Persepsi Wartawan tentang TV Info Di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas

Oleh :

Dewi Soraya

Nim : 41807072

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG


(2)

iv

DI KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT

(Sudi Deskriptif Mengenai Media Humas Dalam Penyampaian Informasi) OLEH

DEWI SORAYA 41807072

Skripsi ini dibawah bimbingan Arie Prasetio, S.Sos,.M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menguraikan dan mengetahui mengenai bagaimana persepsi wartawan tentang Tv Info di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat mengenai media humas Tv Info dalam penyampaian informasi.

Metode penelitan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, dokumentasi, studi pustaka, dan sumber internet. Pengambilan informan disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan berdasarkan tujuan penelitian. Teknik analisa data yang digunakan yaitu dengan analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Sedangkan untuk menguji keabsahan data digunakan Triangulasi Data untuk mengecek kebenaran dengan cara menghilangkan perbedaan-perbedaan yang ada saat mengumpulkan data.

Hasil penelitian ini adalah dalam proses penyampaian informasinya melalui tahapan yang sangat panjang. Dari berita mentah yang telah diolah oleh humas, kemudian berita tersebut diserahkan kepada Kasi. Penkum dan Humas, selanjutnya berita tersebut diserahkan kepada Asisten Intelejen. Dari Asisten Intelejen berita tersebut diserahkan kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, sebagai gate keeper Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat berfungsi menyaring berita mana yang boleh ditampilkan pada Tv Info, setelah selesai berita tersebut baru boleh ditampilkan pada Tv Info. Dalam pengelolaan kesan wartawan terhadap Tv Info, komponen artifaktual yang ada disekitar Tv Info mendukung dari tampilan layout dan tv info itu sendiri. Sehingga tampilan layout memberikan kesan positif yang nyaman. Persepsi wartawan dengan adanya Tv Info dianggap cukup membantu dalam pencarian informasi, karena Tv info menampilakn berita-berita yang up to date.

Simpulan dan saran, dengan adanya Tv Info sebagai media humas dalam penyampaian informasi, memudahkan wartawan dalam mencari berita. Karena dengan adanya Tv Info wartawan dapat mengetahui berita seputar Kejaksaan Tinggi Jawa Barat tanpa harus bertanya kepada Kasi. Penkum dan humas, atau Kasubsi. Humas. Hanya saja informasi yang ada dalam Tv Info harus di konfirmasi lagi. Sebaiknya ada operator atau orang yang tugasnya khusus menangani Tv Info. Agar peristiwa yang terjadi bisa langsung di tampilkan dalam Tv Info.


(3)

v BY DEWI SORAYA

41807072

This research under guidance by Arie Prasetio, S. Sos,. M. Si

This study aims to describe, describe and learn about how perceptions regarding Tv Info reporters in the West Java High Court Tv Info about media relations in the delivery of information.

Research methods used in this research is descriptive method, using a qualitative approach. For data collection is done by in-depth interviews, documentation, literature, and internet sources. Taking informant tailored to the needs of researchers and based on objective research. Data analysis technique used is the qualitative data analysis model of Miles and Huberman. Meanwhile, to test the validity of the data used to check the truth of triangulated data by eliminating the differences that exist when collecting data.

The results of this study is in the process of delivering information through a very long stage. From the raw news that has been processed by the PR, then the news was given to Kasi. Penkum and PR, then the news was given to the Assistant intelligence. From Intelligence Assistant Chief of the news was given to the High Court of West Java, as a gate keeper Chief Prosecutor's Office of West Java function to filter the news which may be shown on Tv Info, after news of new info should be shown on TV. In the management of journalists impression on Tv Info, artifactual components that exist around Tv Info supportive of the view layout and info tv itself. So that the display layout providing a convenient positive impression. Perceptions of journalists with Tv Info considered quite helpful in information retrieval, because TV news show info up to date.

Conclusion and suggestions, in the presence of TV as a medium of PR info in the delivery of information, ease in finding news reporters. Due to the presence of Tv Info reporters can find out news about the West Java High Court without having to ask Kasi. Penkum and public relations, or Kasubsi. PR. Only the information contained in the Tv Info must be in the confirmation again. Better to have an operator or a person with a special duty to handle the Television Info. So that every incident happen can be displayed on the Television Info.


(4)

vi Assalamua’laikum Wr.Wb

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya yang telah memberikan kekuatan dan petunjuk serta ketabahan bagi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Persepsi Wartawan Tentang Tv Info Di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat (Studi Deskriptif Mengenai Media Humas Tv Info Dalam Penyampaian Informasi)”.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami peneliti, terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan menjadi hambatan terbesar dalam penyusunan skripsi ini. Tetapi berkat kerja keras, optimis dan dukungan dari semua pihak, akhirnya peneliti bisa menyelesaikannya dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun peneliti harapkan agar dapat memberikan manfaat dan kemajuan bagi peningkatan peneliti dimasa yang akan datang.

Peneliti juga pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang terdekat dengan peneliti yaitu kedua orang tua yang tersayang, Ayah dan Mamah yang telah memberikan dukungan, biaya, pengorbanan, kesabaran dan do’anya selama ini,


(5)

vii

1. Yang Terhormat Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah membantu peneliti khususnya dalam mengeluarkan surat permohonan penelitian untuk melakukan penelitian di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan pengesahaan pada skripsi ini.

2. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah memberikan pengesahan pada skripsi ini. Juga memberikan banyak arahan, nasihat, saran serta ilmu pelajaran hidup yang berharga bagi peneliti untuk di masa depan.

3. Ibu Melly Maulin, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi, yang telah memberikan pengarahan sebelum penelitian dilaksanakan.

4. Ibu Desayu Eka Surya, S.Sos, M.Si., selaku Dosen Wali yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, nasihat, saran serta ilmu pelajaran hidup yang berharga bagi penulis untuk di masa depan.

5. Bapak Arie Prasetio, S.Sos,.M.Si selaku Dosen Pembimbing peneliti yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan, masukan, serta nasehat dalam penyusunan skripsi yang telah banyak membantu peneliti pada saat bimbingan skripsi.


(6)

viii

Kom, selaku sekretariat Ilmu Komunikasi yang telah memperlancar kegiatan akademik di Universitas Komputer Indonesia

8. Bapak Suryo Atmono, SH.,M.H. selaku Kasi. Penkum dan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang telah memberikan ijin penelitian di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat. Terimakasih telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

9. Ibu Yeni Sulastri, SH. selaku Kepala Bagian Humas yang telah membantu dalam memberikan informasi dan bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

10. Bapak Endang Taryana, selaku wartawan RRI yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan dan diwawancarai oleh peneliti serta, memberikan banyak informasi mengenai persepsi wartawan tentang Tv Info.

11. Bapak Roby Sanjaya, selaku wartawan Jurnal Nasional yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan dan diwawancarai oleh peneliti serta memberikan banyak informasi mengenai persepsi wartawan tentang Tv Info.

12. Bapak Zaky Yamani selaku wartawan Pikiran Rakyat yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informan dan diwawancarai oleh


(7)

ix

insipirasi, pengertian, perhatian dan dukungan selama ini.

14. Sahabat yang tercinta Rachmawati Windyaningrum, Octaviani Fauziah Renzy, dan Dwi Nurmalita Sari yang setia berjuang dari awal kuliah hingga saat ini dan telah memberikan saran serta motivasi dan membantu peneliti dalam penelitian ini. Kalian sahabat terbaikku, kita selalu berempat tanpa terpisahkan Genk Kuncir.

15. Sahabat-sahabat lama ku Vera Soraya, Sarah Nurul F, Fildzah Adlina D, dan Annisa Nurhayati, Ismail, Aldimas, Zulfadli . Trimakasih atas dukungan dan do’anya selama ini.

16. Teh Leni Wastika, yang telah dan sangat membantu peneliti dalam memberikan arahan awal dalam penelitian dan meminjamkan buku-buku yang sangat penting kepada peneliti. Makasih teteh…….

17. Runtini Krisniawati yang selalu memberikan motivasi, bantuan selama ini menemani peneliti untuk terjun ke lapangan serta selalu menghibu disaat peneliti sudah mulai jenuh. Thanks banget yah.

18. Feri Hadiyanto H,S.Pi terima kasih atas perhatian, motivasi, dan semangat serta doa yang selalu kamu berikan dalam sujud mu. Thanks a lot 4 everything.

19. Teman-teman seperjuangan IK 2 angkatan 2007 dan IK-Humas 2 angkatan 2007, yang tetap semangat dan saling mendukung.


(8)

x

21. Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan penulisan pada skripsi ini.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam melakukan penulisan skripsi ini dan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca lainnya umumnya. Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Juli 2011


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk hidup. Manusia berkembang, bertambah besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya, merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Selain itu manusia juga merupakan mahluk sosial, dengan kata lain manusia dapat disebut juga makhluk monodualis (tidak dapat berdiri sendiri), dimana manusia sebagai makhluk monodualis membutuhkan orang lain untuk menolong dirinya sendiri. Selain makhluk monodualis, manusia juga adalah makhluk yang berkembang, manusia selalu mengikuti perubahan salah satunya adalah perkembangan zaman pada saat ini. Perkembangan manusia sendiri dapat dilakukan dengan cara mengeksplor kemampuan yang ada dalam dirinya salah satu caranya adalah dengan mempersepsi.

