TOLERANSI TERHADAP KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (PERSPEKTIF ISLAM)

TOLERANSI TERHADAP KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA (PERSPEKTIF ISLAM) ALPIZAR

UIN Sultan Syarif Kasim Riau alpi.alpizar@yahoo.com

Abstrak

Indonesia memang bukan negara yang berdasarkan agama, melainkan negara yang didasarkan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, akan tetapi kehidupan beragama dan menjalankan ibadah menurut kepercayaan masing-masing sangat dilindungi oleh undang-undang. Sebagai negara yang melindungi kehidupan beragana, maka di Indonesia diakui 6 agama, yaitu Islam, Hindu, Budha, Kristen, Kristen Katolik, dan Konghucu. Masing- masing agama tersebut mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam undang-undang. Walaupun keenam agama itu berbeda dalam keyakinan dan ajaran, namun tidak melahirkan konflik di Indonesia. Hal ini tentu saja disebabkan karena masing-masing penganut agama itu sangat menyadari betapa pentingnya kerukunan dan toleransi terhadap kebebasan beragama dalam rangka memelihara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Terutama Islam, sebagai agama yang penganutnya mayoritas di Indonesia, umat Islam sangat menyadari bahwa di dalam ajaran Islam terdapat rasa untuk menghargai dan menghormati orang lain walaupun berbeda agama (Toleransi Terhadap Kebebasan Beragama).

Kata kunci : Islam, Toleransi, dan Kebebasan beragama

Pendahuluan

orang zalim itu neraka yang gejolaknya Islam memberi pengakuan yang jelas

mengepung mereka” . mengenai hak manusia untuk memilih agama. Kenyataan ini ditegaskan oleh al-

Dalam ayat itu, kalimat “man syaa” Qur’an melalui surah al-Kahfi ayat 29 diulang dua kali. Hal ini menunjukkan yang artinya;

suatu penekanan yang mendalam “Dan katakanlah: kebenaran itu terhadap persoalan kebebasan memilih datangnya dari Tuhanmu. Maka agama yang diakui dalam Islam (Alias barangsiapa yang ingin (beriman) Othman (1992: 144-145). hendaklah ia beriman dan barang siapa

Pengakuan ini secara tidak langsung yang ingin (kafir) biarkanlah dia kafir. mengakui keberadaan agama-agama lain. Sesungguhnya kami telah sediakan bagi Keberadaan agama-agama ini sudah tentu Pengakuan ini secara tidak langsung yang ingin (kafir) biarkanlah dia kafir. mengakui keberadaan agama-agama lain. Sesungguhnya kami telah sediakan bagi Keberadaan agama-agama ini sudah tentu

d. Benda-benda material yang zahir perbedaan itu dapat dilihat di antaranya

seperti bangunan. Contohnya masjid, sebagai berikut.

gereja, kuil, dan sebagainya.

a. Setiap agama mempunyai namanya sendiri. Oleh karena itu, sudah tentu

Hak terpenting yang diberikan oleh kandungannya juga mempunyai Islam kepada penganut non muslim ialah perbedaan.

hak kebebasan beragama. Toleransi Islam

b. Perkembangan ilmu pengetahuan bukan sekedar memberikan kebebasan modern yang meneroka bidang beragama, bahkan memberi kebebasan keagamaan yang bermacam-macam dalam mengamalkan ajaran mereka. Sikap telah melahirkan ilmu perbandingan toleransi yang ditunjukkan oleh Islam agama. Adanya konsep perbandingan dalam aspek ini membayangkan bahwa itu mengartikan adanya perbedaan umat Islam menghormati penganut hingga melahirkan ilmu perbandingan agama lain dan membenarkan mereka agama.

melaksanakan upacara peribadatan

c. Lahirnya hak pemilihan agama tertentu mereka dengan aman dan bebas. Sikap bagi diri individu. Secara logika, kalaulah ini seharusnya juga dilakukan oleh pihak seseorang menganggap bahwa semua non-Muslim dengan menghor mati agama sama dan semua benar, sedang kebebasan Muslim untuk melaksanakan ia sendiri telah memilih agama tertentu, seluruh tuntutan agamanya secara bebas maka anggapan itu terbukti tidak berasaskan tabi’i agama tersebut sebagai benar. Kiranya seperti yang

a way of life . Sebagai sebuah sistem hidup dianggapnya tentu ia boleh saja yang bersikap lengkap dan menyentuh; berpindah dari satu agama dan sistem memiliki sejumlah ciri seperti menerima semuanya (Awang, 2003: ketuhanan (rabbaniyyah), nilai akhlak 57).

(akhlaqiyyah), kemanusiaan (insyaniyyah), universalitas (alamiyyah), toleransi

Konsekuensinya lahirlah perbedaan, (tasamuh), keanekaragaman (tanawwu’), terutama berkaitan dengan:

kesederhanaan (wassatiyyah), dan ciri saling

a. Perilaku: seperti cara sembahyang, lengkap melengkapi (takamul) (al- membuat sesajen, perayaan, dan Qordawi, 2001: 27). upacara.

Kerukunan hidup beragama di

b. Sikap: seperti sikap hormat, kasih Indonesia merupakan salah satu tujuan ataupun takut kepada kekuatan gaib, pembangunan di bidang agama. Gagasan dan pandangan suci dan bersih ini muncul, terutama karena terhadap agama.

dilatarbelakangi oleh beberapa kejadian

c. Pernyataan: seperti jampi, mantera, yang memperlihatkan gejala meruncingnya c. Pernyataan: seperti jampi, mantera, yang memperlihatkan gejala meruncingnya

Kenyataan hidup dan berkembangnya berbagai agama tersebut menambah corak kemajemukan bangsa Indonesia. Satu hal yang menggembirakan adalah, walaupun kemajemukan itu mengandung potensi pertentangan, namun dalam sejarah Indonesia dapat dikatakan tidak pernah terjadi perang antar penganut agama. Sikap toleran di antara pemeluk berbagai agama benar-benar merupakan suatu yang penting dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Di beberapa daerah di mana masyarakat memeluk lebih dari satu agama, dapat disaksikan bukan saja kehidupan yang penuh toleransi dalam wujud sikap saling menghormati dan saling tengang rasa, melainkan juga tolong-menolong dalam kegiatan yang berkaitan dengan agama, seperti

pembangunan masjid atau gereja. Apalagi dalam bidang-bidang kehidupan lainnya. Bahkan tidak jarang ditemui satu keluarga yang terdiri dari ang gota-ang gota, mungkin istri atau suami, mungkin satu atau beberapa anak yang berbeda agama. Sedangkan dalam pergaulan sehari-hari orang tidak begitu mempersoalkan keagamaan seseorang. Sudah sejak zaman penjajahan Belanda, umat beragama membentuk organisas-organisasi yang bergerak dalam bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan politik. Dalam perkembangan pergerakan-pergerakan tersebut bukan saja dipengaruhi, tapi juga ikut mempengaruhi kehidupan politik. Salah satu perkembangan yang penting dewasa ini adalah bahwa masing-masing umat beragama mempunyai semacam puncak organisasi, setidak-tidaknya yang berdiri di atas kelompok umat. Umat Islam mempunyai “Majelis Ulama Indonesia”, Umat Kristen mempunyai “Dewan Gereja-gereja Indonesia”, Umat Hindu mempunyai “Parisada Hindu Dharma”, Umat Budha mempunyai “Majelis Agung Agama Budha Indonesia” dan Umat Kong Hu Cu mempunyai “Majelis Tinggi Agama Kong Hu Cu Indonesia”.

