Metode Perancangan T1 692010045 Full text

4 bentuk, komposisi, irama dan kesatuan. Penggunaan warna, komposisi maupun elemen visual diperhitungkan keunikan maupun kekhasan dari sebuah media tersebut[8]. Keunggulan infografis yaitu dari segi visual yang mampu mengubah persepsi audien tentang deskripsi menjadi lebih singkat dan jelas melalui elemen grafis. Karakteristik konten dari infografis ini sendiri sangat mendukung dengan adanya sifat edukatif, informatif, ringkas, visual dan relevan. Infografis diyakini sebagai cara yang baik untuk mewakili data informasi agar tepat mengenai komunikan, sehingga seorang komunikator dapat mudah memberikan informasi- informasi yang dibutuhkan ke dalam bahasa yang sederhana yang mudah dipahami oleh komunikan berupa rangkaian visual dan verbal yang bersinergi. Infografis melukiskan berita dengan bahasa analogi, simbol dan metafora berupa ilustrasi[9].

3. Metode Perancangan

Pendekatan yang dilakukan untuk proses pembuatan media informasi berbasis video infografis ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif lebih ditujukan untuk mencapai pemahaman mengenai organisasi atau peristiwa khusus dari pada mendeskripsikan permukaan dari sampel besar dari sebuah populasi[10]. Tahapan penelitian kualitatif yaitu 1 Pertama, menentukan masalah, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini merupakan permasalahan yang sifatnya unik, khas dan memiliki daya tarik sekaligus spesifik, 2 pertanyaan penelitian, menyiapkan pertanyaan penelitian yang menyangkut dengan masalah yang diangkat, karena pertanyaan merupakan ciri khas penelitian kualitatif. 3 Pengumpulan data, berupa informasi mengenai penelitian yang diangkat dengan wawancara, observasi, 4 Analisis data dilakukan setelah data yang relevan diperoleh dalam pengumpulan data. 5 Perancangan dan implementasi, pada tahap ini merancang video sebagai media informasi, dalam perancangan ini memiliki beberapa tahap yaitu pra-produksi, produksi dan pasca produksi. Tahap ini juga merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. 6 Hasil akhir, hasil akhir diperoleh perancangan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Langkah-langkah penelitian kualitatif dapat dilihat pada Gambar 1. 5 Gambar 1 Langkah-langkah Dalam Penelitian Dalam perancangan media informasi berbasis video infografis di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga ini dipilih karena sesuai dengan wawancara awal dengan bapak Shakti, selaku pengurus di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga bahwa Perpustakaan memiliki masalah dalam pemberian informasi melalui media. Keinginan dari Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga juga menjadi faktor untuk menyelesaikan masalah. Pertanyaan penelitian yang akan digunakan pada pengumpulan data sudah di atur dan dipilih, karena pertanyaan yang terfokus merupakan bagian penting dari penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan meninjau pustaka, observasi dan wawancara secara langsung. Pengumpulan data melalui wawancara, dilakukan secara langsung kepada informan yaitu pengunjung perpustakaan dengan usia 13- 35 tahun serta wawancara lanjutan kepada bapak Shakti selaku Kepala Seksi Bina dan Arsip Perpustakaan. Selanjutnya observasi dilakukan selama penelitian itu berjalan. Dalam melakukan wawancara, pertanyaan sudah disusun sesuai masalah untuk digunakan sebagai sarana mendapat informasi yang jelas, namun dapat berkembang pada saat tergantung kondisi dilapangan. Informasi yang berasal dari bapak Shakti, yaitu masih sangat minimnya pemberian informasi untuk fasilitas dan layanan, dikarenakan terhambat masalah berupa dana untuk membuat brosur untuk memberi informasi dan juga konten yang dalam brosur masih belum efektif ,kurang menarik, serta konten mengenai fasilitas yang dicantumkan masih minim. Begitu juga dengan penggunaan Analisis Data Pengumpulan Data Pertanyaan Penelitian Perancangan dan Implementasi Penentuan Masalah Hasil Akhir 6 promosi lewat media sosial, masih sangat minim dan kurang efektif karena menurut wawancara dengan pengunjung perpustakaan, ada yang mengatakan belum pernah melihat website, brosur perpustakaan, dan