Manusia sering kali mempunyai pandangan berbeda mengenai sesuatu hal seperti didalam lingkungan sekitar kita yaitu mengenai benda, situasi, orang ataupun peristiwa disekitar kita. Meskipun kita diterpa informasi yang sama, tetapi cara pandang dalam memaknai informasi terkadang berbeda. Hal tersebut dapat disebut sebagai persepsi. Setiap orang memiliki FOR (Frame Of Reference)

dan FOE (Field Of Experience) yang berbeda. FOR (Frame Of Reference) adalah

pengalaman orang lain yang termediakan secara tertulis atau lisan seperti audio visual dan cetak. Sedangkan FOE (Field Of Experience) adalah pengalaman pribadi, dimana dari FOR dan FOE tersebut kita juga dapat mempersepsi. Dalam


(10)

pengaplikasiannya, wartawan dapat mempersepsi mengenai sesuatu yang dapat dilatar belakangi dari pengalaman pribadinya, atau bisa didapat dari pengalaman orang lain yang termediakan.

Menurut Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D. menyebutkan bahwa persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. (Mulyana, 2007 : 179)

Sedangkan menurut Jalaludin Rakhmat, persepsi berarti pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.(Rakhmat,2007:51)

Dari kedua definisi diatas maka dapat di ambil garis besarnya bahwa persepsi merupakan sebuah cara pandang seseorang memandang informasi yang telah kita terima. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai berbagai macam profesi yang berbeda tergantung dengan apa yang ia kuasai, salah satunya adalah wartawan. Setiap perusahaan memiliki media humas yang bersifat informatif.

Media humas dibagi menjadi dua, yaitu media humas internal dan media humas eksternal. Media humas internal merupakan sebuah media yang di gunakan oleh humas untuk memberikan informasi seputar perusahaan kepada pihak internal perusahaan. Dan adapun contoh media humas internal yaitu seperti majalah dinding, buletin, kotak saran dan lain-lain. Sedangkan humas eksternal merupakan sebuah media yang digunakan oleh humas untuk memberikan informasi seputar perusahaan kepada khalayak. Adapun contoh media humas eksternal seperti press release, press conference, pameran dan lain-lain. Media


(11)

humas eksternal di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat adalah dengan adanya Tv info, tv info merupakan media audiovisual. Sebagai salah satu media humas eksternal, maka disini tv info berfungsi memberikan informasi seputar kejaksaan tinggi kepada wartawan, yang nantinya informasi tersebut akan di muat oleh wartawan sebagai berita yang menjadi konsumsi publik.

Dalam pekerjaanya wartawan bertugas mencari berita, yang kemudian akan diberitakan kepada khalayak atau masyarakat. Berita adalah informasi yang diketahui oleh pihak penerimanya. (Jefkins, 1995:119)

Wartawan mencari berita untuk di informasikan kepada khalayak. Berita tersebut bisa didapatkan dari mana saja, bisa dari lingkungan sekitar atau dari suatu lembaga perusahaan, dimana media merupakan jalur penghubung langsung antara organisasi dan para khalayak. Suatu lembaga organisasi baik perusahaan maupun organisasi-organisasi yang lain pastinya membutuhkan humas. Dalam sebuah organisasi biasanya memiliki struktur hierarkis yang sistematis seperti direktur, manager, humas, dan lain-lain. Disini peneliti cenderung menitik beratkan pada humas, karena ditujukan pada konsentrasi keilmuan.

Humas adalah bagian terpenting dalam struktur organisasi suatu perusahaan, humas juga merupakan sebuah ujung tombak dari perusahaan. Humas dikenal juga dengan sebutan PR (Public Relations) menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupun yang non-komersial. Menurut (British) Institute of Public Relations, PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik ( good will ) dan saling pengertian antara


(12)

suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. (Jefkins, 1995 : 9) Dari definisi diatas, dapat diketahui bahwa PR adalah suatu rangkaian kegiatan atau program yang berlangsung secara berkelanjutan dan teratur, dan untuk memastikan bahwa

organisasi tersebut senantiasa dimengerti dengan adanya kata „saling‟ maka itu

berarti organisasi harus saling memahami setiap kelompok atau individu yang terlibat.

PR merupakan suatu konsep dasar yang menjadi arah acuan yang berhubungan dan bertanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya. Adanya hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat atau publiknya dapat menciptakan interaksi positif yang pada ujungnya akan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Dan PR menjadi dibutuhkan disuatu instansi pemerintah atau perusahaan swasta karena relasi dan interaksi merupakan satu kebutuhan penting dalam kehidupan bisnis dan organisasi yang ada dimasyarakat. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri oleh setiap instansi pemerintah atau perusahaan swasta karena komunikasi dan interaksi yang dilakukan suatu instansi atau perusahaan akan menentukan keberhasilan serta kemajuan instansi atau perusahaan swasta tersebut.

Organisasi atau perusahaan pasti selalu berhubungan dengan khalayaknya. Namun praktisi humas pada saat ini sudah harus memfokuskan pekerjaannya pada khalayak tertentu saja. Khalayak humas, yaitu kelompok atau orang-orang yang berhubungan atau berkomunikasi dengan perusahaan, baik khalayak internal maupun eksternal. Seorang Public Relations dalam rangka memperkenalkan lembaga kepada khalayaknya pasti mempunyai usaha yang harus dilakukan.


(13)

Untuk itu seorang publik relations dapat memilih media yang dapat digunakan dalam rangka pelaksanaan tugasnya seefektif mungkin dan dengan tenaga serta biaya dan waktu yang seefisian mungkin.

Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin cepat menyebabkan pengaruh besar terhadap kegiatan penyebar luasan informasi atau gagasan. Ini berarti pula berpengaruh besar terhadap kegiatan hubungan masyarakat. Media massa (pers, radio, televisi dan film) sangat membantu kegiatan hubungan masyarakat. Dengan menggunakan media massa penyebaran informasi bukan saja sangat luas tetapi juga cepat dan serentak. (Widjaja, 2010 : 77)

Dalam mempublikasikan berbagai kegiatan serta informasi seputar perusahaan humas atau yang bisa juga dikenal dengan Public Relations membutuhkan sebuah media publikasi seperti media audio (radio, telepon) media visual (surat kabar, buletin, dan pamflet) dan media audio visual (televisi). Dengan media audio visual dimaksud sebagai media yang menyiarkan berita yang ditangkap baik dengan indera mata maupun indera telinga.

Televisi merupakan media interaktif yang menghasilkan suatu informasi pasti memiliki ketertarikan, televisi cenderung efektif mempersepsi suatu peristiwa atau pesan. Selain itu tv juga merupakan merupakan contoh media yang termasuk dalam media audio visual, karena televisi adalah gabungan dari media audio dan media visual. Dimana media audio adalah hanya dapat di dengar seperti radio, telepon, dan tape recorder. Sedangkan media visual adalah media yang dapat ditangkap oleh mata dengan kata lain dapat dilihat, media visual seperti pameran, surat kabar, pamflet dan lain lain.

TV info adalah tv yang berisi informasi data-data mengenai kejaksaan tinggi Jawa Barat dari tahun 2008 sampai sekarang seperti struktur organisasi, kinerja


(14)

dan testimoni, saran dan pengaduan, jaksa agung dari masa-kemasa, dan daftar kejaksaan tinggi. Tv info telah di launching pada tanggal 09 Desember 2010, dan Tv info di perbaharui informasinya sebulan sekali, kemudian Tv info sendiri mempunyai layar LCD yangb berukuran 32 inci.

Gambar 1.1 Tv Info

Sumber : Dokumentasi Penulis, 2011

Ruang lingkup pekerjaan humas mencakup enam bidang pekerjaan yaitu : 1. Publisitas.

2. Pemasaran. 3. Public Affair. 4. Manajemen isu 5. Lobi

6. Hubungan investor

Seluruh bidang pekerjaan humas tersebut telah menghasilkan spesialisasi kehumasan yang bersifat khusus. Disebut spesialisasi kehumasan karena melayani khalayak. Salah satu bidang kekhususan humas itu adalah Public affair, dimana dalam public affair melahirkan tiga bidang kekhususan, salah satunya adalah Government Relations. Government


(15)

pemerintahan. Lembaga tertentu memiliki unit ini karena mereka banyak melakukan proyek yang harus terus menerus bekerja sama atau berkoordinasi dengan pemerintah. (Morissan, 2008 : 31-32)

Dalam ruang lingkup pekerjaan humas, humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk ke dalam spesialisasi Public Affair. Karena Kejaksaan Tinggi Jawa Barat bekerja sama dan berkoordinasi dengan pemerintah.

Adanya kehumasan pada tiap instansi pemerintah merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka penybaran tentang aktifitas instansi tersebut baik kedalam maupun keluar yaitu pada masyarakat pada umumnya humas merupakan suatu alat untuk memperlancar interaksi serta penyebaran informasi melalui pers, radio, televisi dan media lainnya. (Widjaja, 2010 : 63)

Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk dalam instansi pemerintah. Karena didirikan untuk mencapai tujuan yang bersifat nonbisnis atau tidak mencari keuntungan, dalam organisasi nonprofit dibagi menjadi dua bagian, yaitu organisasi nonprofit pemerintah dan organisasi nonprofit bukan pemerintah. Dalam penggolongan tersebut Kejaksaan Tinggi Jawa Barat termasuk dalam golongan organisasi nonprofit pemerintah. Karena kegiatan operasionalnya dibiayai oleh pemerintah atau negara.

