resume hukum tata negara tata negara

TUGAS
HUKUM TATA PEMERINTAHAN

IBNU
SYUJA’I
SYAKURO

130565201134

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

(DR. RIDWAN HR)

BAB 2
KEDUDUKAN, KEWENANGAN, DAN TINDAKAN HUKUM PEMERINTAH

a. Kedudukan hukum (rechtspositie)
Pembagian hukum kedalam hukum publik dan hukum privat
yang dilakukan oleh ahli hukum romawi, ulpianus, ketika ia
menlis “publicum ius est, quod ad statum rei romanea spectat,
privatum quod ad singulorum utitilatem “ (hukum publik

adalah hukum yang berkenaan dengan kesejahteraan negara
romawi, sedangkan hukum privat adalah hukum yang
mengatur hubungan kekeluargaan), pengaruhnya cukup besar
dalam sejarah pemikiran hukum, sampai sekarang. Pergaulan
hukum (rechtsverkeer), badan hukum (rechtsperson).

Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi
jabatan. Menurut logemann, “in zijn sociale verschijningsvorm
is de staat organisatie, een verband van functies. Met functie is
dan bedoeld; een omschreven werkkring in verband van het
geheel. Zij heet, met betrekking tot de staat, ambt. De staat is
ambtenorganisatie” (dalam bentuk kenyataan sosialnya, negara
adalah organisasi yang berkenaan dengan berbagai fungsi.
Yang dimaksud dengan fungsi adalah lingkungan kerja yang
terperinci dalam hubungannya secara keseluruhan. Fungsifungsi ini dinamakan jabatan. Negara adalah organisasi jabatan.

Berdasarkan ajaran hukum (rechtsleer) keperdataan dikenal istilah
subjek hukum, yaitu de drager van de rechten en plichten atau
pendukung hak dan kewajiban, yang terdiri dari manusia
(natuurlijkpersoon) dan badan hukum (rechtspersoon). Badan hukum ini

terdiri dari 2 bagian yaitu badan hukum privat dan badan hukum publik.
Menurut chidir ali, ada 3 kriteria untuk menentukan status badan
hukum publik, yaitu pertama, dilihat dari pendiriannya, badan hukum
itu diadakan dengan konstruksi hukum publik yanng didirikan oleh
penguasa dengan undang-undang atau peraturan-peraturan lainnya;
kedua, lingkungan kerjanya, yaitu melaksanakan perbuatan-perbuatan
publik; ketiga , badan hukum itu diberi wewenang publik speperti
membuat keputusan atau peraturan yang mengikat umum. Membuat
peraturan (regeling), mengeluarkan kebijakan (beleid), menetapkan
rencana (het plan), keputusan (beschikking) organisasi jabatan
(ambtenorganisatie),
Kewenangan
publik
(publiekbevoegdheid),
perbuatan keperdataan (privaat rechtsverkeer), kecakapan (bekwaam).

p. Nicolai dan kawan-kawan karakteristik organ pemerintahan :

a.


Organ pemerintahan menjalankan wewenang atas nama dan
tanggungjawab sendiri, yang dala pengertian modern, diletakkan
sebagai
pertanggungjawaban
politik
dan
kepegawaian
atau
tanggungjawab pemerintah sendiri dihadapan hakim. Organ pemerintah
adalah pemikul kewajiban tanggungjawab.

b.

Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan
norma hkum administrasi, organ pemerintahan dapat bertindak sebagai
pihak tergugat dalam proses peradilan yaitu dalam hal ada keberatan,
banding, atau perlawanan.

c.


Disamping sebagai pihak tergugat, organ pemerintahan juga dapat
tampil menjadi pihak yang tidak puas, artinya sebagai penggugat.

d.

Pada prinsipnya organ pemerintnahan tidak memiliki harta kekayaan
sendiri. Organ pemerintahan merupakan bagian (alat) dari badan
hukum menurut hukum privat dengan harta kekayaanya. Jabatan bupati
atau walikota adalah organ-organ dari badan umum “kabupaten”.
Berdasarkan aturan hukum badan hukum inilah yang dapat memiliki
harta kekayaan, bukan organ pemerintahannya.

Meskipun jabatan pemerintah ini dilekati dengan hak dan
kewajiban atau diberi wewenang untuk melakukan tindakan
hukum, namun jabatan tidak dapat bertindak sendiri. Jabatan
hanyalah fiksi. Perbuatan hukum jabatan dilakukan melalui
perwakilan (vertegenwoordiging), yaitu pejabat (ambtsdrager).
Pejabat bertindak untuk dan atas nama jabatan. Menurut E.
Utrecht, oleh karena diwakili pejabat, maka jabatan itu
berjalan. Yang menjalankan hak dan kewajiban yang didukung

oleh jabatan ialah pejabat. Jabatan bertindak dengan
perantaraan pejabatnya.

