tes

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

PERTUMBUHAN EKOLOGI ADMINISTRASI NEGARA

Pada tahun 1950-an sekelompok ilmuan politik dan administrasi Negara mulai menyadari bahwa memindahkan begitu saja sistem dan lembaga-lembaga atau pranata politik dan administrasi Negara dari suatu lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara tertentu ke lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara yang lain tidaklah tepat. Hasil-hasil analisa ilmu-ilmu sosial lainnya seperti misannya sosiologi, antropologi, ekonomi dan lain-lain

memperkuat pendapat bahwa apa yang baik dalam suatu lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara lain bahkan dapat terjadi sebaliknya. Pengalaman membuktikan pula bahwa bantuan teknis dari Negara-negara maju kepada Negara-negara yang sedang berkembang dengan menerapkan asas, dalil dan bahkan teori administrasi Negara yang telah terbukti berhasil baik di Negara-negara maju, ternyata tidak demikian halnya di Negara–negara sedang

berkembang. Hal ini, sekali lagi, menjadi faktor pendorong untuk mempelajari hubungan pengaruh timbal balik anatara sistem dan pranata-pranata administrasi negara dengan lingkungannya, dalam hal ini lingkungan masyarakat, bangsa dan Negara maju dan lingkungan masyarakat bangsa dan negara sedang berkembang.

Sementara itu, pada segi lain, dalam rangka usaha penyempurnaan sistem dan pranata administrasi Negara dari Negara-negara sedang berkembang perlu didukung oleh suatu perbandingan, khususnya yang memusatkan perhatian kepada faktor-faktor persamaan dan perbedaan kondisi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi berhasil tidaknya usaha-usaha penyempurnaan tadi. Dalam studi perbandingan ini, dipakai pendekatan secara ekologi (ecological approach). Dengan demikian jelaslah adanya suatu keinginan yang kuat untuk memahami latar belakang berbagai macam sistem administrasi Negara yang ada di dunia ini. Maka mulailah dikembangkan suatu cabang baru dari Ilmu Administrasi Negara, yaitu Ekologi Administrasi Negara. Prof. Fred W. Riggs menjadi pendorong utama bagi perkembangan ekologi Administrasi Negara itu yang pada tahun 1950-an telah memberikan ceramah-ceramah di berbagai lingkungan masyarakat ilmiyah, yang hasilnya kemudian dibukukan dengan judul The Ecology Of Public Administration.

Kini ekologi administrasi Negara semakin menarik banyak perhatian para ilmuwan dan mahasiswa, khususnya yang bergerak dalam ilmu-ilmu politik, pemerintahan dan administrasi Negara. Dengan mempelajari ekologi administrasi Negara dapat diketahui ciri-ciri suatu sistem administrasi Negara dari suatu masyarakat, bangsa dan Negara tertentu dan


(2)

selanjutnya dapat dipahami pula mengapa dalam suatu masyarakat, bangsa dan Negara itu telah tumbuh dan berkembang suatu sistem administrasi Negara tertentu. Lain daripada itu, dengan memahami suatu kondisi masyarakat, bangsa dan Negara kita dapat menyusun dan mengembangkan suatu sistem administrasi Negara yang cocok dengan kondisi masyarakat, bangsa dan Negara yang bersangkutan.

Yang menjadi masalah ialah karena suatu lingkuangan (environment ) mempunyai beberapa macam aspek maka perlu ditetapkan aspek yang mana yang relevan bagi suatu sistem

administrasi Negara. Hal ini dianggap sebagai masalah karena sering terjadi kegagalan dalam menentukan aspek yang relevan itu sehingga kesimpulan-kesimpulan yang ditarik tentang lingkungan administrasi Negara salah dan oleh karenanya pemecahan masalahnya pun tidak mengenai sasaran. Misalnya membanjirnya anggota masyarakat untuk masuk administrasi Negara (dinas pemerintahan), apakah karena faktor ekonomi, yaitu sempitnya lapangan kerja atukah karena faktor sosial, yaitu prestise, status sosial yang tinggi dari dinas pemerintahan tersebut di dalam masyarakat yang bersangkutan. Atas dasar ini diperingatkan agar ilmuwan dan mahasisiwa yang bergerak dibidang ekologi administrasi Negara memperjeli

pengelihatan dan mempertajam analisa-analisa mereka.

Kesulitan akan semakin bertambah oleh karena demikian banyak faktor-faktor lingkungan (environment) yang mempengaruhi administrasi Negara, sehingga perlu dilakukan penentuan faktor-faktor mana yang esensial dan penting serta mana yang tidak esensian dan tidak penting. Penentuan demikian itu tidak selamannya mudah dilakuakan. Di sinilah letaknya salah satu sumber kegagalan untuk mengembangkan suatu teori ekologi administrative. Untuk mengatasi hal ini biasanya lalu di ciptakan suatu model sebagai alat analisa. Dalam perkembangan selanjutnya model ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana dalam perbandingan berbagai sisitem administrasi Negara, guna menemukan persamaan-persamaan dan

perbedaan-perbedaannya. Dengan demikian jelaslah bahwa ada kaitan antara ekologi

administrasi Negara dengan perbandingan administrasi Negara, yang merupakan pendekatan terbaru, yaitu pendekatan ekologik (ecological approach).

  BAB II EKOLOGI

A. Pengertian Ekologi

Istilah Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu : Oikos : berarti rumah atau tempat tinggal, lebih tepat jika dikatakan sebagai tempat atau lingkungan dimana organisme itu hidup (berdiam) Logos : berarti ilmu


(3)

Perbedaan substantive antara Ekologi dan Lingkungan yaitu : Persoalan Lingkungan Persoalan Ekologi

Pemikiran manusia untuk memperbaiki agar udara dan air yang terkena polusi(tercemar) dapat diubah menjadi udara dan air yang segar,bersih dan sehat untuk kepentingannya sendiri. Pemikiran manusia yang semakin luas dan mendalam tentang bagaimana upaya melestarikan danau, mencegah efek insektisida terhadap berbagai spesies binatang, mencegah masuknya pencemaran terhadap sumber air minum(sumur), mencegah pengaruh perubahan iklim terhadap produksi dan perubahan habitat.

Beberapa pengertian tentang ekologi menurut beberapa ahli : 1. Edward S. Rogers

Ecology is of the study of relationship between organism and their environment. 2. Fuad Amsyari

Ekologi ialah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara satu organisme dengan yang lainnya dan antara organism – organism tersebut dengan lingkungannya.

3. Prajudi Atmosudirjo

Ekologi adalah tata hubungan total (menyeluruh) dan mutual (timbal-balik) antar satu orgaisme dengan lingkungan sekelilingya.

4. H. Sitanggang

Ekologi ialah ilmu yang mempelajari saling hubungan antara lingkungan dengan faktor- faktornya, saling hubungan antar faktor – faktor lingkungan sendiri dan saling hubungan antar unsur sesuatu faktor dengan selamanya,serta saling hubungan denganlingkungannya. 5. Webster Dictionary

Ekologi sebagai suatu ilmu merupakan suatu cabang biologi yang menyelidiki hubungan antara organisme hidup dengan lingkungan dimana ia hidup.

B. Konsep Ekologi dalam berbagai Sudut Pandang  Ekologi dalam politik

Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik – termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal sekarang. Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam Asas, disebut gerakan hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang pertama pada daftar moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai kesehatan manusia dan keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.


(4)

Orang yang memiliki kepercayaan-kepercayaan itu disebut ekolog politik. Beberapa telah mengatur ke dalam Kelompok Hijau, namun ada benar-benar ekolog politik dalam

kebanyakan partai politik. Sangat sering mereka memakai argumen dari ekologi buat

melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi. Seringkali argumen-argumen itu bertentangan satu sama lain, seperti banyak yang dilakukan akademisi juga.

 Ekologi dalam ekonomi

Banyak ekolog menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia:

• Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia membuat kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat kehidupan.

• Mike Nickerson mengatakan bahwa “ekonomi tiga perlima ekologi” sejak ekosistem menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi menganggap dilakukan “untuk bebas”.

Ekonomi ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan pertanyaan ekonomi dengan lainnya, namun susah. Banyak orang berpikir ekonomi baru saja menjadi bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. “Modal alam” ialah 1 contoh 1 teori yang menggabungkan 2 hal itu.

 Ekologi dalam kacamata antropologi

Terkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya menggunakan banyak metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal tanpa itu. Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran kita.

Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, namun paradigma mekanistik bersikeras meletakkan subyek manusia dalam kontrol objek ekologi — masalah subyek-obyek. Namun dalam psikologi evolusioner atau psikoneuroimunologi misalnya jelas jika kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang bersama. Dengan baik ditetapkan Antoine de Saint-Exupery: “Bumi mengajarkan kita lebih banyak tentang diri kita daripada seluruh buku. Karena itu menolak kita. Manusia menemukan dirinya sendiri saat ia

membandingkan dirinya terhadap hambatan.”  

BAB III

ADMINISTRASI NEGARA A. Administrasi


(5)

 Pengertian dari Berbagai Bahasa

Dari Bahasa Yunani, administrasi berasal dari kata ad yang berati intensif, dan ministrare yang berarti melayani atau mengendalikan, jadi administrasi adalah suatu kegiatan untuk melayani secara intensif kepada masyarakat.

Dari Bahasa Belanda, administrasi berasal dari bahasa administratie yang berarti kegiatan penatausahaan (kosrespondensi, kearsipan, penyimpanan informasi dll), atau disebut juga clerical work/office work.

Dari Bahasa Inggris, administrasi berasal dari kata administration yang berarti to administer, to direct (menggerakkan), to manage (mengurus, mengelola, menata) Jadi administrasi adalah proses menggerakan, mengelola, menata, dan mengurus sumber-sumber daya administrasi (the 6M : men, money, matherial, machine, methode, market).

 Pengertian Secara Definitif

Pengertian secara sempit, administrasi adalah kegiatan penatausahaan, pekerjaan kantor, yang meliputi kegiatan kesekretariatan, korespondensi, kearsipan, tuliss menulis dll. Atau

merupakan penyusunan data dan informasi secara sistematis dengan maksud untuk

menyediakan keterangan serta memudahkan memperoleh kembali secara keseluruhan dan dalam hubungannya satu sama lain.

Pengertian secara luas, administrasi menyangkut 3 dimensi yaitu :

1. Administrasi sebagai suatu proses, maksudnya proses kegiatan yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan usaha, diperlukan lahap atau langkah-langkah kerja, mekanisme kerja, penjadwalan, prosedur yang harus dilalui.

2. Administrasi sebagai suatu fungsi maksudnya adanya kegiatan tertentu menjalankan fungsi tertentu.

3. Administrasi sebagai suatu pranata atau kelembagaan maksudnya setiap ada organissasi atau institusi pasti didalamnya ada kegiatan administrasi, baik lembaga pemerintah ataupun swasta, hal ini dapat dilihat dengan adanya ciri-ciri yaitu, pembagian tugas, hierarkhi jabatan, span of control (jenjang pengawasan), kewenangan, kelompok pimpinan dan bawahan, serta adanya staf.

Jadi administrasi dalam arti luas adalah proses kerjasama antara dua orang atau lebih dengan menggunakan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas secara optimal.


(6)

1. Sirit Simon

Yaitu suatu bentuk kegiatan-kegiatan kelompok yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

2. Leonard D. White

Yaitu suatu proses bersama terhadap usaha-usaha kelompok bai yang bersifat publik ataupun privat, sipil ataupun militer, dalam skala besar maupun kecil.

3. John M. Pfiffner

Yaitu suatu pengorganisasian dan pengarahan dari SDM dan bahan-bahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

A.2 Ciri-Ciri Administrasi • Adanya sekelompok orang • Adanya proses kerja sama

• Menggunakan rasionalitas yaitu pertimbangan, perhitungan, teknik dan strategi tertentu yang dianggap terbaik

• Optimalisasi penggunaan sumber daya

• Adanya tujuan, sasaran, target, program yang jelas. B. Negara

B.1 Pengertian Negara

 Pengertian Negara Menurut Para Ahli 1. Roger H Soltau

Negara adalah agen (agency) atau kewewenangan (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat.

2. Harold J. Laski

Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.

3. Max Weber

Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah.

4. Robert M. Maclever

Negara adalah assosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah


(7)

yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.

 Jadi, sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis terhadap kekuasaan yang sah.

B.2 Sifat-Sifat Negara

1. Bersifat memaksa, dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasa fisik secara legal, saran untuk itu adalah polisi, tentara, dan sebagainya. Unsur paksa dapat dilihat

misalnya pada ketentuan tentang pajak. Setiap warga negara harus membayar pajakdan orang yang menghindari kewajiban ini dapat dikenakan sanksi.

2. Bersifat monopoli, maksudnya negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dalam masyarakat. Dalam rangka ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebarluaskan, karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat.

3. Sifat mencakup semua, maksudnya semua peraturan perundang-undangan berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali. Keadaan demikian perlu, sebab jika seseorang dibiarkan berada diluar ruang lingkup aktivitas negara, maka usaha negara ke arah terciptanya masyarakat yang dicita-citakan aklan gagal.

B.3 Unsur-Unsur Negara 1. Wilayah

Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai perbatasan tertentu. Kekuasan negara mencakup seluruh willayah, tidak hanya tanah, tetapi juga laut

disekelilingnya dan angkasa diatasnya. 2. Penduduk

Penduduk dalam suatu negara biasanya menunjukan beberapa ciri khas yang membedakan dari bangsa lain. Perbedaan ini nampak misalnya dalam kebudayaan, nilai-nilai politiknya, atau identitas nasionalnya.

3. Pemerintah

Setiap negara mempunyai organisasi yang berwenang untuk merumuskan dam melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di wilayahnya. Dalam hal ini pemerintah bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan dari negara. Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.


(8)

4. Kedaulatan

Kedaulatan merupakann suatu konsep yuridis, dan konsep kedaulatan ini tidak selalu sama dengan komposisi dan letak dari kekuasaan politik.

C. Administrasi Negara

 Pengertian Administrasi Negara Menurut Para Ahli 1. John M. Pfiffner dan Prestuss

Administrasi Negara merupakan pengkoordinasian usaha individu serta kelompok guna melaksanakan kebijakan umum.

2. Dann Sugandha

Administrasi Negara adalah proses kenegaraan dalam penetapan tujuan negara serta

pencapaiannya dengan memanfaatkan semua sumber daya guna, melalui dan berdama orang-orang secara terkoordinasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan penilaian.

 Definisi Secara Perspektif

1. Administrasi Negara sebagai Ilmu dan Seni

Dwigh Waldo menjelaskan bahwa administrasi Negara adalah seni dan ilmu manajemen yang dipergunakan untuk mengurus urusan Negara.

2. Administrasi Negara sebagai Pelaksanaan Kebijakan Publik

• John M. Pfiffner mengemukakan Administrasi Negara meliputi pelaksanaan kebijakan negara yang telah ditetapkan oleh badan perwakilan politik.

• Pelaksanaan dari kebijakan publik adalah aparatur Negara, pemerintah, birokrasi pemerintah.

• Birokrasi selain sebagai instrumen pelaksana kebijakan yang menjalankan kebijakan-kebijakan negara (dalam bentuk program, UU, peraturan negara), juga sebagai public servant yang bertugas memberi pelayanan pada masyarakat.

3. Administrasi Negara sebagai Profesi

• Profesi : kedudukan, jabatan, pekerjaan yang memerlukan ekspertis (keahlian) tertentu yang spesifik yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihah.

• Administrasi Negara sebagai profesi artinya sebagai aktivitas yang dilakukan menejer yang memegang jabatan atau wewenang tertentu sudah selayaknya selain memperoleh pengakuan dari masyarakat kerena kualifikasi atau standar pekerjaan dalam pelayanan yang prima juga karena metode kerja yang digunakan benar-benar telah menggunakan standar yang jelas terukur.


(9)

• Profesionalisme dalam administrasi Negara kedepan nampaknya tidak dapat dihindari lagi manakala persaingan produk dan jasa yang dibutuhkan masyarakat semakin kompetitif.  Karekteristik Studi Administrasi Negara

1. Pfiffner dan Presthus merinci karakteristik Administrasi Negara • Administrasi Negara merupakan sektor khusus dari administrasi.

• Administrasi Negara mencakup pelaksanaan publik policy yang telah digariskan oleh badan-badan perwakilan politik.

• Para administrator memiliki pengaruh yang luas karena keahlian dan legitimasinya dan segala tindakannya harus sah.

