Kajian Karakteristik Visual Koridor Jalan K. H. Zainul Arifin Medan
KAJIAN KARAKTERISTIK VISUAL KORIDOR JALAN K.H.ZAINUL ARIFIN
MEDAN SKRIPSI
OLEH:
OCTAVIA TANTONO 100406075
DOSEN PEMBIMBING
DEVIN DEFRIZA HARISDANI, ST, MT
DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
KAJIAN KARAKTERISTIK VISUAL KORIDOR
JALAN K.H. ZAINUL ARIFIN MEDAN
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juli 2014
(3)
Judul Skripsi : KAJIAN KARAKTERISTIK VISUAL KORIDOR JALAN K.H. ZAINUL ARIFIN MEDAN
Nama Mahasiswa : OCTAVIA TANTONO Nomor Pokok : 100406075
Program Studi : Arsitektur
Menyetujui Dosen Pembimbing
(Devin Defriza Harisdani, ST, MT.)
Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi
Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc Ir. N. Vinky Rachman, MT
(4)
Telah diuji pada Tanggal: 10 Juli 2014
Panitia Penguji Skripsi
Ketua Komisi Penguji : Devin Defriza Harisdani, ST, MT. Anggota Komisi Penguji : Ir. N. Vinky Rachman, MT
(5)
ABSTRACT
Corridor of an area can support the city's identity in urban space, so it is important to note its visual characteristics. K.H. Zainul Arifin road is one of the region have a role in improving the identity the city of Medan. Research study of Visual Characteristics KH Road Corridor Zainul Arifin aims to determine the visual characteristics contained on this road corridor. The study was conducted by Cullen theory approach (1961). Physical components (existing view) that will be reviewed include the orientation, position and content space. Non-physical components (emerging view) that will be examined include regulatory, activities and artifacts underlying physical formation. Based on the results of research and discussion that has been done to the conclusion that the review is based on "existing view" which is the study of the physical appearance, the corridor of KH Zainul Arifin has elements of "serial vision" that consisted of a long row of shophouses shopping complex with several buildings of historic relics. The majority of the population of this region is a tamil tribes. This area seem crowded because it is a commercial area and supported by elements of "focal point" in the form of shopping malls, hotels, as well as culinary region. Corridor K.H. Zainul Arifin also has a scale space harmonious with the shape of the building vertically upwards. Review of the "emerging view" that corresponds to the activity of the corridor KH Zainul Arifin is a trade and recreation.
(6)
ABSTRAKSI
Koridor suatu kawasan dapat mendukung identitas kota dalam urban space, sehingga penting untuk diketahui karakteristik visualnya. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu kawasan memiliki peranan dalam meningkatkan identitas kota Medan. Penelitian Kajian Karakteristik Visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik visual yang terdapat pada koridor jalan ini. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan teori Cullen (1961). Komponen fisik (existing view) yang akan dikaji meliputi orientasi, posisi ruang dan isi. Komponen non fisik (emerging view) yang akan dikaji meliputi peraturan, aktivitas dan artefak yang melatarbelakangi pembentukan fisik. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa tinjauan berdasarkan “existing view” yang merupakan kajian tampilan fisik, koridor K.H. Zainul Arifin memiliki elemen “serial vision” yang terdiri dari deretan ruko pertokoan lama dengan adanya beberapa bangunan peninggalan bersejarah. Mayoritas penduduk kawasan ini merupakan suku tamil. Kawasan ini terkesan ramai karena merupakan kawasan komersil dan didukung dengan elemen “focal point” yang berupa pusat perbelanjaan, hotel, serta kawasan kuliner. Koridor K.H. Zainul Arifin ini juga memiliki skala ruang yang harmonis dengan bentuk bangunan vertikal ke atas. Tinjauan berdasarkan “emerging view” yang berkaitan dengan elemen aktivitas dari koridor K.H. Zainul Arifin adalah perdagangan dan rekreasi.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan hormat tertinggi penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan dan rahmat untuk penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada: 1. Pembimbing tugas akhir Bapak Devin Devriza, S.T, M.T. atas kesediaannya
membimbing, memotivasi, memberikan pengarahan, dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ;
2. Bapak Ir. Vinky Rahman, M.T. dan Bapak Ir. Novrial, M. Eng. sebagai dosen penguji yang memberikan motivasi dan masukan ;
3. Bapak Ir. Vinky Rahman, M.T. dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, MLA sebagai Ketua dan Sekretaris Jurusan Departemen Arsitektur USU, Ibu Ir. Dwira Aulia M.Sc.Dr. dan Bapak Ir. Bauni Hamid, M. Des., PhD. sebagai dosen koordinator, serta Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara ;
4. Keluarga besar terutama Orang tua penulis yang selalu memotivasi penulis; 5. Teman – teman dan semua pihak yang turut serta dalam penyelesaian skripsi
ini.
Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis menerima kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.
Medan, Juni 2014 Hormat saya,
Octavia Tantono NIM 100406075
(8)
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Penelitian ... 3
1.4. Maksud dan Tujuan ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 3
1.6. Kerangka Berfikir ... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Karateristik Visual ... 5
2.2. Koridor Kawasan ... 6
2.3. Elemen Pembentuk Karakter Visual ... 7
2.3.1. Existing View ... 7
2.3.2. Emerging View ... 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21
3.1. Jenis Penelitian ... 21
3.2. Variabel Penelitian ... 22
3.3. Populasi/Sampel Penelitian ... 23
(9)
3.3.2. Sampel ... 23
3.4. Metoda Pengumpulan data ... 24
3.4.1. Teknik observasi Lapangan ... 244
3.4.2. Wawancara ... 255
3.4.3. Kuesioner ... 255
3.4.4. Studi Literatur ... 266
3.5. Lokasi Pengamatan ... 277
3.5.1 Kampung Madras ... 27
3.5.2 Kondisi Eksisting ... 29
3.6. Metoda Analisa Data ... 37
3.7. Langkah – langkah Pokok Penelitian ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1 Analisa orientasi ... 42
4.2 Analisa posisi ruang dalam koridor ... 49
4.2.1 Focal point ... 49
4.2.2 Possission in movement ... 53
4.2.3 Occupied territory ... 54
4.3 Analisa Isi ... 59
4.3.1 Incident ... 59
4.3.2 Jalur pedestrian ... 61
4.4 Peraturan dan kebudayaan pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ... 66
4.5 Analisa berdasarkan persepsi pengguna ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 84
5.1 Kesimpulan ... 84
(10)
DAFTAR PUSTAKA ... 86 LAMPIRAN ... 88
(11)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penambahan lebar jalur pejalan kaki berdasarkan penambahan fasilitas
jalan ... 17
Tabel 3.1 Komposisi penduduk kampung Madras berdasarkan suku bangsa... 28
Tabel 3.2 Matrik kriteria dan parameter penelitian... 41
Tabel 4.1 Analisa sequence dari simp. Diponegoro menuju simp. S. Parman ... 43
Tabel 4.2 Analisa sequence dari simp. S. Parman menuju simp. Diponegoro ... 45
Tabel 4.3 Rambu – rambu lalu lintas pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin... 57
Tabel 4.4 Ukuran lebar jalur pedestrian sebelah selatan pada koridor K.H. Zainul Arifin ... 62
Tabel 4.5 Ukuran lebar jalur pedestrian sebelah utara pada koridor K.H. Zainul Arifin ... 64
(12)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka berpikir... 4
Gambar 2.1. Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal ... 9
Gambar 2.2. Penataan pohon secara berjajar dan sejenis ... 10
Gambar 2.3. Penataan pohon dengan cara berselang - seling ... 11
Gambar 2.4. Penataan pohon sebagai serial vision ... 11
Gambar 2.5. Lampu sorot rendah ... 12
Gambar 2.6. Lampu penerangan pejalan kaki... 12
Gambar 2.7. Lampu parkir dan jalan raya ... 13
Gambar 2.8. Lampu tiang tinggi ... 13
Gambar 2.9. Material yang dapat digunakan pada jalur pedestrian ... 18
Gambar 3.1. Lokasi penelitian pada koridor Jalan K.H. Zainul ... 27
Gambar 3.2 Lalu lintas satu arah pada koridor Jalan K.H. Zainul ... 29
Gambar 3.3 Area parkiran mobil pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ... 30
Gambar 3.4 Parkir roda dua yang memanfaatkan jalur pedestrian ... 30
Gambar 3.5 Kondisi pedestrian pada koridor Zainul Arifin ... 31
Gambar 3.6 Banyaknya pemasangan reklame pada koridor Zainul Arifin... 31
Gambar 3.7 Kuil Shri Mariamman pada koridor Zainul Arifin ... 32
Gambar 3.8 Cambridge City Square ... 33
Gambar 3.9 Tampak Depan Sun Plaza dari koridor Zainul Arifin ... 34
(13)
Gambar 3.11 Suasana malam hari pada Kuliner Pagaruyung ... 35
Gambar 3.12 Gereja Kristen Indonesia Medan ... 35
Gambar 3.13 Kondisi Jembatan Kebajikan pada koridor Zainul Arifin ... 36
Gambar 3.14 Konsep Metodologi Penelitian ... 40
Gambar 4.1 Potongan koridor K.H. Zainul Arifin Medan ... 48
Gambar 4.2 Skala ruang yang terkesan harmonis ... 49
Gambar 4.3 Tampak Depan Sun Plaza yang cukup atraktif ... 50
Gambar 4.4 Cambridge City Square sebagai focal point kedua ... 51
Gambar 4.5 Kuliner Pagaruyung sebagai focal point yang beroperasi pada malam hari ... 52
Gambar 4.6 Adanya perbedaan tekstur yang jelas antara perkerasan aspal dan pedestrian ... 53
Gambar 4.7 Jembatan Kebajikan yang dilengkapi dengan pagar pengaman ... 54
Gambar 4.8 Vegetasi pada koridor Zainul Arifin ... 55
Gambar 4.9 Tiang yang seharusnya merupakan tempat meletakkan tong sampah ... 56
Gambar 4.10 Lampu penerangan jalan raya (kanan) dan lampu pada Jembatan Kebajikan (kiri) ... 57
Gambar 4.11 Kendaraan roda empat yang melanggar peraturan lalu lintas ... 59
Gambar 4.12 Menara Kuil Shri Mariamman ... 60
Gambar 4.13 Ornamen – ornamen pada Kuil Shri Mariamman ... 60
Gambar 4.14 Pembagian Zona berdasarkan lebar jalur pedestrian di area selatan ... 61
(14)
Gambar 4.15 Pembagian zona berdasarkan lebar jalur pedestrian di area utara ... 63
Gambar 4.16 Jalur pedestrian yang dimanfaatkan sebagai parkir motor ... 66
Gambar 4.17 Pelanggaran Garis Sempadan Bangunan pada perumahan di Jalan K.H Zainul Arifin ... 66
Gambar 4.18 Permukiman liar pada pinggiran Sungai Babura ... 67
Gambar 4.19 Suasana Kampung Madras pada malam tahun baru ... 68
Gambar 4.20 Kuil Shri Mariamman sebelum direnovasi ... 69
Gambar 4.21 Jembatan Kebajikan sebelum direnovasi ... 69
Gambar 4.22 Prasati pada Jembatan Kebajikan ... 70
Gambar 4.23 Gereja GKI zaman dahulu ... 71
Gambar 4.24 Variasi bangunan pada koridor Zainul Arifin ... 72
Gambar 4.25 Kesan ruang koridor Zainul Arifin ... 73
Gambar 4.26 Tempat yang sering dikunjungi remaja ... 74
Gambar 4.27 Tempat yang sering dikunjungi orang dewasa ... 75
Gambar 4.28 Tingkat kenyamanan jalur kendaraan pada koridor ... 76
Gambar 4.29 Fasilitas dan perabot jalan pada koridor Zainul Arifin ... 77
Gambar 4.30 Tingkat keteduhan pada koridor Zainul Arifin ... 78
Gambar 4.31 Tampilan bangunan yang paling berbeda dari koridor Zainul Arifin ... 79
Gambar 4.32 Penambahan dimensi jalur pedestrian koridor Zainul Arifin ... 80
Gambar 4.33 Tingkat kenyamanan jalur pedestrian pada koridor Zainul Arifin .. 81
Gambar 4.34 Ciri khas aktivitas koridor Zainul Arifin berdasarkan pandangan remaja ... 82
(15)
Gambar 4.35 Ciri khas aktivitas koridor Zainul Arifin berdasarkan pandangan orang dewasa ... 83
(16)
ABSTRACT
Corridor of an area can support the city's identity in urban space, so it is important to note its visual characteristics. K.H. Zainul Arifin road is one of the region have a role in improving the identity the city of Medan. Research study of Visual Characteristics KH Road Corridor Zainul Arifin aims to determine the visual characteristics contained on this road corridor. The study was conducted by Cullen theory approach (1961). Physical components (existing view) that will be reviewed include the orientation, position and content space. Non-physical components (emerging view) that will be examined include regulatory, activities and artifacts underlying physical formation. Based on the results of research and discussion that has been done to the conclusion that the review is based on "existing view" which is the study of the physical appearance, the corridor of KH Zainul Arifin has elements of "serial vision" that consisted of a long row of shophouses shopping complex with several buildings of historic relics. The majority of the population of this region is a tamil tribes. This area seem crowded because it is a commercial area and supported by elements of "focal point" in the form of shopping malls, hotels, as well as culinary region. Corridor K.H. Zainul Arifin also has a scale space harmonious with the shape of the building vertically upwards. Review of the "emerging view" that corresponds to the activity of the corridor KH Zainul Arifin is a trade and recreation.