Pada saat peneliti melakukan Parktek Kerja Lapangan (PKL) di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, ada beberapa kegiatan yang dilakukan humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat diantaranya yaitu kliping, membuat press release, dan mencatat surat masuk. Selain kegiatan humas tersebut, Kejaksaan Tinggi Jawa Barat juga berencana untuk membuat media publikasi humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat sebagai salah satu informasi yang dapat diberikan kepada khalayak, seperti internet atau website Kejaksaan Tinggi Jawa Barat, dan Tv info. Tv info juga merupakan salah satu media publikasi humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat


(16)

dengan adanya Tv info dapat memberikan informasi seputar Kejaksaan Tinggi Jawa Barat kepada wartawan. Oleh karena alasan itu peneliti tertarik untuk mengkaji persepsi wartawan mengenai Tv info sebagai media yang cukup efektif. Dari uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Bagaimana Persepsi Wartawan Tentang Tv Info di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat (Studi Dekriptif Mengenai Media Humas dalam penyampaian informasi)?”

1.2Identifikasi Masalah

Dari rumusan masalah diatas maka identifikasi msalahnya adalah : 1. Bagaimana Proses Penyampaian informasi dalam Tv Info? 2. Bagaimana pengelolaan kesan wartawan pada Tv Info?

3. Bagaimana Persepsi Wartawan tentang Tv Info sebagai Media Humas di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ?

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari peneliti ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana Persepsi Wartawan Tentang Tv Info di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat (Studi Dekriptif

Mengenai Media Humas dalam penyampaian informasi)?”

1.3.2 Tujuan Penelitian

Dari berbagai permasalahan seperti yang terdapat dalam identifikasi masalah maka tujuan penelitian ini adalah :


(17)

2. Untuk mengetahui pengelolaan kesan wartawan pada Tv Info.

3. Untuk mengetahui Persepsi Wartawan Tentang Tv Info di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu komunikasi secara umum, sedangkan kegunaan teoritis secara khusus diharapkan dapat meningkatkan pemahaman yang berkaitan tentang kajian ilmu Public Relations (Hubungan Masyarakat) melalui media humas dalam penyampaian informasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti adalah sebagai suatu pelajaran dan pengalaman mengenai masalah penelitian yaitu Persepsi Wartawan Dengan Adanya Tv Info sebagai Media Humas di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

2. Universitas

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umum, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus. Dan sebagai literatur bagi yang akan melaksanakan penelitian yang sama.


(18)

3. Perusahaan

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini sebagai masukan atau evaluasi dalam media humas di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

1.5Kerangka pemikiran 1.5.1 Kerangka Teoritis

Dalam kerangka pemikiran teoritis ini peneliti mengambil proses terjadinya persepsi, kemudian definisi dari penyampaian pesan, pengelolaan Kesan, persepsi serta definisi media humas.

Dimana pada proses terjadinya persepsi diawali dengan selecting, organizing, interpretating yang dapat menghasilkan makna. (Wood dalam Prasetio, 2007 : 40)

1. Selecting = Pada suatu situasi tertentu manusia memusatkan diri pada apa yang ia anggap penting.

2. Organizing = Orang mengorganisasikan pesan itu dalam cara yang berbeda-beda. Setelah menyeleksi suatu pesan kemudian ia akan menyusunnya dalam beberapa kategori.

3. Interpretasi adalah = proses subjektif dari penjelasan pesepsi dengan cara membiarkan orang memberikan maknanya kepada suatu objek atau peristiwa. (Wood dalam Prasetio, 2007 : 20-22)


(19)

Gambar 1.2

Proses Terjadinya Persepsi

Sumber : Wood dalam Prasetio, 2007 : 40

Dalam identifikasi masalah diatas berkaitan tentang proses penyampaian informasi. Informasi dapat disebut juga dengan pesan. Proses penyampaian informasi (pesan) terjadi karena ada penyampaian pesan dan penerima pesan. Terjadinya informasi membuat terjalinnya hubungan antara penyampai pesan dan penerima pesan. (Widjaja, 2010 : 31)

Dalam menyampaikan pesan atau informasi mengenai perusahaan kepada publiknya atau khalayak, seorang publik relations tentunya membutuhkan media. Hal tersebut dapat disebut dengan media humas.

Media humas adalah segala bentuk media masyarakat yang digunakan humas dalam pekerjaannya dengan tujuan publikasi yang luas agar produk atau jasa yang

Selecting Organizing Interpretating Makna

Schemata Kognitif

Prototypes Personal

Construct

Stereotypes Script


(20)

humas pasarkan lebih dikenal oleh masyarakat. Media humas bersifat lebih kepada publikasi dan komunikasi. Media komunikasi yang penting digunakan humas adalah dalam kemitraannya dengan media pers (cetak atau elektronik)1.

Apabila dalam proses penyampaian informasi (pesan) memiliki ketertarikan, pasti orang akan membaca, dan melihat informasi seperti apa yang sedang diberitakan. Sedangkan definisi dari ketertarikan sendiri adalah awal dari keinginan kita untuk mencari tahu2. Ketika seseorang sudah memiliki ketertarikan terhadap seseuatu maka ia akan mecari tahu tentang sesuatu yang ia suka. Seperti wartawan, jika ia tertarik mengenai suatu berita maka ia akan mencari tahu informasi mengenai berita tersebut. Kemudian ia akan menulis berita tersebut sesuai dengan persepsinya sebagai wartawan.

Pengelolaan kesan merupakan dimana seseorang menilai sesuatu secara sekilas. Untuk menilai pengelolaan kesan, dapat menggunakan komponen artifaktual. Yang mana komponen artifaktual merupakan peralatan lengkap yang digunakan untuk menampilkan front. (Rakhmat, 2007 : 96)

Pendapat Julia T. Wood mengenai proses terjadinya persepsi juga disepakkati oleh Prof. Dedy Mulyana dalam buku Ilmu komunikasi suatu pengantar di jelaskan bahwa “persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Dan menurut para ahli seperti Brain Fellows persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu

1

http://rachmadisaleh.blogspot.com/2010/12/mata-kuliah-humas-boleh-copas.html (03-05-2011/21:19)

2


(21)

organisme menerima dan menganalisis informasi. Sedangkan menurut Rudolph F. Verderber persepsi adalah menafsirkan informasi indrawi.” (Mulyana, 2007 : 179-180)

Menurut R.P Abelson (1968) persepsi yaitu suatu proses memberikan makna, yang berakar dari berbagai faktor, yakni : a) latar belakang budaya, kebiasaan adat-istiadat yang dianut seorang masyarakat. b) pengalam masa lalu seseorang atau kelompok tertentu menjadi landasan atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. c) nilai-nilai yang dianut (moral,etika, dan keagamaanyang dianut atau nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat. d) berita-berita, dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang di publikasikan itu dapat sebagai pembentukan opini masyarakat. (Ruslan, 2008 : 67)

Sebelum seseorang mempersepsi, tentunya orang tersebut akan menerima suatu pesan atau informasi. Dimana ketika ia menerima pesan atau informasi, ia akan memusatkan pikirannya pada apa yang ia anggap penting dalam beberapa hal.

“Dan kemudian mengkategorikan berdasarkan scemata kognitifnya (Prototypes, Personal Contructs, Stereotypes dan Scripts) lalu menafsirkannya, dan pada akhirnya ia memberi makna pada suatu objek atau fenomena yang ada.” (Wood dalam Prasetio, 2007 : 20)

Dan persepsi juga menafsirkan informasi indrawi, maksudnya yakni apa yang telah ditangkap oleh panca indra kita maka akan menafsirkannya melalui sudut pandang kita. Dalam bukunya Wood yang dikutip oleh Arie Prasetio, Ada empat macam skemata kognitif untuk memaknai persepsi, diantaranya:

1. Prototypes

Adalah struktur ilmu pengetahuan yang menjelaskan representatif kita dari beberapa kategori (Fehr,1993:89). Contohnya, kita mempunyai prototypes tentang dosen yang baik, sahabat yang setia dan pasangan yang sempurna. Atau dengan kata lain, mengklasifikasi orang dengan


(22)

mengetahui yang mana prototypes kita yang paling mendekati logika kita. Prototypes mengorganisasikan persepsi dengan menempatkan orang dan beberapa fenomena dalam kategori tertentu sesuai dengan prototypes masing-masing individu.

2. Personal Constructs

Pintar-bodoh, atraktif-pendiam, baik-jahat. Personal contructs membuat orang lebih memaknai secara detil dari beberapa kualitas suatu fenomena. Personal contructs membentuk pesepsi kita, karena orang menggambarkan sesuatu itu hanya dari istilah bagaimana ukuran-ukuran dari konstruk yang kita gunakan sehari-hari.