ada yang sudah pernah melihat video, namun dinilai belum lengkap karena video yang dibuat sudah lama sehingga perlu di perbaharui. Sebagian informan hanya mengetahui sebagian kecil fasilitas yang disediakan seperti ruang internet, wifi, meja, kursi dan lain-lain, padahal Perpustakaan dan Arsip Salatiga melalui bapak Shakti telah menyediakan fasilitas kurang lebih 20 fasilitas yang bisa digunakan oleh pengunjung secara gratis. Target pada penelitian ini adalah masyarakat umum dengan karakteristik usia 13-35 tahun. Karakteristik masyarakat umum, dinilai cocok karena rata-rata pengunjung Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga adalah pelajar, mahasiswa dan orang tua. Wawancara secara langsung terhadap pengunjung menjadi patokan dalam pencarian data. Dari data yang didapat berupa wawancara langsung, dapat disimpulkan bahwa walaupun banyak yang sudah mengetahui adanya Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga serta pernah berkunjung ke sana, hanya sedikit dari informan yang mengetahui fasilitas yang disediakan oleh Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Dari hasil wawancara, penyampaian melalui video ini dipilih karena sesuai dengan hasil wawancara, sebagian besar informan setuju bila informasi tentang Perpustakaan dan Arsip Daerah dimuat dalam bentuk video, karena dapat memberikan sesuatu yang baru, sehingga penyampaian informasi menjadi lebih menarik dan efektif. Dan dengan infografis dalam bentuk gambar dan huruf dalam video, dapat memudahkan masyarakat mengerti dan memahami informasi yang disampaikan. Perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis dengan teknik motion graphic ini, memiliki tahap perancangan yang harus dilakukan yaitu, 1 Pra produksi meliputi pembuatan konsep, pembuatan storyline, pembuatan treatment, pembuatan storyboard. Selanjutnya 2 Tahap produksi elemen visual, Proses pengambilan gambar yang berupa video. Dan tahap terakhir yaitu 3 Pasca produksi yaitu editing, pemberian sound, penggabungan elemen visual dan serta pemberian efek dalam video. Dan tahap terakhir adalah proses rendering. Dalam perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis, sesuai dengan pembahasan dalam penelitian ini yaitu tentang informasi di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga, maka konsep yang akan diangkat adalah informasi perpustakaan. Informasi itu disampaikan terstruktur sehingga jelas dan menarik. Konsep informasi disini yang dimaksud adalah semua fasilitas dan pelayanan dari Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga akan dipaparkan secara berurutan dalam video informasi ini, agar masyarakat memahami informasi yang disampaikan. Perancangan ini sendiri menggabungkan elemen yang ada didalam multimedia yaitu video, animasi, gambar serta huruf. Perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini, menggunakan talent untuk membantu mengarahkan informasi yang akan disampaikan Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. 7 Pendekatan verbal yang dilakukan pertama melalui bahasa yang digunakan. Gaya atau gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style[10] dengan bahasa yang digunakan yaitu bahasa tak resmi agar kalimat-kalimat dalam informasi lebih terkesan santai dan dapat dengan mudah dimengerti. Pendekatan visual yaitu menentukan gambar, huruf, warna yang akan digunakan. Gaya gambar yang digunakan untuk elemen visual yaitu gambar simpel atau sederhana. Gaya gambar yang simpel disesuaikan dengan usia masyarakat yaitu antara usia 13-35 tahun yang lebih tertarik dengan yang sederhana namun jelas dan menarik. Ciri khusus dari infografis yaitu terdapat banyak gambargrafis yang memperjelas informasi yang disampaikan agar mudah dan menarik. Huruf atau tipografi adalah suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak. Tipografi adalah alat komunikasi, oleh karena itu tipografi harus memiliki karakter kuat, jelas clarity, terbaca legibility[12]. Huruf pun dapat mewakili sekaligus menggambarkan informasi yang disampaikan, karena huruf sendiri merupakan elemen yang penting dalam infografis. Huruf yang akan digunakan dalam perancangan video informasi ini adalah Century Gothic. Huruf Century Gothic ini termasuk dalam jenis huruf sanserif yaitu huruf yang tidak berkaki, yang jenis fontnya enak dilihat dan terkesan simpel dan elegan. Huruf Century Gothic akan digunakan untuk semua elemen visual untuk menyampaikan informasi dalam video ini. Huruf yang digunakan ini sangat cocok untuk menjelaskan suatu informasi karena mudah dibaca meskipun dibaca. Huruf-huruf yang akan digunakan dapat dilihat pada Gambar 2. A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.,?:; Gambar 2 Huruf Dalam Perancangan Warna yang digunakan dalam perancangan ini adalah warna putih sebagai warna umum serta warna biru dan orange kekuningan sebagai pendukung untuk digunakan pada elemen visual. Dipilih warna tersebut karena warna putih melambangkan kecermatan serta steril dan terlihat simpel serta elegan untuk dipadukan dengan warna pendukung. Warna biru dan orange kekuningan dipilih karena biru mewakili warna tenang dan menarik dan juga memberi kesan komunikasi yang baik untuk informasi. Warna orange kekuningan dipilih karena melalui observasi, keseluruhan gedung dominan dengan warna orange, tapi dalam perancangan elemen visual menggunakan warna orange kekuningan agar terkesan lebih ceria dan nyaman dipandang, dan juga untuk menyatukan dan menselaraskan elemen visual agar terlihat lebih simpel, menarik dan memberi kesan semangat[13]. Storyline merupakan alur sebuah naskah cerita dalam bentuk teks, dimana konsep perancangan dideskripsikan dalam bentuk cerita untuk memberi gambaran dasar perancangan. Storyline perancangan video ini dimulai, yaitu pertama talent berjalan masuk ke Perpustakaan untuk mengawali video mengenai Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Talent masuk melalui pintu masuk dan ditampilkan 8 animasi berupa informasi mengenai waktu pelayanan Perpustakaan. Selanjutnya, menuju pusat informasi dimana terdapat petugas yang mengurus pelayanan di pusat informasi. Tahap pendaftaran, pemakaian loker serta proses pembuatan kartu member dilakukan secara berurutan. Selama proses tersebut sedang berlangsung, ditampilkan informasi berupa animasi mengenai penjelasan dan kegunaan fasilitas dan layanan tersebut. Kegiatan selanjutnya tentang fasilitas ruangan yang ada. Secara berurutan ditampilkan dari ruang multimedia atau audio visual, ruang anak, ruang internet dan ruang untuk orang berkebutuhan khusus yang didalamnya terdapat ruang baca untuk tuna netra dan ruang laktasi. Fasilitas ruangan selanjutnya adalah ruang referensi, tempat penelusuran informasi, koleksi buku dan ruangan sebagai tempat untuk membaca. Animasi mengenai informasi tentang ruang-ruang tersebut ditampilkan dan disesuaikan dengan video pada perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis. Proses peminjaman buku terdapat diakhir karena sesuai dengan konsep talent mengikuti alur dari pendaftaran hingga peminjaman buku di Perpustakaan dan Arsip Salatiga. Setelah peminjaman buku, ditampilkan juga fasilitas berupa layanan yang disediakan Perpustakaan, serta visi dan misi dari Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga di tampilkan pada akhir video. Tahapan treatment perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Treatment Perancangan Video Scenes Konten Keterangan Scene 1 Gedung Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga Memperlihatkan seluruh gedung kemudian talent masuk dari tangga dan menuju ke tempat pendaftaran. Diikuti dengan animasi berupa jam pelayanan dan cara pendaftaran. Scene 2 Peminjaman kunci loker, proses pembuatan kartu member Meminjam kunci dan menaruh tas di loker lalu Talent langsung membuat kartu anggota dan muncul animasi berupa informasi tentang loker, syarat dari pembuatan dan waktu pembuatan. Scene 3 Ruang Audio Visual, Ruang Anak, Ruang internet, dan Ruang untuk Orang berkebututhan khusus dan pojok laktasi Talent berjalan menuju ruang audio visual, kemudian masuk dan menggunakan komputer dengan ditambah informasi animasi tentang ruang audio visual, setelah itu berurutan talent masuk ke ruang anak untuk mengetahui informasi apa yang ada, dan menuju ruang internet dan ditambah animasi tentang informasinya dan selanjutnya masuk