PA-02
sistem pendidikan tinggi akuntansi dengan mengambil sample mahasiswa pada tiga universitas negeri yang ada di Sumatera. Penelitian ini juga akan melihat pengaruh
antara komoponen kecerdasan emosional terhadapt tingkat pemahaman akuntansi baik
secara parsial maupun secara simultan. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal diatas, maka dengan ini peneliti mengajukan research question sebagai berikut:
1. Apakah terdapat sinkronisasi atau hubungan positif antar komponen kecerdasan
emosional 2.
Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.
3. Tujuan Manfaat
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai Sinkronisasi atau hubungan positif antar komponen kecerdasan emosional dan Pengaruh
Kecerdasan emosional terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman dan masukan bagi
pendidikan tinggi akuntansi dalam menyusun sistem pendikan akuntansi dalam rangka menciptakan lulusan yang handal, berkualitas dan mampu bersaing pada dunia kerja.
Penelitian ini juga diharapkan diharapkan sebagai masukan bagi mahasiswa dalam mengembangkan kecerdasan emosional mereka demi mencapai suatu kesuksesan..
4. Kerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis 4.1
Kecerdasan Emosional
C.P. Chaplin 1975 memberikan pengertian kecerdasan sebagai
T
kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif
T
.
PA-02
Sementara itu, Anita E. Woolfolk 1975 mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu
T
: 1 kemampuan untuk belajar; 2
keseluruhan pengetahuan yang diperoleh;
T
dan
T
3 kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.
Emosi adalah hal begitu saja terjadi dalam hidup Anda. Anda menganggap bahwa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci, cinta, antusias, bosan, dan
sebagainya adalah akibat dari atau hanya sekedar respon Anda terhadap berbagai peristiwa yang terjadi pada Anda. Membahas soal emosi maka sangat eratan kaitannya
dengan kecerdasan emosi itu sendiri dimana merupakan kemampuan seseorang untuk memotivasi diri sendiri, bertahan menghadap frustasi, mengendalikan dorongan hati
kegembiraan, kesedihan, kemarahan, dan lain-lain dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mampu mengendalikan stres.
Daniel Goleman 1999, merupakan salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat
mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni
T
Kecerdasan Emosional,
T
yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan
T
Emotional Quotient EQ.
T
Goleman mengemukakan
bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan
T
mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan
kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain
T
. Menurut hemat peneliti sesungguhnya penggunaan istilah EQ ini tidaklah
sepenuhnya tepat dan terkesan
T
sterotype
T
latah mengikuti popularitas IQ yang lebih dulu dikenal orang. Penggunaan konsep
T
Quotient
T
dalam EQ belum begitu jelas perumusannya. Berbeda dengan IQ, pengertian
T
Quotient
T
disana sangat jelas menunjuk
PA-02
kepada hasil bagi antara usia mental
T
mental age
T
yang dihasilkan melalui pengukuran psikologis yang ketat dengan usia kalender
T
chronological age
T
. Terlepas dari “kesalahkaprahan” penggunaan istilah tersebut, ada satu hal yang perlu digarisbawahi
dari para “penggagas beserta pengikut kelompok kecerdasan emosional”, bahwasanya potensi individu dalam aspek-aspek “non-intelektual” yang berkaitan dengan sikap,
motivasi, sosiabilitas, serta aspek – aspek emosional lainnya, merupakan faktor-faktor yang amat penting bagi pencapaian kesuksesan seseorang.
Berbeda dengan kecerdasan intelektual IQ yang cenderung bersifat permanen, kecakapan emosional EQ justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi
kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup. Kecerdasan emosional juga mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati,
ketekunan, semangat dan motivasi diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Ketrampilan yang berkaitan dengan
kecerdasan emosi antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan
berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi dan sebagainya.
4.2 Komponen Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman 2000 terdapat lima dimensi atau komponen kecerdasan emosional EQ yang keseluruhannya diturunkan menjadi dua puluh lima kompetensi.
Apabila kita menguasai cukup enam atau lebih kompetensi yang menyebar pada kelima dimensi EQ tersebut, akan membuat seseorang menjadi profesional yang handal.
Kelima dimensi atau komponen tersebut adalah: 1.
Pengenalan diri Self awareness, artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal yang
PA-02
lebih disukai, dan intuisi. Kompetensi dalam dimensi pertama adalah mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan
kemampuan sendiri. 2.
Pengendalian diri self regulation, artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan
dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta
informasi baru. 3.
Motivasi motivation, artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi
lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan
hambatan. 4.
Empati empathy, yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Dimensi keempat terdiri dari kompetensi understanding others, developing
others, customer service , menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan
dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok.
5. Keterampilan sosial social skills, artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan