KOHESI SOSIAL ANTARA TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (Studi Interpretatif Dikalangan Pegawai Tetap Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang)

(1)

KOHESI SOSIAL ANTARA

TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(Studi Interpretatif Dikalangan Pegawai Tetap

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang)

TESIS

Diajukan oleh: Setya Handayani NIM201010270211021

PROGRAM

PASCA

SARJANA

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH

MALANG

2012


(2)

KOHESI SOSIAL ANTARA

TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(Studi Interpretatif Dikalangan Pegawai Tetap

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang)

Tesis Program Studi Magister Sosiologi

Diajukan oleh: Setya Handayani NIM201010270211021

PROGRAM

PASCA

SARJANA

UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH

MALANG

2012


(3)

KOHESI SOSIAL ANTARA

TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(Studi Interpretatif Dikalangan Pegawai Tetap

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang)

Yang diajukan oleh: SETYAHANDAYANI Nim:201010270211021

Telah disetujui

Tanggal,________________

Pembimbing Utama

Dr. Wahyudi Winarjo, MSi

Pembimbing Pendamping

Dr. Tri Sulistyaningsih, MSi

Mengetahui

:

Ketua Program Studi Sosiologi


(4)

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh:

SETYAHANDAYANI Nim:201010270211021

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal ___________________

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Wahyudi Winarjo, MSi __________________

Sekretaris : Dr. Tri Sulistyaningsih, MSi __________________

Penguji I : Prof. Dr. Ir. Jabal Tarik Ibrahim, MSi __________________


(5)

Setya Handayani. NIM 2010 10 27 0211 0021. Kohesi Sosial Antara Tenaga Pendidik dan kependidikan (Studi Interpretatif Dikalangan Pegawai Tetap STPP Malang). Dosen Pembimbing Utama Dr. Wahyudi Winarjo, MSi; Dosen Pembimbing Pendamping Dr. Tri Sulistiyaningsih, MSi.

RINGKASAN

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan kohesi sosial antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang dalam mendukung kinerja optimal bagi sebuah instansi pemerintah yang bergerak pada pendidikan tinggi kedinasan serta arah kohesi sosial yang terjadi di STPP Malang dengan performa institusi secara keseluruhan.

Paradigma pelaksanaan penelitian bersifat konstruktivisme, yaitu menelaah fakta-fakta sosial yang timbul berdasarkan kebenaran realitas dengan berpedoman bahwa masyarakat sebagai realitas obyektif, untuk kemudian disusun menjadi sebuah pengetahuan tertentu. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi interpretatif, karena peneliti melakukan penelitian langsung pada sumber data, yaitu memberi pemaknaan interpretatif terhadap pemahaman seseorang (verstehen) tentang kohesi sosial yang terjadi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Fokus penelitian dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap terhadap subyek penelitian tentang segala hal yang menyangkut kohesi yang dirasakan, untuk kemudian peneliti berusaha memahami gejala yang tidak diduga sebelumnya dengan mengembangkan kesimpulan umum sementara yang mendorong pengamatan lebih lanjut. Keseluruhan subyek penelitian berjumlah 13 orang yang terdiri dari pejabat struktural dua orang; tenaga pendidik tujuh orang dan tenaga kependidikan sebanyak empat orang.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara dan dalam hal ini pertanyaan dikembangkan sesuai kondisi di lapangan. Data primer diperoleh dari observasi tentang bagaimana kohesi dan dampaknya terhadap perilaku kinerja pegawai sehari-hari, serta penggalian informasi melalui wawancara mendalam (indepth interview) terhadap subyek dan informan penelitian tentang bagaimana memaknai kohesi yang terjadi terhadap pelaksanaan kegiatan sehari hari. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode analisis data fenomenologi Stevick-Colaizzi-Keen.

Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kohesi sosial yang terjadi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang lebih mengarah pada keeratan hubungan yang didasarkan pada konteks pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing personal. Oleh karena itu keeratan hubungan antar individu sebagai bagian dari organisasi cenderung menjadi aspek yang dinomorduakan.

Pola kohesi yang terjadi lebih mengarah pada konteks kohesi struktural

dan menjadi penekanan oleh hampir setiap individu yang terlibat dalam organisasi. Dilain pihak kohesi yang bersifat non struktural, yang bertitik tolak pada pada pendekatan humanis dan menghargai individu dengan segala kelebihan dan kekurangannya, cenderung memudar dan tidak terlalu diutamakan dalam kegiatan organisasi. Sehingga meskipun capaian kinerja organisasi dinilai telah


(6)

berjalan baik, akan tetapi keeratan hubungan antar individu dalam organisasi masih perlu lebih ditingkatkan untuk memberikan rasa nyaman dalam bekerja.

Disarankan agar lebih dikembangkan penciptaan keseimbangan antara kohesi sosial dalam konteks struktural maupun non struktural untuk menghasilkan iklim bekerja yang lebih kondusif sehingga berpengaruh terhadap performa organisasi menjadi lebih baik.


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt seru sekalian alam, karena hanya berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis telah menyelesaikan penulisan laporan hasil penelitian yang berjudul Kohesi Sosial Antara Tenaga Pendidik dengan Tenaga Kependidikan (Studi Interpretatif Dikalangan Pegawai Tetap Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang).

Titik berat penelitian adalah untuk mendalami bagaimana kohesivitas yang terjalin dan terbangun diantara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam bersinergi sebagai sebuah kesatuan sistem kerja. Kohesivitas kelompok sangat ditentukan oleh pemahaman setiap individu tentang pentingnya sebuah sistem yang dapat menghantarkan anggota dalam mencapai tujuan kelompok. Oleh karena itu berbagai visi pribadi (individual vision) anggota sistemnya harus dapat terangkum dan terwadahi oleh sistem sebagai sebuah shared vision. Sehingga dengan demikian, sistem yang dibentuk mampu membawa setiap individu dalam mencapai tujuannya dan secara langsung akan berpengaruh positif terhadap kohesivitas sistem secara keseluruhan.

Saran konstruktif dari pembaca akan dengan senang hati diterima demi pengembangan keilmuan dimasa mendatang, yang didasarkan dari laporan hasil penelitian ini. Meskipun tulisan ini merupakan bagian sangat kecil dari sebuah ilmu, akan tetapi penulis tetap berharap semoga dapat memberikan manfaat.

Malang, Pebruari 2013

Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ………...………... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTARISI ………... iv

DAFTARTABEL ... vi

DAFTARGAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 7

1.3 Tujuan Penelitian ……… 8

1.4 Manfaat Penelitian ……… 9

BABII TINJAUANPUSTAKA 2.1 Pendekatan Fenomenologis ………... 10

2.2 Kohesi Sosial ………... 13

2.3 Budaya Kerja ………... 24

2.4 Kinerja ………... 26

2.5 Penelitian Terdahulu ... 34

2.6 Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma, Pendekatan dan Jenis Penelitian …………... 37

3.2 Fokus Penelitian ... 39

3.3 Lokasi Penelitian ……….. 40

3.4 Sumber dan Jenis Data ……….... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………... 43

3.6 Teknik Analisis Data ………. 46

3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ………. 48

3.8 Definisi Istilah ... 51

3.9 Kerangka Penelitian ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM STPP MALANG 4.1 Sejarah Organisasi …………... 53

4.2 Struktur Organisasi dan Tata Kelola ... 58

4.3 Visi dan Misi Organisasi ……… 61

4.4 Deskripsi Umum Kepegawaian ... 64

4.5Deskripsi Umum Kohesi yang Terjadi ……… 69

BAB V DESKRIPSI KOHESI SOSIAL DI STPP MALANG 5.1 Pengertian Subyek Terhadap Makna Kohesi Sosial …... 73

5.2 Pola Kohesi Di STPP Malang ………... 79

5.3 Penyebab Kohesi yang Terjadi ... 86


(9)

5.4 Hubungan antara Kohesi yang Terjadi dengan Performa STPP 87

5.5 Kohesi Sosial dan Dinamika Organisasi ... 90

5.6 Peran Penciptaan Kohesi Sosial ... 92

5.7 Implikasi Teoretik ... 94

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan …………... 97

6.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ………... 99

LAMPIRAN ……… 103


(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Halaman

1. Ruang Lingkup Kohesi Sosial………... 16

2. Berbagai Domain Kapital Sosial... 18

3. Hasil Penelitian Terdahulu... 34

4. Karakteristik Utama Subyek Penelitian ... 42

5. Keadaan Pegawai Berdasarkan Pendidikan, Golongan dan Pangkat... 65

6. Matriks Relevansi Temuan Data dan Keterkaitan Teori ……… 70

7. Gambaran Kohesi Berdasarkan Sintesis Deskripsi Tekstural... 82


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Halaman

1. Skala Kohesi Sosial...………... 15

2. Katagori Kohesi Sosial dalam Vlaandarens... 17

3. Alur Pikir Penelitian... 36

4. Kerangka Pelaksanaan Penelitian... 52

5. Struktur Organisasi STPP Malang... 58


(12)

UCAPANTERIMAKASIH

Alhamdulillahirobbilalamin, Maha Besar Allah yang mengendalikan segala yang ada dibumi dan langit. Puji syukur kehadirat Illahi Robbi yang selalu mencurahkan berkah, karunia dan nikmat kepada hamba-Nya.

Kesempatan berbahagia ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

Dr. Wahyudi Winarjo, MSi selaku pembimbing utama yang telah dengan tulus dan tiada henti membangun pola berpikir logis, kritis dan sistematis. Dukungan moral yang beliau berikan dengan ikhlas sungguh tidak ternilai bagi terselesaikannya Tesis ini.

Dr. Tri Sulistyaningsih, MSi sebagai pembimbing pendamping yang terus menerus membangun motivasi untuk selalu optimis dalam mempertajam keilmuan. Kesungguhan yang diberikan dalam proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan penulisan laporan hasil penelitian, merupakan pelajaran berharga untuk diteladani.

Dr. Vina Salviana, D.S., MS selaku penguji memberikan banyak perubahan pola pikir bagi penulis. Kedalaman dalam bidang ilmu sosiologi, kesabaran dan ketelitian beliau dalam mendampingi penulis sangat mendukung sejak penyusunan rencana penelitian hingga selesainya penulisan Tesis.

Drs. Rinikso Kartono, MS selaku Ketua Program Studi Sosiologi serta sekaligus penguji atas segala dukungan dan kemudahan yang diberikan. Kecermatan beliau dalam memandang fenomena sosiologis merupakan pelajaran amat berharga bagi pengembangan keilmuan penulis.