Ternyata hubungan antar umat berbagai agama di Indonesia tidak bisa lepas dari problem mayoritas dan minoritas. Di kalangan mayoritas timbul perasaan tidak puas karena terdesak posisi dan peranannya. Sedangkan di kalangan minoritas timbul ketakutan karena merasa terancam eksistensi dan hak-hak asasinya.

Problem di atas, yakni perasaan yang menyangkut pula masalah terdesak di satu pihak dan perasaan perbedaan agama di Kalimantan Timur. terancam di pihak lain, membawa

Dari kegiatan-kegiatan studi kasus implikasi dalam hubungan antarumat tersebut hubungan yang intim dari unsur- berbagai agama dan pergaulan unsur yang berbeda agama dapat masyarakat, dan bisa menggejala dalam dibangun dan antara satu sama lain bisa berbagai bentuk ketegangan.

mengenal dan belajar. Salah satu gagasan yang dilemparkan

Bentuk lain dari kerjasama adalah oleh Prof. Mukti Ali pada saat-saat awal Program Kerjasama Sosial jabatannya sebagai Menteri Agama adalah Kemasyarakatan. Kegiatan itu baru tentang dialog antar pemuka berbagai diadakan pada tahun 1977 dan agama. Gagasan tersebut memang diselenggarakan di Jakarta dan Medan. kemudian diprogramkan dengan Program ini diwujudkan dalam bentuk membentuk Proyek Kerukunan Hidup training dan Dharmabakti Kemasyarakatan Beragama yang menyeleng garakan yang diikuti oleh generasi muda. dialog-dialog tersebut.

Untuk Jakarta, sebanyak 10 orang Sebagai peningkatan lanjutan dari mahasiswa IAIN, 10 orang mahasiswa program dialog sejak tahun 1976 itu, telah Sekolah Teologi, dan 10 orang mahasiswa dilaksanakan program studi kasus yang Sekolah Ting gi Filsafat diajar merupakan kegiatan bersama para ahli mengadakan camping bersama di Ciawi dari berbagai agama. Sebagai contoh dari selama satu ming gu. Di dalamnya kegiatan itu telah dilakukan beberapa diundang beberapa penulis, mengadakan kegiatan. Dari buku-buku laporan studi diskusi di antara mereka sendiri dan pada kasus tercatat masalah-masalah yang telah hari terakhir mereka mengadakan dipelajari, antara lain adalah kaitan antara Dharmabakti kemasyarakatan bersama. agama sebagai pembawa nilai dan amal

Di Medan, beberapa anggota HMI, dengan kenyataan kehidupan masyarakat GMKI, dan PII juga mengadakan camping di empat desa, yakni desa NU, bersama dengan acara yang hampir Muhammadiyah, Protestan, dan Katolik bersamaan dengan Jakarta. Acara ini di daerah Jawa Timur; Peranan pemuka- berlanjut dengan mengadakan pemuka agama dalam berbagai kegiatan Dharmawisata ke Sibolga. masyarakat di desa, yakni desa Islam dan

Melihat penyelenggaraan dan Kristen di Kota Medan; Pola hubungan kegiatan para peserta selama dan setelah antarumat berbagai agama di Toraja; camping bersama itu, tampak hal-hal yang Peranan dan bentuk-bentuk kegiatan meng gembirakan. Keintiman dan rumah-rumah ibadah (masjid dan gereja) keakraban pergaulan membuat perbedaan dalam pembinaan jemaahnya di Kota keyakinan agama tidak menjadi penghalang. Bandung; dan masalah kawin kontrak Para peserta Kerjasama Sosial

Kemasyarakatan yang diselenggarakan oleh yang nyata dan dapat diserap secara mahasiswa-mahasiswa IAIN, ST Teologi indrawi. Islam menghendaki realitas dan STF Drijarkara, misalnya, telah konkrit, bukan imaginasi. Karena itu melahirkan apa yang mereka namakan dalam konsep Islam tidak dapat Kelompok dan Pastor itu mengadakan dipisahkan antara keimanan yang abstrak pertemuan-pertemuan dan diskusi-diskusi dengan realitas indrawi yang konkrit secara bergiliran atas keinginan dan prakarsa berupa tingkah laku yang dikenal dengan mereka sendiri. Dengan menumbuhkan istilah amal saleh. suasana ini di kalangan pemuda, terutama

Melalui kerealistisan inilah Islam mahasiswa yang kelak diharapkan akan menghadapi alam berwujud realistis yang menjadi pemuka-pemuka masyarakat, menjelmakan dan mendorong munculnya sesungguhnya tidak perlu ada kecemasan sikap, aktivitas, dan kreativitas bahwa agama akan menjadi faktor yang kemanusiaan dalam alam nyata, yaitu tidak positif untuk persatuan dan kehidupan sehari-hari sebagai individu kesatuan bangsa.

dan masyarakat di tengah-tengah lingkungan alamnya.

Ajaran Islam Bersifat Universal

Agama Islam adalah risalah (pesan- Ajaran Islam bersifat universal dan pesan) yang diturunkan Tuhan kepada berlaku setiap zaman. Keabadian dan Nabi dan Rasul sebagai petunjuk dan keaktualan Islam telah dibuktikan pedoman yang mengandung hukum- sepanjang sejarahnya, di mana setiap hukum sempurna untuk dipergunakan kur un waktu dan perkembangan dalam menyeleng garakan tata cara peradaban manusia senantiasa dapat kehidupan manusia, yaitu mengatur dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam hubungan manusia dengan manusia, melalui al-Qur’an sebagai landasannya. hubungan manusia dengan alam, dan Keuniversalan konsep Islam merupakan hubungan manusia dengan khaliknya. jawaban terhadap keterbatasan manusia

Sebagai sumber nilai, agama Islam dan pemikirannya yang temporal dan memberikan petunjuk, pedoman, dan parsial. Karena keparsialannya ini pendorong bagi manusia dalam muncullah kekurangan dan dari menciptakan dan mengembangkan ketemporalannya lahirlah kegoyahan yang budaya serta memberikan pemecahan menuntut kekurangan dan kelemahan terhadap segala persoalan hidup dan yang lebih membuktikan akan kehidupan. Di dalamnya mengandung kebenarannya.

ketentuan-ketentuan keimanan, ibadah, Konsep Islam berhubungan dengan mu’amalah, dan pola tingkah laku dalam realitas-realitas nyata dan menyakinkan berhubungan dengan sesama makhluk yang tidak terlepas hakekat Ilahi di mana yang menentukan proses berpikir, merasa, hakekat itu membekas dalam jejak-jejak dan pembentukan kata hati.

Sebagai implikasi dari penamaan tersebut, maka Islam agama universal, karena berasal dari Zat yang menguasainya, mengatur, dan memelihara sekalian alam. Ajaran Islam dimaksudkan untuk seluruh umat manusia, bukan untuk kelompok tertentu, karena nabi Muhammad diutus unutk seluruh umat manusia (QS. al- Anbiya: 107). Berbeda dengan para Rasul sebelumnya yang hanya diutus untuk satu bangsa dan wilayah tertentu. Kehadiran Nabi/Rasul berikutnya adalah untuk menyempurnakan ajaran Nabi/Rasul sebelumnya dan meluruskan ajaran yang telah diselewengkan oleh bangsa di wilayah tertentu. Kehadiran Nabi Muhammad adalah Rasul pamungkas yang diutus untuk seluruh umat manusia. Karena itu, walaupun Islam pertama kali tumbuh dan berkembang di Jazirah Arab, namun titahnya menjangkau semua lapisan bangsa Arab dan Non-Arab, serta tidak tergantung kepada satu ras, bahasa, tempat, ataupun masa, dan kelompok manusia.

