Kajian Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Garut : Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh

KAJIAN TATA RUANG
WILAYAH PESISIR DAN LAUT -KABUPATEN GARUT:
APLIKASI SPSTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN
PENGRNDERAAN JAUH

OLEH :

MELLY MASRUL

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

KAJIAN TATA RUANG
WILAYAH PESISIR DAN LAUT KABUPATEN GARUT:
APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN
PENGINDERAAN JAUH

Oleh :

MELLY MASRUL


Tesis
Sebagai Salah Satu Persyaratm Untuk Memperoleh Gelar Magistex Sain
Pada Program Pascasajana hstitut P d a n Bogor

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

MELLY MASRUL. Kajian Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten
Garut: Aplikasi Sistem Infbmasi Geogdis dan Penginderaan Jauh. Dibimbing
oleh JOKO PUaWANTO dan AWAL SUBANDAR.
P d t i a n ini beatujuan mengkaji j m m d h k m ruang kawasan pesisir dan
laut Kabupaten Ganrt den@ bantuan teImOl0g-l analisa kenrangan yang mutakhir,
yaitu Sistem informasi Geografis dan Peqinderaan Jauh. Dengan saGdi ini
diharapkan konsep pembangunan wilayah pesisir dan laut secara bedcelanjutan
dapat ditexapkan. Adapun maksud dari penelitiau ini adalah menghasillcan kajian
penatam ~ a n wilayah
g
pesisir dan laut yzmg kouqmhemif dan dapat dijdhm

dasar bagi pemerintah d&
dalam meumhtkan sumberdaya pesisir dan

kllitan.
Dengan teknologi Sistesn Informasi Geogdis dan Pengindemm Jauh
didapatkan konsep kesesuaian lahan P a kesesuaian lahan yang didapat adalah
untuk pennukhan, industri, konsavasi, pariwisata, pertmian perkebunan, dan
pelabuhan perkanan. Untuk mendapatkan k h a n lahan ini dipakai kriteriakriteria yang ada melalui proses pembobotan dan skaring. Hasil yang didapat
beiikut: (i) P e r m u k l i , Kategori sangat sesuai berada di
sebagian Kecamatan Cisompet (474,127 ha). Lokasi sesuai (408,564 ha) masingmasing berada pada Kecamatan Cisompet (237,659 ha), K-atan
Cibalong
(29,692 ha), dan Kecamatan Pameungpeulc (14 1,213 ha). Lokasi yang bekategori
sesuai bersyarat untuk peamukimm (819,846 ha) masing-masing berada p d a
Kecamatan Pgmt~gpeulc(492,137 ha), dan Keamatan Cikelet (327,709 ha).(u)
ind&
Kategori lokasi sangat sesuai (2,996 ha), berada pada Kecamatan
Cisompet. Untuk lokasi sesuai (315,110 ha), masing-masing berada pada
Keaunatan Cisompet (149,011 ha), Kecamatan Cibalong (26,185 ha), dm
Kemxmtan Pameungpeuk (139,914 ha). Sedangkan lokasi yang berkategori sesuai
bersyarat (819,846 ha), masing-masing berada pada Kecamahm Pamemgpedc

(492,137 ha), dan Kecamatan Cikelet (327,709 ha). Pengembangan indusbri yang
cocok di Kabup&n Garut adalah industxi pertmian dan industri pengolahm ikan.
(a)Konservasi. Kategori lokasi sangat sesuai (215,101 ha), masing-masing
baada pada Kecamatan Cibalong (173,814 ha), Keamatan Pameullgpevk (15,185
ha), dan sebagian Kecamatan Cikelet (26,102 ha). Lokasi bexhegori sesuai
(417,345 ha), masing-masing berada padti K e a m d m Cibaiang (61,286 ha), pada
Kecamatan Cikelet (96,168 ha), Kecamatrrn Cisewu (116,261 ha), Kecamatan
Bungbulan% (1 12,337 ha), dan Kecamatan Pakenjeng (31,293 ha). Uegori lokasi
sesuai bgsyarat berada pada Kecanaatan Pameungpeuk (75,325 ha). Untuk
kategori lokasi yang tidak sesuai (2080,367 ha), berada pada Kecamatan
Cl'balong (677,042 ha), Kecamatan Pameungpek (267,587 ha), Kecamatan Cikelet
(364,482 ha), Kecamatan Cisewu (346,647 ha), Kecamatan Bungbulang (329,148
ha), dan Kecamatan Pakenjeng (95,461 ha). Dalam pengembangan kawasan
konservasi, idan dipadukan dengan kegiatan wisata, atau biasa disebut dengan
ekowisata.(iv) Pariwisata. Kategori lokasi yang sangat sesuai (5732,298 ha),
masing-masing bemda pada Kecamatan Cibalong (5633,677 ha), Kecamatan
Cisewu (51,795 ha), dan Kecamatan Cikeaet (46,826 ha). Kategori lokasi sesuai
(7,209 ha) berada pada Kecamatan Cisewu. Untuk lokasi yang berkategori sesuai

bmyarat (780,996 ha), msiqgbexada pada Kecam&an Cibalong

m Cikelet (181,654 ha), Kecamatan Pameungpek (91,s 16
(445,664 ha), K
ha), Kecamatan Bungbulang (0,257 ha), dan Kecamatan Pakenjeng (61,905
ha).Untuk jxugembaugan kawasan pariwiata, yang cocok dikembanglam di
Kabupaten Garut adalah wisata alam. Kcterkaibn Kawasan P a m t a dan
Komcwasi. Di Garut Selataa pengembaugan kawasm pariwisata d a d pesisir
b e r h e emit deqym kawasan konservasi (Bappeka Garut, 2001). Peaekman
permpeagembangan k a m priwisata diad!am p& aspek
konservasi. Dimana ha1 ini memberikan perlindmgm dm pelestarian lingkungan
kawasan
yang memiliki h g s i alamiah yang hggi. Alasau dite&pkannya
. .
pariwisata sebagai kawasan konservasi adalah: kambmtik kawasan yang
dicirikan deagan kondisi fisiknya, daya dulcung i c a w itu, nilai pem&Wan
lahan, fimgsi lindung kawasan, dan asp& kelestarian lhgkuqan. (v)Pcrtanian
Kategori lokasi sangat sesuai (4571,325 ha), masing-rn8Sing b d pada
Keaunatan Cibalong (2339,589 ha), Kecamatan Cikelet (593,530 ha), pada
Kecamatan Pam(xu1ppuk (1638,206 ha). Kategori lokasi sesuai (1248,919 ha)
berada pada Kecamtan Cibalong. Untuk kategori lokasi sesuai bersyarat
(710,954 ha) berada pada Kecamatan Pmeungpeuk. Lokasi yang behtegori

