Analisis emisi dan penyerapan GRK (baseline) dan evaluasi teknologi mitigasi karbon di Wilayah Perum Perhutani

ANALISlS ElW1SI DAN PENYERAPAN
GAS RUMAH KACA (BASELINE) DAN
EVALUASI TEKNOLOGt MITIGASI KARBON
DI WILAYAH PERUM PERHUTANI

PROGRAM PASCASARJANA
IN STITUT PERTANl AN BOGOR
2001

RINGKASAN

HENDRI. Analisis emisi dan penyerapan gas rumah kaca (baseline) dar? evalmsi
teknologi mitigasi karbon di wilayah P e r m Perhutani fdi bawah bimbingan

RIZALDI BOER sebagai ketua dan A. NGALOKEN GINTINGS sebagai anggota).
Hutan selain berperan sebagai penyerap karbon, juga dapat berperan sebagai
sumber pengemisi karbon Namun dernikian herdasarkan studi inventahsasi GRK
tahun 1994 hperoleh bahwa sektor kehutanan hanya mampu menyerap C02 sebesar

404 Mt, lebih rendah dari emisinya yaitu sebesar 560 Mt. Apabila tidak ada upaya
untuk menekan emisi COz, diperkirakan konsentrasi CO: di atmosfer akan meningkat

dan akan meniinbulkan masalah pemanasan global. Oleh karena itu inventarisasi

GRK, dan upaya untuk meningkatkan kemampuan penyerapan dan penekanan emisi
karbon dari sektor ini sangat penting.
Penilaian terhadap teknologi dalarn sektor kehutanan yang dapat menekan
emisi atau meningkatkan penyerapan C 0 2 sudah dilakukan. Namun demikian studistudi tersebut masih bersifat umum. Kegiatan yang bersifat spesifik lokasi mash
belum tersedia, khususnya di P e m Perhutani. Oleh karena itu studi ini ditujukan

untuk menentukan emisi dan penyerapan gas rumah kaca (GRK) berdasarkan kondisi
saat ini (baseline) dan evaluasi teknologi mitigasi karbon di wilayah Perurn Perhutani

KPH Cepu.
Analisis data yang digunakan dalam perhitungan emisi &n penyerapan GRK
menggunakan metode IPCC 1995, sedangkan evaluasi potensi mitigasi dan
,efektivitas biaya, dan perubahan biomassa menggunakan metode COMAP.

Dalam menyusun inventarisasi GRK, data yang dikumpulkan ialah data
aktivitas, yaitu data yang berkaitan dengan jenis-jenis kegiatan yacg &pat
menimbulkan emisi atau serapan karbon, dan faktor emisi yaitu faktor yang
menggambarkan besarnya emisi atau serapan karbon untuk setiap satu satuan

keglatan yang dilakukan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ernisi karbon tahun 1990 di Perum
Perhutani ICPH Cepu lnencapai 0,158 Mt C 0 2 dan serapan karbonnya sebesar 13.378
Mt COz. Pada tahun 2000, emisi karbonnya menurun menjadi 0,035 Mt CO- dan
penyerapan karbonnya meningkat menjadi 0,309 Mt C02. Secara keseluruhan di
Perum Perhutani KPH Cepu pa& periode tahun 1990 - 2000, tingkat emisi lebih
kecil dari tingkat serapan, kecuali tahun 1999.
Selanjutnya proyeksi emisi dan serapan karbon dari tahun 2001 sampai 2030
menggunakan dua skenario.

Skenario 1 adalah laju riap tahunan (MA1) untuk

kategori hutan produksi diasumsikan konstan dan skenario 2 meningkat sebesar 25 %
pada periode tahun 2001 - 2010 dan 50 % untuk peiiode tahun 20 1 1 - 2030. Pada
skenario 1 terjadi netto rosot karbon sarnpai tahun 2005 dan skenario 2 terjadi netto
rosot karbon sampai tahun 2020 dan setelah itu mengalami netto emisi karbon.
Dengan demikian program peningkatan MA1 dengan menggunakan bibit unggul
menjadi salah satu usaha yang penting dalam meningkatkan penyerapan karbon.
Opsi mitigasi karbon yang dievaluasi ialah penanaman lahan kosong dengan
jati yang dirotasikan (TR), jati yang tidak dirotasikan (TWR), dan agroforestry (-4F).