Ketua STPP Malang yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan kajian sosiologis dilingkup tanggung jawab dan wewenang beliau. Rekan-rekan sejawat yang selalu memberikan motivasi dan dorongan serta bantuan baik moral maupuan material selama penulis menempuh pendidikan. Terutama bagi rekan yang terlibat sebagai subyek penelitian, yang telah dengan tulus dan sungguh-sungguh mengungkapkan pemikiran dan perasaan tanpa canggung, semata demi pengembangan ilmu sosiologi yang penulis tekuni.


(13)

Guru-guru penulis yang telah mendasari ilmu pengetahuan dan budi pekerti yang luhur. Karena tanpa mereka, penulis tidak akan pernah mampu meningkatkan pengetahuan melalui proses belajar.

Ibunda Harijati Al Segar (almarhumah) atas do’a yang selalu dipanjatkan untuk putra putrinya tanpa batas waktu dan lelah. Kakak penulis, Widji Suharsini, serta adik-adik Ronny Satya Geraha, Robby Asmara Indrajit dan Setya Budhi Udrayana beserta keluarga. Anakku semata wayang Al Buni de’Kross dan Istri atas do’a, dukungan dan pengertiannya.

Akhirnya pada semua pihak yang telah dengan ikhlas membantu penulis dalam penyelesaian studi. Semoga Allah swt membalas dengan melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita sekalian. Amin.

Malang, Pebruari 2013

Penulis


(14)

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tesis dengan judul Kohesi Sosial Antara Tenaga Pendidik dengan Tenaga Kependidikan (Studi Interpretatif Dikalangan Pegawai Tetap Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang) saya susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Sains dari Program Studi Sosiologi Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Tesis yang saya kutip dari hasil karya orang lain, telah ditulis sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan pada sebagian dari atau seluruh isi Tesis ini bukan hasil karya saya sendiri, atau terdapat adanya unsur plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Malang, Pebruari 2013

Setya Handayani

NIM. 2010 1027 0211 021


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2009. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Sikap Guru terhadap Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan dengan Kinerja Guru. Anoraga, P. 2004. Manajemen Motivasi. Gramedia Pustaka. Jakarta.

Bagus, L., 1996. Kamus Filsafat. Gramedia. Jakarta.

Berger-Schmitt, 2000. Social Cohesion as an Aspect of the Quality of Societies:

Concept and Measurement. Eu Reporting Working Paper No 14. Center

for Political Research, KULeuven-Social Cohesion Indicators Flanders. Beumer, C., 2010. Social Cohesion in a Sustainable Urban Neighbourhood. ICIS.

p. 5-12. Maastriccht University. Limburg.

_________, 2010. Social Cohesion in a Sustainable Urban Neighbourhood. Sustainable Urban Neighbourhood (SUN) Action 2. Theory Working Paper. ICIS, June 2010.

Bogdan, R. and S.J. Taylor. 1975. Introduction to Qualitative Research methods:

A phenomenological Approach to the Social Sciences. John Willeys and

Sons. New York.

Bogdan, R.C. and S.K. Biklen, 1982. Qualitative Reserach for Education: An

Introduction to Theory and Methods. Allyin and Bacon Inc. Boston.

Brahmasari, I.A. dan A. Suprayitno. 2008. Pengaruh Motivasi Kerja, Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan serta Dampaknya pada Kinerja Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol 10 No 2 halaman 124-135.

Bungin, B., 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta.

Chang and Bordia, 2001. A Multidimensional Approach to the Group

Cohesion-Group Performance Reltionship. Small Group Reserach Vol 32 No 4 p.

379-405. Sage Pub.

Council of Europe, 2008. Towards an Active, Fair and Socially Cohesive Europe.

Report of High Level Task Force on Social Cohesion. Strasbourg: Council

of Europe.

Creswell, J.D., 1998. Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among

Five Traditions. Sage Publications. New York.

Faisal, S. 1990, Penelitian Kualitatif, dasar-dasar dan aplikasi. Malang: YA3.


(16)

Ferdinand, A.T., 2005. Modal Sosial dan Keunggulan Bersaing: Wajah Sosial Strategi Pemasaran. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Filloux, J.C., 1993. Emile Durkheim. International Bureau of Education. Vol 23 No 1/2, p 303-320. Paris, UNESCO.

Forrest, R., & Kearns, A. 2001. Social Cohesion, Social Capital and the

Neighbourhood. Urban Studies, 38(12), 2125-2143. http://usj.sagepub.com

Forsyth, D.R., 1999. Group Dinamics. (3rd edition) Belmont, CA: Wadsworth. __________, 2006. Group Dinamics. (4th edition) Pacific groove, CA:

Brooks/Cole.

__________, 2010. Group Dinamics. (5th edition) Belmont, CA: Wadsworth/Cengage

Garfinkel, H., 1967. Studies in Ethnomethodology. Prentice Hall Inc. New Jersey. Handoko, M., 1992. Motivasi Daya penggerak Tingkah Laku. Rineka Cipta.

Jakarta.

Hasibuan, M. 2001. Manajemen Sumberdaya Manusia: Dasar pengertian dan Masalah. PT Toko Gunung Agung. Jakarta.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No 25 tahun 2002. Tentang Pedoman Pengembangan Budaya kerja Aparatur Negara. Jakarta.

Keputusan Menteri Pertanian No 595/Kpts/OT.210/11/2001 tentang Statuta Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang.