• Administrasi Negara berhubungan dengan ilmu atau disiplin lain yang dapat memberikan kontribusi dalam hal penetapan nilai-nilai, penentuan kebijakan dan perilaku organisasional (moral etik dan akuntabilitas).

• Administrasi Negara berbeda dalam hal tertentu dengan administrasi niaga dan administrasi Negara merupakan alat yang melaksanakan kebijakan-kebijakan baru dan menjembatani celah antara kepentingan dan penemuannya.

• Berorientasi pada public service.

• Administrasi Negara dalam pelaksanaannya dilakukan oleh aparat pemerintah (birokrat) yang diangkat dan digaji sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

 Perbedaan Administrasi Negara dan Administrasi Niaga sangat tipis. Tetapi ada ciri khas yang tetap harus dipertahankan oleh administrasi Negara yaitu:

1. Pelaksanaan kebijakan publik dan menjembatani kebutuhan warga negara. 2. Sifat legalistik (regulatif) yang masih kuat pengaturan kewenangannya. 3. Pejabat publik bersifat politis.

4. Mengutamakan kepentingan umum (sembako, jalan raya dll).

5. Organisasi yang sangat besar atau kompleks (pusat sampai dengan daerah) 6. Provit untuk keberlangsungan organisasi, investasi, dan kesejahteraan rakyat. 7. Pelaksanaan Negara (birokrasi).

  BAB III

EKOLOGI ADMINISTRASI NEGARA

A. Ruang Lingkup Ekologi Administrasi Negara

Ekologi Administrasi merupakan lingkungan yang dipengaruhi dan mempengaruhi


(10)

dari administrasi publik adalah pelayanan publik. Administrasi publik dalam melayani publik bertujuan untuk menyejahterakan dan memenuhi kebutuhan publik dengan cara menyediakan barang dan jasa namun tidak berorientasi pada profit. Adapun fungsi negara terdapat dalam UUD’45 alinea ke 4 yakni: sebagai Security (keamanan); Wealth (Kesejahteraan); Education (Pendidikan); Peace (Perdamaian) dan Relation.

Berdasarkan perkembangannya, Negara di seluruh belahan dunia mempunyai identitas masing-masing. Identitas itu dikategorikan menjadi dua yakni: Developed Country Center Country (dominan daerah kutub. Ex: Eropa)

Developed Country adalah istilah untuk kategori Negara maju yang merupakan Negara pusat. Negara ini dikatakan sebagai Negara maju karena dalam segala aspek kehidupannya baik itu dari segi Politik, ekonomi, budaya, tekhnologi, security dan natural resource mereka telah mandiri. Mandiri di sini artinya bahwa mereka telah mampu menyediakan sendiri kebutuhan Negara. Negara maju memiliki Sumber Daya Manusia dengan skill yang tinggi sehingga mampu menciptakan tenaga ahli di berbagai bidang. Mereka para tenaga ahli juga dapat menciptakan tekhnologi maju dan innovasi terbaru bagi perkembangan yang berkelanjutan dengan lebih baik dan lebih baik lagi. Selain itu, Negara maju bisa mengolah sumber daya alamnya sendiri. Walaupun beberapa Negara maju di belahan dunia ada yang masih mengimpor bahan mentah dari Negara berkembang seperti Indonesia. Akan tetapi, bagi mereka Negara maju tidak ada masalah karena bahan jadi akan lebih memberikan keuntungan yang besar.

Developing Country Satellite Country (Biasanya berada di daerah Tropis. Developing Country adalah istilah yang digunakan untuk Negara satellite (Negara pinggiran) yang memproduksi hasil-hasil pertanian. Pada umumnya, Negara pinggiran ini adalah Negara yang tergolong dalam kategori Negara berkembang, contohnya adalah Negara Indonesia. Adapun ciri dari Negara berkembang adalah sebagai berikut:

Jumlah penduduknya banyak dan padat perkilo meter perseginya dan tingkat pendidikan rakyatnya rendah dengan tingkat buta aksara tinggi. Sebagian rakyatnya bekerja disektor pertanian pangan secara tak produktif,sementara hanya sebagian kecil rakyatnya bekerja disektor industry sehingga produktifitas kerjanya rendah. Kuantitas sumber-sumber alamnya sedikit serta kualitasnya rendah. Kalau mempunyai sumber-sumber alam yang memadai namun belum diolah atau belum dimanfaatkan. Mesin-mesin produksi serta barang-barang kapital yang dimiliki dan digunakan hanya kecil atau sedikit jumlahnya. Sebagian besar dari mereka merupakan negara-negara baru diproklamasikan kemerdekaannya dari penjajahan kira-kira satu atau dua dekade.


(11)

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri. Di manapun,

bilamanapun dan dalam keadaan bagaimanapun, manusia senantiasa memerlukan kerjasama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang tidak mengenal batas karena fitrahnya sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di muka bumi. Untuk mempertahankan hidupnya sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya, manusia harus mampu memenuhi kebutuhan hidup yang mendasar (basic needs) maupun kebutuhan hidup sampingan (derived needs) yang justru lebih banyak dan lebih beragam. Selain kebutuhan biologis, manusia menghadapi kebutuhan sosial dan integritas yang tidak mudah dipenuhi tanpa kerjasama dengan sesamanya. Oleh karena itulah manusia senantiasa mengembangkan persekutuan sosial (social group) dan pengendaliannya (social organization) demi ketertiban bermasyarakat. Tanpa disadari,

persekutuan sosial dengan perangkat kelembagaannya menciptakan lingkungan (hidup) sosial yang menuntut para anggotanya untuk menyesuaikan diri, sebagaimana mereka

menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidup alamnya

Kemampuan akal manusia untuk mempersatukan (to assimilate) khasanah alam ke dalam ranah kebudayaan dan melihat diri dan orang lain sebagai bagian dari lingkungannya itulah pangkal perwujudan lingkungan sosial. Dengan secara lebih lugas Bennett (1976)

menyatakan bahwa manusia hidup dalam lingkungan yang mereka manfaatkan, bukan untuk disalah gunakan, bersama orang lain yang membentuk suatu lingkungan (humam ecology) yang merupakan bagian dari lingkungan hidup yang lebih luas (natural ecology) sebagai kenyataan. Oleh karena itu manusia lebih banyak dituntut untuk beradaptasi terhadap lingkungan sosial yang mereka ciptakan berdasarkan pemahaman kebudayaannya daripada menyesuaikan diri terhadap lingkungan alam semata-mata.

Administrasi sebagai ilmu mempunyai sifat umum dan universal dalam arti memiliki unsur-unsur yang sama, dimanapun dan kapanpun ilmu administrasi diterapkan. Namun diketahui bahwa dalam satu sistem administrasi negara sendiri masih dijumpai subsistem administrasi dari suatu kelompok masyarakat yang menggambarkan hubungan pengaruh antara

administrasi negara dengan lingkungan sekitarnya, baik fisik maupun lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu dengan mengkaji ekologi administrasi negara yang merupakan salah satu cabang ilmu administrasi, kita dapat menerangkan hubungan timbal balik yang terjadi antara lingkungan hidup (environment) dimana administrasi negara itu tumbuh dan berkembang dengan administrasi negara sendiri yang dianggap sebagai organisme hidup (living organism).

Dalam kajian ilmu administrasi negara, terutama pada ekologi administrasi negara, tinjauan kebudayaan memegang salah satu peranan yang cukup penting, karena kebudayaan termasuk


(12)

dalam salah satu unsur faktor-faktor ekologis yang beraspek kemasyarakatan dalam tinjauan ekologis. Selain itu dalam aspek budaya dikaji pula berbagai pola perilaku seseorang ataupun sekelompok orang (suku) yang orientasinya berkisar tentang kehidupan bernegara,

penyelenggaraan administrasi negara, politik, hukum, adat istiadat dan norma kebiasaan yang berjalan, dipikir, dikerjakan, dan dihayati oleh seluruh anggota masyarakat setiap harinya, serta dicampurbaurkan dengan prestasi di bidang peradaban (Inu Kencana, dkk, Ilmu Administrasi

 GOOD GOVERNANCE SEBAGAI FAKTOR EKOLOGI PEMERINTAHAN OLEH: ANANDA PUTRI S

 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam ekologi, pastilah tidak hanya satu atau dua indicator yang menjadi variable terikat yang membuat ekologi terus menjadi sebuah siklus atau sistem, melainkan banyak indikator, antara lain Good Governance.