Jabatan dan pejabat diatur dan tunduk pada hukum ang
berbeda. Jabatan diatur oleh hukum tata negara dan hukum
administrasi negara, sedangkan pejabat diatur dan tunduk
pada hukum kepegawaian. Disamping itu, sesuai dengan
ilustrasi yang diberikan bothlingk tampak bahwa pejabat
menampilkan dirinya dalam dua kepribadian yaitu selaku
pribadi dan selaku personifikasi dari organ, yang berarti selain
diatur dan tunduk pada hukum kepegawaian juga tunduk pada
hukum perdataan, khusus dalam kapasitasnya selaku individu
ata pribadi (privepersoon). Dalam hukum administrasi negara,
tindakan hukum jabatan pemerintahan dijalankan oleh pejabat
pemerintah. Dengan demikian, kedudukan hukum pemerintah
berdasarkan
hukum
publik
adalah
sebagai

wakil
(vertegenwoordiger) dari jabatan pemerintahan.

Macam-macam jabatan pemerintahan
Indroharto menyebutkan bahwa ukuran untuk dapat disebut badan
atau pejabat TUN adalah fungsi yang dilaksanakan, bukan nama seharihari, bukan pula kedudukan sttrukturalnya dalam salah sat lingkungan
kekuasaan dalam negara. Selanjutnya indroharto mengelompokkan organ
pemerintahan atau tata usaha negara itu sebagai berikut :

a. Instansi-instansi

resmi pemerintahyang berada dibawah presiden
sebagai kepala eksekutif;

b. Instansi-instansi

dalam lingkungan negara diluar
kekuasaan eksekutif yang berdasarkan peraturan
undangan melaksanakan urusan pemerintahan;


c.

lingkungan
perundang-

Badan-badan hukum perdata yang didirikan oleh pemerintah dengan
maksud untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan;

d. Instansi-instansi yang merupakan kerja sama antara pihak pemerintah
dengan pihak swasta yang melaksanakan tugas-tugas pemerintahan;

e. Lembaga-lembaga

hukum swasta yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan dan sistem perizinan melaksanakan tugas
pemerintahan.

Secara lebih terperinci SF. Marbun menyebutkan kelompok badan
atau pejabat TUN yang menyelenggarakan urusan, fungsi atau
tugas pemerintahan, yakni sebagai berikut:


a. Mereka yang termasuk dalam lingkunganeksekutif mulai dari
presiden sebagai kepala pemerintahan (termasuk pembantupembantunya dipusat seperti wakil presiden, para menteri dan
lembaga-lembaga non-departemen);

b. Mereka yang menyelenggarakan urusan desentralisasi, yaitu

kepala daerah tingkat 1 (termasuk sekretariat daerah tingkat 1
dan dinas-dinas daerah tingkat 1), kepala daerah tingkat
2(termasuk sekretariat tingkat 2 dan dinas-dinas tingkat 2) dan
pemerintahan desa;

c. Mereka yang menyelenggarakan urusan dekonsentralisasi,
seperti gubernur (termasuk sekretariat wilayah dan kanwilkanwil), bupati( termasuk sekretariat wilayah dan kandepkandep), walikotamadya, walikota administratif, camat, serta
lurah;

Lanjutan...

d. Pihak ketiga atau pihak swasta yang mempunyai hubungan istimewa
atau hubungan biasa dengan pemerintah, baik yang diatur atas dasar

hukum publik maupun hukum privat;
e. Pihak ketiga atau swasta yang memperoleh konsesi atau izin dari
pemerintah;
f. Pihak ketiga atau swasta yang diberi subsidi oleh pemerintah, misalnya
sekolah-sekolah swasta;
g. Yayasan-yayasan yang didirikan dan diawasi oleh pemerintah;
h. Pihak ketiga atau koperasi yang didirikan dan diawasi oleh pemerintah;
i. Pihak ketiga atau bank-bank yang didirikan dan diawasi oleh pemerintah;
j. Pihak ketiga atau swasta yang bertindak bersama-sama dengan
pemerintah (persero), seperti BUMN yang memperoleh atribusi wewenang,
PLN, pos dan giro, PAM, telkom, garuda, dan lain-lain;
k. Ketua pengadilan negeri, ketua pengadilan tinggi dan ketua mahkamah
agung serta panitera dalam lingkungan peradilan;
l. Sekretariat pada lembaga lembaga tinggi negara (MPR) dan lembagalembaga tinggi negara serta sekretariat pada DPRD.

Ketika pemerintah bertindak dalam lapangan
keperdataan dan tunduk pada peraturan hukum
perdata, pemerintah bertindak sebagai wakil dari badan
hukum, bukan wakil dari jabatan. Oleh karena itu,
kedudukan

pemerintahdalam
pergaulan
hukum
keperdataan tidak berbeda dengan seseorang atau
badan hukum privat, tidak memiliki kedudukan yang
istimewa, dan dapat menjadi pihak dalam sengketa
perdata (equality before the law)
dalam peradilan
umum.
tindakan hukum pemerintah dibidang keperdataan
adalah sebagai wakil dari badan hukum (rechtpersoon),
yang tunduk dan diatur dengan hukum perdata. Dengan
demikian, kedudukan pemerintah dalam hukum privat
adalah sebagai wakil dari badan hukum keperdataan

Keberadaan pemerintah yang secara teoritik memiliki dua
fungsi, sebagai wakil dari jabatan dan badan hukum, yang
masing-masing diatur dan tunduk pada hukum yang berbeda;
hukum publik dan hukum privat, sering membingungkan bagi
kebanyakan orang apalagi bagi orang awam. Kebingungan ini

sekurang-kurangnya karena tiga alasan;pertama, kesukaran
menentukan secara tegas kapan pemerintah bertindak dalam
bidang keperdataan dan kapan dalam bidang publik; kedua,
dalam praktik pihak yang melakukan tindakan dibidang publik
dan keperdataan itu menggunakan satu nama yakni
pemerintah; ketiga, sebagaimana telah disebutkan diatas,
perbedaan antara hukum publik dengan hukum privat itu
bersifat relatif. Salah satu caara untuk meredakan
kebingungan itu adalah melalui pemahaman secara mendalam
tentang
konsep
kewenangan
pemerintahan
(bestuursbevoegdheid).