(17)
ABSTRAKSI
Koridor suatu kawasan dapat mendukung identitas kota dalam urban space, sehingga penting untuk diketahui karakteristik visualnya. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu kawasan memiliki peranan dalam meningkatkan identitas kota Medan. Penelitian Kajian Karakteristik Visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik visual yang terdapat pada koridor jalan ini. Kajian ini dilakukan dengan pendekatan teori Cullen (1961). Komponen fisik (existing view) yang akan dikaji meliputi orientasi, posisi ruang dan isi. Komponen non fisik (emerging view) yang akan dikaji meliputi peraturan, aktivitas dan artefak yang melatarbelakangi pembentukan fisik. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa tinjauan berdasarkan “existing view” yang merupakan kajian tampilan fisik, koridor K.H. Zainul Arifin memiliki elemen “serial vision” yang terdiri dari deretan ruko pertokoan lama dengan adanya beberapa bangunan peninggalan bersejarah. Mayoritas penduduk kawasan ini merupakan suku tamil. Kawasan ini terkesan ramai karena merupakan kawasan komersil dan didukung dengan elemen “focal point” yang berupa pusat perbelanjaan, hotel, serta kawasan kuliner. Koridor K.H. Zainul Arifin ini juga memiliki skala ruang yang harmonis dengan bentuk bangunan vertikal ke atas. Tinjauan berdasarkan “emerging view” yang berkaitan dengan elemen aktivitas dari koridor K.H. Zainul Arifin adalah perdagangan dan rekreasi.
(18)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kota terdiri dari elemen - elemen fisik yang berfungsi untuk mewadahi kegiatan warganya dengan nyaman. Menurut Kevin Lynch (1969) kota dapat memberikan image bagi penghuninya bila memiliki komponen path, node, edge, district dan landmark. Kualitas keindahan / estetika pada setiap elemen urban space karena adanya hubungan antara detail – detail dari sistem struktur visualnya. Kota dengan pembagian kawasan fungsionalnya memiliki struktur yang dapat membentuk jaringan-jaringan jalan yang dilingkupi oleh bangunan di kedua sisinya. Dikaitkan dengan teori Kevin Lynch maka jalan tersebut berpotensi sebagai pathway atau koridor. Koridor kawasan dan urban space yang merupakan elemen utama kota yang dapat menggambarkan citra suatu kota. Pentingnya peranan koridor kawasan didalam mendukung urban space tersebut akan menarik untuk diketahui karakter visualnya. Karakter visual koridor kawasan tersebut merupakan bagian dari elemen – elemen untuk mengungkapkan citra perkotaan didalam membentuk karakter perkotaan secara keseluruhan.
Kawasan Kampung Madras di Kecamatan Medan Petisah merupakan salah satu kawasan yang berpotensi membentuk citra Kota Medan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah kota Medan tahun 2010 – 2030, kawasan Kampung Madras merupakan kawasan strategis ditinjau dari segi sosial dan budaya. Koridor yang menjadi jalan utama di daerah Kampung Madras adalah koridor Jalan K.H.
(19)
Zainul Arifin. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu daerah komersil di kota Medan.
Pada saat ini, koridor Jalan K.H. Zainul Arifin kurang diperhatikan oleh pemerintah kota Medan. Masih banyak fasilitas dan elemen – elemen pembentuk koridor yang tidak terawat. Untuk itu muncul ide atau gagasan untuk menganalisa karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin sehingga dapat menjadi pertimbangan pengembangan kawasan bagi pemerintah kota Medan untuk pengembangan kawasan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.
1.2. Rumusan Masalah
Seperti yang telah disebutkan pada latar belakang, koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu koridor yang dapat meningkatkan citra Kota Medan. Untuk menjadikan koridor ini sebagai citra kota, maka pertama sekali harus diketahui karakter dari koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Karakteristik visual merupakan salah satu karakter yang akan memberikan gambaran kesan ruang koridor secara visual, yang nantinya dapat dijadikan acuan untuk perkembangan koridor K.H. Zainul Arifin. Berdasarkan penjelasan tersebut, rumusan permasalahan penelitian secara sistematis dapat diuraikan menjadi : 1. Bagaimana karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin ?
2. Bagaimana rekomendasi untuk pengembangan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin?
(20)
1.3. Batasan Penelitian
Penelitian kali ini dibatasi hanya pada karakteristik visual pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Penelitian ini dilandaskan pada teori Cullen mengenai elemen – elemen karakteristik visual pada koridor jalan K.H. Zainul Arifin yang dimana penguraian elemen tersebut dipertegas dengan teori lainnya. Hal yang dikaji pada penelitian kali ini hanya meliputi existing view dan Emerging view berdasarkan teori Cullen (1961).
1.4. Maksud dan Tujuan
Maksud serta tujuan dari penelitian ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maksud serta tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin. 2. Memberikan saran dan rekomendasi untuk pengembangan elemen yang
mempengaruhi karakteristik visual koridor jalan K.H. Zainul Arifin.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian mengenai karakteristik visual koridor jalan K.H. Zainul Arifin dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan mengenai karakter visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.
2. Dapat dimanfaatkan sebagai literatur bagi penelitian sejenis untuk menemukan karakteristik visual pada kawasan lainnya.
(21)
1.6. Kerangka Berfikir Latar Belakang Koridor kawasan dapat
menggambarkan citra suatu kota
Karakteristik visual koridor kawasan merupakan bagian dari elemen untuk
mengungkapkan citra perkotaan didalam membentuk karakter
perkotaan secara keseluruhan Koridor jalan K.H. Zainul
Arifin merupakan salah satu kawasan yang berpotensi membentuk citra kota Medan
Permasalahan Penelitian Bagaimana karakteristik visual dari
koridor jalan K.H. Zainul Arifin ? Bagaimana rekomendasi untuk
pengembangan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin?
?
Tujuan Penelitian
mengetahui karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin
Rekomendasi untuk pengembangan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin
Pengumpulan Data Koridor Jln. K.H. Zainul Arifin Bangunan yang memberikan
pengaruh pada koridor Jln. K.H. Zainul Arifin
Pengumpulan Studi Literatur Teori Koridor sebagai Image kota Teori karakteristik visual koridor Teori Elemen pembentuk karakteristik
visual koridor
Kajian Analisa
Kajian terhadapat karakteristik visual dari koridor Jln. K.H. Zainul Arifin berdasarkan teori Cullen, yang terdiri dari :
1. Existing view (Orientasi, Bentuk posisi ruang, dan Bentuk Isi ruang) 2. Emerging view (kebudayaan dan aktivitas)
Simpulan
Mengetahui karakteristik visual dari koridor jalan K.H. Zainul Arifin Telaah Data
Menelaah data yang relevan dengan object yang diteliti
Analisa Teoritis Kajian teoritis terhadap teori sebagai alat menganalisa objek
(22)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karateristik Visual
Kondisi visual suatu kota sangat erat berkaitan dengan fenomena psikologinya yang berkaitan dengan tampilan fisik yang dapat menimbulkan suatu rasa tertentu yang bersifat emosi, serta fenomena fisik yang berkaitan dengan penataan dan pengaturan bangunan serta korelasi visual (Cullen, 1961). Dalam beberapa teori disebutkan, bahwa komponen dominan pembentuk karakter visual adalah bentukan fisik dalam sebuah lingkungan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan beberapa teori (kutipan Sudarwani, 2011).
Nilai visual suatu kawasan ditunjukkan oleh adanya kualitas fisik yang terbentuk oleh hubungan atau interelasi antar elemen-elemen visual pada suatu lansekap kota (Smardon, C R, 1986, 314).
Ciri atau kekhasan yang paling mudah diamati adalah bentukan fisik karena kesan visual adalah sesuatu yang mudah untuk diserap dan dicerna oleh ingatan manusia. (Lynch, Kevin, 1960; 83)
Menurut Rapoport (1977) karakteristik sosial budaya masyarakat melatarbelakangi bentuk fisik lingkungan. Salah satu variabel yang mempengaruhi karakteristik sosial budaya tersebut adalah religi. Untuk mengetahui karakter visual kawasan perlu dikaji mengenai karakter non fisik yang melatarbelakangi pembentukan fisik dan kemudian mengkaji komponen – komponen karakter fisik arsitekturnya.
