BAB III ANALISA KASUS DAN PENDAPAT PENULIS
BAB III
ANALISA KASUS DAN PENDAPAT PENULIS
III.1. Kasus Posisi
III.1.1. Tingkat
Pengadilan
Negeri
Jakarta
Pusat
-
Putusan
No.
551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst.
III.1.1.1. Kronologis
Kasus ini berawal dari kejadian dimana pada tanggal 1 Maret 2000, HT
(inisial Penggugat II) dan temannya yang bernama BT (inisial) pergi berbelanja di
Continent (sekarang Carrefour) Plaza Cempaka Mas dengan mengendarai Toyota
Kijang Super, keluaran tahun 1994 warna biru metalik dengan Nomor Polisi B
255 SD (mobil) dengan STNK atas nama Penggugat I yang tak lain adalah Ibu
dari Penggugat II. Sekitar pukul 17:31:42 WIB, mereka tiba di areal perparkiran
Continent Plaza Cempaka Mas yang dikelola oleh SPI (inisial Tergugat).
Setelah menerima karcis tanda masuk dari penjaga pintu masuk, Penggugat
II langsung memarkirkan mobil tersebut di D9-D10 Basement 2 dekat pintu
masuk pertokoan dalam keadaan terkunci dan kemudian masuk ke area
perbelanjaan.
Setelah selesai berbelanja, sekitar pukul 17:50 WIB, Penggugat II kaget dan
terperanjat karena dia sudah tidak menemukan mobil yang diparkirnya di tempat
parkir, alias hilang. Penggugat II segera menanyakan kepada petugas parkir
sambil menunjukkan karcis parkir yang diterimanya dari penjaga pintu masuk dan
dari hasil penelitian ternyata terdapat perbedaan antara karcis parkir yang dimiliki
Penggugat II dengan Nomor Polisi mobilnya, dimana karcis yang diterima
Penggugat II bernomor B 2555 SD sedangkan mobilnya bernomor B 255 SD.
Sehubungan dengan hilangnya mobil tersebut kemudian Penggugat II
dibuatkan berita acara (Surat Tanda Bukti Lapor) di kantor Tergugat. Sewaktu
masih di kantor Tergugat, sekitar pukul 19.30 WIB, Penggugat II dikejutkan
46
47
dengan adanya laporan dari salah seorang petugas yang berjaga dipintu keluar
perparkiran, yang mengatakan bahwa ia baru saja melihat seseorang yang
mencurigakan dengan terburu-buru keluar area perparkiran mengendarai mobil
dengan ciri-ciri sama dengan mobil yang diparkir Penggugat II. Akan tetapi mobil
tersebut meninggalkan area perparkiran dengan menggunakan karcis parkir
bernomor A 1204 AA yang asli dicetak oleh Tergugat namun berdiri sendiri tanpa
ada kendaraannya.
Pada hari yang sama, Penggugat II melaporkan kehilangan mobilnya kepada
Polsek Kemayoran dengan surat laporan Pol. No. 170/K/III/2000/Sek.KMO,
tertanggal 1 Maret 2010 dan menurut informasi dari aparat kepolisian setempat
bahwa ternyata area perparkiran dimana Penggugat II memarkirkan mobilnya
telah beberapa kali terjadi hal yang serupa dengan hal yang dialami oleh
Penggugat II.
Merasa dirugikan oleh Tergugat dengan hilangnya mobil tersebut sebagai
akibat dari kelalaian dan kekurang hati-hatian serta perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh petugas perparkiran yang merupakan pegawai dari Tergugat,
Para Penggugat melalui kuasa hukumnya memutuskan menyelesaikan masalah ini
melalui jalur hukum dengan menggugat Tergugat ke Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.
Dalam Petitumnya, selain memohon kepada Majelis Hakim untuk
menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dan
meletakkan sita jaminan, Penggugat juga mengajukan ganti rugi Materiil sebesar
Rp. 137.800.000,- (Seratus Tiga Puluh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) dan ganti
rugi Immateriil sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah).
III.1.1.2. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menyatakan:
1) bahwa memang menjadi hal yang logis atas pernyataan Tergugat yang
menyatakan bahwa mobil Kijang Super Nomor Polisi B 255 SD tidak pernah
masuk dalam perparkiran yang dikelola oleh Tergugat pada tanggal 1 Maret
2000 karena yang tercatat dalam data base komputer adalah mobil dengan
48
Nomor Polisi B 2555 SD, sehingga konsekuensinya mobil dengan Nomor
Polisi B 2555 SD saat ini masih ada dalam areal perparkiran karena karcis
parkirnya masih ditangan Penggugat II, namun kenyataanya secara pisik mobil
a quo telah tiada alias hilang dalam area perparkiran yang dikelola oleh
Tergugat. Selain itu terungkap fakta/kenyataan dalam persidangan bahwa
hilangnya mobil Para Penggugat tidak terlepas dari adanya unsur kelalaian dan
kekurang hati-hatian dari pegawai/karyawan Tergugat yang telah melakukan
kesalahan pencatatan nomor Polisi mobil Penggugat II yang seharusnya B 255
SD tetapi dicatat B 2555 SD sehingga akibat kesalahan pencatatan itu data
nomor Polisi mobil yang tercatat dalam data base komputer tidak sesuai
dengan nomor Polisi mobil secara kenyataan;
2) bahwa Tergugat telah terbukti melakukan Perbuatan Melawan Hukum
sehingga putusan Majelis Hakim tidak perlu lagi menunggu adanya putusan
Pidana yang berkekuatan hukum tetap.
3) bahwa Penggugat sama sekali tidak pernah menuduh atau menyatakan bahwa
Tergugatlah yang telah mencuri mobilnya yang hilang tersebut akan tetapi
karena kelalaian dan kekurang hati-hatian Tergugat serta sikap/perbuatan
Tergugat yang pasif dengan tidak melakukan upaya yang maksimal untuk
mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat. Sehingga
disimpulkan bahwa terhadap sikap/perbuatan dari Tergugat tersebut dapat
dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum (=PMH) karena Tergugat
selain melanggar kewajiban hukumnya, juga pegawai/karyawan Tergugat
melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (PATINA).
4) bahwa sesuai Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat selaku
majikan (pengelola yang mempekerjakan pegawai/karyawan) bertanggung
jawab atas perbuatan melanggar hukum baik yang dilakukan sendiri maupun
yang dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi
Para Penggugat. Dengan demikian, gugatan Para Penggugat yang dialamatkan
kepada Tergugat sudah tepat dan meskipun belum ada putusan Hakim Pidana
yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan kesalahan Tergugat, maka
Tergugat sebagaimana alasan-alasan tersebut diatas tetap dapat dimintai
pertanggungjawaban atas hilangnya mobil Para Penggugat tersebut.
49
III.1.1.3. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
diketuai oleh Andi Samsan Nganro, SH., beranggotakan I Ketut Gede, SH., dan
Muh. Daming Sunusi, SH. mengabulkan sebagian dari seluruh gugatan
penggugat, yaitu:
1) Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum;
2) Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para
Penggugat sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah);
3) Menghukum pula Tergugat membayar ganti kerugian Immateriil kepada Para
Penggugat sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah); dan
4) Menghukum Tergugat Kompensi / Penggugat Dalam Rekompensi untuk
membayar biaya perkara yang timbul sebesar Rp. 849.000,- (Delapan Ratus
Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah).
III.1.2. Tingkat Banding Pengadilan Tinggi Jakarta – Putusan No.
115/Pdt/2002/PT.DKI.
III.1.2.1. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta
Dalam pertimbanganya, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta tidak
sependapat dengan pertimbangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai ganti
kerugian Immateriil, yang didasarkan kepada keadaan stres dan kegoncangan jiwa
dari Penggugat II, karena menurut pendapat Pengadilan Tinggi tidak ada
hubungan nyata antara kegoncangan jiwa dengan kehilangan mobil. Atas dasar
pertimbangan
tersebut,
gugatan
Terbanding
semula
Penggugat
Dalam
Kompensi/Tergugat Dalam Rekompensi ditolak sepanjang mengenai kerugian
Immateriil.
III.1.2.2. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta
Dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta yang diketuai
oleh Agustinus Hutauruk, SH., beranggotakan Soeparno, SH., dan Ny. R. rr. Sri
Sumartinah, SH., menerima permohonan pemeriksaan dalam tingkat banding dari
Pembanding dan memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal
50
26 Juni 2001 No. 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., yang dimohonkan banding tersebut,
sehingga amar putusannya menjadi sebagai berikut:
1) Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian;
2) Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum;
3) Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para
Penggugat sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah); dan
4) Menghukum Pembanding semula Tergugat Kompensi / Penggugat Dalam
Rekompensi untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan
yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 150.000,- (Seratus Lima
Puluh Ribu Rupiah).
III.1.3. Tingkat Kasasi Mahkamah Agung – Putusan No. 1264 K/Pdt/2003.
III.1.3.1. Pertimbangan Mahkamah Agung
Tidak diterimanya permohonan kasasi oleh Pemohon Kasasi didalam
Keputusan Mahakamah Agung tersebut dikarenakan memori kasasi yang diajukan
oleh Pemohon Kasasi tersebut malampaui batas waktu yang ditentukan UndangUndang.
Berkenaan dengan batas waktu penyampaian memori kasasi kepada
Mahkamah Agung diatur dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 jo. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung
(”UU Mahkamah Agung”) yang isinya menyatakan bahwa ”Dalam pengajuan
permohonan kasasi pemohon wajib menyampaikan pula memori kasasi yang
memuat alasan-alasannya, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah
permohonan yang dimaksud dicatat dalam buku daftar.” Lebih lanjut dalam
penjelasannya menyatakan bahwa ”Mengajukan suatu memori kasasi yang
memuat alasan-alasan permohonan kasasi adalah suatu syarat mutlak untuk
dapat diterimanya permohonan kasasi. Memori ini harus dimasukkan selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sesudah mengajukan permohonan kasasi.”
Berdasarkan pada Pasal 47 ayat (1) UU Mahkamah Agung tersebut penyampaian
memori kasasi merupakan syarat mutlak untuk dapat diterimanya suatu
permohonan kasasi yang harus dimasukkan selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari sesudah mengajukan permohonan kasasi. Namun dalam kenyataanya dalam
51
kasus ini, memori kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi melewati batas
waktu yang ditentukan dalam Pasal 47 ayat (1) UU Mahkamah tersebut dimana
berdasarkan
pada
Akta
Permohonan
Kasasi
No.
102/SRT.PDT.KAS/2002/PN.JKT.PST yang dibuat oleh Panitera Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, memori kasasi yang diajukan secara tertulis yang memuat
alasan-alasan yang diterima oleh Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tersebut pada tanggal 12 Desember 2002 sedangkan permohonan kasasi diajukan
pada tanggal 27 Nopember 2002 sehingga jangka waktu antara permohonan
kasasi dengan pengajuan memori kasasi adalah 17 (tujuh belas) hari. Maka
sangatlah tepat jika permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon kasasi oleh
Mahkamah Agung dalam putusannya menyatakan bahwa permohonan kasasi
tersebut tidak dapat diterima.
III.1.3.2. Putusan Mahkamah Agung
Dalam putusannya, Mahkamah Agung yang diketuai oleh I Made Tara, SH.,
beranggotakan Prof. Rehingena Purba, SH., MS menyatakan permohonan kasasi
dari Pemohon Kasasi tersebut tidak dapat diterima dan menghukum Pemohon
Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 500.000,(Lima Ratus Ribu Rupiah).
III.2. Analisa Kasus
Analisa kasus didasarkan pada kronologis perkara, pertimbangan dan
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; pertimbangan dan putusan Pengadilan
Tinggi Jakarta; dan pertimbangan dan putusan Mahkamah Agung.
Pokok-pokok pembahasan dalam analisa putusan kasus ini terkait dengan
gugatan penggugat; eksepsi tergugat; perbuatan melawan hukum; dan klausula
baku.
III.2.1. Gugatan Penggugat
Penggugat, dalam gugatannya didasarkan pada Pasal 1366 jo Pasal 1367
KUHPerdata. Bunyi daripada Pasal-pasal KUHPerdata tersebut, yaitu:
Pasal 1366 KUHPerdata berbunyi:
52
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.”
Pasal 1367 KUHPerdata berbunyi:
“Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan
oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.
“Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk
mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang
kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan
mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini
dipakaiya.”
Melihat isi daripada Pasal 1366 jo. Pasal 1367 KUHPerdata diatas,
Penggugat mendalilkan bahwa pegawai atau bawahan Tergugat telah melakukan
perbuatan melawan hukum yang telah menimbulkan kerugian besar bagi para
Penggugat, perbuatan melawan hukum mana adalah menjadi tanggung jawab
Tergugat selaku majikan ataupun perusahaan tempat pegawai yang melakukan
perbuatan melawan hukum itu bekerja.
Penggugat juga mendasarkan gugatannnya pada Pasal 4 ayat a, d, dan h UU
Perlindungan Konsumen mengenai hak-hak konsumen, yaitu:
Ayat a : Hak
atas
keamanan,
kenyamanan,
dan
keselamatan
dalam
mengkomsumsi barang dan/atau jasa;
Ayat d : Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
Ayat h : Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Atas kerugian yang dialami oleh Penggugat, maka Penggugat selain
menuntut agar Tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum,
53
Penggugat juga menuntut agar Tergugat memberikan ganti rugi Materiil sebesar
Rp. 137.800.000,- (Seratus Tiga Puluh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) dan ganti
rugi Immateriil sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah). Namun ternyata
atas pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akhirnya
memutuskan untuk mengabulkan sebagian dari seluruh gugatan penggugat, yaitu:
Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum;
Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para Penggugat
sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah); Menghukum pula Tergugat
membayar ganti kerugian Immateriil kepada Para Penggugat sebesar Rp.
15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah); dan Menghukum Tergugat Kompensi /
Penggugat Dalam Rekompensi untuk membayar biaya perkara yang timbul
sebesar Rp. 849.000,- (Delapan Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah).
Dalam tingkat banding, ternyata Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta tidak
sependapat dengan pertimbangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai ganti
kerugian Immateriil, sehingga dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi Jakarta menerima permohonan pemeriksaan dalam tingkat banding dari
Pembanding dan memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal
26 Juni 2001 No. 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., dengan meniadakan ganti rugi
Immateriil kepada Penggugat.
III.2.2. Eksepsi Tergugat
Tergugat, dalam eksepsinya menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak
mempunyai dasar hukum, tidak didukung bukti, dan salah alamat yang akan
dijelaskan dibawah ini:
a. Gugatan Tidak Mempunyai Dasar Hukum
Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak
mempunyai dasar hukum karena berdasarkan pada data yang tercatat pada data
base komputer Tergugat, salah satu mobil yang masuk di area parkir parkir yang
dikelolanya adalah mobil dengan Nomor Polisi B 2555 SD dan tidak ada sama
sekali mobil Kijang dengan Nomor Polisi B 255 SD yang diklaim milik
Penggugat yang memasuki area parkir yang dikelola oleh Tergugat pada tanggal 1
Maret 2000.
54
Majelis Hakim dalam putusannya menolak eksepsi Tergugat ini, dengan
pertimbangan bahwa memang menjadi hal yang logis atas pernyataan Tergugat
yang menyatakan bahwa mobil Kijang Super Nomor Polisi B 255 SD tidak pernah
masuk dalam perparkiran yang dikelola oleh Tergugat pada tanggal 1 Maret 2000
karena yang tercatat dalam data base komputer adalah mobil dengan Nomor Polisi
B 2555 SD, sehingga konsekuensinya mobil dengan Nomor Polisi B 2555 SD saat
ini masih ada dalam areal perparkiran karena karcis parkirnya masih ditangan
Penggugat II, namun kenyataanya secara pisik mobil a quo telah tiada alias hilang
dalam area perparkiran yang dikelola oleh Tergugat. Selain itu terungkap
fakta/kenyataan dalam persidangan bahwa hilangnya mobil Para Penggugat tidak
terlepas
dari
adanya
unsur
kelalaian
dan
kekurang
hati-hatian
dari
pegawai/karyawan Tergugat yang telah melakukan kesalahan pencatatan nomor
Polisi mobil Penggugat II yang seharusnya B 255 SD tetapi dicatat B 2555 SD
sehingga akibat kesalahan pencatatan itu data nomor Polisi mobil yang tercatat
dalam data base komputer tidak sesuai dengan nomor Polisi mobil secara
kenyataan.
b. Gugatan Tidak Didukung Bukti
Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa dalil Penggugat yang
mengakui bahwa mobilnya telah hilang dan mengakui telah melaporkan
kehilangan mobil tersebut kepada polisi merupakan pengakuan yang merupakan
salah satu alat bukti (Vide Pasal 174 HIR) bahwa mobil tersebut telah dicuri oleh
orang lain dan kini polisi sedang berusaha mencari pencuri mobil tersebut untuk
dimintai pertanggungjawabannya baik secara perdata maupun pidana.
