Bahasa Indonesia Berpeluang Menjadi Bahasa Internasional - Topik Debat - Pro Kontra

“Bahasa Indonesia Berpeluang Menjadi Bahasa
Internasional”
Pro :
Kami setuju dengan pendapat tersebut, karena Menurut Prof. Berthold
Damshauser, Kepala Program Studi Bahasa Indonesia Universitas
Bonn, syarat-syarat menjadi bahasa internasional diantaranya :
1. Harus digunakan dalam diplomasi perdagangan internasional.
2. Berperan besar dalam penyebaran ilmu pengetahuan.
3. Banyak jumlah penuturnya.
 Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah
RRC (± 1.298.847.624 jiwa), India (± 1.065.070.607 jiwa), dan
Amerika Serikat (± 293.027.571 jiwa), Bahasa Indonesia
memiliki penutur bahasa yang besar pula, sehingga Bahasa
Indonesia memiliki potensi atau peluang sebagai bahasa
internasional.
 Saat ini, 52 negara di dunia telah menjadikan Bahasa Indonesia
sebagai salah satu program pembelajaran. Negara-negara
tersebut diantaranya : Amerika Serikat, Inggris, Spanyol,
Australia, Vietnam, dll.
 Ada sekitar 500 sekolah di Australia mengajarkan Bahasa
Indonesia disana. Sedangkan, di Kota Ho Chi Min, Vietnam,

Bahasa Indonesia menjadi bahasa ke-2 secara resmi sejak
Desember 2007 yang setara dengan Bahasa Inggris, Perancis,
dan Jepang.
4. Tingginya budi dan keagungan budaya penuturnya atau
peradabannya.
Menurut Prof. Berthold penutur Bahasa Melayu-Indonesia
adalah bangsa yang terkenal ramah dan santun. Maka hal ini
menjadi poin tentang salah satu syarat menjadi bahasa
internasional yaitu tingginya budi dan keagungan budaya
penutur atau peradabannya.

5. Kesederhanaan sistem bunyi dan gramatikanya, sehingga mudah
dipelajari.
Bahasa Indonesia sangat mudah dikuasai terutama pada tingkat
dasar. Bahasa Indonesia tidak mengenal tenses seperti Bahasa
Inggris, tidak mengenal konjugasi (perubahan kata kerja
berdasarkan kala) seperti Bahasa Perancis dan Rusia, tidak
mengenal jenis kelamin kata benda seperti Bahasa Arab, dan
tidak mengenal lima nada suara seperti Bahasa Mandarin.
6. Pemiliknya harus memiliki rasa percaya diri dan peduli terhadap

bahasanya sendiri.
Kemudian Perekomendasian Bahasa Indonesia untuk menjadi
bahasa internasional di negara-negara Islam juga pernah dilakukan
oleh Ketua Konferensi Internasional Universitas Islam II, Amal
Fathullah Zarkasyi pada Konferensi Internasional Liga Universitas
Islam sedunia yang digelar di Institut Studi Islam Darussalam
(ISID) Pondok Modern Darussalam, Gontor, Kabupaten Ponorogo
Jawa Timur 2011 lalu. Menurutnya, Bahasa Indonesia perlu
menjadi bahasa internasional negara-negara Islam karena selain
digunakan di rumpun Melayu, Bahasa Indonesia juga banyak
dipelajari oleh beberapa negara Timur Tengah. Jika melihat dari
kontribusinya, Indonesia menyumbang 12% dari total penduduk
Islam dunia yang mencapai 203 juta orang. Hal itu dapat menjadi
pertimbangan untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
internasional negara-negara Islam.
Kemudian untuk memperluas penggunaan Bahasa Indonesia,
Kepala Badan Pusat Bahasa Kemdikbud, Agus Dharma berencana
menambah pusat bahasa dan Kebudayaan Indonesia di setiap
negara. Dan sejauh ini, ada 150 pusat bahasa dan kebudayaan
Indonesia di 48 negara.


