Mempelajari Karakteristik Pengertian Lapisan Tipis Salak (Salacca edulis, Reinw
-
-+/i "6
Ice-,
MEMPELAJARI KARWKTERISTBK PENGERIN6AM LAPISAN
u l i s , Bgeinw )
Bleh
AGUS SISWANTORO
F 25.1296
L /cz
Agus siswantoro. F 25.
1296.
Mempelajari
Karakteristik
Pengeringan Lapisan Tipis Salak (Salacca Edulis Reinw). Di
bawah bimbingan Dr. Ir. Hadi K Purwadaria, Ir. Suroso
dan
Ir Usman Ahmad.
RINGKASAN
Salak seperti buah-buahan lainnya cepat rusak setelah
dipanen. Hal tersebut merupakan penyebab mutu atau
tas
menurun.
Salah satu cara
untuk
kuali-
memperpanjang
umur
simpan agar komoditas ini tahan lama dan tidak cepat rusak
yaitu
dengan
pengeringan. Sampai saat ini
data
tentang
penananganan pasca panen khususnya pengeringan salak belum
diketahui.
Mengetahui
sifat dan karekteristik tanaman
buah
-
buahan sangatlah diperlukan khususnya pengeringan, ha1 ini
untuk menduga waktu optimal yang dibutuhkan dalam
ingan.
Sedangkan
data dan penanganan pasca
penger-
panen
salak
sampai saat ini masih kurang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari karqkteristik pengeringan lapisan tipis buah salak,
kadar
air kesetimbangan dan konstanta
menentukan
pengeringan
serta
menentukan model pengeringan lapisan tipis buah salak.
Penelitian pengeringan dilakukan dengan alat
ing
percobaan.
Bahan yany akan dikeringkan
penger-
adalah
buah
salak yang diperoleh dari pasar Bogor. Pengeringan dilakukan
dengan memberikan
52, 56
46,
48,
Dua kecepatan aliran udara 4 meter/detik dan
OC.
meter/detik.
dan
empat tingkat suhu yaitu
Irisan salak yang digunakan irisan
horizontal
dengan ketebalan 3mm
-
5mm.
5
vertikal
Model
digunakan adalah model datar tak hingga dari Whitaker
yang
dan
Young.
Persamaan
regresi untuk kadar air kesetimbangan
koefisien pengeringan adalah:
+
Me = -22.35723
-
4.761272
.165125z2
Untuk kecepatan 4 mfdetik dan irisan horisontal
< z .<
12.2
20
Me = -38.06932
+
-
6.20452
.1931214'Z2
Untuk kecepatan 5 mfdetik irisan horisontal
13.2 6
2
<
20.2
Me = -80.36302
+
Untuk kecepatan 4 m/detik
13.8 4 Z
<
-
11.86852
.37114z2
irisan vertikal
20.4
Me(1) = 187.8325
-
20.29132
+
.56312z2
Untuk kecepatan 5 m/detik irisan horisontal
12.8
< Z<
20.8
K = eXp(18.446
-
6092.79fT)
Untuk irisan horisontal kecepatan 4 mfdetik
319
<
T 6 329.5
T = "OK
dan
salak yang diperoleh dari pasar Bogor. Pengeringan dilakukan
dengan memberikan
52, 56
46,
48,
Dua kecepatan aliran udara 4 meter/detik dan
OC.
meter/detik.
dan
empat tingkat suhu yaitu
Irisan salak yang digunakan irisan
horizontal
dengan ketebalan 3mm
-
5mm.
5
vertikal
Model
digunakan adalah model datar tak hingga dari Whitaker
yang
dan
Young.
Persamaan
regresi untuk kadar air kesetimbangan
koefisien pengeringan adalah:
Me
+ 4.761272 - .165125z2
-22.35723
=
Untuk kecepatan 4 m/detik dan irisan horisontal
12.2
$
Z
4
20
Me = -38.06932
-
+ 6.20452
.1931214z2
Untuk kecepatan 5 m/detik irisan horisontal
13.2 6
Me
=
Z < 20.2
-80.36302
Untuk lcecepatan 4 m/detik
13.8 4 Z
<
-
+ 11.86852
.37114Z2
irisan vertikal
20.4
Me(1) = 187.8325
-
20.29132
+
.56312z2
Untuk kecepatan 5 m/detik irisan horisontal
12.8 6 ZC 20.8
K = exp(18.446
-
6092.79/T)
Untuk irisan horisontal kecepatan 4 m/detik
319 6 T
<
329.5
T
= OK
dan
K = exp(19.625 - 6223.50/T)
Untuk irisan horisontal kecepatan 5 m/detik
319
<
K
eXp(12.58
=
T 4 329.5
-
T =
OK
4003.8850/T)
Untuk irisan vertikal kecepatan 4 m/detik
319 6 T 4 329.5
K
=
T =
OK
exp(9.095 - 2SG1.31/T)
Untuk irisan vertikal kecepatan 5 m/detik
319
<
329.5
T
T
= OK
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
horison-
tal pada kecepatan 4 m/detik dengan suhu 46Oc, 48Oc, 52Oc,
56Oc yaitu 1.11 %bk/menit, 1.12 %bk/menit, 1.35 %bk/menit,
1.36 %bk/menit.
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
tal
kecepatan
5 m/detik
dengan suhu 46Oc,
horison-
48Oc,
52Oc,
56Oc yaitu 1.18 %bk/menit, 1.27 %bk/menit, 1.52 %bk/menit,
1.7 %bk/menit.
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
pada
kecepatan
~ G O C yaitu
vertikal
4 mjdetik denyan suhu ~ G O C , 48Oc,
1.15 %bk/menit, 1.4 %bk/menit, 1.4
52O~,
%bb/menit,
1.45 %bk/menit.
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
pada
kecepatan
5 m/detik dengan suhu
~GOC,
vertikal
48Oc,
52Oc,
56Oc yaitu 1.26 %bk/menit, 1.29 %bk/nenit, 1.36 %bk/menit,
1.36 %bk/menit.
Pengeringan salak mengunakan 4 tingkat suhu yaitu 46,
dan 2 kecepatan aliran udara 4
meter/detik
48,
52, 5 6
dan
5 meter/detik memberikan hasil pengeringan
sebaiknya
pada suhu selang 55Oc - 5 6 O ~ dengan
kecepatan
dilakukan
aliran
OC
pengering 4 meterldetik,
udara
rata rata 1.35 %bk/menit
bahan 81 %bb
-
-
laju
pengeringan
1.45 %bk/menit. Kadar air
83 %bb dan kadar air akhir 9 %bb
-
awal
10 %bb.
MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN
TIPIS SALAK (Salacca Edulis Reinwl
Oleh
AGUS SLSWANTORO
F 25.1296
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Sarjana Teknologi Pertanian
Pada
jurusan MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1992
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Gelar
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN
TIPIS SALAK (salacca Edulis Reinw)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
Pada
jurusan MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut ~ e r t a n i a nBogor
Oleh
AGUS SISWANTORO
Disetujui,
Bogor,
October 1992
C?lf?~?,r
Dr
/
Dosen Pembimbing Penda
Ir. Suroso
sen Pembimbing Pendamping I
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat-Nya atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih
kepada:
1. Dr.Ir.Hadi K Purwadaria sebagai dosen pembimbing.
2. Ir. Suroso dan Ir Usman Ahmad
sebagai dosen pen
damping
3. Sdr. Sohib dan Sdr. Irvin Patmadiwiria atas ban
tuanya
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya
yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
ini,
dengan
sadari masih banyak kekurangan dari
segala senang hati kritik
dan
skripsi
saran
yang
kata penulis berharap semoga skripsi ini
ber-
membangun diterima.
Akhir
manfaat bagi semua yang memerlukan.
Bogor, October 1992
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR IS1
X
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
xv
xviii
DAFTAR SIMBOL
I.
XX
PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG
1
B . TUJUAN PENELITIAN
2
11. TINJAUAlJ PUSTAKA
A. BUAH SALAK
3
3
1. Botani Salak
3
2. Jenis ~a'lak
4
B. PENANGANAN PASCA PANEN SALAK
C. PENGERINGAN
7
10
1. Sistem Penqeringan
10
2. Proses Penqeringan
11
3. Penqerinqan lapisan tipis
15
D. PERSAMAAN PADA MODEL PENGERINGAN LAPISAN TIPIS
16
1. Model Teoritis
17
2. Model Semiteoritis dan empiris
18
3. Kadar air kesetimbanqan dan konstanta
Penqerinqan
20
-
III.METODOLOG1 PENELITIAN
24
A. BAHAW DAN ALAT
24
B. WAKTIJ DAN TEMPAT PENELITIAN
24
C
. PELAKSANAAN
25
D. PERHITUNGAN NILAI Me DAN K
28
E. UJI KESESUAIN MODEL
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
32
A. KAREKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SALAK
32
1. Perubahan kadar Air Selama pengeringan
32
2. Laju Pengeringan selama pengeringan
37
B. KADAR AIR KESETIMBANGAN DAN KONSTANTA PENGERINGAN43
1. Kadar Air Kesetimbangan
43
2. Konstanta Pengeringan
47
C. MODEL PERAMALAN PENGERINGAN SALAK
50
1. Perbandingan Model Duga dengan Data Percobaan 50
2. Model Untuk Salak Irisan Vertikal
51
3. Model Untuk Salak Irisan Horizontal
51
4. Model Untuk Salak Irisan ver. Suhu 52'
C
5. Model Untuk Salak Irisan hor. Suhu 52'
C
D. PENGUJIAN KEABSAHAN MODEL
-
5 ;!
52
63
V. K E S I M P U L A N DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
B.
SARA14
LAMPIRAN
D A F T A R PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Perkembangan produksi salak
1
Tabel 2.
Komposisi gizi buah salak
7
Tabel 3.
Nilai C dan N beberapa komoditi
18
Tabel 4.
Nilai Me salak irisan horizontal dengan
kecepatan aliran udara 4 m/detik
44
Nilai Me salak irisan horizontal dengan
kecepatan aliran udara 5 m/detik
44
Nilai Me salak irisan vertikal dengan
kecepatan aliran udara 4 m/detik
45
Nilai Me salak irisan vertikal dengan
kecepatan aliran udara 5 m/detik
45
Tabel 5.