tidak sesuai (12622,972 ha), beds pada Kecamatan Cibalong (2892,557 ha),
Kecamatan Cikelet (2023,280 ha), Keaunatan Pameungpeuk (1605,282 ha),
Ke~8matanBungbulang (3005,674 ha), K m a t a n Cisewu (1392,454 ha), dan
Kecamatan Cisomprx (1703,725 ha). (vi) Pdabulun Perikrraan. Kategori lokasi
yang sangat sesuai (2660,098 ha), masing-masing berada pada Kecamatan
Cibalong (843,378 ha), Kecamgtan Cisewu (1089,225 ha), dm Kecamatan
Ehmgbhg (727,495 ha). Untuk kategori lokasi sesuai (5563,312 ha), berada
pada Kecamatan Cisewu (2244,937 ha), Kecamatan Bungbulang (131,058 ha),
Kecamatan Cikelet (2563,534 ha), dan Kecamatan Pakenjeng (623,783 ha).
Untuk kategori lokasi yang tidak sesuai(1893,638 ha).
Pcacrapaa Konsep Pembjlagunan Berkclanjutan Dalam Pcngelolaan
Wiyah P d i r dan Lautan Sccara Terpadu Pembangunan berkelanjutan
adal9h pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat ini tanpa merusak
atau menkemmpuan genefasi membng untuk memenuhi kemampm
hidupnya. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan pada dasamya
msupakau strrdegi panlmqman yang manbedcan m a c a m ambang batas/limit
pada laju p m d h t a n ekosistm alamiah sexta sumberdaya yang ada di
d a b m y a Pembangunan berkelanjutan adalah suatu stmtegi peamikitan
ekosistem ahmiah sedemikilln rupa sehngga kapasitas fungsionalnya untuk
memberikau naanfaat bagi k e h i d u p mgnusia tidak rusak. Secara garis besar

konsep panbangman berkdanjutan memiliki empat dimensi: ekologis, sosialekonomi-bwhya, sosial politik, dan hukum sata kelembagaan.
Dalam ha1 tersebut pere~1cmaa.u dan pengelolaan wilayah pestsir
hays dilakukan pada tiga level yaitu teknis, konsultatif dan koordinatif.
Pada level teknis segenq pertimbangan teknis, ekonomis, sosial dan 1mgkunga.n
hendaknya secara proporsional masuk ke dalam perendan pelaksanaan
pembangunan sumbedaya pesisir. Pa& level konsultatif segenap aspirasi dan
kebutuhrm pihak stakeholders serta pihak yang dirugkan akibat dampak
pbangunan sumberdaya harus dqdatikan. Pada tingkat koordinatif
masyarakat perlu bekerjasama d e q p semua pihak untuk menuju tujuan bersama

yang dimginha Dengan d d a n terdqat ernpat aah;rrp proses peremaman
pengelolaan whyah @sir
secara teqady yang bisa disebut sebagai ''Strategi
pengelolalzm pesisir me14,uti: (i) Tahap meaumuskan visi, misi, tujuan dan
maram, yang dapat diangkat pada level provinsi. (ii) T
a
w jxmnwm zunasi
yang
mentpakan
reucana

alokasi
ruaug
dan
pengedah
-nep
nsang dayah pesisir. (iii) T&ap rencana peugel01aa~
yang merupalcan m j u k dan andm pengeloh yang terpadu pada kawasm
prioritas atac p d m sumbeadaya mangrove secara optimal dan
berlcelanjlltaa (iv) Tahap rencana tindak yang maupdm rpelaksanaaa
p4mmum program kegiatan pada masingmasing wilayah.

SURAT PERTYYATAAN

Dengan ini saya meuyatakanbahwa tesis y m g berjudul :

K A W TATA RUANG
WILAYAH PESISIR DAN LAUT KABUPATEN GARUT:
APLIKASI SISTEM INFORMAS1 GEOGRAFIS DAN
P E N G I N D E W JAUH
Adalah b a r meaupakan hasI kaiya saya sendiri dan belum p a h

dipublikasikan. Semua sumbex data dan informasi yang digunakan teiah
din-

secarajelas dan dapat dipedaa kebenarannya.

Judul Penelitian

:

KAJIAN TATA RUANG WILAYAH PESISIR
DAN LAUT KABUPATEN GARUT : APLIKASI
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN
PENGINDERAAN JAUH

Nama Mahasiswa

:

Melly Masrul


Nomor Pokok

P.31500033
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

Program Studi

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

,pb

Dr.Ir?hko Purwanto. DEA
Ketua

Dr.Ir Awal Subandar MSc.
' Anggota

Mengetahui,


2. Ketua Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan

Prof. Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, MS

Tanggal Lulus : 23 Oktober 2002

3. Direktur Program Pascasarjana
Institut Peitanian Bogor

RNVAYAT HIDUP
Penwlis dilahirkan pada tanggal 19 Maret 1977 di padang. Anak pertrrma
dari tiga ksaudara, putri dari Bapak Dr.1r. Masrul Djalal, M.Sc dan Ibu Enyta M,
BA Penulis menyelesah SD di Padang, SMP dm SMA di Bengkulu.
Tahun 1999 ll~mperoleh gelar sarjana pada Fakuitas Perikanan

Universitas Bung Hatta Padang. Pada tahm 2000, penulis iangsung melanjutkan
pendidikan dengan biaya pribadi di Pascasajana Institut Perkmian Bogor pada


Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir clan Laut.

PRAKATA
Puji Syukut kita pan.*

k e h W Allah SWT sehmgga berkat rahmat

dan Hidayah-Nya tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini adalah sebagai salah satu syarat untuk m e m p l e h gelar

Magister Sains pada Program Studi Pedgelolaan Sumberdqa Pesisir d m Lautan

(SPL), Program Pascasajana Institut Pertanian Bogor. Judul tesis adalah "Kajian
Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Garut: Aplikasi Sistem
Infomwii Geografis dan Penginderaan Jauh. Penelitian ini men&

untuk

memberikan solusi pengalokasian ruang ymg baik kepada pemerintahan daerah
Kabupaten Garut.

Pelaksanaan Peneiitian ini dibimbing oleh Dr. Ir. Joko Purwanto, DEA dan

Dr. Ir.Awal Subaudar, M.Sc masing-masing sebagai ketua dan anggota kornisi
pembimbing.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir Joko Purwanto, DEA sebagai ketua komisi pembimbing.

Tenrtama kepada Bapak Dr. Ir. Awal Subandar, M.Sc, dimana dengan
kesabammya mmembimbing penulis, dimulai dari jmgumpulan data

sampai d d h y a menjadi sebuah tesis.

