18
vegetasi, dan elemen parker yang berasa pada bahu jalan. keberadaan elemen-elemen tersebut akan membentuk sebuah space dari perbandingan
elemen dinding dan lantai koridor. 3.
Street trees pohon di sisi jalan Keadaan tanaman seperti pohon pada suatu lingkungan akan sangat
berpengaruh pada sebuah pencitraan pada seseorang yang ada didalamnya. Hal tersebut berkaitan dengan ketinggian pohon, distribusi keberadaan
pohon, serta bentuk kanopi pohon yang terdapat pada suatu penggal koridor. 4.
Architectural pattern pola arsitektural Pada sebuah koridor, pola arsitektur akan memberikan gambaran keterkaitan
sekelompok bangunan yang menunjukkan keterpautan dari sebuah bentuk, ukuran, maupun kesegarisan yang tercipta sebagai karakter visual yang
ditangkap seseorang yang mengamatinya. 5.
Activity pattern pola aktivitas Pola aktivitas akan memberikan gambaran yang mengarah pada prosentase
kegiatan manusia pada suatu lingkungan. Pola aktivitas dapat digambarkan melalui penampakan kegiatan pada bagian wilayah kawasan yang
dikategorikan sebagai kegiatan yang dilakukan sementara, sesaat atau pada waktu tertentu, atau sering dilakukan. Baik pada siang hari, malam hari, hari
biasa ataupun hari libur.
2.4 Elemen Analisis Karakter Visual Koridor
Elemen analisis berkenaan dengan analisis bentuk keterkaitan elemen- elemen fisik pembentuk karakter visual pada sebuah koridor. Beberapa teori
menyebutkan bahwa untuk analisis karakter visual diperlukan data karakter yang dilihat pada pandangan yang spesifik.
Menurut Smardon 1986 ; 123 hal-hal fisik yang harus diamati adalah : 1Path jalan, bentuk jalan tipe sejajar, tidak teratur, atau melingkar, 2 Degree of
enclosure Derajat keterlingkupan, meliputi perbandingan ruang 3 Street tress Pohon jalanan, meliputi ketinggian pohon, skala, kanopi, dan penyebaran, 4
Architectural pattern Pola Arsitek meliputi bentuk, warna, tampilan depan dan
19
5
Activity Pattern
Pola aktivitas meliputi volume aktivitas, waktu aktivitas, dan jenis aktivitas.
Berry 1980 ; 30 mengungkapkan, ada empat hal fisik yang diamati untuk menganalisis karakter visual, yaitu 1 Landscaping, meliputi tata ruang yang
berkarakter, pola ruang dan kesegarisan pohon-pohon di jalan, pemisahan trotoar dan jalan, dan ruang terbuka, 2 Buildings Bangunan, meliputi ketinggian
bangunan, sudut lahan, kesegarisan elemen mendatar, kesegarisan tampak depan dan komponen bangunan 3 Parking Perparkiran, meliputi letak parkir,
pembatas parkir dengan jalan dan bangunan, pohon pembatas parkir, dan alat penanda, dan 4
Signage penanda, meliputi
penanda fungsi bangunan
2.5 Bidang amatan spaces ruang
Mata memandang bangunan memiliki 23 bidang penglihatan di atas bidang ketinggian mata. Jika bagian langit harus dimasukkan kedalam bidang
pandangan maka penglihatan seseorang dapat melihat sebuah bangunan sebagai keseluruhan pada sudut 27o atau DH = 2 D = jarak bangunan ke pengamat, H =
ketinggian bangunan. Dalam keadaan ini bangunan akan mengisi seluruh bidang penglihatan. Jika pengamatan ingin mengamati deretan bangunan grup bangunan
maka harus melihat pada sudut 18o atau DH = 3 Martens, 1884; Hegemen and Peets, 1992 in Ashihara, 1986.
Menurut Ashihara 1970 skala ruang eksterior cendrung samar dan mendua, apabila ruang itu kekurangan suatu gaya yang melingkungi. Jika
bangunan berdiri sendiri maka bangunan cendrung bersifat sclupural atau monumental karakternya. Bila DH = 1 maka merupakan titik genting nisbi
normal dimana kualitas ruang eksterior dirasakan keseimbangan diantara tinggi bangunan dan ruang diantara bangunan.
Perletakan bangunan DH = 1,2,3 paling sering dipergunakan. Jika DH 4 maka interaksi bersama mulai menghilang dan interaksi antar bangunan sukar
dirasakan. Sedangkan bila DH 1 maka bentuk atau raut bangunan, tekstur dinding, ukuran dan lokasi pembukaan-pembukaan dan sudut masuknya chaya ke
dalam bangunan menjadi persoalaan utama. Namun tata letak DH 1 ini dapat
20
tercapai jika suatu keseimbangan yang memadai dijaga dan perhubungan diantara bangunan dan ruang sebaliknya distabilkan. Meskipun pandangan ideal untuk
melihat bangunan secara keseluruhan memiliki rasio DH = 2, namun untuk menciptakan skala kawasan yang lebih intim, seperti kawasan komersial, rasio
perbandingan yang cocok adalah berada pada rasio perbandingan DH = 1 bahkan dapat mencapai DH = 0,6 Ashihara, 1986.
Gambar 5 : Kualitas enclosure perasaan ruang Sumber : Ashihara, 1986
2.6 Kawasan Lama – Kawasan Konservasi