Tabel
6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Nilai konstanta pengeringan salak irisan
horizontal kecepatan aliran udara 4 m/detik 47
Tabel 9.
Nilai konstanta pengeringan salak irisan
horizontal kecepatan aliran udara 5 m/detik 48
Tabel 10. Nilai konstanta pengeringan salak irisan
vertikal kecepatan aliran udara 4 m/detik
48
Tabel 11. Nilai konstanta pengeringan salak irisan
vertikal kecepatan aliran udara 5 m/detik
49
Tabel
Tabel
12.
13.
Nilai x2 untuk salak irisan horizontal
kecepatan aliran
udara 4 m/detik
53
Nilai x2 untuk salak irisan horizontal
kecepatan aliran udara 5 m/detik
53
Halaman
Tabel 14. Nilai x2 untuk salak irisan vertikal
kecepatan aliran udara 4 m/detik
54
Tabel 15. Nilai x2 untuk salak irisan vertikal
kecepatan aliran udara 5 m/detik
54
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman s a l a k
Gambar 2 . Buah s a l a k
..........................
..............................
..................
p e n g e r i n g percobaan ................
l i s t r i k ...........................
4
5
Gambar 3 . Kurva l a j u pengeringan
12
Gambar 4 . A l a t
26
Gambar 5. Oven
Gambar 6 . Diagram a l i r program
27
p e r h i t u n g a n Me dan k 3 1
Gambar 7 . Kurva penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n h o r i z o n t a l dengan
kecepatan udara pengering 4 m/detik
33
Gambar 8. Kurva penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n h o r i z o n t a l dengan
k e c e p a t a n udara p e n g e r i n g 5 m / d e t i k
34
Gambar 9 . KurVa penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n v e r t i k a l dengan
k e c e p a t a n udara p e n g e r i n g 4 m / d e t i k
35
Gambar 1 0 . Kurva penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n v e r t i k a l dengan
k e c e p a t a n udara p e n g e r i n g 5 m / d e t i k
36
.....
.....
.....
.....
Gambar 11. Kurva l a j u pengeringan pada s a l a k i r i s a n
h o r i z o n t a l dengan k e c e p a t a n u d a r a p e n g e r i n g
4 mjdetik
38
................................
Gambar 1 2 . Kurva l a j u pengeringan pada s a l a k i r i s a n
h o r i z o n t a l dengan k e c e p a t a n u d a r a p e n g e r i n g
5 m/detik
39
.............................
Gambar 13. Kurva l a j u pengeringan pada s a l a k i r i s a n
v e r t i k a l dengan k e c e p a t a n u d a r a p e n g e r i n g
4 m/detik
40
...............................
Gambar 14. Kurva laju pengeringan pada salak irisan
vertikal dengan kecepatan udara pengering
4 m/detik
41
Gambar 15. Perbandingan model pendugaan dengan data
percobaan pada pengeringan salak dengan
suhu 52Oc, irisan vertikal dan
kecepatan udara pengering 5 m/detik
......
53
Gambar 16. Perbandingan model pendugaan dengan data
percobaan pada pengeringan salak dengan
suhu 52Oc, irisan vertikal dan
kecepatan udara pengering 4 m/detik
54
................................
.....
Gambar 17. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada suhu 5 2 O ~ ,irisan
vertikal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
55
..................
Gambar 18. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada suhu 52Oc, irisan
horizontal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
56
...................
Gambar 19. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 C'
irisan vertikal......
-57
....................
Gambar 20. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 'C
irisan horizontal
58
.......................
Gambar 21. Pengembangan laju pengeringan menurut model
pendugaan pada suhu 52Oc, irisan
vertikal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
59
...................
Gambar 22 Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada suhu 52Oc, irisan
horizontal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
..................
60
Gambar 23. Pengembangan laju pengeringan menurut model
pendugaan pada kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 C'
irisan vertikal
61
..........................
Gambar 24. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan p3da kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 'C
irisan horizontal
62
........................
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
..
70
Lampiran 2. Program komputer menghitung nilai Me
dan K
72
Lampiran 1. Program komputer laju pengeringan
...............................
Lampiran 3. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 46'~ dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
......................
75
Lampiran 4. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 48Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 m/detik ...................... 76
Lampiran 5. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 5 2 O ~dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
......................
77
Lampiran 6. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 56Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 m/detik ......................
78
Lampiran 7. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 46Oc dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik
79
Lampiran 8. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 48Oc dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
80
Lampiran 9. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 52'~ dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik ......................
81
......................
......................
xviii
Halaman
Lampiran 10. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 56Oc dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
......................
82
Lampiran 11. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 46'~ dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik...................... 83
Lampiran 12. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 48Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
84
Lampiran 13. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 52Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 m/detik
85
Lampiran 14. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 56'~ dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
86
Lampiran 15. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 4 6 O ~dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik
87
Lampiran 16. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 4%'~ dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik
88
Lampiran 17. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 52'~ dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
89
......................
......................
......................
......................
......................
......................
Lampiran 18. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 5 6 O ~dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
...................... 90
DAFTAR SIMBOL
:
Ketebalan bahan (m)
A
:
Luas permukaan (m2)
AH
:
Berat air yang menguap (gram)
BA
:
Berat air dalam bahan (gram)
B5 I
:
Berat bahan ke-i (gram)
BKo
: Berat kotor awal (gram)
BKl
: Berat kotor ke-i (gram)
D
:
Koef isien difusif itas (m2/jam)
f
:
Konduktifitas panas (J/jam m2 OC)
f"
:
Koefisien pindah uap air (kg/(jam2 m kg/m2))
:
Panas laten penguapan air (kJ/kg)
:
Koefisien pengeringan (lt/jam)
KABo
:
Kadar air awal
(%
bb)
KAB,
:
Kadar air ke-i
(%
bb)
LP I
:
Laju pengeringan
M
: Kadar air basis ker/ng ( % bk)
Me
: Kadar air keseimbangan ( % bk)
MO
: Kadar air awal basis kering ( % bk)
MR
: Rasio kpdar air
hr9
K
n
.
(%
bk/jam)
:
Jumlah deret
P
:
Tekanan uap pada bahan (N/m2)
PAN
:
Berat wadah (gram)
PS
:
Tekanan uap air jenuh pada bahan (N/rn2)
PV
:
Tekanan uap air jenuh pada udara (N/m2)
:
Koordinat partikel ( m )
t
: Waktu (jam)
T
: Suhu mutlak
Z
: Selisih suhu bola kering dan bola basah
'c
: hkar positif fungsi Bessel
e
: suhu (OC)
v
: Derajad bebas
(K)
(OC)
A.
LATAR BELAKANG
-
,
baiak seperti buah buahan lainnya cepat rusak setelah
uipanen.
Hal
tersebut
merupakan
penyebab
mutu
atau
kualitas yang menurun. Salah satu cara untuk memperpanjang
umur simpan agar komoditas ini lebih tahan lama dan
cepat
rusak
yaitu
dengan
pengawetan.
tidak
Pencjawetan
yang
sering dilakukan yaitu dengan pengeringan. Salnpai saat ini
data tentang penanganan pasca panen khususnya
salak
belum
cukup
potensial, Tabel 1 menyajikan
produksi
diketahui. Produksi salak
salak.
Dengan
demikian
karakteristik pengeringan
berguna
untuk
salak.
menduga waktu
umumnya penaganan pasca panen.
pengeringan
sampai
data
saat
perkembangan
perlu
dilcetahui
Data
pengeringan
optimal
dalam
ini
data
ini
pengeringan
Tabel 1. Perkembangan produksi salak.
Produksi (dalam ribuan ton)
1986
1987
8.957
40.129
41.597
Jawa
50.260
95.998
41.974
Bali&NTT
20.020
12.783
20.672
Sumatera
Kalimantan
382
MalukuIIrja
7965
87.605
Indonesia
1988
967
639
9183
8983
159.867
174.867
~ G b e r :Biro pusat Statistik Jakarta, 1988
B. TUJUAN PENELITIAN
-
Tujuan penelitian ini adalah untuk
1.Mempelajari karakteristik pengeringan lapisan
tipis salak.
2.Menentukan kadar air kesetimbanqan dan kon
stanta penqerinqan
3.Menentukan model pengeringan lapisan tipis
salak.
1I.TINJAUAET PUSTAKA
BOTANI BALAK
1. Tanaman Salak
Salak (salacca edulis Reinw) merupakan
tanaman
.
Menurut
yang
sudah
lama dikenal di
Indonesia
Soemarsono dan Moerbono (1954), salak termasuk suku
Spadiciflorae, famili Palmae, genus Salaca, species
Salaca edulis. Jenis tanaman salak sudah lama dike
nal
di Indonesia, namun catatan resmi kapan
ditanam
belum diketahui. Tanaman salak merupakan
tanaman asli Indonesia (Tan Kin Sam,
Biologi Nasional, 1977 dan Setijati
et
al., 1978) Tanaman salak dapat
yang
mulai
gembur
sampai dengan
1953:Lembaga
Sastraparadja,
tumbuh
ketinggian
ditanah
700
meter
diatas permukaan laut. Beraka
erabut,
pada buahnya, pelepahnya dapat
capai 5 meter dan
berduri.
umumnya
Persarian menurut Soediyanto (1977) pada
dibantu
oleh manusia.
tertentu seperti salak Condet d
moncong
bersisik
Pada
jenis
salak
u oleh serangga
(Pritandjolo Yudo, 198
sedangkan
salak
Bali pembuahannya terjadi karen
yerbukan
sen
diri (Pritandjolo Yudo, 1984 da
praptono 1954).
Musim buah terjadi pada permula
lan .November
-
Januari
awal
yaitu awal musim hujan
musim
kemarau
yaitu
Mei
-
dan
permulaan
Juni
(Slamet
Soesono,l983). Salak berkulit sisik, berwarna
lat,berbulu
Salak
pada
kasar(Tan
Kim Sam,
1953).
yang baik dapat dilakukan dongan
daerah
dengan ketinggian dibawah
diatas permukaan laut(Osche,l961).
