Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini & Respon 2013

PEDOMAN
SISTEM KEWASPADAAN DINI
DAN RESPON

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2013

BUKU PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DIN I DAN RESPON

CETAKAN TAHUN 2013

Katalog Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012

Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL
Pengarah
dr. Desak Made Wismarini, MKM ; Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
Penulis

DR. Hari Santoso, SKM, IVI.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Kontributor
WHO Representative for Indonesia
CDC - Atlanta Representative for Indonesia
Dr. Juzi Delianna, M .Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilan s dan Respon KLB
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan

Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis
Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan
Editor

DR . Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku "PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON" ini dapat diterbitkan
kembali setelah dilakukan beberapa revisi mengikuti perkembangan penyakit menular di
Indonesia.
Buku ini merupakan salah satu dari Trilogi tentang EWARS (Early Warning Alert and Respon

System) yang terdiri dari tiga seri buku yaitu:
1. Buku IfPedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon"
2. Buku IfAlgoritma Diagnosis Penyakit dan Respon serta Format Penyelidikan Epidemiologilf
lf
3. Buku IfPanduan Pengguna Piranti Lunak (Software) Peringatan Dini Penyakit Menular
Buku pertama ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Puskesmas
sebagai pedoman dalam memahami sistem kewaspadaan dini dan respon dengan memanfaatkan
piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini diharapkan dapat menggugah
kesadaran semua pihak untuk dapat meningkatkan kinerja surveilans sebagai bentuk upaya
deteksi dini dan respon cepat dalam rangka pengendalian penyakit menular yang potensial wabah.
Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam
penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi dan
kabupaten di Indonesia sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih
optimal.

Jakarta, Juli 2013
Direktur SIMKAR-KESMA

dr. Desak Made Wismarini, MKM;


pedoman sistem kewaspadJan dini dan respon

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PEN YEHATAN LINGKUNGAN

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku " PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON" ini dapat terwujud .
Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut apabila tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia yang telah
meratifikaskasi IHR (International Health Regulation) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti
dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005 mulai
diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan waktu selama
5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II , Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus
mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan
melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang
Surveilans Dan Respon Yang Harus Dipenuhi) , sedini mungkin dan paling lambat lima tahun sejak
diberlakukannya IHR .
Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap komitmen global
seperti eradikasi polio, eliminasi Tetanus Neonatorum (TN), reduksi maupun eliminasi campak,

eliminasi malaria, pengendalian HIV/AIDS maupun Tuberkulosis (TB) Paru. Untuk eradikasi polio,
Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dengan jumlah sebanyak 349
kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani dengan baik untuk memutus mata
rantai penularan melalui Pekan Imunisasi I\lasional (PIN) sehingga sarnpai sa at ini tidak ditemukan
kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)
yang optimal juga sangat berperan penting .
Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat cepat.
Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi penyakit menular
dari suatu negara ke negara lain. Salah satu contoh adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di
Indonesia tahun 2005 terjadi karena ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini
dunia telah mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang semakin
cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial wabah secara
langsung maupun tidak langsung misalnya seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD),
maupun penyakit new emerging seperti flu burung.
Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit potensial KLB
seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak,
pertusis, maupun ancaman flu burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak
dipantau dan dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan
menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya .
Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan

Respon ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.

pedornan sistern kewaspadaan dini dan respon

Kelebihan dari sistem yang dibangun ini, pada perangkat lunaknya adalah dapat menampilkan
sinyal"alert" adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah baik wilayah
kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi . Output yang dihasilkan dapat berupa tabel, grafik,
maupun peta, sehingga dapat dibuat analisis yang lebih tajam, respon lebih cepat, dan
penanggulangan yang lebih terarah dan akurat.
Semoga buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon di Indonesia .

Jakarta, Agustus 2012
Direktur Jenderal PP dan PL

セMK]

Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon


DAFTAR lSI

KATA PENGANTAR ....... ....... .... ........................... ... ...................................................... ... ...................... ... ...... ..............

3

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PP DAN PL .............. .......... ............ ..... .... .............. ....... ................... ....... .. ...........

4

DAFTAR lSI ......................... ............. ......... ................. .... ............. ...... ............ ......... ....... ..................... .................. ... .. .. ..

6

BAB I

GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON

セ@


lib-

..L.

Tujuan ... ......................... ..... ........... ...... .. ... ... ... .. ...... .... .. ...... ...... ... ... ........... ..... ................ .. ..... ...
Populasi dalam Surveilans ... .. .................................... ............. .. ................................................
Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru ....... ... ............................................ ... ... .. .. ... .........
Jenis Surveilans .. ... .. ... ............ ....... ..... .................. ... .... .. ................... ..... ..... .. ...... ............. .... .....
Unit Pelapor ............. ......... .. .... ............ ....... ................... .. ... ..... ............. ...... ................. .. .... .......
Alur Data .. .... ....... ..... .. .. ............ ....... ... ............. ....... ...... ... .. .. ... .. .... ... .. ............ ... ................... ... ..
Pengiriman Data .......... .. ................... .. .. .............. ..................... ..... ....... .. ....... .. .. ..... ..................
Format Mingguan ...... ................. ..... .... .... .. .. ....... .. ......... ............... ....... .. ..... ... .... .. ... .. .............. .
Pelaporan menggunakan SMS ..... .............................................................. .... ........ ............ ... .. .
Entri Data dan Analisis ....... ...... .. ............... ........ .... ............. .... ... .................. ... .... .... ....... .... .... .. .
Indikator ..... .. ... .................. .. .. ................... .. .... .. .... ............ ... .. ...... ...... ..... ..... .. .... ... .... ............... .
Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem ............................................... ........... ...... .............
Monitoring Laporan ..... .... ... .......... .. .... ..................... ... ..... ........... .... ... .. ..... ....... ...................... ...