Banyak tesirna kasih atas

semuaaya

2. Kedua rrrangtua penulis, tidak ada kata-kata yang dapat p u l i s buat atas
kesabartm, ketulusan, bimtnngan, kekuatan, beserta do'a yang telah
Ayahanda dan Ibunda berikan kepada penulis. Dan kedua adik penulis,

Rini dan Ade terimakasih atas canda tawa, ketulusau, keikhlasan, serta

do'a kalian hingga uni bisa sampai seperti ini. Serta uni Vivi terirna kasih

atas dukungam~ya.
3. Direktur P3-TI SDA atas izinnya dalam pemakaian laboratorium. Manager
kompetensi inti TISDALA atas semua data. Dan saudara-saudara penulis
di LAB-TISDA, Mas Dadan, Mas Hari, Mas Eko, M 3 Andri, Bang Amri.

Mbak Retno, terima kasih atas semua kesabaran d m keikhlasannya,
dimana membimbing penulis dari tidak tahu apa-apa menjadi sedikit lebih
tahu. Hal yang sama juga penulis ucapkan buat Mas Edi dan Mbak Diah
di LAB-SIG UI, saudara-saudara di BIOTROP, Bang Yacob, Bang
Syamsul, dan Wiwiedh, terima kaslh atas semuanya
4. Teman-teman seperjuangan penulis, Yose dan Yanti dengan suka duka

yang kita bagi bersama, Aliman, Hamid dan Defi dengan perjuangan kita
di Garut. Syaihl, terima kash atas surfernya, Mas Arsyad, Mas Ikram,
Yusdi, serta teman-teman di SPL V yang tidak bisa penulis uraikan satu
persatu. Mas Swya, Risna, Icha dan adek-adek di Pondok Asri Bambang,
Pawang, Yudho, Irfan, Yoki, Yudhi, Ari, dan A&.
Pendis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini mash jauh dari kesempurnaan,
olehnya itu saran dan kritik sangat diharapkan guna penyempurnaannya.

Bogor, Oktober 2002

Penulis

KATA PENGANTAR

Wilayah Pesisir Kabupaten Garut memiliki potensi sumberdaya alam yang
sangat tinggi. Dimana salah satu potensi yang berharga adalah di sektor kelautan,
karena itu pengembangan perekonomian daerah perlu dititkberatkan pada sektor
kelautan. Sumberdaya Pesisir yang kaya dan berharga ini mendorong berbagai
pihak pengguna (stakeholders) untuk mengeksploitasi secara berlebihan sesuai
dengan kepentingan masing-masing, sehingga menimbulkan konflik dalam
pemanfaatan ruang. Selanjutnya eksploitasi yang berlebihan itu akan berpengaruh
terhadap lingkungan yang ditunjukkan dengan terjadinya p e n w u n a n kualitas
(deteriorasi) dan perusakan (degradasi) lingkungan. Akibat nyata yang

ditimbulkan adalah pemanfaatan sumberdaya pesisir yang tidal< berkelanjutan
(unsustainahleuse).

Bertolak dari

isue tersebut, penulis berupaya memberikan suatu solusi

melalui penelitian yang btqudul

"

Kajian Tata Ruang Wilqah Pesisir dun

Lautan Kabupaten Garut: Aplikasi Tekhnolog~Sistem Injormasi Geogrqfis dun
Penginderaan Jauh

"

Bogor, Oktober 2002

Penulis

DAFTAR IS1

Halaman

.................................................................... ...................i
..
DAFTAR IS1..........................................................................................................

KATA PENGANTAR

11

DAFTAR GAMBAR

............................................................................................ iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN

........................................................................................vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..............................................................................................
Identifikasi dan Perurnusan Masalah .............................................................
Tujuan dan Maksud Penelitian .......................................................................
Batasan-batasan ..............................................................................................

1
3
6
7

TINJAUAN PUSTAKA

Tata Ruang .................................................................................................... 8
Dasar Hukum ..............................................................................................13
Hubungan faktor oseanografi fisik dengan penataan ruang ........................ 14
Sistern Informasi Geografis......................................................................... 26
Penginderaan Jauh ....................................................................................... 31
METODE PENELITIAN

Kerangka Pendekatan ..................................................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................................
Pengumpulan data ........................................................................................
Pengolahan
Data ...........................................................................................
. .
Anal~s~s
Data ................................................................................................
Analisa Spasial .................................................................................
Analisa faktor-faktor oseanografi ....................................................

37
40
40
42
45
45
63

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
............................................
Letak.Wilayah
. . . dan administrasi pemerintahan
Kondisi Fislk Wilayah ..................................................................................
. .
Fisiografi Wilayah Pesisu ............................................................................
Pertanahan ....................................................................................................
Tata Air ........................................................................................................

66
68
73
76
86

Potensi Sumberdaya Panorama ...................................................................94
Potensi Swnberdaya Alam Hayati .......................................................... 95
Potensi Sumberdaya Manusia ......................................................................98
Spesifikasi Karakteristik Oseanografi ........................................................ 104
Suhu Pmukaan Laut (SPL)......................................................... 104
SPL in situ ...................................................................................
110
Pola Arus Permukaan .................................................................... 111
Pasang Surut................................................................................. 116
HASIL DAN PEMBAHASAY

Evaluasi Kesesuaian Lahan ....................................................................... 121
Permukiman ................................................................................... 123
Industri ........................................................................................... 130
Pariwisata ....................................................................................... 136
Konservasi .....................................................................................143
Keterkaitan Pariwisata dan Konservasi ......................................... 146
Pertanian .........................................................................................
151
......................................................................
Pelabuhan Perikanan
154
Tata Ruang Wilayah Pesisir clan Penzonasian Wilayah Laut .................. 158
Penerapan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Dalam
Pengelolaan Wilayah Peisir dan Lautan Secara Terpadu.......................... 162
KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................165

DAFTAR ACUAN.............................................................................................170
LAMPIRAN

............................................................................

176

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Pengklasifikasian Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) ................... 31
Type penggunaan SIG dalarn Fengelolaan Surnberdaya Pesisu dan
Laut secara terintegrasi ................................................................................ 32
Diagram Alu Kerangka Pendekatan Masalah ............................................. 39
Alur Kerja SlG untuk Tata Ruang ............................................................... 44
Struktur Kej a Hierarki Kesesuaian ............................................................. 47
Hierarki kesesuaian lahan untuk pemuhman .............................................. 48
fierarki kesesuaian lahan untuk industri ....................................................

49

Hierarki kesesuaian lahan untuk pariwisata ...............................................50
Hierarki kesesuaian lahan untuk konservasi ............................................... 51
Hlerarki Kesesuaian lahan untuk pertanian dan perkebunan ....................... 52

Hierarki kesesuaian untuk Pelabuhan .......................................................... 53
Peta Adrninistrasi Kabupaten Gantt ............................................................. 67
Pola Curah Hujan .........................................................................................

70

Ketqaian Pantai Selatan Jawa ...................................................................