 3. Hubungan good governance yang melibatkan semua pihak dalam sebuah Negara, menjadi pemersatu dan memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap berbagai kebijakan yang dilegalkan oleh pemerintah, sehingga membuat peran good

governance menjadi salah satu dimensi krusial dalam membentuk interaksi sistem yang harmonis pemerintahan Indonesia. dalam ekologi

 4. 1.2. Rumusan Masalah • Bagaimana peran Good Governance mempengaruhi ekologi pemerintahan? 1.3. Tujuan Penelitian • Untuk mengetahui bagaimana peran Good Governance mempengaruhi ekologi pemerintahan

 5. BAB II TINJAUAN TEORITIK 2.1. Konsep Good Governance Good Governance berasal dari kata “good” yang artinya baik, dan “governance” yang artinya

pemerintahan. Sebelum memahami konsep Good Governance ini secara lebih lanjut, maka kita harus mengetahui bahwa ada pergeseran konsep dari Government ke Governance. Pergeseran konsep ini mempengaruhi perkembangan teori Good Governance, disertai dengan tambahan-tambahan pemikiran lainnya.


(13)

 6. 2.1.1. Pergeseran Konsep Government ke Governance Sejatinya konsep governance harus dipahami sebagai suatu proses, bukan struktur atau institusi. Governance juga menunjukkan inklusivitas. Kalau government dilihat sebagai “mereka”, maka “governance” adalah “kita”. Menurut Leach dan Percy-Smith (2001), Government mengandung pengertian politisi dan pemerintahlah yang mengatur, melakukan

sesutau, memberikat pelayana, sementara sisa dari „kita adalah penerima yang pasif. ‟ Sementara governance meleburkan perbudakan antara “pemerintah” dan “yang diperintah”, kita semua adalah bagian dari proses governance. Source: Hetifah Sj Sumarto (2009) hlm 2

 7. Agar dapat lebih memperjelas perbedaan di Governance dan Goverment, maka kami mencoba untuk mengutip perbedaan kedua istilah tersebut dalam bentuk table menurut Sadu Wasistiono No Unsur Perbandingan Pengertian 1 Kata Goverment Kata Governance badan/lembaga atau fungsi yang dijalankan cara, penggunaan, atau oleh organ tertinggi dalam suatu negara 2 Hierarkis, yang memerintah di atas, yang Hetararkis, kesetaraan diperintah di bawah Hubungan pelaksanaan kedudukan dan hanya berbeda dalam fungsi Komponen yang Terlibat Sebagai subyek hanya ada satu yaitu institusi pemerintah 3 Komponen yang terlibat: sektor publik, sektor swasta, dan sektor masyarakat Pemegang Peran 4 Sektor pemerintah Dominan Semua komponen memegang peran sesuai fungsi masingmasing Partisipasi warga negara. Pencapaian tujuan negara melalui Pencapaian tujuan negara dan diharapkan 6 Kepatuhan warga negara Hasil (out put) yang 5 Efek (impact) yang kepatuhan warga negara tujuan masyarakat melalui diharapkan partisipasi sebagai warga negara dan warga masyarakat

 8. Perubahan paradigma dari government ke governance tentunya memiliki implikasi pada perubahan peranan suatu negara terutama pada hal pelayanan public. Intinya, perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari hierarki birokrasi (government) menuju debirokratisasi (governance) Artinya, negara tidak lagi memonopoli praktek penyelenggaraan layanan publik akan tetapi ada mekanisme pasar dan civil society yang turut serta. Lebih lanjut menurut Wibawa negara harus melibatkan semua pilar masyarakat bukan hanya dalam penyelenggaraan layanan publik, tetapi juga dalam proses kebijakan mulai dari formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan, sampai


(14)

kepada penyelenggaraan layanan publik Soucre: Bevir, 2007:364 dan Wibawa, 2006:78-79

 9. 2.1.2. Definisi Good Governance 1. Menurut Effendi dalam Azhri, dkk. (2009 : 187). Good Governance sebagai penyelenggaraan pemerintahan secara partisipasi, efektif, jujur, adil, transparan, dan bertanggung jawab kepada semua pemerintahan. 2. Menurut UN DP dalam kebijakannya yang berjudul Governance for Surfainable Human Development (1997). Mendefinisikan pemerintahannya adalah pelaksanaan kewenangan dan atau kekuasaan di bidang ekonomi. Politik dan administrative, untuk mengelola berbagai urusan Negara pad setiap tingkatan dan kebijakan negara, yang mendorong terciptanya kondisi kesejahteraan, integritas dan kohesivitas social dalam masyarakat.

 10. 3. Menurut Prof.Dr.dr.Agus Purwadianto, SH, Msi, SpF(K), Good governance merupakan seperangkat proses yang diberlakukan dalam organisasi yang menjadi panduan dalam penentuan keputusan. Good governance yang dapat dilaksanakan dan dipatuhi secara baik dapat mengurangi penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. • Prinsip dasar dari good governance, yaitu: • partisipasi aktif; • tegaknya hukum yang berlaku; • transparansi; • responsif; • berorientasi musyawarah mufakat; •

keadilan/kesamaan perlakuan; • efektif dan ekonomis; Source:

http://pemilihanrektor.ui.ac.id/content/pelaksanaan-good-governance-berbasis-aturan-dengan-pemahaman-konstektualitasprogram-kerja?destination=node/417 tanggal akses 25 Oktober 2013 pukul 21.54

 11. 2.2. Pengertian Faktor Dalam kamusbahasaindonesia.org yang datanya bersumber dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, factor dapat diartikan sebagai hal (keadaan, peristiwa) yg ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.

http://kamusbahasaindonesia.org/faktor#ixzz2ie9gzPnp tanggal akses 24 Oktober 2013 pukul 20.43

 12. 2.3. Pengertian Ekologi Istilah Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu : • Oikos : berarti rumah atau tempat tinggal, lebih tepat jika dikatakan sebagai tempat atau lingkungan dimana organism itu hidup (berdiam) • Logos : berarti ilmu Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel dari Jerman pada tahun 1896. Secara harfiah ekologi adalah ilmu tentang mahkluk hidup


(15)

dalam rumahnya, atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga mahluk hidup.

 13. Beberapa pengertian tentang ekologi menurut beberapa ahli : • Edward S. Rogers Ecology is of the study of relationship between organism and their environment. • Fuad Amsyari Ekologi ialah suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara satu organisme dengan yang lainnya dan antara organism – organism tersebut dengan lingkungannya. • H. Sitanggang Ekologi ialah ilmu yang mempelajari saling

hubungan antara lingkungan dengan faktor- faktornya, saling hubungan antar faktor – faktor lingkungan sendiri dan saling hubungan antar unsur sesuatu faktor dengan selamanya,serta saling hubungan denganlingkungannya.

http://geologi09.wordpress.com/2011/06/25/ekologi-pemerintahan/ tanggal akses 24 Oktober 2013 pukul 20.48

 14. 2.4. Pengertian Ekologi Pemerintahan • Ekologi Pemerintahan adalah suatu ilmu yang mempelajari adanya proses saling mempengaruhi sebagai akibat adanya hubungan normatif secara total dan timbal balik antara pemerintah dengan lembaga-lembaga tertinggi Negara maupun antar pemerintah, vertikal-horisontal, dan dengan masyarakatnya. • Ekologi Pemerintahan dapat juga difenisikan sebagai cabang ilmu pemerintahan yang mempelajari pengaruh lingkungan ruang dan waktu terhadap pemerintahan, baik sebagaimana adanya (das sein) maupun sebagaimana diharapkan (das sollen). Bahan Ajar MK. Ekologi Pemerintahan semester ganjil 2013/2014 oleh Yana Ekana PS

 15. 2.4.1. Ruang Lingkup Ekologi Pemerintahan Nilai-nilai lingkungan (ruang dan waktu) yang ditransfer, dipertukarkan, atau ditransformasikan dari lingkungan ke bidang pemerintahan, searah atau timbal balik adalah energi dari lingkungan fisik diwujudkan melalui iptek, suara (vote, dukungan legitimasi) dari lingkungan social diwujudkan dalam bentuk demokrasi dan dalam arti tertentu, rahmat dari lingkungan transedental (Tuhan YME) yang diwujudkan dalam bentuk imtak. Dengan melihat definisi kedua kata tadi maka Ekologi Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan manusia, lembaga pemerintahan dan lingkungan alam maupun sosial, antara manusia yang mempunyai sifatsifat tertentu (komunitas) dan saling menyesuaikan antara manusia dengan lingkungan sebagai bagian dari sistem


(16)

penyelenggaraan pemerintahan dari suatu negara. Menurut pandangan Sadam Usman, ekologi Pemerintahan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan pemerintahan dalam arti sempit, yaitu hubungan dari kegiatan yang dilakukan hanya oleh badan Eksekutif. Hubungan pemerintahan dalam arti luas, yaitu hubungan dari kegiatan yang dilakukan oleh badan Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif. Hubungan pemerintah dengan masyarakat dan interaksi pemerintah dengan lingkungan alam yang tujuan akhir dari segala aktifitas tersebut adalah untuk mewujudkan suatu kesejahteraan bagi rakyat.

