8 ini akan meninjau dimensi faktualitas dan imparsialitas yang kesemuanya melebur
dan disebut dengan obyektivitas.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana obyektivitas Surat Kabar Harian Seputar Indonesia SINDO dalam memberitakan Partai NasDem periode Oktober 2011-Februari 2013?
C.Tujuan
Untuk mengetahui obyektivitas Surat Kabar Harian Seputar Indonesia SINDO dalam memberitakan Partai NasDem periode Oktober 2011- Februari
2013.
D. Manfaat
D.1 Manfaat Teoritis Untuk menambah kajian analisis isi tentang obyektivitas pers Indonesia.
D.2 Manfaat Praktis Untuk memberikan gambaran obyektivitas pers Surat Kabar Harian
SINDO dalam memberitakan Partai NasDem.
E. Kerangka Teori E.1 Teori Obyektivitas
Dalam jurnalisme maupun lingkup kerja pers, berita menjadi produk utama yang dihasilkan. Hal ini menjadi jelas melihat kegiatan utama yang dilakukan
dalam praktik jurnalisme merupakan pengumpulan berita, mencari fakta dan melaporkan peristiwa Kusumaningrat dan Kusumaningrat, 2006:15. Media
memiliki peranan untuk menyajikan informasi bagi khalayak luas. Adapun yang
9 tertulis dalam Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia, pasal 5 menyatakan
bahwa wartawan Indonesia wajib menyajikan berita secara seimbang, adil, mengutamakan kecermatan dan ketepatan, serta tidak mencampurkan fakta dan
opini sendiri, dalam bahasa akademis disebut dengan objektif Kusumaningrat dan Kusumaningrat, 2006:47.
Objektivitas dihargai oleh konsumen berita, sebab objektivitas dianggap sebagai kunci kepercayaan masyarakat terhadap media McQuail, 1992:183. Fakta
pada umumnya diakui sebagai sandaran objektivitas, secara khusus objektivitas berita Nurudin, 2009:76. Lantas bagaimana sebuah berita dapat dikatakan objektif
oleh jurnalis? Boyer 1981 dalam Media Performance yang ditulis oleh Denis McQuail
mengungkapkan beberapa elemen terkait makna objektivitas. Pertama, adanya keseimbangan dalam menyajikan sisi yang berbeda dari suatu peristiwa. Kedua,
dalam mengungkapkan sebuah peristiwa harus secara akurat dan sesuai dengan realitas. Ketiga, menyajikan semua poin-poin yang relevan. Keempat, memisahkan
antara fakta dan opini, namun mengolah opini-opini yang relevan. Kelima, meminimalkan pengaruh, sikap, pendapat, keterlibatan penulis dalam berita.
Keenam, penulis berita menghindari adanya kemelencengan, kebencian serta tujuan yang licik McQuail, 1992:184-185.
Pekerja media memiliki kewajiban untuk menerapkan sikap objektif dalam menulis berita. Dengan demikian, berita yang dibuatnya akan selaras dengan
kenyataan, tidak berat sebelah dan bebas dari prasangka Kusumaningrat dan
10 Kusumaningrat, 2006 : 54. Objektif di sini juga dilihat pada bagaimana pekerja
media menuliskan fakta secara keseluruhan, tidak dipotong-potong dan tidak melibatkan kecenderungan subjektif.
Objektivitas terbagi atas dua dimensi yaitu dimensi kognitif dan dimensi evaluatif McQuail, 1992:196. Dimensi kognitif mencakup faktualitas yang
dipahami sebagai kualitas informasi yang terkandung dalam sebuah berita. Sedangkan, ketidakberpihakkan atau imparsialitas berkaitan dengan adanya satu
atau dua sisi yang ditampilkan dalam sebuah berita Eriyanto, 2011:194. Berikut kerangka objektivitas menurut Westerthal McQuail, 1992:196.