Keputusan Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang Nomor 417/Kpts/OT.100/J.2.4/01/2012 tentang Susunan Organisasi dan Personalia Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang tahun 2012.

Kersanah, 2007. Iklim kerja yang Kondusif di Organisasi Litbang. Warta Pengelolaan Litbang. LIPI. Jakarta.

Kuswarno, E., 2006. Tradisi Fenomenologi pada Penelitian Komunikasi Kualitatif: Sebuah Pengalaman Akademis. Jurnal MediaTor, Vol 7 No 1, hal 47-57.

Little John, S.W., 1996. Theories of Human Communication. 5th edition. Wadsworth Publishing Company. Belmont California.

Mangkunegara, A.P., 2000. Manajemen Sumberdaya Manusia. CV Remaja Rosda Karya. Bandung.


(17)

_________________, 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi.Cetakan pertama. PT Refika Aditama. Bandung.

Mathis dan Jackson, 2002. Manajemen Sumberdaya Manusia, edisi pertama, cetakan pertama. Yogjakarta.

Mitchell, R. and Duxbury, N. 2001. Making Connections: Cultural and Social

Cohesion in the New Millenium. Canadian Journal of Communication. vol

26 no 4.

Mitchell, D. 2000. Globalization and Social Cohesion: Risk and Responsibilities.

The Year 2000 International Research Conference on Social Security. Helsinki 25-27 September 2000.

Moleong, L.J., 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. CV Remaja Rosda Karya. Bandung.

Mulyana, D., 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Remaja Rosda Karya. Bandung. Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2010 tentang Pendidikan Kedinasan

Reeskens, T., et al. 2000. Is Social Cohesion one Latent Concept? Investigating the dimensionality of social cohesion on the basis of the Kearns and

Forrest Typology. Leuven.

Robbin, S.P., 2002. Organizational Behavior (terjemahan) Jilid 2. Edisi ke-5. Erlangga. Jakarta.

Sahyuti, 2005. Pembangunan Pertanian dengan Pendekatan Komunitas: Kasus Rancangan Program Prima Tani. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Volume 23 No 2. Halaman: 102-105.

Sastrohadiwiryo, B.S., 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administrasi dan Operasional. Bhumi Aksara. Jakarta.

Sedarmayanti, 2001. Sumberdaya Manusia. Penerbit Bhumi Aksara. Jakarta. Simamora, H., 2002. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi Sebelas.Cakrawala.

Jakarta.

Schutz, M. and Kubovy, M., 2009. Causality and Cross Modal Integration.

Journal of Experimental Psychology. Human Perception & Performance, Vol 35. p. 1791-1981.

Smith, E. R., & Mackie, D. M. (2000). Social Pychology (2nd ed.). Philadelphia: Psychology Press.


(18)

102 Spoonley, P., et al. (2005). Social Cohesion: A Policy and Indicator Framework

for Assessing Immignat and Host Outcomes. Social Policy Journal of New

Zealand (24), 85-110.

Spoor, J.R., and Kelly, J.R., 2004. The Evolutionary Significance of Affect in

Groups: Communication and Group Bonding. Group Processes and

Intergroup Relations, Vol 7 p: 398-412

Srimulyo, K., 1999. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Terhadap Kinerja Perpustakaan di Kotamadya Surabaya. Media Komputindo. Jakarta.

Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Undang-undang No 13 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Undang-undang No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi


(19)

BABI PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Sumberdaya manusia merupakan aset utama organisasi, karena paling menentukan sukses tidaknya pencapaian tujuan organisasi. Tanpa kemampuan SDM yang memadai, berapa besarpun aset dan sumberdaya yang dimiliki tidak akan mampu dimanfaatkan secara optimal. Sumberdaya manusia merupakan faktor yang dominan terhadap faktor lain seperti mesin, modal, material, sarana prasarana dan metode, oleh karena itu suatu organisasi dituntut untuk mengelola sumberdaya manusia yang dimiliki dengan baik demi kelangsungan hidup dan kemajuan organisasi. Dengan demikian, keberhasilan dalam proses operasional organisasi, selain ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusia, juga bergantung pada bagaimana mengorganisasi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan aspek-aspek hubungan antar unsur penopang organisasi. Oleh karena itu ukuran berjalan atau tidaknya manajemen dalam suatu organisasi selain ditentukan capaian kinerja organisasi, juga oleh kepuasan kerja dari personal yang melakukan pekerjaan. Dimana kepuasan kerja bagi pegawai pemerintah tidak hanya ditentukan oleh adanya reward berupa finansial, akan tetapi lebih dari itu adalah dengan adanya harmonisasi hubungan antar individu yang bekerja dalam sebuah kultur atau budaya kerja yang kondusif.

Harmonisasi hubungan yang terbentuk dalam organisasi akan menciptakan kohesi sosial yang erat, sehingga dengan demikian timbul kenyamanan sosial yang efektif dan iklim demokrasi yang baik bagi sebuah


(20)

organisasi. Hal ini disebabkan karena kohesi sosial merupakan hal yang multidimensional serta mencakup rasa memiliki dan solidaritas yang terjadi dalam organisasi atau kelompok (Council of Europe, 2002).