74

Peta Penggunaan Tanah ............................................................................... 79
Peta Jenis Tanah ........................................................................................... 81
Peta Ketinggian ...........................................................................................

84

Peta Tekstur Tanah ...................................................................................... 87
Peta Kemiringan Lereng ..............................................................................

88

Penyangga Sungai ........................................................................................

93

Penyangga Jalan .........................................................................................

102

Sebaran Mendatar SPL bulan Maret

106

.........................................................

Sebaran Mendatar SPL bulan Juni ............................................................. 107
Sebaran Mendatar SPL bulan September ................................................... 108
Sebaran Mendatar SPL bulan Desember....................................................109
Sebaran Menegak Suhu Rata-rata Selatan Jawa Pada 16 Stasiuu Pengukuran
01-28 Juni 2001 ..........................................................................................

110

Pola Arus Musim Peralihan 11.................................................................... 113
Pola Arus Musim Barat ............................................................................ 116
Pola A u s Musim Peralihan I ..................................................................... 117
Pola Arus Musim Timur.............................................................................

120

a. Kesesuaian Lahan Pemukiman............................................................... 128
b . Zoom Kesesuaian Lahan Permukiman ................................................... 129
a. Kesesuaian Lahan Industri .................................................................... 134

b . Zoom Kesesuaian Lahan Industri ........................................................... 135
. .
a. Kesesuaian Lahan Panwlsata ................................................................. 141
b. Zoom Kesesuaian Lahan Pariwisata....................................................... 142
a. Kesesuaian Lahan Konservasi ................................................................ 148
b . Zoom Kesesuaian Lahan Konservasi ..................................................... 149

Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan ............................................ 153
Kesesuaian Lahan Pelabuhan ..................................................................... 157
Penggunaan Ruang Kawasan Pesisu dan Laut Kabupaten Garut .............. 159
Keterkaitan Proses ~kencanaanPengelolaan Wilayah Pesisu .................. 164

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Penyiaman (Typically Scan) GMS / Geostationary Meteorologi Sateliite ...... 35
2. Produk Standar Data SeaWifs .......................................................................... 36
3 . Jenis dan sumber data yang dibutuhkan untuk kajian
Pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan laut kabupaten garut .......................... 41
4 . Kesesuaian lahan untuk pemukiman .................................................................

54

5. Kesesuaian lahan untuk industri........................................................................ 55
6 . Kesesuaian lahan untuk pariwisata ................................................................... 56
7 . Kesesuaian ldlan untuk konservasi ................................................................... 57
8. Kesesuaian lahan untuk pertanian dan perkebunan .......................................... 59
9. Kesesuaian lahan untuk pelabuhan perikanan pantai ........................................ 60

10. Desadesa pesisir ............................................................................................. 68
11. Jumlah rata-rata curah hujan di Kabupaten Garut ........................................... 71
12. Luas wilayah Kabupaten Garut berdasarkan jenis tanah ................................ 80
13. Luas wilayah Kabupaten Garut berdasarkan kelas ketinggan tempat ............ 83
14. Luas Wilayah Kabupaten Garut berdasarkan kedalaman efektif ................... 83
15. Luas wilayah berdasarkan tekstur tanah ......................................................... 85
16. Nama-nama sungai yang bermuara ke wilayah pesisir dan laut
Kabupaten Garut ........................................................................................... 90
17. Perkuaan luas terumbu karang tiap desa wilayah pesisir Kabupaten Garut
Selatan ............................................................................................................

95

18. Jurnlah penduduk wilayah pesisir Kabupaten Garut Tahun 2000 ................... 99
19. Panjang Jalan berdasarkan status dan kualitas di wilavah Kabupaten Garut
Tahun 2000 ...................................................................................................

i 00

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 . Buffer ............................................................................................................

176

2 . Spesifikasi Pasang Surut Kabupaten Garut ................................................... 180
3 . Kesesuaian Lahan Perkecamatan ..................................................................

181

4 . Kesesuaian Lahan Perdesa ............................................................................

183

5 . Sebaran Potensi Penangkapan Ikan di Wilayah Pesisir Selatan Garut.......... 195

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Arah Pembangunan Jangka Panjang yang terrnuat dalam GBHN 1999,
menyatakan bahwa dalam mendayagunakan sumberdaya alam untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat hams memperhatikan kelestarian fungsi dan
keseimbangan

daya

dukung

lingkungan.

Dengan

pembangunan

yang

berkelanjutan, mementingkan ekonomi masyarakat dan budaya masyarakat lokal,
serta penataan ruang yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang. Di
dalam pengelolaannya menurut Undang-Undang No.25 tahun 1997 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup, didefenisikan sebagai upaya terpadu dalam
pemanfaatan, penataan, pemeliharaan kawasan, pengawasan, pengendalian, dan
pengembangan lingkungan hidup yang berazaskan pelestarian, sera51 dan
seimbang, maka diperlukan data dasar yang akm menjadi landasan perencanaan
dan pemantauan lingkungan dari waktu ke waktu. Prosedur dan proses dalam
upaya keterpaduan penataan tersebut

diperkuat dalam Peraturan Pemerintah

No.14 Tahun 1987 tentang ketentuan Perencanaan Tata Ruang Kota dan Daerah,
dan Undang-undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang.
Dalam undang-undang penataan ruang, kosentrasi pembangunan masih di
wilayah darat, maka pemanfaatan sumberdava pesisir dan laut merupakan
alternatif yang tepat bagi pernbangunan nasional leblh lanjut. Pembangunan
nasional yang dilaksanakan sekarang ini tidak lagi bersifat sentralistik yang diatur
oleh pemerintah pusat, namun bersifat desentralistik.

Dengan diberlakukannya UU No.2211999 (tentang Pemerintahan Daerah)
dan UU No.2511999 (tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah), akan
membawa implikasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Dengan demikian kewenangan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
kemasyarakatan berada di pemerintah kabupaten dan kota termasuk kewenangan
cialam penataan ruang. Diberlakukannya undang-undang ini akan membuka
seluas-luasnya kesempatan bagi kabupaten dan kota untuk menggali potensipotensi yang dapat dimanfaatkan dengan memperhatikan kaidah-kaidah penataan
ruang, khususnya wilayah pesisir dengan optimal sehingga dapat tenvujud
kegiatan pembangunan yang berkelanjutan yang akhirnya dapat meningkatkan
pendapatan daerah.
Produk penataan ruang wilayah di masa depan diharapkan dapat bersifat
luwes dan fleksibel untuk mengantisipasi perkembangan dan dinamika
masyarakat, namun tetap tegas dan jelas azasnya. Selain itu dalam Undangundang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, disebutkan bahwa ruang
didefinisikan sebagai wadah kehidupan yang meliputi ruung durutun, ruung lauf,
dun ruung uduru rermusuk di dulumnyu lunuh, air, udura, dun hendu luinnyu