Bagan 1. Objektivitas menurut Westerthal E.1.1 Faktualitas Factuality
Faktualitas dapat terwujud apabila didukung oleh adanya kebenaran serta
11 relevansi Nurudin, 2009:82. Faktualitas terkait dengan kualitas informasi sebuah
berita, di mana khalayak mampu memahami realitas yang disampaikan oleh sebuah berita. Ranah fokus pada bagaimana kelengkapan dan penyampaian sebuah
peristiwa, narasumber dan fakta dalam sebuah berita supaya dapat dipahami oleh khalayak. Faktualitas terkait pada 3 hal, antara lain kebenaran truth, relevansi
relevance serta informativeness McQuail, 1992:205-206. Kebenaran truth mengharuskan sebuah berita untuk menyajikan informasi
yang sifatnya faktual, berdasarkan pada fakta-fakta yang ada. Penelitian ini meninjau sejauh mana informasi yang disajikan merupakan peristiwa yang benar-
benar terjadi. Peristiwa yang disampaikan bukan merupakan opini atau pendapat dari narasumber mengenai partai NasDem. Kebenaran truth meninjau fakta dalam
dua kategori, yaitu fakta sosiologis dan fakta psikologis. Fakta sosiologis merupakan fakta yang bahan bakunya berupa peristiwa yang benar-benar terjadi.
Sedangkan fakta psikologis merupakan fakta yang bahan bakunya merupakan opini, interpretasi serta pendapat dari narasumber.
Untuk dapat meninjau ada tidaknya fakta sosiologis maupun psikologis, maka perlu diperhatikan statement utama main point dari sebuah berita. Biasanya
statement utama tersebut terletak di awal berita. Ini sejalan dengan ciri penulisan berita dalam jurnalisme, yaitu inti bahasan ada di paragraf-paragraf awal.
Selain meninjau nilai faktual, untuk membuktikan kebenaran juga harus diukur dengan melihat akurasi accuracy berita. Akurasi ini penting, supaya dapat
menunjukkan kualitas, reputasi serta kredibilitas dari suatu media.
12 Salah satu indikator yang ditinjau dalam akurasi accuracy ini adalah
melihat ada tidaknya verifikasi fakta Kriyantono, 2006 : 244. Verifikasi dapat menunjukkan sejauh mana berita tersebut merupakan fakta yang benar-benar terjadi
di lapangan. Ada tidaknya verifikasi dapat dilihat dari keberadaan sumber berita, tanggal, alamat, maupun nama institusi. Keberadaan sumber berita ini penting,
supaya nantinya informasi dapat diverifikasi dan meningkatkan kredibilitas pembaca pada media tersebut.
Selain itu, dalam menjaga keakuratan, dapat pula diukur berdasarkan ada tidaknya pencampuran fakta dengan opini wartawan dalam menulis berita.
Indikator ini mengadopsi model jurnalisme dari Subiakto, Rahmaida, dan Syirikit Syach Kriyantono, 2006 : 245. Opini dapat dilihat dari keberadaan kata-kata
opinionative seperti “diperkirakan”, “seakan-akan”, “seolah”, “diramalkan”, dan lain-lain.
Sedangkan relevansi terkait dengan standar kualitas proses seleksi berita McQuail, 1992:203. Aspek relevansi dapat dinilai dari judul, narasumber dan
permasalahan yang memiliki keterkaitan serta fokus pada sebuah peristiwa. Kategori relevan di sini berkaitan dengan standar lazim berupa nilai berita.