 16. BAB III PEMBAHASAN 3.1. Peran Good Governance dalam mempengaruhi Ekologi Pemerintahan Pada hakikatnya, dalam suatu ekosistem (satu unit sistem ekologi), selalu ada keseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar untuk menjaga agar ekosistem tersebut dapat terus berlangsung. Ekosistem akan mengalami pertumbuhan apabila energi yang masuk lebih besar dari energi yang keluar. Sebaliknya, ekosistem akan mengalami kemunduran apabila energi yang masuk lebih kecil dari energi yang keluar.

 17. Begitu halnya dengan ekosistem dalam lingkup ekologi pemerintahan. Good Governance juga merupakan bagian, hingga menjadi salah satu faktor penentu utama dari siklus ekologi pemerintahan yang diharapkan. Pengaruh Good Governance dalam memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama, yakni lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan keamanan yang kondusif, sektor swasta berperan aktif dalam

menumbuhkan kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan, sedangkan civil society atau masyarakat madani harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam aktifitas perekonomian, sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap jalannya aktifitas-aktifitas tersebut, merupakan sebuah sinergi yang kuat dan sangat berpengaruh terhadap ikatan ekologis di dalam tubuh pemerintahan di suatu Negara.

 18. Realita lain yang ada adalah pemerintah masih memposisikan sebagai seorang politikus yang bekerja dalam sudut pandang politik. Mereka masih bekerja sebagai seorang pemerintah yang mempunyai kekuasaan dan kewenangan untuk memerintah


(17)

dan rakyat tak lebih dari sekedar objek untuk mereka perintah dan mereka paksa untuk melayani dan menghormati mereka. Mereka yang memiliki otoritas formal tertinggi, justru ikut terbawa arus bisnis. Pemerintah dewasa ini, tidak lagi menjadi pelayan, melainkan politikus yang merangkap Mereka secara massif berbondong-bondong masuk ke dalam neo-liberal ala Good Governance. Nampaknya, Good Governance terlalu susah difilter dengan nilai-nilai demokrasi Pancasila yang kurang “menguntungkan”. Hal ini yang menyebabkan stabilitas ekologi pemerintahan di Negara kita terganggu. Feedback yang harusnya kembali ke masyarakat tersendat oleh system. Coba bayangkan, jika Good Governance di Indonesia diterapkan ala

demokrasi Pancasila (bukan neo-liberal) dan menjunjung tinggi tiga prinsip dasar Good Governance (akuntabilitas, partisipatif, dan transparansi) disertai dengan prinsip-prinsip pendukung lainnya, maka ekologi pemerintahan di Indonesia akan menjadi sebuah proses hubungan timbal balik/interaksi yang harmonis dan stabil, cita-cita NKRI tercapai, tujuan Good Governance terlaksana, dan tentunya kesejahteraan rakyat yang diinginkan.

 19. BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Ekologi Pemerintahan adalah suatu ilmu yang mempelajari adanya proses saling mempengaruhi sebagai akibat adanya hubungan normatif secara total dan timbal balik antara pemerintah dengan lembaga-lembaga tertinggi Negara maupun antar pemerintah, vertikal-horisontal, dan dengan masyarakatnya. Ekologi Pemerintahan dapat juga difenisikan sebagai cabang ilmu pemerintahan yang mempelajari pengaruh lingkungan ruang dan waktu terhadap pemerintahan, baik sebagaimana adanya (das sein) maupun sebagaimana diharapkan (das sollen).

 20. Good Governance merupakan bagian, hingga menjadi salah satu faktor penentu utama dari siklus ekologi pemerintahan yang diharapkan. Pengaruh Good Governance dalam memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama, yakni lembaga pemerintah harus mampu menciptakan lingkungan ekonomi, politik, sosial budaya, hukum dan keamanan yang kondusif, sektor swasta berperan aktif dalam menumbuhkan kegiatan perekonomian yang akan memperluas lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan, sedangkan civil society atau masyarakat madani harus mampu berinteraksi secara aktif dengan berbagai macam aktifitas perekonomian,


(18)

sosial dan politik termasuk bagaimana melakukan kontrol terhadap jalannya aktifitas-aktifitas tersebut, merupakan sebuah sinergi yang kuat dan sangat berpengaruh terhadap ikatan ekologis di dalam tubuh pemerintahan di suatu Negara.

 21. 4.2. Saran Konsep Good Governance yang merupakan konsep termutakhir dalam public management reform, dapat berhasil perannya dalam menggerakkan ekologi pemerintahan apabila seluruh pilar terkait bersinergi dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Governance. Good Governance dapat melahirkan sekaligus

menghancurkan ekologi pemerintahan di suatu Negara apabila tidak diaplikasikan secara benar. Mengenai penerapan Good Governance di Indonesia, alangkah lebih baik jika disesuaikan dengan ideology bangsa kita yakni demokrasi pancasila. Hal ini diharapkan agar Good Governance dapat menyentuh semua kalangan masyarakat, baik kelas atas ataupun kelas pekerja.

A. Latar Belakang

Permasalahan lingkungan hidup semakin hari menunjukan peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa kebijakan lingkungan hidup belum berhasil. Eksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup telah menyebabkan semakin buruknya kualitas lingkungan sumberdaya alam, khususnya dalam masalah pengawasan dan pengembangan mekanisme hidup. Hal ini disebabkan tidak konsistennya pelaksanaan manajemen lingkungan hidup dan dan kelembagaannya.

Dengan memperhatikan permasalahan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dewasa ini, pengelolaan di bidang pelestarian lingkungan hidup mempunyai beberapa ciri khas, yaitu tingginya potensi konflik, tingginya potensi ketidaktentuan (uncertainty), kurun waktu yang sering cukup panjang antara kegiatan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan, serta pemahaman masalah yang tidak mudah bagi masyarakat luas. Karena ciri-ciri ini, usaha pelestarian akan selalu merupakan suatu usaha yang dinamis baik dari segi tantangan yang dihadapi maupun jalan keluarnya.

Sehubungan dengan permasalahan tersebut, Tap MPR RI Nomor VI/MPR/2002 antara lain merekomendasikan untuk menerapkan prinsip-prinsip good environmental governance secara konsisten dengan menegakkan prinsip-prinsip rule of law, transparansi, akuntabilitas dan


(19)

partisipasi masyarakat. Dalam hubungan ini, perlu diusahakan agar masyarakat secara umum sadar dan mempunyai informasi yang cukup tentang masalah-masalah yang dihadapi, dan mempunyai keberdayaan dalam berperan-serta pada proses pengambilan keputusan demi kepentingan orang banyak. Sedangkan di sisi lainnya diharapkan pemerintah daerah diharapakan lebih responsif terhadap kepentingan masyarakat dan lingkungannya, sehingga perwujudan kepemerintahan yang baik menghendaki keterbukaan dan akuntabilitas pemerintah.

Sejalan dengan Otonomi Daerah, pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah di bidang pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan mengandung maksud untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup. Peran serta masyarakat inilah yang dapat menjamin dinamisme dalam pengelolaan lingkungan sehingga pengelolaan ini mampu menjawab tantangan tersebut diatas. Mekanisme peran serta masyarakat perlu termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui mekanisme demokrasi. Jadi dapat dikatakan bahwa salah satu strategi pengelolaan lingkungan yang efektif di daerah dalam kerangka otonomi daerah adalah dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dibahas yaitu, 1. Bagaimanakah Kondisi Geografis Di Indonesia?