ke dalam ruang untuk orang yang berkebutuhan khusus dengan informasi berupa animasi. Scene 4 Ruang Referensi dan Pusat Baca dan Koleksi Buku. Talent naik melalui tangga dan kemudian masuk kedalam ruang referensi dan menampilkan informasi tentang ruang referensi dalam bentuk animasi. Panning 9 camera untuk memperlihatkan keseluruhan tempat buku dalam rak lalu muncul informasi berupa animasi yaitu jumlah koleksi buku dalam bentuk grafik batang dan diikuti dengan informasi jenis buku yang ada di perpustakaan. Scene 5 Penelusuran Informasi, Ruang Baca Buku Talent mencari buku melalui fasilitas komputer untuk menelusur informasi buku yang dicari. Talent mencari buku untuk dibaca dan talent menggunakan alat pencari buku berupa komputer dan diberi informasi tentang fasilitas alat pencari tersebut. Setelah menemukan buku yang dicari, talent duduk ditempat yang disediakan di ruang baca, sambil membaca ditambahkan animasi informasi berupa fasilitas yang disediakan diruang baca seperti AC, charger, Wifi dan meja. Scene 6 Peminjaman Buku Setelah membaca talent menuju ke tempat peminjaman untuk meminjam buku dan diberi informasi peminjaman buku setelah itu mengambil tas diloker dan keluar. Scene 7 Fasilitas dan layanan tambahan yang disediakan di Perpustakaan serta Visi dan Misi Perpustakaan. Fasilitas dan layanan tambahan yang disediakan perpustakaan bergantian muncul mulai dari layanan Wifi, CCTV, majalah Jendela Pustaka, maket kota Salatiga, Anjungan profil kota, informasi bazar buku murah, dan juga perpustakaan keliling berupa mobil, animasi informasi ditambahkan pada saat muncul layanan tersebut. Dan diakhir memperlihatkan gedung lalu muncul visi dan misi perpustakaan, alamat website dan logo kota Salatiga. Storyboard adalah naskah yang dituangkan dalam bentuk gambar nyata mengikuti storyline. Storyboard merupakan serangkaian sketsa gambar dibuat persegi panjang untuk menggambarkan dan menjelaskan urutan alur dari cerita. Storyboard perancangan video perpustakaan dapat dilihat pada Gambar 3. 10 Gambar 3 Storyboard Perancangan Video Infografis Tahap selanjutnya adalah proses produksi elemen visual. Elemen-elemen teks, gambar 2D, foto-foto serta potongan-potongan video, nantinya akan berguna untuk mendukung tampilan dari media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga video infografis, menjadi lebih menarik dan jelas. Elemen visual yang dianimasikan dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis. Pembuatan elemen visual ini dibuat secara digital untuk mempermudah proses pasca produksi. Dalam elemen visual yang dirancang, terdapat juga gambar serta simbol yang digunakan untuk memberi kesan menarik dan sebagai perwakilan dari informasi yang disampaikan. Dengan adanya simbol berupa gambar yang sederhana ini dapat membuat masyarakat mengerti dan lebih paham. Gambar serta simbol yang digunakan pada perancangan ini dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5. Gambar 4 Elemen Visual Dalam Video Gambar 5 Gambar dan Simbol Informasi dalam Perancangan 11 Selanjutnya yaitu produksi video. Pada tahap ini yang dilakukan adalah proses shooting langsung di Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga dengan mengikuti konsep seperti pada storyline, storyboard, dan treatment. Proses pembuatan video ini menggunakan kamera DSLR. Proses ini, selain mengambil gambar untuk kebutuhan rancangan treatment, juga mengambil gambar berupa footage video sebagai stock yang akan digunakan untuk melengkapi video. Beberapa potongan proses pengambilan gambar di perpustakaan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6 Potongan Pengambilan Gambar Tahap selanjutnya setelah proses pengambilan gambar, yaitu dilakukan proses editing untuk video. Disini proses penambahan animasi belum dilakukan, karena masih dikategorikan sebagai offline editing. Offline editing yang dimaksud disini adalah proses penggabungan video. Offline editing dilakukan bertujuan mempermudah dalm pemberian animasi. Proses offline editing dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Proses Offline Editing Penggabungan elemen visual dengan video dilakukan pada setiap scene yang berbeda. Dengan melakukan pembagian scene ini, maka dapat membantu mempermudah proses pengerjaan dan juga penganimasian video. Elemen visual yang digabung dengan video adalah pada scene pertama, saat talent mendaftar menjadi anggota perpustakaan, terdapat elemen visual yang dianimasikan sebagai penyalur informasi dalam bentuk gambar. Penggabungan elemen visual dengan video dapat dilihat pada Gambar 8. 