sebagai satu kesatuan kawasan tempat manusia makhluk hidup lainnya melakukan
kegiatan dan memelihara kelangsungan kehidupannva.
Sementara itu kewenangan otonomi vang terbatas yang dimiliki propinsi
menjadikan orientasi

penataan ruang berada pada pengaturan ruang lintas

perbatasan kabupatenlkota, jaringan prasarana, sistem kota-kota dan lingkungan.
Di samping itu bupatilwalikota dapat berperan

memadukan kegiatan

pemanfaatan ruang antara kebijakan pemerintah propinsi dan kebijakan

kabupatenkota dengan mempertimbangkm faktor strategi pembangunan daerah,
keunikan daerah dan visi bersama dalam pengembangan wilayah. Selain itu
Rencana Tata Ruang Wilayah akan dipergunakan ole11 DPRD sebagai salah satu
alat kontrol terhadap kepala daerah dalan penyelenggaraan pembangunan daerah
yang berbasiskan tata ruang agar meminimalkan kerusakan lingkungan, tumpang
tindiii p e m a faatan ruang dan kon flik penggunaan lahan.

ldentifikasi dan Perurnusan Masalah
Berdasarkan UU

No.2211999, pemerintahan daerah hams

dapat

mengarahkan kemampuannya untuk memetakan potensi-potensi yang ada pada
wilayahnya. Potensi-potensi tersebut harus dikelola dengan cara yang benar
sehingga mempunyai nilai ekonomi. Di dalam pengelolaan potensi-potensi ini
keterlibatan masyarakat mutlak diperlukan, sehingga masyardcat akan mempunyai
kemampuan untuk mengelola sumberdaya alam. Pembangunan pada suatu daerah
dengan mengandalkan potensi-potensi yang ad& tidak hanya berdampak positif
bagi daerah sendiri, tetapi juga akan menimbulkan konflik dalarn pemanfaatannya.
Salah satu kenyataan menunjukkan bahwa besarnya tekanan penduduk dengan
dinamika sosial ekonominya, serta besamya tuntutan pernerintah daerah untuk
memperoleh sumber dana bagi peningkatan akselerasi petnbangurian telah
memberikan dampak yang kurang menguntungkan bagi masyarakat. Sebagai
contohnya adalah permukiman kumuh. kesenjangan sosial. pencemaran. erosl.
degradasi fisik habitat penting, overeksploitasi sumberdaya serta konflik
penggunaan ruang/tanah dan sumberdaya, yang akhirnya mengancam kelestarian
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan permasalahan diatas, khusus bagi

kabupaten yang

wilayahnya terdiri dari wilayah darat, pesisir, dan laut, untuk melaksanakan
pembangunan daerahnya
teqxadu.

hams mampu membuat suatu perencanaan yang

Keterpaduan ketiga wilayah tersebut dapat dilakukan

melalui

penetapan-penetapan komponen-komponen utama. Yang dimaksud komponenkomponen utama tersebut adalah: (i) komponen kewilayahan, (ii) pengelolaan
daerah aliran sungai, (iii) ekosistem pesisir, (iv) oseanografi baik pantai maupun
estuaria (Bengen, 1999).
Berdasarkan letak geografisnya, Garut merupakan salah satu kabupaten
dalam lingkup propinsi Jawa Barat yang memiliki potensi Gan permasalahan yang
spesifik. Karakteristik sosial budaya, keanekaragaman sumberdaya serta
keindahan alamnya merupakan daya tarik tersendiri bagi tumbuh kembangnya
aktivitas kehdupan. Hal ini berimplikasi terhadap meningkatnya tekanan terhadap
kebutuhan lahanhang.
Dalam perkembangannya terdapat kecenderungan penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Kondisi ini diperparah oleh
kegiatan-kegiatan yang sudah tidak mengindahkan daya dukung lingkungan yang
diindikasikan oleh berkurangnya kawasan yang berfungsi lindung, konversi lahanlahan produktif dan munculnya kerusakan lingkungan (Bappeka Garut. 200 1 ).
Kerusakan lingkungan yang paling parah disebabkan oleh : ( 1 ) masalah
pencemaran , dimana yang paling menonjol di Kabupaten Garut adalah industri
penyamakan kulit di Sukaregang. Industri tersebut memerlukan perhatian aparat
pemerintah beserta semua pihak karena telah menimbulkan dampak negatif
melalui limbah yang ditimbulkannya, baik limbah padat maupun cair, yang pada

akhirnya bennuara ke laut (2) masalah abrasi, intrusi, dan sedimentasi, yang
disebabkan karena adanya pembangunan jalan lintas selatan, dimana kawasan
pantai Kabupaten Garut terkena proyek ini khususnya Pantai Pameungpeuk,
pinggiran sungai Pameungpeuk, objek wisata Cibalong, objek wisata Karang
Parako, DAS Cikelet, dan objek wisata Rancabuaya ICisewu.
Dari berbagai pennasalahan yang timbul, bisa dilihat bahwa penyelesaian
yang terbaik adalah membuat suatu tata ruang. Selain itu, semakin disadari bahwa
pembangunan yang terarah lokasinya akan memberikan hasil yang lebih besar
secara kesel uruhan. Penataan ruang dilakukan pada berbagai tingkatan wilayah,
mencangkup perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengenda:ian
pemanfaatan ruang yang berkaitan satu sama lainnya.
Bi la di kaitkan dengan tuj uan dan sasaran panbangunan dalaln sektor
lingkungan hidup, arahan yang diambil adalah pemeliharaan lingkungan secara
berkelanjutan demi peningkatan kesejahteraan rakyat, pengendalian kerusakan
lingkungan akibat pemanfaatan, penegakan hukum lingkungan, penataan kawasan
lingkungan menurut proporsinya dan penerapan teknologi akrab lingkungan.
Berhubungan dengan uraian di atas, Pemerintah Daerah Kabupaten Garut
mempunyai beberapa kebijakan strategis yang

perlu dikembangkan, yaitu

penataan sistem informasi lingkungan hidup. pengelolaan sumberdava alam dan

I ingkungan melal ui tata ruang wi layah, dan penanggulangan pencemaran serta
peningkatan peran kelembagaan (www.~arut.go.id,
2002)

Berdasarkan uraian diatas, maka akar penyebab permasalahan dapat dirumuskan :

I.

Tidak adanya perencanaan dalam alokasi penetapan skala prioritas
pembangunan, baik pada perencanaan sentralis (top-downplanning) maupun
perencanaan partisipatif (bottom-upplanning).

2.

Terdapat kecenderungan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Kondisi ini diperparah oleh kegiatan-kegiatan
yang sudah tidak mengindahkan daya dukung lingkungan sehingga muncul
kerusakan l ingkungan.

3.