2. Bagaimanakah Cara Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan Serta Menciptakan SDM Yang Berkualitas?

3. Bagaimanakah Peranan Pemerintah Dalam Menerapkan Kebijakan Yang Dibuat Mengenai Pemanfaatan SDA?

C. Tujuan

Adapun tujaun dari pembuatan makalah ini yaitu, 4. Untuk Mengetahui Kondisi Geografis Di Indonesia.

5. Untuk Mengetahui Cara Pemerintah Dalam Menangani Kemiskinan Serta Menciptakan SDM Yang Berkualitas.

6. Untuk Mengetahui Peranan Pemerintah Dalam Menerapkan Kebijakan Yang Dibuat Mengenai Pemanfaatan SDA.

D. Manfaat

Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini yaitu,

1. Guna menambah wawasan dan pengetauan bagi para mahasiswa mengenai ekosistem pemerintahan dalam penananganan masalah ekologi geografis, SDM, ADA.


(20)

2. Dapat bermanfaat dan memberikan informasi tentang bagaimana proses proses penanganan dan penyelesaian masalah mengenai kondisi geografis, SDM, SDA di Indonesia.

BAB II PEMBAHASAN A. Kondisi Geografis Di Indonesia

Kondisi geografis negeri ini yang sangat rawan bencana sebetulnya telah menjadi kesadaran umum terutama sejak bencana Tsunami Aceh. Hampir seluruh elemen melakukan upaya-upaya menyikapi keadaan tersebut, baik dengan melakukan kajian-kajian, melakukan pelatihan-pelatihan kebencanaan termasuk melakukan upaya-upaya penanggulangan bencana oleh pemerintah maupun berbasis komunitas. Walhasil, berbagai pelatihan di pelosok negeri termasuk simulasi dalam menghadapi bencana dilakukan, terutama di daerah-daerah yang dianggap paling rawan dengan bencana gempa-tsunami, salah satunya yang paling sering adalah Provinsi Sumatera Barat. Pelatihan kesiapsiagaan bencana ini dilanjutkan sampai pada tahap membangun kesiapsiagaan komunitas dengan membangun disaster alert system yang berbasis budaya lokal. Lalu bermunculan berbagai hasil kajian mengenai kerawanan bencana termasuk buku-buku penanganan bencana untuk pengurangan resiko bencana.

Berkiblat kepada kurangnya manajemen penanganan bencana terutama penanganan kondisi darurat pada waktu bencana Tsunami Aceh, pemerintah terlihat serius menata managemen penanganan bencana, bahkan saking seriusnya pada tahun 2007 pemerintah mengeluarkan regulasi yaitu UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. Suatu tindakan yang patut diapresiasi terlebih hal tersebut dilatabelakangi oleh kesadaran pemerintah bahwa wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional (lihat konsideran UU tersebut).

Tentu saja keadaan tersebut sangat mengembirakan, minimal sebagai pertanda bahwa aparatur di negeri ini serius menyiapkan diri dalam menanggulangi dan menangani bencana untuk mengurangi resiko bencana. Artinya aparat di negeri ini serius belajar dari kesalahan dan ketidakcakapan menangani bencana yang selama ini terjadi baik Tsunami Aceh, gempa di


(21)

Jogjakarta, dimana hal yang selalu terjadi dan sama adalah kelambanan pemerintah melakukan tindakan penanganan bencana termasuk tindakan penanganan darurat.

Hanya saja kegembiraan itu ternyata berlaku sesaat, kesalahan yang sama dalam penanganan bencana terulang lagi. Setelah sekian kali menangani bencana alam dalam skala kerusakan yang cukup besar, ternyata pemerintah tidak mampu beranjak lebih maju dalam penanggulangan bencana. Dalam penanganan gempa di Sumbar khusunya dalam penanganan darurat, muncul permasalahan yang tidak jauh beda dengan penanganan bencana alam sebelumnya. Permasalahan yang paling mencolok dan selalu terjadi adalah masalah pengelolaan bantuan utamanya mengenai pendistribusian bantuan. Yang paling sering terjadi adalah korban yang tidak kunjung mendapatkan bantuan sementara bantuan menumpuk di posko bencana.

Fakta ini dapat dicermati dari beragam testimoni korban di media massa yang mengungkapkan, betapa lambatnya pendistribusian bantuan tersebut. Mereka menyatakan tidak mendapatkan bantuan makanan, minuman dan perlengkapan mengungsi yang optimal. Walhasil, terjadi tindakan penjarahan sebagai bentuk “protes” atas kelambanan distribusi bantuan. Tanpa menafikan kerja-kerja penanganan darurat bencana yang dijalankan, dapat dipastikan bahwa “kericuhan” tersebut berasal dari buruknya manajeman penanganan bencana. Dalam penanganan darurat ini terkesan sangat tidak sistematis. Akibatnya adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dari korban bencana.

Bahkan yang sangat menyesakkan, lambannya pendistribusian ini ternyata disebabkan oleh birokrasi yang dibuat dalam sistem pendistribusiannya. Ketakutan tidak tepatnya pemberian bantuan tersebut menjadi latar belakang adanya birokrasi yang dalam pengambilan bantuan di posko logistik. Sekilas alasan itu sangat logis. Namun bila dikaitan dengan kondisi yang ada, alasan itu menjadi tidak tepat. Ketepatan sasaran dari pendistribusian bantuan ini adalah keniscayaan. Tetapi untuk menjamin kepentingan tersebut, sepatutnya tidak dilakukan dengan pola membangun birokrasi dadakan. Dalam situasi darurat, tentu saja birokrasi dadakan ini akan menambah kacau situasi. Hasil akhirnya toh birokrasi tersebut menghasilkan bantuan yang membusuk di posko-posko logistik, sementara korban gempa tetap harus menerima nasib kekurangan kebutuhan dasar mereka.

Keadan ini tentu saja tidak akan terjadi bila pemerintah secara serius menyiapkan diri untuk menangani bencana. Dengan menyadari bahwa Indonesia rawan bencana seharusnya tidak cukup dengan membuat Undang-Undang tentang Penanggulangan Bencana namun gagap dalam implementasinya. Pemerintah seyogyanya melakukan tindakan-tindakan yang lebih maju dalam penanganan bencana.


(22)

Untuk itu perlu adanya perencanaan kontijensi yaitu suatu proses perencanaan ke depan dalam keadaan ketidakpastian dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan manajerial dan teknis sudah ditentukan, dan rancangan sistem tanggapan sudah diatur pelaksanaannya, guna mencegah dan menanggapi keadaan darurat. Perencanaan ini setidaknya dapat menyiapkan sebuah rencana respon yang cepat dan tepat dalam situasi darurat bencana, sehingga tidak lagi terjadi kebingungan dan kekacauan serta kebijakan-kebijakan yang dibuat mendadak. Alih-alih meringankan korban, yang ada korban bencana tetap menderita dan bantuan logistik membusuk di posko-posko logistik. Parahnya, kejadian ini terjadi secara berulang dalam setiap penanganan bencana. Kalau keledai saja tidak mau terjerumus ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya, lalu haruskah bangsa ini selalu berkutat dengan kesalahan yang sama dalam penanganan bencana.

B. Cara Pemerintah Dalam Menangani Kemiskanan Serta Menciptakan SDM Yang Berkualitas

Besarnya dana untuk menangani kemiskinan adalah sebuah hal yang positif. Dengan dana yang semakin besar, jumlah penduduk yang bisa dijangkau akan semakin banyak dan kualitasnya bisa ditingkatkan. Namun, besarnya dana juga mesti diikuti dengan kualitas sumber daya manusia yang menangani kemiskinan. Penulis menyebut hal ini dengan penanganan kemiskinan berbasis sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang berkualitas dalam menangani kemiskinan akan membantu mempercepat penangan kemiskinan. Hambatan besaran dana bukanlah suatu hal yang dipermasalahkan selama sumber daya manusia yang menanganinya berperan optimal, karena dengan sumber daya manusia yang berperan optimal, diharapkan pengaruhnya kepada orang miskin pun juga jauh lebih besar dan bermanfaat.

Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang tepat untuk menangani kemiskinan, salah satunya adalah dengan melakukan rekrutmen yang berkualitas dan diikuti dengan penempatan yang tepat. Jika pemerintah sangat serius untuk menangani kemiskinan melalui peran aparatur negara, maka sudah selayaknya pemerintah mengoptimalkan potensi para aparatur negara pada posisi yang tepat. Jangan sampai aparatur yang ditempatkan selama ini ternyata tidak cocok potensinya bekerja di bagian yang menangani kemiskinan. Pekerjaan menangani kemiskinan harus dilihat sebagai pekerjaan yang profesional dan bukan kerja sosial semata.