(23)
Dari dua pandangan tersebut tentang sebuah karakter visual, ada dua hal yang didapat melalui pendekatan karakteristik sebuah lingkungan yaitu karakter fisik yang terlihat dan karakter non fisik yaitu hal-hal yang tidak terlihat. Namun dalam beberapa teori disebutkan, bahwa komponen dominan pembentuk karakter visual adalah bentukan fisik dalam sebuah lingkungan.
2.2. Koridor Kawasan
Koridor (corridor) dapat diartikan dalam bahasa bebas yaitu jalan atau jalur. Dalam perencanaan kota, koridor merupakan penghubung dua tempat atau lebih pada suatu kawasan. Oleh Suwardani (2011) salah satu teori Krier menyebutkan bahwa karakteristik geometri dari koridor dan jalan adalah sama, mereka hanya dibedakan melalui dimensi elemen yang membatasi, karakteristik pola fungsi dan sirkulasinya. Secara garis besar, koridor dapat diartikan sebagai jalan (street) yang menghubungkan antar kawasan dan dibatasi oleh deretan elemen pembatas misalnya bangunan atau pohon.
Ada beberapa pengertian dan difinisi koridor (corridor), yang diantaranya menurut para pakar yang dikutip dari Sudarwani (2011) adalah:
1. Sungguh (1984) adalah koridor berarti gang
2. Poerwodarminto (1972) koridor berarti jalan dalam rumah
3. Pei (1971) menyebutkan bahwa koridor adalah serambi atau jalur/alur yang menghubungkan bagian-bagian bangunan, jalur sempit dari suatu lahan yang membentuk jalan, seperti termasuk daerah pedalaman yang membentuk akses kelaut.
(24)
4. Zahnd (1999) menyebutkan bahwa koridor dibentuk oleh dua deretan massa (bangunan atau pohon) yang membentuk sebuah ruang untuk menghubungkan dengan satu massa dari dua kawasan secara netral (tidak mengutamakan salah satu seperti sumbu).
2.3. Elemen Pembentuk Karakter Visual
Untuk mengetahui karakter visual dari suatu tempat, perlu diketahui elemen – elemen pembentuk karakter tersebut. Elemen – elemen tersebut akan mempengaruhi karakter dari suatu lingkungan. Berdasarkan hasil pembahasan pada bagian karakteristik visual suatu kawasan, komponen pembentuk karakter visual dapat dibedakan menjadi dua (Cullen, 1961), yaitu :
2.3.1. Existing View
Merupakan komponen utama berupa karakter fisik dari kawasan. Elemen fisik suatu kawasan menurut Cullen berupa orientasi, bentuk posisi ruang, serta bentuk isi ruang. Dalam teorinya, Kevin Lynch (1969), mempertegas bahwa karakter visual dari suatu kawasan dapat dilihat dari aspek kualitas bentuk yang terdiri dari, keistimewaan, kesederhanaan, kontinuitas, dominasi bentuk, kejelasan suatu pertemuan, ketersediaan petunjuk, bidang pandang. Pergerakan, rangkaian serial waktu, identitas dan kesan koridor. Berdasarkan pembahasan pada teori Cullen, elemen fisik suatu kawasan dapat dibedakan menjadi :
(25)
1. Orientasi
Pengertian orientasi dalam studi kasus ini adalah proses pengamatan dalam gerakan yang disebut juga sebagai sequence, yang akan terjadi apabila berjalan dari ujung ke ujung dalam suatu kawasan atau kondisi dengan langkah yang teratur. Penyimpangan penglihatan dalam penjajaran dan variasi kecil dari bentuk – bentuk yang menonjol atau pergeseran letak yang ditarik kedalam menyebabkan efek tiga dimensi yang tidak proporsional. Sequence dalam orientasi juga di pengaruhi oleh skala dan proporsi, Skala dan proporsi merupakan salah satu kriteria yang akan memberikan kesan ruang. Berkaitan dengan skala, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan, yaitu :
Perbandingan secara spasial antara ketinggian suatu elemen dan lebarnya. Hubungan antar objek – objek yang terdapat didalamnya terhadap lingkungan
disekitarnya secara spasial.
Seperti yang telah diuraikan di atas, kesan lebar atau sempitnya suatu ruang koridor dapat dipengaruhi oleh perbandingan (rasio) antara lebar jalan terhadap ketinggian bangunan. Proporsi ini akan memberikan kesan terhadap orang yang berada didalamnya. Zahnd (1999) menjelaskan suatu standar umum skala bagi perkotaan dimana dapat menciptakan 3 kategori kesan ruang, yaitu terkesan sempit, kesan netral atau harmonis serta kesan luas atau sunyi.
(26)
2. Bentuk posisi ruang
Di era sekarang ini, jalan hanya difungsikan sebagai sebuah pergerakan dan bangunan dijadikan sebagai media sosial serta tujuan bisnis. Cullen mengilustrasikan bahwa seseorang butuh akan perasaan terhadap posisinya dalam
Gambar 2.1 Standar Skala Perkotaan Dengan Memperhatikan Pembatas Place Secara Vertikal
(27)
lingkungan, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tinjauan bentuk dan posisi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Occupied territory (Wilayah yang diduduki)
Kerindangan, keteduhan, kenikmatan dan kenyamanan umumnya merupakan alasan penempatan atau pemakaian suatu tempat. Penekanan suatu tempat oleh beberapa elemen – elemen permanen memberikan suatu gambaran terhadap berbagai jenis pemakaian tempat dalam suatu kota. Penekanan suatu tempat dipengaruhi oleh perlengkapan yang berhubungan dengan street furniture dan vegetasi.
Vegetasi dalam hal ini dapat bersifat sebagai penyejuk lingkungan, pelunak iklim sekitarnya, sebagai peneduh (barier), serta sebagai fungsi estetika. Cara perletakan vegetasi / pohon dapat diatur sedemikian rupa untuk menghasilkan suasana lingkungan yang nyaman. Pohon – pohon dapat ditanam sehingga menciptakan suatu serial vision dari arah yang belum ada objek menuju kearah objek utama. Sedangkan jenis perletakannya dapat berjajar sejenis, ataupun berjajar tidak sejenis.
Gambar 2.2 Penataan pohon secara berjajar dan sejenis Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)
(28)
Dalam buku Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997) mengungkapkan fasilitas – fasilitas yang terdapat dalam suatu koridor jalan (street furniture), antara lain :
a. Lampu penerangan, yang dapat dibagi menjadi : - lampu sorot rendah
Ketinggian lampu berada di bawah pandangan mata Berupa lampu pijar atau neon
Umumnya digunakan untuk penerangan bagian bawah Sorotan arah lampu mengarah pada tujuan tertentu
Gambar 2.3 Penataan pohon dengan cara berselang – seling Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)
Gambar 2.4 Penataan pohon sebagai serial vision
(29)
- lampu penerangan bagi pejalan kaki
Rata – rata mempunyai ketinggian 2 meter – 3 meter
Umumnya digunakan pada kawasan komersial, perumahan, daerah rekreasi, dan area industri
- lampu parkir dan jalan raya
Mempunyai ketinggian 3 meter – 5 meter
Umumnya digunakan pada daerah rekreasi, daerah industri, daerah komersial serta jalan raya
Gambar 2.5 lampu sorot rendah
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)
Gambar 2.6 lampu penerangan pejalan kaki
(30)
- lampu tiang tinggi
Rata - rata mempunyai ketinggian 6 meter – 10 meter Penerangan untuk radius yang luas
Terletak di kawasan perparkiran, rekreasi, jembatan laying
b. kursi duduk
Sebagai tempat peristirahatan sementara bagi pejalan kaki
Desain serta dimensi dari kursi duduk menyesuaikan karakter serta ciri dari lingkungan tersebut.
Gambar 2.7 lampu parkir dan jalan raya
Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)
Gambar 2.8 lampu tiang tinggi
(31)
c. rambu – rambu (signage)
Berfungsi sebagai penunjuk arah dan tujuan suatu jalur sirkulasi Sebagai alat informasi
d. telepon umum
Sebagai alat komunikasi umum bagi pengguna jalan e. bak sampah
Sebagai tempat pembuangan sampah sementara bagi para pengguna jalan f. halte bus
Tempat pemberhentian bus, menaikkan dan menurunkan penumpang g. pagar / pengaman
Sebagai penentu batasan wilayah serta pengamanan bagi pengguna jalan
B. Possesion in Movement
Selain pemakaian tempat yang statis, pemakaian tempat dalam pergerakan juga menjadi salah satu aspek dari kepemilikan manusia di luar ruangan. Pemakai tempat yang diperlukan untuk pergerakan antara lain jalur pedestrian dan trotoar diperuntukkan bagi pejalan kaki, sedangkan jalan aspal diperuntukkan bagi pengguna kendaraan.
C. Focal Point
Focal point merupakan pandangan yang klasik dari pembatas (enclosure). Dibagian – bagian kota atau perkampungan seperti jalan – jalan yang ramai, pasar – pasar, sering dibuat focal point sebagai titik tangkap agar orang sadar akan
(32)
situasi sekitarnya, serta memberitahukan situasi yang ada di sana bahwa telah sampai di tempat tujuan.
3. Bentuk Isi ruang
Menurut Cullen (1961), orang akan membedakan dan menghubungan bahan – bahan melalui fasad, warna, polan, sifat, skala dan lain – lain. Perasaan orang terhadap suatu keadaan pada suatu tempat tergantung pada konfirmitas (conformity) dan krativitas (creativity). Tinjauan bentuk dan isi ruang dapat diuraikan sebagai berikut :
A. Incident
Nilai dari kejadian suatu jalan dipengaruhi oleh elemen – elemen pada jalan tersebut, misalnya menara, bayangan, dan warna yang menyala. Hal ini akan menarik perhatian sehingga suasana menjadi tidak monoton. Perletakan bentuk yang beraneka ragam dapat memberikan sentuhan psikologis kepada orang yang melihatnya.
B. Pedestrian ways
Jalur pejalan kaki yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lainnya memiliki pola dan bentuk yang beragam. Pola tersebut dapat berupa, tangga, jembatan, batu pijakan dan pola – pola lantai dengan bahan tertentu selama hal tersebut dapat terpelihara secara terus – menerus. Pola – pola pedestrian dapat diselaraskan dengan deretan toko atau kantor, ataupun vegetasi disekitar kawasan yang mempengaruhi kenyamanan pengguna jalan. Trotoar
(33)
merupakan Jalur Pejalan Kaki terletak pada Daerah Milik Jalan dengan diberi lapisan pada permukaaan trotoar dengan elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan.
