Kerangka Mencapai Peningkatan Mutu Pembelajaran Karakter di RSBI

Pembentukan Karakter Mandiri dalam Sistem Desentralistik, 9 Des 10 Page 12 Gambar 5: Jalan Pembentukan Kepribadian dan Pengembangan Kemampuan Hasil pendidikan pada tingkat sebelumnya kemungkinan besar bervariasi dan dalam praktiknya tidak mungkin memperoleh PDB dengan penguasaan KL yang setara. Jika variasi kompetensi awal terlalu besar, maka akan ditemui kesulitan dalam mengelola pembelajaran. Untuk mengurangi kerumitan pengelolaan, baik dalam tingkat sekolah maupun tingkat kelas, maka diperlukan upaya untuk menyetarakan penguasaan kompetensi awal PD SMK, yang dapat dilakukan melalalui program matrikulasi. Namun perlu dicatat bahwa variasi penguasaan kompetensi awal hendaknya didukung dengan data empiris. Dalam hal ini, begitu selesai proses PPDB, segera dilakukan pemetaan kemampuan awal PDB melalui semacam tes pra-program yang valid dan reliabel. Sebenarnya kerangka dasar tes semacam ini dapat dirancang di tingkat provinsi dan kemudian sekolah mengembangkannya sesuai dengan keahlian masing-masing program. Dari hasil tes pra-program tersebut dapat dilihat tingkat penguasaan kompetensi awal. Jika ternyata terdapat variasi yang diduga dapat menghambat proses pembelajaran, maka perlu dirancang program matrikulasinya sesuai dengan kebutuhan. Upaya ini diiringi dengan identifikasi gaya belajar dan tipe kepribadian PD. Dengan demikian, program pembelajaran SMK memiliki batu loncatan yang kokoh berupa kesetaraan kompetensi awal, yang diperkaya dengan informasi tentang karakeristik siswa. Program pembelajaran tersebut selanjutnya dirancang dengan pendekatan system siklus input- process-output-outcome untuk bermuara pada pencapaian SKL SMK, yang mesti tanggap terhadap tuntutan dunia kerja; dengan kata lain penjabarannya di tingkat sekolah sangat dinamis, meski standarnya sama. Semua ini diilustrasikan dalam Gambar 6.

3. Kerangka Mencapai Peningkatan Mutu Pembelajaran Karakter di RSBI

Lulusan yang cerdas berkarakter merupakan idaman setiap sekolah. Pembentukan karakter jelas dipengaruhi oleh perkembangan jiwa dan pengalaman PD dalam lingkungan kehidupannya. Maka strategi yang digunakan juga perlu mempertimbangkan kedua faktor tersebut, yang sebenarnya dapat bertemu dalam pengembangan KTSP dalam di bawah manajemen berbasis sekolah sebagai penerapan desentralisasi pendidikan. Pembentukan Karakter Mandiri dalam Sistem Desentralistik, 9 Des 10 Page 13 Gambar 6: Kerangka Berpikir Mengelola Pembelajaran KTSP perlu dikembangkan dirancang, dilaksanakan, dinilai agar makin selaras dengan kebutuhan belajar PD menuju terbentuknya karakter Indonesia dan berkembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebaiknya, pengembangan KTSP dilakukan melalui siklus berbasis penilaian. Penilaian KTSP dapat mengikuti kerangka seperti dalam Gambar 7. Sedangkan, siklus pengembangannya dapat mengikuti kerangka pada Gambar 8. Gambar 7: Kerangka Menilai KTSP Dalam mengembangkan KTSP, perlu diperhatikan kesesuaian KTSP dengan tahap perkembangan jiwa anak, misalnya sesuai dengan tahapan perkembangan Piaget proses internal dalam dalam diri anak dan Vygotsky proses interaksi dengan lingkungan anak. Dua hal yang perlu dipertimbangkan adalah: 1 Bahwa makin muda usia anak, makin konkret bahanpengalaman belajar yang diperlukan untuk mendukung pengembangan potensinya; dan 2 Bahwa anak memerlukan interaksi aktif dengan lingkungan bersama unsur-unsurnya untuk mendukung perkembangan potensi sosialnya. Lihat Gambar 9 dan 9 untuk kerangka pengembangan dan rancangan KTSP. Pembentukan Karakter Mandiri dalam Sistem Desentralistik, 9 Des 10 Page 14 Gambar 8: Siklus Pengembangan KTSP Gambar 9: Kerangka Pengembangan KTSP Berbasis Perkembangan Jiwa Gambar 10: Rancangan KTSP dari Perspektif Vertikal Pembentukan Karakter Mandiri dalam Sistem Desentralistik, 9 Des 10 Page 15

4. Ranah dan Pelaksanaan Program Pembelajaran