Pengembangan kinerja organisasi akan berhasil dengan baik dan mencapai sasaran yang diharapkan bila dapat dipenuhi hal-hal sebagai berikut: 1) Komitmen dari pemimpin tertinggi instansi pemerintah dan para pimpinan unit organisasi yang ada dibawahnya; 2) Nilai-nilai dasar pembentuk sikap dan perilaku positif dan produktif yang diterapkan harus dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh pimpinan dan anggota kelompok kerja; 3) Saling percaya antara pimpinan dan anggota, bersikap terbuka dan menerima perubahan kebijakan serta metode kerja baru yang lebih efisien; 4) Budaya kerja harus terkait langsung dengan kepentingan pelaksanaan tugas, pekerjaan dan masalah-masalah yang dihadapi bersama oleh unit organisasi; 5) Ada tindak lanjut yang nyata atas hasil-hasil kelompok kerja yang dilaksanakan secara teratur serta berkelanjutan dalam jangka panjang (Kepmenpan no 25 th 2002).

Lebih lanjut disebutkan bahwa tantangan yang dihadapi aparatur negara cukup memprihatinkan, terutama karena dalam praktek selama ini para pemimpin sebagai aparatur negara masih sering mengabaikan nilai-nilai moral dan budaya kerja aparatur negara. Masalah mendasar dalam memahami dan mengimplementasikan budaya kerja menyangkut proses pembangunan karakter, sikap dan perilaku semua unsur yang terlibat dalam organisasi. Sebagai sebuah budaya, maka budaya kerja aparatur negara dapat dikenali wujudnya dalam bentuk nilai-nilai yang terkandung didalam, institusi atau


(21)

sistem kerja, serta sikap dan perilaku sumberdaya manusia yang melaksanakannya.

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang berdiri berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 50 tahun 2002 dengan dua program studi, yaitu Program Studi Penyuluhan Pertanian dan Program Studi Penyuluhan Peternakan yang berlokasi di Bedali – Lawang Malang. Sebagai salah satu institusi pendidikan yang menyelenggarakan jenjang pendidikan tinggi diploma IV dengan status pendidikan tinggi kedinasan, bertujuan untuk menghasilkan Sarjana Sains Terapan (SST) dibidang penyuluhan pertanian dan peternakan yang profesional dan berkualitas, memiliki arti strategis dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas SDM aparat pertanian yang pada akhirnya bermuara pada petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian.

Seiring dengan perkembangan waktu, sebagai sebuah organisasi yang dinamis dan terbuka terhadap perubahan, STPP Malang telah mengalami beberapa pergantian pucuk pimpinan yang masing-masing memiliki metode dalam pemberdayaan staf sehingga berpengaruh tehadap kinerja institusi secara keseluruhan. Selain itu, pergantian staf yang mengalami masa purna tugas dan digantikan oleh tenaga-tenaga yang relatif muda turut memberikan warna terhadap proses organisasi. Dinamika pada personal organisasi yang terjadi di STPP Malang ternyata menghasilkan dinamika pula dalam hubungan antar individu dalam organisasi dan berpotensi mempengaruhi pencapaian kinerja organisasi.


(22)

Masa “kejayaan” STPP terjadi pada kurun waktu tahun 2002 hingga 2006 dimana salah satu wujud nyata kerja keras dalam suatu kesatuan yang utuh berhasil meyakinkan Menteri Pertanian yang saat itu sempat berkunjung dan menyaksikan kegiatan dalam proses pembelajaran kepada mahasiswa. Selain itu beberapa prestasi yang dihasilkan selama kurun waktu tersebut membuktikan bahwa didalam tubuh STPP Malang sedang terjadi perubahan positif dari seluruh aspek manajemen sehingga menghasilkan performa institusi yang mendapat pengakuan khalayak luas.

Salah satu hal yang menyebabkan keadaan tersebut adalah pimpinan yang menerapkan pola manajemen organisasi dengan pendekatan basic

humanistic dalam mendorong dan mengelola seluruh sumberdaya manusia

yang terlibat dalam institusi. Penulis merasakan bahwa sentuhan humanistic

yang dilakukan oleh pimpinan mampu membangun sebuah kohesi sosial yang amat tinggi bagi hampir seluruh civitas akademika, akibat yang ditimbulkan adalah masing-masing individu merasa berkontribusi dalam membangun sistem dalam organisasi. Dengan demikian komitmen dan kinerja seluruh individu dalam mencapai visi organisasi menjadi bahan bakar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Bentuk-bentuk sederhana kohesi sosial yang muncul akibat pola manajemen tersebut antara lain adanya perasaan saling percaya, saling menghargai, kebersamaan yang tinggi dan saling mendukung, ketergantungan antar individu, hingga komitmen dan tanggung jawab yang tinggi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Penghargaan sifat-sifat dasar manusia yang


(23)

diterapkan tersebut berujung pada motivasi kerja yang tinggi bagi setiap pegawai.

Dalam kurun waktu beberapa tahun kebelakang serta berdasarkan pada pengamatan terhadap proses berjalannya organisasi, diketahui terdapat realitas terjadinya kerenggangan kohesi sosial diantara tenaga pendidik dan kependidikan di STPP Malang. Beberapa bentuk fakta yang terjadi antara tenaga pendidik dan kependidikan yaitu; tenaga pendidik seolah merasa lebih

superior dan berhak memikirkan berjalannya organisasi, terlepas apakah

langkah tersebut sesuai dengan tugas pokoknya sebagai tenaga pendidik atau tidak. Dilain pihak, tenaga kependidikan merasa bahwa mereka juga berhak mengatur jalannya organisasi melalui penerapan sistem dan prosedur administrasif yang ketat. Fakta tersebut menyebabkan timbulnya asumsi-asumsi negatif lain dari tenaga kependidikan bahwa tenaga pendidik memperoleh hasil yang secara finansial lebih tinggi daripada tenaga kependidikan. Hal ini ditunjang pula dengan stigma yang kuat bahwa tenaga pendidik identik dengan banyaknya pendapatan yang diterima, sementara tenaga kependidikan hanya mengandalkan gaji bulanan.