Dari Rencana Tata Ruang Wilayah terlihat adanya pergesaran prioritas
pembangunan yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.
Hal ini disebabkan kriteria-knteria dalam pengembangan suatu wilayah
hanya berdasarkan pada dinamika pertumbuhan penduduk saja.

Tujuan dan Maksud Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan
laut Kabupaten Garut dengan bantuan tekhnologi analisa keruangan yang
mutakhir, yaitu Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh. Sehingga
diharapkan konsep pembangunan wilayah pesisir dan laut secara berkelanjutan
dapat diterapkan.
Adapun maksud dax-i penelitian ini adalah menghasilkan kaiian penataan
ruang wilayah pesisir dan laut yang komprehensif dan dapat dijadikan dasar bagi
pemerintah daerah.

Mengngat terbatasnya data yang tersedia, maka perlu ditekankan beberapa
batasan-batasan dalarn penelitian ini.
Batasan-batasan yang dipergunakan adalah :
1.

Penataan ruang wilayah Kabupaten Garut dibatasi berdasarkan UU
No.2211999 tentang pemerintahan daerah, yang membatasi wilayah laut

untuk propinsi adalah sejauh % dari wilayah laut yang ada pada kabupaten.

2.

Data faktor-faktor oseanografi yang mendukung penataan ruang wilayah
laut, dibatasi dengan data perairan Selatan Jawa bempa data batimetri, suhu
permukaan laut, salinitas, gelombang, klorofil-a, arus. dan pasang surut.
Data tersebut didapat dari Baruna Jaya IV, BPPT yang akan dianalisa secara
deskriptif. Data oseanografi ini akan dimasukkan pada keadaan umum
daerah penelitian.

TINJAUAN PUSTAKA
Tata Ruang
Dalam UU No.2411992, tentang penataan ruang disebutkan bahwa
perencanaan tata guns tanah rnerupakan bagan dari perencanaan tata ruang,
karena tanah merupakan bagian dari ruang yang berupa daratan Perencanaan tata
guna tanah dalaln semua tingkatan pemerintah adalah mengatur pemanfaatan dan
perlindungan tanah dalam 2 hngsi utatna, yaitu (i) perencanaan, (ii) pelaksanaan
rencanalpemanfaatan, dan (iii) pengendalian pelaksanaan rencana (pasal 13 - 18).
Lembaga yang menangani penataan ntang, diatur dengan UU sedangkan dalam
penataan ruang hanis melibatkan

peran serta masyarakat (Pasal

12)

(Hardjowigeno, 200 1 ). Secara hierarki tata ruang terdiri dari beberapa tingkatan
yaitu : (i) perencanaan tata ruang wilayah, (ii) tata ruang wilayah kabupatenkota,
(iii) konsep perencanaan pengpnaan Iallan, (iv) pemanfaatan lahan
Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Pada tingkat nasional, Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
merupakan strategi nasional pengembangan pola pemanfaatan ruang. Rencana ini
merupakan kebijaksanaan pemerintah yang menetapkan rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang nasional beserta kriteria dan pengelolaan kawasan lindung,
kawasan budidava. dan kauasan tertentu (Pasal 20). Rencana ini meliputi antara
lain arahan pengembangan permukiman dalam skala nasional, jaringan prasarana
yang melayani kawasan produksi dan permuluman, penentuan wilayah yang akan
diprioritaskan pengembangannya dan sebagainya. RTRWN ini mengacu pada
GBHN dan menjadi pedoman bagi instansi-instansi pemerintahan pada tingkat

pusat dan daerah serta masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan memanfaatkan
ruang dalam menyusun program

pembangunan yang berkaitan dengan

pemanfaatan ruang.
Selaniutnya RTRWN tidak hanya meliputi ruang daratan, tetapi juga
C

mencakup ruang lautan dan ruang udara sampai batas tertentu yang berkaitan
dengan wadah kegiatan masyarakat daerah setempat. RTRWN mengarahkan dan
mengatur alokasi kegiatan, keterkaitan antar fungsi, serta indikasi programprogam pemerintahan dan kegiatan pembangunan. Penyusunan

rencana tata

ruang harus selal u dilandasi pemi kiran perspekti f menuju keadaan pada masa
depan yang didambakan, bertitik tolak dari data, inforrnasi, ilmu pengetahuan, dan
teknologi yang dapat dipakai, serta memperhatikan keragaman wawasan kegiatan
tiap sektor.

Dalzm RTR WN dilakukan kegia tan penetapan alokasi ruang yang
dibangun berdasarkan metode dan knteria. Kriteria penetapan tata ruang wilayah
belum secara tajam digariskan berdasarkan ketentuan hukum, misalnya: peraturan
pemerintah, keputusan menteri dan sebagainya. Sejauh ini

belum dapat

diidentifikasi persyaratan teknis pemanfaatan ruang yang bersifat umum atau
dapat dipakai secara nasional yang ditetapkan dalam suatu peraturan. Apabila ada
suatu rencana pengembangan wilavah. rencana akan disusun dibawah koordinasi
Badan Koordinasi Tata Ruang Nasional yang diketuai oleh Ketua Bappenas
(Hardjowigeno, 200 1 j
Tata Ruang Wilayah KabupatenIKota
Rencana Umum Tata Ruang Wilayah

KabupatenlKota disusun oleh

pemerintah daerah masing-masing. Rencana ini merupakan kebijaksanaan

pemerintah yang menetapkan lokasi dan pengelolaan lindung, kawasan budidaya,
pola

jaringan

prasarana,

dan

wilayah-wilayah

yang

diprioiitaskan

pengembangannya (Hardjowigeno, 2001). Bagi kabupatenlkota yang wilayahnya
terdiri dari wilayah daratan, wilayah pesisir, d m wilayah iaut, untuk
melaksanakan pembangul~andaerahnya hams marnpu melihat ketiga wilayah
tersebut sebagai satu kesatuan.
Tata ruang wilayah pesisir dikelompokkan melalui pengaturan penggunaan
lahan wilayah ke dalam unit-unit yang homogen ditinjau dari keseragarnan fisik,
non-fisik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan, keamanan. Wilayah pesisir paling
dikenal sebagai daerah peralihan antara ekosistem daratan dan lautan. Dimana
merupakan kawasan dipermukaan burni yang paling padat dihuni oleh umat
manusia (Dahuri et a1 1996). Terkosentrasinya kehidupan dan berbagai kegiatan
pembangunan di wilayah pesisir bukanlah merupakan suatu kebetulan, melainkan
disebabkan oleh tiga alasm ekonomis yaitu: (a) wilayah pesisir merupakan salah
satu kawasan yang secara biologis sangat produktit (b) wilayah pesisir
menyediakan berbagai kemudahan praktis dan relatif lebih mudah bagi kegiatan
industri, permukiman dan kegiatan lainnya, dibandingkan dengan yang dapat
disediakan oleh daerah lahan atas; (c) wilayah pesisir pada umumnya memiliki
panorama keindahan yang dapat dijadikan objek rekreasi dan pariwisata yang
menarik dan menguntungkan (Bengen,1999). Oleh karma wilayah ini mempunyai
peluang ekonomis yang tingg, maka wilayah ini akhirnya mendapatkan tekanan
yang serius serta membahayakan kelestariannya. Tekanan-tekanan ini dapat

berupa eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya hayati, polusi dari aktivitas di

darat dan lautan serta degradasi fisik dari habitat pesisir, tenunbu karang,
mangrove dan lainnya.

