8 a.
Official Assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya
kepada wajib
pajak untuk
menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan
melaporkan sendiri
besarnya pajak yang terutang.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
2.1.1.4 Definisi Wajib Pajak
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 2 mendefinisikan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi
pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan perpajakan. Orang pribadi merupakan subjek pajak yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.
Menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 2007:3, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menyebutkan bahwa : “Badan
Universitas Sumatera Utara
9
adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi
perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau
organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.”
2.1.1.5 Definisi Pajak Penghasilan
Soebakir, dkk 1999: 41 mengemukakan definisi pajak penghasilan sebagai suatu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Salah satu subjek pajak adalah badan, terdiri dari perseroan terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan Lainnya, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan,
perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun dan bentuk badan usaha lainnya. Dengan
demikian, pajak penghasilan badan yang dikenalkan terhadap salah satu bentuk usaha tersebut, atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya
dalam satu tahun pajak.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.2 Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan. Sedangkan menurut Gibson 1991 dalam
Agus Budiatmanto 1999 sebagaimana yang dikutip oleh Jatmiko 2006, kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah Undang-undang Perpajakan. Jadi,
kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap peraturan atau Undang-undang Perpajakan.
Menurut Simon James et al n.d. yang dikutip oleh Gunadi 2005, pengertian kepatuhan pajak
tax compliance
adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang
berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun
administrasi. Kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak
perpajakannya. Kepatuhan yang dikatakan oleh Norman D. Nowak merupakan “suatu
iklim” kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang tercermin dalam situasi Devano, 2006 dalam Supadmi, 2010 sebagai
berikut. a.
Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Universitas Sumatera Utara
11
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Pengertian kepatuhan wajib pajak menurut Chaizi Nasucha yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu 2010:139, menyatakan bahwa kepatuhan
wajib pajak dapat didefinisikan dari : a.
Kewajiban Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri. b.
Kepatuhan untuk menyetorkan kembali Surat pemberitahuan. c.
Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang. d.
Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Muliari dan Setiawan 2010 menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak
patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan No.544KMK.042000 wajib pajak patuh adalah sebagai berikut :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam
dua tahun terakhir. b.
Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir. d.
Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling
banyak lima persen.
Universitas Sumatera Utara
12
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit
oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak mempengaruhi laba rugi
fiskal.
2.1.3 Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan
Sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau undang-undang merupakan
rambu-rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan
agar peraturan atau undang-undang tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan norma
perpajakan akan diturutiditaatidipatuhi, dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma perpajakan
Mardiasmo,2006 dalam Muliari dan Setiawan, 2010. Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator
Yadnyana, 2009 dalam Muliari dan Setiawan, 2010 sebagai berikut : a.
Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.
b. Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak
sangat ringan. c.
Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana mendidik wajib pajak.
Universitas Sumatera Utara
13
d. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.
e. Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.
2.1.3.1 Jenis-jenis Sanksi Perpajakan
Dalam ketentuan perpajakan, dikenal dua macam sanksi pajak yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Perbedaan dari
kedua sanksi tersebut adalah bahwa sanksi pidana berakibat pada hukuman badan seperti penjara atau kurungan. Pengenaan sanksi
pidana dikenakan terhadap siapapun yang melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. Sedangkan sanksi administrasi biasanya berupa
denda dalam UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan disebut sebagai bunga, denda atau kenaikan. Berikut ini adalah jenis-jenis
sanksi perpajakan yang diatur menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan :
Gambar 2.1 Sanksi Perpajakan
Sumber:diolah peneliti 2015
Sanksi Perpajakan
Sanksi Administrasi :
a. Denda b. Bunga
c. Kenaikan
Sanksi Pidana :
a. Denda Pidana b. Pidana Kurungan
c. Pidana Penjara
Universitas Sumatera Utara
14
2.1.3.2 Sanksi Administrasi