Ujian Tengah Semester (1)

  Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengantar Filsafat Dan Pemikiran Modern Dosen : Dr. Ganang Dwi Kartika Nama : Muhammad Ryo Emier Islamy NPM : 1406563840 Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu.

  Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu sejak dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.

  Zaman klasik meliputi filsafat Yunani dan Romawi pada abad ke-6 SM dan berakhir pada 529 M. Zaman pertengahan meliputi pemikiran Boethius sampai Nicolaus pada abad ke-6 M dan berakhir pada abad ke-15 M. Zaman modern didahului oleh pemikiran tokoh-tokoh Renaissance. Pada filsafat Rene Descartes (1596-1650) dan berakhir pada pemikiran Friedrich Nietzsche (1844-1900), dan zaman kontemporer yang meliputi seluruh filsafat abad ke-20 hingga saat ini. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas lebih terperinci kepada filsafat kontemporer.

  ”There’s no perfection in this World”, begitulah ungkapan yang dikeluarkan oleh salah satu presentator kelompok 1 mengenai filsafat kontemporer ini, menurut saya ungkapan ini adalah yang paling tepat untuk mengawali semuanya. Sebab, bila kita menelusuri jejak pemikiran filsafat mulai abad klasik, pertengahan, dan modern, ternyata ada kelemahan dan kekurangan di satu sisi serta kelebihan dan kesempurnaan di sisi yang lain. Filsafat modern yang konon katanya sudah lebih sempurna, ternyata masih ada sisi kurangnya sehingga muncul pemikiran baru dalam asas pemikiran yang disebut Filsafat Kontemporer. Segi kekurangan tersebut bisa diperlihatkan dengan banyaknya filosof dan pemikirannya yang gagal mencapai kebijaksanaan sebagai inti diskursus filsafat. Kegagalan tersebut disebabkan atas dua alasan. Yang pertama, merasa bahwa penilaian terhadap apa yang digolongkan sebagai kebijaksanaan

  (knowledge). Kedua, penilaian itu didasari oleh intuisi yang sulit dipertahankan dengan argumentasi logis.

  Pada abad ke-20 kita dapat menyaksikan empat aliran besar dalam filsafat. Pertama, filsafat fenomenologis dan eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya: Husserl, Heidegger, dan Sartre, filsafat ini merupakan aliran yang paling subur di Eropa kontinental terutama di Jerman dan Prancis. Aliran kedua, meskipun bermula dari “Lingkaran Wiena”, Austria, menjadi filsafat yang dominan untuk waktu yang lama di wilayah Anglo-Saxon, jadi di Inggris dan Amerika Utara, itulah filsafat analitis dan bahasa, dengan tokohnya Ludwig Wittgenstein, di mana aliran yang paling terkenal adalah Positivisme Logis. Aliran ketiga bertitik berat di Jerman dan Prancis, yaitu filsafat kritis yang memahami pemikiran filosofis sebagai praksis pembebasan. Di sini termasuk Teori Kritis Horkheimer dan Adorno kemudian Habermas, serta segala filsafat yang mendapat inspirasi dasar dari pemikiran Karl Marx dan Foucalt, misalnya teori keadilan John Rawls. Aliran keempat yang sangat tidak homogen adalah medan pemikiran postmodernistik yang terutama dikembangkan di Prancis, dengan tokoh-tokohnya, seperti: Derrida dan Lyotard. Dan di Amerika Serikat dengan Komunitarisme (yang dengan sendirinya menolak dimasukkan ke dalam postmodernisme). “Postmodernisme” itu menolak segala usaha untuk memahami seluruh kekayaan gejala kehidupan manusia melalui satu pola teoretis. Pemahaman satu pola itu memaksa dan menjadi sarana penindasan dalam realitas. Di samping empat aliran besar tersebut, tentu masih ada sekian banyak aliran lain, teutama Neo-Thomisme dan banyak filosof yang tidak mudah dapat ditempatkan ke dalam salah satu dari aliran itu.

  Mengenai beberapa aliran filsafat yang berkembang di Barat, menurut sumber yang lain, dinyatakan bahwa pada abad ke-17 dan ke-18 sejarah filsafat Barat memperlihatkan aliran-aliran yang besar, yang bertahan lama dalam wilayah-wilayah luas, rasionalisme, empirisme, dan idealisme. Dibandingkan dengan itu, filsafat Barat dalam abad ke-19 dan 20 kelihatan terpecah- pecah. Macam-macam aliran baru bermunculan, dan yang menarik aliran-aliran ini sering terikat hanya pada satu negara atau satu lingkungan bahasa. Aliran-aliran yang paling berpengaruh pada abad kini diantaranya adalah positivisme, marxisme, eksistensialisme, dan pragmatisme.