Gambar 1. Tanaman Salak
cok
Produksi
menanamnya
300
meter
2. Jenis Salak
Jenis
cukup
salak
banyak.
mempunyai
Menurut
yang
Masing
diketahui
-
Masing
sampai
jenis
penampilan dan sifat yang
Burkill
disebutkan
jenis
tahun 1953 dan
salak :
sekarang
salak
berbeda
Heyne
S.edulis,
yahun
h i
beda.
1950
S.alobuscana,
S.affinis dan S.wullichiana.
Gambar 2. Anatomi buah salak
keterangan:
1.Pangkal buah
4.Biji
2.Kulit luar
5.ujung buah
3.Ujung buah
6.Embrio
Menurut
Sabari
(1983)
salak yang
masyarakat ada beberapa jenis
1.
dikenal
di
dan dikenal menurut:
Menurut nama daerah asal.
Jenisnya adalah salak Bali, salak Condet,
Sleman,
salak
Madura,
salak
Banten
salak
dan
salak
Tasikmalaya.
2
Menurut warna kulit buah.
Jenis salak ini dilihat dari warna kulitnya yang
cerah,
atau
seperti salak Sleman dinamakan
salak Gading karena kulit buah
salak
Putih
yang
berwarna
buahnya
berwarna
kuning kecoklatan cerah.
3.
Menurut warna daqinq buah.
Seperti
salak
Pondoh daging
putih bersih.
4. Menurut rasa daaina buah.
Jenis
salak ini adalah salak
Mada/Kopyor
yang
rasanya manis seperti madu dan agak berair.
Kegunaan salak yang sudah tua dan masak biasanya
untuk
dikomsumsi
dalam bentuk
segar,
selain
dapat juga diolah menjadi manisan juga untuk
bah
asinan pada salak yang masih muda.
Biji
itu
penamsalak
yang masih sangat muda mempunyai rasa seperti kolang
kaling
dan
sangat
baik
untuk
dijadikan
sumber
makanan
bergizi.
Nilai gizi
dan
komposisi
kimia
salak dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai gizi dan komposisi daging buah salak
.ciapat dimakan (Direktorati Bina Produksi
Pangan, 1 9 8 0 )
an am an
Jenis Kandungan
Jumlah
kalori
77
Air
78
Karbohidrat
20.9
kal.
g
Protein
Lemak
Vitamin C
Kalsium
Vitamin B1
Phospor
-. .
B. PENANGANAN PASCA PANEN SALAK
,:.
:-
- 7
Penanganan pasca panen yang dilakukan pada tingkat
petani pada umumnya masih bersifat tradisional.
garis
besar
penanganan
pasca
panen
yang
Secara
dilakukan
terhadap
salak
adalah
pemanenan,pengumpulan,sortasi,
pengepakan, penyimpanan dan
pemasaran.
1. Pemanenan.
Pemanenan dilakukan dengan mengunakan sabit yang
dililitkan/diikat
pada sebuah-bambu berukuran
jang sehingga dapat menjangkau salak. Waktu
nan
dilakukan
dilakukan
sesuai dengan jadwal
apabila salak telah matang
pan-
pemane-
pemasaran
dan
optimal.
Pe-
manenan pada musim hujan dilakukan setelah hujan ha1
ini
dimaksudkan agar
salak terhindar
dari
basah
yang berlebihan.
2. Penaumpulan
.
Salak yang telah dipanen selanjutnya dikumpulkan
dan di masukkan dalam bakul keranjang. Baku1
keran-
jang
kering
ini diberi alas daun pisang yang telah
untuk
menghindari kerusakan
pada buah.
Kerusakan
yang terjadi adalah memar dan terkelupas.
3. Penaanakutan.
Pengangkutan
setelah
tingkat
petani
dilakukan
pengumpulan. Pengangkutan dilakukan
mengunakan
tempat.
pada
dengan
colt atau truck atau langsung dijual
di
4. Sortasi.
Buah
salak dipisah pisahkan atas ukuran
sedang, kecil dan antara buah-buah yang
tidak
baik.
Sortasi
Dilakukan
besar,
baik
oleh
dan
pedagang
pengumpul pada saat pengangkutan berikutnya.
6. Penae~akan.
Pengepakan dibagi menjadi 2 cara
.
Cara pertama
ltu dilakukan dengan mengunakan peti kayu dan biasanya untuk buah salak yang akan dikirim keluar
Jawa. Cara kedua dilakukan dengan mengunakan
cara
di
ini biasanya untuk buah salak yang
daerah-daerah penghasil salak.
baik
adalah
apa
bila
hanya
pulau
bakul,
dipasarkan
Pengemasan yang
terjadi
sedikit
goncanganlgerakan dalam kernasan.
7. Penyimwanan.
Penyimpanan dilakukan pada dua tempat,
pada pos pos penyimpanan di kebun
. Kedua
pertama
dilakukan
di gudang-gudang penyimpanan, dimana terjadi sortasi
dan langsung mengalami pengepakan.
1 Sistem Penserinaan.
Pengeringan adalah proses simultan pindah
dan massa (Brooker et.a1.,1976) Ada 2 macam
gan,
pengeringan pertama adalah
dan
pengeringan
pengerin-
pengeringan
kontinu
pengeringan
tumpukan.
Pengeringan kontinu adalah pengeringan yang
dilakukan
secara
kedua adalah
panas
terus menerus dimana bahan
ruang
pengering.
Pengeringan
berjalan
melalui
tumpukan
adalah
pengeringan secara bergantian dimana bahan yang
telah
dikeringkan diganti atau diangkat dengan yang baru.
Pengeringan
dapat
dilakukan
dengan
mengunakan
pengering mekanis. Alat pengering mekanis terdiri dari
alat penggerak udara , alat pemanas dan ruang
ing.
Alat
langsung
dengan
kan.
pengering buatan
dan
umumnya
tidak langsung
dan
penger
bekerja
biasanya
secara
bekerja
cara kontak langsung dengan udara yang diguna
Pada
pengeringan kontak
dipindahkan dari
tidak
langsung
media pemanas kedinding
alat
panas
yang
terbuat dari logam.
Menurut
Henderson
dan Perry
(1976),
dari alat pengering mekanis ini adalah:
keuntungan
1. Pemanenan lebih awal sehingga susut dapat
ditekan.
2. Harga lebih tinggi beberapa bulan setelah
panen.
3. Masa simpan lebih lama.
2
4.
Hasil kering lebih seragam.
5.
Nilai ekonomis lebih tinggi
6.
Viabilitas benih lebih terjamin.
7.
Perencanan waktu panen lebih baik.
Proses Penqerinaan.
Secara
sfesifik, menurut
Henderson
dan
Perry
pengeringan adalah pengeluaran air dari
(1976)
bahan
sampai kadar air dimana jamur, enzim, seranggga
merusak
1957
tidak dapat hidup
dan
proses
Brooker et al.,
.
Sedangkan menurut
1974
pengeringan
penurunan atau pengambilan kadar
air
yang
Hall,
adalah
sampai
batas waktu tertentu sehingga dapat memperlambat laju
kerusakan
biji-bijian akibat aktivitas
biologi
kimia sebelum bahan diolah atau dimanfaatkan.
dan
Gambar 3 . Kurva l a j u p e n g e r i n g a n
( H c l d m a n and S i n q h ,
1980).
Dua proses yang terjadi selama pengeringan adalah
proses pindah panas dan massa.Air yang diuapkan
dari
suatu komoditi pertanian terdiri dari air bebas
dan
air terikat. Air bebas inilah yang pertama kali
galami
penguapan.
Laju
penguapansebanding
perbedaan tekanan uap jenuh
dengan
pada tekanan udara peng
ering dengan tekanan uap jenuh pada permukaan
Menurut
Brooker
mempunyai
awalnya
et
a1.,(1974)
bahan.
pengeringan
tahap laju pengeringan yang
asalkan
men
kondisi lingkungan
akan
konstan
tidak
terutama pada bahan hasil pertanian yang
pada
-
berubah,
mempunyai
kadar air awal diatas 70%.
Henderson
a1.,(1974)
dan
Perry
(1976) dan
membagi proses pengeringan
et
Brooker
menjadi
dua
periode:(l) Periode laju pengeringan konstan dan
Periode
periode
laju
pengeringan
ini dibatasi oleh
menurun.
kadar air
(2)
Antara
kedua
kritis.
Kadar
air
kritis adalah kadar air terendah saat mana
laju
air
bebas
laju
dari
permukaan bahan
sama
dengan
pengambilan uap air maksimun dari bahan.
Pada
bahan
laju
pengeringan
berlangsung
disamalcan
dengan
Periode ini
konstan, pada
penguapan
laju
pada
yang
permukaan
lajunya
permukaan
air
dapat
bebas.
.,h
..
'
P'
berakhir
turun,
saat laju difusi air dalam bahan
sehingga
lebih lambat dari
laju
telah
penguapan.
Laju pengeringan konstan pada biji bijian berlangsung
sangat
singkat, sehingga dalam
analisa
pengeringan
dapat diabaikan(Bro0ker et a1.,1974 dan
Steffe
dan
Sigh,1979).
Menurut
Brooker
faktor yang
mempengaruhi
pengeringan ialah kecepatan aliran udara, suhu
laju
udara
dan kelembaban udara.
Laju
pengeringan
penurunan
kadar
partikel
bahan
ditutupi
oleh
air
menurun terjadi
selama
yang telah
sesuai
pengeringan
dikeringkan
lapisan air dan jumlah
dengan
permukaan
tidak
air
lagi
terlihat
makin lama makin berkurang karena terjadi migrasi air
dari
bagian
dalam
kepermukaan
(Henderson dan Perry, 1976)
mempengaruhi
Hall(1957)
laju
secara
Faktor
pengeringan
difusi
faktor
menurun
ialah difusi air dari bahan ke
yang
menurut
permukaan
dan pengambilan uap air dari permukaan
Brooker et al., (1978), menyebutkan enam mekanisme
untuk menjelaskan gerakan air dalam bahan berpori:
1. Gerakan cairan karena gaya permukaan.
2. Gerakan cairan karena perbedaan konsen
trasi.
3. Gerakan cairan karena difusi pada
permukaan bahan berpori.
4. Gerakan uap karena perbedaan konsen-
trasi kelembaban.