3. Stereotypes

Adalah prediksi atau meramalkan keseluruhan tentang orang dan situasi. Stereotypes bisa akurat atau tidak. Karena stereotypes berdasarkan kecurigaan atau asumsi, bukan fakta.

4. Scripts

Dalam mengorganisasi persepsi, orang menggunakan naskah. Yang mana, fungsinya memandu orang untuk melakukan aksi berdasarkan dari pengalaman dan observasi. Misalnya, menyapa teman, mengucapkan salam kepada pacar atau berbicara dengan dosen, orang akan menggunakan naskahnya untuk mengorganisasikan persepsi.

Prototypes, Personal Contructs, Stereotypes dan Scripts adalah skemata kognitif yang kita gunakan untuk mengorganisasikan bagaimana


(23)

yang orang pikir tentang suatu objek dan situasi. (Wood dalam Prasetio, 2007 : 21-22)

1.5.2 Kerangka Konseptual

Dalam definisi proses penyampaian informasi diatas menyatakan bahwa terjadinya informasi membuat terjalinnya hubungan antara penyampai pesan dan penerima pesan. Pada penelitian ini yang berperan sebagai penyampai pesan adalah humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan sedangkan yang menerima pesan tersebut adalah wartawan, dan karena proses penyampaian informasilah terjadinya hubungan antara Kejaksaan Tinggi Jawa Barat dan wartawan. Oleh karena hal tersebut perlulah bagi seorang humas menjaga hubungan baik dengan wartawan, yaitu suatu hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan. Dimana wartawan membutuhkan berita untuk di muat dan perusahaan membutuhkan wartawan untuk memberitakan seputar perusahaannya.

Jika wartawan memiliki ketertarikan dalam suatu berita, maka rasa ketertarikan dapat menghasilkan suatu kegairahan dan semangat dalam menulis. Kemudian, ketika ia menulis menggunakan nalarnya atau pengetahuannya sebagai wartawan hal itu juga bisa disebut sebagai persepsi. Selain itu, komponen dari artifaktual tempat diletakkannya Tv Info juga medukung untuk menarik perhatian wartawan mengunjungi ruangan tersebut. Karena ruangan tempat diletakkannya Tv Info tersebut bersih, rapih, dan ada kursi tamu untuk menunggu, sehingga menciptakan rasa nyaman bagi orang yang sedang melihat Tv Info.


(24)

Seperti yang telah dikatakan oleh Brain Fellows mengenai definisi persepsi diatas yang menyatakan bahwa persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi. Dari pernyataan tersebut dapat kita ketahui seseorang yang telah menerima informasi tersebut tentunya akan menganalisis informasi yang telah didapatnya melalui sudut pandang orang tersebut.

Berikut ini merupakan proses terjadinya persepsi:

Selecting

Seorang wartawan bertugas mencari berita untuk di publikasikan kepada khalayak, ketika seorang wartawan menemukan suatu informasi yang baru maka ia akan memperhatikan informasi tersebut yang telah menarik perhatiannya. Setelah memperhatikan, maka ia menyeleksi informasi tersebut di dalam pikirannya dan ia akan memilih informasi yang dianggapnya penting untuk diketahui oleh publik.

Organizing

Setelah ia menyeleksi suatu informasi tersebut, kemudian ia mengkelompokkan informasi yang didapatkan dari kesamaan, kedekatan, serta kecenderungan untuk melengkapi hal-hal yang dianggap belum lengkap. Setelah hal tersebut disusun atau diolah berdasarkan Schemata Kognitif individu. Schemata Kognitif merupakan ingatan yang dihasilkan berdasarkan pengalaman masa lalu. Macam-macam Schemata Kognitif antara lain yaitu :


(25)

1. Prototypes

Yang dimaksud dengan prototypes adalah baik atau buruknya seseorang berdasarkan pada sudut pandang serta pengalaman masing-masing individu. Begitu pula yang terjadi pada informasi yang didapat oleh wartawan. Baik atau buruknya informasi yang telah didapat oleh wartawan berdasarkan pengalaman yang telah didapatkannya.

2. Personal Constructs

Dalam personal construct dimana seorang wartawan dapat menilai informasi yang telah ia peroleh melalui tv info, baik berupa informasi terbaru ataupun yang sudah ada.

3. Stereotypes

Pada stereotypes seorang wartawan dapat memprediksikan mengenai informasi yang telah didapatnya sebelumnya mendapatkan data-data.

4. Scripts

pada script, seorang wartawan setelah menerima informasi ia akan

menulis berita tersebut, kemudian setelah melalui proses editor berita tersebut di publikasikan kepada khalayak. Berita berfungsi mengarahkan persepsi khalayak akan informasi dalam berita tersebut.

Interpretating

Sehingga dengan adanya pengelompokan informasi tersebut maka wartawan dapat menafsirkan informasi sesuai sudut pandangnya.


(26)

1.6Pedoman Wawancara

Pertanyaan Untuk Kasi Penkum dan Humas, dan Humas Kejaksaan Tinggi Jawa Barat.

1. Bagaimana Proses Penyampaian informasi dalam Tv Info?

 Bagaimana berita-berita yang di ditampilkan pada tv info dalam penyampaian informasi?

 Bagaimana tahap-tahap penyampaian informasi ?

 Menu apa saja yang ada dalam Tv info ?

 Bagaimana pengontrolan dan pengelolaan informasi dalam tv info?

 Bagaimana kesulitan yang dihadapi kasi. Penkum dan humas dalam proses penyampaian informasi melalui tv info?

 Bagaimana perkembangan tv info dalam jangka panjang dan jangka pendek ?

 Seperti apa feedback yang datang dari wartawan? Pertanyaan Untuk Wartawan.

2. Bagaimana pengelolaan kesan wartawan pada Tv Info?

 Bagaimana komponen artifaktual yang berada di sekitar tv info?

 Bagaimana tampilan layout dari tv info(Font, Warna, dan Design,?

 Bagaimana penampilan dr tv info?

3. Bagaimana Persepsi Wartawan Dengan Adanya Tv Info sebagai Media Publikasi Humas di Kejaksaan Tinggi Jawa Barat ?


(27)

 Bagaimana persepsi anda mengenai Tv Info sebagai media humas dalam penyampaian informasi?

 Apakah Tv info dapat menarik perhatian anda? 1.7Subjek Penelitian dan Informan

1.7.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu, baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat-keadaannya (“attribut”-nya) akan diteliti. Dengan kata lain subjek penelitian adalah sesuatu yang di dalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian3. Sedangkan subjek penelitian menurut Tatang M (2009) adalah sesuatu yang didalam dirinya melekat atau terkandung objek penelitian. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah Kejaksaan Tinggi Jawa Barat pada bagian penkum dan humas.

1.7.2 Informan

Informan adalah individu yang diharapkan dapat menjadi mitra peneliti dengan segenap keberagamannya. Individu informan ini dapat berupa pelaku aktivitas, pengamat, orang yang secara langsung mengelola atau merencanakan, atau bahkan orang yang menerima informasi secara tidak langsung. Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Karena kecenderungan data yang sudah jelas peneliti menetapkan 5 informan.

Pemilihan informan dilakukan dengan berdasarkan tujuan penelitian dimana informan dijadikan sumber informasi yang mengetahui tantang masalah penelitian

3

http://dalyerni.multiply.com/journal/item/378/PENGUMPULAN_DATA_PRIMER_MELALUI_PEN GAMATAN Pukul 17:50


(28)

yang sedang diteliti oleh peneliti, dengan pertimbangan bahwa merekalah yang paling mengetahui informasi yang akan diteliti.

Tabel 1.1

Informan Penelitian

No. Nama Jabatan

1. Suryo Atmono S.H Kepala Seksi Penkum

dan Humas

2. Yeni Sulastri S.H Kepala Sub Seksi

Hubungan Masyarakat

3. Endang Wartawan RRI

4. Zaky Wartawan Pikiran Rakyat

5. Roby Wartawan Jurnal

Nasional.

Data yang dikumpulkan diperiksa kembali bersama-sama informan. Langkah ini memungkinkan dilihat kembali akan kebenaran informasi yang dikumpulkan. Selain itu juga harus dilakukan konfirmasi data kepada narasumber lain yang dianggap paham terhadap masalah yang diteliti. Sedangkan triangulasi metode dilakukan untuk mencocokkan informasi yang diperoleh dari satu teknik pengumpulan data (wawancara mendalam).


(29)

1.8Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dekriptif (deskriptive research) yaitu suatu metode yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian deskripsi dapat pula diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu.

Penelitian kualitatif menurut bogdan dan taylor merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan didasari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar dan individu secara utuh. Dalam metode kualitatif, realitas dipandang sebagai suatu yang berdimensi banyak, suatu kesatuan utuh serta berubah-ubah. Sehingga biasanya, rancangan penelitian tersebut tidak disusun secara rinci dan pasti sebelum penelitiannya dimulai. Untuk alasan itu pula, pengertian kualitatif sering di asosiasikan denganteknik analisis data dan penulisan laporan penelitian.

Menurut Krik dan Miler (1986 : 29) mendefinisikan bahwa: “penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasa dan peristilahan” 4.