Kontra :
Kami tidak setuju dengan pendapat tersebut, karena persyaratan
apabila suatu bahasa ingin menjadi bahasa Internasional harus
memnuhi 6 syarat yang dikemukakan oleh Prof. Berthold, maka
peluang bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa Internasional sangat
kecil, karena pada kenyataannya,
sekarang ini di Indonesia marak terjadi kasus pembunuhan,
pemerkosaan, pencurian, dll. Tindakan kriminal ini pun tidak hanya
dilakukan oleh kalangan bawah. Kalangan elit pun kerap banyak
melakukannya.
 Lebih parah lagi budayawan Jakob Sumardjo (Kompas,
26/11/2011) melukiskan masyarakat Indonesia saat ini sebagai
masyarakat paradoks :
Religius tapi teror bom terus terjadi disertai kekerasan dengan
berbagai bentuk.
Negara agraris, tetapi masih mengimpor beras.
Negara yang memiliki pantai terpanjang di dunia, tetapi masih
mengimpor garam.
Selain itu masyarakat Indonesia saat ini dihinggapi perilaku

konsumtif, hedonis, instan, individualis, dan materialis. Lalu dimana
letak kebudi luhuran bangsa saat ini ?
 Syarat lain untuk menjadi bahasa internasional adalah banyak
jumlah penuturnya. Bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk
terbesar keempat di dunia, maka demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa jumlah penutur Bahasa Indonesia sudah cukup banyak.
Namun pada faktanya, tidak semua masyarakat Indonesia dapat
berbahasa Indonesia. Hal ini didukung oleh pembuktian yang
dilakukan oleh tim dari jurusan Teknik Pertelevisian di sekolah saya.
Mereka mengunjungi suatu tempat, yaitu Desa Pakem di Kabupaten
Bondowoso. Di kawasan tersebut tidak ada satu pun masyarakat
yang bisa menggunakan Bahasa Indonesia. Melihat dari tingkat
ekonomi masyarakat disana yang sangat rendah dan jauh dari

jamahan kehidupan kota. Jadi masyarakat tersebut masih
menggunakan bahasa daerah, yaitu Bahasa Madura sebagai alat
komunikasi mereka.
Untuk menjadi bahasa internasional pemiliknya harus memiliki

rasa bangga, percaya diri, dan peduli terhadap bahasanya sendiri.

Tapi sayangnya, kini para generasi penerus bangsa kurang peduli
terhadap bahasanya sendiri. Bisa dilihat dari rendahnya nilai hasil
ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia pada tahun 2011.
Dari 11.443 siswa yang tidak lulus UN tahun 2011, 1.786 (38,43%)
di antaranya adalah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Ironis
.bukan ?? Padahal Bahasa Indonesia, telah digunakan setiap harinya
 Selain itu, saat ini globalisasi sedang menggempur Bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia semakin terdesak oleh bahasa asing.
Sekarang ini telah menjamur tempat-tempat kursus yang
menawarkan pembelajaran bahasa asing. Tidak hanya di kota-kota
besar, di daerah terpelosok pun juga terdapat tempat-tempat kursus
tersebut.
 Hambatan dalam menjadikan Bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional, juga disebabkan karena penggunaan Bahasa Indonesia
yang dicampur adukkan dengan bahasa daerah dan penggunaan
Bahasa Indonesia yang tidak baku. Kerap seperti menjamurnya
bahasa alay, dan bahahsa gaul.
 Dan banyak pula yang berfikir “Buat apa gue pake bahasa
indonesia yang baik dan benar, toh gue pake bahasa kaya gini juga
pada ngerti”

Dan apabila pendapat ini berkembang, maka hilanglah sudah
harapan Bahasa Indonesia, untuk menjadi bahasa internasional.

Jika demikian kondisinya maka peluang bahasa Indonesia untuk
menjadi bahasa Internasional sangat kecil.