29 Pada peletakan tempat duduk di balkon diperlukan syarat sebagai berikut
14
: 1. Handrail penjaga harus setinggi 10.5 cm.
2. Sandaran tangan memiliki kedalaman 25 cm 3. Pelindung balkon setinggi 80 cm.
Pada tempat duduk difable berlaku syarat
15
: 1. Jalur sirkulasi harus selebar 110 cm.
2. Lebar jalur untuk kursi roda minimal 140 cm 3. Jarak antar kursi roda minimal 90 cm
Pada sebuah gedung pertunjukan, balkon dibuat agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi dan dapat melihat ekspresi dari para
pemain pertunjukan seni sehingga pertunjukan seni dan seniman dapat mendapat apresiasi dari penonton. Jadi, penonton dapat menikmati
pertunjukan tanpa adanya gangguan baik secara visual maupun akustik.
2.6.5. Kapasitas Tempat Duduk
Roderick Ham 1987, membedakan gedung pertunjukan berdasarkan kapasitas tempat duduknya sebagai berikut:
Sangat Besar, 1500 tempat duduk Besar, 900-1500 tempat
Medium, 500-900 tempat duduk Kecil, dibawah 500 tempat duduk
Menurut data Time Saver Standard, Chiara J.D 1984 menyebutkan bahwa kapasitas penonton ideal adalah sekitar 800 orang, dimana keintiman para
penonton dan pemain bisa tercapai.
2.6.6. Aturan Keselamatan
Di antara penonton pasti ada mengunjungi gedung pertunjukan pertama kali dan juga terdapat orang lain mungkin tidak terbiasa dengan gedung
pertunjukan. Pada saat keadaan darurat keselamatan pengguna gedung
14
Ham, R., Op.Cit, p. 29
15
Appleton, I., 1996. Building for the Performing Arts 2
nd
Ed. Oxford: Architectural Press, p. 126
30 sangat tergantung pada keberadaan pintu keluar dan fasilitas keselamatan lain
yang ada di dalamnya.
Tabel 2.2. Jumlah Minimum Pintu Keluar Berdasarkan Jumlah Penonton
Dalam aturan keselamatan terdapat beberapa persyaratan, yaitu
16
: 1. Minimum pintu keluar untuk 601 - 1.000 penonton adalah 3 pintu keluar.
2. Minimum lebar pintu keluar adalah 107 cm 3. Minimum tonjolan handrail pada dinding 7,5 cm
4. Minimum lebar anak tangga 24 cm dan tinggi 19 cm.
16
Ham, R., Op.Cit, pp 42-43
Sumber: Theatres: Planning Guidance for Design and Adaptation, Roderick Ham. 1987
Sumber: Theatres: Planning Guidance for Design and Adaptation, Roderick Ham. 1987
Gambar 2.19. Potongan Tangga pada Jalur Keluar
Keterangan:
SR = The Building Standards Regulation, 1970
CSR = The Cinematograph Safety Regulation.
HO = The Manual of Safety Requirements in Theatres Other
places of Public Entertaiment Technical Regulation
31
2.6.7. Akustik
Berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu auditorium
17
: -
Harus ada kekerasan loudness yang cukup dalam tiap bagian auditorium terutama di tempat duduk yang terjauh.
- Energi bunyi harus didistribusi terdifusi secara merata dalam ruang.
- Karakteristik dengung optimum harus diselesaikan dalam auditorium.
- Ruang
harus bebas
cacat akustik
seperti gema,
pemantulan berkepanjangan, gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan
resonansi ruang. -
Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran harus di kurangi dengan cukup banyak dalam tiap ruang.
2.6.7.1. Kekerasan loudness yang cukup
Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup dapat ditiadakan dengan cara sebagai berikut
18
17
L. Doelle, L., 1993. Akustika Lingkungan. In Prasetio, Leo., Jakarta, Erlangga, p. 53
18
L. Doelle, Leslie, Op. Cit, pp 54-56
Gambar 2.20. Layout Pintu Keluar dalam Auditorium Sumber: Theatre: Planning guidance for design and
Adaptation, Roderick Ham. 1987
32 5.
Luas lantai dan volume auditorium harus dijaga cukup kecil. 6. Permukaan pemantul bunyi yang pararel horizontal maupun vertikal
harus dihindari terutama yang dekat dengan sumber bunyi. 7. Hindari adanya lorong di sumbu longitudinal, karena di area ini kondisi
melihat dan mendengar sangat baik. 8. Pemantul-pemantul bunyi yang ditempatkan dengan benar, selain
menguatkan energi bunyi, juga menciptakan suatu kondisi lingkungan yang dikenal sebagai efek ruang space effect.
5 2
3 6
4
Sumber: Akustika Lingkungan, 1993.
Sumber: Akustika Lingkungan, 1993.
7
1. Auditorium harus dibentuk agar penonton
sedekat mungkin dengan sumber bunyi. 2.
Sumber bunyi harus dinaikkan. 3.
Lantai penonton harus dibuat landai atau miring.
4. Sumber bunyi harus dikelilingi oleh
permukaan pemantul bunyi plaster, gypsum board, plywood, plexiglas, papan
plastik kaku, dll.