4

Pujiastuti, Ayu, Dyah.Fenomena blog sebagai media komunikasi alternatif pada masyarakat informasi indonesia.2008.Bandung :Universitas Komputer Indonesia


(30)

1.9 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.9.1 Wawancara Mendalam

Adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu). (Moleong:186)

Wawancara akan dilakukan secara terstruktur bertujuan mencari data yang mudah dikuantifikasi, digolongkan, diklasifikasikan dan tidak terlalu beragam, dimana sebelumnya peneliti menyiapkan daftar pertanyaan.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam kepada Kepala Kasi Penkum dan Humas, Kepala Sub Seksi Hubungan Masyarakat, Enjang wartawan RRI, dan Wawan Wartawan Pikiran Rakyat sebagai sumber informasi penelitian.

1.9.2 Observasi

Sutrisno Hadi (1986) Mengemukakan bahwa, Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. (Sugiono, 2011 : 145)

1.9.3 Dokumentasi

Menurut Kamus umum bahasa Indonesia, arti dari kata “ dokumentasi “,


(31)

bukti atau keterangan. Adapun definisi dokumentasi adalah pemberian atau pengumpulan bukti-bukti dan keterangan.

1.9.4 Studi Pustaka

penulis mencari data dengan membaca dan menelaah buku-buku literatur, karya tulis bersifat ilmiah yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti.

1.9.5 Sumber internet

Adalah salah satu fasilitas internet yang dijalankan melalui browser untuk mencari informasi yang diperlukan. Sumber pustaka menampung database situs-situs dari seluruh dunia yang jumlahnya milyaran halaman web, cukup dengan memasukkan kata kuncinya maka internet searching akan menampilkan beberpa link situs yang disertai dengan keterangan singkat.

1.10 Teknik Analisa Data

Menurut Patton (1980) Analisa Data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor (1975) Analisa Data adalah proses yang merinci usaha formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Berbeda dari Patton, Bogdan dan Taylor, Lexy J. Moleong (2000) mengartikan analisa data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data5.

5


(32)

Menurut Janice Mc Durry (Collaborative Group Analysis of Data, 1999) tahapan data kualitatif adalah sebagai berikut.

1. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data.

2. Mempelajari tema kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data.

3. Menuliskan model yang ditemukan . 4. Koding yang telah dilakukan.

Dari definisi tersebut maka dapat kita ketahui tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam sesuatu analisis data. (Moleong, 2007 : 248)

Dalam analisis data ada tiga metode, salah satunya adalah analisis data kualitatif model Miles dan Huberman. Dalam bukunya Miles dan Huberman Qualitative Data Analisis, 1986. Analisi data ini di dasarkan pada pandangan paradigmanya yang positvisme. Dengan memanfaatkan matriks yang dipetakan maka peneliti mulai mengadakan analisis apakah membandingkan, melihat urutan ataukah menelaah hubungan sebab-akibat sekaligus. (Moleong, 2007 : 308)

1.10.1 Triangulasi Data

Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluaan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. (Moleong, 2007 : 330)

Dalam mengecek keabsahan atau validitas data menggunakan teknik triangulasi data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan data. Cara ini juga mencegah bahaya-bahaya subjektif.


(33)

Untuk mencegah biasnya data maka dilakukan triangulasi data. Dalam bukunya Patton (1987 : 331) yang di kutip oleh Moleong, mengartikan trigulasi dengan sumber untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang memperoleh waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif . (Moleong 2007 : 330)

Dengan triangulasi peneliti dapat mengecek ulang kembali temuannya dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori. Untuk itu maka peneliti dapat melakukannya dengan cara :

1. mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan. 2. Mengeceknya dengan berbagai sumber data.

3. Memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. (Moleong, 2007 : 330)

1.11 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.11.1 lokasi penelitian

Peneliti melakukan penelitian disebuah instansi pemerintah yaitu Kejaksaan Tinggi Jawa Barat yang beralamat di JL. RE. Martadinata No. 54, Bandung. Telp. 022-423 9375. Website : www.kejaksaan.go.id

1.11.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan selama 6 bulan, terhitung mulai dari bulan Februari hingga Juli.


(34)

Tabel 1.2

Waktu Penelitian

No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan judul 2 Penulisan Bab 1

Bimbingan 3 Seminar UP 4 Penulisan Bab II Bimbingan 5 Penulisan Bab III Bimbingan 6 Pengumpulan

Data

Wawancara Bimbingan 7 Pengolahan Data Penulisan Bab IV Bimbingan 8 Penulisan Bab V Bimbingan 9 Penyusunan Bab 10 Sidang kelulusan


(35)

1.12 Sistematika Penelitian

Untuk memberikan gambaran penelitian ini secara sistematis, peneliti membagi susunan skripsi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi penelitian, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, pertanyaan penelitian, subjek penelitian dan infoman, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, serta lokasi dan waktu penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan Tinjauan tentang Komunikasi, meliputi: pengertian komunikasi, proses komunikasi, tujuan komunikasi fungsi komunikasi, dan komponen komunikasi.

Tinjauan tentang humas, meliputi : definisi humas, fungsi humas, media publikasi humas.

Tinjauan tentang komunikasi organisasi.

BAB III OBYEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang objek penelitian atau gambaran umum Kejaksaan Tinggi Jawa Barat meliputi: sejarah singkat, visi dan missi, lambang, struktur organisasi, sarana dan prasarana.


(36)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang deskripsi analisis responden, deskripsi analisis hasil penelitian, deskripsi pembahasan hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan tentang kesimpulan penelitian serta saran yang diberikan peneliti sehubungan dengan hasil penelitian.


(37)

29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi

2.1.1 Definisi Komunikasi

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin, yaitu communicatus yang berarti berbagi atau bersama. Kata sifatnya communis yang bermakna umum atau bersama-sama. Dengan demikian komunikasi menurut Lexicographer ( ahli kamus bahasa), merujuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Menurut Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981:18) menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam. Berbeda dengan Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid, Weaver (1949) mendefinisikan komunikasi sebagai seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya. (Fajar, 2009 : 31-32)

Dan menururt Carl I. Hovland komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate). Sedangkan menurut Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson komunikasi adalah proses memahami berbagai makna. (Mulyana, 2007 : 68 & 76)


(38)

Menurut James A.F Stoner, dalam bukunya yang berjudul : Manajemen, menyebutkan bahwa komunikais adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Berbeda dengan James A.F Stoner, menurut Jhon R. Schemerhorn cs. Dalam bukunya yang berjudul : Managing Organizational Behaviour, beliau memandang bahwa komunikasi itu dapat diartikan sebagai proses antara pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka. (Widjaja, 2010 : 8)

Sedangkan yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. (Cangara, 2010 : 20-21)

2.1.2 Tujuan Komunikasi

Pada umumnya komunikasi dapat mempunyai beberapa tujuan antara lain :

a. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti. Sebagai pejabat ataupun komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) atau bawahan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.

b. Memahami orang lain. Kita sebagai pejabat atau pimpinan harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa ynag


(39)

diinginkannya, jangan menginginkan arah untuk pergi ke Barat tetapi kita memberi jalan pergi ke Timur.

c. Supaya gagasan kita diterima oleh orang lain. Kita harus berusaha agar gagasan kita diterima oleh orang lain dengan pendekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.

d. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan sesuatu itu bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksudkan disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.

Jadi secara singkat dapat kita katakan bahwa komunikasi itu bertujuan : mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan tindakan. Setiap kali kita bermaksud mengadakan komunikasi maka kita perlu menelita apa yang menjadi tujuan kita. Tujuan kita tersebut :

1. Apakah kita ingin menjelaskan sesuatu kepada orang lain. Ini dimaksudkan apakah kita menginginkan supaya orang lain mengerti dan dapat memahami apa yang kita maksudkan.

2. Apakah kita ingin supaya orang lain menerima dan mendukung gagasan kita. Dalam hal ini tentunya cara penyampaian akan berbeda dengan cara yang dilakukan diatas.


(40)

3. Apakah kita ingin supaya orang lain tersebut mengerjakan sesuatu atau supaya mereka mau bertindak. (Widjaja, 2010 : 10-11)

2.1.3 Komponen-komponen Komunikasi

Komponen-komponen komunikasi terdiri atas :

a) Communicator (Komunikator, Source, Sender)

Yaitu komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang. Komunikator akan menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan, ini berarti ia memformulasikan pikiran dan perasaannya kedalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.

b) Message (Pesan)

Pesan merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Penyempaian pesan dapat dilakukan secara verbal yakni dengan menggunakan bahasa dan secara dan secara nonverbal yakni dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik (feed back) dari komunikan.

c) Channel (Media)

Channel (Media) merupakan saluran komunikasi tempat berlalunya

pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar,


(41)

warna dan lain sebagainyayang secara langsung mampu

“menterjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator pada komunikan.

d) Communicant, Communicate, receiver, recipient (Komunikan)

Yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikan akan memberikan umpan balik (feed back) terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Umpan balik memainkan peran yang amat penting dalam komunikasi. Sebab ia menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh komunikator. Oleh karena itu umpan balik bisa bersifat positif atau negatif.

e) Effect, impact, influeance (efek)

Yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator terhadap isi pesan, yang dapat menimbulkan reaksi dari kedua belah pihak.