5. Gerakan uap karena perbedaan suhu.
6. Gerakan uap dan air karena perbedaan
tekanan total.
Laju pengeringan menurun terjadi karena
perbedaan
tekanan uap semakin menurun, akibatnya penguapan
di
permukaan
migrasi
menurun.
akan
biji semakin menurun
dan
selanjutnya
air dari dalam dan kepermukaan biji
semakin
Laju pengeringan dalam kondisi seperti
menurun
periode
ini
yang
air
disebut
ini
laju
pengeringan menurun (Henderson dan Fabis, 1961).
3. Penaerinaan La~isanTi~is.
Pengeringan
dimana
lapisan
tipis
adalah
pengeringan
seluruh bahan menerima secara langsung
pengering yang melewatinya dengan suhu dan
udara
kelembaban yang
Ferry, 1976)
relatif konstan
(Henderson dan
.
Menurut Thahir 1986 penampilan pengeringan
diketahui dengan mengeringkan bahan yang
dapat
dikelilingi
oleh lingkungan udara pengering yang seragam, kondisi
ini
tercapai apabila dilakukan pengeringan
satu
lapis bahan, dimana semua bahan
terhadap
lapisan
dalam
tersebut mendapat kontak dengan lingkunganya.
Untuk
meramalkan
perubahan
kadar
air
selama
pengeringanan lapisan tipis bahan telah dikembangkan
banyak model.
D. PERSAMAAN PADA MODEL PENGERINGAN LAPISAN TIPIS
Proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu di
sekitar bahan, Perubahan suhu udara pengering
mengaki-
batkan penampilan pengeringan yang berubah. La ju
peng-
eringan pada periode pengeringan konstan dapat dihitung
berdasarkan
persamaan (Brooker et al.,
dan Perry, 1976) :
1974;Henderson
Persamaan
bahan
ini bisa digunakan jika luas
permukaan
dan kecepatan koefisien transfer fv dan f
telah
diketahui.
Model
bangkan
persamaan lapisan tipis yang
telah
dikem-
baik secara teoritis dan semi teoritis
berda-
sarkan dari anggapan bahwa pengeringan
beranalogi
lapisan
pada proses pindah panas pada benda
tipis
dengan
bentuk geometri tertentu.
1.Model Teoritis Penaerinqan Lapisan Tipis.
Luikov
model
dalam Brooker et.al (1978) mengembangkan
matematik untuk menjelaskan
pengeringan
dari
bahan berpori dalam bentuk persamaan differential:
6M/6t = v22Kll~+ v2KI2tg
6Q/6t = v 22K12M + r2Kz2Q
+
6P/6t =
Menurut
gradien
r2K13P
v2KZ3P
V ~ K ~
+ v~ Z QK ~ ~ P
Brooker
suhu
+
+
et a1.,1974
dan tekanan dapat
pada
/2/
pengeringan
diabaikan
sehingga
persamaan /2/ menjadi:
6M/60 = v2KI1~
Brooker et al., (1974) dan Heldman Singh,
menyelesaikan persamaan /2/ dengan merubah K
D sebagai koefisien difusi.
131
(1980)
menjadi
c
Dimana
untuk bentuk lempeng c
= 0
=
1
untuk
silinder dan c = 2 untuk bola
dengan kondisi awal
: M (r,O)= Mo
kondisi batas
: M (r,t)= Me
Henderson dan Perry (1976)memecahkan persamaan
/4/
untuk bentuk datar yaitu:
(M-Me)/ (MO-Me)
=
8/n2
9Den/(4a2)+1125xep-25Den2/(4a
dan Crank,
) menyelesaik
Mr
8/n2~l
Whitaker
Young
persamaan
didalam
be
menyelesaikan
untuk m
pergerakan
geometris 1
tak
air
terbatas,
silinder terbatas dan
lempeng tak terhingga
dan
(M
-
Perry (1976) mengemukakan
agai berikut:
Me) / (MO Me) = Aekt
-
model
/8/
Dimana A adalah koefisien yang bentuknya
tergan
tung dari bentuk partikel yang besarnya:
untuk lempeng =
untuk bola
= 0.810569
= ( ~ n - =~ 0.532527
) ~
untuk silinder= 6~-' = 0.60797
K
adalah
koefisien pengeringan
yang
merupakan
fungsi difusivitas dan geometri bahan dimana
k
= ~n~/r'
Thahir
/9/
et al.,
(1985) mengemukakan bahwa
model
silinder tak terbatas mempunyai dugaan yang lebih baik
dari model bola dalam menduga kadar air gabah (IR-36),
sedangkan Supriyono mengunakan model bola dan silinder
tak
terbatas untuk menduga perubahan kadar
robusta
dan
dugaan
yang
excelsa, dimana
model
bola
air
kopi
menberikan
baik. Aluisius (1990) mengunakan
model
yang
sama dari Whitaker dan Young dan hasilnya
model
bola
memberikan
dari
model
perubahan
kadar
silinder
air
dugaan yang lebih
tak terbatas untuk menduga
baik
coklat. Paulus (1991) mengemukakan
bahwa
bentuk
silinder mempunyai nilai dugaan yang lebih baik
untuk
menduga kadar air kacang tanah dan daging biji
kacang
tanah, sedangkan bentuk bola memberikan
dugaan
yang
lebih untuk bawang putih utuh dan bawang putih siung.
3.Kadar air kesetimbanqan dan Konstanta penqerinaan.
Kadar air kesetimbangan adalah kadar air
yang
dapat dicapai dibawah kondisi
tetap
atau
tetap.
jika
air
pada suhu dan
minimun
pengeringan
yang
nisbi
yang
kelembaban
Suatu bahan dikatakan dalam keadaan
setimbang
laju kehilangan air dari bahan sama dengan
yang
didapat dari
higrokopis akan
udara
sekelilingnya,
menyerap atau melepaskan
air
laju
bahan
untuk
mencapai kadar air kesetimbangan ini.
Brooker et al., (1974) dan Hall (1980) menyatakan
bahwa
ada
dua macam kadar
air
kesetimbangan
kadar air kesetimbangan statis dan kadar air
yaitu
kesetim-
bangan dinamis.
Kadar
dari
air kesetimbangan statis merupakan
kelembaban dan suhu (Henderson dan
fungsi
Perry,1952),
mengikuti persamaan sebagai berikut
1 - R h = e-cTMen
C
dan
n
tergantung dari
dikeringkan, harga
tertera pada Tabel 3.
ho/
jenis komoditi yang
c dan n untuk
beberapa
komoditi
Tabel 3. Nilai c dan n beberapa komoditi
c
Jenis Komoditi
lo-*
sorgum
*
1-10 *
3.40 *
Kedelai
3.20
*
low5
Kapas
4.91
Jagung Pipil
Konstanta
bahan.
and
1.70
1.90
2.31
1.52
penyeringan adalah fungsi
Banyak penelitian menyatakan
pengeringan bervariasi terhadap suhu
maan
n
bahwa
1961).
Chung dan Pfost
konstanta
mengikuti persa-
Archenius ( Brooker et al., 1974
Perry,
difusivitas
dan
dalam
Henderson
Pfost
et
al.,(l976)mengemukakan persamaan Me:
Me = E
-
F ln
[-
R(t+c) 1nRh)
dimana: E = ln(a/b)
F = 1/B
A, B, C, F nilainya tergantung dari jenis biji bijian
Kadar
selisih
air
kesetimbangan merupakan
tekanan jenuh uap adiabatis dan
fungsi
dari
tekanan
uap
udara, yaitu:
Me= (rP)
/12/
Tekanan
uap
air sebanding dengan
selisih
suhu
persamaan
/ 121
termometer bola basah dan kering.
,
Supriyono
(1989)
mengunakan
untuk meregresikan nilai Me dari kopi dan gabah berdasarkan
bentuk
bola dan lempeng
tak
hingga
sebagai
berikut :
Me = 11.114
-
untuk 9.3 ,<
Me = 3.370
0.412064 Z
,c
Z
+
0.00989 Z2
-
0.007679Z2
22.6
0.11871 Z
Z ,<
untuk 9.3 $.
+
22.6
Thahir, (1985) meregresikan nilai Me untuk
gabah
dengan model silinder tak terbatas dan terbatas:
Me = 18.6197 exp(-0.0509853
Me = 17.8887 exp(-0.0606100
T) dan
T)
Paulus, (1991) meregresikan nilai Me
model
silindgr
tak terbatas untuk kacang
bola untuk bawang putih:
+
Me = 158.3360
untuk 0 6
Z 6
5.83102
-
1.41032~
10.09
untuk bawang putih utuh
Me = 23.0359
untuk 6.95 4
-
1.57282
Z 8
+
0.11102~
16 .18
untuk kacang tanah polong
berdasarkan
tanah
dan
Konstanta
bahan
pengeringan adalah fungsi
dan merupakan penyederhanaan
persamaan
difusi.
Konstanta
difusivitas
dalam
memecahkan
pengeringan
bervariasi
terhadap suhu mengikuti persamaan Arhenius (Brooker et
a1,1974 Henderson dan Fabis, 1961). Asumsi yang
nakan
untuk
digu-
menduga
nilai k adalah perubahan suhu bahan terhadap waktu dan
suhu udara pengering adalah exponential.
k
= C
e-c2/t
1
/13/
dimana C1 dan C2 merupakan konstanta yang
nilai-
nya tergantung dari biji bijian.
Alusius,
1990
mendapatkan
nilai
k
coklat
berdasarkan bentuk silinder tak terbatas dan bola:
(19.4472 -
k(s) = exp (19.4800
6689.2026/T)
k(b)
6911.8539/T)
=
exp
P a ~ l u s mendapatkan
utuh
nilai k untuk
bawang
dan kacang tanah polong berdasarkan
dan silinder tak terbatas:
untuk bawang putih utuh
K
=
exp (13.9250
untuk 301 $ : T
-
-+/i "6
Ice-,
MEMPELAJARI KARWKTERISTBK PENGERIN6AM LAPISAN
u l i s , Bgeinw )
Bleh
AGUS SISWANTORO
F 25.1296
L /cz
Agus siswantoro. F 25.
1296.