Pekerjaan menangani kemiskinan memiliki kriteria tertentu, misalnya saja dilihat dari segi inteligensi, minat dan kepribadian orang yang akan bekerja di sektor yang terkait dengan penanganan kemiskinan. Individu yang memiliki minat sosial yang sedang atau tinggi


(23)

misalnya, dapat memenuhi kriteria ini. Sementara individu dengan kepribadian tabah, senang bergaul bisa memenuhi kriteria.

Karakter pekerjaan perlu dirumuskan terlebih dahulu untuk berbagai posisi pekerjaan yang terkait dengan penanganan kemiskinan. Setelah itu dirumuskan karakter individu yang akan menempati posisi yang telah ditentukan. Kemudian dilihat kesesuian antara karakter pekerjaan dengan karakter individu. Jika terjadi kesesuaian, maka individu bisa menempati posisi yang telah ditentukan.

Dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang direkrut melalui proses rekrutmen yang baik, maka individu tersebut selanjutnya menjalani pelatihan, pengembangan dan penempatan. Dengan demikian, sumber daya manusia yang handal telah dipersiapkan untuk menangani kemiskinan yang merupakan proyek besar dan membutuhkan kerja keras dan juga berbagai inovasi.

Disamping itu, atas keprofesionalannya dalam bekerja maka para aparat perlu mendapat gaji dan tunjangan yang baik. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang loyal kepada kami dalam pekerjaan, dan dia tidak memiliki rumah; atau tidak memiliki istri, maka hendaklah dia menikah, atau tidak memiliki pembantu, hendaklah dia mengambil pembantu; atau tidak memiliki kendaraan, hendaklah dia mengambil kendaraan; dan barangsiapa yang mendapatkan sesuatu selain hal tersebut, maka dia korupsi (HR Ahmad dalam Al Musnad, hadits no. 175554, 175556, 175558, HR Abu Dawud dalam As-Sunan,hadits no. 2945). Hadits Rasulullah tentang upah ini membicarakan upah untuk mereka yang bekerja di lembaga negara (Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab) dimana perlu ada sebuah standar kecukupan untuk mereka agar bisa bekerja optimal dan amanah.

Sementara, bagi masyarakat miskin, sebenarnya mereka pun memiliki potensi. Namun biasanya terkendala dana. Masyarakat miskin sangat banyak yang melakukan wirausaha, namun pendapatan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Adapun anak-anak mereka, di antaranya ada yang memiliki kecerdasan tinggi tapi tidak bisa melanjutkan sekolah karena kendala dana.

Untuk anak-anak orang miskin yang memiliki kecerdasan tinggi, maka pemerintah seharusnya memberikan beasiswa penuh untuk membiayai pendidikan mereka. Dengan demikian, orang tua mereka tidak terbebani dengan biaya pendidikan anaknya. Sementara bagi orang miskin yang anaknya memiliki kecerdasan rata-rata ataupun di bawah itu, pemerintah tetap perlu memberi bantuan yang dapat meringankan beban orang tua.


(24)

Sementara bagi orang tua, kemiskinan yang ada pada diri mereka, meskipun telah berusaha berwirausaha maupun bekerja, kiranya pemerintah bisa mengadakan semacam asesmen untuk mengetahui potensi mereka yang bisa dikembangkan. Selama ini orang miskin banyak yang tidak tahu potensi yang ada dalam diri mereka, sehingga mereka pun tidak tahu ke arah mana melakukan pemberdayaan potensi yang dimiliki.

Pemerintah selama ini telah memberikan bantuan kepada orang miskin berupa bantuan langsung tunai, bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan modal usaha dan lainnya. Namun belum memberikan bantuan berupa pengenalan potensi yang dimiliki orang miskin. C. Peranan Pemerintah Dalam Menerapkan Kebijakan Yang Dibuat Mengenai

Pemanfaatan SDA

Pemanfaatan SDA secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akahirnya akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan semua penduduk di Indonesia. Oleh karena peran pemerintah dalam memberikan kebjakan tentang peraturan pengelolaan SDA menjadi hal yang penting sebagai langkah menjaga SDA yang berkelanjutan.

Kebijakan yang di buat oleh pemerintah tidak hanya ditetapkan untuk dilaksanakan masyarakat tanpa pengawasan lebih lanjut dari pemerintah. Pemerintah memiliki peran agar kebijakan tersebut diterapkan sebagaimana mestinya oleh masyarakat. Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat kepada daerah:

 Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.  Memerlukan peranan lokal dalam mendesain kebijakan.

 Membangun hubungan interdependensi antar daerah.  Menetapkan pendekatan kewilayahan.

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih diprioritaskan di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program


(25)

yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :

 Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.

 Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam.

Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif

 Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup.

Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

 Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.


(26)

 Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

Dari penjelasan di atas sebaiknya peran pemerintah tidak hanya sebagai pembuat kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan pemerintah :

 Melakukan pembaharuan teknologi yang ramah lingkungan, dengan mendukung serta memberikan dana bagi institusi atai individu yang melakukan pembaharuan teknologi tersebut. Misalnya teknologi Biogas, Biopori, dan minyak biji jarak.

1. Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan dan SDA untuk ikut serta menjaga SDA yang ada, dengan mendorong mereka melakukan corporate sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab terhadap eksploitasi SDA yang dilakukan, dengan membuat UU perihal kewajiban perusahaan melakukan CSR.

2. Mengkampayekan Cinta Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang sampah pada tempatnya, tentunya dengan memberikan sanksi bagi para pelanggar (tanpa pandang levelitas).

3. Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-kebijakan kepada seluruh aspek masyarakat, agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan serta memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan.

4. Meningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) seperti pengetahuan serta keteranpilan SDM dalam pengelolaan dan pengembagan program CSR.


(27)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis menarik kesimpulan yaitu,

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional (lihat konsideran UU tersebut).

2. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang tepat untuk menangani kemiskinan, salah satunya adalah dengan melakukan rekrutmen yang berkualitas dan diikuti dengan penempatan yang tepat.

3. Pemanfaatan SDA secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akahirnya akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan semua penduduk di Indonesia.

B. Saran

Adapun saran penulis dalam penulisan makalah ini yaitu,

Dari ketika aspek yaitu Ekologi Geografis, SDM dan SDA yang paling dominan rawan terjadi konflik yaitu dalam pemanfaatan SDA. Dimana melihat apa yang terjadi sekarang ini banyak ketimpangan-ketimapang yang dilakukan oleh pengelolah SDA tersebut, olehnya pemerintah harus benar-benar konsisten dengan apa yang menjadi kebijakannya dan harap kebijakan itu jangan dijadikan sebagai tameng untuk melindungi diri hal yang dapat merugikan masyarakat atau rakyat Indonesia secara universal.


(1)

Untuk itu perlu adanya perencanaan kontijensi yaitu suatu proses perencanaan ke depan dalam keadaan ketidakpastian dimana skenario dan tujuan disepakati, tindakan manajerial dan teknis sudah ditentukan, dan rancangan sistem tanggapan sudah diatur pelaksanaannya, guna mencegah dan menanggapi keadaan darurat. Perencanaan ini setidaknya dapat menyiapkan sebuah rencana respon yang cepat dan tepat dalam situasi darurat bencana, sehingga tidak lagi terjadi kebingungan dan kekacauan serta kebijakan-kebijakan yang dibuat mendadak. Alih-alih meringankan korban, yang ada korban bencana tetap menderita dan bantuan logistik membusuk di posko-posko logistik. Parahnya, kejadian ini terjadi secara berulang dalam setiap penanganan bencana. Kalau keledai saja tidak mau terjerumus ke dalam lubang yang sama untuk kedua kalinya, lalu haruskah bangsa ini selalu berkutat dengan kesalahan yang sama dalam penanganan bencana.

B. Cara Pemerintah Dalam Menangani Kemiskanan Serta Menciptakan SDM Yang Berkualitas

Besarnya dana untuk menangani kemiskinan adalah sebuah hal yang positif. Dengan dana yang semakin besar, jumlah penduduk yang bisa dijangkau akan semakin banyak dan kualitasnya bisa ditingkatkan. Namun, besarnya dana juga mesti diikuti dengan kualitas sumber daya manusia yang menangani kemiskinan. Penulis menyebut hal ini dengan penanganan kemiskinan berbasis sumber daya manusia.