Beberapa indikasi memudarnya kohesi sosial yang muncul dikalangan internal tenaga pendidik dan tenaga kependidikan adalah adanya senioritas berdasarkan usia dan pengalaman. Hal ini menimbulkan pandangan bahwa berbagai pendapat yang diutarakan oleh mereka yang lebih senior cenderung dipaksakan untuk dapat diterima dan dilaksanakan oleh pihak lain. Demikian sebaliknya, dirasakan bahwa pendapat atau aktifitas yang dilaksanakan oleh mereka yang lebih muda belum tentu dapat diterima dengan baik oleh seluruh


(24)

kalangan, hal ini disebabkan karena anggapan siapa yang berbicara lebih dipentingkan daripada apa yang dibicarakan. Padahal disisi lain, banyak aspek yang masih harus dipertimbangkan lebih lanjut aplikasinya, baik secara organisatoris maupun pendekatan perorangan.

Bentuk lain yang dapat dirasakan antara lain adalah adanya social

jelous antar unit kerja yang ada. Wujud kecemburuan tidak hanya disebabkan

karena perbedaan pendapatan atau insentif, akan tetapi juga beban kerja dan kapasitas kerja orang lain. Terdapat pula kejadian ketika seseorang merasa tidak puas oleh suatu hal, maka sebagai bentuk kompensasi, mereka cenderung berbuat sesuatu hal yang menguntungkan diri sendiri. Misalnya dengan tidak mengerjakan tugas pokoknya secara optimal atau bahkan hanya sekedar hadir di kantor tanpa melakukan aktifitas yang seharusnya menjadi bagian dari tugasnya sehingga meningkatkan kinerja.

Fakta lain yang ditemukan adalah bahwa upaya penerapan disiplin pegawai dengan menggunakan buku kinerja belum dapat memuaskan pimpinan. Hasil evaluasi pimpinan terhadap penerapan buku yang diberlakukan sejak tahun 2012 itu menunjukkan bahwa masih banyak pegawai, baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang tidak mengisinya. Jika ada yang sebagian melakukan pengisian buku, akan tetapi apa yang diisikan belum sesuai dengan apa yang seharusnya disampaikan.

Beberapa fakta tersebut berdampak pada semangat kebersamaan dan keterikatan satu sama lain yang cenderung longgar, sehingga berimplikasi pada kurang optimalnya pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh setiap individu beserta unitnya. Sebagai contoh dengan adanya opini yang


(25)

menyebutkan kurangnya penghargaan antar sesama, ada keinginan untuk bekerja individual, mekanisme dan alur kerja serta sistem pertanggungjawaban yang hanya ada secara tertulis, namun dilaksanakan sesuai dengan keinginan pengelola kegiatan. Keadaan itu sangat potensial berpengaruh kurang baik terhadap kinerja institusi secara keseluruhan. Oleh karena sumberdaya manusia menjadi kunci dalam pengembangan kinerja organisasi, maka tinjauan terhadap kohesitas sosial antar unsur yang terlibat didalamnya menjadi penting untuk ditelaah dan didalami lebih jauh.

1.2Rumusan Masalah

STPP Malang sebagai sebuah organisasi yang mendidik dan menghasilkan aparatur pertanian dituntut untuk memberikan keteladanan dari setiap individu dalam organisasi pada semua tingkatan, yang menunjukkan efektifitas kerja dengan pencapaian kinerja optimal dan ditunjukkan sebagai sebuah budaya kerja, dan hal tersebut hanya dapat terwujud jika didalam organisasi terdapat kohesi sosial yang tinggi antar individu yang terlibat.

Keeratan hubungan (kohesitas) antar individu dalam organisasi akan tercipta dengan pendekatan humanistic, dengan demikian iklim kerja yang kondusif dapat meningkatkan efektifitas kerja individu dalam organisasi. Beberapa bentuk pendekatan humanis yang dapat dilakukan antar individu dalam mempererat kohesi sosial antara lain adalah saling menghargai, saling memiliki dan membutuhkan, saling percaya, toleransi, menjunjung tinggi norma sosial, serta berbagai hal lain yang berakar dari sifat dasar manusia. Oleh karena itu diperlukan usaha terencana dan sistematis serta komitmen dari


(26)

seluruh unsur untuk mencapai iklim kerja organisasi yang efektif dan sehat. Sehingga apa yang diperoleh mahasiswa tidak hanya ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang mereka, akan tetapi juga memahami upaya penciptaan kondisi organisasi secara efektif dengan memperhatikan aspek kohesi sosial diantara anggota organisasi, sebagai bekal mereka dalam mengabdikan diri selaku aparatur pemerintah.

Berdasarkan fokus masalah penelitian tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan adalah:

1. Bagaimana kohesi sosial yang terjadi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang.

2. Bagaimana pola kohesi sosial yang terjadi dan arahnya terhadap performa institusi secara keseluruhan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana kohesi sosial yang terjadi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang serta keterkaitannya dengan performa institusi.

