Perubahan Sosial-budaya
5. Program dari Dana UED-SP
(Usaha Ekonomi-Desa
Simpan
mencapai 11 Miliar.(Wawancara : Pinjam)
Togiman, 05-09-2017). Uang Program ini digagas dan
tersebut dipinjamkan kepada setiap dilaksanakan oleh mantan Gubernur
masyarakat yang membutuhkan. Riau HM Rusli zainal saat ia
Namun harus melengkapi syarat- menjabat. Kelanjutannya pemerintah
diantaranya memakai Kabupaten Bengkalis masa Bapak
syarat
anggunan. Setiap peminjam harus Herliyan Saleh tahun 2011. Program
borg (jaminan). UED-SP sudah diimplementasikan
menyerahkan
Pinjaman dengan menggunakan sejak 7 tahun lalu untuk seluruh desa-
jaminan maksimum Rp. 20-30 juta desa dalam membantu peningkatan
sedangkan Pinjaman dengan tidak perekonomian masyarakat di desa
menggunakan jaminan maksimum yang bersifat
pinjaman lunak
Rp. 10 juta.
khususnya bagi usaha kecil. Namun Berdasarkan penjelasan bapak
Program UED-SP yang semula tahun Toegiman terkait masyarakat sakai di
pertama berasal dari APBD propinsi, desa Kesumbo Ampai ini dalam
selanjutnya untuk empat tahun keaktifan memanfaatkan dana UED-
terakhir sudah menjadi program SP dan cicilan bulanan ia prihatin
pemerintah kabupaten Bengkalis pada karena pertama, sebagian besar
kepemimpinan Bapak Bupati Herliyah
Sakai tidak bisa Saleh serta dilanjutkan pula oleh
masyarakat
meminjam lebih besar dari angka Bapak Bupati Amril Mukminin saat
karena sebagian ini.
maksimum
masyarakat sakai yang tinggal di desa Pemberdayaan Suku Sakai dari
adat, tidak memiliki sertifikat tanah jenis
untuk dijadikan jaminan. Kedua, Suku penyaluran
Sakai umumnya memanfaatkan dana Sakai umumnya memanfaatkan dana
tidak menggunakan jaminan sehingga pemeliharaan kebun sawit dan karet
untuk
hingga kini tunggakan semakin seperti untuk membeli pupuk;
membesar. Langkah-langkah yang membeli racun rumput; biaya
diusulkan bapak Toeigiman kepada penebasan semak dan penyemprotan
ibu Anita kepala Desa yaitu bagi rumput. Namun banyak suku sakai
peminjam yang menunggak atau tidak meminjam untuk alasan pemeliharaan
mencicil hutangnya akan ditunda tanaman, tetapi kenyataanya dana
proses pengurusan administrasi di pinjaman untuk kebutuhan harian
Desa seperti membuat KTP; Akta yang sifatnya konsumtif bukan untuk
kelahiran; KK; surat Tanah; surat- pembiayaan produktif (Wawancara :
surat keterangan untuk anak sekolah Togiman, 05-09-2017).
dan lainya. .(Wawancara : Togiman, Ketiga
05-09-2017).
, banyak suku Sakai di Kesumbo Ampai ini yang menunggak
Kegagalan dan ketidakmampuan atau tidak bisa mencicil pinjaman
sebagian warga sakai dalam mengelola UED-SP akibat dari kebun yang
pinjaman UED-SP menurut Swardino kurang produktif dan dana yang
berbagai pihak untuk dipinjam hanya untuk kebutuhan
perlu
melakukan bimbingan, pelatihan dan konsumtif. Menurut bapak Ketua
pembinaan kepada suku sakai. Sebab UED-SP pertengahan tahun 2017
dalam beberapa kasus ada sebagian tunggakan pinjaman khusus dari
kelompok masyarakat sakai yang telah masyarakat Sakai Kesumbo Ampai
dilatih secara baik seperti bapak mencapai 200 Juta rupiah. Bahkan
Ahmad Jais ternyata bisa menjadi ada peminjam sengaja tidak mencicil
peternak Sapi yang sukses.(Wawancara sejak pertama ia meminjam. Karena
: Swardino, 07-08-2017). Sejak tahun ada anggapan sebagian kecil suku
2016 dana UED-SP menjadi bagian sakai bahwa dana tersebut merupakan
yang dikelola oleh BUMDes (Badan hibah atau bantuan bukan pinjaman.