Di samping itu, salah satu prinsip yang fundamental dalam Isalm ialah bahwa orang Islam harus percaya kepada para Nabi dan Rasul yang dibangkitkan sebelum Nabi Muhammad. Islam menuntut pemeluknya supaya percaya kepada semua agama di dunia yang mendahuluinya yang diturunkan oleh Tuhan. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam QS. al-Baqarah ayat 4 dan 136. Apabila dibandingkan dengan pemeluk agama lain, maka seorang muslim adalah orang yang percaya kepada Nabi-nabi dan

kitab-kitab suci dari bangsa-bangsa lain. Seorang Yahudi hanya percaya kepada Nabi-nabi keturunan Israel. Seorang Kristen hanya percaya kepada Yesus Kristus dan sebagian dari Nabi-nabi Bani Israel. Seorang Budhis hanya percaya kepada Budha Gautama. Seorang Zoroastrian hanya percaya kepada Zoroaster. Seorang Hindu hanya percaya kepada orang-orang yang mereka anggap Nabi yang dibangkitkan oleh India. Seorang Kong Hu Cu hanya percaya kepada Kong Hucu. Tetapi seorang muslim percaya kepada mereka semua, juga percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu agama Islam adalah agama yang mencakup semua ajaran agama yang diwahyukan oleh Allah di dunia ini, sebagaimana al-Qur’an merupakan himpunan dari semua kitab suci yang pernah diturunkan oleh Allah di dunia ini. Hal ini merupakan indikasi dari universalitas ajaran Islam.

Menjelaskan universalitas ajaran Islam dapat pula ditempuh melalui analisis dan kajian tentang pengertian Islam, karena yang pertama-tama menjadi sumber ide tentang universalitas Islam adalah pengertian Islam itu sendiri. Kata Islam mengandung arti atau makna yang bermacam-macam, tetapi mengandung kesatuan makna. Sebagaimana dapat dipahami dan direnungkan pada uraian ini.

Pertama, “Islam” berasal dari kata al- salamu, al-salmu, dan al-silmu yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Dengan demikian, “Islam” mengandung sikap penyerahan diri, Pertama, “Islam” berasal dari kata al- salamu, al-salmu, dan al-silmu yang berarti: menyerahkan diri, pasrah, tunduk, dan patuh. Dengan demikian, “Islam” mengandung sikap penyerahan diri,

Sikap tersebut tidak hanya berlaku bagi hamba-Nya (manusia), tetapi juga merupakan hakikat dari seluruh alam, yaitu sikap penyerahan diri, pasrah, tunduk, dan patuh ciptaan (makhluk) kepada penciptanya (Khalik). Langit dan bumi (benda-benda mati) adalah taat, patuh, dan pasrah (Islam) kepada Tuhan (QS. Fushilat: 11), demikian pula segala yang ada di langit dan bumi, baik berupa benda mati maupun benda hidup (QS. an- Nahl: 49; Ali Imran: 83), semua makhluk, baik berupa benda mati maupun benda hidup, berjalan secara alami, teratur, seimbang mengikuti ketentuan Tuhan yang berupa “hukum alam” (sunnatullah). Sehingga hukum-hukum itu dijadikan pedoman dan kemudian digunakan oleh manusia dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menjalankan syari’at Islam bagi umat manusia adalah sama nilainya dengan berjalannya alam mengikuti hukum- hukumnya sendiri yang ditetapkan oleh Allah. Karena itu, al-Islam bersifat alami, wajar, fitri, dan natural. Sedangkan sikap menentang terhadap kehendak dan rencana Tuhan adalah tidak alami, tidak wajar sebagaimana wajarnya alam yang tidak ber jalan mengikuti hukum- hukumnya sendiri. Adakalanya manusia telah ber-Islam, namun karena faktor eksternal yang memengaruhinya, maka ia berpaling darinya. Firaun semasa hidupnya enggan mengikuti keIslamannya, tetapi

ketika mulai tenggelam dan ajalnya sudah diambang kematian, ia mengakui adanya kebenaran Islam tersebut (QS.Yunus: 90).

Kedua , “Islam” berasal dari kata al- silmu atau al-salmu yang berarti damai dan aman. Hal ini mengandung makna bahwa orang ber-Islam berarti orang yang masuk dalam perdamaian dan keamanan, dan seorang muslim adalah orang yang membuat perdamaian dan keamanan dengan Tuhan, manusia, dirinya sendiri, dan alam. Damai dengan Tuhan berarti tunduk dan patuh secara menyeluruh kepada kehendak-Nya. Damai dengan manusia tidak hanya berarti meninggalkan perbuatan jelek dan tidak menyakiti orang lain, tetapi juga berbuat baik kepada orang lain, karena manusia tidak terlepas dari ketergantungan kepada orang lain. Damai dengan dirinya sendiri berarti selalu memelihara diri dan menjaganya dari berbagai macam ancaman dan siksaan atau penderitaan, apakah berupa penyakit jasmani maupun rohani, dan lain-lain. Sedangkan damai dengan alam berarti memelihara, memakmurkan, dan membudidayakan alam, serta memanfaatkannya selaras dengan sifat dan kondisi dari alam itu sendiri, dan tidak merusaknya atau melanggar hukum- hukum alam (Sunnatullah).

Manusia adalah umat yang satu (QS. al-Baqarah: 213) dan merupakan doktrin pokok dari ajaran Islam. Manusia memang diciptakan dalam berbagai jenis ras, bahasa, dan suku bangsa, tetapi mereka dianjurkan untuk saling mengenal, saling memahami dan Manusia adalah umat yang satu (QS. al-Baqarah: 213) dan merupakan doktrin pokok dari ajaran Islam. Manusia memang diciptakan dalam berbagai jenis ras, bahasa, dan suku bangsa, tetapi mereka dianjurkan untuk saling mengenal, saling memahami dan

paksaan adalah tidak autentik, karena Merupakan keputusan dan kehendak kehilangan dimensinya yang paling Tuhan bahwa manusia memang mendasar, yaitu kemurnian dan ditakdirkan untuk berbeda pandangan, keikhlasan. sebagaimana firman Allah dalam QS.

Dengan memperhatikan substansi Hud ayat 118;

ajaran dan realitas sejarah dari dakwah Nabi Muhammad SAW., maka

YXT <Q\i°PšXT <R‰%Ê mer upakan tugas Islam untuk menciptakan perdamaian di dunia ini

§ªª±¨ |Úܰݯ W*ÙcÉ& dengan menegakkan persaudaraan semua agama di dunia, menghimpun kebenaran-

Artinya: “Jikalau Tuhanmu menghendaki, kebenaran yang terdapat dalam agama- tentu Dia menjadikan manusia umat yang agama yang dulu, membetulkan ajaran- satu, tetapi mereka senantiasa berselisih ajaran yang salah, mengganti yang palsu pendapat”.

dengan yang benar, mengajarkan kebajikan abadi yang dulu belum pernah

Karena perbedaan manusia merupakan diajarkan karena keadaan-keadaan khusus kehendak Tuhan, maka tugas manusia dari setiap ras dan masyarakat dari adalah menjalin kerjasama menciptakan tingkatan perkembangannya, dan kedamaian di antara mereka serta akhirnya mengajarkan tuntutan moral dan berlomba-lomba dalam mencapai spiritual bagi kemajuan umat manusia. kebajikan dan ridha-Nya.

Dengan demikian, universalitas Islam Islam bukan hanya mengakui bukan hanya menjadi idealitas, tetapi persamaan hak manusia, baik sipil sekaligus membumi atau terwujud di maupun politik, tetapi juga mengakui muka bumi ini. hak-hak rohaniah. Di dalam QS. al-

Baqarah ayat 256 dinyatakan, bahwa Toleransi dan Kebebasan Beragama “tidak ada paksaan untuk (memasuki) dalam Islam Suatu Fakta di Indonesia

agama Islam”. Ini menunjukkan betapa Sebagai makhluk sosial, manusia Islam menghargai batin orang, sehingga mutlak membutuhkan hubungan dengan walaupun yakin bahwa Islam adalah sesamanya dan lingkungan sekitar untuk agama yang paling benar, namun seorang melestarikan eksistensinya di dunia. Tidak muslim tidak diperkenankan memaksakan ada satupun manusia yang mampu agama Islam”. Ini menunjukkan betapa Sebagai makhluk sosial, manusia Islam menghargai batin orang, sehingga mutlak membutuhkan hubungan dengan walaupun yakin bahwa Islam adalah sesamanya dan lingkungan sekitar untuk agama yang paling benar, namun seorang melestarikan eksistensinya di dunia. Tidak muslim tidak diperkenankan memaksakan ada satupun manusia yang mampu

berhutang makanan dari orang Yahudi dan Dalam konteks ini, manusia harus

beliau meng gadaikan pakaian besi selalu menjaga hubungan antar sesama

kepadanya” (HR. Imam Bukhari). dengan sebaik-baiknya, tak terkecuali terhadap orang lain yang tidak seagama,

Toleransi dalam Islam dan kebebasan atau yang lazim disebut dengan istilah beragama adalah topik yang penting toleransi beragama.

ketika dihadapkan pada situasi ketika Toleransi beragama berarti saling Islam mendapat banyak kritikan bahwa menghor mati dan berlapang dada Islam adalah agama intoleran, terhadap pemeluk agama lain, tidak diskiminatif, dan ekstrem. Islam dituduh memaksa mengikuti agamanya dan tidak tidak memberikan ruang kebebasan mencampuri urusan agama masing- beragama, kebebasan berpendapat, masing. Umat Islam diperbolehkan sebaliknya Islam sarat dengan kekerasan bekerjasama dengan pemeluk agama lain atas nama agama sehingga jauh dari dalam aspek ekonomi, sosial, dan urusan perdaimaan, kasih sayang, dan persatuan. duniawi lainnya. Dalam sejarahpun, Nabi

Dalam soal beragama, Islam tidak Muhammad Saw. telah memberi teladan mengenal konsep pemaksaan beragama. mengenai bagaimana hidup bersama Setiap individu diberi kelonggaran dalam keberagaman.

sepenuhnya untuk memeluk agama “Dari Sahabat Abdullah ibn Amr, tertentu dengan kesadarannya sendiri, sesungguhnya dia menyembelih seekor kambing. tanpa intimidasi. Dia berkata, “Apakah kalian sudah memberikan hadiah (daging sembilahan)

“Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, kepada tetanggaku yang beragama Yahudi?

tentulah beriman semua orang yang di muka Karena aku mendengar Rasulullah berkata,

bumi seluruhnya. Maka apakah kamu ”Malaikat Jibril senantiasa berwasiat

(hendak) memaksa manusia supaya mereka kepadaku tentang tetangga, sampai aku

menjadi orang-orang yang beriman menyangka beliau akan mewariskannya

semuanya? Dan tidak ada seorangpun kepadaku” (HR. Abu Dawud).

akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan

“Sesungguhnya ketika (serombongan orang kepada orang-orang yang tidak membawa) jenazah melintas di depan

mempergunakan akalnya” (QS. Yunus: Rasulullah, maka beliau berdiri. Para

99-100).

Sahabat bertanya, ”Sesungguhnya ia adalah jenazah orang Yahudi wahai Nabi?

“Dan katakanlah: ”Kebenaran itu Beliau menjawab, ”Bukankah dia juga jiwa

datangnya dari Tuhanmu; maka (manusia)?” (HR. Imam Bukhari).

barangsiapa yang ingin (beriman) barangsiapa yang ingin (beriman)

thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya kami telah sediakan bagi

sesungguhnya ia telah berpegang kepada orang-orang zalim itu neraka, yang

buhul tali yang amat kuat yang tidak akan gejolaknya mengepung mereka. Dan jika

putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi mereka meminta minum, niscaya mereka

Maha Mengetahui” (QS. al-Baqarah: akan diberi minum dengan air seperti besi

yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan

Jika dalam aspek sosial kemasyarakatan tempat istirahat yang paling jelek” (QS. semangat toleransi menjadi sebuah al-Kahfi: 29).

anjuran, umat Islam boleh saling tolong, bekerjasama, dan saling menghormati

Persoalan keyakinan atau beragama dengan orang-orang non muslim, tetapi terpulang kepada hak pilih orang dalam sosial aqidah sama sekali tidak perorang, masing-masing individu, sebab dibenarkan adanya toleransi (bergama) Allah sendiri telah memberikan antara umat Isalm dengan orang-orang kebebasan kepada manusia untuk non-muslim. memilih jalan hidupnya. Manusia oleh

Rasulullah Saw. tatkala diajak Allah SWT. diberi peluang untuk bertoleransi dalam sebuah anjuran, bahwa menimbang secara bijak dan kritis antara pihak kaum Muslimin mengikuti ibadah memilih Islam atau kufur dengan segala orang-orang kafir dan sebaliknya, secara risikonya. Meski demikian, Islam tidak tegas Rasulullah diperintahkan oleh Allah kurang-kurangnya memberi peringatan SWT untuk menolak tawaran yang ingin dan menyampaikan ajakan agar manusia menghancurkan prinsip dasar Aqidah itu mau beriman.

Islamiyah itu. Allah berfirman: Dalam sebuah Hadits, riwayat Ibnu

“Katakanlah: “Hai orang-orang kafir. Abbas, seorang lelaki dari sahabat Anshar

Aku tidak akan menyembah apa yang datang kepada Nabi, meminta izin untuk

kamu sembah. Dan kamu bukan memaksa dua anaknya yang beragama

penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Nasrani agar beralih menjadi muslim. Apa

aku tidak pernah menjadi penyembah apa jawab Nabi? Beliau menolak permintaan

yang kamu sembah, dan kamu tidak itu, sambil membacakan ayat yang

pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan melarang pemaksaan seseorang dalam

yang aku sembah. Untukmu agamamu, beragama, yaitu Surah al-Baqarah ayat

dan untukku, agamaku” (QS. al- 256:

Kafirun: 1-6).

”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas

Islam adalah agama yang mengajarkan jalan yang benar daripada jalan yang sesat. untuk menghoramati para utusan Allah, Islam adalah agama yang mengajarkan jalan yang benar daripada jalan yang sesat. untuk menghoramati para utusan Allah,

Kata Islam sendiri mengandung makna anti dari kekejaman, disharmonisasi, dan intoleransi. Salah satu artinya adalah damai, penyerahan diri, ketaatan, dan juga berarti menciptakan kerukunan dan perdamaian. Salah satu makna lainnya adalah menghindari orang yang menyakiti, arti lainnya adalah hidup bersama secara harmonis. Tujuan dari penjelasan tentang kata Islam yang diberikan oleh Allah pada agama Islam ini adalah karena seluruh ajaran-ajaran dan hukum-hukum yang dibawa oleh Rasulullah Saw penuh dengan cinta, toleransi, kesabaran, kebebasan hati nurani, kebebaan berbicara, dan hak untuk mengungkapkan pendapat.

Selanjutnya lihatlah bagaimana Rasulullah Saw mengajarkan kepada kita semua tentang semangat toleransi, kebebasan beragama, dan berkeyakinan.

Ketika Rasulullah Saw mengklaim bahwa beliau adalah utusan Allah, dan atas bimbingan Allah, beliau menyatakan bahwa ia adalah seorang nabi dengan membawa syariat terakhir dan satu-satunya sarana keselamatan, seperti dijelaskan Allah dalam QS. al-Kahfi ayat 29.

Selanjutnya, adalah urusan Allah untuk memberi balasan pada orang yang tidak beriman, di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, wahai Nabi dan wahai orang-orang yang beriman pada nabi, tugas kalian hanyalah menyampaikan pesan tersebut. Untuk kepentingan menciptakan lingkungan yang penuh cinta dan kasih sayang serta toleransi, kalian harus menyebarkan pesan ini dengan penuh kebaikan. Karena anda yakin bahwa dengan ajaran Tuhan yang diberikan kepadamu, agama kalian adalah benar dan berdasarkan pada kebenaran, ini adalah persyaratan bagi terciptanya kabajikan bagi orang lain, bahwa apa yang kalian anggap benar untuk diri kalian, kalian harus menyebarkannya juga pada seluruh umat manusia dan juga melibatkan mereka dalam perintah ini.

Mungkin bisa saja orang lain akan mengajukan keberatan seperti ini bahwa pilihan untuk beriman atau tidak beriman yang diberikan kepada orang-orang Mekah itu diberikan pada saat posisi umat Islam masih sangat lemah. Maka kalimat itulah yang dipergunakan sehingga orang- orang kafir Mekah tidak membinasakan umat Islam secara kejam.

Kebenaran ini adalah argumen yang lemah. Walaupun adanya perintah ini,

kaum kafir Mekah tidak berhenti dalam hal kekejaman mereka terhadap umat Islam. Mereka menganiaya orang Islam disebabkan karena keimanan umat Islam. Beberapa diletakkan di atas batu yang membara, beberapa lainnya disuruh berbaring di atas pasir yang panas di bawah terik matahari siang. Beberapa mereka diikat kakinya pada dua unta dan unta tersebut ditunggangi ke arah yang berlawanan yang menyebabkan kaki orang Islam terpotong menjadi dua bagian. Bahkan wanita-wanita yang dipukuli tidak terhindar dari penyiksaan ini. Jadi jika ayat sebelumnya yang saya kutip dimaksudkan untuk menyelamatkan umat Islam dari kekejaman, maka sejarah membuktikan bahwa hal itu tidak mengarahkan pada tujuan itu. Perintah ini tidak terbatas pada saat itu saja, tapi hal itu juga berlaku dalam al-Qur’an Suci untuk ini.

Tidak tahan dengan kekejaman yang ditimbulkan oleh orang-orang sebangsa sendiri, kaum Muslim hijrah ke Madinah. Setelah kedatangan mereka perjanjian dibuat dengan orang-orang Yahudi Madinah yang bukan Islam pada saat itu, yang menunjukkan bagaimana masyarakat bisa hidup bersama dan tetap bebas, dan menunjukkan bagaimana hak- hak satu sama lain diperhatikan. Namun, sebelum itu ajaran al-Qur’an dengan jelas menyatakan “Tidak boleh ada paksaan dalam agama” (Q.S al-Baqarah: 225).

Perintah ini diturunkan di Madinah. Pada saat itu mayoritas penduduk Madinah telah menjadi Muslim, sebagian

lagi adalah orang-orang yang tidak tertarik pada agama dan mereka bergabung dengan kaum Muslim seperti burung- burung pada kawanan yang sama. Bila dilihat dari sudut pandang ini, penduduk Muslim mewakili mayoritas. Di sisi lain, orang-orang Yahudi yang berkuasa sebelum kedatangan Rasulullah ke Madinah sekarang mereka telah berkurang dan menjadi minoritas. Sebagai konsekuensinya, dengan menjadi Kepala Negara, pemerintahan Rasulullah Saw. telah terbentuk dengan kuat. Meskipun demikian, perintah tersebut menyatakan bahwa ”Kalian tidak akan menggunakan paksaan dalam agama, juga tidak akan menggunakan kekuatan terhadap orang- orang lemah walaupun mereka bukan Islam yang telah bergabung dengan kalian sebagai kawan dan saudara, atau tidak akan menggunakan kekuatan terhadap orang Yahudi yang hidup di bawah wilayah kalian”.

Anda sekalian dapat melihat dari perjanjian yang disusun, bagaimana suasana cinta dan kasih sayang, kebebasan beragama, dan toleransi tercipta. Perjanjian itu berbunyi sebagai berikut:  Umat Islam dan Yahudi akan hidup

bersama satu sama lain dalam kebaikan dan kekuatan dan tidak akan melakukan perbuatan yang berlebihan atau kekejaman apapun terhadap satu sama lain;

 Orang-orang Yahudi akan terus menjaga iman mereka sendiri dan umat Islam dengan imannya;

 Kehidupan dan hak milik semua  Kehidupan dan hak milik semua

sebutan keIslaman kalian menjadi tidak  Semua perselisihan akan mengacu berarti. Al-Qur’an Suci menyatakan: keputusan Nabi Allah karena dia

“…janganlah kebencian sesuatu memiliki otoritas yang menentukan, kaum mendorong kamu bertindak tidak tetapi semua keputusan yang adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat menyangkut pribadi akan didasarkan kepada takwa” (QS al-Maidah: 9). pada aturan masing-masing.

Ini adalah standar toleransi dan Tentu saja ada poin-poin lainnya keadilan dalam Islam. Islam dalam perjanjian ini selain keempat poin menganjurkan untuk tidak menanggapi yang dikutip tersebut. Sekarang coba lihat tuduhan rendah dan hina dari lawan, upaya apa yang telah digunakan untuk karena dengan melakukan itu maka akan membangun keadaan masyarakat yang membuat kita sendiri menjadi kejam. penuh kebebasan dan kasih sayang. Pada Sebaliknya, memanfaatkan adalah waktu itu tidak ada hukum nasional. tindakan yang lebih baik dan kalaupun Setiap orang hidup sesuai dengan tradisi diharuskan untuk membalas maka kita dan hukum klan atau suku. Nabi balas dengan catatan tidak melebihi luka Muhammad Saw. tidak mengatakan yang telah ditimbulkan kepada kita. bahwa Anda adalah minoritas, tetapi

Satu lagi kandungan ajaran agama memang benar bahwa anda harus Islam ialah ia berkaitan dengan tata susila mematuhi undang-undang mayoritas masyarakat. Ini bermakna agama bukan Islam. Sebaliknya, kondisi dari perjanjian saja merupakan soal perhubungan antara itu adalah urusan anda akan ditentukan manusia dengan tuhan, malah merupakan berdasarkan undang-undang anda sendiri. soal hubungan manusia dengan manusai. Ini adalah piagam pertama kebebasan hati Lantaran itu, perkataan toleransi nurani dan berkeyakinan dalam Islam.

mempunyai peranan yang signifikan bagi melahirkan kehidupan yang harmoni.

Standar Toleransi dalam Islam

Perkataan toleran dalam bahasa Melayu Contoh lain yang sangat baik tentang merujuk kepada sikap sedia menghormati atau toleransi seperti dijelaskan al-Qur’an menerima pendapat orang lain yang berbeda bahwa bagaimanapun keadaannya, anda dengan pendirian sendiri (Kamus Dewan, tidak boleh meninggalkan toleransi. 1998: 1463). Perkataan ini dalam bahasa Terlepas dari kekejaman yang ditimbulkan arabnya dinamakan tasamuh. Perkataan ini pada kalian, kalian juga bertindak selain adalah kata masdar disebut dengan dengan keadilan dan tidak membalas menghormati pegangan orang lain (Mu’jam Perkataan toleran dalam bahasa Melayu Contoh lain yang sangat baik tentang merujuk kepada sikap sedia menghormati atau toleransi seperti dijelaskan al-Qur’an menerima pendapat orang lain yang berbeda bahwa bagaimanapun keadaannya, anda dengan pendirian sendiri (Kamus Dewan, tidak boleh meninggalkan toleransi. 1998: 1463). Perkataan ini dalam bahasa Terlepas dari kekejaman yang ditimbulkan arabnya dinamakan tasamuh. Perkataan ini pada kalian, kalian juga bertindak selain adalah kata masdar disebut dengan dengan keadilan dan tidak membalas menghormati pegangan orang lain (Mu’jam

kemaslahatan. Secara tidak langsung ia Teguh Pada Prinsip

dapat menghindari sikap negatif, Teguh pada prinsip ini bermakna pertentangan, pertengkaran, rasa berkeyakinan bahwa asas-asas utama dendam, dengki, dan kebencian. Falsafah dalam persoalan akidah dan ibadah di balik konsep ini untuk menciptakan mestilah mengikuti deskripsi yang kemaslahatan demi menghadirkan diterima dari sumber yang sahih sebagai keselamatan dan kedamaian masyarakat suatu kebenaran mutlak. Dalam hal ini, (Asep Muhyidin dan Agus Ahmed, 2002: tiada ruang untuk berkompromi sebagai 97).

jalan toleransi terhadap kebenaran Selaras dengan itu, dapat disimpulkan tersebut. Lanjutan itu, pemikiran kita bahwa toleransi ialah bersikap bertolak mestilah berpegang bahwa “Aqidah yang angsur dan berlapang dada dalam benar adalah berasaskan petunjuk al- menerima realitas kemajemukan etnik, Qur’an dan al-Hadits dan Ibadah yang budaya, dan agama sebagai sunnatullah. betul adalah bersumberkan keterangan al- Islam menekankan konsep ini terhadap Qur’an dan al-Hadits”. golongan non-Islam dengan

Dalam perkara aqidah misalnya, al- membenarkan, menghor mati, serta Qur’an menunjukkan kenyataan tegas menjamin sepenuhnya hak-hak asasi dari Allah yang memperingatkan manusia manusia berdasarkan tuntutan dan bahwa kebenaran itu hanya ada pada batasan yang digariskan al-Qur’an dan al- Islam dan selain Islam adalah batil. Antara Sunnah.

ayat-ayat tersebut:

1. “Sesungguhnya agama yang diakui di dikemukakan mempunyai kepiawaiannya

Dalam Islam, toleran yang

sisi Allah hanyalah Islam” (QS. Ali tersendiri. Ini karena toleran jika tidak

Imran: 19).

dicermati dengan neraca al-Qur’an dan

2. “Barangsiapa yang mencari agama al-Hadits dapat menghasilkan

selain agama Islam, maka sekali-kali pelanggaran terhadap beberapa ketentuan

tidak akan diterima (agama itu) hukum. Justru, kami berpandangan

daripadanya, dan di akhirat termasuk bahwa toleransi Islam terhadap

orang-orang yang rugi” (QS Ali kebebasan beragama berdiri di atas asas

Imran: 85).

3. “Kebenaran itu datangnya dari Surah itu jelas memberi pedoman Tuhanmu. Maka janganlah engkau kepada orang Islam bahwa aqidah ter masuk kalangan orang yang tidaklah dapat dikompromikan. Tauhid bimbang” (QS. al-Baqarah: 147).

dan syirik tidak dapat ditemukan. Kalau

4. “Pada hari ini Aku sempurnakan bagi yang hak hendak dipersatukan dengan kalian agama kalian dan Aku lengkapi yang batil, maka yang batil jugalah yang nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridhai menang. Oleh sebab itu, maka aqidah Islam sebagai agama kalian” (QS. al- tauhid itu tidaklah mengenal apa yang Maidah: 3).

dinamakan sinkritisme yang berarti suai menyesuaikan. Misalnya, di antara

Redaksi ayat-ayat di atas memberi animisme dengan Tauhid, penyembahan petunjuk tentang kebenaran hanya satu berhala dengan sembahyang. dan hanya itu yang diterima. Jika memilih

lain dari itu, maka si pemilih Jaminan Islam Terhadap Kebebasan bertanggungjawab atas pelihannya itu. Beragama

Perkara ini berkait dengan aqidah. Dalam Walaupun antara Islam dan agama- Islam, masalah aqidah adalah persoalan agama yang lain ada perbedaan, namun pokok. Justru, sebarang bentuk mufakat tetap memberi jaminan terhadap atau kompromi dapat mengakibatkan kebebasan beragama. Hal ini dapat aqidahnya rusak.

dibuktikan sekurang-kurangnya melalui Al-Qur’an juga menegaskan adanya tiga perkara, yaitu: perbedaan mendasar antara Islam dengan

1. Adanya keterangan ayat yang yang lain. Dalam hal ini apa yang

melarang tindakan pemaksaan untuk dianjurkan Islam ialah supaya menjaga

melepaskan agama asalnya untuk garis pemisah tersebut (QS. al-Kafirun:

memeluk Islam. Pemerintah Muslim 1-6).

umumnya telah mentaati prinsip ini Sehubungan dengan itu, soal akidah

dan membiarkan masyarakat non- di antaranya Tauhid mengesakan Allah,

muslim untuk melaksanakan sekali-kali tidaklah dapat dikompromikan

agamanya selama mereka membayar atau dicampurkan dengan syirik. Dalam

Jizyah dan mentaati pemerintah. Dari ayat tersebut ditegaskan tentang

segi yang lain mereka dibebaskan dari perbedaan yang disembah dan juga

kewajiban menganggotai militer dan perbedaan cara beribadah. Tegasnya, yang

digantikan dengan jizyah. disembah lain dan cara menyembahpun

2. Islam juga membenarkan kebebasan lain. Justru, cara ibadah agama orang lain

individu untuk menyebarkan agama, bukanlah ibadah di sisi Islam. Begitu juga

dengan cara penjelasan dan alasan tuhan yang disembah oleh mereka bukan

yang baik. Oleh karena itu, kaum Tuhan yang diakui oleh Islam.

