Pengorganisasian, yakni me- ngembangkan kekuatan perempuan, Pelayanan modal adalah tindak- an alternatif untuk menjawab kebu-

batasan akses ekonomi merupakan salah satu alasan ketimpangan posisi perempuan, maka pengembangan e- konomi bisa menjadi salah satu stra- tegi untuk penguatan perempuan. Te- tapi, seperti pengalaman para anggo- ta ASPPUK, peningkatan ekonomi ter- sebut ternyata tidak semata-mata dan secara otomatis menjadi jaminan untuk mencapai kekuatan bagi pe- rempuan, karena masalah relasi gen- der tidak hanya bersumber dari faktor keterbatasan ekonomi. Untuk itulah, dalam pengembangan program dibu- tuhkan pendekatan yang terintegrasi dan holistik dalam beberapa aspek. Setidaknya pengalaman PERSEPSI menjadi rujukan disamping penga- laman anggota ASPPUK lain seperti PPSW, LP2SD, Sada Ahmo, maupun LP3M. Pengalaman tersebut didoku- mentasikan dalam buku pengalaman lembaga masing-masing dan tampak pula dari hasil penelitian yang dilaku- kan oleh ASPPUK bersama AKATIGA, serta dalam refleksi pengalaman para pendamping lapang anggota ASPPUK di wilayah Jawa, Sumatra, Kaliman- tan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Dari pengalaman-pengalaman di atas diyakini bahwa penguatan ekonomi dengan perspektif gender menjadi strategi penguatan perempuan, baik dalam situasi normal maupun pada wilayah bencana. Dr. Hesti Wijaya da- lam laporan evaluasi program PER- SEPSI menyatakan bahwa pendekat- an pengembangan pada aspek ekono- mi dengan perspektif gender meng- gunakan pendekatan kelompok dan mengembangkan model pelatihan yang dirancang secara partisipatif de- ngan menggunakan media kreatif ter- bukti efektif dalam peningkatan pe- ngetahuan dan kesadaran bagi pe- rempuan. Lebih lanjut, pendekatan dimaksud dapat diuraikan sebagai be- rikut:

a. Pengorganisasian, yakni me- ngembangkan kekuatan perempuan,

khususnya PUK, dalam wadah organi- sasi kelompok. Pada kelompok yang aktif terjadi proses pembelajaran yang memungkinkan terbangunnya kesadaran kritis. Untuk membangun kekuatan kolektif maka perlu dilaku- kan pendampingan melalui kelompok maupun pendekatan secara individual agar terjadi proses transfer informasi. Transfer informasi perlu pula dilaku- kan melalui pelatihan-pelatihan infor- mal dan terstruktur. 31 BAHASAN UTAMA JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007 Hesti Wijaya dan BW. Widada. 1996 Laporan evaluasi Program Peningkatan Usaha Kecil Perem- puan yang Berperspektif Gender. Laporan untuk PERSEPSI. Tidak diterbitkan. 14 14 Pelatihan dirancang atas hasil peni- laian kebutuhan. Selanjutnya, dalam prosesnya mengedepankan pengem- bangan metode belajar orang desa yang partisipatif, jenis pelatihan bisa dikelompokkan ke dalam jenis pela- tihan motivasional, pengembangan kesadaran, dan keterampilan. Misal- nya untuk pelatihan keterampilan u- saha diberikan pelatihan perencana- an usaha, manajemen usaha, pening- katan mutu produk, dan penganeka- ragaman produk. Untuk pelatihan pe- nyadaran diberikan pelatihan penge- nalan konsep gender, hak-hak perem- puan, dan pendidikan politik. Sedang- kan pelatihan yang bersifat motiva- sional contohnya adalah pelatihan pe- ngembangan sikap-sikap kewira- swastaan. Dalam situasi pascabencana, kelom- pok ini juga difungsikan sebagai trau- ma healing dan wahana membangun kembali modal sosial yang pernah di- miliki komuniti. Tidak jarang terjadi ketegangan dalam hal pembagian bantuan. Oleh karena itu kelompok menjadi alternatif wahana komunika- si untuk mengelola distribusi bantuan dan upaya pemulihan lainnya.

b. Pelayanan modal adalah tindak- an alternatif untuk menjawab kebu-

tuhan akan keterbatasan akses terha- dap modal. Dalam program pengem- bangan usaha sekaligus untuk pe- nguatan modal, layanan modal juga harus diarahkan pada pencapaian ke- butuhan praktis dan strategis perem- puan. Di ASPPUK dikembangkan ske- ma kredit untuk usaha dan untuk ke- butuhan khusus perempuan agar mendukung usaha. Pada wilayah ben- cana, skema kredit juga hendaknya mengakomodasi kebutuhan nyata la- in. Saat ini sedang dikembangkan la- yanan modal untuk pemulihan kem- bali perkakas dan sarana usaha. Ada yang bersifat hibah, tetapi ada pula yang sifatnya pinjaman dengan bunga subsidi. Pembedaan perlakuan ini menjadi kebijakan di kelompok. Sebagaimana dilakukan oleh Koperasi SETARA di Klaten, modal usaha dibe- rikan kepada anggota yang usahanya hancur dan modalnya habis untuk pembangunan kembali rumahnya. Dengan modal baru, anggota yang bersangkutan bisa memulai lagi usa- hanya dalam waktu 2 bulan pasca- gempa. Layanan kredit memang di- khususkan untuk modal usaha, se- dangkan untuk kepentingan bahan makan, peralatan rumah, dan perka- kas serta sarana usaha juga men- dapatkan bantuan. Koperasi SETARA yang juga mendistribusikan bantuan untuk kepentingan tersebut. Dengan kata lain, layanan modal untuk pemu- lihan usaha pascabencana tidak bisa 32 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 12 NO. 1 MARET 2007 PEMULIHAN USAHA KECIL-MIKRO DAN PENGUATAN PEREMPUAN DI WILAYAH BENCANA menjadi satu-satunya upaya pemu- lihan kembali usaha. Pelayanan modal dalam kepentingan strategis dilakukan dengan cara men- dorong perempuan menghimpun ke- kuatan modal sendiri. Proses pengor- ganisasian dalam mengelola layanan modal terbukti efektif pula. Tidak ha- nya kepentingan modal, tetapi juga organisasi layanan modallembaga keuangan bagi perempuan merupa- kan media yang efektif pula dalam pe- ningkatan kesadaran kritis, solidari- tas, dan kepercayaan diri perempuan. Sebagaimana penuturan beberapa anggota LKP Lembaga Keuangan Pe- rempuan yang diinisiasi ASPPUK da- lam pendiriannya, diakui efektif untuk pemberdayaan di atas. Pembentukan LKP, sebagai media pemberdayaan ekonomi perempuan, bermanfaat untuk menyediakan pin- jaman dengan mudah, baik untuk usaha maupun bukan usaha, yang se- belumnya sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkannya dari pihak lembaga keuangan formal. Kasus di Lombok memperlihatkan bahwa LKP ternyata dapat menghindarkan seba- gian besar anggotanya dari jerat ren- tenir. Selain itu, LKP pun bermanfaat bagi perempuan sebagai ibu rumah tangga. Setelah menjadi anggota LKP, mereka dapat meminjam uang untuk modal usaha dan bertindak sebagai pengambil keputusan yang bertang- gung jawab terhadap hasil keputusan- nya tersebut. Mereka bebas mengaju- kan permohonan pinjaman, baik de- ngan statusnya sebagai perempuan yang belum menikah, janda, atau pun bersuami.

c. Pengembangan layanan Pasar. Pasar dalam pengertian ini memiliki