Konsep Perencanaan Penggunaan Lahan
Lahan adalah suatu lingkungan fizik yang meliputi tanah, iklim, relief,
hidrologi, dan vegetasi. Dimana faktor-faktor tersebut mempengamhi potensi
penggunaannya. Termasuk di dalamnya adalah akibat kegiatan manusia, baik pada
masa lalu maupun sekarang, seperti reklamasi daerah-daerah pantai, penebangan
hutan, dan akibat-akibat yang merugikan seperti erosi dan akumulasi garam
(Hardjoivigeno, 200 1 ).
Konsep perencanaan tata guna lahan harus mempertimbangkan

aspek

kebutuhan masyarakat, kemampuan teknis, tenaga kerja serta modal yang dapat
menjadi kontribusi bagi masyarakat. Suatu tata guna lahan yang terencana harus
dapat diimplementasikanlditerapkan, dapat diterima oleh masyarakat setempat,
dan sekaligus dapat meningkatkan taraf hidup atau tingkat pendapatan masyarakat
Fokus lainnya dalam perencanaan tata guna lahan adalah sumbcr daya
lahan itu sendiri. Sumberdaya lahan pada dasarnya tetap, tidak berubah atau
berpindah dan pada tempat yang berbeda akan memberikan kesempatan yang
berbeda. serta penanganan yang berbeda pula. Perencanaan tata guna lahan
seringkali mendorong introduksi teknologi baru yang berimplikasi pada aspek
sosial dan lingkungan, yang juga hams dinilai dalam perencanaan. Keputusan
akan penggunaan lahan tidak selalu berdasarkan pada kesesuaian lahan, akan
tetapi juga hams mempertimbangkan permintaan akan produk dan tujuan khusus
atas ivilayah serta yang mengakomodir kebutuhan nyata masyarakat.

Beberapa ha1 yang terkait dengan pemanfaatan ruang tercantum dalam
pasal 15 dan 16, UU No.2411992, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
Pasal 15 :
1.

Pemanfaatan ruang dilakukan melalui pelaksanaan program
pemanfaatan ruang beserta pembiayaannya, yang didasarkan pada
tata ruang.

2.

Pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diselenggarakan secara bertahap sesuai dengan jangka waktu yang
ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang

Pasal 16 :
1.

Dalam pemanfaatan ruang dikembangkan :
a. Pola pengelolaan tata guna lahan, tata guna air, tata guna udara
dan tata guna sumberdaya lainnya sesuai dengan azas penataan
ruang sebagaimana dimaksud dalam pasal2
b. Perangkat

yang bersifat insentif dan dis-insentif dengan

menghormati hak penduduk sebagai warga negara
2.

Ketentuan mengenai pola pengelolaan tataguna tanah, tata guna air,
tata guna udara dan tata guna sumberdaya alam lainnya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) butir (a) diatur dengan
peraturan pemerintah.

Pemanfaatan ruang untuk suatu kegiatan pembangunan adalah merupakan
suatu pengambilan keputusan yang sangat penting, apabila dikaitkan dengan
lingkungan hidup. Hal tersebut disebabkan dalam menentukan apa yang dilakukan

oleh penduduk Cengan dan pada m a h dimana penduduk tersebut merupakan
bagian yang tidak mudah terlepas dari padanya. Selain itu p ~ l penggunaan
a
tanah
di suatu wilayah adalah merupakan suatu ruangan sebagai hasil gabungan antara
aktivitas manusia sesuai dengvl tingkat teknolog, jenis usaha, kondisi fisik,
jumlah dan keinginan manusia yang ada di wilayah tersebut.
Dasar Hukum

Suatu rencana tata ruang tnerupakan suatu produk dari kegiatan
perencanaan tata ruang vang disusun pada suatu saat tertentu untuk kurun waktu
tertentu pula. Pada Undang-undang Perencanaan Ruang (UIJPR) disebutkan
bahwa kurun waktu Rencana Dasar Tara Ruang (RDTR) kawasan adalah 10
tahun. Landasan hukum dalam pelaksanaan tata ruang adalah :
1 . Undang-undang RI No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah

2. Undang-undang RI No.25 tahun 1999 tentang Peri~nbangan Keuatigan
Pusat dan Daerah
3. Undang-undang RI No.24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang
4. Undang-undmg

RI

No.24 tahun

1992 tentang

Perulnahan dan

Permukitnan
5. Undang-undang RI No.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup
6. L'ndang-undang RI No. 13 tahun 1980 tentang Jalan

7. Undang-undang RI No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan

8. Peraturan Pemenntah RI No. 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
Ruang

9. Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1985 tentang Jalan

10. Peraturan Pemerintah PI

No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan

Kawasan Lindung
11. Keputusan Presiden RI No.33 tahun 1990 tentang Penggunaan Tanah bagi
Kawasan Industri
12. Peraturan Mentri dalam Negeri No.1 tahun 1987 tentang Penyerahan
Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum dan Fasilitas Sosial Perumahan
Kepada Pemerintah Daerah
13. Peraturan-peraturan daerah yang terkait dengan proses penataan ruang
Hubungan Faktor-faktor Oseanografi Dengan Penataan Ruang.
Dengan

adanya

keterpaduan

komnponen-kornponen

pada

suatu

kabupatenkota yang mempunyai tiga wilayah yang mencakup wilayaii darat,
wilayah pesisir, dan wilayah laut. Komponen-komponen tersebut rnencakup (i)
kewilayahan yang mencakup penetapan batas laut, penggunaan lahan, serta sarana
dan prasarana yang ada, (ii) pengelolaan DAS, (iiij ekosistem pesisir yang terdiri
dari keadaan vegetasi potensi wilayah yang berkaitan dengan sumberdaya hayati
seperti tambak mangrove, rumput laut dan sebagainya, (iv) oseanografi, yang
mencakup liputan laut, sebaran suhu, arus, gelombang, tampakan sedimentasi,
upwelling, batimetri serta pengamatan pasut (Cendrero, 1989).
Dengan dernikian faktor-faktor oseanografi adalah faktor yang mutlak
diperlukan

dalam merencanakan penataan ruang wilayah laut, berdasarkan

knteria yang ada. Faktor-faktor oseanografi yang berhubungan langsung dengan
penataan ruang wilayah adalah: kedalaman perairan (batimetri), suhu permukaan
laut, pasang surut, dan gelombang.