Kewenangan pemerintah
Asas legalitas
Asas legalitas merupakan salah sat prinsip utama yang
dijadikan sebagai dasar dalam setiap penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan disetiap negara hukum
terutama
bagi
negara-negara
hukum
dalam
sistem
kontinental. Pada mulanya asas legalitas dikenal dalam
penarikan pajak oleh negara. Di inggris terkenal ungkapan;” no
taxation representation” , tidak ada pajak tanpa
(persetujuan) parlemen, atau di amerika ada ungkapan;” no
taxation representation is robbery”, pajak tanpa (persetujuan)
parlemen adala perampokan. Hal ini berarti penarikan pajak
hanya boleh dilakukan setelah adanya undang-undang yang
mengatur pemungutan dan penentuan pajak. Asas ini
dinamakan juga dengan kekuasaan undang-undang (de
heerschappij van de wet).

Prajudi atmosudirdjo menyebutkan beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu:

1. Efektivitas, kegiatanna harus mengenai sasaran yang telah
ditetapkan.

2. Legimitas,kegiatan

administrasi

negara

jangan

sampai

menimbulkan heboh.

3. Yuridikitas, syarat yang menyatakan bahwa perbuatan para pejabat
administrasi negara tidak boleh melanggar hukum dalam arti luas.

4. Legalitas, syarat yang menyatakan bahwa perbuatan atau
keputusan administrasi negara yang tidak boleh dilakukan tanpa
dasar undang-undang (tertulis) dalam arti luas.

5. Moralitas, salah satu syarat yang paling diperhatikan oleh
masyarakat.

6. Efisiensi, wajib dikejar seoptimal mungkin; kehematan biaya dan
produktivitas wajib diusahakan setinggi-tingginya.

7. Teknik dan teknologi, yang setinggi-tingginya wajib dipakai untuk

mengembangkan aatau mempertahankan mutu prestasi yang
sebaik-baiknya.

Wewenang pemerintahan
Meskipun asas legalitas mengandung kelemahan, namun ia
tetap menjadi prinsip utama dalam setiap negara hukum. Telah
disebutkan bahwa asas legalitas merupakan dasar dalam
setiap penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan.
Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan kenegaraan dan
pemerintahan harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan
yang diberikan oleh undang-undang.

Sumber dan
pemerintahan

cara

memperoleh

wewenang

Mengenai atribusi, delegasi, dan mandat ini H.D. Van wijk/ willem
konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut:
1. Attributie: toekenning van een bestuursbevoegheid door een
wetgever aan een bestuursorgaan, (atribusi adalah pemberian
wewenang pemeritahan oleh pembuat undang-undang kepada
organ pemerintahan).
2. delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene
bestuursorgaan aan een ander, (delegasi adalah pelimpahan
wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada
organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya).
3. mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens
hem uitoefenen door een ander, (mandat terjadi ketika organ
pemerintahan mengizikan kewenangannya dijalankan oleh orang
lain atas namanya).

BAB 3
INSTRUMEN PEMERINTAHAN
empat macam sifat norma hukum, yaitu sebagai berikut:

1. Norma umum abstrak misalnya undang-undang;
2. Norma individual konkret misalnya keputusan tata

usaha

negara;

3. Norma

umum konkret misalnya rambu-rambu lalu lintas
yang dipasang ditempat tertentu (rambu itu berlaku bagi
semua pemakai jalan, namun hanya berlaku untuk tempat
itu);

4. Norma individual abstrak misalnya izin gangguan.

Kualifikasi norma hukum yang hampir sama dikemukakan pula
oleh H.D. Van wijk/willem konijnenbelt, yakni sebagai berikut:

a. umum-abstrak:

peraturan umum, contohnya peraturan
perundang-undangan lalu lintas jalan 1990 (suatu peraturan
pemerintah), peraturan bangunan;

b. Umum-konkret:

keputusan tentang larangan parkir pada jalan
tertentu, pernyataan tidak dapat didiaminya suatu rumah
(larangan mendirikan rumah pada wilayah tertentu, pen.);

c.

Individual-abstrak: izin yang disertai syarat-syarat yang
bersifat mengatur dan abstrak serta berlaku secara
permanen, contohnya izin berdasarkan undang-undang
pengelolaan lingkungan;

d. Individual

konkret: surat keputusan pajak, pemberian subsidi
untuk suatu kegiatan, keputusan mengenai pelaksanaan
paksaan pemerintahan.

Peraturan perundang-undangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Bersifat

umum dan komprehensif, yang dengan demikian
merupakan kebalikan dari sifat-sifat yang khusus dan terbatas.

b. Bersifat

universal, ia diciptakan untuk menghadapi peristiwaperistiwa yang akan datang yang belum jelas bentuk
konkretnya. Oleh karena itu, ia tidak dapat dirumuskan untuk
mengatasi peristiwa-peristiwa tertentu saja.

c.