Muslim dituntut dalam al-Qur’an Muslim dituntut dalam al-Qur’an

menyelamatkan manusia yang mengajak manusia menganut agama

dianggapnya sesat itu tidak tercapai. Islam. Para penganut agama juga

Orang yang dipaksa menukar wajar untuk menerapkan cara serupa.

agamanya itu pada hakikatnya masih

3. Al-Qur’an menegaskan bahwa iman tetap “sesat” dan masih tetap tidak yang benar (al-Iman al-Sahih) berasal

dapat diselamatkan. Kesadaran ini dari kepastian dan kepercayaan bukan

dapat melahirkan sikap toleransi dari meniru dan taklid buta dari tradisi

beragama (Harun Nasution, 1995: lalu. Hal ini diungkap dengan jelas al-

270). Lantaran itu, Islam mengajarkan Qur’an dalam surah al-Baqarah: 170.

dakwah dengan penuh hikmah. Ini Ayat ini memberi petunjuk bahwa

karena iman hanya subur pada orang peniruan mentah-mentah tanpa

dalam keadaan penuh rela, dapat kebijaksanaan dan petunjuk yang

menerima hujah dan bukti-bukti benar merupakan cara orang yang

tentang kebenaran tersebut (Zuhaily, tidak beriman.

Malahan Allah sendiri tidak

Sikap Terhadap Kepercayaan Agama

meng gunakan paksaan untuk

Orang Non-Islam

mewujudkan banyak orang beriman Dalam soal sikap orang muslim

(QS. Yunus: 99). Dalam ayat itu terhadap kepercayaan agama orang non-

Zamakhsyari menyatakan kalau Allah muslim terdapat beberapa panduan yang

mau Ia dapat memaksa mereka digariskan dalam al-Qur’an, antaranya:

beriman, tetapi Allah tidak berbuat

a. Tidak memaksa demikian, Allah menyerahkan urusan Orang Islam sekalipun menjabat

Iman kepada pilihan manusia (Alias sebagai penguasa tinggi dilarang

Othman, 1992: 147). Oleh karena itu, memaksa orang-orang kafir untuk

individu pemerintah berdasarkan ayat masuk Islam (QS. al-Baqarah: 256).

ini wajib bertujuan untuk meramaikan “ Paksaan menganut suatu agama

dari meng gunakan pengar uh tidak membuat orang tersebut benar-

kekuasaan yang ada padanya untuk benar yakin dengan agama yang

tujuan meramaikan penganut agama dipaksakan ke atasnya. Orang itu jika

Islam. Bagi pemerintah Islam pula menganut agama baru pun sekadar

dalam hal ini mereka berfungsi untuk pada zahirnya saja, tetapi batinnya

mengawasi dan mencegah kekuatan- masih berpegang kepada agama

kekuatan yang berusaha menghalangi asalnya. Jika mempunyai peluang

kebebasan beragama di masyarakat. mereka akan kembali kepada

Atas asas itu, Islam tidak dapat kepercayaan yang asal. Dengan itu,

menerima teori penggantian sebagai menerima teori penggantian sebagai

hatinya. Tindakan demikian juga berdasarkan teori tersebut ia

menandakan pihak Islam sudah menyarankan agar penganut sesuatu

kehabisan alasan untuk agama bersikap tegas dengan

memburukkan perbuatan mereka. Ini kebenaran agamanya sendiri dan

merupakan gambaran akibat menyalahkan agama-agama lain. Di

kekurangan ilmu. Lalu yang harus samping itu, berusaha pula supaya

dilakukan bukan menghina tuhan menerima saja dalam dunia ini untuk

mereka tetapi menggungkapkan mencapai ker ukunan beragama

bagaimana keburukan menyembah (Ramli Awang, 1992: 57). Biasanya

berhala dengan alasan yang logis pendekatan demikian akan dilakukan

(Hamka, 1983: 304-305). Asas ini melalui jalur pemerintahan. Campur

tidak hanya tertumpu kepada tangan ini biasanya melahirkan

penyembah berhala saja, tetapi juga intoleransi.

melengkapi agama-agama lain seperti Kristiani dan Yahudi.

b. Tidak mencaci maki terhadap sesembahan agama lain

c. Melakukan dialog dengan cara yang Dalam usaha untuk mewujudkan

baik

ketenteraman dan keharmonisan Di samping larangan memaksa dalam sebuah masyarakat atau negara,

dan menghina Tuhan agama lain, maka individu, pemerintah, baik di

Islam juga menganjurkan secara aktif tingkat yang paling rendah hingga ke

melakukan dialog-dialog termasuk tingkat yang paling tinggi haruslah

dengan non-muslim. Dialog-dialog memastikan bahwa tidak melakukan

tersebut sebagai suatu bentuk tindakan penghinaan atau

tanggung jawab dakwah yang menjadi merendahkan agama Islam, baik

kewajiban pada orang Islam yang dilakukan oleh non-muslim ataupun

mampu.

umat Islam sendiri. Larangan yang Bagaimanapun dalam melakukan sama juga dikenakan kepada umat

aktivitas tersebut perkara yang Islam agar jangan memperolok-

berhubungan dengan metode pada olokkan simbol atau subjek agama

gaya dan bentuk persembahan perlu lain (QS. al-An’am: 108).

juga dipertimbangkan. Berdasarkan Ayat di atas merupakan suatu

Surah al-Nahl ayat 125 Allah telah larangan dari memaki atau menghina

menggariskan beberapa panduan sesembahan – dalam konteks asbab

kepada Rasulullah saw. khususnya dan nuzul – orang jahiliyah. Perbuatan itu

kepada para pendakwah umumnya hanya akan mengundang provokasi

tentang asas-asas ketentuan yang tentang asas-asas ketentuan yang

cara berdebat atau dengan cara hikmah, nasehat, pengajaran yang

bertukar pikiran dengan lemah baik, dan perbincangan yang paling

lembut menurut perintah Allah. sesuai.

Ringkasnya, baginda menggunakan kebijaksanaannya dengan cara-cara

d. Hikmah yang sesuai terhadap segenap tingkat Hikmah mempunyai maksud

sasaran (Wan Hussein Azmi, 1988: yang sangat luas. Secara umum,

hikmah selalu diartikan sebagai bijaksana. Syed Qutb (1977: 2201-

e. Nasehat yang Baik 2202) misalnya menghubungkan

Perkataan al-mau’ízat diambil kepentingan pengetahuan tentang

dari perkataan al-wa’z yang bermaksud latar belakang dan keadaan golongan

memberi nasehat atau peringatan sasaran untuk diterapkan pendekatan

terhadap akibat perbuatan yang tidak dakwah yang sesuai. Kesesuaian itu

baik (Ali Jarisyah, t.th: 155). dengan mengambil sesuatu yang tidak

Al-Aluri (1979: 20) berpendapat menyusahkan atau membebankan

perkataan al-wa’z berarti memberi sasaran dakwah supaya mereka dapat

nasehat yang baik dengan cara yang menerimanya dengan mudah. Ini

dapat menarik hati pendengar serta bermaksud kebijaksanaan berkaitan

meng gunakan uslub yang dapat erat dalam membuat pertimbangan

diterima kebenarannya untuk antara realitas sasaran dan kesesuaian

diamalkan.

