Potret Ekonomi Masyarakat Talohen Hulu

1. Potret Ekonomi Masyarakat Talohen Hulu

Keadaan ekonomi masyarakat Talohen Hulu masih belum memadai karena berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan penduduknya terdiri dari 128 KK dan 450 warga. Kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai petani. Hal tersebut berdasarkan keterangan dari seorang informan Ketua RT Bapak SG yang mengatakan bahwa:

“Hampir 99% nan bebuhan disini bagawi manyadap karet ai kadada nang lain dari subuh sampai siang. Kaitu ai kegiatan perhari. Amun pandapatan ni lah kada menetap oleh harga karet bisa turun naik. Tapi amunnya musim penghujan lah bisa kadada tu pang penghasilan

olehnya karetnya kada mau jadi.‟‟ 152 (Hampir 90% warga disini bekerja sebagai petani karet tidak ada yang lain dari pagi hingga siang. Seperti

itu kegiatan perhari. Kalau pendapatan tidak menetap karena harga karet turun naik. Tetapi jika musim penghujan kemungkinan tidak ada penghasilan karena karet tersebut tidak membeku).”

Pernyataan Ketua RT Bapak SG, dapat dipahami bahwa hampir 99% warga masyarakat Talohen Hulu berprofesi sebagai petani karet dan penghasilan mereka berfluktuasi kadang naik dan turun tergantung harga karet. Lebih lanjut Bapak RT SG menerangkan terkait perihal penghasilan rata-rata masyarakat disana sebagai berikut:

“Masalah penghasilanlah kalau petani karet perminggu pang lah sekitar Rp 200.000-500.000 itu kalau harinya baik. Kalau musim penghujan atau kemarau bisa kurang dari pada itu. Mun serabutan lawan pedagang kecil-kecilan juga kurang labih juga ah sekitar segitu juga Rp 200.000

152 Hasil wawancara dengan Ketua RT Bapak SG, Pada tanggal 09 Oktober 2016.

atau 300.000 san saminggunya.” 153 (Masalah penghasilan jika petani karet perminggu ya sekitar Rp 200.000-500.000 itu jika hari baik. Jika

musim penghujan atau kemarau mungkin kurang dari pada itu. Kalau kerja serabutan dengan pedagang kecil-kecilan juga kurang lebih juga sekitar demikian juga Rp 200.000 atau 300.000 perminggu).

Pernyataan Ketua RT Bapak SG, dapat dipahami bahwa penghasilan petani karet sekitar Rp 200.000-500.000/perminggu jika harinya tidak musim kemarau maupun penghujan. Hal yang serupa disampaikan oleh subjek Ibu JT dalam pemaparan data kesimpulannya bahwa Penghasilan Ibu JT Rp 300.000/perminggu sebagai petani karet penghasilan tersebut belum cukup

memenuhi kebutuhan hidup. 154 Keterangan Ibu JT yang demikian juga di dukung oleh keterangan Ibu RA sebagai pedagang yang mengatakan bahwa

kalau penghasilannya kurang lebih demikian Rp 200.000-300-000 dalam waktu seminggu. 155

Berdasarkan keterangan subjek Ibu RA, JT dan Informan Ketua RT Bapak SG tersebut bahwa memang benar adanya masyarakat disana 99% masyarakat Talohen Hulu kehidupan sehari-harinya hanya sebagai petani karet yang mana penghasilan berfluktuasi tergantung dari faktor internal (kondisi pohon karet) maupun dari faktor eksternal yaitu kondisi alam dan perubahan harga. Penghasilan rata-rata merekapun sekitar Rp 200.000-500.000/perminggu jika kondisi faktor internal dan eksternalnya mendukung.

Terkait hal ekonomi pendidikan juga berpengaruh berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan Ketua RT Bapak SG yang mengatakan bahwa:

Hasil wawancara dengan Ketua RT Bapak SG, Pada tanggal 15 Oktober 2016.

155 Hasil wawancara dengan Ibu JT, Pada tanggal 13 Oktober 2016. Hasil wawancara dengan Ibu RA, Pada tanggal 13 Oktober 2016.

“Disini nah banyak nang kada sekolah makanya sulit mencari gawian lain apa kadada ijasah segala, jadinya yang itu-itu ai gawian nyadap

karet.” 156 (Disini banyak yang tidak sekolah makanya sulit mencari pekerjaan lain apa tidak ada ijasah segala macam, maka dari itu

pekerjaan yang itu-itu saja menyadap karet).

Pernyataan Ketua RT Bapak SG, dapat dipahami bahwa pendidikan yang kurang juga berpengaruh untuk memperoleh pekerjaan lain yang lebih baik.

Kesimpulannya bahwa potret ekonomi masyarakat Talohen Hulu masih belum memadai karena kebanyakan masyarakat berprofesi hanya sebagai petani yang penghasilannya berfluktuasi dengan rata-rata penghasilan dari Rp 200.000-5000.000 tergantung dari faktor internal dan eksternal. Kemudian masalah pendidikan yang kurang juga berpengaruh untuk memperoleh pekerjaan yang lebih memungkinkan.