Ia memiliki kekuatan untuk mengoreksi dan memperbaiki
dirinya sendiri. Adalah lazim bagi suatu peraturan untuk
mencantumkan
klausal
yang
memuat
kemungkinan
dilakukannya peninjauan kembali.

Peraturan perundang-undangan itu bersifat
umum-abstrak . Perkataan bersifat umumabstrak dicirikan oleh unsur-unsur sebagai
berikut:

a.Tijd

: waktu (tidak hanya berlaku pada saat
tertentu)

b.Plaats

: tempat (tidak hanya berlaku pada
tempat tertentu)

c. Persoon

: orang (tidak hanya berlaku pada
orang tertentu) dan

d.Rechtsfeit

: fakta hukum (tidak hanya
ditujukan pada fakta hukum tertentu, tetapi
untuk berbagai fakta hukum yang dapat

Menurut Indroharto, langkah mundur pembuat undang-undang ini
ada 3 sebab:

a. Karena keseluruhan hukum tata usaha negara (TUN) itu
demikian luasnya, sehingga tidak mungkin bagi pembuat
undang-undang formal;

b. Norma-norma hukum TUN itu harus selalu disesuaikan dengan
tiap perubahan-perubahan keadaan yang terjadi sehubungan
dengan kemajuan dan perkembangan teknologi yang tidak
mungkin selalu diikuti oleh pembuat undang-undang dengan
mengaturnya dalam suatu UU formal.

c. Disamping itu, tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut hal

itu selalu berkaitan dengan penialaian-penilaian dari segi
teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak sewajarnya
harus
diminta
pembuat
undang-undang
yang
harus
mengaturnya.
Akan
lebih
cepat
dilakukan
dengan
mengeluarkan peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan
TUN yang lebih rendah tingkatannya, seperti keppres,
peraturan menteri, dan sebagainnya.

Dikalangan para sarjana terdapat perbedaan pendapat dalam
mendefinisinikan istilah keputusan. Berikut ini akan disajikan
beberapa definisi tentang beschikking.

a. Keputusan adalah pernyataan kehendak dari organ pemerintahan

untuk (melaksanakan) hal khusus, ditujukan untuk menciptakan
hubungan hukum baru, mengubah, atau menghapus hubungan
hukum yang ada.

b. Keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan

oleh surat permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya
keinginan atau keperluan yang dinyatakan.

c. Keputusan adalah suatu tindakan hukum publik sepihak dari
organ pemerintahan yang ditujukan pada peristiwa konkret.

d. Keputusan itu memberikan suatu kewajiban pada seseorang atau
organisasi, memberikan kewenangan atau hak pada mereka.

e. Beschikking

dapat diartikan keputusan yang berasal dari organ
pemerintahan yang ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum.
Lanjutan.....

f.
Beschikking
adalah
keputusan
tertulis
dari
administrasi negara yang mempunyai akibat hukum.
g. Beschikking adalah perbuatan hukum publik bersegi
satu (yang dilakukan oleh alat-alat pemerintahan
berdasarkan suatu kekuasaan istimewa.
h. Beschikking adalah suatu tindakan hukum yang
bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan yang
dilakukan oleh suatu badan pemerintah berdasarkan
wewenang yang luar biasa.

Enam unsur keputusan :

a. Suatu pernyataan kehendak tertulis;
b. Diberikan berdasarkan kewajiban atau

kewenangan dari
hukum tata negara atau hukum administrasi;

c. Bersifat sepihak
d. Dengan mengecualikan keputusan yang bersifat umum;
e. Yang dimaksudkan untuk penentuan, penghapusan, atau

pengakhiran hubungan hukumyang sudah ada, atau
menciptakan hubungan hukum baru, yang memuat
penolakan, sehingga terjadi penetapan, perubahan,
penghapusan, atau penciptaan;

f.

Berasal dari organ pemerintahan.

Berdasarkan pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986, Keputusan
Tata Usaha Negara memiliki unsur sebagai berikut:

a. Penetapan tertulis;
b. Dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN;
c. Berdasarkan perundang-undangan yang berlaku;
d. Bersifat konkret, individual, dan final;
e. Menimbulkan akibat hukum;
f. Seseorang atau badan hukum perdata.

Sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat terstulis
tersebut dan akan merupakan keputusan badan atau pejabat
tata usaha negara menurut undang-undang ini apabila sudah
jelas :

a. Badan atau pejabat TUN
b. Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan itu
c. Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang
didalamnya.

ditetapkan

Keputusan yang bersifat konstitutif dapat berupa hal-hal
sebagai berikut:

a. Keputusan-keputusan yang meletakkan kewajiban untuk
melakukan sesuatu, tidak
memperkenankan sesuatu;

melakukan

sesuatu,

atau

b. Keputusan-keputusan

yang memberikan status pada
seseorang, lembaga, atau perusahaan, dan oleh karena itu
seseorang atau perusahaan itu dapat menerapkan aturan
hukum tertentu;

c. Keputusan-keputusan
harapan pada
bantuan, pen;

yang meletakkan prestasi
perbuatan pemerintah = subsidi

atau
atau

d. Keputusan-keputusan yang mengizinkan sesuatu yang
sebelumnya tidak diizinkan;

e. Keputusan-keputusan yang menyetujui atau membatalkan

berlakunya keputusan organ yang lebih rendah =
pengesahan (goedkeuring) atau pembatalan (vernietiging).