Perhitungan potensi mitigasinya menunjukkan bahwa opsi TWR lebih tinggi jika
dibandingkan dengan TR dan AF, masing-masing sebesar 429,450; 200,888; dan

18,000 tC/ha. Keuntungan opsi TR bernilai negatif karena pemanenan dilakukan

%lam jangka panjang (long rotation).

Oleh karena itu untuk meningkatkan

ktuntungannya maka cara yang dapat ditempuh ialah melakukan penanaman
campuran dengan penerapan sistem Perhutanan Sosial dan penanaman tanaman
5awah yang berupa tanaman jamu (empon-empon). Keuntungan opsi TWR juga
-xmilai negatif, lebih besar dari TR karena tidak ada pemanenan kayu. Opsi ini
iirujukan untuk konservasi tanah, dan air serta biodiversitasnya.

Sedangkan

t;suntungan yang diperoleh dari opsi AF bernilai positif karena dipanen dala~njangka
xndek (slzort rotation) dan menerapkan sistem penanaman campuran. Jadi dari segi
i;.suntungan pada ketiga opsi mitigasi tersebut, maka opsi AF memberikan

hsuntungan yang bernilai positif, yaitu sebesar 515,280 $/ha/rotasi. Dengan demikian
kuntungan opsi AF inilah yang nantinya dapat diberikan oleh P e r m Perhutani KPH
Cepu untuk masyarakat setempat dari aktivitas rnitigasi yang dilakukannya.
Dalam pelaksanaan proyek-proyek karbon kehutanan, kegiatan monitoring

ruba ah an

stok karbon merupakan suatu keharusan.

Hal ini dltujukan untuk

nengetahui dengan tepat besarnya karbon yang diserap dan disimpan dalarn bentuk

biomassa oleh proyek tersebut. Biaya yang diperlukan untuk kegiatan ini disebut
,&ansaction Cost. Transaction Cost dapat diartikan sebagai biaya ekstra yang hams

cikeluarkan oleh proyek karbon kehutanan yang dibanding dengan biaya standard
!ang urnurn. Jadi dalarn kasus tertentu Transaction Cost tidak hanya merusuk pada
kaya monitoring karbon saja, tetapi juga biaya-biaya lainnya misalnya biaya untuk
\:rifikasi, dan validasi proyek.


Dalam studi ini Transcrction C:o.vr yang dievaluasi hanya biaya monitoring
karbon.

Teknjk yang dilakukan untuk monitoring karbon ialah rnelalui teknik

deslr~rcrlvesampling (TRDS) dan non -- deslructive atau inventory suwlpling (TRIS),

misalnya penggunaan persamzan allometrik. Hasil analisis inenujukkan bahwa biaya
tnitigasi untuk TR untuk satu rotasi ranpa li.un.saction (:Tost ialah 0,956 S!tC,
sedangkan dengan Transuction Cost dengan metode destrtrc!ive sampling (TRDS)
ialah 2,571 $/tC, dan 0,972 $!tC bilz digunakan metode inventov .sampling (TRIS).
Untuk TWR d m AF biaya mitigasi untuk satu rotasi tanpa Trunsuction (,'o.vt ialah

0,383 VtC dan 1,343 $!tC.
Analisis potensi Perum Perhutani KPH Cepu dalam melaksanakan kegiatan
proyek karbon kehutanan dilakukan dengan membuat proyeksi perubahan stok
karbon dalam periode tahun 2001

-


2030 menurut skenario dasar (baselme) dan

membandingkannya dengan kondisi kalau proyek karbon dijalankan (skenario
mitigasi). Dalam stud ini diasumsikan bahwa untuk skenario mitigasi semua lahan
kosong yang tersedia akan digunakan untuk pelaksanaan kegiatan TRYTWR, dan AF.
Untuk skenario dasar (baseline) diasumsikan bahwa laju penanaman lahan kosong
mengkuti kecendrungan tahun-tahun sebelumnya (data historis).
Hasil analisis menunjukkan bahwa total karbon kumulatif yang disimpan pada
skenario mitigasi selama periode tahun 2001 - 2030 oleh ketiga opsi mitigasi (TRY