Sumber daya manusia yang berkualitas dalam menangani kemiskinan akan membantu mempercepat penangan kemiskinan. Hambatan besaran dana bukanlah suatu hal yang dipermasalahkan selama sumber daya manusia yang menanganinya berperan optimal, karena dengan sumber daya manusia yang berperan optimal, diharapkan pengaruhnya kepada orang miskin pun juga jauh lebih besar dan bermanfaat.

Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang tepat untuk menangani kemiskinan, salah satunya adalah dengan melakukan rekrutmen yang berkualitas dan diikuti dengan penempatan yang tepat. Jika pemerintah sangat serius untuk menangani kemiskinan melalui peran aparatur negara, maka sudah selayaknya pemerintah mengoptimalkan potensi para aparatur negara pada posisi yang tepat. Jangan sampai aparatur yang ditempatkan selama ini ternyata tidak cocok potensinya bekerja di bagian yang menangani kemiskinan. Pekerjaan menangani kemiskinan harus dilihat sebagai pekerjaan yang profesional dan bukan kerja sosial semata.

Pekerjaan menangani kemiskinan memiliki kriteria tertentu, misalnya saja dilihat dari segi inteligensi, minat dan kepribadian orang yang akan bekerja di sektor yang terkait dengan penanganan kemiskinan. Individu yang memiliki minat sosial yang sedang atau tinggi


(2)

misalnya, dapat memenuhi kriteria ini. Sementara individu dengan kepribadian tabah, senang bergaul bisa memenuhi kriteria.

Karakter pekerjaan perlu dirumuskan terlebih dahulu untuk berbagai posisi pekerjaan yang terkait dengan penanganan kemiskinan. Setelah itu dirumuskan karakter individu yang akan menempati posisi yang telah ditentukan. Kemudian dilihat kesesuian antara karakter pekerjaan dengan karakter individu. Jika terjadi kesesuaian, maka individu bisa menempati posisi yang telah ditentukan.

Dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang direkrut melalui proses rekrutmen yang baik, maka individu tersebut selanjutnya menjalani pelatihan, pengembangan dan penempatan. Dengan demikian, sumber daya manusia yang handal telah dipersiapkan untuk menangani kemiskinan yang merupakan proyek besar dan membutuhkan kerja keras dan juga berbagai inovasi.

Disamping itu, atas keprofesionalannya dalam bekerja maka para aparat perlu mendapat gaji dan tunjangan yang baik. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang loyal kepada kami dalam pekerjaan, dan dia tidak memiliki rumah; atau tidak memiliki istri, maka hendaklah dia menikah, atau tidak memiliki pembantu, hendaklah dia mengambil pembantu; atau tidak memiliki kendaraan, hendaklah dia mengambil kendaraan; dan barangsiapa yang mendapatkan sesuatu selain hal tersebut, maka dia korupsi (HR Ahmad dalam Al Musnad, hadits no. 175554, 175556, 175558, HR Abu Dawud dalam As-Sunan,hadits no. 2945). Hadits Rasulullah tentang upah ini membicarakan upah untuk mereka yang bekerja di lembaga negara (Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab) dimana perlu ada sebuah standar kecukupan untuk mereka agar bisa bekerja optimal dan amanah.

Sementara, bagi masyarakat miskin, sebenarnya mereka pun memiliki potensi. Namun biasanya terkendala dana. Masyarakat miskin sangat banyak yang melakukan wirausaha, namun pendapatan mereka tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Adapun anak-anak mereka, di antaranya ada yang memiliki kecerdasan tinggi tapi tidak bisa melanjutkan sekolah karena kendala dana.

Untuk anak-anak orang miskin yang memiliki kecerdasan tinggi, maka pemerintah seharusnya memberikan beasiswa penuh untuk membiayai pendidikan mereka. Dengan demikian, orang tua mereka tidak terbebani dengan biaya pendidikan anaknya. Sementara bagi orang miskin yang anaknya memiliki kecerdasan rata-rata ataupun di bawah itu, pemerintah tetap perlu memberi bantuan yang dapat meringankan beban orang tua.


(3)

Sementara bagi orang tua, kemiskinan yang ada pada diri mereka, meskipun telah berusaha berwirausaha maupun bekerja, kiranya pemerintah bisa mengadakan semacam asesmen untuk mengetahui potensi mereka yang bisa dikembangkan. Selama ini orang miskin banyak yang tidak tahu potensi yang ada dalam diri mereka, sehingga mereka pun tidak tahu ke arah mana melakukan pemberdayaan potensi yang dimiliki.

Pemerintah selama ini telah memberikan bantuan kepada orang miskin berupa bantuan langsung tunai, bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan modal usaha dan lainnya. Namun belum memberikan bantuan berupa pengenalan potensi yang dimiliki orang miskin. C. Peranan Pemerintah Dalam Menerapkan Kebijakan Yang Dibuat Mengenai

Pemanfaatan SDA

Pemanfaatan SDA secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akahirnya akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan semua penduduk di Indonesia. Oleh karena peran pemerintah dalam memberikan kebjakan tentang peraturan pengelolaan SDA menjadi hal yang penting sebagai langkah menjaga SDA yang berkelanjutan.

Kebijakan yang di buat oleh pemerintah tidak hanya ditetapkan untuk dilaksanakan masyarakat tanpa pengawasan lebih lanjut dari pemerintah. Pemerintah memiliki peran agar kebijakan tersebut diterapkan sebagaimana mestinya oleh masyarakat. Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat kepada daerah:

 Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.  Memerlukan peranan lokal dalam mendesain kebijakan.

 Membangun hubungan interdependensi antar daerah.  Menetapkan pendekatan kewilayahan.

Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000, Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih diprioritaskan di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program


(4)

yang disebut sebagai pembangunan sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :

 Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi, serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial, nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.

 Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam.

Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif

 Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup.

Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.

 Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup.

Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan konsisten.


(5)

 Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian fungsi Lingkungan Hidup.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

Dari penjelasan di atas sebaiknya peran pemerintah tidak hanya sebagai pembuat kebijakan (legislatif) dan pengontrol saja, tetapi ada beberapa hal yang seharusnya dilakukan pemerintah :

 Melakukan pembaharuan teknologi yang ramah lingkungan, dengan mendukung serta memberikan dana bagi institusi atai individu yang melakukan pembaharuan teknologi tersebut. Misalnya teknologi Biogas, Biopori, dan minyak biji jarak.

1. Mengajak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang lingkungan dan SDA untuk ikut serta menjaga SDA yang ada, dengan mendorong mereka melakukan corporate sosial responsibility (CSR) sebagai bentuk tanggung jawab terhadap eksploitasi SDA yang dilakukan, dengan membuat UU perihal kewajiban perusahaan melakukan CSR.

2. Mengkampayekan Cinta Indonesia Cinta Lingkungan, seperti buang sampah pada tempatnya, tentunya dengan memberikan sanksi bagi para pelanggar (tanpa pandang levelitas).

3. Mensosialisasikan dengan tepat kebijakan-kebijakan kepada seluruh aspek masyarakat, agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut berperan serta memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan.

4. Meningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia (SDM) seperti pengetahuan serta keteranpilan SDM dalam pengelolaan dan pengembagan program CSR.


(6)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka penulis menarik kesimpulan yaitu,

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non-alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional (lihat konsideran UU tersebut).

2. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang tepat untuk menangani kemiskinan, salah satunya adalah dengan melakukan rekrutmen yang berkualitas dan diikuti dengan penempatan yang tepat.

3. Pemanfaatan SDA secara berlebihan tanpa memperhatikan aspek pelestariannya dapat meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akahirnya akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan semua penduduk di Indonesia.

B. Saran

Adapun saran penulis dalam penulisan makalah ini yaitu,

Dari ketika aspek yaitu Ekologi Geografis, SDM dan SDA yang paling dominan rawan terjadi konflik yaitu dalam pemanfaatan SDA. Dimana melihat apa yang terjadi sekarang ini banyak ketimpangan-ketimapang yang dilakukan oleh pengelolah SDA tersebut, olehnya pemerintah harus benar-benar konsisten dengan apa yang menjadi kebijakannya dan harap kebijakan itu jangan dijadikan sebagai tameng untuk melindungi diri hal yang dapat merugikan masyarakat atau rakyat Indonesia secara universal.