Menurut Aniaty dan Murtomo (1991) yang dikutip dari Listianto (2006) jalur pedestrian pada kota-kota besar memiliki fungsi terhadap perkembangan kehidupan dalam kota, antara lain adalah:
Pedestrianisasi akan mencipatakan aktivitas serta hubungan sosial yang sehat sehingga dapat mengurangi tingkat kriminalitas
Pedestrianisasi yang baik akan merangsang munculnya berbagai kegiatan ekonomi sehingga akan tercipta suatu kawasan bisnis yang menarik
Pedestrianisasi dapat digunakan sebagai ajang kegiatan promosi, periklanan, pameran, kampanye dan sebagainya
Pedestrianisasi dapat menciptakan kegiatan sosial yang baik, sehingga dapat mengembangkan jiwa dan spiritual seseorang
Pedestrianisasi akan mampu menciptakan suasana dan lingkungan yang spesifik, unik dan dinamis khusunya pada lingkungan pusat kota
Pedestrianisasi yang baik dan nyaman akan berdampak terhadap upaya penurunan tingkat pencemaran udara dan suara, hal ini dikarenakan berkurangnya pengguna kendaraan bermotor.
Fungsi jalur pedestrian disesuaikan dengan perkembangan kota sebagai fasilitas pejalan kaki, dikembangkan sebagai unsur keindahan kota, dimanfaatkan
(34)
sebagai sarana interaksi sosial, sebagai sarana konservasi kota dan dapat difungsikan sebagai tempat bersantai serta bermain.
Berdasarkan pedoman teknik Departemen Pekerja Umum (1999), ukuran jalur pedestrian yang efektif bagi pejalan kaki adalah minimum 60 cm ditambah dengan 15 cm untuk bergerak tanpa membawa barang, sehingga kebutuhan total minimal untuk 2 orang pejalan kaki saling berpapasan yang nyaman adalah 150 cm. Penambahan lebar Jalur pedestrian apabila dilengkapi dengan fasilitas (street furniture) dapat dilihat seperti pada Tabel 2.1.
No Jenis Fasilitas Lebar Tambahan (cm)
1 Kursi roda 100 – 120
2 Tiang lampu penerang 75 – 100 3 Tiang lampu lalu lintas 100 – 120 4 Rambu lalu lintas 75 – 100
5 Kotak surat 100 – 120
6 Keranjang sampah 100
7 Tanaman peneduh 60 – 120
8 Pot bunga 120
Selain ukuran / dimensi jalur pedestrian, material yang digunakan pada jalur pedestrian juga akan mempengaruhi suasana dan kesan ruang. Chiara (1997) mengungkapkan 3 kesan dalam penggunaan material pedestrian yang dapat dilihat pada gambar 2.9.
Tabel 2.1 penambahan lebar jalur pejalan kaki berdasarkan penambahan fasilitas jalan
(35)
Sifat khas permukaan lunak :
Permukaan yang lunak dan tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang – orang yang memiliki cacad fisik, terutama bagi pengguna kursi roda.
Permukaan yang lunak akan rentan terhadap erosi
Permukaan lunak biasanya diperuntukkan bagi daerah rekreasi, taman, bentang alam, dan sebagainya.
Biaya pemasangan cukup rendah namum diperlukan persyaratan pemeliharaan (maintenance) yang tinggi.
Gambar 2.9 Material yang dapat digunakan pada jalur pedestrian Sumber gambar : Standar Perancangan Tapak, de Chiara (1997)
(36)
Sifat khas permukaan yang beragam :
Permukaan yang tidak teratur akan menyulitkan perjalanan orang – orang yang memiliki cacad fisik.
Jarak antara material akan menghambat gerakan tongkat bagi tuna netra, sehingga jarak ini harus diisi dan tidak lebih besar dari ½ inchi.
Permukaan yang tidak teratur juga akan menyulitkan pengguna kursi roda dan kendaraan kecil beroda lainnya.
Persyaratan pemeliharaan dan biaya pemasangan sedang.
Sifat khas permukaan keras :
Permukaan yang cukup kokoh serta teratur sehingga akan memudahkan perjalanan bagi pengguna kursi roda dan kendaraan kecil lainnya.
Biaya pemasangan cukup tinggi, namun biaya dan tingkat pemeliharaannya cukup rendah.
2.3.2. Emerging View
Merupakan komponen penunjang karakter non fisik, yang meliputi karakteristik sosial budaya yang menunjang terbentuknya karakter visual suatu kawasan. Selain itu, aktivitas sosial dalam masyrakat juga merupakan bagian dari kebudayaan.
(37)
Menurut J.J. Hoenigman (Koentjaraningrat, 1986), wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yang terdiri dari gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan (wujud ideal)
Yang dimaksud dengan wujud ideal dari kebudayaan adalah kebudayaan yang merupakan kumpulan ide-ide, nilai, gagasan, norma-norma, peraturan, serta lainnya yang memiliki sifat abstrak dimana tidak dapat diraba maupun disentuh. Wujud dari kebudayaan ini tertanam dalam pemikiran warga masyarakat. Apabila gagasan serta peraturan dari masyarakat tersebut dinyatakan dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan itu berada dalam suatu karangan dan buku-buku dari hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas merupakan wujud kebudayaan yang merupakan suatu tindakan berpola dari masyarakat itu. Wujud ini sering disebut juga sebagai sistem sosial. Sistem sosial terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, dimana manusia saling mengadakan kontak serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang dirdasarkan pada adat tata kelakuan
3. Artefak (karya)
Artefak atau karya merupakan benda – benda atau hal yang berwujud, dapat dilihat, diraba serta didokumentasikan yang merupakan wujud dari kebudayaan fisik berupa hasil dari aktivitas dan karya manusia dalam masyarakat. Sifat dari artefak paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kehidupan bermasyarakat, wujud kebudayaan yang satu tidak dapat dipisahkan dari wujud kebudayaan lainnya.
(38)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu mengkaji karakteristik visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, maka peneliti berusaha untuk mendeskripsikan suatu permasalahan dengan membuat sejumlah variabel yang akan menjadi parameter penelitian. Di sini peneliti akan berusaha menguraikan elemen – elemen yang akan mempengaruhi karakteristik visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Kelurahan Petisah Tengah.
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya sebatas mendeskripsikan suatu hal secara tepat, sistematik, tentang fakta dan sifat dari suatu objek. Pada metode ini, digunakan instrument pengumpulan data serta analisis, dimana data – data yang dikumpulkan bersifat kualitatif. Pengumpulan data berlangsung fleksibel dimana data dilihat langsung oleh peneliti (Sinulingga, 2011). Pada penelitian kali ini, peneliti akan mendeskripsikan karakter visual pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin dengan menentukan variable – variable yang beruhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini berusaha menguraikan elemen – elemen yang mempengaruhi karakter visual dalam koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, sehingga dapat diketahui bagaimana elemen tersebut mempengaruhi karakter visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.
(39)
3.2. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah parameter yang menjadi batasan pembahasan dalam penelitian. Variabel pada penelitian kali ini didasarkan pada teori Cullen (1961), yang membahas mengenai elemen – elemen yang berkaitan dengan karakteristik visual suatu kawasan. Menurut Cullen (1961), variabel penelitian yang akan diamati dalam mengkaji karakteristik visual Jalan K.H. Zainul Arifin terdiri dari existing view dan emerging view, yang dapat diajabarkan sebagai berikut :
1. Existing view, variabel – variabel yang berkaitan dengan existing view adalah sebagai berikut:
a. Orientasi, mengetahui bagaimana orientasi suatu kawasan koridor yang ditinjau berdasarkan Serial Vision (sequence) serta skala/proporsi yang berkaitan terhadap kesan ruang.
b. Posisi, merupakan pembahasan mengenai Focal Point, Position In movement, serta Occupied territory pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin c. Isi, berkaitan dengan Incident dan jalur pedestrian (Pedestrian ways) 2. Emerging view, variabel penelitian ini dipertegas berdasarkan teori
Hoenigman, yang terdiri dari :
a. Ide / Gagasan kebudayaan, mengetahui peraturan - peraturan serta norma – norma apa saja yang terdapat pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin b. Aktifitas, untuk mengetahui apa saja aktivitas yang menjadi pola hidup
(40)
c. Karya/artefak, merupakan peninggalan bersejarah yang terdapat pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.
3.3. Populasi/Sampel Penelitian 3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ditentukan berdasarkan pembatasan bahwa lokasi penelitian merupakan lokasi dimana terdapat bermacam aktifitas di sepanjang koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Populasi di batasi oleh aktivis pengguna koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, baik yang bersifat temporer (baik yang berkendaraan maupun berjalan kaki) maupun pengguna yang bersifat tetap (pedagang kaki lima, tukang parkir, tukang becak dan sebagainya yang berlokasi di koridor Jalan K.H. Zainul Arifin).
3.3.2. Sampel
Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik sampling pada pembagian kuesioner hal ini dikarenakan karena penelitian ini bersifat umum dan deskriptif. Perbedaan karakter atau strata pada populasi tidak terlalu berpengaruh. Pada penelitian ini, masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Untuk ukuran sampel, berdasarkan teori Frankel dan Wallen (1993) yang dikutip dari teori online jurnal (2012) menyarankan ukuran besarnya sampel minimum untuk penelitian deskriptif adalah 100 sampel. Dikarenakan penelitian ini bersifat deskriptif dan jumlah populasi pada penelitian
(41)
ini sulit teridentifikasi secara pasti, maka jumlah sampel kuesioner yang akan diambil pada penelitian ini mengikuti teori Frankel, yaitu sebanyak 100 sampel.
3.4. Metoda Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan data melalui media cetak maupun elektronik yang berupa studi literatur. Selain itu dilakukan pula Observasi visual dengan melakukan pengamatan lapangan sesuai dengan variabel yang telah ditentukan. Observasi berupa pengambilan gambar, wawancara, dan kuesioner.
3.4.1. Teknik observasi Lapangan
Observasi lapangan terlebih dahulu dilakukan penyusunan daftar pengamatan berdasarkan kriteria dan parameter penelitian yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk perhitungan jumlah pengunjung focal point, waktu observasi dipilih hari senin dan hari jumat yang mewakili hari kerja, kemudian dipilih hari sabtu dan hari minggu untuk mewakili hari libur. Untuk waktu dibagi menjadi pagi, siang, sore dan malam hari dan merupakan jam puncak. Alasan pemilihan hari dan waktu :
Hari senin - jumat merupakan hari pada mumnya beraktifitas
Hari sabtu merupakan hari dimana pada umumnya sebagian kecil dari pertokoan buka setengah hari dan pada malam hari orang beraktifitas di luar rumah.
Hari minggu merupakan hari dimana pada umumnya sebagian besar toko tutup ataupun buka setengah hari dan banyak orang yang beraktifitas di luar rumah.
(42)
Waktu penelitian pagi hari (antara jam 10.00 – jam 11.00 WIB) : pada jam tersebut orang pada umumnya mulai beraktifitas dan merupakan waktu umumnya pertokoan mulai dibuka.
