80
98 100
102 104
106 108
110
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sep Okt
Nop Des
Bulan
2003 2004
2005 2006
Gambar 2. Nilai Tukar Barter Petani 2003 – 2006 1993 = 100
3.2. Nilai Tukar Konsumsi Petani.
Hasil perhitungan nilai tukar konsumsi petani ditampilkan pada tabel 2. Secara agregat gabungan tanaman pangan dan perkebunan rakyat, nilai tukar
konsumsi cenderung menurun dalam periode 2003-2006, dengan indikasi penurunan yang semakin kecil pada tahun 2006. Ini berarti, daya beli riil hasil usahatani
tanaman dalam dua tahun terakhir lebih rendah daripada dua tahun sebelumnya. Nilai tukar konsumsi petani yang cenderung menurun jelas berdampak negatif
terhadap kesejahteraan petani sehingga mestinya menjadi perhatian pemerintah. Kecenderungan penurunan indeks nilai tukar konsumsi petani dapat dilihat
lebih jelas pada gambar 3. Nilai tukar konsumsi petani sepanjang tahun 2005 bulanan selalu di bawah posisi tahun 2004, kecuali pada bulan September 2005.
Pada bulan Oktober 2005, nilai tukar konsumsi petani anjlok dan terus menurun hingga bulan Desember 2005. Pada bulan Januari 2006, nilai tukar konsumsi petani
mengalami pemulihan dan terus berlanjut hingga bulan Juni 2006. Namun demikian, nilai tukar petani selama bulan Januari – Juni 2006 masih lebih rendah dari posisi
pada bulan yang sama tahun 2005. Dengan demikian, nilai tukar konsumsi petani pada semester pertama 2006 konsisten lebih buruk dibanding periode sama tahun
2005.
81 Tabel 2. Perkembangan Nilai Tukar Konsumsi Petani, 2003 – 2006 1993 = 100.
No. Uraian
2003 2004
2005 2006
I Indeks Harga Yang Diterima
1 Pertanian Seluruh Komoditi
444,94 451,7
491,66 550,79
1,52 8,85
12,03 2
Tanaman Bahan Makanan 440,96
448,16 486,83
537,35 1,63
8,63 10,38
A Padi 440,5
430,29 470,61
529,17 -2,32
9,37 12,44
B Palawija 412,55
421,5 465,47
507,12 2,17
10,43 8,95
C Sayuran 392,07
412,74 477,74
545,79 5,27
15,75 14,24
D Buah-buahan 540,48
583,28 617,66
660,12 7,92
5,89 6,87
3 Tanaman Perkebunan Rakyat
411,81 421,18
456,63 531,85
2,28 8,42
16,47 II
Indeks Harga Konsumsi 399,37
414,57 464,34
523,13 3,81
12,01 12,66
III Nilai Tukar Konsumsi
1 Pertanian Seluruh Komoditi
111,41 108,95
105,88 105,29
-2,21 -2,82
-0,56 2
Tanaman Bahan Makanan 110,42
108,1 104,85
102,72 -2,10
-3,01 -2,03
A Padi 110,3
103,79 101,35
101,16 -5,90
-2,35 -0,19
B Palawija 103,3
101,67 100,24
96,94 -1,58
-1,41 -3,29
C Sayuran 98,17
99,56 102,89
104,33 1,42
3,34 1,40
D Buah-buahan 135,33
140,69 133,02
126,19 3,96
-5,45 -5,13
3 Tanaman Perkebunan Rakyat
103,12 101,59
98,34 101,67
-1,48 -3,20
3,39 Keterangan : Sampai Juni.
Angka dalam kurung menunjukkan persentase perubahan.
82
102 104
106 108
110 112
114 116
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Ags
Sep Okt
Nop Des
Bulan
2003 2004
2005 2006
Gambar 3. Indeks Nilai Tukar Konsumsi 2003 – 2006 1993 = 100 Tidak dapat dipungkiri harga yang diterima petani melonjak tajam dalam dua
tahun terakhir. Peningkatan indeks harga yang diterima petani melonjak dari hanya 1,5 persen pada tahun 2004 menjadi 8,85 persen pada tahun 2005 dan 12,03 persen
pada tahun 2006. Namun demikian, peningkatan harga bayang konsumsi rumah tangga tani lebih tinggi dari peningkatan harga yang diterima petani sehingga nilai
tukar konsumsi petani menurun dalam dua tahun terakhir. Dari data pada tabel 2 dapat dihitung bahwa indeks harga konsumsi rumahtangga tani melonjak dari 3,81
persen pada tahun 2004 menjadi 12,01 persen pada tahun 2004 dan 12,66 persen pada tahun 2006. Rumah tangga tani memikul beban inflasi yang cukup berat dan
menjadi penyebab utama penurunan daya beli dan kesejahteraan ekonomi petani. Dari tabel 2 dapat pula dilihat bahwa perkembangan nilai tukar konsumsi
petani bervariasi menurut kelompok komoditas. Penurunan konsisten terjadi untuk padi dan palawija. Nilai tukar konsumsi palawija sudah demikian parah, pada tahun
2006 sudah mencapai tiga basis poin di bawah tahun dasar 1993 dan cenderung konsisten kian parah dari tahun ke tahun. Penurunan nilai tukar konsumsi petani
menunjukkan bahwa kebijakan dukungan harga gabah yang dilaksanakan pemerintah belum dapat meredam kecenderungan penurunan nilai tukar konsumsi
petani.
83 Setelah meningkat pada tahun 2004, nilai tukar konsumsi petani buah-buahan
malah terus menurun tajam pada periode tahun 2005-2006. Namun demikian, indeks nilai tukar konsumsi petani buah-buahan masih tetap yang tertinggi dari semua
kelompok komoditas. Satu-satunya yang meningkat konsisten adalah nilai tukar konsumsi petani sayuran. Nilai tukar konsumsi petani sayuran yang pada tahun
2003-2004 di bawah indeks dasar tahun 1993, sejak tahun 2005 telah berada di atas indeks dasar dan bahkan melampaui nilai tukar konsumsi tanaman buah-buahan
yang cenderung menurun pada tahun 2003-2005, menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada tahun 2006.
Harga yang diterima petani sesungguhnya meningkat cukup tinggi dalam dua tahun terakhir. Penurunan nilai tukar petani lebih karena melonjaknya harga barang
konsumsi rumahtangga tani. Peningkatan indeks harga konsumsi atau inflasi petani melonjak dari 3,81 persen pada tahun 2004 menjadi 12,01 persen pada tahun 2005
dan 12,66 persen pada tahun 2006. Oleh karena itu, disamping mendukung peningkatan harga gabah dan palawija, upaya perbaikan nilai tukar konsumsi, yang
berarti pula kesejahteraan petani, hendaklah difokuskan pada pengendalian inflasi barang konsumsi petani. Dalam konteks ini, pengendalian inflasi diperkotaan juga
bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun yang lebih relevan bagi petani ialah pengendalian inflasi di pedesaan.
3.3. Nilai Tukar Faktor Produksi Usahatani.