Nilai berita tersebut yaitu significance, magnitude, timeliness, proximity, prominence, dan human interest. Dalam bukunya, Ashadi Siregar 1998:27
menjelaskan, siginificance meninjau adanya kemungkinan berita yang disajikan memberikan pengaruh atau mempunyai akibat terhadap pembacanya. Magnitude
merupakan kejadian yang di dalamnya terdapat angka-angka yang memiliki arti
13 bagi khalayak. Timeliness terkait dengan kejadian yang memiliki unsur kebaruan
baru saja terjadi. Proximity dimaknai dengan kedekatan, baik dari unsur geografis lokasi
maupun psikologis emosional antara berita dan pembacanya. Prominence meninjau seberapa terkenal tokoh atau narasumber yang diberitakan. Sedangkan
human interest merupakan sentuhan perasaan yang diberikan oleh sebuah berita kepada pembacanya. Suatu teks berita akan disebut relevan apabila semakin
mengarah ke significance penting. Selain itu, relevansi juga dapat diukur dari kesesuaian antara narasumber
dan isi berita dan kesesuaian antara judul dan isi. Indikator ini mengadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Rahmah Ida pada tahun 2001. Narasumber yang
relevan meliputi orang yang terlibat langsung dengan peristiwa, saksi serta ahli yang kompeten dengan peristiwa tersebut. Keberadaan narasumber yang relevan ini
menjadi penting, sebab mempermudah verifikasi informasi yang ada dalam berita. Kesesuaian antara judul dan isi juga menjadi penting. Biasanya khalayak
hanya akan membaca judul dan lead saja, tanpa memperhatikan isinya. Oleh sebab itu, penelitian ini meninjau bagaimana isi beritanya. Apakah sudah sesuai dan
relevan atau belum. Kelengkapan completeness merupakan kelengkapan informasi mengenai
kejadian penting yang terjadi McQuail, 1992 : 210. Standar baku 5W + 1H digunakan untuk meninjau kelengkapan informasi dalam berita. Semakin lengkap
informasi yang disampaikan, maka akan semakin menunjang pemahaman pembaca
14 secara utuh dan benar.
Informativeness melihat sejauh mana kelengkapan informasi yang disampaikan. Kategori ini melihat penggunaan data pendukung atau kelengkapan
informasi atas kejadian yang ditampilkan. Data pendukung ini misalnya, foto,
gambar, ilustrasi, tabel, statistik, dll Kriyantono, 2006 : 249. E.1.2 Imparsialitas Impartiality
Dimensi imparsialitas meninjau apakah suatu berita memiliki keberpihakan pada satu pihak atau tidak. Imparsialitas secara tidak langsung mengharuskan
jurnalis untuk menjaga jarak serta tidak berpihak pada satu sisi pendapat dalam sebuah isu McQuail, 1992:201.
Imparsialitas terkait pada 2 hal, yaitu netralitas neutrality dan keseimbangan balance. Keseimbangan berita dapat ditinjau dari hasil tulisan yang
bebas dari pendapat serta interpretasi wartawan Nurudin, 2009:86. McQuail membagi dimensi keseimbangan balance dalam dua subdimensi, yaitu equal or
propotional access dan even handed evaluation McQuail, 1992: 201-204.
Bagan 2. Dimensi dan Kriteria Balance
Equal or propotional access dapat ditinjau dari bagaimana sebuah teks
BALANCE criteria
Equal or Propotional
Access Even- Handed
Evaluation
15 menyajikan pandangan yang berbeda, apakah hanya dari satu sisi atau seimbang.
Sedangkan even- handed evaluation meninjau indikator evaluasi dalam sebuah teks, apakah positif, negatif dan netral.
Sedangkan netralitas sebuah berita menunjukkan ketidakberpihakan pada salah satu aktor yang diberitakan. Pemberitaan yang netral akan menyajikan konten
yang non-evaluatif dan non sensasional. Artinya, bahwa pemberitaan tidak mengarahkan pembacanya dan tidak diberitakan secara berlebihan sensasional.
Bagan 3. Dimensi dan Kriteria Netralitas
McQuail 1992, 233 mengungkapkan indikator untuk melihat adanya sensasionalisme, yaitu :
Personalisasi : ada penonjolan pada tokoh atau aktor yang memiliki
pengaruh
Emosionalisme : melihat keberadaan kata-kata yang menunjukkan emosi seperti sedih, gembira, marah, dan lain-lain.
Dramatisasi : meninjau adanya informasi yang hiperbolik atau dilebih-
lebihkan. Pada dasarnya, berita yang objektif akan menyampaikan informasi secara
Neutral Presentation
Non- Evaluative
Non – Sensational
16 hati-hati, terkendali, serta mengambil jarak.
F. Kerangka Konsep F.1. Pers