\L. Umpan Balik ............. ... ..... ........... .. ..... ............... .. .................... .... .... ............... ...... ............ ..... .. .

Sistem Manajemen Rumor KLB .... .. ......... ... ........... ........... ... ... .... . .... ....... .. .... ... ...... ........... ........
Kewaspadaan Dini dan Respon ............................ .... .................. ..... .................. ............ .. ..... ....
Pemeriksaan Laboratorium .... .. ...... .. ... .... .. ... .. ........... .. ....... ........... .. .. .. ............... ........ ... ... .. .. .. ..
BAB"

7
7
7
7
7
8
8

9
9
9
10
10
10
10

10
11
12

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL

..
,.
...

Prosedur Pelaporan Data di setiap tingkat Pelaksana ............ ... ... .... .. ..... ... .. .......... .. ...............
Validasi Data ....... ..... . ......... .. ...... ....... .. .... .... .......... ....... ...... ......... ....... ..... ...... ... ..... ... ....... . .. .. .. ..
Monitoring ... ... ........ ... ....... .. . ... .. .... .. ... ... ... ........ ....... .... ......... .. ........ ... ....... ... .... .......... ...............
Evaluasi .. ....... ................... .... .............. .. .. ...... .... .......... ......... ... .................. .. .. .. .. .... .... ......... ... .... .
Keterbatasan ...... . ..... ....... ..... ..... ...... ........... . .... ... ........ .. .... ....... ....... ... .... ......... .. .. ........ .. ......... ....
Kepemilikan Data ..... .. .. .......... .... ..... .. .. ........ ...... ..... ..... ................................................... ...........

14
15
16

16
16
16

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Daftar Prioritas Penyakit Potensial KLB ................ ....... ......... ..... .................. ... .. .. .... .... .. .....
Format Laporan Mingguan (W2) .... .......... .... ........ .......... .. ...... .. .. ...... .. ............. ........ ........ ..
Oefinisi Opera sional Penyakit .... ..... .................. ......... ........ ... .... .. ...... ...... ....... .. .. .... ...... .....
Nilai Ambang Batas Penyakit Dalam Sistem .. .. .. ...... .... .. .. ....... ........... ..... ... .. .. ........ ............
Format Penyelidikan Epidemiologi Umum .. .................. .. .. ..... .............. ...... ......................
Format Sistem Manajemen Rumor KLB ............ .. ..... ... .... .... ... .. .... ... ... ........... ..... ... ....... ... .. .
Surveilans Terpadu Penyakit Berbasis KLB ........ .............. .. ........ .. ... ..................... ... .. ..... ..... .. .....
Manajemen Spesimen Penyakit ke Laboratorium .. ....................................... .............. ... ...
Tabel Tes Diagnosi s dan Manajemen Spesimen di Laboratorium ......... .... .................... .. ...
Buku Catatan Laboratorium (Log Book) ........ .. .. ............. ........ .............. .. ..... ...... ............ .....
Lembaran Rujukan Spesimen .............................................................................................
Oaftar Penyakit Atau Kejadian Yang Wajib Dilaporkan Segera «24 Jam) ...... ...... ......... .....
Informasi Penting Tentang Rumor atau Kejadian ....... .. ........................ ............................ ..
Informasi Penting "Segera Lapor Bila Terjadi KLB" ......... .. .................. .. .. ... .... ... .. ............ ....

17
18
19
20
21
24
25
26
27
34
35
36
37
38

pedoman sistem kewaspadaan dini clan respon

BAB I
GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
セ@

Tujuan

o
o
o
o
o
セ@

Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular.
Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular.
Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB .
Memonitor kecenderungan penyakit menular.
Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.

Populasi dalam Surveilans
Adalah semua penduduk di wilayah propinsi
セ@

Surveilans Penyakit dan Definisi Kasus Baru
Adalah semua kasus dari seluruh penyakit yang telah diprioritaskan sebagaimana terdapat dalam daftar

Lampiran 1, yang datang ke unit pelayanan kesehatan yang seharusnya dilaporkan.
Kasus Baru adalah orang yang datang ke fasilitas kesehatan selama seminggu dan memiliki diagnosis
baru . Kunjungan ulang dengan sakit yang sama tidak dimasukan kedalam laporan.