(Fajar, 2009 : 58-59)

2.1.4 Fungsi Komunikasi

Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu. Utnuk memahami fungsi komunikasi kita perlu memahami lebih dulu tipe komunikasi. Tipe komunikasi sendiri terbagai dalam keempat bagian, yaitu komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antar pribadi, komunikasi publik, dan komunikasi massa.


(42)

Komunikasi dengan diri sendiri. Berfungsi untuk mengembangkan kreatifitas imajinasi memahami dan mengendalikan diri serta menigkatkan kematangan berfikir sebelum mengambil keputusan.

Komunikasi antar pribadi. Berfungsi untuk berusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari, dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidak pastian sesuatu serta berbagi pengetahuandan pengalaman orang lain.

Komunikasi publik. Berfungsi untuk menimbulkam semangat kebersamaan. Mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur.

Komunikasi massa. Berfungsi untuk menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang. Tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media. (Rismawaty, 2007)

2.2 Tinjauan Mengenai Psikologi Komunikasi

2.2.1 Definisi Psikologi Komunikasi.

Seperti yang telah di kutip oleh Soubur dalam Rakhmat (1994 : 9), yang

menyatakan bahwa “Seperti halnya psikologi, ilmu komunikasi yang telah tumbuh sebagai ilmu yang berdiri sendiri kemudian melakukan “perkawinan”

dengan ilmu-ilmu lainnya yang pada giliranya melahirkan pelbagai subdisiplin seperti : komunikasi politik (dengan ilmu politik), sosiologi komunikasi massa (dengan ilmu sosiologi), dan psikologi komunikasi (dengan psikologi). Dengan demikian, psikologi komunikasipun didefinisikan


(43)

sebagai “ Ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan

peristiwa mental dan behavioral dalam komunikasi” (Sobur, 2010 : 68)

2.2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi Intrapersonal (Komunikasi Dengan Diri Sendiri)

Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri sendiri.

Terjadinya proses komunikasi disini karena adanya seseorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbentuk dalam pikirannya. Objek dalam hal ini bisa sajah berbentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta, yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam diri seseorang. Objek yang diamati mengalami perkembangan dalam pikiran manusia setelah mendapat rangsangan dari panca indra yang dimilikinya. ( Cangara, 2010 : 30-32)

2.2.2 Komunikasi InterPersonal

Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari seseorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu yang lain . (Rakhmat, 2007 : 5)

Adapun definisi dari komunikasi antar pribadi menurut Joseph A. Devito

dalam bukunya “The Interpersonal Communication Book” mendefinisikan


(44)

pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

(Fajar, 2009 : 78)

2.3 Tinjauan Mengenai Persepsi

Pada komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi, sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Dan berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon. (Rakhmat, 2007 : 49) Namun pada penelitian ini fokus penelitian penulis adalah pada persepsi.

Persepsi (perceptions) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas ialaha pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavitt,1978). Sedangkan menurut De Vito (1975:55), persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyak stimulus yang memengaruhi indra kita. Yusuf (1991 : 2007) menyebutkan persepsi

sebagai “pemaknaan hasil pengamatan”. Menurut Gulo (1982 : 207)

mendefinisikan persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai sesuatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. Brouwer (1983 : 21)


(45)

menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsangan-rangsangan dari objek. (Sobur, 2010 : 445-446)

2.3.1 Sifat-Sifat Persepsi

Persepsi terjadi di dalam benak individu yang mempersepsi, bukan di dalam objek dan selalu merupakan pengetahuan tentang penampakan. Maka adapun sifat-sifat persepsi sebagai berikut:

1. Persepsi adalah pengalaman. Dasar ini biasanya kita temukan pada pengalaman masa lalu dengan orang, objek atau peristiwa tersebut, atau dengan hal-hal yang menyerupainya.

2. Persepsi adalah selektif. Ketika mempersepsikan hanya bagian-bagian tertentu dari suatu objek atau orang. Dengan kata lain, kita melakukan seleksi hanya pada karakteristik tertentu dari objek-objek persepsi kita dan mengabaikan yang lain. Dalam hal ini biasanya kita

mempersepsikan apa yang kita “inginkan” atas dasar sikap, nilai, dan

keyakinan yang ada dalam diri kita dan mengabaikan karakteristik yang telah relevan atau berlawanan dengan nilai dan keyakinan tersebut.

3. Persepsi adalah penyimpulan. Proses psikologi dari persepsi mencakup penarikan kesimpulan melalui suatu proses secara logis. Interpretasi yang dihasilkan melalui persepsi pada dasarnya adalah penyimpulan atas informasi yang tidak lengkap. Dengan kata lain, mempersepsikan


(46)

makna adalah melompat kepada suatu kesimpulan yang tidak sepenuhnya didasarkan atas data yang dapat ditangakap oleh panca indra. Sifat ini saling mengisi dengan sifat kedua. Pada sifat kedua persepsi hanya selektif, karena keterbatasan kapasitas otak, maka kita hanya dapat mempersepsi sebagian karakteristik dari objek. Melalui penyimpulan ini kita berusaha untuk mendapatkan gambar yang lebih lengkap mengenai objek yang kita persepsikan atas dasar sebagian karakteristik dari objek tersebut.

4. Persepsi tidak akurat. Setiap persepsi yang kita lakukan, akan mengandung kesalahan dalam kadar tertentu. Hal ini antara lain disebabkan oleh pengaruh pengalaman masa lalu, selektifitas dan penyimpulan. Biasanya ketidak akuratan ini terjadi karena penyimpulan yang terlalu mudah, atau menyamaratakan. Ada kalanya persepsi tidak akurat karena orang menganggap sama, sesuatu yang sebenarnya hanya mirip. Dan semakin tidak akurat persepsinya.

5. Persepsi adalah evaluatif. Persepsi tidak pernah objektif. Karena kita melakukan interpretasi berdasarkan pengalaman dan merefleksikan sikap, nilai dan keyakinan pribadi yang digunakan untuk memberi makna pada objek persepsi. Karena persepsi merupakan proses kognitif psikologis yang ada di dalam diri kitamaka bersifat subjektif. Fisher mengemukakan bahwa persepsi bukan hanya merupakan proses intrapribadi tetapi juga sesuatu yang sangat pribadi, dan tidak


(47)

terhindarkan keterlibatan pribadi dalam tindak persepsi menyebabkan persepsi sangat subjektif. (Fajar, 2009 : 150-152)

2.3.2 Proses Terjadinya Persepsi

Pada proses terjadinya persepsi diawali dengan selecting, organizing, interpretating yang dapat menghasilkan makna. (Wood dalam Prasetio, 2007 : 40)

1. Selecting = Pada suatu situasi tertentu manusia memusatkan diri pada apa

yang ia anggap penting.

2. Organizing = Orang mengorganisasikan pesan itu dalam cara yang

berbeda-beda. Setelah menyeleksi suatu pesan kemudian ia akan menyusunnya dalam beberapa kategori.

3. Interpretating adalah = proses subjektif dari penjelasan pesepsi dengan cara membiarkan orang memberikan maknanya kepada suatu objek atau peristiwa. (Wood dalam Prasetio, 2007 : 20-22)


(48)

Gambar 2.2

Proses Terjadinya Persepsi

Sumber : Wood dalam Prasetio, 2007 : 40

2.4 Tinjauan Tentang Humas

2.4.1 Tinjauan Tentang Definisi Humas

Pada dasarnya, humas (Hubungan Masyarakat) merupakan bidang atau fungsi tertentu yang diperlukan oleh setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial (Perusahaan) maupun organisasi yang nonkomersial. Mulai dari yayasan, perguruan tinggi, dinas militer, sampai lembaga-lembaga pemerintah, bahkan pesantren dan usaha bersama seperti Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA) pun memerlukan humas. kebutuhan akan kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dr kita menyukainya atau tidak, karena humas merupakan salah satu elemen yang menentukan kelangsungan suatu organisasi secara positif.

Selecting Organizing Interpretating Makna

Schemata Kognitif

Prototypes

Personal Construct

Stereotypes Script


(49)

Humas, merupakan terjemahan bebas dari istilah Public Relations atau PR. Kedua istilah ini akan dipakai secara bergantian. Itu terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang berkepentingan dengannya.

Menurut kamus Fund and Wagnal, American Standard Desk Dictionary terbitan 1994, istilah humas diartikan sebagai segenap kegiatan dan teknik atau kiat yang digunakan oleh organisasi atau individu untuk menciptakan atau memelihara suatu sikap dan tanggapan yang baik dari pihak luar

terhadap keberadaan dan sepak terjangnya. Istilah “kiat” dalam definisi ini

mengindikasikan bahwa humas harus bisa diukur secara jelas, mengingat humas merupakan kegiatan yang nyata. Dan pada pertemuan asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978, ditetapkan definisi humas sebagai berikut : Humas adalah seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayak. (Anggoro, 2008 : 2)

Menurut penelitian yang pernah diadakan di Amerika Serikat terdapat 2000 orang terkemuka di bidang PR telah membuat difinisi tentang PR, dari definisi itu diantaranya menganggap bahwa PR adalah suatu ilmu, suatu sistem, seni, fungsi, proses, profesi, metode, kegiatan dan sebagainya. Satu panitia yang terdiri dari 3 definisi yang mereka anggap terbaik :

1. J.C Seidel, direktur PR, Division of Housing, State New York berbunyi

: PR adalah proses continue dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill (kemauan baik) dan pengertian dari pelanggan, pegawaidan publik yang lebih luas. Ke dalam mengadakan analisis dan


(50)

perbaikan diri sendiri, sedangkan keluar memberikan pernyataan pernyataan.