Bahwa sesuai dengan asas hukum acara perdata dan praktek beracara di
Pengadilan sehari-hari, manakala dalam suatu masalah terkait dengan aspek
pidana dan perdata sekaligus, maka gugatan perdata baru dapat diajukan ke
Pengadilan untuk menuntut ganti kerugian apabila sudah ada putusan pidana yang
telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).
Majelis Hakim dalam putusannya menolak eksepsi Tergugat ini dengan
pertimbangan bahwa Tergugat telah terbukti melakukan Perbuatan Melawan
Hukum sehingga putusan Majelis Hakim tidak perlu lagi menunggu adanya
putusan Pidana yang berkekuatan hukum tetap.
55
c. Gugatan Salah Alamat
Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat kepada
Tergugat adalah gugatan salah alamat karena gugatan seharusnya ditujukan
kepada orang yang mencuri mobil tersebut bukan kepada Tergugat sebab
Tergugat bukan pencuri mobil tersebut atau paling tidak belum ada bukti bahwa
mobil tersebut hilang sebagai akibat kelalaian Tergugat.
Majelis Hakim dalam putusannya juga telah menolak eksepsi Tergugat ini
dengan pertimbangan bahwa Penggugat sama sekali tidak pernah menuduh atau
menyatakan bahwa Tergugatlah yang telah mencuri mobilnya yang hilang tersebut
akan tetapi karena kelalaian dan kekurang hati-hatian Tergugat serta
sikap/perbuatan Tergugat yang pasif dengan tidak melakukan upaya yang
maksimal untuk mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat.
Sehingga disimpulkan bahwa terhadap sikap/perbuatan dari Tergugat
tersebut dapat dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum (=PMH) karena
Tergugat selain melanggar kewajiban hukumnya, juga pegawai/karyawan
Tergugat melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (PATINA).
Bahwa sesuai Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat selaku
majikan (pengelola yang mempekerjakan pegawai/karyawan) bertanggung jawab
atas perbuatan melanggar hukum baik yang dilakukan sendiri maupun yang
dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi Para
Penggugat. Dengan demikian, gugatan Para Penggugat yang dialamatkan kepada
Tergugat sudah tepat dan meskipun belum ada putusan Hakim Pidana yang
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan kesalahan Tergugat, maka Tergugat
sebagaimana
alasan-alasan
tersebut
diatas
tetap
dapat
dimintai
pertanggungjawaban atas hilangnya mobil Para Penggugat tersebut.
III.2.3. Perbuatan Melawan Hukum
Gugatan ini adalah gugatan yang didasarkan pada suatu perbuatan melawan
hukum pada Pasal 1365 KUHPerdata, dimana pasal ini menyatakan bahwa:
”Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian, mengganti kerugian
tersebut.”
56
Suatu perbuatan merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum yang
memenuhi Pasal 1365 KUHPerdata adalah jika didalam perbuatan tersebut
memenuhi unsur-unsur:
a. Perbuatan melawan hukum
Suatu perbuatan adalah merupakan perbuatan melawan hukum apabila
memenuhi salah satu unsur dibawah ini:
1) Bertentangan dengan Undang-undang;
2) Bertentangan dengan hak orang lain;
3) Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri;
4) Bertentangan dengan kesusilaan; atau
5) Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan
masyarakat mengenai orang lain atau benda.
Terkait dengan kasus ini, unsur yang pertama telah terpenuhi sehingga
perbuatan pegawai/karyawan Tergugat merupakan perbuatan melawan hukum
karena pegawai/karyawan Tergugat tidak melakukan upaya yang maksimal
untuk mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat. Hal ini
ditunjukkan dengan kesaksian para saksi yaitu Beatrik Deliana Siahaan dan
Herman Tambunan yang menyatakan bahwa setelah kurang lebih 1,5 (satu
setengah) jam setelah dibuatkan Berita Acara Kehilangan, ada informasi dari
pegawai Tergugat yang mengatakan bahwa mobil Penggugat baru saja keluar
area perparkiran yang dikelola oleh Tergugat. Hal ini membuktikan bahwa
pegawai/karyawan
Tergugat
tidak
berupaya
maksimal
melakukan
pengamanan, pencarian dan pencegahan sehingga perbutan pegai/karyawan
Tergugat tersebut melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian
(PATINA).
Selain itu unsur bertentangan dengan keawajiban hukumnya sendiri juga
telah terpenuhi sehingga menguatkan bahwa perbuatan Tergugat tersebut
merupakan perbuatan melawan hukum karena Tergugat selaku pelaku usaha di
bidang Secure Parking tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan
pengamanan yang maksimal terhadap setiap mobil yang diparkir didalam area
perparkiran yang dikelolannya.
57
b. Kesalahan
Dalam Pasal 1365 KUHPerdata, apabila unsur kesalahan itu dilakukan
baik dengan sengaja atau dilakukan karena suatu kealpaan, maka akibat
hukumnya adalah sama yaitu bahwa si pelaku tetap bertanggung jawab untuk
membayar kerugian yang diderita oleh orang lain sebagai akibat dari
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh si pelaku.
Terkait dengan kasus ini, kesalahan yang dilakukan oleh Tergugat adalah
dimana petugas parkir yang bertugas dipintu masuk yang merupakan pegawai
Tergugat telah melakukan kelalaian dalam melakukan pencatatan nomor Polisi
yang dikendarai oleh Penggugat II yang seharusnya B 255 SD akan tetapi
dicatat B 2555 SD. Atas kelalaian petugas parkir tersebut menyebabkan nomor
Polisi yang tercatat dalam data base komputer berbeda dengan nomor Polisi
mobil secara kenyataan. Selain itu tidak adanya upaya maksimal yang
dilakukan oleh para pegawai Tergugat untuk melakukan pengamanan terhadap
mobil Penggugat yang tengah diparkir di area parkir yang dikelola oleh
Tergugat sebelum mobil tersebut hilang dan selain itu tidak adanya upaya
untuk melakukan pencarian dan pencegahan agar mobil Penggugat tersebut
keluar dari area perparkiran karena apabila pegawai Tergugat dengan
keprofesionalannya melakukan tindakan pencarian dan pencegahan setalah
adanya laporan dari Penggugat maka mobil Penggugat kemungkinan besar
tidak akan hilang dan bahkan pelaku pencurian dapat ditangkap.
c. Kerugian
Yang dimaksud dengan kerugian dalam Pasal 1365 KUHPerdata adalah
kerugian yang timbul sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum. Tiap
perbuatan melawan hukum tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian
uang/harta saja, akan tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil,
yakni ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan kesenangan hidup.
Terkait dengan kasus ini, perbuatan Tergugat yang telah melanggar
hukum selain telah mengakibatkan kerugian dalam hal uang dan harta
kekayaan juga mengakibatkan stres karena merasa bersalah bagi Penggugat II,
sehingga berdampak pada sikap Penggugat II yang menjadi pemurung, suka
58
menyendiri karena diliputi perasaan yang sedih sehingga berdampak pula pada
aktifitas Penggugat II sebagai mahasiswa.
d. Hubungan sebab akibat (kausalitas) antara kesalahan dengan kerugian yang
ditimbulkan.
Adanya suatu unsur sebab-akibat untuk memenuhi Pasal 1365
KUHPerdata dimaksudkan untuk meneliti apakah terdapat hubungan kausal
antara kesalahan yang dilakukan dengan kerugian yang ditimbulkan. Sehingga
dengan demikian si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Bila seseorang melakukan perbuatan melawan hukum, maka sanksi dalam
Pasal 1365 KUHPerdata hanya dapat dijatuhkan apabila perbuatan tersebut
menimbulkan kerugian.
Terkait dengan kasus ini, kerugian yang diderita oleh Penggugat adalah
sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat. Hubungan atas
kesalahan atau kelaian dalam pencatatan nomor polisi dikaitkan dengan
kerugiannya adalah apabila Tergugat telah melakukan pencatatan, maka
Tergugat harus bertanggung jawab atas mobil milik Penggugat dan
berkewajiban untuk melakukan pengamanan yang maksimal terhadap mobil
Penggugat untuk mencegah hilangnya mobil Penggugat tersebut. Hilangnya
mobil Penggugat tersebut telah menunjukan bahwa tidak adanya tanggung
jawab Tergugat terhadap mobil Penggugat. Sedangkan untuk kesalahan
dengan tidak melakukan pencarian dan pencegahan agar mobil tersebut tidak
keluar dari area perparkiran juga telah terbukti dengan hilangnya mobil
Penggugat tersebut, padahal Penggugat telah melaporkan kehilangan mobilnya
tersebut 1,5 jam sebelum mobil tersebut keluar dari area perparkiran.
