Kajian Status hara Tanah Hubungannya dengan Produksi Tanaman Salak (Salacca Sumatrana )

(1)

KAJIAN STATUS HARA TANAH DAN HUBUNGANNYA

DENGAN PRODUKSITANAMAN SALAK

(

Salacca sumatrana

)

T E S I S

ERLINAMORA

NIM. 107001043

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

PASCA SARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KAJIAN STATUS HARA TANAH DAN

HUBUNGANNYA DENGAN PRODUKSI TANAMAN SALAK

(

Salacca sumatrana

)

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Magister Pertanian Pada Program Studi Agroekotehnologi

Program Pascasarjana Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ERLINA MORA

NPM : 1070010043

PROGRAM STUDI AGROEKOTEHNOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul : Kajian Status hara Tanah Hubungannya denganProduksi Tanaman Salak (Salacca Sumatrana )

Nama Mahasiswa : Erlina Mora

NIM : 107001043

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Erwin Masrul, MS

Ketua Anggota

Dr.Ir.Hamidah Hanum,MP

Ketua Program Studi Dekan

Prof.Dr.Ir.Abdul Rauf ,MS Prof.Dr.Ir.DharmaBakti,MS


(4)

Telah diuji pada hari : Senin

Tanggal : 30 Juni 2014

______________________________________________________

Panitia Penguji Tesis :

Ketua

: Prof. Dr.Ir. Erwin Masrul Harahap, MS

Ir. Hamidah Hanum, MP

Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS

Prof. B. Ir. B. Sengli J.Damanik, MSc

Dr. Diana Sofia, SP.MP


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Oktober 1968 di Padangsidimpuan Tapanuli Selatan Provinsi Sumatera Utara merupakan anak kedua dari H.Kaharuddin Siregar dan Hj.Dahniar Tanjung.

Penulismenempuh pendidikan formal yaitu SD Negeri8Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1981, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 Padangsidimpuan dan lulus Tahun 1984 dan menyelesaikan pendidikan di SPP-SPMA Negeri Padang dan lulus Tahun 1987. Penulis melanjutkanpendidikan pada Fakultas Pertanian Universitas Ekasakti Padang dan lulus Tahun 1993. Pada Tahun yang sama penulis diterima menjadi staf Pengajar pada STIP Benteng Huraba Padangsidimpuan. Pada Tahun 1995 menjadi staf Pengajar di Fakultas Pertanian UGN Padangsidimpuan.

Pada Tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke Strata-2pada Program Magister pada Program Studi Agroekotehnologi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pada tanggal 30 Juni 2014, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Strata-2 di Universitas Sumatera Utara dengan judul tesis “ Kajian Status Hara Tanah dan Hubungannya Dengan Produksi Tanaman Salak (Salacca sumatrana) di bawah bimbingan BapakProf.Dr.Ir.Erwin Masrul Harahap, MSselaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr.Hamidah Hanum, MP selaku Dosen Pembimbing II.


(6)

ABSTRAK

Erlina Mora, Kajian Status hara Tanah dan Hubungannya dengan Produksi Tanaman Salak (Salacca sumatrana) dibimbing oleh Prof.Dr.Ir. Erwin Masrul Harahap,MS dan Dr.Ir. Hamidah Hanum, MP.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi Status hara tanah Tanaman salak Padangsidimpuan berdasarkan produksi tanaman, telah dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey lapang, pengambilan sample menggunakan metode purposive sample yaitu tanaman sample dengan kapasitas berproduksi yang diklasifikasi atas tiga kategori, tanaman berproduksi Tinggi, tanaman berproduksi Sedang dan tanaman berproduksi Rendah. Pengamatan dilakukan terhadap pH-tanah, kadar N-total (%), Fosfor-tersedia (ppm), Kalium-tukar (m.e/100gr) dan Magnesium-tukar (m.e/100gr) dan bobot buah (Kg). Untuk mengetahui hubungan antar parameter dengan produksi dilakukan analisa regresi dengan metode stepwise. Berdasarkan hasil penelitian secara umum bahwa status hara tanah tanaman salak Padangsidimpuan memiliki kadar Magnesium yang rendah, Nitrogen dan Fosfor kategori sedang. Tanaman berproduksi rendah memiliki kadar Kalium dan Magnesium tanah yang rendah. Tanaman berproduksi sedang memiliki kadar Magnesium tanah yang rendah, tanaman berproduksi Tinggi memiliki kadar Fosfor dan Magnesium tanah yang rendah .Hasil Analisis Regresi menunjukkan pH, Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Magnesium tanah memiliki hubungan yang negatif dengan produksi tanaman salak . Hasil analisis stepwise menunjukkan bahwa kadar Nitrogen tanah adalah hara paling dominan mempengaruhi produksi pada tanaman salak berproduksi tinggi, Unsur Nitrogen dan Fosfor adalah hara yang paling dominan mempengaruhi produksi pada tanaman berproduksi rendah.


(7)

Abstract

Erlina Mora, Study of Nutrient Status of the Soil and Its Relation with Salak Plants Production (Salacca sumatrana) under guidance by Prof.Dr.Ir.Erwin Masrul Harahap, MS and Dr.Ir.Hamidah Hanum, MP.

This research was aimed to evaluate the nutrient status of the soil for Salak plants in Padangsidimpuan based on the productions of the plants. It was carried out from July up to September 2013.