1
33
2.6.7.2. Difusi Bunyi
Difusi bunyi yang cukup adalah ciri akustik yang diperlukan pada jenis ruang tertentu, karena ruang-ruang itu membutuhkan distribusi bunyi
yang merata, mengutamakan kualitas musik dan pembicaraan aslinya, dan menghalangi terjadinya cacat akustik yang tak diinginkan. Difusi bunyi dapat
diciptakan dengan beberapa cara, yaitu
19
: 1. Pemakaian permukaan dan elemen penyebar yang tak teratur dalam
jumlah yang banyak, seperti pilaster, balok-balok telanjang, langit-langit yang terkotak-kotak, pagar balkon yang dipahat, dan dinding-dinding
yang bergerigi. 2. Penggunaan lapisan permukaan pemantul bunyi dan penyerap bunyi
secara bergantian. 3.
Distribusi lapisan penyerap bunyi yang berbeda secara tak teratur dan acak.
Contoh-contoh auditorium yang menggunakan permukaan tidak rata sebagai penimbul efek difusi.
2.6.7.3. Pengendalian Dengung
20
- Dengung adalah perpanjangan bunyi sebagai akibat pemantulan
berulang-ulang dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dimatikan. -
Karakteristik dengung optimum suatu ruang tergantung pada volume dan fungsi ruang yang dipakai.
19
Ibid, pp 60-62
20
Ibid, pp 62-63
Sumber: www.archdaily.com Gambar 2.21. Auditorium Grand Canal
Gambar 2.22. Auditorium Melbourne Retical Centre
Sumber: www.archdaily.com
34 -
Terdapat rumus yang menghitung waktu dengung, rumus ini menunjukan bahwa semakin besar volume ruang, makin panjang RT reverberation
time, dan makin banyak penyerapan dimasukkan ke dalam ruang, makin rendah waktu dengung. Dalam hampir semua auditorium penonton
melakukan penyerapan terbanyak, yaitu dengan 5 sabin 0.45m² orang. -
Waktu dengung. 1. Ruang pertunjukan orkes simphoni = 1,7 detik
2. Ruang pertunjukan musik kamar ensembel = 1,4 detik 3. Ruang pertunjukan drama musikal opera = 1,2 detik
4. Ruang pertunjukan musik modern band = 1,2 detik 5. Ruang pertunjukan musik tradisional = 1,2 detik
2.6.7.4. Cacat Akustik
21
Sebuah auditorium harus bebas dari cacat akustik. Cacat akustik yang biasa terjadi pada auditorium antara lain sebagai berikut :
1. Gema, adalah pantulan dan penundaan bunyi pantul yang cukup lama disebabkan oleh selang waktu lebih dari 60 metersec, dan beda jarak
bunyi langsung yang dipantulkan lebih dari 30 metersec. Gema merupakan cacat akustik ruang yang paling berat.
2. Gaung, adalah gema – gema kacil yang berurutan dengan cepat yang
timbul karena ledakan bunyi yang singkat. Gema dan gaung dapat dicegah dengan memasang bahan penyerap bunyi pada permukaan
21
Ibid, p. 64
Sumber: Akustika Lingkungan, 1993. Gambar 2.23. Contoh Cacat Akustik yang Terjadi dalam Auditorium
35 pemantul atau difusi dibuat miring. Gema dan gaung dapat dicegah
dengan memasang bahan penyerap bunyi pada permukaan pemantul yang menyebabkan cacat ini.
3. Resonansi, terjadi dari bunyi tertentu pada pita frekuensi sempit yang mempunyai kecenderungan berbunyi lebih keras jika dibanding dengan
frekuensi yang lain. Bayangan bunyi, terjadi di ruang bawah balkon yang terlalu menjorok ke dalam lebih dari dua kali tinggi menyebabkan
bunyi langsung dan bunyi pantul berkurang.
2.7. Studi Preseden Fasilitas Sejenis 2.7.1. Gedung Sosietet Militer TB Yogyakarta
Taman Budaya dibangun dengan dua konsep bangunan, yaitu Pundi Wurya dan Langembara. Pundi Wurya menjadi pusat kesenian dengan
berbagai macam fasilitas seperti panggung kesenian, studio tari, perpustakaan, ruang diskusi, dan administrasi. Bagian kedua, yaitu
Langembara, menjadi ruang pameran, ruang workshop, kantin, dan juga beberapa guest house dan salah satu gedungnya adalah Gedung Sosietet
Militer. Bangunan Sosietet Militer merupakan bangunan peninggalan kolonial
Belanda yang dulunya berfungsi sebagai tempat bersenang-senang keluarga militer Belanda. Selain melakukan kegiatan rekreasi mereka juga melakukan
pementasan-pementasan budaya. Faslitas Gedung
Sosietet Militer
Yogyakarta, antara lain: -
Kapasitas Auditorium 297 orang -
Panggung 8 x 10 m -
Ruang Rias ukuran 10 x 4 m -
KMWC 2 buah -
Balkon dan VIP Area -
Lobby -
Kantor -
Gudang -
Ruang Administrasi -
Ruang Kontrol