Usaha Milik Desa), di Desa Kesumbo Ampai BUMDes menaungi tiga unit
Bila masyarakat
pengguna
usaha secara terpisah menajemenya pinjaman lunak UED-SP tidak dapat
yaitu pertama UED-SP; kedua kantin mengembalikan cicilan perbulan
yang lokasinya di samping kantor selama tiga bulan akan ada pembinaan
Desa dan ketiga, pengelolaan Air dan teguran, hingga masuki bulan
Bersih.
keenam maka akan ada penyitaan terhadap aset yang dijaminkan. Tetapi
Kesimpulan
karena banyak masyarakat suku Sakai Dari uraian di atas dapat diambil
di Kesumbo Ampai dalam meminjam beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pertama , Persebaran pemukiman lunak UED-SP banyak suku sakai tidak Suku Sakai di Kecamatan Bathin Solapan
bisa memanfaaatkan dan gagal dalam yaitu di Desa Kesumbo Ampai; Desa
menjalankan program tersebut, karena Petani (dusun Belading + 112 KK) dan
kurangnya pendampingan; bimbingan Desa Bumbung (dusun V Talang Jenang
dan pelatihan yang berkelanjutan dari atau Talang Nagoi + 60 KK). Mayoritas
mulai proses pelaksanaan sampai pada orang sakai bermukim di Desa Kesumbo
hasil (out put). Namun ada sebagian kecil Ampai + 173 KK yang terdiri dari tiga
penduduk sakai yang berhasil mengikuti Dusun yaitu dusun Sebangar Asal;
program pemberdayaan tersebut. Dusun Patang Butam; dan dusun Tanah Pujung. Suku Sakai mayoritas menempati wilayah Dusun Sebanga Asal di mana di dusun ini pula berdiri rumah adat; di kelilingi hutan adat seluas +260 Ha.
Kedua, program pemberdayaan bagi suku sakai meliputi beberapa hal yaitu pemberian beasiswa; bidang peternakan; pertanian dan perkebunan; program Alokasi Danan Desa dan program UED-SP. Bila dikelompokkan program itu ada dikategorikan sifatnya produktif dan non produktif.
Ketiga, pemberdayaan bagi suku sakai yang sifatnya non-produktif tidak banyak mengalami kendala seperti bantuan langsung dalam bentuk beasiswa; bantuan
rumah RLH;
Ambulan; bantuan uang untuk karang taruna; posyandu; PKK; surau dan masjid.
Keempat , problem
program
program pemberdayaan yang produktif seperti bantuan sapi bakalan; bibit ayam kampung; itik; bebek; ikan lele; gurami dan nila; kemudian bantuan benih sayur kangkung; bayam; kacang panjang dan lainnya. Ada pula program pinjaman
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Mohamad Zen, 2006, Orang Laut: Studi Etnopedagogi , (Jakarta: Yayasan
Chaidar, 2002, Dasar-Dasar Merancang dan Bahari Nusantara)
Melakukan Penelitian Kualitatif , (Jakarta : Alwasilah Pustaka Jaya)
Mulyana, Dedi, 2002, Metode Penelitian Kualitatif , (Bandung : Remaja
Edi Suharto, 2010,
Membangun
Rosda Karya,) Masyarakat , (Bandung; Refika
Masyarakat
Memberdayakan
Rinnusu, Singkronisasi Perencanaan dan Aditama)
Penganggaran Pembangunan Daerah , (makalah Pelatihan Anggaran
Friedman, F., 1998, Empowerment: The Politic of Alternative Development.
Responsif Gender, 2014). (Cambridge: Blackwell,)
Sri Sumantri, HRT, 2008, Otonomi Daerah , ( LP3; Jakarta).
Garna, Judistira, K. 1999, Masyarakat Baduy dan Siliwangi , (Depsos RI –
Soetomo, 2008, Pembangunan Masyarakat, Gramedia. Jakarta)
Merangkai sebuah Kerangka, (Bentang, Yoyakarta)
Hamidi, UU, 1996, Islam dan masyarakat Melayu di Riau , (Pekanbaru, UIR
Suparlan, Parsudi, 1998, Orang Sakai di Pres)
Riau-Masyarakat Terasing dalam Masyarakat Indonesia . (Jakarta:
Husni Thamrin, 2003, Sakai, Kekuasaan, Pembangunan dan Marginalisasi
Yayasan Obor Indonesia).
(Pekanbaru : gagasan Press,) Taliziduhu Ndraha, 2006, Pembangunan Masyarakat. ( Rineka Cipta: Jakarta)
Kartasasmita, Ginandjar.
1996.
Pembagunan Untuk Rakyat .(Jakarta; Cides)
Kontjoroningrat, 1992, Metode Penelitian Masyarakat , (Jakarta : Gramedia)
Liliweri, Alo, 2002,
(Yoyakarta, Pustaka Pelajar). Mathew Miles & Hubermen Micahel,
1992, Analisis data Kualitatif , terjemahan (Jakarta : UI Press)
Moelong Lexy, 2000, Metode penelitian Kualitatif , (Bandung : Remaja Rosda Karya)