Dengan terpenuhinya keempat unsur diatas, maka Tergugat terbukti
telah melakukan perbuatan melawan hukum.
III.2.4. Klausula Baku (Perjanjian Standar)
Terkait dengan kasus ini memang sangatlah tepat jika dikaitkan dengan UU
Perlindungan Konsumen karena kasus ini melibatkan pihak-pihak yang termasuk
dalam UU Perlindungan Konsumen yaitu kasus yang timbul antara Penggugat
sebagai konsumen yang menggunakan jasa yang disediakan oleh Tergugat selaku
59
pelaku usaha yang bergerak dalam bidang penyedia jasa perparkiran. Terhadap
klausula baku atau ketentuan yang tertera dalam karcis parkir maupun pada papan
yang terpancang didepan pintu masuk area parkir, yang berbunyi: ”Pihak
pengelola (parkir) tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan, kerusakan,
kecelakaan atas kendaraan atau kehilangan barang-barang yang terdapat di
dalam kendaraan dan atau yang menimpa orang yang menggunakan area parkir
pihak pengelola (parkir)”.
Majelis Hakim tidak memberikan dasar hukum dalam pertimbangannya
akan tetapi menurut hemat Majelis Hakim pada hakekatnya klausul tersebut
merupakan perjanjian yang kesepakatannya bercacad hukum karena timbul dari
ketidak bebasan pihak yang menerima klausul sebab manakala pengendara mobil
memasuki areal parkir, ia tidak punya pilihan lain selain memilih parkir diareal
parkir tersebut sehingga dapat dikatakan kesepakatan tersebut berat sebelah,
artinya kesepakatan tersebut diterima seolah-olah dalam keadaan terpaksa oleh
pihak pengendara. Selain itu tanggung jawab merupakan jaminan bagi pemakai
jasa parkir karena area perparkiran tersebut dikelola oleh Tergugat secara
profesional dan ”Secure Parking”.
Istilah klausula baku terdapat dalam Pasal 1 angka 10 UU Perlindungan
Konsumen, yaitu ”Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen.” Selain itu, UU Perlindungan Konsumen juga
memberikan batasan-batasan dan larangan-larangan terhadap pencantuman
klausula baku tersebut. Pasal 18 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen
menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang
yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang
yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
60
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,
tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh
pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang
yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
Selain itu dalam Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang
mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak
dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Lebih
lanjut Pasal 18 ayat (3) dan (4) mengatakan bahwa setiap klausula baku yang telah
ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi
hukum dan pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan
dengan UU Perlindungan Konsumen.
Terhadap klausula baku atau ketentuan yang tertera dalam karcis parkir
maupun pada papan yang terpancang didepan pintu masuk area parkir yang
dikelola oleh Tergugat yang isinya sebagaimana disebutkan sebelumnya telah
memenuhi Pasal 18 ayat (1) huruf a, maka demi hukum klausul tersebut adalah
batal.
Berkaitan dengan masalah pengundangan dan daya ikat suatu berlakunya
suatu Undang-undang, UU Perlindungan Konsumen dinyatakan berlaku 1 (satu)
tahun setelah diundangkan yaitu tanggal 20 April 2000 karena UU Perlindungan
Konsumen diundangkan pada tanggal 20 April 1999 maka UU Perlindungan
Konsumen tersebut berlaku dan berdaya ikat sejak tanggal 20 April 2000. Degnan
demikian terhadap kasus ini, UU Perlindungan Konsumen tidak dapat digunakan
61
sebagai dasar hukum mengingat pada saat peristiwa hukum kasus ini terjadi
sebelum UU Perlindungan Konsumen tersebut berlaku. Namun demikian dalam
putusannya, Majelis Hakim terhadap kasus ini dapat mewajibkan Tergugat untuk
tidak mencantumkan lagi klausul tersebut dalam karcis parkir maupun pada papan
yang terpancang didepan pintu masuk area parkir mengingat pada saat putusan
Majelis Hakim diucapakan dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 26
Juni 2001, UU Perlindungan Konsumen sudah berlaku.
III.3. Pendapat Hukum Penulis
Berdasarkan pada kasus posisi tersebut diatas, terungkap fakta-fakta hukum
sebagai bahan pertimbangan menganalisa kasus tersebut, yaitu:
1. Mobil Toyota Kijang Super, keluaran tahun 1994 warna biru metalik dengan
Nomor Polisi B 255 SD milik Penggugat telah hilang dari dalam areal
perparkiran Continent Plaza Cempaka Mas, sebagai akibat dari kelalaian dan
kekurang hati-hatian Tergugat;
2. Atas hilangnya mobil tersebut, Tergugat selaku pengelola parkir yang
profesional dan secure parking terbukti telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum dan mengacu pada Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat
harus bertanggung jawab atas perbuatan melanggar hukum baik yang
dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang
menimbulkan kerugian bagi Penggugat.
Berdasarkan pada fakta-fakta hukum yang telah terungkap dalam kasus
tersebut, penulis sangat setuju dengan semua pertimbangan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, hingga dalam putusannya mengabulkan sebagian
dari seluruh gugatan penggugat, dengan menyatakan Tergugat telah melakukan
perbuatan melanggar hukum; menghukum Tergugat untuk membayar ganti
kerugian Materiil dan kerugian Immateriil kepada Para Penggugat; serta
menghukum Tergugat membayar biaya perkara yang timbul.
Namun demikian, penulis tidak sependapat dengan pertimbangan dan putusan
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta yang menolak gugatan Terbanding
semula Penggugat Dalam Kompensi/Tergugat Dalam Rekompensi sepanjang
mengenai kerugian Immateriil sehingga mengubah putusan Pengadilan Negeri
62
Jakarta Pusat yang tidak menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi
Immateriil.
Menurut pendapat J Satrio, kerugian Immateriil adalah kerugian yang
bukan mengenai suatu benda (dalam arti hukum), yang pada asasnya tidak
mempunyai nilai uang, yang sebenarnya tidak bisa dijabarkan/dihitung dalam
sejumlah uang tertentu. diderita oleh kreditur yang tidak bernilai uang. Mengenai
kerugian Immateriil yang dialami oleh korban, pada Pasal 1371 ayat (1) dan (3)
KUHPerdata terdapat ketentuan yang ditujukan kepada badan dan kepribadian
manusia, yang namanya kerugian idiil, disamping kerugian yang mengenai
kekayaan. Sehingga dalam hal ini sudah sepatutnya Penggugat menerima ganti
kerugian Immateriil dari Tergugat, karena secara nyata bahwa setiap orang yang
kehilangan suatu benda yang kepadanya merupakan salah satu pendukung dalam
menjalani kehidupan sehari-hari akan merasa sangat sedih dan bisa jadi menjadi
stres sehingga akan berdampak pada perubahan sikap dan perilakunya. Maka
sudah seharusnya Penggugat berhak atas ganti rugi Immateriil tersebut, namun
demikian paling tidak sudah terbukti secara hukum bahwa perbuatan Tergugat
selaku pengelola parkir dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum dan
atas kehilangan kendaraan dalam area perparkiran yang dikelolannya merupakan
tanggung jawabnya untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen parkir yang
kehilangan kendaraanya tersebut.
ANALISA KASUS DAN PENDAPAT PENULIS
III.1. Kasus Posisi
III.1.1. Tingkat
Pengadilan
Negeri
Jakarta
Pusat
-
Putusan
No.
551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst.
III.1.1.1. Kronologis
Kasus ini berawal dari kejadian dimana pada tanggal 1 Maret 2000, HT
(inisial Penggugat II) dan temannya yang bernama BT (inisial) pergi berbelanja di
Continent (sekarang Carrefour) Plaza Cempaka Mas dengan mengendarai Toyota
Kijang Super, keluaran tahun 1994 warna biru metalik dengan Nomor Polisi B
255 SD (mobil) dengan STNK atas nama Penggugat I yang tak lain adalah Ibu
dari Penggugat II. Sekitar pukul 17:31:42 WIB, mereka tiba di areal perparkiran
Continent Plaza Cempaka Mas yang dikelola oleh SPI (inisial Tergugat).
Setelah menerima karcis tanda masuk dari penjaga pintu masuk, Penggugat
II langsung memarkirkan mobil tersebut di D9-D10 Basement 2 dekat pintu
masuk pertokoan dalam keadaan terkunci dan kemudian masuk ke area
perbelanjaan.