2. W. Emerson Reck, Direktur PR Universitas Colgate berbunyi: PR

adalah lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi kepentingan yang terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill (kemauan baik) dari publik. Kedua, pembuatan kebijakan, pelayanan, dan tindakan untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang menyeluruh.

3. Howard Bonham, Wakil Ketua Palang Merah Nasional Amerika

Serikat, menyatakan, PR adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap suatu individu atau organisasi/perusahaan. (Soemirat dan Ardianto, 2010 : 12)

Edward L. Bernays (Public Relations University of Oklahoma Press), humas mempunyai 3 pengertian :

1. Memberi penerangan kepada masyarakat.

2. Pembujukan langsung terhadap masyarakat guna mengubah sikap dan tindakan.


(51)

3. Usaha-usaha mengintegrasikan sikap dan tindakan dari permasalahan dengan masyarakat dan dari masyarakat terhadap permasalahannya. (Widjaja, 2010 : 54)

Menurut Dr. Rex Harlow definisi PR adalah sebagai berikut : “Public

Relations adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung

pembinaan dan pemeliharaan jalur bersama antara organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerjasama; melibatkan manajemen dalam permasalahan atau persoalan; membantu manajemen menjadi tahu mengenai dan tanggapan terhadap opini publik; menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik; mendukung manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai sistem peringatan dini dalam membantumengantisipasi kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama” (Efendy, 1993 : 117-118)

Sedangkan menurut Martson “Public Relations adalah seni untuk membuat perusahaan anda disukai dan di hormati oleh para karyawan,

konsumen dan penyalurnya.” Kata kuncinya disini adalah “disukai”.

Dengan membuat perusahaan disukai oleh karyawn, konsumen, dan penyalurnya maka perusahaan akan terhindar dari sasaran kemarahan. (Kasali, 2008 : 6)

2.4.2 Tujuan Humas

Mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak lain yakni public (umum, masyarakat). tujuan humas adalah untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik. (Widjaja, 2010 : 55)


(52)

Sedikit berbeda denga Widjaja, dalam bukunya Rini Dramastuti menyatakan bahwa secara garis besar, tujuan PR menyangkut 3 hal, yaitu :

1. Reputasi dan Citra. Tugas PR tidak dapat dilepas dari reputasi dan citra, dengan asumsi bahwa citra yang positif akan berkaitan dengan semakin tingginya akses publik terhada ‘output’ dari perusahaan tersebut.

2. Jembatan Komunikasi. PR menjadi komunikator dan mediator organisasi dengan lingkungannya.

3. ‘Mutual Benefit Relationship’, yaitu PR harus menjamin kepada publik bahwa perusahaan berada didalam operasinya memiliki niat baikdalam berbisnis yang diwujudkan dalam tanggung jawab sosial dan diekspresikan melalui hubungan yang Saling menguntungkan diantara perusahaan dan publiknya.

Memperjelas pendapat diatas, secara sederhana TH Fraser Seitel (1995 : 8) memberikan kesimpulan tentang tujuan PR dengan mengelompokkannya menjadi dua bagian. Tujuan dari kegiatan PR tersebut adalah :

1. Interpreting Management To the Publics. Salah satu tujuan PR adalah interpreting management to the public. Maksud dari tujuan ini sebagai upaya PR untuk mendeskripsikan manajemen perusahaan kepada khalayaksupaya khalayak mengetahui dan memahami bahwa perusahaan memiliki ‘goodwill’ dan tanggung jawab sosial. Inti dari goodwill dan tanggung jawab sosial adalah segala sistem yang bekerja pada perusahaan dapat ditunjukkan melaui input-proses-output.

2. Interpreting Public To The Management. Tujuan kedua dari

pekerjaan seorang PR adalah membuat suatu jembatan komunikasi antara perusahaan dan publik. Melalui jembatan komunikasi ini perusahaan (manajemen) dapat mengetahui respon publik atas apa yang dihasilkannya, termasuk proses distribusi dan paska layanan kepada publik.


(53)

2.4.3 Fungsi Humas

Fungsi atau peranan adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh Public Relations sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang Public Relations. Jadi Public Relations dikatakan berfungsi apabila dia mampu melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik, berguna atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan dan menjamin kepentingan publik. (Kriyantono, 2008 : 21)

Menurut Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations

Principles and Problema, mengemukakan humas berfungsi :

1. Mengabdi kepentingan public.

2. Memelihara komunikasi yang baik.

3. Menitik beratkan moral dan tingkah laku yang baik.

(Widjaja, 2010 : 54)

2.4.3 Ruang Lingkup Humas

Hubungan Masyarakat (Humas) meliputi antara lain :

a. Pengumpulan dan pengelolahan data

Pengumpulan dan pengelolahan data mempunyai tugas mengumpulkan dan mengelola data untuk keperluan informasi bagi masyarakat dan lembaga serta informasi umpan balik dari masyarakat.


(54)

b. Penerangan

Penerangan mempunyai tugas mempersiapkan pemberian penerangan kepada masyarakat tentang kebijakan dan pelaksanaan kegiatan lembaga melalui media massa.

c. Publikasi

Publikasi mempunyai tugas mengurus publikasi tentang kebijakan dan pelaksanaan kegiatan lembaga.

(Widjaja, 2010 : 57 )

2.4.5 Media Humas

Untuk menunjang kegiatan yang dilakukan oleh Public Relations, maka seorang PR membutuhkan media. Media tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu media eksternal dan media internal. Media humas internal merupakan sebuah media yang di gunakan oleh humas untuk memberikan informasi seputar perusahaan kepada pihak internal perusahaan.

Adapun macam-macam media humas internal adalah :

1. Papan Pengumuman, standar dapat ditempatkan pada berbagai lokasi yang ramai atau yang sering disinggahi, agar segenap pegawai dapat memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan pula.


(55)

2. Kotak Saran, dalam rangka memperoleh dan menampung berbagai masukan dari para pegawai, pihak manajemen dapat menempatkan kotak saran di tempat-tempat tertentu di lokasi perusahaan.

3. Acara Keluarga, berbagai kegiatan dan acara tidak resmi, seperti pesta perusahaan, makan malam dalam rangka merayakan tahun baru atau ulang tahun perusahaan, olah raga, piknik bersama dengan menyertakan anggota keluarga dan lingkungan terdekat. Manfaatnya untuk mengeratkan hubungan baik antara pihak manajemen dengan segenap pegawainya. (Anggoro, 2008 : 219, 221 dan 224)

Sedangkan media humas eksternal adalah sebuah media yang digunakan oleh humas untuk memberikan informasi seputar perusahaan kepada khalayak. Berikut adalah contoh media humas eksternal :

1. Press Release, adalah sebuah berita atau informasi yang

disusun oleh sebuah organisasi yang menggambarkan kegiaatannya (a piece of news written by the organization whose activities it describes) (Kriyantono, 2008 : 138)

2. Press Conference, adalah pertemuan antara satu atau beberapa

orang, instansi atau perusahaan dengan “orang-orang pers”, dimana kepada orang-orang tersebut diberikan penjelasan dan


(56)

kemudian diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang ada hubungannya dengan diri atau kegiatan seseorang, beberapa orang, instansi atau perusahaan tersebut untuk dijadikan bahan berita. Press Conference hanya akan diadakan, apabila hal itu di pandang perlu untuk disiarkan secara luas.

3. Pameran. Penyelenggaraan dan pengaturan barang-barang untuk dipertunjukkan mulutnya, keindahannya dan teknik pembuatannya dengan maksud menarik perhatian publik atau umum. Adapun cara pamerannya dapat berupa : pameran dinding, menggunakan etalase, atau dalam bentuk demonstrasi. (Widjaja, 2010 : 83 dan 85)

2.4.6 Humas Pemerintahan

Adanya unit kehumasan pada setiap instansi pemerintah merupakan suatu keharusan fungsional dalam rangka penyebaran tentang aktivitas instansi tersebut baik ke dalam maupun keluar yaitu kepada masyarakat umumnya. Adapun tugas humas pemerintahan adalah :

1. Tugas Strategis : ikut serta dalam decision making process.

2. Tugas Taktis : - memberikan informasi


(57)

-menjalankan komunikasi timbal balik

-membuat citra yang baik

(Widjaja, 2010 : 63-64)

2.4.7 Hubungan Humas dengan Pers

Upaya meraih dukungan publik itu, dalam kegiatan PR perlu bekerja keras dengan mencari dan memberi informasikepada masyarakat agar perusahaan-perusahaan mereka tumbuh subur, karena kepercayaan dan sokongan publiklah perusahaan itu tetap berjalan. Penting sekali dalam sebuah kegiatan PR menjalin hubungan dengan pers atau media relations yang baik dengan para pemimpin dan reporter atau wartawan surat kabar, majalah, radio, dan televisi. Kaitan PR dengan pers/media massa harus tetap erat, karena PR tidak dapat meninggalkan pers sebagai sarana informasi publikasi PR, sebaliknya pers membutuhkan informasi resmi, akurat dan lengkap, biasanya didapatkan dari PR. (Soemirat dan Ardianto, 2010 : 121,122 dan 124)


(58)

50

3.1 Sejarah Kejaksaan

3.3.1 Sebelum Reformasi

Istilah Kejaksaan sebenarnya sudah ada sejak lama di Indonesia. Pada zaman kerajaan Hindu-Jawa di Jawa Timur, yaitu pada masa Kerajaan Majapahit, istilah dhyaksa, adhyaksa, dan dharmadhyaksa sudah mengacu pada posisi dan jabatan tertentu di kerajaan. Istilah-istilah ini berasal dari bahasa kuno, yakni dari kata-kata yang sama dalam Bahasa Sansekerta.