セ@

Dalam sistem surveilans ini terdapat definisi kasus untuk setiap penyakit atau sindrom (Iampiran 3).
Untuk membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosa kasus, pengambilan spesimen dan pelaporan,
maka penjelasan mengenai algoritma diagnosis akan dijelaskan secara detil dalam buku pedoman seri
kedua, yaitu "Algoritma Diagnosis Penyakit Dan Respon Serta Format Penyelidikan Epidemiologi" .
Selain algoritma untuk deteksi kasus, terdapat juga algoritma untuk respon KLB dalam pedoman
tersebut. Ini menggambarkan langkah-Iangkah umum dalam tatalaksana kasus, respon kesehatan
masyarakat dan pelaporan hasil investigasi KLB.
Jenis Surveilans

Dalam kegiatan ini , surveilans digunakan untuk mengamati penyakit melalui pengumpulan data rutin.
Lengkap: seluruh unit kesehatan yang terlibat adalah puskesmas dan unit pelayanan kesehatan yang
berada di wilayah kerja puskesmas, seperti puskesmas pembantu (Pustu), bidan desa, mantri, dan
sebagainya.
Pasif: Pustu, Bidan Desa akan melaporkan secara mingguan ke puskesmas.
Laporan Nihil harus dikirim dengan mengisi format laporan dengan nilai "nol" atau nihil.
Data Agregat: adalah data dari pustu, bidan desa, dan kegiatan rawat jalan Puskesmas, akan menjadi
agregat di tingkat puskesmas.

セ@

Pengumpulan data dilakukan secara berkesinambungan dan periode mingguan
Unit Pelapor
Unit pelapor dari sistem ini adalah Puskesmas, dan kelengkapan maupun ketepatan laporan dari unit
pelapor dihitung berdasarkan jumlah puskesmas di setiap kabupaten dan di propinsi dan secara
otomatis dihitung oleh aplikasi software.

pedoman sistem kewaspadaan dini dan res pOll

セ@

Alur Data
Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu)
WAKTU

UNIT & TINGKAT
Yang bertanggungjawab

Koordinator

Cara Pengiriman

Sabtu
sore

Pustu, Bidan Desa kirim via SMS.
Format Surveilans Mingguan ke
puskesmas

Melalui SMS, HT, dan lainlain

Senin pagi

Data agregat Puskesmas dan kirim
data ke ti ngkat ka bu paten/kota

Petugas kesehatan
yang bertanggung
jawab terhadap
pengumpulan data
Petugas surveilans
di tingkat
puskesmas

Selasa
pagi

Petugas Surveilans Kabupaten
melakukan entri data dan
mengirim file export ke propinsi
Petugas Surveilans Kabupaten
melakukan anal isis data dan
menghasilkan laporan mingguan

セ@

Selasa
siang

Petugas surveilans propinsi
melakukan anal isis data dan
menghasilkan laporan mingguan
Petugas surveilans propinsi
mengirimkan file export ke Subdit
Surveilans dan Respon KLB
Kementerian Kesehatan RI

Petugas Surveilans
Kabupaten

Melalui SMS, HT, dan lainlain
Melalui Email

Petugas Surveilans
Kabupaten
Petugas surveilans
propinsi
Petugas su rveilans
propinsi

Melalui Email ke

ewa rs. [email protected]

Pengiriman Data
Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dan lain-lain.
Dari Kabupaten/Kota ke propinsi data dikirim melalui email
Dari Propinsi ke Pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB) data dikirim melalui email

Pustu
Bidan Oesa

Pa sien Rawat

Klinik

Jalan Puskesmas

swasta/private

di desa

Pengumpulan
イMlセiN⦅L@

spesimen

Petugas Surveilans Puskesmas

,1
Pengiriman
spesimen

Petugas Surveilans Kabupaten/Kota

Petugas Surveilans Propinsi

Otoritas Kesehatan
Konfirmasi
Laboratorium Propinsi

Nasional (Kemenkes RI),
Laboratorium Nasional
(Balitbangkes), WHO

- - - - - --- - - - - -

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

セ@

Format Mingguan (W2)
Kasus baru akan dilaporkan oleh bid an desa maupun puskesmas melalui Format Mingguan (Iihat
lampiran 2). Format pengumpulan data itu berisi informasi dibawah ini:

o Nomor Urut format: nomer ini harus diisi dan dilengkapi oleh unit kesehatan yang mengirimkan
laporan di setiap tingkat. Nomor urut untuk setiap unit kesehatan yang mengirimkan laporan
dimulai dari angka 1 dan dilanjutkan secara berurutan.
o Identitas Unit Kesehatan :


Puskesmas/Pustu/Bidan




Kecamatan
Kabupaten

o Jumlah minggu epidemiologi, periode laporan adalah satu pekan dimana kasus dilaporkan . Unit
puskesmas pelapor harus memberikan indikasi tanggal dimana awal pekan adalah pada hari Minggu
dan akhir pekan adalah pada hari Sabtu .
o Data Penyakit:
Data diisi dan diilengkapi berdasarkan buku registrasi harian puskesmas bersama data yang
dikumpulkan dari unit pelayanan tingkat desa, berdasarkan definisi kasus baku sistem surveilans .
Setiap fasilitas kesehatan harus memiliki daftar definisi kasus. Hanya kasus baru (konsultasi
pertama) yang harus dilaporkan untuk seluruh usia yang ditemukan.

'Y

Pelaporan menggunakan SMS
Setiap unit puskesmas menggunakan SMS untuk melaporkan data mingguan sesuai format baku
pencatatan perlu mengikuti standar yang sama dalam SMS seperti informasi dibawah ini:



Minggu Epidemiologi ke berapa




Nama unit pelapor
Jumlah kasus setiap penyakit yang melaporkan kasus pada minggu tersebut :
Jumlah Total Kunjungan Pasien.