Setelah selesai berbelanja, sekitar pukul 17:50 WIB, Penggugat II kaget dan
terperanjat karena dia sudah tidak menemukan mobil yang diparkirnya di tempat
parkir, alias hilang. Penggugat II segera menanyakan kepada petugas parkir
sambil menunjukkan karcis parkir yang diterimanya dari penjaga pintu masuk dan
dari hasil penelitian ternyata terdapat perbedaan antara karcis parkir yang dimiliki
Penggugat II dengan Nomor Polisi mobilnya, dimana karcis yang diterima
Penggugat II bernomor B 2555 SD sedangkan mobilnya bernomor B 255 SD.
Sehubungan dengan hilangnya mobil tersebut kemudian Penggugat II
dibuatkan berita acara (Surat Tanda Bukti Lapor) di kantor Tergugat. Sewaktu
masih di kantor Tergugat, sekitar pukul 19.30 WIB, Penggugat II dikejutkan
46
47
dengan adanya laporan dari salah seorang petugas yang berjaga dipintu keluar
perparkiran, yang mengatakan bahwa ia baru saja melihat seseorang yang
mencurigakan dengan terburu-buru keluar area perparkiran mengendarai mobil
dengan ciri-ciri sama dengan mobil yang diparkir Penggugat II. Akan tetapi mobil
tersebut meninggalkan area perparkiran dengan menggunakan karcis parkir
bernomor A 1204 AA yang asli dicetak oleh Tergugat namun berdiri sendiri tanpa
ada kendaraannya.
Pada hari yang sama, Penggugat II melaporkan kehilangan mobilnya kepada
Polsek Kemayoran dengan surat laporan Pol. No. 170/K/III/2000/Sek.KMO,
tertanggal 1 Maret 2010 dan menurut informasi dari aparat kepolisian setempat
bahwa ternyata area perparkiran dimana Penggugat II memarkirkan mobilnya
telah beberapa kali terjadi hal yang serupa dengan hal yang dialami oleh
Penggugat II.
Merasa dirugikan oleh Tergugat dengan hilangnya mobil tersebut sebagai
akibat dari kelalaian dan kekurang hati-hatian serta perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh petugas perparkiran yang merupakan pegawai dari Tergugat,
Para Penggugat melalui kuasa hukumnya memutuskan menyelesaikan masalah ini
melalui jalur hukum dengan menggugat Tergugat ke Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat.
Dalam Petitumnya, selain memohon kepada Majelis Hakim untuk
menyatakan Tergugat telah melakukan perbuatan melawan hukum dan
meletakkan sita jaminan, Penggugat juga mengajukan ganti rugi Materiil sebesar
Rp. 137.800.000,- (Seratus Tiga Puluh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) dan ganti
rugi Immateriil sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah).
III.1.1.2. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
menyatakan:
1) bahwa memang menjadi hal yang logis atas pernyataan Tergugat yang
menyatakan bahwa mobil Kijang Super Nomor Polisi B 255 SD tidak pernah
masuk dalam perparkiran yang dikelola oleh Tergugat pada tanggal 1 Maret
2000 karena yang tercatat dalam data base komputer adalah mobil dengan
48
Nomor Polisi B 2555 SD, sehingga konsekuensinya mobil dengan Nomor
Polisi B 2555 SD saat ini masih ada dalam areal perparkiran karena karcis
parkirnya masih ditangan Penggugat II, namun kenyataanya secara pisik mobil
a quo telah tiada alias hilang dalam area perparkiran yang dikelola oleh
Tergugat. Selain itu terungkap fakta/kenyataan dalam persidangan bahwa
hilangnya mobil Para Penggugat tidak terlepas dari adanya unsur kelalaian dan
kekurang hati-hatian dari pegawai/karyawan Tergugat yang telah melakukan
kesalahan pencatatan nomor Polisi mobil Penggugat II yang seharusnya B 255
SD tetapi dicatat B 2555 SD sehingga akibat kesalahan pencatatan itu data
nomor Polisi mobil yang tercatat dalam data base komputer tidak sesuai
dengan nomor Polisi mobil secara kenyataan;
2) bahwa Tergugat telah terbukti melakukan Perbuatan Melawan Hukum
sehingga putusan Majelis Hakim tidak perlu lagi menunggu adanya putusan
Pidana yang berkekuatan hukum tetap.
3) bahwa Penggugat sama sekali tidak pernah menuduh atau menyatakan bahwa
Tergugatlah yang telah mencuri mobilnya yang hilang tersebut akan tetapi
karena kelalaian dan kekurang hati-hatian Tergugat serta sikap/perbuatan
Tergugat yang pasif dengan tidak melakukan upaya yang maksimal untuk
mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat. Sehingga
disimpulkan bahwa terhadap sikap/perbuatan dari Tergugat tersebut dapat
dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum (=PMH) karena Tergugat
selain melanggar kewajiban hukumnya, juga pegawai/karyawan Tergugat
melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (PATINA).
4) bahwa sesuai Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat selaku
majikan (pengelola yang mempekerjakan pegawai/karyawan) bertanggung
jawab atas perbuatan melanggar hukum baik yang dilakukan sendiri maupun
yang dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi
Para Penggugat. Dengan demikian, gugatan Para Penggugat yang dialamatkan
kepada Tergugat sudah tepat dan meskipun belum ada putusan Hakim Pidana
yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan kesalahan Tergugat, maka
Tergugat sebagaimana alasan-alasan tersebut diatas tetap dapat dimintai
pertanggungjawaban atas hilangnya mobil Para Penggugat tersebut.
49
III.1.1.3. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
diketuai oleh Andi Samsan Nganro, SH., beranggotakan I Ketut Gede, SH., dan
Muh. Daming Sunusi, SH. mengabulkan sebagian dari seluruh gugatan
penggugat, yaitu:
1) Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum;
2) Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para
Penggugat sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah);
3) Menghukum pula Tergugat membayar ganti kerugian Immateriil kepada Para
Penggugat sebesar Rp. 15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah); dan
4) Menghukum Tergugat Kompensi / Penggugat Dalam Rekompensi untuk
membayar biaya perkara yang timbul sebesar Rp. 849.000,- (Delapan Ratus
Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah).
III.1.2. Tingkat Banding Pengadilan Tinggi Jakarta – Putusan No.
115/Pdt/2002/PT.DKI.
III.1.2.1. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta
Dalam pertimbanganya, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta tidak
sependapat dengan pertimbangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai ganti
kerugian Immateriil, yang didasarkan kepada keadaan stres dan kegoncangan jiwa
dari Penggugat II, karena menurut pendapat Pengadilan Tinggi tidak ada
hubungan nyata antara kegoncangan jiwa dengan kehilangan mobil. Atas dasar
pertimbangan
tersebut,
gugatan
Terbanding
semula
Penggugat
Dalam
Kompensi/Tergugat Dalam Rekompensi ditolak sepanjang mengenai kerugian
Immateriil.
III.1.2.2. Putusan Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta
Dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta yang diketuai
oleh Agustinus Hutauruk, SH., beranggotakan Soeparno, SH., dan Ny. R. rr. Sri
Sumartinah, SH., menerima permohonan pemeriksaan dalam tingkat banding dari
Pembanding dan memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal
50
26 Juni 2001 No. 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., yang dimohonkan banding tersebut,
sehingga amar putusannya menjadi sebagai berikut:
1) Mengabulkan gugatan Para Penggugat untuk sebagian;
2) Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum;
3) Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para
Penggugat sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah); dan
4) Menghukum Pembanding semula Tergugat Kompensi / Penggugat Dalam
Rekompensi untuk membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan
yang dalam tingkat banding ditetapkan sebesar Rp. 150.000,- (Seratus Lima
Puluh Ribu Rupiah).
III.1.3. Tingkat Kasasi Mahkamah Agung – Putusan No. 1264 K/Pdt/2003.
III.1.3.1. Pertimbangan Mahkamah Agung
Tidak diterimanya permohonan kasasi oleh Pemohon Kasasi didalam
Keputusan Mahakamah Agung tersebut dikarenakan memori kasasi yang diajukan
oleh Pemohon Kasasi tersebut malampaui batas waktu yang ditentukan UndangUndang.
