Bahaya Perilaku Tabdzir Tabdzir 1. Pengertian Tabdzir

B B Bu u u k k ku u u u u S S S ii s s s s wa w K K K Ke el a s s X X I 1 1 1 1 1 1 1 1 8 8 8 8 8 8 8 8 runtukan harta tersebut atau tidak layak menurut ketentuan syariat. Dengan demikian semua bentuk penggunaan harta untuk perbuatan haram atau makruh menurut syariat adalah perbuatan tabdzir. Orang yang melakukannya disebut mubadzir. Contoh membe- li alat untuk melakukan kejahatan, atau membelajakan harta untuk sesuatu yang sama sekali tidak ada manfaatnya secara agama, maka termasuk mubadzir. Dengan demikian, bukanlah termasuk perbuatan tabdzir tindakan membelanjakan harta sebanyak apapun jumlahnya untuk kebaikan yang disyariatkan agama. Pendapat lain menyatakan bahwa tabdzir adalah membagi-bagikan harta dalam bentuk yang termasuk berlebih-lebihan. Dengan pengertian ini berarti perbuatan isrof adalah termasuk tabdzir. ا ُن قك ق يقر كق ق ُ ْ ا َنقث٦ اً يق ْ ق ْركق ق ُ قغ ق يقبَسا ق ْباقغ قيق ْسق ْ اقغ ُ َ قح قبْ ُ ْلا اقم قتتقغ ٧ اًر ُ قك ق كقبق ق ُن ق ْي َش ا قن قكقغ قيقط قيَشا قناق ْخقث “dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hambur- kan hartamu secara boros. “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. QS. Al Isra’ [17]: 26-27

2. Bahaya Perilaku Tabdzir

Setiap orang selalu berpikir dan berusaha sekuat tenaga untuk meraih kemewahan kehidupan dunia sebagai suatu yang menyenangkan dan membahagiakan, tanpa mempe- rhatikan ketentuan agama. Anggapan dan keinginan seperti itu sampai sekarang terus me- warnai sebagian masyarakat, berkeinginan memiliki harta kekayaan yang melimpah sek- alipun dengan jalan yang tidak wajar, tidak sesuai dengan peraturan negara dan hukum agama. Akibatnya, timbullah kecurangan dimana-mana yang merugikan semua pihak. Allah melarang kaum muslimin mencari kekayaan dengan cara yang batil, dan me- larang membelanjakan harta yang dikuasai secara boros. Larangan dimaksudkan agar setiap muslim dapat mengatur nilai pengeluaran sesuai keperluannya, tepat yang di- tuju sebagimaha ketentuan agama. Tidak boleh membelanjakan hartanya secara boros hanya untuk kesenangan semata. Pamer kekayaan dan berjiwa sombong akan menyebabkan kehancuran pada diri sendiri karena tidak mempunyai kontrol pribadi dan sosial. Jika kontrol tersebut tidak ada, maka akan berakibat menimbulkan sikap pemborosan yang dilarang dalam slam. Sikap orang yang mendambakan kemewahan dunia semata sebagai tabiat buruk yang harus ditinggalkan karena Allah memberikan pelajaran bahwa Qarun dengan har- ta kekayaannya telah dibenamkan ke dalam bumi. Ternyata harta yang tidak diridai Al- lah tidak memperoleh manfaat apa-apa. Di unduh dari : Bukupaket.com 1 1 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 18 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 A A A Ak k i id d d a h h h h A Ah h h h h k k k k l la a a ak k k k k Ku Ku Ku K K r r ri ii k k u u u k l llu u u um m m 2 20 1 13 3 3 Sayyidina Abu Bakar r.a. menyerahkan semua hartanya kepada Nabi saw. dalam rangka berjihad di jalan Allah. Sayyidina Utsman r.a., membelanjakan separuh hartanya. Na kah mereka diterima Rasulullah saw. dan beliau tidak menilai mereka sebagai para pemboros. Sebaliknya, membasuh wajah lebih dari tiga kali dalam berwudhu, dinilai sebagai pemborosan, walau ketika itu yang bersangkutan berwudhu dari sungai yang mengalir. Jika demikian, pemborosan lebih banyak berkaitan dengan tempat bukannya dengan kuantitas. Rasulullah, ketika melihat seorang laki-laki berwudu lain beliau bersabda, Jangan- lah kamu berlebih-lebihan. Janganlah kamu berlebih-lebihan. Berikut adalah beberapa tindakan yang tergolong sebagai perbuatan tabzir, yaitu : a. Membantu orang lain dalam kemaksiatan. Contoh: memberi sumbangan kepada orang untuk meminum-minuman keras b. Mengkonsumsi makanan yang tidak ada manfaatnya dan membahayakan c. Orang yang bersodakoh tetapi tidak ikhlas d. Merayakan ari Raya lebaran dengan berlebihan e. Merayakan pesta pernikahan dengan berlebihan tidak sesuai dengan syari at

3. Menghindari Perilaku Tabdzir