CONTOH PELAPORAN MENGGUNAKAN SMS

2,pustu sukoharjo,AlO,B15,H3,T4,X110
Artinya:

Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare=
10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster
penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110

セ@

Entri Data dan Analisis
Aplikasi komputer akan diin stal di tingkat Kabupaten dan Propinsi yang dapat digunakan untuk
melakukan entri data, membuat analisis sederhana, memunculkan alert atau peringatan, dan indikator
baku serta laporan secara otomatis . Setiap puskesmas menyimpan format mingguan yang sudah diisi
dan file menurut minggu dan bulan .

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

セ@

セ@

セ@

Indikator
Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi mengizinkan penghitung indikator
laporan mingguan pada tingkat geografis yang berbeda seperti puskesmas, kecamatan, kabupaten/kota
dan propinsi.


Jumlah kasus baru setiap penyakit menurut minggu



Total Kunjungan




Proporsi Kesakitan
Insidence Rate setiap penyakit menurut minggu dan tingkat geografis




Ketepatan waktu dari Puskesma s ke Kabupaten/Kota
Ketepatan waktu dari Kabupaten ke Propinsi



Kelengkapan laporan unit pelapor menurut Kabupaten/Kota dan Propinsi



Nama fasilitas kesehatan yang melapor dan yang TIDAK melapor



Daftar alert (sinyal siaga) mingguan berda sarkan definisi nilai ambang batas

Nilai Ambang Batas Setiap Penyakit dalam Sistem
Merujuk pada lampiran 4 untuk spesifikasi setiap nilai ambang batas penyakit.
Monitoring Laporan
o Tingkat Kabupaten/Kota
Setiap Senin pagi, cek jika semua format dari puskesmas telah diterima . Hubungi fasilitas kesehatan
yang belum mengirimkan informasi/laporan .
o Tingkat Propinsi
Setiap Selasa siang, cek jika semua format dari kabupaten/kota telah diterima. Hubungi petugas
surveilans kabupaten/kota untuk mendapatkan informasi yang belum lengkap.

セ@

Umpan Balik
Seksi Surveilans Kabupaten/Kota dan Propinsi akan membuat ringkasan laporan mingguan (Bulletin
Mingguan) termasuk:
o Alert (sinyal siaga)
o Informasi epidemiologi yang relevan
o Rekomendasi kegiatan yang dianjurkan untuk mengendalikan tersangka KLB.
o Hasil kegiatan minggu sebelumnya untuk mengendalikan KLB .
セ@

Sistem Manajemen Rumor KLB
Petugas surveilans propinsi mengamati informasi tentang rumor KLB yang berasal dari media massa
atau sumber lain. Setiap pagi petugas ini mencari berita di media massa (koran, internet, radio, TV)
yang berada di wilayah propinsinya. Apabila ada rumor maka perlu dicatat dalam format (Iampiran 6)
dan mulai proses verifikasi rumor dengan menghubungi Kabupaten/Kota .
Proses Pengumpulan Informasi
Staf akan :


memindai website lokal setiap pagi dan salah satu propinsi tetangga untuk memeriksa setiap rumor
yang berhubungan dengan ancaman kesehatan masyarakat di propinsi.



Menghubungi secara aktif instansi/dinas seperti pertanian, peternakan, pengendalian air dan
sanitasi, keamanan makanan, dan lain-lain, jika ada informasi mengenai ancaman bagi kesehatan
masyarakat.



Membuat jejaring informasi diantara media lokal, distribusi nomor hotline, merekap seluruh
informasi mengenai seluruh ancaman bagi kesehatan masyarakat.



Menerima informasi melalui hotline, seluruh informasi dari masyarakat atau sumber lain .

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respoll

Penyaringan
Staf akan:
Melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam 10 pagi ke petugas surveilans propinsi.
Ringkasan daftar rumor harian (Iampiran 6) berupa informasi dibawah ini :
Kejadian
Populasi Resiko
Lokasi
Waktu Kejadian
Tanggal Kejadian diketahui
Tanggal Verifikasi
Kronologis Kejadian
Status (sedang atau sudah verifikasi)

セ@

Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/kejadian penyakit, petugas surveilans
propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk
melakukan klarifikasi terhadap rumor/kejadian penyakit yang terdeteksi/didapatkan.
Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mendapatkan hasil dari verifikasi/investigasi
terhadap rumor/kejadian penyakit dari petugas surveilans Kabupaten/Kota mengenai status kejadian
(benar atau tidak rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan
format Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis KLB (Iampiran 7).

Kewaspadaan Dini dan Respon
Unit Surveilans Kabupaten/Kota:
Unit Surveilans Kabupaten/Kota harus melakukan pemeriksaan setiap minggu terhadap seluruh laporan
penyakit yang telah dientri dalam sistem aplikasi. Apabila ditemukan alart atau sinyal peringatan
terhadap suatu penyakit maka petugas kabupaten/kota menghubungi petugas puskesmas untuk
melakukan klarifikasi terhadap sinyal terse but.
Apabila hasil klarifikasi benar menunjukan sebagai KLB maka selanjutnya petugas surveilans
kabupaten/kota menghubungi petugas laboratorium untuk mengambil spesimen dan memeriksa
spesimen tersebut. Apabila Laboratorium Propinsi tidak memiliki kemampuan dalam melakukan
pemeriksaan spesimen tertentu maka dapat meminta bantuan Laboratorium Rujukan Nasional.
Melaksanakan Investigasi Pendahuluan
Langkah pertama investigasi KLB adalah untuk melakukan konfirmasi KLB dan melihat besarnya
masalah KLB tersebut. Tim propinsi dan kabupaten/kota akan bergabung dengan petugas dari
Puskesmas dan memulai investigasi dan menemukan kasus secara aktif.