Mempelajari
Karakteristik
Pengeringan Lapisan Tipis Salak (Salacca Edulis Reinw). Di
bawah bimbingan Dr. Ir. Hadi K Purwadaria, Ir. Suroso
dan
Ir Usman Ahmad.
RINGKASAN
Salak seperti buah-buahan lainnya cepat rusak setelah
dipanen. Hal tersebut merupakan penyebab mutu atau
tas
menurun.
Salah satu cara
untuk
kuali-
memperpanjang
umur
simpan agar komoditas ini tahan lama dan tidak cepat rusak
yaitu
dengan
pengeringan. Sampai saat ini
data
tentang
penananganan pasca panen khususnya pengeringan salak belum
diketahui.
Mengetahui
sifat dan karekteristik tanaman
buah
-
buahan sangatlah diperlukan khususnya pengeringan, ha1 ini
untuk menduga waktu optimal yang dibutuhkan dalam
ingan.
Sedangkan
data dan penanganan pasca
penger-
panen
salak
sampai saat ini masih kurang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari karqkteristik pengeringan lapisan tipis buah salak,
kadar
air kesetimbangan dan konstanta
menentukan
pengeringan
serta
menentukan model pengeringan lapisan tipis buah salak.
Penelitian pengeringan dilakukan dengan alat
ing
percobaan.
Bahan yany akan dikeringkan
penger-
adalah
buah
salak yang diperoleh dari pasar Bogor. Pengeringan dilakukan
dengan memberikan
52, 56
46,
48,
Dua kecepatan aliran udara 4 meter/detik dan
OC.
meter/detik.
dan
empat tingkat suhu yaitu
Irisan salak yang digunakan irisan
horizontal
dengan ketebalan 3mm
-
5mm.
5
vertikal
Model
digunakan adalah model datar tak hingga dari Whitaker
yang
dan
Young.
Persamaan
regresi untuk kadar air kesetimbangan
koefisien pengeringan adalah:
+
Me = -22.35723
-
4.761272
.165125z2
Untuk kecepatan 4 mfdetik dan irisan horisontal
< z .<
12.2
20
Me = -38.06932
+
-
6.20452
.1931214'Z2
Untuk kecepatan 5 mfdetik irisan horisontal
13.2 6
2
<
20.2
Me = -80.36302
+
Untuk kecepatan 4 m/detik
13.8 4 Z
<
-
11.86852
.37114z2
irisan vertikal
20.4
Me(1) = 187.8325
-
20.29132
+
.56312z2
Untuk kecepatan 5 m/detik irisan horisontal
12.8
< Z<
20.8
K = eXp(18.446
-
6092.79fT)
Untuk irisan horisontal kecepatan 4 mfdetik
319
<
T 6 329.5
T = "OK
dan
salak yang diperoleh dari pasar Bogor. Pengeringan dilakukan
dengan memberikan
52, 56
46,
48,
Dua kecepatan aliran udara 4 meter/detik dan
OC.
meter/detik.
dan
empat tingkat suhu yaitu
Irisan salak yang digunakan irisan
horizontal
dengan ketebalan 3mm
-
5mm.
5
vertikal
Model
digunakan adalah model datar tak hingga dari Whitaker
yang
dan
Young.
Persamaan
regresi untuk kadar air kesetimbangan
koefisien pengeringan adalah:
Me
+ 4.761272 - .165125z2
-22.35723
=
Untuk kecepatan 4 m/detik dan irisan horisontal
12.2
$
Z
4
20
Me = -38.06932
-
+ 6.20452
.1931214z2
Untuk kecepatan 5 m/detik irisan horisontal
13.2 6
Me
=
Z < 20.2
-80.36302
Untuk lcecepatan 4 m/detik
13.8 4 Z
<
-
+ 11.86852
.37114Z2
irisan vertikal
20.4
Me(1) = 187.8325
-
20.29132
+
.56312z2
Untuk kecepatan 5 m/detik irisan horisontal
12.8 6 ZC 20.8
K = exp(18.446
-
6092.79/T)
Untuk irisan horisontal kecepatan 4 m/detik
319 6 T
<
329.5
T
= OK
dan
K = exp(19.625 - 6223.50/T)
Untuk irisan horisontal kecepatan 5 m/detik
319
<
K
eXp(12.58
=
T 4 329.5
-
T =
OK
4003.8850/T)
Untuk irisan vertikal kecepatan 4 m/detik
319 6 T 4 329.5
K
=
T =
OK
exp(9.095 - 2SG1.31/T)
Untuk irisan vertikal kecepatan 5 m/detik
319
<
329.5
T
T
= OK
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
horison-
tal pada kecepatan 4 m/detik dengan suhu 46Oc, 48Oc, 52Oc,
56Oc yaitu 1.11 %bk/menit, 1.12 %bk/menit, 1.35 %bk/menit,
1.36 %bk/menit.
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
tal
kecepatan
5 m/detik
dengan suhu 46Oc,
horison-
48Oc,
52Oc,
56Oc yaitu 1.18 %bk/menit, 1.27 %bk/menit, 1.52 %bk/menit,
1.7 %bk/menit.
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
pada
kecepatan
~ G O C yaitu
vertikal
4 mjdetik denyan suhu ~ G O C , 48Oc,
1.15 %bk/menit, 1.4 %bk/menit, 1.4
52O~,
%bb/menit,
1.45 %bk/menit.
Laju pengeringan lapisan tipis salak irisan
pada
kecepatan
5 m/detik dengan suhu
~GOC,
vertikal
48Oc,
52Oc,
56Oc yaitu 1.26 %bk/menit, 1.29 %bk/nenit, 1.36 %bk/menit,
1.36 %bk/menit.
Pengeringan salak mengunakan 4 tingkat suhu yaitu 46,
dan 2 kecepatan aliran udara 4
meter/detik
48,
52, 5 6
dan
5 meter/detik memberikan hasil pengeringan
sebaiknya
pada suhu selang 55Oc - 5 6 O ~ dengan
kecepatan
dilakukan
aliran
OC
pengering 4 meterldetik,
udara
rata rata 1.35 %bk/menit
bahan 81 %bb
-
-
laju
pengeringan
1.45 %bk/menit. Kadar air
83 %bb dan kadar air akhir 9 %bb
-
awal
10 %bb.
MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN
TIPIS SALAK (Salacca Edulis Reinwl
Oleh
AGUS SLSWANTORO
F 25.1296
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Sarjana Teknologi Pertanian
Pada
jurusan MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
1992
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Gelar
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
MEMPELAJARI KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN
TIPIS SALAK (salacca Edulis Reinw)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
Pada
jurusan MEKANISASI PERTANIAN
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut ~ e r t a n i a nBogor
Oleh
AGUS SISWANTORO
Disetujui,
Bogor,
October 1992
C?lf?~?,r
Dr
/
Dosen Pembimbing Penda
Ir. Suroso
sen Pembimbing Pendamping I
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan kehadirat-Nya atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih
kepada:
1. Dr.Ir.Hadi K Purwadaria sebagai dosen pembimbing.
2. Ir. Suroso dan Ir Usman Ahmad
sebagai dosen pen
damping
3. Sdr. Sohib dan Sdr. Irvin Patmadiwiria atas ban
tuanya
3. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya
yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
ini,
dengan
sadari masih banyak kekurangan dari
segala senang hati kritik
dan
skripsi
saran
yang
kata penulis berharap semoga skripsi ini
ber-
membangun diterima.
Akhir
manfaat bagi semua yang memerlukan.
Bogor, October 1992
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
KATA PENGANTAR
ix
DAFTAR IS1
X
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
xv
xviii
DAFTAR SIMBOL
I.
XX
PENDAHULUAN
1
A. LATAR BELAKANG
1
B . TUJUAN PENELITIAN
2
11. TINJAUAlJ PUSTAKA
A. BUAH SALAK
3
3
1. Botani Salak
3
2. Jenis ~a'lak
4
B. PENANGANAN PASCA PANEN SALAK
C. PENGERINGAN
7
10
1. Sistem Penqeringan
10
2. Proses Penqeringan
11
3. Penqerinqan lapisan tipis
15
D. PERSAMAAN PADA MODEL PENGERINGAN LAPISAN TIPIS
16
1. Model Teoritis
17
2. Model Semiteoritis dan empiris
18
3. Kadar air kesetimbanqan dan konstanta
Penqerinqan
20
-
III.METODOLOG1 PENELITIAN
24
A. BAHAW DAN ALAT
24
B. WAKTIJ DAN TEMPAT PENELITIAN
24
C
. PELAKSANAAN
25
D. PERHITUNGAN NILAI Me DAN K
28
E. UJI KESESUAIN MODEL
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
32
A. KAREKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SALAK
32
1. Perubahan kadar Air Selama pengeringan
32
2. Laju Pengeringan selama pengeringan
37
B. KADAR AIR KESETIMBANGAN DAN KONSTANTA PENGERINGAN43
1. Kadar Air Kesetimbangan
43
2. Konstanta Pengeringan
47
C. MODEL PERAMALAN PENGERINGAN SALAK
50
1. Perbandingan Model Duga dengan Data Percobaan 50
2. Model Untuk Salak Irisan Vertikal
51
3. Model Untuk Salak Irisan Horizontal
51
4. Model Untuk Salak Irisan ver. Suhu 52'
C
5. Model Untuk Salak Irisan hor. Suhu 52'
C
D. PENGUJIAN KEABSAHAN MODEL
-
5 ;!
52
63
V. K E S I M P U L A N DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
B.
SARA14
LAMPIRAN
D A F T A R PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Perkembangan produksi salak
1
Tabel 2.
Komposisi gizi buah salak
7
Tabel 3.
Nilai C dan N beberapa komoditi
18
Tabel 4.
Nilai Me salak irisan horizontal dengan
kecepatan aliran udara 4 m/detik
44
Nilai Me salak irisan horizontal dengan
kecepatan aliran udara 5 m/detik
44
Nilai Me salak irisan vertikal dengan
kecepatan aliran udara 4 m/detik
45
Nilai Me salak irisan vertikal dengan
kecepatan aliran udara 5 m/detik
45
Tabel 5.
Tabel
6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Nilai konstanta pengeringan salak irisan
horizontal kecepatan aliran udara 4 m/detik 47
Tabel 9.