Namun demikian penelitian ini secara lebih rinci bertujuan untuk mendiskripsikan:

1. Kohesi sosial antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang dalam mendukung kinerja optimal bagi sebuah instansi pemerintah yang bergerak pada pendidikan tinggi kedinasan.

2. Arah kohesi sosial yang terjadi di STPP Malang dengan performa institusi secara keseluruhan.


(27)

9 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk memperoleh serta memperkaya pengalaman penelitian dan kegiatan ilmiah, serta secara lebih spesifik dapat memberikan pemahaman yang lebih tajam dalam melihat fenomena sosial yang terkait dengan kohesi sosial yang terjadi di STPP Malang serta menemukan pola dan arah yang terjadi. Dengan demikian hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam manajemen institusi dalam upaya untuk selalu meningkatkan performa institusi.

Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis dan praktis dalam khasanah ilmu sosial, yaitu:

a. Kegunaan teoritis: hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori sosiologi khususnya pengembangan konsep kohesi sosial dalam struktur organisasi pendidikan tinggi kedinasan.

b. Kegunaan praktis: hasil penelitian dapat dijadikan acuan penelitian sejenis, khususnya yang memiliki spesifikasi dan kriteria yang sama dengan fenomena dan setting penelitian ini.


(1)

Masa “kejayaan” STPP terjadi pada kurun waktu tahun 2002 hingga 2006 dimana salah satu wujud nyata kerja keras dalam suatu kesatuan yang utuh berhasil meyakinkan Menteri Pertanian yang saat itu sempat berkunjung dan menyaksikan kegiatan dalam proses pembelajaran kepada mahasiswa. Selain itu beberapa prestasi yang dihasilkan selama kurun waktu tersebut membuktikan bahwa didalam tubuh STPP Malang sedang terjadi perubahan positif dari seluruh aspek manajemen sehingga menghasilkan performa institusi yang mendapat pengakuan khalayak luas.

Salah satu hal yang menyebabkan keadaan tersebut adalah pimpinan yang menerapkan pola manajemen organisasi dengan pendekatan basic humanistic dalam mendorong dan mengelola seluruh sumberdaya manusia yang terlibat dalam institusi. Penulis merasakan bahwa sentuhan humanistic yang dilakukan oleh pimpinan mampu membangun sebuah kohesi sosial yang amat tinggi bagi hampir seluruh civitas akademika, akibat yang ditimbulkan adalah masing-masing individu merasa berkontribusi dalam membangun sistem dalam organisasi. Dengan demikian komitmen dan kinerja seluruh individu dalam mencapai visi organisasi menjadi bahan bakar dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Bentuk-bentuk sederhana kohesi sosial yang muncul akibat pola manajemen tersebut antara lain adanya perasaan saling percaya, saling menghargai, kebersamaan yang tinggi dan saling mendukung, ketergantungan antar individu, hingga komitmen dan tanggung jawab yang tinggi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Penghargaan sifat-sifat dasar manusia yang


(2)

diterapkan tersebut berujung pada motivasi kerja yang tinggi bagi setiap pegawai.

Dalam kurun waktu beberapa tahun kebelakang serta berdasarkan pada pengamatan terhadap proses berjalannya organisasi, diketahui terdapat realitas terjadinya kerenggangan kohesi sosial diantara tenaga pendidik dan kependidikan di STPP Malang. Beberapa bentuk fakta yang terjadi antara tenaga pendidik dan kependidikan yaitu; tenaga pendidik seolah merasa lebih superior dan berhak memikirkan berjalannya organisasi, terlepas apakah langkah tersebut sesuai dengan tugas pokoknya sebagai tenaga pendidik atau tidak. Dilain pihak, tenaga kependidikan merasa bahwa mereka juga berhak mengatur jalannya organisasi melalui penerapan sistem dan prosedur administrasif yang ketat. Fakta tersebut menyebabkan timbulnya asumsi-asumsi negatif lain dari tenaga kependidikan bahwa tenaga pendidik memperoleh hasil yang secara finansial lebih tinggi daripada tenaga kependidikan. Hal ini ditunjang pula dengan stigma yang kuat bahwa tenaga pendidik identik dengan banyaknya pendapatan yang diterima, sementara tenaga kependidikan hanya mengandalkan gaji bulanan.

Beberapa indikasi memudarnya kohesi sosial yang muncul dikalangan internal tenaga pendidik dan tenaga kependidikan adalah adanya senioritas berdasarkan usia dan pengalaman. Hal ini menimbulkan pandangan bahwa berbagai pendapat yang diutarakan oleh mereka yang lebih senior cenderung dipaksakan untuk dapat diterima dan dilaksanakan oleh pihak lain. Demikian sebaliknya, dirasakan bahwa pendapat atau aktifitas yang dilaksanakan oleh mereka yang lebih muda belum tentu dapat diterima dengan baik oleh seluruh


(3)

kalangan, hal ini disebabkan karena anggapan siapa yang berbicara lebih dipentingkan daripada apa yang dibicarakan. Padahal disisi lain, banyak aspek yang masih harus dipertimbangkan lebih lanjut aplikasinya, baik secara organisatoris maupun pendekatan perorangan.