12 Gambar 8 Proses Penggabungan Video dan Elemen Visual Special effect merupakan efek-efek khusus yang diberikan pada gambar maupun video agar memberikan kesan menarik pada hasil akhirnya. Penambahan efek dilakukan setelah semua proses pengeditan video serta penggabungan elemen visual selesai. Efek-efek yang diberikan pada setiap scene bervariasi, namun tetap terkonsep dan saling berhubungan agar terlihat rapi pada transisi scene lainya dan juga memperlihatkan kesatuan dari alur perancangan ini. Efek yang diberikan pun dirancang simpel dan dapat menarik perhatian masyarakat untuk fokus pada video dan animasi. Penggunaan efek untuk menganimasikan elemen visual dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 Pemberian Efek Dalam Video Perpustakaan Setelah semua scene diberikan efek-efek, maka selanjutnya yang dilakukan adalah proses editing, dimana proses editing diberi nama proses online editing yaitu memberikan efek coloring pada video, serta menggabungkan scene yang terpisah sesuai dengan alur konsep video. Tambahan efek transisi pada video, membuat video terlihat lebih bagus. Online editing pada media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini dapat dilihat pada Gambar 10. 13 Gambar 10 Proses Online Editing Penambahan backsound musik dilakukan setelah semua scene telah dirangkum menjadi satu. Media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah berbasis video infografis ini, hanya menggunakan backsound saja dan tidak menggunakan narasi, dikarenakan video informasi ini untuk memperjelas fasilitas yang ada dengan bentuk infografis yang dianimasikan. Sehingga dapat memberi kesan akan lebih fokus untuk melihat video tersebut. Backsound yang digunakan pada media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini adalah musik yang di-download dari website free to use. Video yang sudah ditambahkan backsound dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 Proses Penambahan Backsound Setelah sound ditambahkan pada video maka dilakukan pengecekan dan pengetesan pada video, untuk memastikan tidak ada kesalahan pada video. Selanjutnya setelah semua dicek dan tidak ada kesalahan maka dilakukan proses rendering pada video. Hasil penggabungan dari video, animasi elemen visual dan juga backsound musik. Setelah semua dilakukan, maka proses perancangan media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis dengan teknik motion graphic ini telah selesai, yang selanjutnya dilakukan adalah pengujian. Proses rendering video informasi Perpustakaan ini menggunakan format H.264 atau biasa disebut .MP4 dengan resolusi HD 720, dan ukuran 1.280x720 serta menggunakan frame rate 23.976 karena rata-rata hasil video menggunakan frame rate 23-25. Format tersebut disesuaikan dengan kebutuhan 14 dari Perpustakaan yang nantinya akan diimplementasikan pada layar LCD komputer Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga. Selain media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis yang digunakan, terdapat juga media pendukung yang dapat membantu pemberian informasi. Media pendukung ini dibuat dengan tujuan agar media informasi berbasis video infografis yang telah dibuat dapat diketahui dan diingat oleh pengunjung maupun masyarakat umum dengan mudah. Media pendukung yang dirancang dalam bentuk poster. Pembuatan poster dinilai cukup efektif sebagai media pendukung, karena dapat ditempatkan atau ditempelkan di tempat-tempat strategis yang memungkinkan untuk dilihat dan dibaca. Selain itu poster juga merupakan salah satu elemen pendukung yang cukup penting dalam pendeskripsian video. Media pendukung dari media informasi Perpustakaan dan Arsip Daerah Salatiga berbasis video infografis ini dapat dilihat pada Gambar 12. Gambar 12 Poster Media Pendukung Video

4. Hasil dan Pembahasan