TWR, dan AF) ialah 5,023 Mt C , sedangkan pada skenario dasar (baselme)
diasumsikan belum terjadi penanaman lahan kosong untuk ketiga opsi rmtigasi
sehingga tidak ada nilai untuk total karbon kumulatif yang disimpan. Selisih antara
stok karbon pada ketlga opsl mltlgas: dengan skenario baseline menunjukkan

besarnya potensi Perum Perhutani KPH Cepu untuk inenyimpan karbon melalui
kegiatan proyek karbon kehutanan. Apabila harga karbon per ton di pasar global
sekitar 10 US$/tC maka besarnya pendapatan yang dapat diperoleh dari penjualan
karbon ialah selutar 50,23 US$. Namun demikian perlu dicatat bahwa besarnya

potensi mitigasi ini menggunakan asumsi tidak ada lecrbcge (kebocoranj.
I'eakage (kebocoran) ialah kondisi terjadinya peningkatan emisi atau

penyerapan karbon di luar sistem proyek sebagai akibat dari pelaksanmn proyek itu
sendiri. Misalnya, suatu kawasan hutan diproteksi melaiui proyek CDM, dan proses
deforstasi berpindah ke kawasan lain di luar wilayah proyek karena permintaan kayu
atau lahan untuk pertanian yang tinggi, sehingga secara keseluruhan tidak terjadi
penurunan emisi karbon akibat deforetasi. Dalam studi ini diperlarakan bahwa
pelaksanaan penanaman lahan kosong pada skenario mitigasi akan berpengaruh
terhadap pola penggunaan lahan masyarakat dan pencurian kayu. Tingkat pencurian
kayu secara ilegal diperkirakan akan menurun lebih besar pada skenario mitigasi
dibandingkan dengan skenario dasar (baseline). Dengan demikian stok karbon di
wilayah sekitar P e w Perhutani KPH Cepu akan meningkat lebih besar apabila
skenario mitigasi dijalankan.

Ini berarti pelaksanaan proyek karbon akan

memberikan darnpak positif (dengan kata lain leakage-nya positif). Diperkirakan
besarnya potensi total karbon kurnulatif leakage jauh lebih besar dan karbon yang
disimpan oleh pelaksanaan penanaman seluruh lahan kosong oleh ketiga opsi

mitigasi, yaitu nilainya sebesar 238,180 Mt C, sedangkan dan penanaman lahan
kosong hanya 5,023 h4t C.

Saat ini keuntungan atau keruszkan yang diakibatkan oleh leukuge !nasih merupakan
isu yang diperdebatkan dalam negosiasi internasional.

ANALISIS EMISI DAN PElVYERAPAN
GAS RUMAH KACA (BASELIN@ DAN
EVALUASI TEKNOLOGI MITlGASI KARBON
DI WILAYAH PERUM PERHUTL4NI

O!eh :
HENDRI
98 192/AGK

Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
Yada
Program Pascasarjana - Institut Pertanian Bogor


PROGRAM PASCASARJ.4K.A
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001

Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau, Sumatera Selatan pada tanggal 29
November 1973 sebagai anak pertarna dari tiga bersaudara, anak dari pasangan
Tasiim dan Suryani.
Tahun 1992 penulis lulus SMA Xaverius Lubuk Linggau dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan
diterima di P r o w Studi Agrometeorologi, Jurusan Geofisika dan Meteorologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Setelah menyelesaikan pendidikan sajana, penulis langsung meneruskan
pendidikan S2di Program Studi Agroklimatologi pada Program Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor.

Judul-

..

: Analisis emisi dm penyerapan GRK (baseline) dan evaluasi


teknologi mitigasi karbon di wilayah Perurn Perhutani
Nama Mahasiswa

: Hendri

Nomor Pokok

: 98192/Agroklimatologi

Menyetujui,
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. A. Ngaloken Gintings, MS.
Anggota

Ketua Program Studi
Agroklimatologi

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS.


Tanggal Lulus: 2 Juni 200 1