Setiap KLB diinvestigasi dengan menggunakan format PE KLB khusus sesuai dengan penyakitnya . Bila
tidak tersedia format PE KLB khusus penyakit tertentu dapat menggunakan format PE KLB Umum (Iihat
lampiran 5). Semua informasi tentang kasus KLB tersebut dicatat dalam program spreed sheet (program
microsoft excel). Kemudian melakukan ana lisa data diprogram seperti Epi Info atau Epi Data untuk
menghasilkan analisis deskriptif menurut waktu , tempat dan orang.
Pad a sa at yang sama respon tim sebaiknya melakukan:
Rencana pengambilan sample klinis dan lingkungan.
Formulasi hipotesis mengenai sumber pajanan dan cara penularan.
Tes hipotesis
Menulis laporan dan rekomendasi.

pedoman sfstem kewaspaclaan dini dan respon

Melakukan Tindakan Pengendalian Awal dengan segera meliputi:
Tatalaksana kasus
Pengendalian infeksi
Pencarian kontak kasus
Pengendalian lingkungan
Mobilisasi sosial
Komunikasi, Informasi dan Edukasi kepada masyarakat

,.

Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh
puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium propinsi berfungsi sebagai
rujukan bagi setiap kabupaten/kota.
Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota.
Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti
pada Lampiran 8, 9,10, dan 11.
Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf
laboratorium unit khusus seperti bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi, dan Toksikologi.
Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan perlu:
Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen termasuk investigasi, keperluan
untuk ijin import jika ada transport ke luar negeri.
Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa agar yakin bahwa pengiriman akan diterima
sesuai dengan alat transportasinya.
Perhatikan peraturan penerbangan domestik perihal Biosafety.
Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin) ditangani oleh perjalanan langsung, hindari
kedatangan diakhir pekan bila mungkin, hindari perubahan dalam transport jika mungkin.
Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman, termasuk ijin bila diperlukan, be rita acara,
da n dokumen pengiriman.
Beritahu kan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu kedatangan spesimen.
Sebelum mengirim spesimen ha r us ada:
Perjanjian ata u persetuj uan telah dibuat antara pengirim, pembawa dan penerima.
Konfirmasi dari laboratorium penerima bah wa sia p untuk menerima sp esim en .
Bi la spesi men t iba di luar jam kerja, ma ka petugas laboratori um harus diberi ta hu kan agar siap
me nerim a spes imen.

Biosafety
M embe rikan perli nd ungan terha dap pasien dan diri kita dari risiko ter papar/ ko nt ak dengan kuman
pathogen merupakan hal yang sa ngat pen ting untuk diperh atika n.
Pri nsip nya adalah har us "SELALU" m engg una kan peral ata n sekali pa kai (dis posi ble) dan t idak bol eh
digunakan lagi .
Mi saln ya pada ko ndi si di lapanga n, j ika anda m eren ca nakan untu k m enga m bi l sa mpl e da ri pasien yang
ti dak dapat dibaw a ke RS, cobalah membu at zona bers ih untuk m ngu rangi risiko terko ntaminas i.

Tabel ini memberikan informasi tentang perlindungan diri dari kemungkinan terpapar/ kontak dengan
kuman pathogen.
Tipe Penularan/
Transmisi

Alat Yang Digunakan

Kondisi/ Situasi

Kontak

Penulran dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan pasien atau kontak
dengan lingkungan pasien.

-

Sarung Tangan (Gloves)
Baju Pelindung (Gown)

Droplet

Penularan dapat terjadi melalui droplet
yang mengandung kuman penyakit
dengan ukuran partikel partikel >5
micron, droplet dapat dihasilkan ketika
mereka batuk, bersin atau berbicara .

-

Sarung Tangan (Gloves)
Baju Pelindung (Gown)
Masker
Kaca mata (Gogle)

Udara

Penularan dapat terjadi melalui udara.

-

Sarung Tangan (Gloves)
Baju Pelindung (Gown)
Kaca mata (Gogle)
Masker N95
Ruang isolasi (di RS)

-

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

13) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan sesuai SOP.
14) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
15) Buat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke puskesmas.
4.

Propinsi
1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh kabupaten/kota.
2) Cek data yang telah diimport.
3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirimkan file tepat waktu atau kalau ada

4)
5)
6)
7)
8)
5.

Membantu Kabupaten/Kota ketika terjadi KLB.
Kumpulkan semua file elektronik dari tiap kabupaten/kota dan kirim ke pusat (Subdit Surveilans
dan Respon KLB melalui email kealamat: [email protected] )
Membuat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke Kabupaten/Kota.

Laboratorium Propinsi
1) Simpan alat-alat yang perlu untuk pengambilan spesimen dan pengiriman.

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

y

pertanyaan tentang data.
Cek bahwa kopi back up data telah dibuat dan simpan pada folder yang aman.
Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.

Pastikan bahwa peralatan untuk pengambilan spesimen dan pengiriman selalu tersedia
Lakukan pengambilan 2 sam pel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB atau adanya
sinyal/alert.
Cek label dan semua informasi yang diminta untuk masing-masing spesimen sesuai petunjuk.
1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium propinsi dan 1 set sampel dikirim ke
laboratorium pusat (rujukan).
Memberkan informasi segera kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Propinsi tentang
hasil pemeriksaan laboratorium.
Simpan semua catatan analisa spesimen , tehnik, dan hasilnya.
Diskusikan hasillaboratorium propinsi dan pusat untuk kendali mutu.