Berkenaan dengan batas waktu penyampaian memori kasasi kepada
Mahkamah Agung diatur dalam Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14
Tahun 1985 jo. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung
(”UU Mahkamah Agung”) yang isinya menyatakan bahwa ”Dalam pengajuan
permohonan kasasi pemohon wajib menyampaikan pula memori kasasi yang
memuat alasan-alasannya, dalam tenggang waktu 14 (empat belas) hari setelah
permohonan yang dimaksud dicatat dalam buku daftar.” Lebih lanjut dalam
penjelasannya menyatakan bahwa ”Mengajukan suatu memori kasasi yang
memuat alasan-alasan permohonan kasasi adalah suatu syarat mutlak untuk
dapat diterimanya permohonan kasasi. Memori ini harus dimasukkan selambatlambatnya 14 (empat belas) hari sesudah mengajukan permohonan kasasi.”
Berdasarkan pada Pasal 47 ayat (1) UU Mahkamah Agung tersebut penyampaian
memori kasasi merupakan syarat mutlak untuk dapat diterimanya suatu
permohonan kasasi yang harus dimasukkan selambat-lambatnya 14 (empat belas)
hari sesudah mengajukan permohonan kasasi. Namun dalam kenyataanya dalam
51
kasus ini, memori kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi melewati batas
waktu yang ditentukan dalam Pasal 47 ayat (1) UU Mahkamah tersebut dimana
berdasarkan
pada
Akta
Permohonan
Kasasi
No.
102/SRT.PDT.KAS/2002/PN.JKT.PST yang dibuat oleh Panitera Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat, memori kasasi yang diajukan secara tertulis yang memuat
alasan-alasan yang diterima oleh Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tersebut pada tanggal 12 Desember 2002 sedangkan permohonan kasasi diajukan
pada tanggal 27 Nopember 2002 sehingga jangka waktu antara permohonan
kasasi dengan pengajuan memori kasasi adalah 17 (tujuh belas) hari. Maka
sangatlah tepat jika permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon kasasi oleh
Mahkamah Agung dalam putusannya menyatakan bahwa permohonan kasasi
tersebut tidak dapat diterima.
III.1.3.2. Putusan Mahkamah Agung
Dalam putusannya, Mahkamah Agung yang diketuai oleh I Made Tara, SH.,
beranggotakan Prof. Rehingena Purba, SH., MS menyatakan permohonan kasasi
dari Pemohon Kasasi tersebut tidak dapat diterima dan menghukum Pemohon
Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 500.000,(Lima Ratus Ribu Rupiah).
III.2. Analisa Kasus
Analisa kasus didasarkan pada kronologis perkara, pertimbangan dan
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; pertimbangan dan putusan Pengadilan
Tinggi Jakarta; dan pertimbangan dan putusan Mahkamah Agung.
Pokok-pokok pembahasan dalam analisa putusan kasus ini terkait dengan
gugatan penggugat; eksepsi tergugat; perbuatan melawan hukum; dan klausula
baku.
III.2.1. Gugatan Penggugat
Penggugat, dalam gugatannya didasarkan pada Pasal 1366 jo Pasal 1367
KUHPerdata. Bunyi daripada Pasal-pasal KUHPerdata tersebut, yaitu:
Pasal 1366 KUHPerdata berbunyi:
52
“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan karena perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya.”
Pasal 1367 KUHPerdata berbunyi:
“Seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan
oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.
“Majikan-majikan dan mereka yang mengangkat orang-orang lain untuk
mewakili urusan-urusan mereka, adalah bertanggung jawab tentang
kerugian yang diterbitkan oleh pelayan-pelayan atau bawahan-bawahan
mereka di dalam melakukan pekerjaan untuk mana orang-orang ini
dipakaiya.”
Melihat isi daripada Pasal 1366 jo. Pasal 1367 KUHPerdata diatas,
Penggugat mendalilkan bahwa pegawai atau bawahan Tergugat telah melakukan
perbuatan melawan hukum yang telah menimbulkan kerugian besar bagi para
Penggugat, perbuatan melawan hukum mana adalah menjadi tanggung jawab
Tergugat selaku majikan ataupun perusahaan tempat pegawai yang melakukan
perbuatan melawan hukum itu bekerja.
Penggugat juga mendasarkan gugatannnya pada Pasal 4 ayat a, d, dan h UU
Perlindungan Konsumen mengenai hak-hak konsumen, yaitu:
Ayat a : Hak
atas
keamanan,
kenyamanan,
dan
keselamatan
dalam
mengkomsumsi barang dan/atau jasa;
Ayat d : Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan;
Ayat h : Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Atas kerugian yang dialami oleh Penggugat, maka Penggugat selain
menuntut agar Tergugat dinyatakan telah melakukan perbuatan melawan hukum,
53
Penggugat juga menuntut agar Tergugat memberikan ganti rugi Materiil sebesar
Rp. 137.800.000,- (Seratus Tiga Puluh Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) dan ganti
rugi Immateriil sebesar Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta Rupiah). Namun ternyata
atas pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat akhirnya
memutuskan untuk mengabulkan sebagian dari seluruh gugatan penggugat, yaitu:
Menyatakan bahwa Tergugat telah melakukan perbuatan melanggar hukum;
Menghukum Tergugat membayar ganti kerugian Materiil kepada Para Penggugat
sebesar Rp. 60.000.000,- (Enam Puluh Juta Rupiah); Menghukum pula Tergugat
membayar ganti kerugian Immateriil kepada Para Penggugat sebesar Rp.
15.000.000,- (Lima Belas Juta Rupiah); dan Menghukum Tergugat Kompensi /
Penggugat Dalam Rekompensi untuk membayar biaya perkara yang timbul
sebesar Rp. 849.000,- (Delapan Ratus Empat Puluh Sembilan Ribu Rupiah).
Dalam tingkat banding, ternyata Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta tidak
sependapat dengan pertimbangan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengenai ganti
kerugian Immateriil, sehingga dalam putusannya, Majelis Hakim Pengadilan
Tinggi Jakarta menerima permohonan pemeriksaan dalam tingkat banding dari
Pembanding dan memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal
26 Juni 2001 No. 551/Pdt.G/2000/PN.Jkt.Pst., dengan meniadakan ganti rugi
Immateriil kepada Penggugat.
III.2.2. Eksepsi Tergugat
Tergugat, dalam eksepsinya menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak
mempunyai dasar hukum, tidak didukung bukti, dan salah alamat yang akan
dijelaskan dibawah ini:
a. Gugatan Tidak Mempunyai Dasar Hukum
Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak
mempunyai dasar hukum karena berdasarkan pada data yang tercatat pada data
base komputer Tergugat, salah satu mobil yang masuk di area parkir parkir yang
dikelolanya adalah mobil dengan Nomor Polisi B 2555 SD dan tidak ada sama
sekali mobil Kijang dengan Nomor Polisi B 255 SD yang diklaim milik
Penggugat yang memasuki area parkir yang dikelola oleh Tergugat pada tanggal 1
Maret 2000.
54
Majelis Hakim dalam putusannya menolak eksepsi Tergugat ini, dengan
pertimbangan bahwa memang menjadi hal yang logis atas pernyataan Tergugat
yang menyatakan bahwa mobil Kijang Super Nomor Polisi B 255 SD tidak pernah
masuk dalam perparkiran yang dikelola oleh Tergugat pada tanggal 1 Maret 2000
karena yang tercatat dalam data base komputer adalah mobil dengan Nomor Polisi
B 2555 SD, sehingga konsekuensinya mobil dengan Nomor Polisi B 2555 SD saat
ini masih ada dalam areal perparkiran karena karcis parkirnya masih ditangan
Penggugat II, namun kenyataanya secara pisik mobil a quo telah tiada alias hilang
dalam area perparkiran yang dikelola oleh Tergugat. Selain itu terungkap
fakta/kenyataan dalam persidangan bahwa hilangnya mobil Para Penggugat tidak
terlepas
dari
adanya
unsur
kelalaian
dan
kekurang
hati-hatian
dari
pegawai/karyawan Tergugat yang telah melakukan kesalahan pencatatan nomor
Polisi mobil Penggugat II yang seharusnya B 255 SD tetapi dicatat B 2555 SD
sehingga akibat kesalahan pencatatan itu data nomor Polisi mobil yang tercatat
dalam data base komputer tidak sesuai dengan nomor Polisi mobil secara
kenyataan.
b. Gugatan Tidak Didukung Bukti
Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa dalil Penggugat yang
mengakui bahwa mobilnya telah hilang dan mengakui telah melaporkan
kehilangan mobil tersebut kepada polisi merupakan pengakuan yang merupakan
salah satu alat bukti (Vide Pasal 174 HIR) bahwa mobil tersebut telah dicuri oleh
orang lain dan kini polisi sedang berusaha mencari pencuri mobil tersebut untuk
dimintai pertanggungjawabannya baik secara perdata maupun pidana.