Nilai konstanta pengeringan salak irisan
horizontal kecepatan aliran udara 5 m/detik 48
Tabel 10. Nilai konstanta pengeringan salak irisan
vertikal kecepatan aliran udara 4 m/detik
48
Tabel 11. Nilai konstanta pengeringan salak irisan
vertikal kecepatan aliran udara 5 m/detik
49
Tabel
Tabel
12.
13.
Nilai x2 untuk salak irisan horizontal
kecepatan aliran
udara 4 m/detik
53
Nilai x2 untuk salak irisan horizontal
kecepatan aliran udara 5 m/detik
53
Halaman
Tabel 14. Nilai x2 untuk salak irisan vertikal
kecepatan aliran udara 4 m/detik
54
Tabel 15. Nilai x2 untuk salak irisan vertikal
kecepatan aliran udara 5 m/detik
54
DAFTAR
GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Tanaman s a l a k
Gambar 2 . Buah s a l a k
..........................
..............................
..................
p e n g e r i n g percobaan ................
l i s t r i k ...........................
4
5
Gambar 3 . Kurva l a j u pengeringan
12
Gambar 4 . A l a t
26
Gambar 5. Oven
Gambar 6 . Diagram a l i r program
27
p e r h i t u n g a n Me dan k 3 1
Gambar 7 . Kurva penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n h o r i z o n t a l dengan
kecepatan udara pengering 4 m/detik
33
Gambar 8. Kurva penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n h o r i z o n t a l dengan
k e c e p a t a n udara p e n g e r i n g 5 m / d e t i k
34
Gambar 9 . KurVa penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n v e r t i k a l dengan
k e c e p a t a n udara p e n g e r i n g 4 m / d e t i k
35
Gambar 1 0 . Kurva penurunan k a d a r a i r b a s i s k e r i n g
pada s a l a k i r i s a n v e r t i k a l dengan
k e c e p a t a n udara p e n g e r i n g 5 m / d e t i k
36
.....
.....
.....
.....
Gambar 11. Kurva l a j u pengeringan pada s a l a k i r i s a n
h o r i z o n t a l dengan k e c e p a t a n u d a r a p e n g e r i n g
4 mjdetik
38
................................
Gambar 1 2 . Kurva l a j u pengeringan pada s a l a k i r i s a n
h o r i z o n t a l dengan k e c e p a t a n u d a r a p e n g e r i n g
5 m/detik
39
.............................
Gambar 13. Kurva l a j u pengeringan pada s a l a k i r i s a n
v e r t i k a l dengan k e c e p a t a n u d a r a p e n g e r i n g
4 m/detik
40
...............................
Gambar 14. Kurva laju pengeringan pada salak irisan
vertikal dengan kecepatan udara pengering
4 m/detik
41
Gambar 15. Perbandingan model pendugaan dengan data
percobaan pada pengeringan salak dengan
suhu 52Oc, irisan vertikal dan
kecepatan udara pengering 5 m/detik
......
53
Gambar 16. Perbandingan model pendugaan dengan data
percobaan pada pengeringan salak dengan
suhu 52Oc, irisan vertikal dan
kecepatan udara pengering 4 m/detik
54
................................
.....
Gambar 17. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada suhu 5 2 O ~ ,irisan
vertikal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
55
..................
Gambar 18. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada suhu 52Oc, irisan
horizontal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
56
...................
Gambar 19. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 C'
irisan vertikal......
-57
....................
Gambar 20. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 'C
irisan horizontal
58
.......................
Gambar 21. Pengembangan laju pengeringan menurut model
pendugaan pada suhu 52Oc, irisan
vertikal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
59
...................
Gambar 22 Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan pada suhu 52Oc, irisan
horizontal dan kecepatan udara pengering
4 m/detik dan 5 m/detik
..................
60
Gambar 23. Pengembangan laju pengeringan menurut model
pendugaan pada kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 C'
irisan vertikal
61
..........................
Gambar 24. Pengembangan kadar air salak menurut model
pendugaan p3da kecepatan udara pengerin
4 m/detik dengan suhu 46, 48, 52, 56 'C
irisan horizontal
62
........................
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
..
70
Lampiran 2. Program komputer menghitung nilai Me
dan K
72
Lampiran 1. Program komputer laju pengeringan
...............................
Lampiran 3. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 46'~ dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
......................
75
Lampiran 4. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 48Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 m/detik ...................... 76
Lampiran 5. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 5 2 O ~dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
......................
77
Lampiran 6. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 56Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 m/detik ......................
78
Lampiran 7. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 46Oc dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik
79
Lampiran 8. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 48Oc dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
80
Lampiran 9. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 52'~ dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik ......................
81
......................
......................
xviii
Halaman
Lampiran 10. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan horizontal
suhu 56Oc dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
......................
82
Lampiran 11. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 46'~ dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik...................... 83
Lampiran 12. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 48Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
84
Lampiran 13. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 52Oc dengan kecepatan aliran
udara 4 m/detik
85
Lampiran 14. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 56'~ dengan kecepatan aliran
udara 4 mfdetik
86
Lampiran 15. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 4 6 O ~dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik
87
Lampiran 16. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 4%'~ dengan kecepatan aliran
udara 5 m/detik
88
Lampiran 17. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 52'~ dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
89
......................
......................
......................
......................
......................
......................
Lampiran 18. Data hasil percobaan pengeringan
lapisan tipis salak irisan vertikal
suhu 5 6 O ~dengan kecepatan aliran
udara 5 mfdetik
...................... 90
DAFTAR SIMBOL
:
Ketebalan bahan (m)
A
:
Luas permukaan (m2)
AH
:
Berat air yang menguap (gram)
BA
:
Berat air dalam bahan (gram)
B5 I
:
Berat bahan ke-i (gram)
BKo
: Berat kotor awal (gram)
BKl
: Berat kotor ke-i (gram)
D
:
Koef isien difusif itas (m2/jam)
f
:
Konduktifitas panas (J/jam m2 OC)
f"
:
Koefisien pindah uap air (kg/(jam2 m kg/m2))
:
Panas laten penguapan air (kJ/kg)
:
Koefisien pengeringan (lt/jam)
KABo
:
Kadar air awal
(%
bb)
KAB,
:
Kadar air ke-i
(%
bb)
LP I
:
Laju pengeringan
M
: Kadar air basis ker/ng ( % bk)
Me
: Kadar air keseimbangan ( % bk)
MO
: Kadar air awal basis kering ( % bk)
MR
: Rasio kpdar air
hr9
K
n
.
(%
bk/jam)
:
Jumlah deret
P
:
Tekanan uap pada bahan (N/m2)
PAN
:
Berat wadah (gram)
PS
:
Tekanan uap air jenuh pada bahan (N/rn2)
PV
:
Tekanan uap air jenuh pada udara (N/m2)
:
Koordinat partikel ( m )
t
: Waktu (jam)
T
: Suhu mutlak
Z
: Selisih suhu bola kering dan bola basah
'c
: hkar positif fungsi Bessel
e
: suhu (OC)
v
: Derajad bebas
(K)
(OC)
A.
LATAR BELAKANG
-
,
baiak seperti buah buahan lainnya cepat rusak setelah
uipanen.
Hal
tersebut
merupakan
penyebab
mutu
atau
kualitas yang menurun. Salah satu cara untuk memperpanjang
umur simpan agar komoditas ini lebih tahan lama dan
cepat
rusak
yaitu
dengan
pengawetan.
tidak
Pencjawetan
yang
sering dilakukan yaitu dengan pengeringan. Salnpai saat ini
data tentang penanganan pasca panen khususnya
salak
belum
cukup
potensial, Tabel 1 menyajikan
produksi
diketahui. Produksi salak
salak.
Dengan
demikian
karakteristik pengeringan
berguna
untuk
salak.
menduga waktu
umumnya penaganan pasca panen.
pengeringan
sampai
data
saat
perkembangan
perlu
dilcetahui
Data
pengeringan
optimal
dalam
ini
data
ini
pengeringan
Tabel 1. Perkembangan produksi salak.
Produksi (dalam ribuan ton)
1986
1987
8.957
40.129
41.597
Jawa
50.260
95.998
41.974
Bali&NTT
20.020
12.783
20.672
Sumatera
Kalimantan
382
MalukuIIrja
7965
87.605
Indonesia
1988
967
639
9183
8983
159.867
174.867
~ G b e r :Biro pusat Statistik Jakarta, 1988
B. TUJUAN PENELITIAN
-
Tujuan penelitian ini adalah untuk
1.Mempelajari karakteristik pengeringan lapisan
tipis salak.
2.Menentukan kadar air kesetimbanqan dan kon
stanta penqerinqan
3.Menentukan model pengeringan lapisan tipis
salak.
1I.TINJAUAET PUSTAKA
BOTANI BALAK
1. Tanaman Salak
Salak (salacca edulis Reinw) merupakan
tanaman
.
Menurut
yang
sudah
lama dikenal di
Indonesia
Soemarsono dan Moerbono (1954), salak termasuk suku
Spadiciflorae, famili Palmae, genus Salaca, species
Salaca edulis. Jenis tanaman salak sudah lama dike
nal
di Indonesia, namun catatan resmi kapan
ditanam
belum diketahui. Tanaman salak merupakan
tanaman asli Indonesia (Tan Kin Sam,
Biologi Nasional, 1977 dan Setijati
et
al., 1978) Tanaman salak dapat
yang
mulai
gembur
sampai dengan
1953:Lembaga
Sastraparadja,
tumbuh
ketinggian
ditanah
700
meter
diatas permukaan laut. Beraka
erabut,
pada buahnya, pelepahnya dapat
capai 5 meter dan
berduri.
umumnya
Persarian menurut Soediyanto (1977) pada
dibantu
oleh manusia.
tertentu seperti salak Condet d
moncong
bersisik
Pada
jenis
salak
u oleh serangga
(Pritandjolo Yudo, 198
sedangkan
salak
Bali pembuahannya terjadi karen
yerbukan
sen
diri (Pritandjolo Yudo, 1984 da
praptono 1954).