WF. Prins menyebutkan beberapa keputusan yang dianggap
sebagai keputusan “sepintas lalu”, yaitu:

a. Keputusan

yang

bermaksudkan

teks

keputusan

yang

terdahulu;

b. Keputusan

negatif. Sebab, keputusan semacam ini
maksudnya untuk tidak melaksanankan sesuatu hal dan
tidak merupakan halangan untuk bertindak, bilamana
terjadi perubahan dalam anggapan atau keadaan;

c.

Penarikan kembali atau pembatalan. Seperti halnya dengan
keputusan negatif, penarikan kembali atau pembatalan
tidak membawa hasil yang positif dan tidak menjadi
halangan untuk mengambil keputusan yang identik dengan
yang dibatalakn itu;

d. Pernyataan dapat dilaksanakan.

Keputusan positif terbagi dalam lima golongan, yaitu:

a. Keputusan,

yang pada umumnya melahirkan keadaan hukum

b. Keputusan,

yang melahirkan keadaan hukum baru bagi objek

baru;

tertentu;

c.

Keputusan, yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya badan
hukum;

d. Keputusan,

yang membebankan kewajiban
seseorang atau beberapa orang (perintah);

e. Keputusan,

baru

kepada

yang memberikan hak baru kepada seseorang atau
beberapa orang (keputusan yang menguntungkan).

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan
keputusan ini mencakup syarat materiil dan syarat formal.
Syarat materiil

a. Organ

pemerintahan
berwenang;

yang

membuat

keputusan

harus

b. Karena

keputusan suatu pernyataan kehendak, maka
keputusan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan
yuridis, seperti penipuan, paksaan atau suap, kesesatan;

c.

Kaputusan
tertentu;

d. Keputusan

harus

berdasarkan

suatu

keadaan

(situasi)

harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar
peraturan-peraturan lain, serta isi dan tujuan keputusan itu
harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.

Syarat Formal

a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya

keputusan dan berhubung dengan cara dibuatnya keputusan harus
dipenuhi;

b. Keputusan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya keputusan itu;

c. Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan keputusan itu harus
dipenuhi;

d. Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan
diperhatikan.

dibuatnya

dan

diumumkannya

keputusan

itu

harus

BAB 4
ASAS ASAS PEMERINTAHAN YANG BAIK

Asas-asas umum pemerintahan adalah asas yang menjunjung
tinggi norma kesusilaan, kepatutan dan aturan hukum. Asas-asas
ini tertuang pada UU No. 28/1999 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas KKN. Siapa yang peduli asas?
Mungkin hanya kalangan akademisi. Padahal asas hukum adalah
jantungnya
pembentukan

aturan

hukum,

menjadi

dan

intepretasi

hukum.

titik

tolak

Sedangkan

berpikir,
peraturan

hukum merupakan patokan tentang perilaku yang seharusnya,
berisi perintah, larangan, dan kebolehan.

ISTILAH

a. Di Belanda dikenal dengan “Algemene Beginselen van Behoorllijke Bestuur ”
(ABBB)

b. Di Inggris dikenal “The Principal of Natural Justice”
c. Di Perancis “Les Principaux Generaux du Droit Coutumier Publiqu e”
d. Di Belgia “Aglemene Rechtsbeginselen”
e. Di Jerman “Verfassung Sprinzipien”
f. Di Indonesia “Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik ”.

BELANDA

a. Di Belanda Asas-asas umum pemerintahan yang baik (ABBB) dipandang sebagai norma
hukum tidak tertulis, namun harus ditaati oleh pemerintah. Diatur dalam Wet AROB
(Administrative
Pemerintahan

Rechtspraak
dalam

Overheids

Hukum

Beschikkingen )

Administrasi

oleh

yaitu

Kekuasaan

Ketetapan-ketetapan
Kehakiman

“Tidak

bertentangan dengan apa dalam kesadaran hukum umum merupakan asas-asas yang
berlaku (hidup) tentang pemerintahan yang baik”. Hal itu dimaksudkan bahwa asas-asas
itu sebagai asas-asas yang hidup, digali dan dikembangkan oleh hakim.

b. Sebagai hukum tidak tertulis, arti yg tepat untuk ABBB bagi tiap keadaan tersendiri, tidak
selalu dapat dijabarkan dengan teliti.

c. Paling sedikit ada 7 ABBB yg sudah memiliki tempat yg jelas di Belanda: Asas
persamaan, asas kepercayaan, asas kepastian hukum, asas kecermatan, asas pemberian
alasan, larangan ‘detournement de pouvoir’, dan larangan bertindak sewenang-wenang.

• Asas persamaan: Hal-hal yg sama harus iperlakukan sama.
• Asas

kepercayaan: legal expectation, harapan-harapan yg

ditimbulkan (janji-janji, keterangan-keterangan, aturan-aturan
kebijaksanaan dan rencana-rencana) sedapat mungkin harus
dipenuhi.