Bahwa sesuai dengan asas hukum acara perdata dan praktek beracara di
Pengadilan sehari-hari, manakala dalam suatu masalah terkait dengan aspek
pidana dan perdata sekaligus, maka gugatan perdata baru dapat diajukan ke
Pengadilan untuk menuntut ganti kerugian apabila sudah ada putusan pidana yang
telah berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde).
Majelis Hakim dalam putusannya menolak eksepsi Tergugat ini dengan
pertimbangan bahwa Tergugat telah terbukti melakukan Perbuatan Melawan
Hukum sehingga putusan Majelis Hakim tidak perlu lagi menunggu adanya
putusan Pidana yang berkekuatan hukum tetap.
55
c. Gugatan Salah Alamat
Dalam eksepsinya, Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat kepada
Tergugat adalah gugatan salah alamat karena gugatan seharusnya ditujukan
kepada orang yang mencuri mobil tersebut bukan kepada Tergugat sebab
Tergugat bukan pencuri mobil tersebut atau paling tidak belum ada bukti bahwa
mobil tersebut hilang sebagai akibat kelalaian Tergugat.
Majelis Hakim dalam putusannya juga telah menolak eksepsi Tergugat ini
dengan pertimbangan bahwa Penggugat sama sekali tidak pernah menuduh atau
menyatakan bahwa Tergugatlah yang telah mencuri mobilnya yang hilang tersebut
akan tetapi karena kelalaian dan kekurang hati-hatian Tergugat serta
sikap/perbuatan Tergugat yang pasif dengan tidak melakukan upaya yang
maksimal untuk mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat.
Sehingga disimpulkan bahwa terhadap sikap/perbuatan dari Tergugat
tersebut dapat dikualifisir sebagai perbuatan melanggar hukum (=PMH) karena
Tergugat selain melanggar kewajiban hukumnya, juga pegawai/karyawan
Tergugat melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (PATINA).
Bahwa sesuai Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat selaku
majikan (pengelola yang mempekerjakan pegawai/karyawan) bertanggung jawab
atas perbuatan melanggar hukum baik yang dilakukan sendiri maupun yang
dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang menimbulkan kerugian bagi Para
Penggugat. Dengan demikian, gugatan Para Penggugat yang dialamatkan kepada
Tergugat sudah tepat dan meskipun belum ada putusan Hakim Pidana yang
berkekuatan hukum tetap yang menyatakan kesalahan Tergugat, maka Tergugat
sebagaimana
alasan-alasan
tersebut
diatas
tetap
dapat
dimintai
pertanggungjawaban atas hilangnya mobil Para Penggugat tersebut.
III.2.3. Perbuatan Melawan Hukum
Gugatan ini adalah gugatan yang didasarkan pada suatu perbuatan melawan
hukum pada Pasal 1365 KUHPerdata, dimana pasal ini menyatakan bahwa:
”Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian, mengganti kerugian
tersebut.”
56
Suatu perbuatan merupakan suatu perbuatan yang melanggar hukum yang
memenuhi Pasal 1365 KUHPerdata adalah jika didalam perbuatan tersebut
memenuhi unsur-unsur:
a. Perbuatan melawan hukum
Suatu perbuatan adalah merupakan perbuatan melawan hukum apabila
memenuhi salah satu unsur dibawah ini:
1) Bertentangan dengan Undang-undang;
2) Bertentangan dengan hak orang lain;
3) Bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri;
4) Bertentangan dengan kesusilaan; atau
5) Bertentangan dengan keharusan yang harus diindahkan dalam pergaulan
masyarakat mengenai orang lain atau benda.
Terkait dengan kasus ini, unsur yang pertama telah terpenuhi sehingga
perbuatan pegawai/karyawan Tergugat merupakan perbuatan melawan hukum
karena pegawai/karyawan Tergugat tidak melakukan upaya yang maksimal
untuk mencari dan mencegah upaya keluarnya mobil Penggugat. Hal ini
ditunjukkan dengan kesaksian para saksi yaitu Beatrik Deliana Siahaan dan
Herman Tambunan yang menyatakan bahwa setelah kurang lebih 1,5 (satu
setengah) jam setelah dibuatkan Berita Acara Kehilangan, ada informasi dari
pegawai Tergugat yang mengatakan bahwa mobil Penggugat baru saja keluar
area perparkiran yang dikelola oleh Tergugat. Hal ini membuktikan bahwa
pegawai/karyawan
Tergugat
tidak
berupaya
maksimal
melakukan
pengamanan, pencarian dan pencegahan sehingga perbutan pegai/karyawan
Tergugat tersebut melanggar asas-asas kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian
(PATINA).
Selain itu unsur bertentangan dengan keawajiban hukumnya sendiri juga
telah terpenuhi sehingga menguatkan bahwa perbuatan Tergugat tersebut
merupakan perbuatan melawan hukum karena Tergugat selaku pelaku usaha di
bidang Secure Parking tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan
pengamanan yang maksimal terhadap setiap mobil yang diparkir didalam area
perparkiran yang dikelolannya.
57
b. Kesalahan
Dalam Pasal 1365 KUHPerdata, apabila unsur kesalahan itu dilakukan
baik dengan sengaja atau dilakukan karena suatu kealpaan, maka akibat
hukumnya adalah sama yaitu bahwa si pelaku tetap bertanggung jawab untuk
membayar kerugian yang diderita oleh orang lain sebagai akibat dari
perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh si pelaku.
Terkait dengan kasus ini, kesalahan yang dilakukan oleh Tergugat adalah
dimana petugas parkir yang bertugas dipintu masuk yang merupakan pegawai
Tergugat telah melakukan kelalaian dalam melakukan pencatatan nomor Polisi
yang dikendarai oleh Penggugat II yang seharusnya B 255 SD akan tetapi
dicatat B 2555 SD. Atas kelalaian petugas parkir tersebut menyebabkan nomor
Polisi yang tercatat dalam data base komputer berbeda dengan nomor Polisi
mobil secara kenyataan. Selain itu tidak adanya upaya maksimal yang
dilakukan oleh para pegawai Tergugat untuk melakukan pengamanan terhadap
mobil Penggugat yang tengah diparkir di area parkir yang dikelola oleh
Tergugat sebelum mobil tersebut hilang dan selain itu tidak adanya upaya
untuk melakukan pencarian dan pencegahan agar mobil Penggugat tersebut
keluar dari area perparkiran karena apabila pegawai Tergugat dengan
keprofesionalannya melakukan tindakan pencarian dan pencegahan setalah
adanya laporan dari Penggugat maka mobil Penggugat kemungkinan besar
tidak akan hilang dan bahkan pelaku pencurian dapat ditangkap.
c. Kerugian
Yang dimaksud dengan kerugian dalam Pasal 1365 KUHPerdata adalah
kerugian yang timbul sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum. Tiap
perbuatan melawan hukum tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian
uang/harta saja, akan tetapi juga dapat menyebabkan kerugian moril atau idiil,
yakni ketakutan, terkejut, sakit dan kehilangan kesenangan hidup.
Terkait dengan kasus ini, perbuatan Tergugat yang telah melanggar
hukum selain telah mengakibatkan kerugian dalam hal uang dan harta
kekayaan juga mengakibatkan stres karena merasa bersalah bagi Penggugat II,
sehingga berdampak pada sikap Penggugat II yang menjadi pemurung, suka
58
menyendiri karena diliputi perasaan yang sedih sehingga berdampak pula pada
aktifitas Penggugat II sebagai mahasiswa.
d. Hubungan sebab akibat (kausalitas) antara kesalahan dengan kerugian yang
ditimbulkan.
Adanya suatu unsur sebab-akibat untuk memenuhi Pasal 1365
KUHPerdata dimaksudkan untuk meneliti apakah terdapat hubungan kausal
antara kesalahan yang dilakukan dengan kerugian yang ditimbulkan. Sehingga
dengan demikian si pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Bila seseorang melakukan perbuatan melawan hukum, maka sanksi dalam
Pasal 1365 KUHPerdata hanya dapat dijatuhkan apabila perbuatan tersebut
menimbulkan kerugian.