pendekatan. Pada dasarnya manusia tidak suka Rasulullah Saw contohnya sukses

dinasehati karena ia dianggap lemah, memperbaiki diri manusia yang rusak

sedangkan manusia tidak suka akan dengan cara berhikmah, yaitu dengan

kelemahan. Oleh karena itu, nasehat menggunakan susunan kata-kata yang

untuk tujuan dakwah hendaknya biasa dan mudah diterima akal,

dilakukan dengan cara yang baik menggunakan dalil yang jelas, kuat

supaya g olongan sasaran dapat dan tegas terhadap mereka yang

memahami adanya kejujuran berjiwa kuat yang berkehendakkan

penasehat. Seterusnya terbentuk kebenaran. Terhadap mereka yang

pikiran golongan ini akan diperlukan berjiwa lemah, Rasulullah

nasehat itu (Abdul Aziz Mohd Zin, menggunakan kata-kata yang dapat

memuaskan hati mereka. Terhadap Secara rasional, penyampai mereka yang jahat dan berpegang

sesuatu materi secara baik dari pihak dengan yang batil, Rasulullah

pendakwah biasanya akan mendapat pendakwah biasanya akan mendapat

maksud yang hendak disampaikan itu dipraktikkan untuk mendapat

akan mudah dipahami dan diterima pengaruh yang positif dalam gerakan

(al-Maraghi, t.th: 157-158). dakwah. Rasulullah telah

‘Abd. al-Karim Zaydan mengamalkan pendekatan ini

menjelaskan bahwa perdebatan dalam sepanjang sejarah dakwah baginda.

konteks dakwah ialah dengan Begitu juga dengan Nabi-nabi dan

menggunakan kata-kata yang lemah rasul-rasul sebelumnya (Mohd Amin

lembut, merendah diri, tenang, dan Rahim, 2001: 77-78).

berakhlak mulia serta menjauhi sifat- Sebagai contoh, Allah telah

sifat negatif seperti marah, meninggi memerintahkan kepada Nabi Musa

diri, dan menyinggung perasaan dan Nabi Harun dalam Surah Taha

pendengar serta tidak lari dari ayat 43 dan 44 yang bermaksud:

ketentuan dakwah yang sebenarnya, ”Pergilah kamu berdua kepada

yaitu menyakinkan sasaran tentang Firaun, sesungguhnya dia sombong

kebenaran Islam. dan melewati batas. Maka katakanlah

Perdebatan ini hendaklah kepadanya kata-kata yang lemah

dilakukan dengan tujuan lembut, supaya dia sadar dan takut

menyampaikan kebenaran dan kepada Allah”.

bukannya untuk tujuan bermegah- megah bagi pihak yang menang.

f. Lakukan Perdebatan dengan Cara Perdebatan ini mestilah dilakukan yang Baik

dalam suasana yang tenang supaya Perkataan al-Mujadalah berasal

tidak terjadi ketegangan dan dari perkataan jadala yang berarti

pertengkaran dari perdebatan kedua simpulan yang amat kuat (Ibnu al-

belah pihak. Dalam hal ini al-Qur’an Manzur, t.th: 108).

ada menyentuh tentang larangan Al-Maraghi menjelaskan al-

berdebat dengan Ahli al-Kitab dalam Mujadalah sebagai percakapan atau

masalah agama, kecuali dengan cara bertukar pikiran sehingga orang yang

yang terbaik (QS. al-Ankabut: 46). pada mulanya menentang akan

Tujuannya untuk menjaga hati berpuas hati dengan penjelasan yang

mereka dan mencegah lahirnya api diberi dengan baik.

kefanatikan di dalam hati masing- Metode ini dilakukan dengan

masing. Bahkan Allah mengajar agar mengemukakan hujah dan dalil yang

tunjukkan beberapa titik persamaan dapat menerangkan suatu maksud

antara agama mereka dengan Islam yang tidak jelas. Setelah digunakan

(QS. Luqman: 15). hujan dan dalil yang tepat dan kata-

Dengan demikian jelaslah bahwa Dengan demikian jelaslah bahwa

mereka (yang kafir) mendapat orang Islam. Mereka diajar agar

petunjuk (karena kewajibanmu hanya melakukan sesuatu itu dengan

menyampaikan petunjuk), akan tetapi mengambil dasar-dasar yang dapat

Allah jualah yang memberi petunjuk menghindari dari terjebak dalam

(dengan memberi taufik) kepada siapa dialog yang menimbulkan api

yang dikehendakinya (menurut kefanatikan. Bahkan mereka juga

undang-undang peraturannya). Dan diajar agar tidak mengharapkan orang

apa jua harta yang halal yang kamu yang diseru itu mesti menganut Islam.

belanjakan (pada Allah), maka Ini karena persoalan hidayah hak

(faedahnya dan pahalanya) adalah milik Allah. Mereka hanyalah

untuk diri kamu sendiri dan kamu berusaha. Justru, ingatan tersebut

pula tidaklah mendermakan sesuatu mempunyai nada toleran yang tinggi.

melainkan karena menuntut keredaan Allah dan apa jua yang kamu

g. Menjalin hubungan mu’amalah dalam dermakan dari harta yang halal, akan kehidupan sehari-hari

disempurnakan (balasan pahalanya) Islam menggariskan bahwa dasar

kepada kamu, dan (balasan baik) hubungan antara setiap Muslim

kamu (itu pula) tidak dikurangkan” terhadap seluruh manusia meskipun

(QS. al-Baqarah: 272). mereka kafir dituntut untuk berbuat baik dan berlaku adil. Layanan itu

Malahan layanan berbuat baik itu dengan memperhatikan sikap mereka

juga dilakukan merata kepada terhadap Muslim (QS. al-Mumtahanah:

tawanan perang. Ini ditegaskan oleh 8-9).

al-Qur’an supaya memberi makanan Bagi seorang anak yang Muslim

yang disukai kepada orang miskin, tetapi mempunyai kedua ibu bapak

anak yatim dan orang yang ditawan. non-mulsim, al-Qur’an menganjurkan

Dalam konteks ayat tawanan perang agar bergaul dengan baik. Ini bermakna

itu adalah orang musyrikin. al-Qur’an tidak menganjurkan

Dapat disimpulkan bahwa memutuskan silaturrahmi dalam

perbedaan agama tidak menjadikan keluarga karena perbedaan agama.

Islam intolerance terhadap agama lain. Al-Qur’an juga tidak menghalangi

Sebaliknya, Islam dalam nada perintah kaum Muslim yang ingin menyumbang

menganjurkan agar melakukan kepada kaum keluarga atau tetangga

kebaikan, meneruskan hubungan mereka yang masih lagi dalam

baik, dan juga melakukan dialog- kemusyrikan. Allah menegaskan.

dialog dengan cara terbaik. Islam juga “Tidaklah engkau diwajibkan

melarang paksaan, merusak tempat melarang paksaan, merusak tempat

Kesimpulan

Ajaran Islam yang senantiasa memberi penekanan kepada umatnya agar terus bersikap toleransi kepada orang bukan Islam. Hal ini mer upakan ketentuan yang bersumber dari wahyu.