Mata Pencaharian Uji Keabsahan Data
tahun 1965. Selain di Kedu Magelang beliau juga pernah belajar kesenian Badui
di Bakalan Bligo dan Semampir juga. Beliau tertarik dan mempunyai keinginan untuk melestarikan kesenian
Badui di daerah tempat tinggal beliau yaitu di dusun Prapak Kulon. Pada tahun
1968an bapak Muhammad Irsad mendirikan paguyuban kesenian Badui di dusun Prapak Kulon tanpa ada penggorganisasian. Beliau dengan senang hati
mengajarkan apa yang telah beliau dapatkan selama beliau berlatih dan belajar kesenian Badui ini.
Kesenian Badui di dusun Prapak Kulon mengalami pasang surut dari tahun 1968 sampai saat ini. Dahulu kesenian Badui di dusun Prapak Kulon tidak
terorganisasi atau tidak ada pengurus intinya. Pada tanggal 01 bulan Januari tahun 2011 kesenian Badui di dusun Prapak Kulon baru terorganisasi dan
diresmikan oleh bapak Lurah desa Sendangmulyo dengan diberi nama kesenian Badui
AL KASANI RIA yang diketuai oleh Muhammad Irsad. Beliau ketua paguyuban dan juga sebagai pelatih kesenian Badui di dusun Prapak Kulon.
Nama paguyuban kesenian Badui Al Kasani Ria ini mempunyai arti. Al Kasani artinya baik, Ria artinya ceria atau gembira. Al Kasani Ria artinya baik dan
ceria. Kesenian Badui adalah salah satu kesenian rakyat yang bernafaskan Islam
yang di dalamnya mengandung syair-syair yang berisikan puji-pujian terhadap Tuhan dan Nabi Muhammad SAW serta kerabatnya. Pada awalnya fungsi
kesenian Badui sebagai sarana dakwah agama Islam, guna memperkuat keteguhan pada pendukung kesenian Badui untuk beramal melalui kesenian
Badui ini. Tetapi dengan perkembangan jaman kesenian Badui di dusun Prapak
Kulon sekarang berfungsi sebagai hiburan. Kesenian Badui yang sekarang ini telah banyak mengalami perkembangan
dan perubahan dipara pendukung atau personilnya maupun syair lagunya serta tata busananya. Agar kesenian Badui di dusun Prapak Kulon berbeda dengan
kesenian Badui di daerah lain, perubahan itu untuk menciri khaskan kesenian Badui
dari dusun Prapak Kulon. Kesenian Badui yang sekarang syair lagunya selain melantunkan lagu-lagu shalawat juga melantunkan lagu-lagu perjuangan
contohnya lagu tujuh belas agustus dan lain-lain. Jumlah para pendukung pementasan kesenian Badui tidak tentu personilnya, biasanya sekitar 40 orang
dan dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu ada kelompok putra, kelompok putri, kelompok anak-anak, dan kelompok remaja. Sedangkan dahulu kesenian
Badui para pendukungnya bisa sampai 100 orang yang terdiri dari para
penarinya 80 orang dan yang lain para pemusik. Kesenian Badui jaman dahulu bisa dilaksanakan sampai beberapa jam, sedangkan yang sekarang tergantung
kebutuhan pentas dan orang yang mengundang. Terkadang dalam acara bersih desa kesenian Badui ini mulai main setelah shalat isya’ hingga pagi hari pukul
01.00 Wib. Begitu pula dengan berlatih juga bisa sampai berjam-jam. Kesenian Badui
ini dibagi menjadi beberapa babak sesuai kelompok penarinya. Kesenian Badui
ini menggunakan properti tongkat kecil gembel dan penarinya selalu berpasangan putra dengan putra, putri demgan putri, kelompok anak-anak
berpasangannya tidak tentu bisa putra putri.