Terkait dengan kasus ini, kerugian yang diderita oleh Penggugat adalah
sebagai akibat dari perbuatan yang dilakukan oleh Tergugat. Hubungan atas
kesalahan atau kelaian dalam pencatatan nomor polisi dikaitkan dengan
kerugiannya adalah apabila Tergugat telah melakukan pencatatan, maka
Tergugat harus bertanggung jawab atas mobil milik Penggugat dan
berkewajiban untuk melakukan pengamanan yang maksimal terhadap mobil
Penggugat untuk mencegah hilangnya mobil Penggugat tersebut. Hilangnya
mobil Penggugat tersebut telah menunjukan bahwa tidak adanya tanggung
jawab Tergugat terhadap mobil Penggugat. Sedangkan untuk kesalahan
dengan tidak melakukan pencarian dan pencegahan agar mobil tersebut tidak
keluar dari area perparkiran juga telah terbukti dengan hilangnya mobil
Penggugat tersebut, padahal Penggugat telah melaporkan kehilangan mobilnya
tersebut 1,5 jam sebelum mobil tersebut keluar dari area perparkiran.
Dengan terpenuhinya keempat unsur diatas, maka Tergugat terbukti
telah melakukan perbuatan melawan hukum.
III.2.4. Klausula Baku (Perjanjian Standar)
Terkait dengan kasus ini memang sangatlah tepat jika dikaitkan dengan UU
Perlindungan Konsumen karena kasus ini melibatkan pihak-pihak yang termasuk
dalam UU Perlindungan Konsumen yaitu kasus yang timbul antara Penggugat
sebagai konsumen yang menggunakan jasa yang disediakan oleh Tergugat selaku
59
pelaku usaha yang bergerak dalam bidang penyedia jasa perparkiran. Terhadap
klausula baku atau ketentuan yang tertera dalam karcis parkir maupun pada papan
yang terpancang didepan pintu masuk area parkir, yang berbunyi: ”Pihak
pengelola (parkir) tidak bertanggung jawab atas segala kehilangan, kerusakan,
kecelakaan atas kendaraan atau kehilangan barang-barang yang terdapat di
dalam kendaraan dan atau yang menimpa orang yang menggunakan area parkir
pihak pengelola (parkir)”.
Majelis Hakim tidak memberikan dasar hukum dalam pertimbangannya
akan tetapi menurut hemat Majelis Hakim pada hakekatnya klausul tersebut
merupakan perjanjian yang kesepakatannya bercacad hukum karena timbul dari
ketidak bebasan pihak yang menerima klausul sebab manakala pengendara mobil
memasuki areal parkir, ia tidak punya pilihan lain selain memilih parkir diareal
parkir tersebut sehingga dapat dikatakan kesepakatan tersebut berat sebelah,
artinya kesepakatan tersebut diterima seolah-olah dalam keadaan terpaksa oleh
pihak pengendara. Selain itu tanggung jawab merupakan jaminan bagi pemakai
jasa parkir karena area perparkiran tersebut dikelola oleh Tergugat secara
profesional dan ”Secure Parking”.
Istilah klausula baku terdapat dalam Pasal 1 angka 10 UU Perlindungan
Konsumen, yaitu ”Setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen.” Selain itu, UU Perlindungan Konsumen juga
memberikan batasan-batasan dan larangan-larangan terhadap pencantuman
klausula baku tersebut. Pasal 18 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen
menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang
ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula
baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
a. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
b. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang
yang dibeli konsumen;
c. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang
yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
60
d. menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;
e. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau
pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen;
f. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau
mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
g. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru,
tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh
pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya;
h. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk
pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang
yang dibeli oleh konsumen secara angsuran.
Selain itu dalam Pasal 18 ayat (2) menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang
mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak
dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. Lebih
lanjut Pasal 18 ayat (3) dan (4) mengatakan bahwa setiap klausula baku yang telah
ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi
hukum dan pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan
dengan UU Perlindungan Konsumen.
Terhadap klausula baku atau ketentuan yang tertera dalam karcis parkir
maupun pada papan yang terpancang didepan pintu masuk area parkir yang
dikelola oleh Tergugat yang isinya sebagaimana disebutkan sebelumnya telah
memenuhi Pasal 18 ayat (1) huruf a, maka demi hukum klausul tersebut adalah
batal.
Berkaitan dengan masalah pengundangan dan daya ikat suatu berlakunya
suatu Undang-undang, UU Perlindungan Konsumen dinyatakan berlaku 1 (satu)
tahun setelah diundangkan yaitu tanggal 20 April 2000 karena UU Perlindungan
Konsumen diundangkan pada tanggal 20 April 1999 maka UU Perlindungan
Konsumen tersebut berlaku dan berdaya ikat sejak tanggal 20 April 2000. Degnan
demikian terhadap kasus ini, UU Perlindungan Konsumen tidak dapat digunakan
61
sebagai dasar hukum mengingat pada saat peristiwa hukum kasus ini terjadi
sebelum UU Perlindungan Konsumen tersebut berlaku. Namun demikian dalam
putusannya, Majelis Hakim terhadap kasus ini dapat mewajibkan Tergugat untuk
tidak mencantumkan lagi klausul tersebut dalam karcis parkir maupun pada papan
yang terpancang didepan pintu masuk area parkir mengingat pada saat putusan
Majelis Hakim diucapakan dalam sidang terbuka untuk umum pada tanggal 26
Juni 2001, UU Perlindungan Konsumen sudah berlaku.
III.3. Pendapat Hukum Penulis
Berdasarkan pada kasus posisi tersebut diatas, terungkap fakta-fakta hukum
sebagai bahan pertimbangan menganalisa kasus tersebut, yaitu:
1. Mobil Toyota Kijang Super, keluaran tahun 1994 warna biru metalik dengan
Nomor Polisi B 255 SD milik Penggugat telah hilang dari dalam areal
perparkiran Continent Plaza Cempaka Mas, sebagai akibat dari kelalaian dan
kekurang hati-hatian Tergugat;
2. Atas hilangnya mobil tersebut, Tergugat selaku pengelola parkir yang
profesional dan secure parking terbukti telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum dan mengacu pada Pasal 1365 jo. Pasal 1367 KUHPerdata, Tergugat
harus bertanggung jawab atas perbuatan melanggar hukum baik yang
dilakukan sendiri maupun yang dilakukan oleh pegawai/karyawannya yang
menimbulkan kerugian bagi Penggugat.
Berdasarkan pada fakta-fakta hukum yang telah terungkap dalam kasus
tersebut, penulis sangat setuju dengan semua pertimbangan Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, hingga dalam putusannya mengabulkan sebagian
dari seluruh gugatan penggugat, dengan menyatakan Tergugat telah melakukan
perbuatan melanggar hukum; menghukum Tergugat untuk membayar ganti
kerugian Materiil dan kerugian Immateriil kepada Para Penggugat; serta
menghukum Tergugat membayar biaya perkara yang timbul.
Namun demikian, penulis tidak sependapat dengan pertimbangan dan putusan
Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Jakarta yang menolak gugatan Terbanding
semula Penggugat Dalam Kompensi/Tergugat Dalam Rekompensi sepanjang
mengenai kerugian Immateriil sehingga mengubah putusan Pengadilan Negeri
62
Jakarta Pusat yang tidak menghukum Tergugat untuk membayar ganti rugi
Immateriil.
Menurut pendapat J Satrio, kerugian Immateriil adalah kerugian yang
bukan mengenai suatu benda (dalam arti hukum), yang pada asasnya tidak
mempunyai nilai uang, yang sebenarnya tidak bisa dijabarkan/dihitung dalam
sejumlah uang tertentu. diderita oleh kreditur yang tidak bernilai uang. Mengenai
kerugian Immateriil yang dialami oleh korban, pada Pasal 1371 ayat (1) dan (3)
KUHPerdata terdapat ketentuan yang ditujukan kepada badan dan kepribadian
manusia, yang namanya kerugian idiil, disamping kerugian yang mengenai
kekayaan. Sehingga dalam hal ini sudah sepatutnya Penggugat menerima ganti
kerugian Immateriil dari Tergugat, karena secara nyata bahwa setiap orang yang
kehilangan suatu benda yang kepadanya merupakan salah satu pendukung dalam
menjalani kehidupan sehari-hari akan merasa sangat sedih dan bisa jadi menjadi
stres sehingga akan berdampak pada perubahan sikap dan perilakunya. Maka
sudah seharusnya Penggugat berhak atas ganti rugi Immateriil tersebut, namun
demikian paling tidak sudah terbukti secara hukum bahwa perbuatan Tergugat
selaku pengelola parkir dikualifikasikan sebagai perbuatan melawan hukum dan
atas kehilangan kendaraan dalam area perparkiran yang dikelolannya merupakan
tanggung jawabnya untuk memberikan ganti rugi kepada konsumen parkir yang
kehilangan kendaraanya tersebut.