Pada siang hari (antara jam 12.00 – 13.00 WIB) : pada umumnya orang beristirahat dan makan siang pada jam tersebut.
Pada malam hari (antara jam 19.00 – 20.00 WIB) pada waktu ini, pada umumnya orang akan beraktifitas di luar rumah untuk keperluan tertentu ataupun beristirahat dan makan malam.
3.4.2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berkomunikasi secara langsung kepada responden (orang – orang yang telah ditetapkan sebagai sumber data). Wawancara dibagi menjadi 2 cara, yaitu wawancara terstruktur serta wawancara tidak terstruktur. Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian kali ini adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara dimana pertanyaan – pertanyaan yang akan diajukan kepada responden merupakan pertanyaan yang tidak menggunakan tata urutan yang terencana. Hal ini dapat menjadi peluang bagi peneliti untuk mengetahui atau mendapatkan informasi dan pendapat yang lebih dari setiap jawaban yang diberikan responden. (Sinulingga, 2011)
3.4.3. Kuesioner
Pengisian kuesioner merupakan bentuk pengumpulan informasi yang berupa pertanyaan tertulis. Pada penelitian skala kuesioner yang digunakan ialah
(43)
rating scale. Variasi skala yang termasuk dalam rating scale yang digunakan pada penelitian ini adalah skala Likert (likert scale), skala dikotomis dan skala differensial semantik. Skala dikotomis merupakan skala yang membedakan jawaban responden berdasarkan kriteria Ya atau Tidak. Pertanyaan yang diajukan ada yang membutuhkan penjelasan. Skala Likert dirancang untuk menguji tingkat kesetujuan (agree of agreeness) responden terhadap suatu pernyataan misalnya sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sedangkan skala differensial skematik merpakan skala yang membutuhkan jawaban sikap responden terhadap suatu objek, misalnya nyaman – tidak nyaman, kuat - lemah dan sebagainya.
3.4.4. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahapan dokumentasi terhadap review yang komprehensif terhadap hasil kerja yang dimuat. Studi literatur dapat berupa dokumentasi yang dipublikasikan maupun tidak dipublikasikan. Bentuk – bentuk studi literatur berupa buku – buku ilmu pengetahuan, jurnal – jurnal ilmiah, majalah, thesis dan lain – lain. Pentingnya dilakukan survei literatur untuk memastikan tidak adanya variabel – variabel penting yang menjadi parameter yang berkaitan dengan masalah penelitian akan tertinggal. Selain untuk menemukan variabel, survei literatur berfungsi untuk memfasilitasi pengintegrasian secara kreatif tentang semua data serta informasi yang telah dicari dan dikumpulkan melalui hasil interview.
(44)
3.5. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan penelitian ini terletak di sepanjang koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Kelurahan Petisah Tengah – Medan, dari simpang Jalan Diponegoro hingga simpang Jalan S.Parman.
3.5.1 Kampung Madras
Kawasan Kampung Madras merupakan salah satu kawasan dimana penduduknya mayoritas merupakan keturunan suku Tamil India. Suku Tamil telah ada dalam perkembangan kebudayaan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu, termasuk juga di Pulau Sumatera kota Medan. Kampung Madras juga merupakan kawasan bersejarah dengan peradaban suku Tamil India sehingga menjadi salah satu jantung kebudayaan India di kota Medan.
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Sumber sumber gambar : google earth
(45)
Kampung Madras lebih dikenal dengan sebutan “kampung keling”. Pemerintah kota Medan telah resmi mengubah nama Kampung ini menjadi Kampung Madras karena keling berkonotasi dengan kulit gelap dan menimbulkan keberatan sebagaian masyarakat India setempat, namun hingga sekarang area seluas sekitar 10 hektar ini tetap dikenal dikalangan masyarakat sebagai Kampung Keling.
Di daerah ini, sejarah ajaran Hindu berkembang dan diawali dengan berdirinya Kuil Sri Mariamman. Kampung Madras ini menjadi bukti bahwa masyarakat suku Tamil telah lama bermukim di kota Medan. Pada tanggal 17 Juli 2008, Pemerintah Kota Medan serta DPD Kota Medan telah men-sah-kan kawasan perkampungan India di kota Medan yang dahulu disebut sebagai Kampung Keling menjadi Kampung Madras. Bahkan beberapa trayek angkutan kota yang bertuliskan Kampung Keling telah diubah namanya menjadi Kampung Tabel 3.1 Komposisi penduduk kampung Madras berdasarkan suku bangsa
(46)
Madras. Sejak pengesahan nama tersebut, martabat dan nama masyarakat Tamil sendiri terangkat dan dikenal oleh masyarakat.
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan tahun 2010 – 2030 kawasan kampung Madras termasuk dalam kawasan strategis dari sudut kepentingan social budaya, yang merupakan kawasan adat tertentu yang termasuk dalam warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.
3.5.2 Kondisi eksisting
Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan koridor jalan dengan jalur lalu lintas satu arah yaitu dari arah barat ke timur dari simpang Jalan Diponegoro menuju ke simpang Jalan S. Parman, dengan pemanfaatan lahan parkir di beberapa ruas jalan pada sebelah kiri dan kanan badan jalan.
Namun, pada siang hari, lahan parkir di Jalan Zainul Arifin cenderung dimanfaatkan pada jalur kiri. Jalur kanan mulai dimanfaat pada malam hari yaitu mulai pukul 19.00 hingga pukul 05.00. Jalur kendaraan pada koridor Zainul Arifin merupakan jalan beraspal dengan lebar jalan sekitar 16 m, dilengkapi dengan
Gambar 3.2 Lalu lintas satu arah pada koridor jalan K.H. Zainul Arifin. Sumber: Dokumentasi pribadi
(47)
trotoar di sebelah kiri dan kanan jalan. Jalur koridor Jalan K.H. Zainul Arifin umumnya mulai dipadati kendaraan pada jam pulang kerja yaitu sekitar pukul 17.00 hingga pukul 19.00 dan malam minggu,
Untuk area parkir di sebelah kiri badan jalan, disediakan parkir untuk mobil dengan membentuk sudut 45, sedangkan untuk kendaraan beroda dua (motor) parkir kendaraan hanya disediakan sedikit parkiran di depan Indomaret samping Sun Plaza dan bahkan memekan pedestrian sebagai area parkir motor. Untuk parkiran pada bagian kanan badan jalan, disediakan parkir mobil dengan sudut 0.
Gambar 3.3 Area parkiran mobil pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.4 Parkir roda dua yang memanfaatkan jalur pedestrian Sumber: Dokumentasi pribadi
(48)
Pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin tersedia pedestrian pada kiri dan kanan badan jalan. Pedestrian pada kawasan koridor K.H. Zainul Arifin masih cukup terawat dan cukup lebar yaitu sekitar 3 meter dengan material yang umumnya beton. Namun, ada beberapa bagian yang dilapisi dengan keramik seperti pedestrian pada depan Sun Plaza.
Untuk desain dan perletakan reklame pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin masih tergolong kacau dan ramai. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya papan reklame yang terdapat di sepanjang koridor dan bahkan tiang reklame yang tidak terurus yang tentunya menghalangi pandangan dan mengurangi keindahan koridor jalan K.H. Zainul Arifin.
Gambar 3.5 Kondisi pedestrian pada koridor Zainul Arifin Sumber: Dokumentasi pribadi
(49)
Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan kawasan yang dikeliling dengan bangunan komersil sehingga memberikan pengaruh pada masyarakat kota Medan. Dengan adanya kondisi yang mendukung, memudahkan masyarakat disekitar kawasan Zainul Arifin untuk berolah mata pencaharian khususnya dalam bidang perdagangan. Selain itu kawasan pertokoan lama menjadi ciri khas tersendiri bagi koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Pada koridor jalan ini, juga banyak terdapat bangunan – bangunan bersejarah yang layak untuk dikonservasi. Bangunan-bangunan berpengaruh dalam kawasan Kampung Madras, antara lain: 1. Kuil Shri Mariamman
Kuil Shri Mariamman adalah kuil Hindu tertua di Kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Kuil ini dibangun pada tahun 1884 untuk memuja dewi Kali. Kuil ini terletak di kawasan yang dikenal sebagai Kampung Madras. Kuil ini dikelola oleh salah seorang keluarga pemilik perusahaan besar Texmaco, Lila Marimutu. Pintu gerbangnya dihiasi sebuah ‘gopuram’, yaitu menara bertingkat yang biasanya dapat ditemukan di pintu gerbang kuil-kuil Hindu dari India
Gambar 3.7 Kuil Shri Mariamman pada koridor Zainul Arifin Sumber: Dokumentasi pribadi
(50)
Selatan atau semacam gapura. Kuil yang diberi nama kuil Shri Mariamman karena Shri Mariaman oleh masyarakat tamil digambarkan sebagai Ibu atau Dewi pelindung. Kuil ini dikelilingi tembok, dengan kitinggian 2,5 meter.
2. Cambridge Condominium City Square & Swiss Bel Hotel
Cambridge Condominium City Square & Swiss Bel Hotel berfungsi sebagai five-star hotel, condominium dan shopping mall dan selesai dibangun pada tahun 2008. Bangunan ini juga telah menjadi salah satu ikon High Rise Building pertama di kota Medan yang berkembang dan ramai dikunjungi. Cambridge City Square di developer oleh PT. Global Medan Town Square dengan luas tanah sekitar 1 hekar dan tinggi bangunan 108 meter dengan 24 lantai.
Gambar 3.8 Cambridge City Square Sumber: Dokumentasi pribadi
(51)
3. Sun Plaza
Sun Plaza terletak di lokasi strategis dimana berada di kawasan elite kota Medan dengan fungsi bangunan sekitar adalah gedung – gedung perkantoran High Rise Building. Sun Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di kota Medan yang terletak di kawasan komersil K.H. Zainul Arifin. Sun Plaza memiliki 6 lantai (termasuk lower ground dan ground floor) dan dibangun di atas lahan seluas ±29.000 m2, dengan total luas banguan ± 87.000 m2 (Wikipedia). Sun Plaza dikunjungi berbagai kalangan, mulai dari masyarakat sekitar, pelajar, dan bahkan wisatawan asing.
4. Bel Mondo Restaurant
Gambar 3.10. Tampak depan Bel Mondo Restaurant Sumber: Dokumentasi pribadi
Gambar 3.9 Tampak Depan Sun Plaza dari koridor Zainul Arifin Sumber: Dokumentasi pribadi
(52)
Bel Mondo Restaurant berlokasi di Jalan Kyai Haji Zainul Arifin, lebih tepatnya berada di seberang Sun Plaza. Restoran Bel Mondo umumnya menyediakan makanan bergaya barat (Western food).