Validasi Data:
o Puskesmas
Sa at melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus dan hanya kasus
baru yang dilaporkan.

Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan desa , klinik
swasta/privat, dan lain-lain)
• Cek bahwa periode laporan benar.
• Tulis nomor urut format mingguan.
• Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
• Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
• Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam j umlah kecil )
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh : ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)

o

Kabupaten/ Kota
Saat menerima SMS dari puskesmas, Petugas Surveilans Kabupaten harus memperhatikan hal-hal di
bawah ini:

• Tulis nomor urut format mingguan.
• Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
• Memastika n j umlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

• Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
------

-

--------

Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh : ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)
• Lakukan entri data
• Setelah menjalankan laporan mingguan, cek hasilnya (tabel, grafik dan petal apakah ada
kesalahan/ error.

'Y

Monitoring
Setiap bulan Kabupaten/Kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas untuk membahas
tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain).
Dalam sistem surveilans terdapat indikator kwalitatif dan kwantitatif:
Proporsi puskesmas yang melapor dalam satu kabupaten.
Proporsi kabupaten yang melapor dalam satu propinsi.
Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan Kabupaten/Kota
Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan propinsi
Kemampuan menerima
Jumlah dari KLB yang terdeteksi
Jumlah tindakan diambll berdasar pada analisis data.

'Y

Evaluasi
Sistim ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan:
Keterwakilan
Kemampuan menerima
Kesederhanaan
Ketepatan waktu
Kegunaan
Kepekaan
Fleksibilitas

'Y

Keterbatasan
Keterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila:
1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan memberikan dampak
terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB.
2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
kapasitas dan peran laboratorium beserta jejaringnya dalam sistem surveilans dan pada saat KLB.

'Y

Kepemilikan data
Adalah pada masing-masing tingkat seperti dalam peraturan nasional seperti Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementerian Kesehatan RI.

pedornan sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 1
DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT POTENSIAl KlB

1. Diare Akut
2. Malaria Konfirmasi

3. Tersangka Demam Dengue
4 . Pneumonia

5. Diare Berdarah ATAU Disentri
6.

Tersangka Demam Tifoid

7. Sindrom Jaundis Akut

8. Tersangka Chikungunya
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia
10. Tersangka Campak
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
15. Tersangka Antraks
16. Tersangka Leptospirosis
17. Tersangka Kolera
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
21. Tersangka Tetanus

22. III (Influenza Like Illness)
23. Tersangka HFMD (Hand Foot Mouth Disease)

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Lampiran 2
FORMAT LAPO RAN MINGGUAN (W2)
Puskesmas/Pustu/Bida n *
Kecamatan
Ka b u paten/Kota
Periode pelaporan dari Minggu tanggal .... ../. ... .. / ... .. ... sampai Sabtu tanggal .... ../. ... ../. .... .....
Minggu Epidemiologi ke- : ..... .... .

KODESMS

PENYAKIT

A

Diare Akut

B

Malaria Konfirmasi

C

Tersangka Demam Dengue

D

Pneumonia

E

Diare Berdarah ATAU Disentri

F

Tersangka Demam Tifoid

G

Sindrom Jaundis Akut

H

Tersangka Chikungunya

J

Tersangka Flu Burung pada Manusia

K

Tersangka Campak

l

Tersang ka Difteri

M

Tersangka Pertussis

N

AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)

p

Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

Q

Tersangka Antraks

R

Tersangka Leptospirosis

S

Tersangka Kolera

T

Klaster Penyakit yang tidak lazim

U

Tersangka Meningitis/Ensefalitis

V

Tersangka Tetanus Neonatorum

W
y

Tersangka Tetanus

Z

Tersangka HFMD

X

TOTAL(JU MLA H KUNJUN GA N)**

JUMIAH KASUS BARU

III (Influenza Like '"ness)

* Pilih salah satu (puskesmas atau pustu atau bidan)
** adalah jumlah seluruh kunjungan pada minggu ini di unit pelayanan kesehatan
Contoh penulisan SMS: 2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,XllO, artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare= 10, jumlah kasus
malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster penyakit yang tidak lazim = 4,
Jumlah kunjungan = 110

pe cl ornan sist e m kewaspadaa n d in i da n respon

Lampiran 3
A

Diare Akut

• Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek ATAU setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali
sehari ATAU dapat berbentuk cair saja.
• Pad a anak: BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih per hari
dengan konsistensi cair DAN beriangsung kurang dari 7 hari).
• Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering
セ ・ョァ。@
konsistE!nsi cairo
(biasanya 5-6 kali per ィ。イゥI

B

Ma laria Konfirmasi

Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria DAN dibuktikan dengan RDT (Rapid
Diagnos tic Test) positif DAN/ATAU pemeriksaan Mikroskopis positif.

C

Tersangka Demam
Dengue

Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata
(nyeri retro orbital), nyeri sendi, dan adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif.

D

Pneumonia

Pad a usia 38 "C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kem erahan berbentuk makulopapular, di sertai salah
satu gej ala batuk, pilek ATAU mata merah (konjungivitis)

L

Tersangka Diheri

M

Tersangka Pertussis

Batuk lebih dari 2 minggu disertai dengan batuk yang khas (t eru s-menerus/ paroxysmal), napa s dengan 「u
" whoop" dan kadang muntah setelah batuk.