• Asas

kepastian hukum: secara materiil menghalangi badan

pemerintah

untuk

mengubahnya

menarik

yang

kembali

suatu

menyebabkan

ketetapan

kerugian

dan
yang

berkepentingan (kecuali karena 4 hal: dipaksa oleh keadaan,
tapi didasarkan kekeliruan, tapi berdasarkan keterangan yang
tidak benar, syarat tapi tidak ditaati); secara formil ketetapan
yang memberatkan dan menguntungkan harus disusun dengan

• Asas

kecermatan: suatu tapi harus diambil dan disusun

dengan cermat (pihak ke3, hearing, nasihat).

• Asas pemberian alasan: tapi harus memberikan alasan, harus
ada

dasar

fakta

yang

teguh

dan

alasannya

harus

mendukung.

• larangan

penyalahgunaan

wewenang:

tidak

boleh

menggunakan wewenang untuk tujuan yang lain.

• larangan

willekeur:

wewenang,

kurang

memperhatikan

kepentingan umum, dan secara konkret merugikan.

ASAS FORMAL DAN MATERIAL

a. Asas formal : kecermatan dan pemberian alasan
b. Asas material : persamaan kepercayaan, dan kepastian
hukum

c. Beda

konsekuensinya. Formal masih bisa
kembali sedangkan material harus sebaliknya

diterima

AUPB di indonesia

a. Asas kepastian hukum;
b. Asas keseimbangan:

penjatuhan

hukuman

yang

wajar

terhadap pegawai;

c. Asas kesamaan;
d. Asas bertindak cermat;
e. Asas motivasi;
f. Asas jangan mencampuradukkan kewenangan;
g. Asas permainan yang layak : pemerintah

memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mendapatkan informasi yang benar dan adil.

h. Asas keadilan atau kewajaran;
i. Asas menanggapi pengharapan yang wajar;
Lanjutan...

j. Asas meniadakan suatu akibat keputusan-keputusan yang
batal : jika akibat pembatalan keputusan ada kerugian, maka
pihak yang dirugikan harus diberi ganti rugi dan rehabilitasi;
k. Asas perlindungan pandangan hidup pribadi : setiap PNS
diberi kebebasan dan hak untuk mengatur hidup pribadinya
dengan batas pancasila;
l. Asas kebijaksanaan : pemerintah berhak untuk membuat
kebijaksanaan demi kepentingan umum;
m. Asas pelaksanaan kepentingan umum : pemerintah harus
melaksanakan tugasnya mengutamakan kepentingan umum.

MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Dengan diundangkannya UU No. 28 tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas KKN, Asasasas

umum

pemerintahan

yang

baik

di

Indonesia

diidentifikasikan dalam Pasal 3 dirumuskan sebagai Asas
umum Perpenyelenggaraan negara.

ASAS KEPASTIAN HUKUM
Asas kepastian hukum adalah asas dalam rangka
negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan dan
keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggara
negara.

ASAS TERTIB PENYELENGGARAAN NEGARA
Asas Tertib Penyelenggaraan Negara adalah asas
yang menjadi landasan keteraturan, keserasian
dan
keseimbangan
dalam
pengendalian
penyelenggaraan negara.

ASAS KEPENTINGAN UMUM
Asas Kepentingan Umum adalah asas yang
mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif dan selektif.

ASAS KETERBUKAAN
Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri
terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan dan rahasia negara.

ASAS PROPORSIONALITAS
Asas
Proporsionalitas
adalah
asas
yang
mengutamakan keseimbangan antara hak dan
kewajiban penyelenggara negara.
ASAS PROFESIONALITAS
Asas
Profesionalitas
adalah
asas
yang
mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode
etik
dan
ketentuan
peraturan
perundangundangan yang berlaku.

ASAS AKUNTABILITAS
Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
kegiatan penyelenggara negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (SAKIP).

BAB 5
PERLINDUNGAN HUKUM,PENEGAKAN HUKUM DAN
PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM DALAM HUKUM ADMINISTRASI
NEGARA

A. Perlindungan Hukum.
• Subjek hukum dapat melakukan tindakan-tindakan hukum berdasarkan

kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya. Tindakan hukum ini
merupakan awal lahirnya hubungan hukum. Agar hubungan hukum
antarsubjek hukum harmonis,seimbang, dan adil, maka Hukum diciptakan
sebagai suatu sarana atau instrument untuk mengatur hak-hak dan
kewajiban subyek hukum agar masing-masing subyek hukum dapat
menjalankan kewajibannya dengan baik dan mendapatkan haknya secara
wajar. Agar kepentingan manusia terlindungi maka hukum harus
dilaksanakan.

• Pelaksanaannya dapat berlangsung normal,damai tetapi dapat juga terjadi

pelanggaran hukum,ini terjadi karena adanya subjek hukum tertentu tidak
menjalankan kewajiban atau melanggar hak-hak subjek hukum lain oleh
karenanya subjek hukum yang dilanggar haknya harus mendapatkan
perlindungan hukum dan perlindungan atau pengatur hukum diarahkan pada
suatu tujuan.

TUJUAN HUKUM
Tujuan

hukum adalah mengatur masyarakat secara
damai,menghendaki
perdamaian
diantara
manusia
dipertahankan
oleh
hukum
dengan
melindungi
kepentingan-kepentingan manusia tertentu, kehormatan,
kemerdekaan jiwa,harta benda dan sebagainya terhadap
yang merugikannya.