Seorang peneliti Belanda, W.F. Stutterheim mengatakan bahwa dhyaksa adalah pejabat negara di zaman Kerajaan Majapahit, tepatnya di saat Prabu Hayam Wuruk tengah berkuasa (1350-1389 M). Dhyaksa adalah hakim yang diberi tugas untuk menangani masalah peradilan dalam sidang pengadilan. Para dhyaksa ini dipimpin oleh seorang adhyaksa, yakni hakim tertinggi yang memimpin dan mengawasi para dhyaksa tadi.

Kesimpulan ini didukung peneliti lainnya yakni H.H. Juynboll, yang mengatakan bahwa adhyaksa adalah pengawas (opzichter) atau hakim tertinggi (oppenrrechter). Krom dan Van Vollenhoven, juga seorang peneliti Belanda,


(59)

bahkan menyebut bahwa patih terkenal dari Majapahit yakni Gajah Mada, juga adalah seorang adhyaksa. 1

Pada masa pendudukan Belanda, badan yang ada relevansinya dengan jaksa dan Kejaksaan antara lain adalah Openbaar Ministerie. Lembaga ini yang menitahkan pegawai-pegawainya berperan sebagai Magistraat dan Officier van Justitie di dalam sidang Landraad (Pengadilan Negeri), Jurisdictie Geschillen (Pengadilan Justisi) dan Hooggerechtshof (Mahkamah Agung ) dibawah perintah langsung dari Residen / Asisten Residen.

Hanya saja, pada prakteknya, fungsi tersebut lebih cenderung sebagai perpanjangan tangan Belanda belaka. Dengan kata lain, jaksa dan Kejaksaan pada masa penjajahan belanda mengemban misi terselubung yakni antara lain:

a. Mempertahankan segala peraturan Negara b. Melakukan penuntutan segala tindak pidana

c. Melaksanakan putusan pengadilan pidana yang berwenang

Fungsi sebagai alat penguasa itu akan sangat kentara, khususnya dalam menerapkan delik-delik yang berkaitan dengan hatzaai artikelen yang terdapat dalam Wetboek van Strafrecht (WvS).

Peranan Kejaksaan sebagai satu-satunya lembaga penuntut secara resmi difungsikan pertama kali oleh Undang-Undang pemerintah zaman pendudukan

1


(60)

tentara Jepang No. 1/1942, yang kemudian diganti oleh Osamu Seirei No.3/1942, No.2/1944 dan No.49/1944. Eksistensi kejaksaan itu berada pada semua jenjang pengadilan, yakni sejak Saikoo Hoooin (pengadilan agung), Koootooo Hooin (pengadilan tinggi) dan Tihooo Hooin (pengadilan negeri). Pada masa itu, secara resmi digariskan bahwa Kejaksaan memiliki kekuasaan untuk:

1. Mencari (menyidik) kejahatan dan pelanggaran 2. Menuntut Perkara

3. Menjalankan putusan pengadilan dalam perkara kriminal. 4. Mengurus pekerjaan lain yang wajib dilakukan menurut hukum.

Begitu Indonesia merdeka, fungsi seperti itu tetap dipertahankan dalam Negara Republik Indonesia. Hal itu ditegaskan dalam Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945, yang diperjelas oleh Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2 Tahun 1945. Isinya mengamanatkan bahwa sebelum Negara R.I. membentuk badan-badan dan peraturan negaranya sendiri sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar, maka segala badan dan peraturan yang ada masih langsung berlaku.

Karena itulah, secara yuridis formal, Kejaksaan R.I. telah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, yakni tanggal 17 Agustus 1945. Dua hari setelahnya, yakni tanggal 19 Agustus 1945, dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) diputuskan kedudukan Kejaksaan dalam struktur Negara Republik Indonesia, yakni dalam lingkungan Departemen Kehakiman.


(61)

Kejaksaan RI terus mengalami berbagai perkembangan dan dinamika secara terus menerus sesuai dengan kurun waktu dan perubahan sistem pemerintahan. Sejak awal eksistensinya, hingga kini Kejaksaan Republik Indonesia telah mengalami 22 periode kepemimpinan Jaksa Agung. Seiring dengan perjalanan sejarah ketatanegaraan Indonesia, kedudukan pimpinan, organisasi, serta tata cara kerja Kejaksaan RI, juga juga mengalami berbagai perubahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat, serta bentuk negara dan sistem pemerintahan.

Menyangkut Undang-Undang tentang Kejaksaan, perubahan mendasar pertama berawal tanggal 30 Juni 1961, saat pemerintah mengesahkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI. Undang-Undang ini menegaskan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum yang bertugas sebagai penuntut umum (pasal 1), penyelenggaraan tugas departemen Kejaksaan dilakukan Menteri / Jaksa Agung (Pasal 5) dan susunan organisasi yang diatur oleh Keputusan Presiden. Terkait kedudukan, tugas dan wewenang Kejaksaan dalam rangka sebagai alat revolusi dan penempatan kejaksaan dalam struktur organisasi departemen, disahkan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1961 tentang Pembentukan Kejaksaan Tinggi.

Pada masa Orde Baru ada perkembangan baru yang menyangkut Kejaksaan RI sesuai dengan perubahan dari Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991, tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Perkembangan itu juga mencakup perubahan mendasar pada susunan organisasi


(1)

2 2004-2007 Sekolah Madrasah Aliyah Pesantren

Persatuan Islam 69, Jakarta Timur

Lulus Berijazah

3 2001-2004 Sekolah Madrasah

Tsanawiyah Pesantren Persatuan Islam 69, Jakarta Timur

Lulus Berijazah

4 1995-2001 Sekolah Dasar

Bani Saleh 1, Bekasi

Lulus Berijazah

5 1994-1995 TK Aisiyah 72,

Bekasi

Lulus Berijazah

IV. PELATIHAN/WORKSHOP/SEMINAR

No. Tahun Uraian Keterangan

1 2011 English

Proficiency Test

Bersertifikat

2 2011 Trend

Cyberpreneurship


(2)

3 21 Maret 2010 Pelatihan Program Soft Skill Academy

dengan Modul “Shadr Leadership” di UNPAD Dipati

Ukur

Bersertifikat

4 21 Februari 2010 Pelatihan Program Soft Skill Academy

dengan Modul “Service Execellence” di UNPAD Dipati

Ukur

Bersertifikat

5 7 Februari 2010 Pelatihan Program Soft Skill Academy

dengan Modul “Negotiation Skill” di UNPAD

Dipati Ukur

Bersertifikat

6 31 Januari 2010 Pelatihan Program Soft Skill Academy


(3)

dengan Modul “Problem Solving

and Decision Making” di UNPAD Dipati

Ukur

Bersertifikat

7 24 Januari 2010 Pelatihan Program Soft Skill Academy

dengan Modul “Personality Development” di

UNPAD Dipati Ukur

Bersertifikat

8 20 Desember 2009 Pelatihan Program Soft Skill Academy

dengan Modul “Professional

Image” di UNPAD Dipati

Ukur

Bersertifikat

9 6 Desember 2009 Pelatihan Program Soft Skill Academy


(4)

dengan Modul “Quantum Of

Change” di UNPAD Dipati

Ukur

Bersertifikat

10 22 November

2009

Pelatihan Program Soft Skill Academy

dengan Modul “Interpersonal

Skills and Comunication” di

UNPAD Dipati Ukur

Bersertifikat

11 8 November 2009 Pelatihan Program Soft Skill Academy dengan

Modul “Communication Skill” di UNPAD

Dipati Ukur

Bersertifikat

12 28 Mei 2009 Kegiatan “Study Tour Mass Media


(5)

2009”

13 16 Juni 2009 Workshop

“Penyiaran Radio” di UNIKOM

Dipati Ukur

Bersertifikat

14 23 Desember 2009 Workshop “A Workshop On Modern Strategic Public Relations”

Bersertifikat

15 24 November

2009

Kuliah Umum “Kebudayaan Film

& SensorFilm” di UNIKOM Dipati

Ukur

Bersertifikat

16 27 Mei 2008 Pelatihan

Personal Development &

Brain Management” di UNIKOM Dipati

Ukur


(6)

17 27 Mei 2008 Pelatihan “Master Of Ceremony” di UNIKOM Dipati

Ukur

Bersertifikat

18 28 Januari 2008 Pelatihan “Table Manner” di Hotel

Jayakarta Bandung