N

AFP (Lumpuh Layuh
Mendadak)

Kasus lumpuh layuh mendadak, BUKAN disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak < 15 tahun .

P

Kasus Gigitan Hewan
Penular Rabies

Kasu s gigitan hewan (Anjing, Kucing , Tupai , Monyet, Kelelawar ) yang dapat menularkan rabie s pada manusia .
ATAU
Ka sus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas). atau kasus dengan gejala Stadium
Sensori s (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat beka s luka, cemas dan reaksi berlebihan
terhadap ransangan sensorik).

Q

Tersangka Antraks

(1) . Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax); Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari
vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering,
Eschar (patognomonik). demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional
(2) . Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthrax); Rasa sa kit perut hebat, mual, muntah, tida k
nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis, pembesaran
kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena.
(3) . Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax); Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda
bronchiti s. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam,
sianosis, disp nue, stridor, keringat berlebihan, detakjantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian
bia sanya terl adi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.

R

Te rsangka Leptospirosis

Pasien dengan gejala demam < 9 hari dengan suhu > 38 derajat Celcius disertai gejala khas conj unctival
suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis , jaundis/ikterik/kuning .

S

Tersangka Kolera

Pender ita menjadi dehidrasi berat karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan
mual). tinjanya cair seperti air cucian bera_s._ _ _

T

Klaster Penyakit ya ng
tidak lazim

Didapatkan tiga atau lebih kasus/ kematian dengan gejala sama di dalam satu kelompok masyarakat/ desa
dalam satu periode waktu yang sama (Iebih kurang 7 hari). yang tidak dapat dimasukan ke dalam definisi
kasus penyakit yang lain.

U

Tersangka
Meningitis/ Ensefaliti s

Panas > 38· C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada
anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung.

V

Tersangka Tetanus
Neonatorum

Setia p bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/menetek, dan mulut mencucu dan disertai dengan
k jan g rangsang.

W

H

-----:------i

セM

Panas >38°C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan
_ _(pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher.

Tersangka Tetanus

Ditandai dengan kontraksi dan ォ・ェ。

y

III (Influenza Like Illness)

Pender ita dengan gejala Demam セ@ 38 °C disertai batuk ATAU sak it tenggorokan

Z

Tersangka HFMD (Hand,
Foot, Mouth Disease)

Demam 38 - 39°C dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsu makan turun, muncul vesikel di rongga mulut dan atau
ruam di telapak tangan, kaki dan bokong . Biasanya t erjadi pada anak dibawah 10 tahun .

X

Total Kunjungan

Juml ah kunj ungan pa sien yang datang bero bat dan terdaftar di fasi lltas kesehatan (puskesmas atau pustu)

セM

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon



。ョ@

otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.

- ----

セ yゥ@

Lampiran 4

NllAI AMBANG BAlAS PENYAKll DAlAM SISTEM
PENYAKIT

Nilai Ambang

1.

Diare Akut

Peningkatan Kasus

2.

Malaria Konfirmasi

Peningkatan Kasus

3.

Tersangka Demam Dengue

Peningkatan Kasus

Pneumonia

Peningkatan Kasus

I 4.
I 5.

Diare Berdarah ATAU Disentri

Peningkatan Kasus

6. Tersangka Demam Tifoid

Poisson

7. Sindrom Jaundis Akut

Poisson

8.

Tersangka Chikungunya

Poisson

9.

Tersangka Flu Burung pada Manusia

1 kasus

I 10. Tersangka Campak

1 kasus

11. Tersangka Difteri

1 kasus

12. Tersangka Pertussis

1 kasus

13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)

1 kasus

14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies

1 kasus

15. Tersangka Antraks

1 kasus

16. Tersangka Leptospirosis

1 kasus

17. Tersangka Kolera

1 kasus

18. Klaster Penyakit yang tidak lazim

3 kasus

19. Tersangka MeningitisjEnsefalitis

Poisson

20. Tersangka Tetanus Neonatorum

1 kasus

21. Tersangka Tetanus

1 kasus

22. ILI (Influenza Like Illness)

Peningkatan Kasus

23 . Tersangka HFMD

1 kasus

I

Kete ra nga n:
Poisson adalah nilai ambang batas yang mengikuti distribusi diskrit yang mengestimasi
probabilitas munculnya suatu keluaran dalam suatu standar unit tertentu sebanyak x kali,
dimana rata-rata kemunculan keluaran tersebut per unitnya konstan sebesar I. Standar unit ini
dapat berupa interval waktu (menit, detik, hari, bulan, dan lain-lain) atau luas daerah tertentu.
Pada nilai ambang ini, angka kemaknaan sinyal kasus mengikuti nilai p < 0,05, artinya bila
kriteria kasus lebih kecil dari nilai ambang, maka nilai alert akan lebih bermakna .
Peningkatan Kasus adalah adanya peningkatan jumlah kasus lebih dari 1,5 kali dari periode
sebelumnya.

pedoman sistem kewaspadaan drni dan respon

Lam pira n 5

FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI UMUM
Kabupaten/Kota :..................................................... .

Kecamatan
Desa

Nama Puskesmas/ RS/ Unit Pelayanan Kesehatan
Tanggal

:

.... ./ ..... ./...... .

Nama Petugas

Tersangka Penyakit / Sind rom :

Gejala dan Tanda yang timbul :

Berikan tanda (v") pad a kotak dibawah ini :

Berikan tanda (v") pad a kotak dibawah ini:

[

[
[
[
[

[
[
[

[
[
[

[
[
[
[

[
[
[
[

[
[

[
[

1Tersangka Kolera
1Diare Akut
1Diare Akut Berdarah (Disentri)
1Sindrom Jaundis Akut
1Tersangka Leptospirosis
1Tersangka Meningitis I Ensefalitis
1Pneumonia
1Tersangka Flu Burung
1Tersangka Difteri
1Tersangka Campak
1Tersangka Demam Tifoid
1Tersangka Malaria
1Tersangka Demam Dengue
1Tersangka Demam Chikungunya
l/nJluenza Like Illness (I LI)
1Tersangka Antraks
1Klaster Penyakit yang Tidak Lazim
1 Lumpuh Layuh Mendadak (AFP)
1Tersangka Tetanus
1Tetanus Neonatorum (TN)
1Gigitan Hewan Penular Rabies
1Tersangka HFMD

1 Lainnya

( sebutkan ) :

[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[
[

1BAB lembek
1BAB cair seperti cucian beras
1BAB Berdarahl lendir
1Demam
1Hipothermia
1Kemerahan (rash)
1 Lesi Kulit Lainnya
1Batuk
1Napas berbunyi (stridor)
1Dispnea (sulit bernapas)
1Muntah
1Jaundis (mata kuning, kulit kuning)
1Conjunctival Suffosion (peradangan khas konjungtiva)
1Kaku kuduk
1Kejang
1Koma
1Kelemahan Ototl lumpuh anggota gerak
1Peningkatan Sekresi cairan (contoh : berkeringat )
1Perdarahan Gusi
1Ptekhie
1Mimisan
1Konjungtivitis
1Sakit kepala
1 La in-La i n (sebutkan):

TOTAL JUMLAH KASUS YANG DILAPORKAN :

pedoman sistem kewaspadaan dini dan respon

Data Kasus
Usia
Nomor
Kasus:

Alamat

Jenis
Kelamin

Tanggal
Onset
(dd/mm/YY)

Jenis
Spesimen
yang
diambil

Terapi
yang
diberikan

Kondisi
Sekarang

Diagnosis

(* *)

(*)

* Jenis Spesimen yang diambil

: D=darah, T= Tinja , LCS=Liquor serebro Spinal, U=Urine, L= Lainnya
(sebutkan )
* * Kondisi Sekarang : S= Sa kit, P= Pemulihan, M= Meninggal

Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya atau tidak lazim di wilayah tersebut, beberapa
pertanyaan berikut dapat dijadikan acuan untuk pelacakan. Daftar pertanyaan dapat dikembangkan
sesuai kondisi di lapangan.
Pertanyaan:
A. Gambaran Klinis dan Definisi Kasus

1.

Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus?
Tolong Jelaskan :

2.

Berapa lama waktu dari awal gejala sampai mengalami sakit?

3.

Selama sakit gambaran klinis apa saja yang nampak?

pedoman sistem kewaspadaa n dini dan respon

B. Epidemiologi

1.

Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus?

2.

Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan,
dan sumber air?

3.

Adakah kelompok yang spesifik?

C. Sumber yang memungkinkan

1.

Apakah ada merk tertentu dari makanan ( seperti tepung, gula, garam, minyak makan dan lainnya),
minuman obat yang digunakan oleh mayoritas kasus atau asal dari produk apakah dari distributor
tunggal atau dari pabrik?

2.

Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah dikumpulkan di tempat terse but seperti
buah, sayur mayor, ikan, dan jamur?

3.

Adakah sumber air yang dipakai bersama?

4.

Adakah obat-obat tradisional tertentu yang digunakan oleh mayoritas kasus?

5.

Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa
digunakan?

6.

Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia yang digunakan?

pedoman 'ii'itelll kewaspaduun dini dan rec::pon

l"

FORMAT SISTEM MANAJE MEN RUMOR KlB

セ@

3

-

"0
KEJADIAN
PENYAKIT

POPUlASI
RISIKO

lOKASI

WAKTU KEJADIAN

TGlLAPORAN
DITERIMA

KRONOlOGIS
KEJADIAN

TGl MUlAI
VERIFIKASI

"'"'!

STATUS:
1) DlM PROSES
VERIFIKASI
2) TELAH
VERIFIKASI

セ@

:::s
0'\

I
I

"0
f'D

a..
o

:3
=v

::J
In
In

rl·

ro

:3
7'
ft)

セ@

OJ
VI

-0
OJ

a..

OJ
OJ
::J

a..
セ N@

a.. 1
ru
:J

....,

ft)

11'\

"0

o

:J

-01

rQ.)

(l)

0-

o

セ@

SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB

3OJ
:::l

'""'l

Vl

::s

83

Q.)

TAHUN :
BULAN:

PROVINSI
KAB/KOTA

セ@

7'

ro
セ@

OJ
If)

"'0
OJ
0...
OJ
OJ
セ@

No.

1

Golongan Umur (tah un)

Tanggal Ke jadian

lenis
Penya kit

Tempat
Kejadian

Mu lai

Akhi r

Diketahui

Ditanggulang i

0-7 hr

8-28 hr

2

3

4

5

6

7

8

9

lumlah

Tota l

I