Musim buah terjadi pada permula
lan .November
-
Januari
awal
yaitu awal musim hujan
musim
kemarau
yaitu
Mei
-
dan
permulaan
Juni
(Slamet
Soesono,l983). Salak berkulit sisik, berwarna
lat,berbulu
Salak
pada
kasar(Tan
Kim Sam,
1953).
yang baik dapat dilakukan dongan
daerah
dengan ketinggian dibawah
diatas permukaan laut(Osche,l961).
Gambar 1. Tanaman Salak
cok
Produksi
menanamnya
300
meter
2. Jenis Salak
Jenis
cukup
salak
banyak.
mempunyai
Menurut
yang
Masing
diketahui
-
Masing
sampai
jenis
penampilan dan sifat yang
Burkill
disebutkan
jenis
tahun 1953 dan
salak :
sekarang
salak
berbeda
Heyne
S.edulis,
yahun
h i
beda.
1950
S.alobuscana,
S.affinis dan S.wullichiana.
Gambar 2. Anatomi buah salak
keterangan:
1.Pangkal buah
4.Biji
2.Kulit luar
5.ujung buah
3.Ujung buah
6.Embrio
Menurut
Sabari
(1983)
salak yang
masyarakat ada beberapa jenis
1.
dikenal
di
dan dikenal menurut:
Menurut nama daerah asal.
Jenisnya adalah salak Bali, salak Condet,
Sleman,
salak
Madura,
salak
Banten
salak
dan
salak
Tasikmalaya.
2
Menurut warna kulit buah.
Jenis salak ini dilihat dari warna kulitnya yang
cerah,
atau
seperti salak Sleman dinamakan
salak Gading karena kulit buah
salak
Putih
yang
berwarna
buahnya
berwarna
kuning kecoklatan cerah.
3.
Menurut warna daqinq buah.
Seperti
salak
Pondoh daging
putih bersih.
4. Menurut rasa daaina buah.
Jenis
salak ini adalah salak
Mada/Kopyor
yang
rasanya manis seperti madu dan agak berair.
Kegunaan salak yang sudah tua dan masak biasanya
untuk
dikomsumsi
dalam bentuk
segar,
selain
dapat juga diolah menjadi manisan juga untuk
bah
asinan pada salak yang masih muda.
Biji
itu
penamsalak
yang masih sangat muda mempunyai rasa seperti kolang
kaling
dan
sangat
baik
untuk
dijadikan
sumber
makanan
bergizi.
Nilai gizi
dan
komposisi
kimia
salak dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai gizi dan komposisi daging buah salak
.ciapat dimakan (Direktorati Bina Produksi
Pangan, 1 9 8 0 )
an am an
Jenis Kandungan
Jumlah
kalori
77
Air
78
Karbohidrat
20.9
kal.
g
Protein
Lemak
Vitamin C
Kalsium
Vitamin B1
Phospor
-. .
B. PENANGANAN PASCA PANEN SALAK
,:.
:-
- 7
Penanganan pasca panen yang dilakukan pada tingkat
petani pada umumnya masih bersifat tradisional.
garis
besar
penanganan
pasca
panen
yang
Secara
dilakukan
terhadap
salak
adalah
pemanenan,pengumpulan,sortasi,
pengepakan, penyimpanan dan
pemasaran.
1. Pemanenan.
Pemanenan dilakukan dengan mengunakan sabit yang
dililitkan/diikat
pada sebuah-bambu berukuran
jang sehingga dapat menjangkau salak. Waktu
nan
dilakukan
dilakukan
sesuai dengan jadwal
apabila salak telah matang
pan-
pemane-
pemasaran
dan
optimal.
Pe-
manenan pada musim hujan dilakukan setelah hujan ha1
ini
dimaksudkan agar
salak terhindar
dari
basah
yang berlebihan.
2. Penaumpulan
.
Salak yang telah dipanen selanjutnya dikumpulkan
dan di masukkan dalam bakul keranjang. Baku1
keran-
jang
kering
ini diberi alas daun pisang yang telah
untuk
menghindari kerusakan
pada buah.
Kerusakan
yang terjadi adalah memar dan terkelupas.
3. Penaanakutan.
Pengangkutan
setelah
tingkat
petani
dilakukan
pengumpulan. Pengangkutan dilakukan
mengunakan
tempat.
pada
dengan
colt atau truck atau langsung dijual
di
4. Sortasi.
Buah
salak dipisah pisahkan atas ukuran
sedang, kecil dan antara buah-buah yang
tidak
baik.
Sortasi
Dilakukan
besar,
baik
oleh
dan
pedagang
pengumpul pada saat pengangkutan berikutnya.
6. Penae~akan.
Pengepakan dibagi menjadi 2 cara
.
Cara pertama
ltu dilakukan dengan mengunakan peti kayu dan biasanya untuk buah salak yang akan dikirim keluar
Jawa. Cara kedua dilakukan dengan mengunakan
cara
di
ini biasanya untuk buah salak yang
daerah-daerah penghasil salak.
baik
adalah
apa
bila
hanya
pulau
bakul,
dipasarkan
Pengemasan yang
terjadi
sedikit
goncanganlgerakan dalam kernasan.
7. Penyimwanan.
Penyimpanan dilakukan pada dua tempat,
pada pos pos penyimpanan di kebun
. Kedua
pertama
dilakukan
di gudang-gudang penyimpanan, dimana terjadi sortasi
dan langsung mengalami pengepakan.
1 Sistem Penserinaan.
Pengeringan adalah proses simultan pindah
dan massa (Brooker et.a1.,1976) Ada 2 macam
gan,
pengeringan pertama adalah
dan
pengeringan
pengerin-
pengeringan
kontinu
pengeringan
tumpukan.
Pengeringan kontinu adalah pengeringan yang
dilakukan
secara
kedua adalah
panas
terus menerus dimana bahan
ruang
pengering.
Pengeringan
berjalan
melalui
tumpukan
adalah
pengeringan secara bergantian dimana bahan yang
telah
dikeringkan diganti atau diangkat dengan yang baru.
Pengeringan
dapat
dilakukan
dengan
mengunakan
pengering mekanis. Alat pengering mekanis terdiri dari
alat penggerak udara , alat pemanas dan ruang
ing.
Alat
langsung
dengan
kan.
pengering buatan
dan
umumnya
tidak langsung
dan
penger
bekerja
biasanya
secara
bekerja
cara kontak langsung dengan udara yang diguna
Pada
pengeringan kontak
dipindahkan dari
tidak
langsung
media pemanas kedinding
alat
panas
yang
terbuat dari logam.
Menurut
Henderson
dan Perry
(1976),
dari alat pengering mekanis ini adalah:
keuntungan
1. Pemanenan lebih awal sehingga susut dapat
ditekan.
2. Harga lebih tinggi beberapa bulan setelah
panen.
3. Masa simpan lebih lama.
2
4.
Hasil kering lebih seragam.
5.
Nilai ekonomis lebih tinggi
6.
Viabilitas benih lebih terjamin.
7.
Perencanan waktu panen lebih baik.
Proses Penqerinaan.
Secara
sfesifik, menurut
Henderson
dan
Perry
pengeringan adalah pengeluaran air dari
(1976)
bahan
sampai kadar air dimana jamur, enzim, seranggga
merusak
1957
tidak dapat hidup
dan
proses
Brooker et al.,
.
Sedangkan menurut
1974
pengeringan
penurunan atau pengambilan kadar
air
yang
Hall,
adalah
sampai
batas waktu tertentu sehingga dapat memperlambat laju
kerusakan
biji-bijian akibat aktivitas
biologi
kimia sebelum bahan diolah atau dimanfaatkan.
dan
Gambar 3 . Kurva l a j u p e n g e r i n g a n
( H c l d m a n and S i n q h ,
1980).
Dua proses yang terjadi selama pengeringan adalah
proses pindah panas dan massa.Air yang diuapkan
dari
suatu komoditi pertanian terdiri dari air bebas
dan
air terikat. Air bebas inilah yang pertama kali
galami
penguapan.
Laju
penguapansebanding
perbedaan tekanan uap jenuh
dengan
pada tekanan udara peng
ering dengan tekanan uap jenuh pada permukaan
Menurut
Brooker
mempunyai
awalnya
et
a1.,(1974)
bahan.
pengeringan
tahap laju pengeringan yang
asalkan
men
kondisi lingkungan
akan
konstan
tidak
terutama pada bahan hasil pertanian yang
pada
-
berubah,
mempunyai
kadar air awal diatas 70%.
Henderson
a1.,(1974)
dan
Perry
(1976) dan
membagi proses pengeringan
et
Brooker
menjadi
dua
periode:(l) Periode laju pengeringan konstan dan
Periode
periode
laju
pengeringan
ini dibatasi oleh
menurun.
kadar air
(2)
Antara
kedua
kritis.
Kadar
air
kritis adalah kadar air terendah saat mana
laju
air
bebas
laju
dari
permukaan bahan
sama
dengan
pengambilan uap air maksimun dari bahan.
Pada
bahan
laju
pengeringan
berlangsung
disamalcan
dengan
Periode ini
konstan, pada
penguapan
laju
pada
yang
permukaan
lajunya
permukaan
air
dapat
bebas.
.,h
..
'
P'
berakhir
turun,
saat laju difusi air dalam bahan
sehingga
lebih lambat dari
laju
telah
penguapan.
Laju pengeringan konstan pada biji bijian berlangsung
sangat
singkat, sehingga dalam
analisa
pengeringan
dapat diabaikan(Bro0ker et a1.,1974 dan
Steffe
dan
Sigh,1979).
Menurut
Brooker
faktor yang
mempengaruhi
pengeringan ialah kecepatan aliran udara, suhu
laju
udara
dan kelembaban udara.
Laju
pengeringan
penurunan
kadar
partikel
bahan
ditutupi
oleh
air
menurun terjadi
selama
yang telah
sesuai
pengeringan
dikeringkan
lapisan air dan jumlah
dengan
permukaan
tidak
air
lagi
terlihat
makin lama makin berkurang karena terjadi migrasi air
dari
bagian
dalam
kepermukaan
(Henderson dan Perry, 1976)
mempengaruhi
Hall(1957)
laju
secara
Faktor
pengeringan
difusi
faktor
menurun
ialah difusi air dari bahan ke
yang
menurut
permukaan
dan pengambilan uap air dari permukaan
Brooker et al., (1978), menyebutkan enam mekanisme
untuk menjelaskan gerakan air dalam bahan berpori:
1. Gerakan cairan karena gaya permukaan.
2. Gerakan cairan karena perbedaan konsen
trasi.