(1) Kedalaman (Batimetri)

Dengan diketahuinya kedalaman perairan, ientu akan diketahui kondisi
wilayah pesisir dan

dan laut pada suatu daerah. Sehingga perencanaan

pengembangan daerah dapat dilakukan. Sebagai contoh, dengan melihat hiemrki
kesesuaian lahan dan batimetri, daerah penelitian diperkirakan cocok
dikembangkan untuk kawasan pariwisata. Begitu juga dengan penangkapan ikan
dan budidaya rumput laut, kedalaman sangat banyak berpengaruh. Untuk
penangkapan ikan bisa diketahui sasaran yang akan ditangkap, tingkah laku dan
alat tangkap yang akan digunakan. Untuk budidaya rumput laut bisa dilihat
sampai mana cahaya matahari dapat menenlbus perairan yang nantinya akan
berguna untuk mengetahui potensi dan jenis yang akan dibudidayakan.
(2) Suhu permukaan laut

Dengan diketahuinya hasil estimasi sebaran suhu permukaan laut, yang
didapat dari pengolahan &ata safelit, dapat dilakukan klasifikasi data suhu
permukaan laut sehingga dapat menjadi dasar analisis untuk penentuan zona
penangkapan ikan di laut. Indonesia mempunyai laut tropik yang mempunyai sifat
dan spesifikasi yang unik.
Laut tropik memiliki massa air permukaan hangat yang disebabkan oleh
adanya pemanasan yang terjadi s e a m terus-menerus sepanjang tahun.
Pemanasan tersebut mengakibatkan t e t b e y o stratifikasi di dalam kolom
perairan yang disebabkan oleh adanya gradien suhu. Berdasarkan gradien suhu
secara vertikal di dalam kolom perairan, Wyrtlu ( 1%1) membagi perairan
menjadi 3 (tiga) lapisan, yaitu: a) lapisan homogen pada permukaan perairan
atau disebut juga lapisan permukaan tercampur; b) lapisan diskontinuitas atau

biasa disebut lapisan termoklin; c) lapisan di bawah termoklin dengan kondisi
yang hampir homogen, dimana suhu berkurang secara perlahan-lahan ke arah
dasar perairan.
Menurut Lukas and Lindstrom (1991j, kedalaman setiap lapisan di dalam
kolom perairan dapat hketahui dengan melihat perubahan gradien suhu dari
permukaan sampai lapisan dalam. Lapisan permukaan tercampur merupakan
lapisan dengan gradien suhu tidak lebih dari 0,03 "C/m (Wyrtki, 1961),
sedangkan kedalaman lapisan termoklin dalam suatu perairan didefinisikan
sebagai suatu kedalaman atau posisi dimana gradien suhu lebih dari 0,l "C/m
(Ross, 1970).
Suhu permukaan laut tergantung pada beberapa faktor, seperti presipitasi,
evaporasi, kecepatan angin, intensitas cahaya matahari, dan faktor-faktor fisika
yang terjadi di dalam kolom perairan (Levinton, 1982). Presipitasi terjadi di laut
melalui curah hujan yang dapat menurunkan suhu permukaan laut, sedangkan
evaporasi dapat meningkatkan suhu permukaan akibat adanya aliran bahang dari
udara ke lapisan permukaan perairan (Tubalawony, 2000). Menurut McPhaden
and Hayes (1991), evaporasi dapat meningkatkan suhu kira-kira sebesar 0,l "C
pada lapisan permukaan hingga kedalaman 10 m dan hanya kira-kira 0,12 "C
pada kedalaman 10

-

75 m. Di samping itu Lukas dan Lindstrom (1991)

mengatakan bahwa perubahan suhu permukaan laut sangat tergantung pada
termodinamika di lapisan permukaan tercampur. Daya gerak berupa adveksi
vertikal, turbulensi, aliran buoyancy, dan entrainment dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan pada lapisan tercampur serta kandungan bahangnya.
Menurut McPhaden and Hayes (199 I), adveksi vertikal dan entruinment dapat

mengakibatkan perubahan terhadap kandungan bahang dan suhu pada lapisan
permukaan. Kedua faktor tersebut bila dikombinasi dengan faktor angin yang
bekerja pada suatu periode tertentu dapat mengakibatkan terjadinya upwelling.
I/pwelling menvebabkan suhu lapisan permukaan tercampur menjadi lebih

rendah. Pada urnumnya pergerakan massa air disebabkan oleh angin. Angin
yang berhembus dengan kencang dapat mengakibatkan terjadinya percampuran
massa air pada lapisan atas yang mengakibatkan sebaran suhu menjadi homogen.
Suhu dapat mempengamhi fotosintesa di laut baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengamh secara langsung yakni suhu berperan untuk
mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi schu dapat
menaikkan laju maksimum fotosintesa (P,,,),

sedangkan pengaruh secara tidak

langsung yakni dalam membah s t ~ k t u rhidrologi kolom perairan yang dapat
mempengamhi distribusi fitoplankton (Tomascik et a / . , 1997 b).
(3) Pasang surut

Pasang

sumt (pasut) laut mempakan suatu fenomena alam, dimana

permukaan air laui mengalami naik turun akibat gaya tarik menarik antara bumi
dengan benda-benda angkasa, temtama bulan dan matahari. Gerakan muka air laut
ini dapat diamati dengan menggunakan peralatan yang sederhana.

Dokumen yang terkait

DETEKSI POTENSI KEKERINGAN BERBASIS PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KABUPATEN KLATEN

8 43 173

Kajian Daerah Penangkapan Ikan dan Budidaya Laut Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Wilayah Kabupaten Situbondo

0 9 163

Evaluasi Perencanaan Tata Ruang Lahan Tambak Menggunakan Teknologi Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis (Sig) Di Daerah Pesisir Kabupaten Ciamis, Jawa Barat

0 11 108

Perubahan Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bogor dengan Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis.

0 1 31

Kajian Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Laut Kabupaten Garut Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh

0 4 187

Kajian Daerah Penangkapan Ikan dan Budidaya Laut Menggunakan Data Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Wilayah Kabupaten Situbondo

0 3 153

PENDAHULUAN Evaluasi Penggunaan Lahan Implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010-2030 Melalui Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis.

0 3 29

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DENGAN PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH PERKOTAAN BOYOLALI TAHUN 2015.

0 4 17

TINGKAT KERENTANAN BANJIR DENGAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Tingkat Kerentanan Banjir Dengan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi Geografis Daerah Aliran Sungai Juwana Di Kabupaten Pati Jawa Tengah.

0 1 13

KAJIAN OBYEK WISATA KOTA KUPANG BERDASARKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

0 0 13