dengan variasi waktu yaitu 0; 15; 30; 45; 60

dan 75 menit, dimana dilakukan degradasi

Bening kekeruhan dengan mengalirkan ozon ke dalam

Bening larutan. Hasil ozonolisis diukur dengan

Bening Spektrofotometer UV/Vis. Setelah itu

dilakukan perhitungan

Bening degradasinya.

1.2.5 Pengaruh Penambahan

Jumlah

TiO 2 /Zeolit Terhadap Degradasi Sipermetrin. Larutan sipermetrin 10 mg/L dimasukkan kedalam lima buah Erlenmeyer dengan volume masing-masing sebanyak 10 mL.

3.2. Kurva Kalibrasi Serapan Beberapa Variasi Setelah

itu,

masing-masingnya

Konsentrasi Sipermetrin

ditambahkan TiO 2 /Zeolit sebanyak 5, 10,

15, 20 dan 25 mg. larutan yang telah ditambah katalis di ozonolisis selama waktu optimum yang telah didapatkan sebelumnya

ozonolisis disentrifus selama 15 menit untuk memisahkan filtrat dengan katalis. Filtratnya diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis. Setelah itu dilakukan perhitungan persentase degradasinya.

III. Hasil dan Pembahasan

1.3 Hasil Penentuan Pelarut Asetonitril :

akuabidest Gambar 1 . Kurva kalibrasi standar sipermetrin Tabel 1 memperlihatkan hasil pengamatan

bahwa pada variasi pelarut 0:10, 1:9, 2:8,

3:7, 4:7 larutan pestisida yang diencerkan

masih dalam keadaan keruh, pada variasi

pelarut 5:5 mulai sedikit bening namun

masih dalam keadan bening kekeruhan,

sedangkan variasi pelarut 6:4, 7:3, 8:2, 9:1

1.4 Pengaruh Waktu Ozonolisis Tanpa Katalis

Gambar 3 memperlihatkan bahwa jumlah optimum

TiO 2 /Zeolit untuk degradasi 10 mL senyawa sipermetrin 10 mg/L adalah 20 mg dengan persen degradasi mencapai 73,43 % selama waktu ozonolisis. Hal ini merupakan kondisi yang paling

katalis

untuk penambahan TiO 2 /Zeolit, karena pada penambahan selanjutnya 25 mg persentase didapatkan menurun, yaitu 46,22 %. Hal ini disebabkan terjadinya

optimum

kejenuhan larutan yang membuat larutan menjadi keruh. Keadaan akan

dalam pemisahan larutan dari katalis yang mengakibatkan besarnya absorban. 4 dan 5

mempersulit

Gambar 2. Pengaruh waktu ozonolisis terhadap persen degradasi 10 mL senyawa sipermetrin 10

mg/L.

IV. Kesimpulan

Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadinya

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat sipermetrin

kenaikan persen degradasi

senyawa

disimpulkan bahwa TiO 2 /Zeolit dapat bertambahnya waktu ozonolisis, karena

10 mg/L

dengan

digunakan sebagai katalis yang baik dalam semakin lama waktu ozonolisis semakin

sipermetrin secara banyak jumlah radikal ∙OH yang berperan

proses

degradasi

ozonolisis. Degradasi sipermetrin 10 mg/L dalam mendegradasi senyawa sipermetrin.

pada waktu 60 menit tanpa menggunakan Waktu yang paling optimum adalah pada

60 menit dengan persentasi degradasi penambahan variasi katalis TiO 2 /Zeolit, 47,33% karena dengan pertambahan waktu

20 mg katalis selanjutnya kenaikan persen degradasi

didapatkan

bahwa

TiO 2 /Zeolit meupakan kondisi optimum tidak begitu signifikan.

dalam pendegradasian dengan persentase degradasinya sebesar 73,43%. Dalam hal ini

1.1 Pengaruh Penambahan Jumlah Katalis dapat disimpulkan bahwa TiO 2 yang telah TiO 2 /Zeolit

didukung oleh zeolit terbukti lebih efektif Sipermetrin

proses degradasi sipermetrin secara ozonolisis.

membantu

V. Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada analis dan staf Laboratorium Analisis Terapan

Jurusan

Kimia Universitas

Andalas.

Gambar 3 . Pengaruh penambahan jumlah

katalis TiO 2 /zeolit terhadap persen degradasi

10 mL senyawa sipermetrin 10 mg/L

Referensi

1. Tyler, C., 2000, Environmental Toxicology and Chemistry , 19, 801-809

2. Xu, X. W., Xian, S. H., and Da-hui, W., 2005 ,

Echancement of

Dokumen yang terkait

Kajian ZPT Atonik dalam Berbagai Konsentrasi dan Interval Penyemprotan terhadap Produktivitas Tanaman Bawang Merah (Allium ascolanicum L.)

0 0 5

Usulan Penerapan Metodologi DMAIC untuk Meningkatkan Kualitas Berat Produk di Lini Produksi Filling (Studi Kasus: PT Java Egg Specialities)

0 2 8

Kombinasi KPCA dan Euclidean Distance untuk Pengenalan Citra Wajah

0 0 6

Aplikasi Data Mining untuk Mengukur Tingkat Kelulusan Mahasiswa dengan Metode Apriori dan k-Mean Clustering (Studi Kasus: Jurusan Teknik Informatika Universitas Trunojoyo Madura)

0 0 7

Penggunaan Software Image-J untuk Penghitungan dan Visualisasi 3D Tutupan Biofi lm Vibrio Cholerae El Tor pada Kondisi Tumbuh Berbeda

0 0 6

Upaya Perbaikan Kualitas Layanan terhadap Pelanggan Menggunakan Integrasi Service Quality (Servqual) dan Analytical Hierarchy Process

0 3 8

1 PENGARUH PENGGUNAAN CABAI RAWIT (CAPSICUM FRUTESCENS LINN) DAN LARUTAN KAPUR TERHADAP KUALITAS NIRA SIWALAN Ahmad Hasanuddin1 , Askur Rahman2 , dan Darimiyya Hidayati3

0 0 12

Pengaruh Ekstrak Daun Belimbing Wuluh Terhadap Histamin Pada Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) ASAP The Effect of Wolf Wing Leaf Extract On Histamin In Cakalang Fish (Katsuwonus pelamis) Smoke Ida Astuti1 dan Asniati Ningsi2

0 0 9

TINGKAT PENCEMARAN PERAIRAN DANAU LIMBOTO GORONTALO (Water Pollution Level Of Limboto Lake Of Gorontalo) Sri Yuningsih Noor1 dan Meriyanti Ngabito2

0 0 10

Hubungan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) dan Fekunditas Ikan Huluu (Gurius margaritacea)

0 2 8