KEDUDUKAN HUKUM PEMERINTAH



Hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemerintah dengan warga
negara adalah hukum administrasi negara atau hukum perdata.Pemerintah
memiliki dua kedudukan hukum yaitu:
a) Sebagai wakil dari badan hukum publik,( tindakannya diatur dan tunduk
pada ketentuan hukum keperdataan).
b) sebagai pejabat dari jabatan pemerintahan (tindakan itu diatur dan tunduk
pada ketentuan hukum administrasi negara).



Baik tindakan hukum Keperdataan maupun publik dari pemerintah dapat
menjadi peluang munculnya perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang
melanggar hak-hak warga negara. oleh karena itu hukum harus memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara.



Secara umum ada tiga macam perbuatan pemerintahan yang dapat
memungkinkan lahirnya kerugian bagi masyarakat dan atau bagi seseorang
atau badan hukum perdata yaitu:
pembuatan perundangan-undangan.
perbuatan pemerintahan dalam penerbitan keputusan.
dan perbuatan pemerintah dalam bidang keperdataan.

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM BIDANG PERDATA
Berkenanaan dengan kedudukan pemerintah sebagai wakil dari badan
hukum publik yang dapat melakukan tindakan-tindakan hukum dalam
bidang keperdataan seperti jual-beli, sewa-menyewa, membuat perjanjian,
dan sebagainya. Dalam perlindungan hukum dalam bentuk perdata,
biasanya terkait tentang perizinan yang dilakukan kepada pihak swasta,
perorangan yang dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan izin.
Dalam hal ini bagaimana pemerintah melakukan perannya sebagai mana
meskinya berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM BIDANG PUBLIK

• Dalam perlindungan hukum terhadap rakyat dalam rana public

dimana, tindakan hukum publik yang dilakukan oleh penguasa
dalam menjalankan fungsinya sebagai pemerintahan tindakan
yang dilakukan oleh penguasa dalam bentuk keputusan maupun
ketetapan dalam instrumen pemerintah.

• Keputusan dan ketetapan sebagai intrumen hukum pemerintah

dalam melakukan tindakan hukum sepihak dapat menjadi
menyebab terjadinya pelanggaran hukum terhadap wara negara,
apalagi dalam negara hukum modern yang memberikan kewengan
yang luas kepada pemerintah untuk mencampuri kehidupan warga
negara. Oleh karena itu, di perlukan pelindungan hukum bagi
warga negara terhadap tindakan hukum pemerintah.

B. Penegakan Hukum.
Menurut Satjipto Rahardjo, penegakan hukum pada
hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsepkonsep yang abstrak itu.Penegakan hukum adalah usaha
untuk mewujudkan ide-ide tersebut menjadi kenyataan.Jika
hakikat penegakan hukum itu mewujudkan nilai-nilai atau
kaidah-kaidah
yang
membuat
keadilan
dan
kebenaran,maka penegakan hukum bukan hanya menjadi
tugas dari para penegak hukum yang sudah dikenal secara
konvensional. Akan tetapi menjadi tugas dari setiap orang.

Ada 5 faktor yang mempengaruhi penegakan hukum:

• Faktor hukumnya sendiri
• Faktor penegak hukum
• Faktor sarana atau fasislitas yang mendukung pengakan hukum
• Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum tersebut
berlaku atau diterapkan

• Faktor kebudayaan

Soerjono Soekanto: Hukum Dapat Berfungsi Dengan Baik Diperlukan
Keserasian Dalam Hubungan Antara 4 Faktor (Inti Dari Sistem
Penegakan Hukum) Yakni:

• hukum atau peraturan itu sendiri
• mentalitas petugas yang menegakan hokum
• fasilitas yang mendukukng pelaksanaan hokum
• kesadaran hukum,kepatuhan hukum dan
masyarakat.

perilaku

warga

PENEGAKAN HUKUM DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

• Menurut P. Nicolai dan kawan-kawan sarjana agar hukum
administrasi
dapat
dijalankan
dengan
baik,
artinya
dilaksanakan sesuai dengan koridor hukum yang berlaku,
antara lain yaitu :

Pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan
ketaatan pada atau bedasarkan undang-undang yang
ditetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap
keputusan yang meletakkan kewajiban kepada individu.

Penerapan kewenangan sanksi pemerintah. Pendapat P.
Nicolai hampir sama dengan Teori Berge seperti dikutip
Philipus M. Hadjon, yang menyatakan bahwa intrumen
penegakan Hukum Administrasi Negara meliputi : pengawasan
dan penerapan sanksi. Pengawasan merupakan langkah
preventif
untuk
memaksakan
kepatuhan,
sedangkan
penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk
memaksakan kepatuhan.

• Di

samping pendapat kedua diatas Paulus E. Lotulung,
mengemukakan beberapa macam pengawasan dalam Hukum
Administrasi Negara yaitu bahwa ditinjau dari segi kedudukan dari
badan atau organ yang melaksanakan kontrol itu terhadap badan
atau organ yang dikontrol, dapatlah dibedakan antara jenis kontrol
intern dan kontrol ektern:



Kontrol intern berarti bahwa pengawasn itu dilakukan oleh badan
yang secara organisatoris atau struktural masih termasuk dalam
lingkungan pemerintahan sendiri.

• Sedangkan

kontrol ektern adalah pengawasan yang dilakukan oleh
orang atau lembaga yang secara organisatoris atau struktural berda
di luar pemerintahan.