Bentuk lain yang dapat dirasakan antara lain adalah adanya social jelous antar unit kerja yang ada. Wujud kecemburuan tidak hanya disebabkan karena perbedaan pendapatan atau insentif, akan tetapi juga beban kerja dan kapasitas kerja orang lain. Terdapat pula kejadian ketika seseorang merasa tidak puas oleh suatu hal, maka sebagai bentuk kompensasi, mereka cenderung berbuat sesuatu hal yang menguntungkan diri sendiri. Misalnya dengan tidak mengerjakan tugas pokoknya secara optimal atau bahkan hanya sekedar hadir di kantor tanpa melakukan aktifitas yang seharusnya menjadi bagian dari tugasnya sehingga meningkatkan kinerja.

Fakta lain yang ditemukan adalah bahwa upaya penerapan disiplin pegawai dengan menggunakan buku kinerja belum dapat memuaskan pimpinan. Hasil evaluasi pimpinan terhadap penerapan buku yang diberlakukan sejak tahun 2012 itu menunjukkan bahwa masih banyak pegawai, baik tenaga pendidik maupun tenaga kependidikan yang tidak mengisinya. Jika ada yang sebagian melakukan pengisian buku, akan tetapi apa yang diisikan belum sesuai dengan apa yang seharusnya disampaikan.

Beberapa fakta tersebut berdampak pada semangat kebersamaan dan keterikatan satu sama lain yang cenderung longgar, sehingga berimplikasi pada kurang optimalnya pemberdayaan potensi yang dimiliki oleh setiap individu beserta unitnya. Sebagai contoh dengan adanya opini yang


(4)

menyebutkan kurangnya penghargaan antar sesama, ada keinginan untuk bekerja individual, mekanisme dan alur kerja serta sistem pertanggungjawaban yang hanya ada secara tertulis, namun dilaksanakan sesuai dengan keinginan pengelola kegiatan. Keadaan itu sangat potensial berpengaruh kurang baik terhadap kinerja institusi secara keseluruhan. Oleh karena sumberdaya manusia menjadi kunci dalam pengembangan kinerja organisasi, maka tinjauan terhadap kohesitas sosial antar unsur yang terlibat didalamnya menjadi penting untuk ditelaah dan didalami lebih jauh.

1.2Rumusan Masalah

STPP Malang sebagai sebuah organisasi yang mendidik dan menghasilkan aparatur pertanian dituntut untuk memberikan keteladanan dari setiap individu dalam organisasi pada semua tingkatan, yang menunjukkan efektifitas kerja dengan pencapaian kinerja optimal dan ditunjukkan sebagai sebuah budaya kerja, dan hal tersebut hanya dapat terwujud jika didalam organisasi terdapat kohesi sosial yang tinggi antar individu yang terlibat.

Keeratan hubungan (kohesitas) antar individu dalam organisasi akan tercipta dengan pendekatan humanistic, dengan demikian iklim kerja yang kondusif dapat meningkatkan efektifitas kerja individu dalam organisasi. Beberapa bentuk pendekatan humanis yang dapat dilakukan antar individu dalam mempererat kohesi sosial antara lain adalah saling menghargai, saling memiliki dan membutuhkan, saling percaya, toleransi, menjunjung tinggi norma sosial, serta berbagai hal lain yang berakar dari sifat dasar manusia. Oleh karena itu diperlukan usaha terencana dan sistematis serta komitmen dari


(5)

seluruh unsur untuk mencapai iklim kerja organisasi yang efektif dan sehat. Sehingga apa yang diperoleh mahasiswa tidak hanya ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai bidang mereka, akan tetapi juga memahami upaya penciptaan kondisi organisasi secara efektif dengan memperhatikan aspek kohesi sosial diantara anggota organisasi, sebagai bekal mereka dalam mengabdikan diri selaku aparatur pemerintah.

Berdasarkan fokus masalah penelitian tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan adalah:

1. Bagaimana kohesi sosial yang terjadi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang.

2. Bagaimana pola kohesi sosial yang terjadi dan arahnya terhadap performa institusi secara keseluruhan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana kohesi sosial yang terjadi antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang serta keterkaitannya dengan performa institusi.

Namun demikian penelitian ini secara lebih rinci bertujuan untuk mendiskripsikan:

1. Kohesi sosial antara tenaga pendidik dan tenaga kependidikan di STPP Malang dalam mendukung kinerja optimal bagi sebuah instansi pemerintah yang bergerak pada pendidikan tinggi kedinasan.

2. Arah kohesi sosial yang terjadi di STPP Malang dengan performa institusi secara keseluruhan.


(6)

9 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis untuk memperoleh serta memperkaya pengalaman penelitian dan kegiatan ilmiah, serta secara lebih spesifik dapat memberikan pemahaman yang lebih tajam dalam melihat fenomena sosial yang terkait dengan kohesi sosial yang terjadi di STPP Malang serta menemukan pola dan arah yang terjadi. Dengan demikian hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam manajemen institusi dalam upaya untuk selalu meningkatkan performa institusi.

Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna secara teoritis dan praktis dalam khasanah ilmu sosial, yaitu:

a. Kegunaan teoritis: hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan teori sosiologi khususnya pengembangan konsep kohesi sosial dalam struktur organisasi pendidikan tinggi kedinasan.

b. Kegunaan praktis: hasil penelitian dapat dijadikan acuan penelitian

sejenis, khususnya yang memiliki spesifikasi dan kriteria yang sama dengan fenomena dan setting penelitian ini.