5. Kuliner Pagaruyung
Pagaruyung merupakan salah satu pusat jajan kuliner di kota Medan. Kawasan kuliner Pagaruyung merupakan pusat jajanan dengan letak yang cukup startegis sehingga jajanan kuliner pagaruyung mudah dijangkau. Kuliner pagaruyung beroperasi pada malam hari, yaitu mulai dari pukul 18.00 hingga pukul 02.00 dini hari. Namun, hal ini tergantung sepi atau tidaknya pembeli, pada malam minggu jajanan ini mampu beroperasi hingga pukul 05.00 dini hari.
6. Gereja GKI
Gambar 3.11 Suasana malam hari pada Kuliner Pagaruyung Sumber: Dokumentasi pribadi
(53)
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Sumut Medan di Jalan K.H.Zainul Arifin No.124 – 126 merupakan salah satu warisan sejarah. Gereja GKI awalnya tumbuh dari kelompok yang terdiri dari beberapa orang anggota gereja yang disebut dengan Gereformeerd Kwitang Jakarta pada tahun 1877 dan pada awalnya gereja ini dikenal dengan nama Gereformeerd Sumatera Utara. Terdapat beberapa pendeta yang aktif melayani umatnya pada masa itu antara lain Pdt. Harrenstein, Pdt.Dr.J.H.Baving, dan Pdt.W.S.Wlersings. Setelah berkembang, maka pada 11 September 1969, Gereja ini dilembagakan menjadi gereja yang berdiri sendiri dengan nama Gereja Gereformeed Indonesia Sumatera Utara. Pada tanggal 17-19 pada tahun 1974, Gereja Gereformeed Indonesia Sumatera Utara diputuskan untuk berubah nama menjadi "Gereja Kristen Indonesia Sumatera Utara.
Secara keseluruhan, GKI medan terdiri atas dua bangunan, yaitu bangunan utama yang terletak pada bagian depan (selatan) dan bagian belakang (utara). Bangunan utama gereja merupakan bangunan utama yang digunakan sebagai area beribadah bagi jemaatnya, sedangkan bagian belakang yang berbentuk segi delapan digunakan sebagai tempat meletakkan mimbar.
(54)
Jembatan kebajikan merupakan jembatan yang menghubungkan koridor Jalan Zainul Arifin dengan Jalan Gajah Mada Medan. Dalam bahasa Mandarin jembatan ini dinamakan ‘Jembatan Chen Tek’ namun masyarakat setempat menyebutnya sebagai ‘Jembatan Berlian’ hal ini dikarenakan ornamen – ornament pada jembatan ini berkilauan pada malam hari. Jembatan ini dibangun pada tahun 1916 untuk mengenang jasa Tjong Yong Hian. Jembatan ini didirikan oleh putra - putra Tjong Yong Hian dan diberikan kepada pemerintah kota Medan yang diprakarsai oleh adik Tjong Yong Hian yaitu Tjong A-Fie.
3.6. Metoda Analisa Data
Metode penelitian menggunakan metodologi kualitatif. Dalam melakukan kajian yang bersifat kualitatif dalam studi ini, pertama sekali dilakukan telaah teoritik untuk mendapatkan gambaran dan mendalami materi studi. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data lapangan, yang berupa perhitungan jumlah pengunjung pada 3 lokasi, yaitu Sun Plaza, Cambridge City Square dan Kuliner Pagaruyung, pengambilan gambar / foto, kuesioner, serta wawancara. Kemudian hasil sintesa dari telaah teori dan data lapangan digunakan sebagai pedoman kajian yang akan dilakukan. Perumusan parameter dari kajian yang akan dibahas merupakan landasan di dalam menguraikan secara kualitatif materi yang menjadi pokok bahasan penelitian.
Menurut Silalahi (2006) analisa data kualitatif adalah penyajian data dimana penyajian data akan memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan serta melampirkan rekomendasi terhadap permasalahan yang
(55)
dirumuskan. Penyajian data kualitatif ini dapat dilakukan dalam berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan.
3.7. Langkah – langkah Pokok Penelitian
Langkah – langkah pokok dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Kajian Pustaka : kegiatan memahami teori yang berkaitan dengan karakteristik visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, yang mengacu pada teori Cullen dalam bukunya The Concise Townscape dan dipertegas dengan teori lainnya yang berhubungan dengan elemen – elemen yang mempengaruhi karakteristik Visual dalam koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.
Perumusan Masalah : Kegiatan merumuskan masalah dari observasi awal yang telas dilakukan. Perumusan masalah di jawab pada hasil akhir dan melalui kajian proses penelitian berdasarkan kajian teori dan observasi lapangan yang telah dilakukan.
Penentuan kriteria dan parameter penelitian : tahapan merumuskan variable penelitian yang nantinya akan diamati serta dikaji berdasarkan teori karakteristik visual yang telah dirumuskan. Pada tahapan ini ditentukan pula metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data dan variabel.
Melakukan observasi : lokasi penelitian pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin untuk mengetahui batasan wilayah, mengetahui data serta gambaran kawasan penelitian.
Pengumpulan data : kegiatan mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian berdasarkan variabel penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya,
(56)
berupa pengumpulan data yang berkaitan dengan ketinggian bangunan, skala/proporsi, vegetasi, street furniture, pedestrian dan aktivitas melalui pengambilan gambar (foto) maupun observasi / tinjauan langsung lapangan. Kajian data : kegiatan mengkaji data yang telah diperoleh berdasarkan teori yang telah dirumuskan untuk menjawab permasalahan studi. Kajian ini berdasarkan metoda deskriptif kualitatif, dalam bentuk pemaknaan objek di lapangan dan dituangkan dalam bentuk sketsa gambar serta foto.
Penarikan kesimpulan dan saran : merupakan tahapan penarikan kesimpulan dari hasil kajian yang dilampirkan beserta rekomendasi.
(57)
Data Pendukung :
Ketinggian bangunan di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Skala/Proporsi bangunan di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin
Tampilan bangunan di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Vegetasi di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin
Street furniture di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Pedestrian di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin Aktivitas di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin
Peninggalan sejarah di Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin
Teori Karakteristik Visual Existing view
Orientasi Posisi Isi Emerging View
Ide
Aktivitas artefak
KESAN RUANG DALAM KORIDOR
Kajian karakteristik Visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin karakteristik Visual Koridor Jalan K.H.
Zainul Arifin Medan
Data aktifitas pengguna / pengunjung Responden Pengguna (Quesioner) Pendapat Pakar
Persepsi Pengguna Konsep Metodologi Penelitian
(58)
Matrik Kriteria dan Parameter Penelitian
Sasaran Variabel Tolak ukur / parameter Cara mendapatkan data
Kajian Keluaran
Existing View
Orientasi Tampilan bangunan Ketinggian Bangunan Lebar jalan
Serial vision (sequence) proporsi
Data instansional Obrservasi dan foto Kuesioner
Kajian deskriptif kualitatatif
Untuk mendapatkan kesan ruang / karakteristik visual ruang dengan adanya pandangan secara menerus Posisi Focal Point
Position in movement Occupied territory
Bangunan yang dominan Tempat
Street furniture vegetasi
Obrservasi dan foto Kuesioner
Kajian deskriptif kualitatatif
Untuk menciptakan kesan ruang / karakteristik visual ruang dengam mengetahui posisi atau keberadaan pengguna
Isi Incident
Pedestrian ways
Corak / tampilan yang berbeda Material Dimensi Obrservasi danfoto Kuesioner Kajian deskriptif kualitatatif
Untuk menciptakan kesan ruang / karakteristik visual dengan mengetahui isi atau suatu objek yang mudah diingat
Emerging View
Ide Aktivitas Artefak
Peraturan / norma Pola aktivitas Peninggalan sejarah Obrservasi Wawancara Kuesioner Kajian deskriptif kualitatatif
Untuk mengetahui kesan ruang / karakteristik visual berdasarkan budaya dan aktifitas pengguna koridor jalan
(59)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu koridor utama dari kawasan Kampung Madras yang terdapat di kota Medan. Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan koridor yang sangat berkembang dan berpotensi untuk dikaji, hal ini dapat dilihat karena koridor Jalan K.H. Zainul Arifin merupakan salah satu kawasan komersil yang padat dengan generator aktivitas berupa perdagangan dan sarana hiburan. Banyaknya bangunan pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin yang dialih fungsikan dari fungsi perumahan menjadi fungsi campuran (perumahan dan perdagangan). Menurut Rencana tata ruang wilayah kota Medan tahun 2010 – 2030, kawasan Kampung Madras merupakan salah satu kawasan yang strategis ditinjau dari segi sosial dan budaya.
4.1 Analisa Orientasi
Pengertian orientasi dalam studi kasus ini adalah proses pengamatan dalam gerakan yang disebut juga sebagai sequence, yang akan terjadi apabila berjalan dari ujung ke ujung dalam suatu kawasan atau kondisi dengan langkah yang teratur yang disebut juga sebagai serial vision. Salah satu ciri khas yang menarik bagi suatu koridor untuk dikunjungi adalah adanya kenikmatan pemandangan dalam proses pengamatan dalam suatu sequence. Analisa serial vision pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin dilakukan dengan melihat apakah koridor jalan ini memiliki elemen pengarah pada suatu tujuan baik dari arah Jalan Diponegoro maupun Jalan S. Parman Medan. Pengamatan serial vision koridor ini
(60)
meliputi kondisi ketinggian bangunan beserta aspek keruangan yang ditimbulkan, bangunan dan vegetasi sebagai pengarah tujuan. Untuk mengetahui dan memahami hasil kajian pola elemen berdasarkan sequence / serial vision dapat dilihat pada kajian berikut.
1
2 Pada titik ini, pada bagian kiri
badan jalan, mata kita akan dimanjakan oleh desain kuil Shri Mariamman. Desain fasad dan warna bangunan sangat memberikan pengaruh dan menjadi ciri khas tersendiri bagi bangunan ini.
Bangunan yang paling menonjol jika di tinjau dari titik ini bagian kanan badan jalan adalah Sun Plaza dengan vegetasi sebagai fungsi estetika dan barier.
Tabel 4.1 Analisa sequence dari simp. Diponegoro menuju simp. S.Parman
1 2
3 4
5 6
(61)
3 Jika kita tetap berada pada bagian kanan badan jalan, setelah melewati Sun Plaza, pada titik ini akan di perlihatkan sederetan pertokoan lama yang telah mulai mengalami renovasi dengan ketinggian bangunan yang bermacam - macam yaitu 3 hingga 4 lantai.
4 Pada titik ini setelah melewati
titik 3, berada pada bagian kanan badan jalan, kita akan disuguhkan dengan deretan pertokoan lama yang masih tidak terlalu banyak direnovasi dan terlihat berjejer sangat rapi, dengan ketinggian 3 lantai.
5 Pada titik ini, akan tampak
bangunan lama yang telah banyak mengalami perubahan, baik dari ketinggian bangunan maupun tampilan dan warna bangunan. Pada malam hari, jajanan kuliner pagaruyung akan menjadi hal yang mencolok sebagai tempat yang cukup ramai didatangi pengujung.