• Agar

Hukum Administrasi Negara tidak stagnan atau mengalami
kemacetan dalam pelaksanaannya, maka ada satu lagi yaitu
sanksi. Sanksi disini merupakan bagian penting dalam setiap
perundang-undangan. Bahkan



J.B.J.M. tan Berge menyebutkan bahwa sanksi merupakan inti dari
kelancaran atau penegakan Hukum Administrasi. Sanksi akan
menjamin penegakan Hukum Administrasi karena sanksi salah satu
intsrumen untuk memaksakan tingkah laku para warga Negara
pada umumnya dan khususnya instansi pemerintah. Oleh sebab
itulah sanksi sering merupakan bagian yang melekat pada nama
hukum tetentu.

MACAM-MACAM
NEGARA

SANKSI

DALAM

HUKUM

ADMINISTRASI

• Bestuursdwang (paksaan pemerintah).
Bestuursdwang dapat diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang
nyata (feitelijke handeling) dari penguasa guna mengakhiri suatu
keadaan yang dilarang oleh suatu kaedah hukum administrasi atau
(bila masih) melakukan apa yang seharusnya ditinggalkan oleh para
warga karena bertentangan dengan undang-undang. Penerapan
sanksi ini jelas harus atas peraturan perundang-undangan yang
tegas.

• Penarikan

kembali keputusan atau ketetapan yang
menguntungkan((izin, pembayaran, subsidi)

Penarikan kembali suatu keputusan atau ketetapan yang
menguntungkan tidak terlalu perlu pada suatu peraturan perundangundangan. Hal itu tidak termasuk apabila keputusan atau ketetapan
tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan menurut
sifatnya “dapat di akhiri” atau ditarik kembali (izin, subsidi berskala).
Tanpa suatu dasar hukum yang tegas untuk itu penarikan kembali
tidak dapat diadakan secara berlaku surut. Karena bertentangn
dengan azas hukum, tapi kebanyakan undang-undang modern,
kewenangan penarikan kembali sebagai sanksi diatur dengan tegas

• Pengenaan denda administratif.
Penggenaan sanksi administratif, terutama terkenal di dalam
hukum pajak yang menyerupai penggunaan suatu sanksi pidana
(juga harus atas landasan peraturan perundang-undangan yang
berlaku).

• Penggenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom).
Menurut N.E Algra,Dwangsom, uang paksa,sebagai "hukuman atau
denda",jumlahnya berdasarkan syarat dalam perjanjian yang harus
dibayar karena tidak menunaikan,tidak sempurna melaksanakan
atau tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan:dalam hal ini
berbeda dengan biaya ganti kerugian,kerusakan dan pembayaran
bungan)Dalam Hukum Adm Negara, pengenaan uang paksa ini
dapat dikenakan kepada seseorang atau warga negara yang tidak
memenuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah,sebagai alternatif dari tindakan pemerintahan.

PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH

• Pengertian Pertanggungjawaban
Pertanggung jawaban berasal dari kata tanggung jawab, yang 
berarti keadaan wajib menanggung segala sesuatunya (kalau ada
sesuatu hal, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan,, dan
sebagainya).

• Dalam kamus hukum ada dua istilah yang menunjuk pada
pertanggung jawaban, yakni liability (the satate of being liabel) dan
responsibility) the state  or fact being  responsible). Liability
merupakan istilah hukum yang luas ( a boar legal term), yang di
dalamnya antara lain mengandung makna bahwa , " it has been
referred to as of the most comprehensive significance, including
almost every character of hazard or responsibility, absolute,
cantigent, or likely. It has been defined to mean : all character of
debts and obligations.

ASPEK TEORITIK PERTANGGUNGJAWABAN HUKUM PEMERINTAH
Konsep "onrechtmatige daad" terdapat dalam hukum perdata, dalam
perspektif ilmu hukum, prinsip bahwa setiap tindakan onrechtmatig
subjek hukum yang menimbulkan kerugian bagi pihak lain,
mengharuskan adanya pertanggungjawaban bagi subjek hukum yang
bersangkutan merupakan prinsip yang telah diakui dan diterima secara
umum dalam pergaulan hukum.

PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH DALAM HAN

• Tanggung jawab pemerintah terhadap warga Negara atau Negara

pihak ketiga dianut oleh hampir semua warga Negara yang
berdasarkan atas hukum. Dalam perspektif hukum public,
tindakan hukum pemerintahan itu selanjutnya dituangkan dalam
dan dipergunakan beberapa instrument hukum dan kebijakan
seperti peraturan (regeling), keputusan (besluit), peraturan
kebijaksanaan (beleidsregel), dan ketetapan (beschingkking).

• Hubungan hukum ini adalah yang bersifat intern (interne

rechtsbetrekking), yaitu hubungan prinsip dalam setiap tindakan
onrechmteig subjek hukum yang meninggalkan kerugian bagi
pihak lain mengharuskan adanya pertanggungjawaban bagi
subjek hukum  yang bersangkutan merupakan prinsip yang diakui
dan diterima secara umum dalam pergaulan hukum.Salah satu
prinsip Negara hukum  adalah asas legalitas, yang mengandung
makna bahwa setiap tindakan hukum pemerintahan harus
berdasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku.