Seleksi Individu M3 Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merrill)

Lampiran 1. Deskripsi Kedelai Varietas Anjasmoro
Dilepas tahun

: 22 Oktober 2001

SK Mentan

: 537/Kpts/TP.240/10/2001

Nomor galur

: Mansuria 395-49-4

Asal

: Seleksi massa dari populasi galur murni Mansuria

Daya hasil

: 2,03–2,25 t/ha


Warna hipokotil

: Ungu

Warna epikotil

: Ungu

Warna daun

: Hijau

Warna bulu

: Putih

Warna bunga

: Ungu


Warna kulit biji

: Kuning

Warna polong masak

: Coklat muda

Warna hilum

: Kuning kecoklatan

Bentuk daun

: Oval

Ukuran daun

: Lebar


Tipe tumbuh

: Determinit

Umur berbunga

: 35,7–39,4 hari

Umur polong masak

: 82,5–92,5 hari

Tinggi tanaman

: 64 - 68 cm

Percabangan

: 2,9–5,6 cabang


Jml. buku batang utama

: 12,9–14,8

Bobot 100 biji

: 14,8–15,3 g

Kandungan protein

: 41,8–42,1%

Kandungan lemak

: 17,2–18,6%

Kerebahan

: Tahan rebah


Ketahanan thd penyakit

: Moderat terhadap karat daun

Sifat-sifat lain

: Polong tidak mudah pecah

Pemulia

: Takashi Sanbuichi, Nagaaki Sekiya, Jamaluddin
M., Susanto, Darman M.A., dan M. Muchlish
Adie.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Penelitian
No

Kegiatan


1
2
3
4
5
6

Persiapan Lahan
Persiapan Media Tanam
Pemilihan Benih
Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penjarangan dan
Penyulaman
Penyiangan
Pengendalian Hama dan
Penyakit

Panen
Pengamatan Parameter
Umur Berbunga (HST)
Umur Panen (HST)
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Cabang Primer
(cabang)
Jumlah Polong Berbiji 1
(polong)
Jumlah Polong Berbiji 2
(polong)
Jumlah Polong Berbiji 3
(polong)
Jumlah Polong Berbiji 4
(polong)
Jumlah Polong Berisi
(polong)
Jumlah Polong Hampa
(polong)
Jumlah Biji Polong

Berbiji 1 (biji)
Jumlah Biji Polong
Berbiji 2 (biji)
Jumlah Biji Polong
Berbiji 3 (biji)
Jumlah Biji Polong
Berbiji 4 (biji)
Jumlah Biji Per Tanaman
(biji)

7
8

1
X
X
X

2


3

4

5

6

Minggu ke
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

X
X
Disesuaiakan dengan kondisi di Lapangan
X
Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan
Disesuaikan dengan kondisi di Lapangan
X
Apabila Tanaman Sudah Mengeluarkan Bunga
X

X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X

Universitas Sumatera Utara

Bobot Biji Per Tanaman
(g)
Bobot 100 Biji (g)


X
X

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3. Bagan Penelitian

P0
(Kontrol)

P1
(100 Gy)

P1
(100 Gy)

P2
(200 Gy)

P2
(200 Gy)

P3
(300 Gy)

U

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Bagan Alir Penelitian

Biji kedelai Anjasmoro
(M0)
BBkk

Induksi Mutasi Sinar Gamma
Dengan Dosis Radiasi (0, 100, 200, 300 Gray)

Ditanam
Populasi M1

Panen

Penelitian pada populasi
M2

Populasi M2
(Dilakukan pengamatan keragaman Genotipe dan fenotipe)

Populasi M3
(Dilakukan pengamatan varietas kedelai yang berumur genjah dan
berproduksi tinggi)

Populasi M4

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Data Pengamatan Umur Berbunga (hari)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
35
35
36
36
35
35
36
36
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
35
704
35,20

Umur Berbunga
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
36
36
36
35
37
35
35
35
37
35
35
35
35
37
35
36
35
36
36
35
35
35
35
37
35
37
35
37
35
37
37
36
36
36
35
37
35
37
35
38
710
722
35,50
36,10

P3
(300 Gy)
36
36
36
37
36
36
36
36
37
36
40
38
37
37
37
36
36
38
38,00
36,00
735
36,75

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Data Pengamatan Umur Panen (hari)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
88
89
89
88
88
87
89
90
90
88
88
87
89
89
87
88
88
87
89
90
1768
88,40

Umur Panen
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
85
86
85
86
86
87
86
89
86
89
85
87
85
85
85
83
85
87
85
86
85
88
84
84
84
85
83
85
83
89
84
84
84
84
84
83
83
83
83
83
1690
1713
84,50
85,65

P3
(300 Gy)
102
99
99
91
102
99
102
99
99
102
95
99
102
102
102
102
102
102
99
102
2001
100,05

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
53,5
45,3
48,7
54,8
64,9
63,8
61,9
50,8
62
61,5
48,7
50,7
52,6
58,1
53,2
54,4
56,6
49,6
49,7
43,7
1040,8
54,78

Tinggi Tanaman
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
53
56,5
82,3
42,3
42
34,5
65,3
59,7
66,7
46,3
68,3
50,5
55
46,5
51,8
66,5
53
51,7
58
42,2
54,3
63,5
52,5
47,5
62,3
50
68,3
51,4
61,2
33
49
61,5
65,5
47,5
56,5
54
61,3
27,5
64,5
60,5
1191
137
59,55
45,67

P3
(300 Gy)
43,7
30,5
51,1
47
50,4
57,7
51,2
73,1
65,9
46
52,4
47,6
56,6
41
32,8
55,8
51,8
42,1
42,2
49
987,9
49,40

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Data Pengamatan Jumlah Cabang Primer (cabang)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
4
2
2
4
4
6
5
5
3
3
6
5
4
6
3
3
6
5
6
4
86
4,30

Jumlah Cabang Primer
P1
P2
(100 Gy) (200 Gy)
3
6
6
4
3
4
4
4
4
2
7
6
4
4
2
4
3
3
4
2
2
6
4
4
4
5
6
5
4
3
3
8
6
3
3
4
4
3
4
3
80
83
4,00
4,15

P3
(300 Gy)
4
2
7
4
5
10
7
10
13
8
9
7
8
6
2
7
7
7
3
8
134
6,70

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji Satu (polong)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
10
2
2
7
3
9
8
10
5
11
7
4
19
9
16
6
2
8
8
6
152
7,60

Jumlah Polong Berbiji 1
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
24
24
67
7
7
6
11
14
0
6
30
10
12
8
5
48
7
5
5
7
11
9
19
8
17
9
10
6
12
7
10
29
25
7
19
4
10
9
32
20
333
243
16,65
12,15

P3
(300 Gy)
7
7
10
3
5
18
9
14
20
5
10
5
7
6
8
13
11
4
16
178
9,37

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji Dua (polong)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
20
30
22
27
37
48
36
52
34
29
60
90
28
47
30
26
35
45
40
35
771
38,55

Jumlah Polong Berbiji 2
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
40
72
80
66
31
47
65
77
30
52
78
70
50
55
34
32
44
56
56
50
44
68
40
73
58
60
51
76
64
38
59
71
50
51
48
21
67
40
63
49
1052
1124
52,60
56,20

P3
(300 Gy)
39
32
58
40
46
73
44
89
61
59
73
57
61
34
25
75
48
39
48
63
1064
53,20

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji Tiga (polong)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
30
9
33
27
28
38
37
22
15
27
23
30
21
34
31
26
36
30
25
25
547
27,35

Jumlah Polong Berbiji 3
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
20
29
45
42
8
13
42
46
41
22
68
55
43
39
15
28
24
26
35
22
17
60
17
30
33
35
29
51
41
30
24
37
30
40
38
29
25
15
51
40
646
689
32,30
34,45

P3
(300 Gy)
28
14
44
20
23
31
36
47
42
27
30
29
46
11
11
41
21
15
17
31
564
28,20

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12. Data Pengamatan Jumlah Polong Berbiji Empat (polong)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
2
0
3
0
1
0
2
0
1
0
2
0
1
0
0
1
0
2
0
2
17
0,85

Jumlah Polong Berbiji 4
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
0
2
6
0,10
0,30

P3
(300 Gy)
0
0
1
0
0
0
1
2
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
7
0,35

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 13. Data Pengamatan Jumlah Polong Berisi (polong)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
62
41
60
61
69
95
83
84
55
67
92
124
69
90
77
59
73
85
73
66
1485
74,25

Jumlah Polong Berisi
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
84
125
192
115
46
66
118
137
71
80
176
135
105
104
55
108
75
88
97
79
72
137
76
111
108
105
90
133
117
75
93
137
105
100
105
54
102
64
146
109
2033
2062
101,65
103,10

P3
(300 Gy)
74,0
53,0
113,0
63,0
74,0
122,0
90,0
152,0
124,0
91,0
113,0
91,0
114,0
51,0
36,0
125,0
83,0
65,0
69,0
110,0
1813
90,65

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 14. Data Pengamatan Jumlah Polong Hampa (polong)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
0
0
0
0
0
3
0
0
0
0
5
0,25

Jumlah Polong Hampa
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
0
0
0
0
0
0
0
5
0
0
3
3
3
5
3
3
14
3
12
0
0
9
0
2
0
3
0
10
2
0
6
0
0
0
5
0
0
0
5
0
53
43
2,65
2,15

P3
(300 Gy)
0
0
0
2
0
0
1
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
0,30

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 15. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 1 (biji)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

Jumlah Biji Polong Berbiji 1
P0
P1
P2
P3
(Kontrol)
(100 Gy)
(200 Gy)
(300 Gy)
10
22
24
7
2
65
7
7
2
5
6
10
7
9
13
2
3
0
6
5
9
25
10
18
8
10
8
9
10
5
45
11
5
7
5
20
11
5
7
5
7
11
9
9
4
19
8
5
19
15
8
5
9
10
6
5
16
10
7
6
8
24
7
2
25
7
12
8
15
4
10
8
8
9
4
32
20
13
6
306
152
233
164
15,30
11,65
8,63
7,60

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 16. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 2 (biji)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

Jumlah Biji Polong Berbiji 2
P0
P1
P2
P3
(Kontrol)
(100 Gy)
(200 Gy)
(300 Gy)
30
70
140
65
46
155
120
58
42
55
90
84
53
120
147
60
71
60
100
65
91
150
134
138
62
100
100
44
96
65
60
145
44
85
102
111
44
110
100
87
116
72
130
129
90
75
140
57
56
110
105
79
90
95
147
46
56
90
75
49
47
115
134
113
61
100
99
64
80
95
42
70
75
130
80
74
124
98
89
62
1976
1312
2143
1627
98,80
107,15
81,35
65,60

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 17. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 3 (biji)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

Jumlah Biji Polong Berbiji 3
P0
P1
P2
P3
(Kontrol)
(100 Gy)
(200 Gy)
(300 Gy)
90
50
87
56
3
120
126
39
11
24
39
81
79
120
138
22
85
115
66
42
101
204
165
85
77
129
117
36
66
45
84
106
42
72
78
84
76
105
66
55
83
51
180
76
90
51
90
29
61
99
105
82
97
87
153
19
15
123
90
31
74
72
111
86
108
90
120
37
73
114
87
39
75
75
45
35
153
120
80
73
1899
1379
2067
1120
94,95
103,35
56,00
68,95

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 18. Data Pengamatan Jumlah Biji Polong Berbiji 4 (biji)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

Jumlah Biji Polong Berbiji 4
P0
P1
P2
P3
(Kontrol)
(100 Gy)
(200 Gy)
(300 Gy)
8
0
0
0
0
0
0
0
10
0
0
2
0
0
0
0
3
0
0
0
0
0
0
0
6
0
8
1
0
4
0
6
3
0
4
3
0
4
0
0
6
0
0
0
0
0
0
0
3
0
4
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
0
0
2
0
0
8
2
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
8
57
24
16
0,40
1,20
0,80
2,85

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 19. Data Pengamatan Jumlah Biji Per Tanaman (biji)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
Rataan

Jumlah Biji Per Tanaman
P0
P1
P2
(Kontrol)
(100 Gy)
(200 Gy)
142
251
138
340
253
51
84
135
65
249
298
139
175
172
162
379
309
201
239
233
153
119
189
172
164
189
94
224
173
131
134
319
212
145
238
184
224
222
139
192
306
196
223
172
87
195
269
131
215
234
171
224
133
169
213
134
158
309
238
141
4189
2894
4467
209,45
223,35
144,70

P3
(300 Gy)
128,0
104,0
177,0
84,0
112,0
241,0
90,0
268,0
218,0
147,0
214,0
91,0
166,0
70,0
80,0
208,0
115,0
119,0
113,0
182,0
2927
146,35

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 20. Data Pengamatan Bobot Biji Per Tanaman (g)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
total
rataan

P0
(Kontrol)
30,4
9
15,6
35,7
27,2
31,9
28,3
28,5
13,9
23,7
28,6
31,1
22,4
26,6
20,4
25,5
21,4
19,7
27,7
22,4
490
24,50

Bobot Biji Per Tanaman
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
53
56,5
82,3
42,3
42
34,5
65,3
59,7
66,7
46,3
68,3
50,5
55
46,5
51,8
66,5
53,2
51,7
58
42,2
54,3
63,5
52,5
47,5
62,3
50
68,3
51,4
61,2
33
49
61,5
65,5
47,5
56,5
54
61,3
27,5
64,5
60,5
257
137
51,40
45,67

P3
(300 Gy)
23,6
15,2
33,3
17,9
20,7
44,0
28,9
47,8
40,5
26,9
34,3
24,1
30,3
13,4
12,3
39,4
21,8
19,7
18,4
33,0
545,5
27,28

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 21. Data Pengamatan Bobot 100 Biji (g)
Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Total
Rataan

P0
(Kontrol)
25,76
0
0
25,68
17,11
15,19
19,93
16,57
0
18,09
13,88
20,19
16,59
11,65
0
20,08
11,96
16,55
16,99
15,89
282,11
14,11

Bobot 100 biji
P1
P2
(100 Gy)
(200 Gy)
37,32
45,02
24,21
16,72
0
25,56
26,22
20,03
38,11
26,92
18,02
16,34
23,01
20,67
45,04
35,19
32,44
27,95
26,36
24,39
40,52
19,91
36,21
19,39
27,81
22,94
35,57
16,8
27,44
19,19
25,13
22,86
30,93
21,02
25,22
40,6
28,78
20,52
20,87
25,42
569,21
487,44
28,46
24,37

P3
(300 Gy)
18,6
14,5
19,2
0,0
18,5
18,8
19,9
18,5
18,8
18,7
16,1
15,1
19,0
0,0
0,0
19,4
19,2
16,4
16,5
18,2
305,4
15,27

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 22. Foto Polong Hasil Penelitian

ANJASMORO KONTROL
POLONG BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 4 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 6 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 7 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 13 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO KONTROL
POLONG BERBIJI 2

ANJASMORO KONTROL
POLONG BERBIJI 3

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 4 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 4 POLONG
BERBIJI 3

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 6 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 6 POLONG
BERBIJI 3

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 7 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 7 POLONG
BERBIJI 3

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 13 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 13 POLONG
BERBIJI 3

Universitas Sumatera Utara

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 14 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 14 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 15 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 15 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 14 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 15 POLONG
BERBIJI 3

ANJASM

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 19 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 20 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 200 Gy
TANAMAN NO 11 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 19 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 20 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 200 Gy
TANAMAN NO 11 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 19 POLONG
BERBIJI 3

ANJASMORO DOSIS 100 Gy
TANAMAN NO 20 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 200 Gy
TANAMAN NO 11 POLONG
BERBIJI 3

Universitas Sumatera Utara

ANJASMORO DOSIS 200 Gy
TANAMAN NO 4 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 300 Gy
TANAMAN NO 6 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 300 Gy
TANAMAN NO 8 POLONG
BERBIJI 1

ANJASMORO DOSIS 200 Gy
TANAMAN NO 4 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 300 Gy
TANAMAN NO 6 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 300 Gy
TANAMAN NO 8 POLONG
BERBIJI 2

ANJASMORO DOSIS 200 Gy
TANAMAN NO 4 POLONG
BERBIJI 3

ANJASMORO DOSIS 300 Gy
TANAMAN NO 6 POLONG
BERBIJI 3

ANJASMORO DOSIS 300 Gy
TANAMAN NO 8 POLONG
BERBIJI 3

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 23. Foto Biji Hasil Penelitian

ANJASMORO DOSIS100
Gy TANAMAN NO 4

ANJASMORO DOSIS100 Gy
TANAMAN NO 6

ANJASMORO DOSIS100 Gy
TANAMAN NO 13

ANJASMORO DOSIS100 Gy
TANAMAN NO 14

ANJASMORO DOSIS100 Gy
TANAMAN NO 15

ANJASMORO DOSIS100 Gy
TANAMAN NO 19

ANJASMORO DOSIS200 Gy
TANAMAN NO 4

ANJASMORO DOSIS200 Gy
TANAMAN NO 11

ANJASMORO DOSIS 300
Gy TANAMAN NO 8

ANJASMORO DOSIS300 Gy
TANAMAN NO 16

ANJASMORO (KONTROL)

2

ANJASMORO DOSIS 300
Gy TANAMAN NO 6

Universitas Sumatera Utara

Foto Tanaman Pada Populasi 300 Gy Generasi M3

Foto Pertumbuhan Cabang

Foto Tanaman umur 4 mst

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Adie, M. M. dan A. Krisnawati. 2007. Biologi Tanaman Kedelai. Dalam
Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto, dan H. Kasim. 2007. Kedelai.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Bogor.
Amien, S. dan N., Carsono. 2008. Teknologi Nuklir Guna Merakit Kultivar
Unggul. Diakses dari : http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0304/18/
cakrawala/penelitian01.htm. [24 Februari 2016].
Andrianto, T. T dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani
Kedelai. Penerbit Absolut, Yogyakarta.
Barmawi, M., A. Yushardi., dan N. Sa’diyah. 2013. Daya Waris dan Harapan
Kemajuan Seleksi Karakter Agronomi Kedelai Generasi F2 Hasil
Persilangan Antara Yellow Bean Dan Taichun. J. Agrotek Tropika 1 (1):
2004.
Effendi, I dan M. Utomo. 1993. Analisis Perbandingan Tenaga Kerja,Produksi
Dan Pendapatan Usahatani Kedelai Pada Sistem Tanpa Olah Tanah Dan
Olah Tanah Biasa di Rawa Sragi, Lampung. Dalam M. Utomo et al. (Eds.).
Prosiding Nasional IV Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi: hal
247253.
Hanafiah, D. S., Trikoesoemaningtyas., S. Yahya dan D. Wirnas. 2010.
Penggunaan Mikro Iradiasi Sinar Gamma untuk Meningkatkan Keragaman
Genetik pada Varietas Kedelai Argomulyo (Glycine max L. Merr). Jurnal
Natur Indonesia 14(1) : 8085. ISSN 14109379.
Hartati,
S.
2000.
Penampilan Genotip
Tanaman
Tomat
(Lycopersicum Esculentum Mill.) Hasil Mutasi Buatan Pada Kondisi Stress
Air dan Kondisi Optimal, Agrosains Volume 2 No 2,2000.
http://pertanian.uns.ac.id//~agronomi/agrosains/pen_genotip_tomat_srihartat
i.pdf. [9 Maret 2016].
Hasyim, H. 2005. Ringkasan Bahan Kuliah Pengantar Pemuliaan Tanaman.
Fakultas Pertanaian ,Universitas Sumatera Utara ,Medan.
Herawati, T dan R. Setiamihardja, 2000. Pemuliaan Tanaman Lanjutan. Program
Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 Non Pemuliaan Dalam
Ilmu Dan Teknologi Pemuliaan. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Hidayat,O.O., 1985. dalam Somaadmadjatja, S., M. Ismunadji, Sumarno,M.
Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, 1985. Morfologi Tanaman
Kedelai. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor. Hal 7880.

Universitas Sumatera Utara

Irwan, A. W., 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine max L.). Universitas
Padjadjaran, Jatinangor.
Iqbal, M, A. Navabi, D.F. Salmon, Rong-Cai Yang, B.M. Murdoch, S.S. Moore,
D. Spaner. 2007. Genetic analysis of flowering and maturity time in high
latitude spring wheat. Euphytica. 154 (1-2): 207-218.
Karuniawan, A., Waluyo, B. dan Jamilah, C. 2011. Parameter Genetik Aksesi
Tanaman Kerabat Liar Ubi Jalar Koleksi Unpad untuk Peningkatan Genetik
dan Sumber Perbaikan Karakter Ubi Jalar, Universitas Jenderal Soedirman,
Purwokerto, Jawa Tengah.
Khan, M. H., dan S. D. Tyagi. 2013. A review on induced mutagenesis in
soybean.
Journal
of
Cereals
and
Oilseeds.
Diakses
dari
http://www.academicjournals.org/JCO.
Vol.
4(2)
:
19-25.
[10 Maret 2016].
Makmur, A. 1985. Pokok-pokok Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jurusan
Budidaya Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasardasar pemuliaan Tanaman. Kanisius. Jakarta
Martin, F. W., 1998. Soybean. ECHO, USA.
Mugiono, 2001. Pemuliaan Tanaman dengan Teknik Mutasi. Puslitbang
Teknologi Isotop dan Radiasi, Jakarta.
Murdaningsih,H.K.A Baihaki, G. Satari, T . Danakusuma, dan A, H. Permadi.
1990. Varian Genetik Sifat-Sifat Bawang di Indonesia.
Mursito, J. 2003. Heritabilitas dan Sidik Lintas Karakter Fenotipik Beberapa
Galur Kedelai (Glycine Max. (L.) Merrill). Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret, Surakarta. J. Agrosains 6(2): 5863, 2003.
Mustaqim, I. 2015. Keragaman Morfologi Dan Genotif Tanaman Kedelai
(Glycine max L. Merrill) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M2.
Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nasir, M. 1999. Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Harapan Karakter Agronomi
Tanaman Lombok (Capsicum annuum L.) Dalam Habitat. (109) 11.p.1-8.
Poelhman, J. M. and D. A. Sleper, 1995.
Pamina Publishing Coorporation, New Delhi.

Beerding

Field Crops.

Pradnyawati, N. M., Wijana, I, G., Sarwadana, S, M. Dan Sudarka, W., 2009.
Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.

Universitas Sumatera Utara

Sakin, M. A. 2002. The Use of Induced Micro Mutation for Quantitative
Charachters After EMS and Gamma Ryas Treatment in durum wheat
Breeding. Pakistan Journal Of Applied Science 2(12) 1102-1107.
Sanbuichi, T., N. Sekiya, M. Jamaluddin, Susanto, M.A. Darman, dan M.M. Adie.
2001.
Deskripsi
Anjasmoro.
Balitkabi,
diakses
dari
http://balitkabi.litbang.deptan.go.id [24 Februari 2016].
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Kanisius.
Yogyakarta.
Sibarani, B. I., 2014. Respon Morfologi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill)
Varietas Anjasmoro Terhadap Beberapa Iradiasi Sinar Gamma. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sinaga R, 2000. Pemanfaatan Teknologi Iradiasi dalam Pengawetan Makanan
Prosiding 2 Seminar Ilmiah Nasional Dalam Rangka Lustrum IV Fakultas
Biologi Universitas Gadjah Mada. Penerbit Medika , Yogyakarta.
Singh, I.D. and B.D Chaudhary. 1979. Biometrical methods in quantitative
genetics analysis. Kalyani Pub. New Delhi. 301p.
Stansfield, W. D., 1991. Genetika . Alih Bahasa M. Affandi dan L, T. Hardy
Erlangga, Jakarta.
Steenis, C. G. G. J. V. 2005. Flora. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
Sugeno, R., 2008. Budidaya Kedelai. Diakses dari : http://warintek.ristek.go.id/
pertanian/kedelai.pdf.2008. [24 Februari 2016].
Sumarno, dan A.G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi
Kedelai di Indonesia. Dalam Sumarno, Suyamto, A. Widjono, Hermanto,
dan H. Kasim. 2007. Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.
Sumarno., Suyamto., A. Widjono., Hermanto., dan H. Kasim. 2007. Kedelai.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Suprapto dan N . Md. Khairudin. 2007 . Variasi Genetik,Heritabilitas, Tindak Gen
Dan Kemajuan Genetik (Glycine max Merril) Pada tanah ultisol. J. Pert
Indon 9 (2) : 183190.
Suryowinoto, M. 1987. Tenaga Atom dan Pemanfaatannya dalam Biologi
Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Swastika, D.K.S., S. Nuryanti, dan M.H. Sawit. 2007. Kedudukan Indonesia
Dalam Perdagangan Internasional Kedelai. Dalam Sumarno, Suyamto, A.
Widjono, Hermanto, dan H. Kasim. 2007. Kedelai. Pusat Penelitian dan

Universitas Sumatera Utara

Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Bogor.
Tah, P.R. 2006. Studies on gamma ray induced mutations in mungbean
[Vigna radiata (L.) Wilczek]. Asian Journal of Plant Science, 5(1):61-70.
Widiarta, N, I dan Suyamto. 2005. Kebijakan Pengembangan Kedelai Nasional.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. J. Prosiding
Simposium dan Pameran Teknologi Aplikasi Isotop dan Radiasi

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dilahan Pertanian, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

25 meter di atas

permukaan laut, yang dilaksanakan dari bulan Agustus 2015 sampai dengan
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai hasil
radiasi sinar gamma Anjasmoro yaitu benih M3, dengan berbagai taraf sebagai
objek

yang

diamati,

kapur

dolomite

sebagai

bahan

tambahan

untuk

menggemburkan dan menetralkan pH tanah, pupuk kandang sebagai tambahan
bahan organik, pupuk anorganik (Urea, KCl, TSP), insektisida untuk
mengendalikan hama, fungisida untuk mengendalikan jamur, dan bahanbahan
lainnya yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan adalah cangkul, parang, pacak sampel, handsprayer
sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, timbangan analitik, gembor,
meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, tali plastik, alat tulis,
kalkulator, kertas label dan alat-alat lainnya yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan non faktorial menggunakan benih
M3 dengan berbagai dosis iradiasi sinar gamma (I) dengan 4 taraf, yaitu :
P0 = Populasi Varietas Anjasmoro

Universitas Sumatera Utara

P1 = Populasi M3 dengan dosis radiasi 100 Gray
P2 = Populasi M3 dengan dosis radiasi 200 Gray
P3 = Populasi M3 dengan dosis radiasi 300 Gray
Jarak Tanam

: 40 cm x 20 cm

Jumlah plot

: 6 plot

Jarak antar plot

: 30 cm

Jumlah tanaman/plot

: Plot 1 (kontrol) 150 tanaman
Plot 2 (100 Gy) 250 tanaman
Plot 3 (100 Gy) 250 tanaman
Plot 4 (200 Gy) 250 tanaman
Plot 5 (200 Gy) 250 tanaman
Plot 6 (300 Gy) 50 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya

: 1200 Tanaman

Model Analisis
Untuk membandingkan secara statistik karakter tanaman yang diteliti
dengan deskripsi tanaman, maka dilakukan uji t pada taraf 5% dan taraf 1%
dengan menggunakan software Minitab 14, dengan kriteria uji t yaitu :

Keterangan :
= nilai rataan perlakuan A (kontrol/tanpa iradiasi)
= nilai rataan perlakuan B (masing-masing perlakuan yang
diberi iradiasi sinar)
= galat baku dari selisih nilai rataan

Universitas Sumatera Utara

(Sastrosuspadi, 2000).

Nilai Heritabilitas (h2)
Heritabilitas dihitung untuk tiap parameter. Dilakukan pada

akhir

penelitian dengan menggunakan rumus :

Kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut :
h2 > 0,5

: tinggi

h2 0,2 – 0,5

: sedang

h2 < 0,2

: rendah

( Stansfield, 1991 ).
Variasi genetik ditentukan berdasarkan pada koefisien keragaman genetik
(KKG) dan koefisien keragaman fenotipe (KKF).
Koefisien Keragaman Genetik (KKG)

σ²G

= akar kuadrat varians genotipe

X

= nilai contoh suatu sifat (rata – rata)

Kriteria pembagian koefisiensi keragaman genotipe menurut Murdaningsih et al.,
(1990) sebagai berikut :
1. Rendah (KKG = 0 % - 6,7%)
2. Agak Rendah (KKG= 6,7% - 13,57 %)
3. Cukup tinggi (KKG = 13,58% - 20,2%)
4. tinggi (KKG > 20,2 %)

Universitas Sumatera Utara

Koefisien Keragaman Fenotipe (KKF)

Sedangkan kriteria pembagian koefisiensi keragaman fenotipe menurut
Murdaningsih et al., (1990) sebagai berikut :
σ2 f

= akar kuadrat varians fenotipe

X

= nilai contoh suatu sifat (rata – rata)

1. Rendah (KKF = 0 % - 7,3%)
2. Agak Rendah (KKF= 7,3% - 14,6%)
3. Cukup tinggi (KKF = 14,6 – 21,9 %)
4. tinggi (KKF > 21,9%)

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan vegetasi gulma,
sampah/kotoran, bebatuan, dan bongkahan kayu. Tempat penelitian dekat dengan
sumber air, bebas mendapat cahaya matahari dan areal tanam tidak tergenang air.
Kemudian dibuat bedengan atau plot dengan ukuran 80 cm x 200 cm, kemudian
dibuat saluran drainase antar plot atau bedengan dengan lebar 50 cm. Bedengan
diolah menggunakan cangkul dan digemburkan pada tahap ke2 dicampur dengan
kompos .
Penanaman
Benih kedelai hasil mutasi (M2) dengan 4 taraf, yaitu 0 Gy (Kontrol),
100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy di rendam dalam air selama + 15 Menit. Lubang
tanam dibuat dengan menggunakan tugal sedalam ± 3 cm, dengan jarak tanam
40 cm x 20 cm. Dimana setiap lubang tanam dimasukkan 1 biji per lubang tanam
kemudian ditutupi dengan kompos atau top soil.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan pada saat awal penanaman sesuai dengan dosis
anjuran kebutuhan pupuk kedelai yaitu 100 kg Urea/ha (0,625 g/lubang tanam),
200 kg TSP/ha (1,25 g/lubang tanam) dan 100 kg KCl/ha (0,625 g/lubang tanam).
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari,
disesuaikan dengan keadaan cuaca.

Universitas Sumatera Utara

Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tanaman
pengganggu (gulma). Penyiangan dapat dilakukan dua kali tergantung kondisi,
yaitu pada saat tanaman berumur 23 minggu dan 56 minggu setelah tanam,
tergantung pada keadaan gulma.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada lahan terdapat banyak semut, sehingga diperlukan pengendalian
hama yang dilakukan dengan menggunakan insektisida Furadan 3G yang
diaplikasikan pada waktu tanam dengan dosis 2 – 3 butir per lubang tanam untuk
mengendalikan semut. Insektisida Decis 25 EC untuk mengendalikan hama pada
tanaman kedelai yang diaplikasikan 57 MST dengan interval 1 minggu dengan
dosis 1 ml/l.
Panen
Pemanenan dilakukan setelah polong matang memiliki kriteria polong
sudah menguning dan kecoklatan 90% dari seluruh tanaman dengan cara
mengeringkan seluruh bagian tanaman dahulu lalu merontokkan polong dari tiap
tanaman serta mengeluarkan biji dari polongnya. Kriteria panen kedelai ditandai
dengan kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 95% dan daun
sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit.
Pengamatan Parameter
Umur Berbunga (hari)
Pengamatan umur tanaman berbunga diamati tiap tanaman dilakukan apabila
bunga telah keluar dari ketiak daun, diamati tiap tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Umur Panen (hari)
Pengamatan umur panen dihitung ketika polong kedelai telah mencapai
warna polong matang

90 % yang ditandai dengan warna kecoklatan pada

polong.
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman
berumur 2 MST sampai berumur 8 MST, dengan interval seminggu sekali.
Pengukuran dilakukan menggunakan meteran dengan menegakkan tanaman.
Pengukuran tinggi tanaman kedelai dilakukan hingga titik tumbuh batang utama.
Jumlah Cabang Primer (cabang)
Cabang yang dihitung adalah cabang yang keluar dari batang utama dan
dilakukan pada saat panen.
Jumlah Polong Berisi per Tanaman (polong)
Polong berisi diamati saat panen, dengan cara menghitung polong yang
berisi sempurna pada tiap tanaman.
Jumlah Polong Hampa per Tanaman (polong)
Pengamtan dilakukan dengan menghitung semua polong hampa untuk
setiap tanaman pada saat panen.
Jumlah Biji per Polong (biji)
Jumlah biji dihitung dengan cara menghitung banyaknya biji yang terdapat
dalam satu polong, dan biji yang dihitung adalah biji yang berisi sempurna.
Caranya polong dibuka dan biji didalamnya dihitung tiap polong per tanaman.

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Biji per Tanaman (biji)
Dihitung dengan menghitung jumlah biji per tanaman setelah dikeringkan
terlebih dahulu sebelumnya.
Bobot Biji per Tanaman
Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji per tanaman dari
masing-masing perlakuan pada tanaman sampel dengan menggunakan timbangan
analitik.
Bobot 100 Biji (g)
Pengamatan dilakukan setelah panen, bobot dari 100 butir biji kering
ditimbang dari setiap tanaman.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Umur Berbunga
Berdasarkan Tabel 1 umur berbunga hasil iradiasi pada dosis 100 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 200 Gy dan 300 Gy
berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 1 . Umur Berbunga (HST) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Umur Berbunga
T-hitung
Po(kontrol)
35,20
P1(100 Gy)
35,50
1,55tn
P2(200 Gy)
36,10
3,83**
P3(300 Gy)
36,75
6,05**
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat rataan umur berbunga pada setiap
populasi tanaman pada generasi M3 yaitu rataan umur berbunga (hari) terlama
terdapat pada populasi tanaman 300 Gy (36,75 hari) dan tercepat pada populasi
kontrol (35,20 hari).
Umur Panen
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan bahwa umur panen tanaman hasil
iradiasi sinar gamma pada dosis 100 Gy, 200 Gy, dan 300 Gy berbeda sangat
nyata terhadap kontrol.
Tabel 2. Umur Panen (HST) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan umur panen
T-hitung
P0(kontrol)
88,40
P1(100 Gy)
84,50
12,37**
P2(200 Gy)
85,65
5,32**
P3(300 Gy)
100,05
3,59**
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2 menunjukkan rataan umur panen (hari) dari setiap populasi
tanaman pada generasi M3 yaitu rataan umur panen (hari) terlama terdapat pada
populasi 300 Gy (100,05 hari) dan tercepat pada populasi 100 Gy (84,50 hari).
Tinggi Tanaman
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa tinggi tanaman hasil iradiasi
sinar gamma terdapat dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy berbeda nyata terhadap
kontrol.
Tabel 3.Tinggi Tanaman
Dosis Iradiasi
P0(kontrol)
P1(100 Gy)
P2(200 Gy)
P3(300 Gy)

Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3
Rataan Tinggi tanaman
T-hitung
54,23
59,55
2,20*
49,70
1,69*
49,39
1,85*

Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 3 menunjukkan rataan tinggi tanaman dari setiap populasi tanaman
pada generasi M3 yaitu rataan tertinggi terdapat pada populasi tanaman 100 Gy
(59,55 cm) dan terendah pada populasi tanaman 300 Gy (49,39 cm).
Jumlah Cabang Primer
Berdasarkan Tabel 4 jumlah cabang primer hasil iradiasi 100 Gy dan
200 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol dan pada dosis 300 Gy berbeda
sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 4. Jumlah Cabang Primer Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Cabang Produktif
T-hitung
P0(kontrol)
4,30
P1(100 Gy)
4,00
0,71tn
P2(200 Gy)
4,15
0,33tn
P3(300 Gy)
6,70
3,46**
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4 menunjukkan rataan jumlah cabang primer dari setiap populasi
tanaman pada generasi M3 yaitu pada rataan jumlah cabang produktif tertinggi
terdapat pada populasi tanaman 300 Gray (6,70) dan terendah terdapat pada
populasi tanaman 100 Gy (4,00).
Jumlah Polong Berbiji Satu (Polong)
Berdasarkan Tabel 5 jumlah polong berbiji satu hasil iradiasi 100 Gy
berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada 200 Gy dan 300 Gy tidak
berbeda nyata terhadap kontrol.
Tabel 5. Jumlah Polong
Generasi M3
Dosis Iradiasi
P0(kontrol)
P1(100 Gy)
P2(200 Gy)
P3(300 Gy)

Berbiji satu (Polong) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada
Rataan Polong Berbiji Satu (Polong)
7,60
16,6
12,2
4,54

T-hitung
2,65**
1,76tn
1,19tn

Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 5 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji satu (polong) dari
setiap populasi tanaman, yaitu rataan jumlah polong berbiji satu (polong) tertinggi
terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (16,6 Polong) dan terendah terdapat pada
populasi tanaman 300 Gray (4,54 Polong).
Jumlah Polong Berbiji Dua (Polong)
Berdasarkan Tabel 6 jumlah polong berbiji dua hasil iradiasi pada semua
perlakuan yaitu 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap
kontrol.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Jumlah Polong Berbiji Dua (Polong) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Polong Berbiji Dua (Polong) T-hitung
P0(kontrol)
38,5
P1(100 Gy)
52,6
2,94**
P2(200 Gy)
56,2
3,54**
P3(300 Gy)
53,2
2,85**
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 6 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji dua (polong) dari setiap
populasi tanaman pada generasi M3 yaitu pada rataan jumlah polong berbiji dua
(polong) tertinggi terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (56,2 Polong) dan
terendah terdapat pada populasi tanaman kontrol (38,5 Polong).
Jumlah Polong Berbiji tiga (Polong)
Berdasarkan Tabel 7 jumlah polong berbiji tiga hasil iradiasi 100 Gy, 200
Gy dan 300 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 7.Jumlah Polong Berbiji tiga (Polong) Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Polong Berbiji Tiga (polong) T-hitung
P0(kontrol)
27,35
P1(100 Gy)
32,3
1,38tn
P2(200 Gy)
34,50
2,20tn
P3(300 Gy)
28,2
0,28tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 7 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji tiga (polong) dari
setiap populasi tanaman pada generasi M3 yaitu pada jumlah rataan polong berbiji
tiga (polong) tertinggi terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (34,50 polong) dan
terendah terdapat pada populasi tanaman kontrol (27,35 polong).

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Polong Berbiji Empat (Polong)
Berdasarkan Tabel 8 jumlah polong berbiji empat (polong) hasil dosis
iradiasi 100 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, 200 Gy berbeda nyata
terhadap kontrol dan 300 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 8.Jumlah Polong Berbiji Empat (Polong) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Polong Berbiji Empat (Polong)
T-hitung
P0(kontrol)
0,85
P1(100 Gy)
0,10
3,24**
P2(200 Gy)
0,30
2,07
P3(300 Gy)
0,35
1,95tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 8 menunjukkan rataan jumlah polong berbiji empat (polong) dari
setiap populasi tanaman yaitu pada jumlah rataan polong berbiji empat (Polong)
tertinggi terdapat pada populasi tanaman kontrol (0,85 Polong) dan terendah
terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (0,10 polong).
Jumlah Polong Berisi (Polong)
Berdasarkan Tabel 9 jumlah polong berbiji (polong) hasil dosis iradiasi 100
Gy dan 200 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300
Gy berbeda nyata terhadap kontrol.
Tabel 9. Jumlah Polong Berbiji (Polong) Dosis Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Polong Berbiji
T-hitung
P0(kontrol)
74,3
P1(100 Gy)
101,7
3,01**
P2(200 Gy)
103,1
4,00**
P3(300 Gy)
90,7
2,08*
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Universitas Sumatera Utara

Berdasarlan Tabel 9 dapat dilihat jumlah polong berbiji (polong) tertinggi
terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (103,1 Polong) dan terendah terdapat
pada populasi tanaman kontrol (74,3 Polong).
Jumlah Polong Hampa(Polong)
Berdasarkan Tabel 10 jumlah polong hampa(polong) hasil iradiasi 100 Gy
dan 200 Gy berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 10. Jumlah Polong Hampa Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Polong Hampa
T-hitung
P0(kontrol)
0,25
P1(100 Gy)
2,65
2,58*
P2(200 Gy)
2,15
2,68*
P3(300 Gy)
0,30
0,20tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 10 menunjukkan bahwa rataan jumlah polong hampa tertinggi
terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (2,65) dan terendah terdapat pada
populasi tanaman kontrol.
Jumlah Biji Polong Berbiji Satu (biji)
Berdasarkan Tabel 11 jumlah biji polong berbiji satu (biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 100 Gy dan 300 Gy berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan
populasi tanaman 200 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 11. Jumlah Biji Polong Berbiji satu (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Rataan Biji Polong Berbiji satu
Dosis Iradiasi
T-hitung
(biji)
P0(kontrol)
P1(100 Gy)
P2(200 Gy)
P3(300 Gy)

7,60
15,3
11,65
8,63

2,31*
1,68tn
0,71*

Universitas Sumatera Utara

Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 11 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji satu (biji)
dari setiap populasi tanaman yaitu pada rataan jumlah biji polong berbiji satu
(biji) tertinggi terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (15,3) dan terendah
terdapat pada populasi kontrol (7,60).
Jumlah Biji Polong Berbiji Dua (biji)
Berdasarkan Tabel 12 jumlah biji polong berbiji dua (biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 300 Gy berbeda tidak nyata terhadap kontrol, sedangkan pada
populasi 100 Gy dan 200 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol.
Tabel 12. Jumlah Biji Polong Berbiji dua (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Biji Polong Berbiji dua (biji) T-hitung
P0(kontrol)
65,60
P1(100 Gy)
98,8
4,11**
P2(200 Gy)
107,2
5,04**
P3(300 Gy)
81,3
1,86tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 12 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji dua (biji)
dari setiap populasi tanaman didapatkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji
dua (biji) tertinggi terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (107,2 biji) dan
terendah terdapat pada populasi kontrol (65,60 biji)
Jumlah Biji Polong Berbiji Tiga (biji)
Berdasarkan Tabel 13 jumlah biji polong berbiji tiga (biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 100 Gy berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan 200 Gy
berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada populasi 300 Gy berbeda
tidak nyata terhadap kontrol.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 13. Jumlah Biji Polong Berbiji Tiga (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Biji Polong Berbiji Tiga (biji) T-hitung
P0(kontrol)
69
P1(100 Gy)
95
2,25*
P2(200 Gy)
103,3
3,22**
P3(300 Gy)
56
1,47tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 13 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji tiga (biji)
dari setiap populasi tanaman didapatkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji
tiga (biji) tertinggi terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (103,3 biji) dan
terendah terdapat pada populasi tanaman 300 Gy (56 biji).
Jumlah Biji Polong Berbiji empat (biji)
Berdasarkan Tabel 14 jumlah biji polong berbiji empat (biji) hasil iradiasi
populasi tanaman 100 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, 200 Gy berbeda
tidak nyata terhdap kontrol dan 300 Gy berbeda nyata terhadap populasi kontrol.
Tabel 14.Jumlah Biji Polong Berbiji Empat (biji) Hasil Iradiasi Sinar Gamma
Pada Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Polong Berbiji empat
T-hitung
P0(kontrol)
2,85
P1(100 Gy)
0,4
3,05**
P2(200 Gy)
1,2
1,72tn
P3(300 Gy)
0,8
2,47*
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 14 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji polong berbiji empat
(biji) dari setiap populasi tanaman didapatkan bahwa rataan tertinggi terdapat
pada populasi tanaman kontrol (2,85 biji) dan terendah terdapat pada populasi
tanaman 100 Gy (0,4 biji).

Universitas Sumatera Utara

Jumlah Biji Per Tanaman
Berdasarkan Tabel 15 jumlah biji per tanaman hasil iradiasi 100 Gy dan
200 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 15. Jumlah Biji
Generasi M3
Dosis Iradiasi
P0(kontrol)
P1(100 Gy)
P2(200 Gy)
P3(300 Gy)

pertanaman Pada

Hasil iradiasi Sinar Gamma Pada

Rataan Jumlah Biji Pertanaman
144,7
209,4
223,3
146,33

T-hitung
3,41**
4,77**
0,1tn

Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 15 menunjukkan bahwa rataan jumlah biji per tanaman dari setiap
populasi tanaman didapatkan bahwa rataan jumlah biji pertanaman

tertinggi

terdapat pada populasi tanaman 200 Gy (223,3 biji), dan terendah terdapat pada
populasi tanaman kontrol (144,7 biji).
Bobot Biji Per Tanaman
Berdasarkan Tabel 16 bobot biji per tanaman hasil iradiasi 100 Gy dan
200 Gy berbeda sangat nyata terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 300 Gy
berbeda tidak nyata terhadap konntrol.
Tabel 17. Bobot Biji Per Tanaman Pada Hasil Iradiasi Sinar Gamma Pada
Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Bobot Biji Per Tanaman
T-hitung
P0(kontrol)
24,5
P1(100 Gy)
59,55
14,19**
P2(200 Gy)
49,7
9,16**
P3(300 Gy)
27,3
1,01tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Universitas Sumatera Utara

Tabel 16 menunjukkan bahwa rataan jumlah bobot biji pertanaman dari
setiap populasi tanaman didapatkan bahwa rataan jumlah bobot biji pertanaman
tertinggi terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (59,5 g) dan terendah terdapat
pada populasi tanaman kontrol (27,3 g).
Bobot 100 biji (g)
Berdasarkan Tabel 17 bobot 100 biji (g) hasil iradiasi dosis 100 Gy dan
200 Gy berbeda sangat nyata dengan kontrol, sedangkan pada dosis 300 Gy
berbeda tidak nyata terhadap kontrol.
Tabel 16. Bobot 100 Biji Pada hasil iradiasi Sinar Gamma Pada Generasi M3
Dosis Iradiasi
Rataan Bobot 100 biji
T-hitung
P0(kontrol)
14,11
P1(100 Gy)
28,46
5,09**
P2(200 Gy)
24,37
4,1**
P3(300 Gy)
15,27
0,50tn
Keterangan : Pada angka-angka yang berada dalam baris yang sama berdasarkan uji t, berbeda nyata
terhadap populasi kontrol (*) pada taraf 5 % dan berbeda sangat nyata terhadap populasi
kontrol (**) pada taraf 1 %

Tabel 17 menunjukkan bahwa rataan jumlah bobot 100 biji (g) dari setiap
populasi tanaman didapatkan bahwa rataan jumlah bobot 100 biji (g) tertinggi
terdapat pada populasi tanaman 100 Gy (28,46 g) dan terendah terdapat pada
populasi tanaman kontrol (14,11 g).
Tabel 18.Variabilitas genetik (σ²g) variabilitas fenotipe (σ²p), koefisien
keragaman genetik (KKG), koefisien keragaman fenotipe (KKF)
populasi tanaman 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy
Populasi
100 Gy

Karakter
Umur Berbunga
Umur Panen
Tinggi Tanaman
Jumlah Cabang Primer
Jumlah Polong Berbijji 1
Jumlah Polong Berbiji 2
Jumlah Polong Berbiji 3
Jumlah Polong Berbiji 4
Jumlah Polong Berbiji

σ²g

σ²p

0,41
0,58
0,01
1,00
45,41
78,97
0,01
1,79
194,20 213,61
47,48 205,41
153,67 205,38
0,88
0,09
1003,09 1328,34

KKG KKF
1,80
2,14
0,12
1,18
11,32 14,92
0 33,44
83,70 87,78
0 27,25
38,38 44,37
0 307,79
31,16 35,85

Universitas Sumatera Utara

Populasi
Karakter
100 Gy Jumlah Biji Polong Berbiji 1
Jumlah Biji Polong Berbiji 2
Jumlah Biji Polong Berbiji 3
Jumlah Biji Polong Berbiji 4
Jumlah Biji Per Tanaman
Bobot Biji Per Tanaman
Bobot 100 Biji
200 Gy Umur Berbunga
Umur Panen
Tinggi Tanaman
Jumlah Cabang Primer
Jumlah Polong Berbijji 1
Jumlah Polong Berbiji 2
Jumlah Polong Berbiji 3
Jumlah Polong Berbiji 4
Jumlah Polong Berbiji
Jumlah Biji Polong Berbiji 1
Jumlah Biji Polong Berbiji 2
Jumlah Biji Polong Berbiji 3
Jumlah Biji Polong Berbiji 4
Jumlah Biji Per Tanaman
Bobot Biji Per Tanaman
Bobot 100 Biji
300 Gy Umur Berbunga
Umur Panen
Tinggi Tanaman
Jumlah Cabang Primer
Jumlah Polong Berbijji 1
Jumlah Polong Berbiji 2
Jumlah Polong Berbiji 3
Jumlah Polong Berbiji 4
Jumlah Polong Berbiji
Jumlah Biji Polong Berbiji 1
Jumlah Biji Polong Berbiji 2
Jumlah Biji Polong Berbiji 3
Jumlah Biji Polong Berbiji 4
Jumlah Biji Per Tanaman
Bobot Biji Per Tanaman
Bobot 100 Biji

σ²g
σ²p
184,07 203,48
306,76 806,91
941,58 1805,1
9,88
1,52
3426,46 5320,05
4,83
38,3
28,56
93,76
0,77
0,94
3,36
4,34
90,77 124,33
0,44 2,24
95,36 114,77
07,88 245,01
105,60 157,31
0,54
0,43
388,63 713,88
76,93
96,34
359,36 859,50
552,29 1415,82
4,49
6,91
1652,44 3546,03
81,20 124,33
5,02
60,18
0,98
1,14
7,27
8,26
65,35
98,90
7,80
4,28
23,69
21,38 274,27
84,88 136,59
0,63
0,34
592,57 917,82
2,61
22,02
437,67 937,82
171 692,53
9,02
2,38
1599,91 3493,5
64,06 107,19
19,72
45,48

KKG
88,68
17,73
32,32
0
27,95
0
18,78
2,43
2,14
2,08
15,97
80,37
0
29,83
0
19,12
75,29
17,69
22,74
0
18,20
19,73
0
2,69
2,70
16,37
36,56
22,08
8,69
32,67
0
26,85
18,73
25,72
0
0
27,33
29,35
0

KKF
93,23
28,75
44,75
307,79
34,82
12,04
34,02
2,68
2,43
24,42
36,06
88,17
27,85
36,41
218,98
25,92
84,25
27,36
36,41
218,98
26,66
24,42
31,83
2,91
2,87
20,13
41,68
51,95
31,13
41,44
167,76
33,42
54,37
37,64
46,99
192,80
40,39
37,96
44,16

Universitas Sumatera Utara

Tabel 19. Nilai duga heritabilitas untuk masingmasing dosis Iradiasi
Nilai Duga h2 per Dosis Iradiasi
Karakter
P1
P2
P3
Umur Berbunga
0,71 t
0,82 t
0,85 t
Umur Panen
0,01 r
0,77 t
0,88 t
Tinggi Tanaman
0,58 t
0,73 t
0,66 t
Jumlah Cabang Primer
0r
0,20 r
0,77 t
Jumlah Polong Berbijji 1
0,91 t
0,83 t
0,18 r
Jumlah Polong Berbiji 2
0r
0r
0,08 r
Jumlah Polong Berbiji 3
0,75 t
0,67 t
0,62 t
Jumlah Polong Berbiji 4
0r
0r
0r
Jumlah Polong Berbiji
0,76 t
0,54 t
0,65 t
Jumlah Biji Polong Berbiji 1
0,90 t
0,80 t
0,12 r
Jumlah Biji Polong Berbiji 2
0,38 r
0,42 s
0,47 s
Jumlah Biji Polong Berbiji 3
0,52 t
0,39 s
0r
Jumlah Biji Polong Berbiji 4
0r
0r
0r
Jumlah Biji Per Tanaman
0,64 t
0,47 s
0,46 s
Bobot Biji Per Tanaman
0r
0,65 t
0,60 t
Bobot 100 biji
0,30 s
0r
0r
Keterangan : r = rendah
s = sedang
t = tinggi
Tabel 20. Sampel nomor tanaman terpilih ditinjau dari karakter umur berbunga
dan produksi tinggi
Populasi
Nomor Tanaman
Umur Berbunga (hari) Bobot biji/tanaman (g)
100 Gy
M3-100 (5,3)
35
82,3
M3-100 (13,2)
35
68,3
M3-100 (17,4)
35
68,3
M3-100 (7,3)
35
66,7
M3-100 (8,4)
35
65,5
M3-100 (14,3)
35
65,3
M3-100 (10,2)
35
64,5
200 Gy
M3-200 (10,3)
35
66,5
M3-200 (15,2)
35
63,5
300 Gy
M3-300 (17,3)
36
47,8
M3-300 (2,3)
36
44
M3-300 (5,3)
36
40,5
Jumlah
12 tanaman terpilih
Pembahasan
Berdasarkaan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga hasil
iradiasi dengan dosis 100 Gy berbeda tidak nyata di bandingkan dengan populasi
kontrol. Umur berbunga tanaman dosis 100 Gy lebih cepat dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

populasi kontrol dan juga terhadap tanaman dosis 100 Gy serta 200 Gy. Hal ini
dikarenakan umur berbunga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Hal
ini sesuai dengan literatur Singh et al., (2014) yang menyatakan bahwa karakter
umur genjah tanaman kedelai dikendalikan oleh gen dominan sempurna gen
resesif, dan pengaruh aditif. Hal ini memberi petunjuk bahwa aksi gen yang
terdapat dalam benih yang di iradiasi menunjukkan aksi gen yang berbeda.
Berdasarkaan hasil penelitian menunjukkan bahwa umur berbunga hasil
iradiasi dengan dosis 200 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata di bandingkan
dengan populasi kontrol. Benih hasil iradiasi sinar gamma menyebabkan umur
berbunga semakin lama di bandingkan tanpa penyinaran. Seperti yang di
kemukakan oleh Khan dan Tyagi (2013) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
tanaman akan terhambat dan menurun sesuai dengan meningkat nya dosis iradiasi
yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh bahwa umur panen pada populasi
dosis 100 Gy, 200 Gy dan 300 Gy berbeda sangat nyata terhadap populasi kontrol.
Hal ini dikarenakan dosis radiasi yang diberikan pada benih kedelai hingga
menyebabkan terjadinya mutasi dan mempercepat umur panennya sehingga tidak
jauh berbeda dengan benih yang tanpa penyinaran. Umur panen dipengaruhi oleh
sifat genetik dan ju