6 Dari sisi kiri jalan, hal menonjol
lainnya adalah tower dari Cambridge City Square. Dari sisi ini, tampak deretan pertokoan yang dilatar belakangi oleh tower dari Cambridge City Square. Tower Cambridge yang cukup tinggi menjadi point interest jika kita tinjau pada titik ini.
(62)
7 Jika kita berjalan di atas jembatan kebajikan pada sebelah kiri, makan akan tampak sungai Babura yang tidak terawat adanya penumpukan sampah dengan permukiman liar di sepanjang sisi sungai.
1 Kondisi sungai Babura pada sisi
kiri, pada bagian ini terdapat lahan kosong kecil yang biasanya merupakan tempat bermain bagi anak – anak yang tinggal di sekitar Sungai Babura.
Tabel 4.2 Analisa sequence dari simp. S.Parman menuju simp. Diponegoro
1
2
3 4
(63)
2
Pada titik ini disebelah kiri badan jalan, kita dapat melihat deretan bangunan lama dengan latar belakang Fasad dari Sun Plaza dan Wisma BII. Tampak depan dari Sun Plaza yang menonjol menjadikan Sun Plaza sebagai point interest pada titik ini. Pada titik ini seharusnya tampak bangunan dari bank Sumut, namun terhalangi oleh papan reklame yang cukup besar sehingga memberikan kesan yang negatif.
3
Kuliner Pagaruyung jika dilihat pada titik ini, cukup memberikan kesan ramai pada malam hari, apalagi dengan adanya gapura yang berdiri pada bagian masuk utama kawasan kuliner, dapat memberikan identitas bagi kuliner Pagaruyung.
4
Dari titik ini, kita dapat melihat bagian belakang dari kuil Shri Mariamman, namun tidak terlalu menonjol dan menarik hal ini dikarenakan pada sisi ini, hanya tampak belakang dari kuil yang terlihat. Namun dengan adanya oranamen yang tembok berelief yang terdapat pada kuil ini, dapat menimbulkan kesan ingin tahu dan merasakan tampak depan dari bangunan ini bagi pengunjung baru koridor Jalan K.H. Zainul Arifin.
(64)
5
Berikut tampak bangunan dari Bank Sumut yang dapat dilihat dari kejahuan setelah melewati papan reklame. Tampak bangunan terkesan simple, namun cukup kontekstual dengan keadaan disekitarnya.
6 Pada titik ini, kita dapat melihat
jalur pedestrian di depan Sun Plaza yang cukup nyaman untuk dialui. Vegetasi dan suasana aliran air dari Sun Plaza cukup memberikan kesegaran bagi setiap orang mata yang memandang di tengah – tengah penatnya keadaan koridor K.H. Zainul Arifin
Selain serial vision atau sequence juga diperhatikan kesan ruang yang diciptakan saat kita berada dalam koridor K.H. Zainul Arifin. Kesan ruang ini, dapat dirasakan melalui skala perbandingan antara tinggi bangunan dan lebar jalan. Bangunan - bangunan dan pertokoan pada kedua sisi jalan, rata – rata merupakan pertokoan 3 hingga 4 lantai dengan ketinggian bangunan sekitar 9 hingga 12 meter. Untuk menetapkan kesan ruang yang dihasilkan berdasarkan ketinggian bangunan dan lebar jalan, maka diambil rata – rata ketinggian bangunan yang merupakan nilai tengah dari 9 dan 12 yaitu sekitar 10,5 meter. Lebar jalan pada koridor Jalan Zainul Arifin adalah 16 meter. Berdasarkan data diatas, maka dapat dihitung berdasarkan rumus teori Zahnd (1999) yaitu Jika lebar jalan sama dengan seperempat hingga setengah dari tinggi bangunan, maka akan
(65)
memberikan kesan sempit. Jika lebar jalan sama dengan tinggi bangunan hingga dua kali tinggi bangunan maka akan menghasilkan suasana yang harmonis dan nyaman. Sedangkan jika lebar jalan sama dengan 3 kali hingga 4 kali dari tinggi bangunan maka akan memberikan kesan sunyi.
Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diajabarkan sebagai berikut : Lebar bukaan Jalan K.H Zainul Arifin = 22 m
Tinggi bangunan = 10,5 m L/T = 22/10,5
L/T = 2,0 L = 2 T
Berdasarkan hasil di atas, maka kesan ruang yang dihasilkan menurut teori Zahnd (1999) adalah netral atau harmonis. Dimana kita tidak merasakan keadaaan yang mencekam dari bangunan yang terlalu tinggi, dan juga tidak merasa kosong atau sunyi diakibatkan oleh deretan bangunan yang terlalu rendah. Rata – rata
Gambar 4.1 Potongan koridor K.H. Zainul Arifin Medan Sumber gambar : dokumentasi pribadi
(66)
ketinggian bangunan pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, sesuai dengan lebar jalan, sehingga tercipta suasana yang menyenangkan.
4.2 Analisa Posisi Ruang dalam koridor
Posisi ruang pada kawasan koridor K.H. Zainul Arifin, merupakan perasaan dimana orang selalu membutuhkan suatu perasaaan terhadap posisinya dalam lingkungannya, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dengan melihat dan merasakan keadaan sekitarnya, seseorang mampu menyatakan “saya disini bukan disana”. Analisa posisi ruang dalam koridor menyangkut focal point, possision in movement, dan street furniture.
4.2.1. Focal Point
Sesuai pembahasan pada kajian pustaka, focal point merupakan titik tangkap yang menyatakan bahwa seseorang telah sampai ditujuannya. Focal Point umumnya merupakan tempat atau daerah dimana paling banyak di kunjungi (ramai). Pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, terdapat beberapa objek yang dapat dijadikan sebagai Focal Point. Penentuan focal point pada kawasan Kampung Madras di tinjau berdasarkan hasil survey lapangan dengan perhitungan
Gambar 4.2 Skala ruang yang terkesan harmonis
(67)
jumlah pengunjung pada waktu tertentu (data terlampir pada lampiran 1.1). Berdasarkan hasil survey lapangan, yang menjadi focal point utama pada koridor K.H Zainul Arifin adalah Sun Plaza dengan jumlah pengunjung terbanyak. Selanjutnya diikuti oleh Cambridge yang beroperasi pada pagi pukul 10.00 hingga malam hari pukul 22.00. Pada malam hari mulai pukul 17.00 terdapat focal point tambahan yaitu kawasan jajanan kuliner Pagaruyung yang beroperasi mulai pukul 17.00 hingga pukul 02.00. Daftar jumlah pengunjung dapat dilihat pada lampiran 1.1.
A. Sun Plaza
Sun Plaza merupakan salah satu focal point utama yang terdapat dikoridor Jalan K.H. Zainul Arifin, hal ini cukup wajar mengingat Sun Plaza adalah salah satu pusat perbelanjaan dan hiburan yang cukup besar dan mewah dikota Medan. Sun Plaza memiliki 6 lantai (termasuk lower ground dan ground floor) dan dibangun di atas lahan seluas ±29.000 m2, dengan total luas banguan ± 87.000 m2 (Wikipedia). Sun Plaza terletak di kawasan yang cukup strategis sehingga mudah dijangkau dan banyak dikunjungi berbagai kalangan, mulai dari masyarakat sekitar, pelajar, dan bahkan wisatawan asing. Selain itu desain fasad dari Sun Plaza yang cukup atraktif memberikan ciri khas dan kesan tersendiri bagi Sun Plaza.
(68)
Konsep umum dari desain Sun Plaza, tidak hanya menciptakan suatu tempat perbelanjaan, tetapi juga diwarnai dengan semangat untuk masa depan yang lebih baik. Menciptakan suatu tempat dimana pengunjung akan memperoleh perasaan yang menyenangkan dan menciptakan kesan positif bagi para pengunjung Sun Plaza. Sedangkan simbol matahari sebagai lambing utama dari Sun Plaza merefleksikan semangat masyarakat kota Medan yang energik. Matahari melambangkan kehangatan, energik, dan untuk masa depan yang lebih baik. B. Cambridge City Square
Cambridge City Square merupakan focal point kedua yang terdapat di koridor Jalan K.H. Zainul Arifin. Cambridge City Square merupakan salah satu pusat hiburan atau dengan konsep mewah dimana digabungkan hotel dengan fasilitas yang cukup lengkap. Bangunan ini juga telah menjadi salah satu ikon High Rise Building pertama di kota Medan yang berkembang dan ramai dikunjungi. Cambridge City Square di developer oleh PT. Global Medan Town
Gambar 4.4 Cambridge City Square sebagai focal point kedua Sumber Gambar : kapitaselektaistp2009
(69)
Square dengan luas tanah sekitar 1 hekar dan tinggi bangunan 108 meter dengan 24 lantai. Di koridor lantai dasar dari masa depan, merupakan pusat tongkrongan untuk menikmati suasana hotel. Pada bagian dasar hotel, terdapat pusat jajanan terkenal seperti Starbuck Coffe, de Excelso, J.C.O, dan lainnya.
C. Kawasan kuliner Pagaruyung
Focal point tambahan pada koridor Jalan Zainul Arifin adalah pusat jajanan Pagaruyung. Yang dimaksud dengan focal point tambahan dimana Pagaruyung hanya beroperasi pada malam hari. Pagaruyung merupakan salah satu pusat jajan kuliner di kota Medan. Kawasan kuliner Pagaruyung merupakan pusat jajanan dengan letak yang cukup startegis, yaitu di antara Cambridge City Square dan Sun Plaza. Pusat jajanan kuliner Pagaruyung beroperasi mulai pukul 17.00 hingga pukul 02.00 dini hari, tergantung banyaknya pembeli. Pada malam minggu jajanan ini bias beroperasi hingga pukul 05.00 dini hari. Sesuai dengan lokasinya yang berada di kawasan Kampung Madras, maka para penjual jajanan di kawasan ini juga rata – rata keturunan orang India. Kuliner Pagaruyung menjanjikan
Gambar 4.5 Kuliner Pagaruyung sebagai focal point yang beroperasi pada malam hari
(70)
beragam makanan dan jajanan khas kota Medan, seperti nasi goreng, sate padang, mie rebus dan sebagainya. Selain itu, martabak telur yang menjadi ciri khas orang India, menjadi makanan andalan di kuliner Pagaruyung.
Ketiga focal point diatas merupakan aset utama bagi koridor Jalan K.H. Zainul Arifin, pengunjung yang melewati koridor Jalan Zainul Arifin sebagian besar memiliki tujuan pada ketiga lokasi di atas, hal ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah pengunjung dari Sun Plaza, Cambridge, dan Kuliner Pagaruyung. Ketiga focal point tersebut seharusnya mampu dipertahankan dan dirawat, misalnya dari segi fasilitas dari ketiga tempat tersebut sehingga tetap dapat menarik perhatian pengunjung.