3. Gerakan cairan karena difusi pada
permukaan bahan berpori.
4. Gerakan uap karena perbedaan konsen-
trasi kelembaban.
5. Gerakan uap karena perbedaan suhu.
6. Gerakan uap dan air karena perbedaan
tekanan total.
Laju pengeringan menurun terjadi karena
perbedaan
tekanan uap semakin menurun, akibatnya penguapan
di
permukaan
migrasi
menurun.
akan
biji semakin menurun
dan
selanjutnya
air dari dalam dan kepermukaan biji
semakin
Laju pengeringan dalam kondisi seperti
menurun
periode
ini
yang
air
disebut
ini
laju
pengeringan menurun (Henderson dan Fabis, 1961).
3. Penaerinaan La~isanTi~is.
Pengeringan
dimana
lapisan
tipis
adalah
pengeringan
seluruh bahan menerima secara langsung
pengering yang melewatinya dengan suhu dan
udara
kelembaban yang
Ferry, 1976)
relatif konstan
(Henderson dan
.
Menurut Thahir 1986 penampilan pengeringan
diketahui dengan mengeringkan bahan yang
dapat
dikelilingi
oleh lingkungan udara pengering yang seragam, kondisi
ini
tercapai apabila dilakukan pengeringan
satu
lapis bahan, dimana semua bahan
terhadap
lapisan
dalam
tersebut mendapat kontak dengan lingkunganya.
Untuk
meramalkan
perubahan
kadar
air
selama
pengeringanan lapisan tipis bahan telah dikembangkan
banyak model.
D. PERSAMAAN PADA MODEL PENGERINGAN LAPISAN TIPIS
Proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu di
sekitar bahan, Perubahan suhu udara pengering
mengaki-
batkan penampilan pengeringan yang berubah. La ju
peng-
eringan pada periode pengeringan konstan dapat dihitung
berdasarkan
persamaan (Brooker et al.,
dan Perry, 1976) :
1974;Henderson
Persamaan
bahan
ini bisa digunakan jika luas
permukaan
dan kecepatan koefisien transfer fv dan f
telah
diketahui.
Model
bangkan
persamaan lapisan tipis yang
telah
dikem-
baik secara teoritis dan semi teoritis
berda-
sarkan dari anggapan bahwa pengeringan
beranalogi
lapisan
pada proses pindah panas pada benda
tipis
dengan
bentuk geometri tertentu.
1.Model Teoritis Penaerinqan Lapisan Tipis.
Luikov
model
dalam Brooker et.al (1978) mengembangkan
matematik untuk menjelaskan
pengeringan
dari
bahan berpori dalam bentuk persamaan differential:
6M/6t = v22Kll~+ v2KI2tg
6Q/6t = v 22K12M + r2Kz2Q
+
6P/6t =
Menurut
gradien
r2K13P
v2KZ3P
V ~ K ~
+ v~ Z QK ~ ~ P
Brooker
suhu
+
+
et a1.,1974
dan tekanan dapat
pada
/2/
pengeringan
diabaikan
sehingga
persamaan /2/ menjadi:
6M/60 = v2KI1~
Brooker et al., (1974) dan Heldman Singh,
menyelesaikan persamaan /2/ dengan merubah K
D sebagai koefisien difusi.
131
(1980)
menjadi
c
Dimana
untuk bentuk lempeng c
= 0
=
1
untuk
silinder dan c = 2 untuk bola
dengan kondisi awal
: M (r,O)= Mo
kondisi batas
: M (r,t)= Me
Henderson dan Perry (1976)memecahkan persamaan
/4/
untuk bentuk datar yaitu:
(M-Me)/ (MO-Me)
=
8/n2
9Den/(4a2)+1125xep-25Den2/(4a
dan Crank,
) menyelesaik
Mr
8/n2~l
Whitaker
Young
persamaan
didalam
be
menyelesaikan
untuk m
pergerakan
geometris 1
tak
air
terbatas,
silinder terbatas dan
lempeng tak terhingga
dan
(M
-
Perry (1976) mengemukakan
agai berikut:
Me) / (MO Me) = Aekt
-
model
/8/
Dimana A adalah koefisien yang bentuknya
tergan
tung dari bentuk partikel yang besarnya:
untuk lempeng =
untuk bola
= 0.810569
= ( ~ n - =~ 0.532527
) ~
untuk silinder= 6~-' = 0.60797
K
adalah
koefisien pengeringan
yang
merupakan
fungsi difusivitas dan geometri bahan dimana
k
= ~n~/r'
Thahir
/9/
et al.,
(1985) mengemukakan bahwa
model
silinder tak terbatas mempunyai dugaan yang lebih baik
dari model bola dalam menduga kadar air gabah (IR-36),
sedangkan Supriyono mengunakan model bola dan silinder
tak
terbatas untuk menduga perubahan kadar
robusta
dan
dugaan
yang
excelsa, dimana
model
bola
air
kopi
menberikan
baik. Aluisius (1990) mengunakan
model
yang
sama dari Whitaker dan Young dan hasilnya
model
bola
memberikan
dari
model
perubahan
kadar
silinder
air
dugaan yang lebih
tak terbatas untuk menduga
baik
coklat. Paulus (1991) mengemukakan
bahwa
bentuk
silinder mempunyai nilai dugaan yang lebih baik
untuk
menduga kadar air kacang tanah dan daging biji
kacang
tanah, sedangkan bentuk bola memberikan
dugaan
yang
lebih untuk bawang putih utuh dan bawang putih siung.
3.Kadar air kesetimbanqan dan Konstanta penqerinaan.
Kadar air kesetimbangan adalah kadar air
yang
dapat dicapai dibawah kondisi
tetap
atau
tetap.
jika
air
pada suhu dan
minimun
pengeringan
yang
nisbi
yang
kelembaban
Suatu bahan dikatakan dalam keadaan
setimbang
laju kehilangan air dari bahan sama dengan
yang
didapat dari
higrokopis akan
udara
sekelilingnya,
menyerap atau melepaskan
air
laju
bahan
untuk
mencapai kadar air kesetimbangan ini.
Brooker et al., (1974) dan Hall (1980) menyatakan
bahwa
ada
dua macam kadar
air
kesetimbangan
kadar air kesetimbangan statis dan kadar air
yaitu
kesetim-
bangan dinamis.
Kadar
dari
air kesetimbangan statis merupakan
kelembaban dan suhu (Henderson dan
fungsi
Perry,1952),
mengikuti persamaan sebagai berikut
1 - R h = e-cTMen
C
dan
n
tergantung dari
dikeringkan, harga
tertera pada Tabel 3.
ho/
jenis komoditi yang
c dan n untuk
beberapa
komoditi
Tabel 3. Nilai c dan n beberapa komoditi
c
Jenis Komoditi
lo-*
sorgum
*
1-10 *
3.40 *
Kedelai
3.20
*
low5
Kapas
4.91
Jagung Pipil
Konstanta
bahan.
and
1.70
1.90
2.31
1.52
penyeringan adalah fungsi
Banyak penelitian menyatakan
pengeringan bervariasi terhadap suhu
maan
n
bahwa
1961).
Chung dan Pfost
konstanta
mengikuti persa-
Archenius ( Brooker et al., 1974
Perry,
difusivitas
dan
dalam
Henderson
Pfost
et
al.,(l976)mengemukakan persamaan Me:
Me = E
-
F ln
[-
R(t+c) 1nRh)
dimana: E = ln(a/b)
F = 1/B
A, B, C, F nilainya tergantung dari jenis biji bijian
Kadar
selisih
air
kesetimbangan merupakan
tekanan jenuh uap adiabatis dan
fungsi
dari
tekanan
uap
udara, yaitu:
Me= (rP)
/12/
Tekanan
uap
air sebanding dengan
selisih
suhu
persamaan
/ 121
termometer bola basah dan kering.
,
Supriyono
(1989)
mengunakan
untuk meregresikan nilai Me dari kopi dan gabah berdasarkan
bentuk
bola dan lempeng
tak
hingga
sebagai
berikut :
Me = 11.114
-
untuk 9.3 ,<
Me = 3.370
0.412064 Z
,c
Z
+
0.00989 Z2
-
0.007679Z2
22.6
0.11871 Z
Z ,<
untuk 9.3 $.
+
22.6
Thahir, (1985) meregresikan nilai Me untuk
gabah
dengan model silinder tak terbatas dan terbatas:
Me = 18.6197 exp(-0.0509853
Me = 17.8887 exp(-0.0606100
T) dan
T)
Paulus, (1991) meregresikan nilai Me
model
silindgr
tak terbatas untuk kacang
bola untuk bawang putih:
+
Me = 158.3360
untuk 0 6
Z 6
5.83102
-
1.41032~
10.09
untuk bawang putih utuh
Me = 23.0359
untuk 6.95 4
-
1.57282
Z 8
+
0.11102~
16 .18
untuk kacang tanah polong
berdasarkan
tanah
dan
Konstanta
bahan
pengeringan adalah fungsi
dan merupakan penyederhanaan
persamaan
difusi.
Konstanta
difusivitas
dalam
memecahkan
pengeringan
bervariasi
terhadap suhu mengikuti persamaan Arhenius (Brooker et
a1,1974 Henderson dan Fabis, 1961). Asumsi yang
nakan
untuk
digu-
menduga
nilai k adalah perubahan suhu bahan terhadap waktu dan
suhu udara pengering adalah exponential.
k
= C
e-c2/t
1
/13/
dimana C1 dan C2 merupakan konstanta yang
nilai-
nya tergantung dari biji bijian.
Alusius,
1990
mendapatkan
nilai
k
coklat
berdasarkan bentuk silinder tak terbatas dan bola:
(19.4472 -
k(s) = exp (19.4800
6689.2026/T)
k(b)
6911.8539/T)
=
exp
P a ~ l u s mendapatkan
utuh
nilai k untuk
bawang
dan kacang tanah polong berdasarkan
dan silinder tak terbatas:
untuk bawang putih utuh
K
=
exp (13.9250
untuk 301 $ : T
-