4.2.2. Possission in Movement
Possission in Movement merupakan penegasan suatu tempat sebagai pergerakan atau sirkulasi dengan jelas. Pada hal ini, dibedakan antara tempat untuk pergerakan pejalan kaki yang berupa trotoar (pedestrian) serta tempat pergerakan bagi kendaraan bermotor yang berupa jalan aspal.
Jalur Pedestrian pada koridor K.H.Zainul Arifin terdapat pada kiri dan kanan badan jalan dengan perkerasan beton. Untuk jalur kendaraan, material merupakan jalan aspal dengan sirkulasi lalu lintas satu arah yaitu dari arah simpang jalan Diponegoro menuju simpang jalan S.Parman.
(71)
Selain itu, pada jalur jembatan kebajikan yang menjadi penghubung Sungai Babura juga terdapat perbedaan yang jelas antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki. Material aspal pada jalur kendaraan dan beton bagi jalur pejalan kaki.
Dengan adanya pembedaan perkerasan atau material bagi jalur kendaraan dan pejalan kaki, maka sirkulasi terlihat jelas dan memudahkan pengguna jalan. Selain itu, juga tersedia pagar pada sisi kiri dan kanan jalur pejalan kaki sebagai pengaman bagi pejalan kaki yang melewati jembatan.
4.2.3. Occupied territory
Occupied territory merupakan penekanan suatu tempat oleh beberapa elemen – elemen permanen yang memberikan suatu gambaran terhadap berbagai jenis pemakaian tempat dalam suatu kota. Penekanan suatu tempat dipengaruhi oleh perlengkapan yang berhubungan dengan street furniture dan vegetasi.
Vegetasi yang terdapat pada koridor jalan K.H. Zainul Arifin merupakan jenis vegetasi peneduh dan estetika. Vegetasi ditanam cukup teratur dengan jarak
Gambar 4.7 Jembatan Kebajikan yang dilengkapi dengan pagar pengaman Sumber Gambar : dokumentasi pribadi
(72)
sekitar 10 meter. Kurangnya vegetasi peneduh pada kawasan koridor Jalan K.H. Zainul Arifin menyebabkan kondisi kawasan terasa panas. Vegetasi hanya semata – mata digunakan sebagai fungsi estetika dan peneduh pada titik – titik tertentu.
Pada titik depan Sun Plaza, vegetasi di susun cukup menarik walaupun hanya sebagai fungsi estetika. Namun, tatanan vegetasi cukup mendukung desain dari fasad bangunan sehingga memperindah tampak dari Sun Plaza dan menyegarkan bagi setiap pengguna pedestrian di bagian depan dari Sun Plaza.
Gambar 4.8 Vegetasi pada Koridor Zainul Arifin Sumber Gambar : dokumentasi pribadi
(73)
Street Furniture yang terdapat pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin hanya berupa lampu penerangan, dan rambu lalu lintas, tempat sampah hanya terdapat pada titik tertentu dan itu pun merupakan tempat pembuangan dari milik pribadi warga yang tinggal di sekitar koridor Jalan Zainul Arifin. Kurangnya street furniture pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin seperti halte, kursi duduk, telepon umum, dan bak sampah menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Dengan tidak adanya halte, menyebabkan kendaraan umum seperti angkutan kota berhenti di sembarangan tempat dan cukup mengganggu kenyamanan pengguna kendaraan bermotor. Selain itu, tidak adanya kursi duduk, telepon umum, vegetasi yang menarik dan street furniture lainnya membuat jalur pedestrian kurang nyaman dan terasa membosankan.
Jenis lampu penerangan yang terdapat pada sepanjang koridor Jalan K.H. Zainul Arifin adalah lampu tiang tinggi dengan ketinggian sekitar 6 meter. Lampu – lampu pada koridor Jalan K.H. Zainul Arifin masih berfungsi dengan baik dan menyala pada malam hari. Selain pada jalan raya, lampu penerangan juga terdapat pada Jembatan Kebajikan. Jenis lampu pada jembatan yaitu lampu parkir dengan
Gambar 4.9 Tiang yang seharusnya merupakan tempat meletakkan tong sampah Sumber Gambar : dokumentasi pribadi
(1)
Rencana Tata Ruang Wilayah kota Medan tahun 2010 – 2030, Bab VI, Penetapan Kawasan Strategis, Medan.
Silalahi, Ulber. (2006). Metode Penelitian Sosial. Bandung : Unpar press.
Sinulingga, Sukaria, 2011, Metode Penelitian. Medan : Usu Press.
Sudarwani, Maria, 2011, Karakter Visual Koridor dalam Pembentukan Image Kota, Universitas Pandanaran,Semarang.
Sujono, Bambang, 2002, Karakter Visual Koridor Pendukung Kawasan, Thesis Program Pasca Sarja UNDIP, Semarang.
Zahnd, Marcus. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu: Teori Perancangan Kota dan Penerapannya. Semarang: Kanisius.
(2)
LAMPIRAN
Kuisioner tentang kajian karakteristik visual koridor Jalan K.H. Zainul Arifin– Medan
Petunjuk pengisian : berilah tanda (O) pada pilihan jawaban a,b,c,d yang anda pilih sesuai dengan pendapat anda
Nama :
Umur : tahun
Jenis kelamin :
Waktu :
1. Sarana transportasi yang anda gunakan menuju koridor Jalan K.H. Zainul Arifin:
a. Jalan kaki
b. Kendaraan pribadi
NB : Apabila anda pengguna kendaraan pribadi, langsung ke soal nomor 5 Kuesioner karakteristik Visual Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin - Medan 1. Dengan jalur pedestrian menggunakan material beton, apakah jalur pedestrian
pada koridor Zainul Arifin sudah cukup nyaman? (hanya diisi oleh pejalan kaki)
b. tidak nyaman c. kurang nyaman d. netral
e. nyaman f. sangat nyaman
2. Dengan lebar jalur pedestrian sekitar 3 m. Menurut anda, apakah perlu diadakan pelebaran jalur pedestrian pada koridor Zainul Arifin (hanya diisi oleh pejalan kaki)
a. tidak
(3)
3. Menurut anda, bagaimana keteduhan di kawasan Koridor Jalan K.H. Zainul Arifin: (hanya diisi oleh pejalan kaki)
a. sangat gersang / panas b. gersang
c. netral
d. teduh / sejuk e. sangat sejuk
4. Fasilitas perabot jalanan yang terdapat pada koridor Zainul Arifin adalah lampu penerangan dan rambu lalu lintas. Menurut anda, apakah perlu diadakan penambahan perabot jalan lainnya? (hanya diisi oleh pejalan kaki) a. Ya, sebutkan..
b. Tidak perlu
5. Dengan jalur kendaraan menggunakan material aspal. Menurut anda, bagaimana kenyamanan jalur kendaraan di kawasan koridor K.H. Zainul Arifin:
(hanya diisi oleh pengguna kendaraan) a. Tidak nyaman
b. kurang nyaman c. netral
d. nyaman e. sangat nyaman
6. Tempat apa yang paling sering anda kunjungi dari koridor Zainul Arifin? a. Sun Plaza
b. Cambridge City Square c. Kuliner Pagaruyung d. Lainnya, sebutkan …..
7. Menurut anda, apakah tampilan bangunan di koridor Jalan K.H. Zainul Arifin cukup bervariatif:
a. Tidak bervariatif b. Kurang bervariatif c. Netral
d. bervariatif
e. sangat bervariatif
8. Dengan lebar jalan sebesar 16 m dan ketinggian bangunan 10,5 m, bagaimanakah kesan anda ketika melewati koridor Zainul Arifin?
(4)
b. tertekan c. harmonis d. sunyi
e. Sangat sunyi
9. Menurut anda, bangunan apakah yang memiliki tampilan paling berbeda pada koridor Zainul Arifin
a. Sun Plaza
b. Kuil Shri Mariamman c. Gereja GKI
d. Cambridge City Square e. Lainnya, sebutkan…
10.Menurut Anda, aktivitas apa yang menjadi ciri khas di koridor Jalan K.H. Zainul Arifin ?
(5)
Minggu 1
lokasi hari 10.00 - 11.00
12.00 - 13.00
19.00 -
20.00 Jumlah
Sun Plaza
senin 412 351 547 1310
jumat 453 450 463 1366
sabtu 521 572 1267 2360
minggu 486 734 961 2181
Cambridge
senin 334 364 389 1087
jumat 298 442 473 1213
sabtu 304 549 863 1716
minggu 367 482 765 1614
Pagaruyung
senin - - 176 176
jumat - - 246 246
sabtu - - 467 467
minggu - - 352 352
Minggu 2
Sun Plaza
senin 349 347 427 1123
jumat 463 461 496 1420
sabtu 350 466 1143 1959
minggu 474 754 1067 2295
Cambridge
senin 401 281 427 1109
jumat 257 276 496 1029
sabtu 346 398 1143 1887
minggu 412 532 1067 2011
Pagaruyung
senin 183 183
jumat 147 147
sabtu 542 542
minggu 347 347
Lampiran 1.1 Jumlah Pengunjung Sun Plaza, Cambridge dan Pagaruyung pada selama 2 minggu
(6)
Minggu 1
lokasi hari 10.00 - 11.00
12.00 - 13.00
19.00 -
20.00 Jumlah
Sun Plaza
senin 136 123 168 427
jumat 119 92 201 412
sabtu 146 148 315 609
minggu 108 163 276 547
Cambridge
senin 74 65 106 245
jumat 82 79 114 275
sabtu 104 121 218 443
minggu 91 139 211 441
Minggu 2
Sun Plaza
senin 159 137 142 438
jumat 105 116 177 398
sabtu 129 167 328 624
minggu 97 204 264 565
Cambridge
senin 88 103 96 287
jumat 64 83 121 268
sabtu 96 116 234 446
minggu 87 117 101 305
Lampiran 1.2 Jumlah mobil pada Sun Plaza, Cambridge dan Pagaruyung pada selama 2 minggu
Minggu 1
lokasi hari 10.00 - 11.00
12.00 - 13.00
19.00 -
20.00 Jumlah
Sun Plaza
senin 79 96 109 284
jumat 83 74 114 271
sabtu 116 107 249 472
minggu 75 117 165 357
Cambridge
senin 58 56 74 188
jumat 41 77 65 183
sabtu 62 128 107 297
minggu 55 84 94 233
Minggu 2
Sun Plaza
senin 88 69 96 253
jumat 67 59 84 210
sabtu 97 82 218 397
minggu 74 103 149 326
Cambridge
senin 57 66 86 209
jumat 63 84 102 249
sabtu 77 125 93 295
minggu 49 79 105 233
Lampiran 1.3 Jumlah sepeda motor pada Sun Plaza, Cambridge dan Pagaruyung selama 2 minggu