The research was carried out using field survey method. Sample taking was done with purposive sample method, namely the sample of plants with production capacity categorized into three, such as high, medium and low production. The observation was carried out to soil-pH, N-total (%) degree, available phosphor (ppm), exchanged calium (m.e/100 gr) and exchanged Magnesium (m.e/100 gr) and weight of fruit (Kg). Regression analysis with stepwise method was done to know the relationship between the parameters with production. The results showed that generally the nutrient status of the soil for salak plants in Padangsidimpuan had low Magnesium degree, medium Nitrogen and Phospor. Low plants production had low calium and magnesium degree. Medium plants production had low magnesium degree, high plants production had low phosphor and magnesium. Regression analysis result showed that pH, nitrogen, phosphor, calium of the soil had negative relationship with salak plants production. Stepwise analysis showed that the nitrogen degree of the soil was the most dominant influencing the production of salak high plants production, Nitrogen and Phosphor degree of soil for medium and Phosphor degree of soil was most dominants high plants production.

Key words : Nutrient status of the soil, production, Padangsidimpuan Salak Plants


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhana wata’ala atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul : Kajian status hara tanah Dan Hubungannya dengan Produksi tanaman Salak (Salacca sumatrana).

Selama kegiatan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan,perhatian dan dorongan dari banyak pihak.Melalui lembaran ini penulis

menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang terhingga kepada:

1. Prof.Dr.Ir. Erwin Masrul Harahap, MS selaku ketua komisi Pembimbingyang telah banyak memberikan motivasi,arahan,bimbingan, saran dan kritik yang membangun mulai perencanaaan, penelitian sampai penulisan tesis ini.

2. Dr.Ir.Hamidah Hanum, MP selaku Anggota komisi Pembimbing atas kesabaran, bimbingan dan motivasi yang diberikan pada penulis mulai penenelitian hingga penulisan tesis ini.

3. Ayahanda H.Kaharuddin Siregar yang selalu setia memberikan perhatian,pengorbanan dan Ibunda Hj. Dahniar Tanjung yang selalu memberikandorongan.

4. Anakku Puput dan Wawan yang selalu setia dan sabar mendampingi hingga tesis ini selesai, terimalah karya mama ini sebagai motivasi untuk terus maju dan mencintai ilmu pengetahuan sebagai anugerah Tuhan yang harus disyukuri

5. Suamiku tercinta Ir. Kayamuddin Harahap (Almarhum) yang waktu masih hidup selalu sabar dan memaklumi dan mendukung penulis.


(9)

6. Teman-teman mahasiswa pasca (Pak Darmadi,Kak Ida,BuYusriani,Bu Lanna,Mastiagom, Bu Nini dan Tulang Asri) dengan perhatian dan kebersamaanya yang telah banyak membantu dalam suka - duka sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

7. Kakanda Ir. Jamilah Siregar, MM yang banyak memberi perhatian dan dukungan pada penulis.

8. Pak Parma, Helmi dan Tina yang selalu setia dan selalu membantu penulis. Sebagai insan yang tidak luput dari kesalahan dan kehilafan ,penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna . Untuk hal tersebut penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan tesis ini.

Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna dan bermamfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, Juli 2014


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I.PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. PerumusanMasalah ... 3

1. 3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.Hipotesis Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian………5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Lingkungan Tumbuh Tanaman Salak Padangsidimpuan ... 7

2.2.Budidaya Tanaman Salak ... 8

2.3. Hubungan Status Hara Terhadap Pertumbuhan dan Produksi ... 11

2.4. Fungsi dan Peranan Hara Terhadap Pertumbuhan Tanaman Salak ... 12

III.METODE PENELITIAN ... 21

3. 1.Tempat dan Waktu ... 21

3.2. Bahan dan Alat ... 21

3.3.Metode Penelitian ... 22

Pelaksanaan Penelitian ... 23

Parameter Penelitian ... 24

Analisis hara Tanah tanaman salak ... 24


(11)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1. Karakteristik status hara N, P, K dan Mg tanahpada Tanaman Salak ... 26

4.2. Hasil Analisis Regresi Sederhana Hubungan Status hara dengan Produksi Salak ... 27

a. Pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1) ... 28

b. Pada tanaman berproduksi Sedang (PT2) ... 29

c. Pada tanaman berproduksi Rendah (PT3) ... 30

d. Hubungan pH, Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Magnesium tanah ... 32

1. Hubungan pH dengan produksi Salak ... 32

2. Hubungan Nitrogen dengan Produksi Salak ... 35

3. Hubungan Fosfor dengan Produksi Salak ... 38

4. Hubungan Kalium dengan Produksi Salak... 40

5. Hubungan Magnesium dengan Produksi salak ... 43

4.3. Hasil Analisis Regresi Berganda Hubungan Status hara tanah dengan Produksi Salak ... 46

a. Tanaman berproduksi Tinggi (PT1) ... 46

b. Tanaman berproduksi Sedang (PT2) ... 47

c. Tanaman berproduksi Rendah (PT3) ... 48

4.4. Hasil Analisis Stepwise Hubungan Status hara tanah dengan produksi ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1. Kesimpulan ... 54

5.2. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(12)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah menurut Hardjowigeno,1995 ... 12 2. Variabel dan Metode analisis sifat kimia tanah yang digunakan untuk

masing-masing peubah amatan ... 25 3. Hasil Pengamatan status hara tanah dan Produksi tanaman Salak ... 26 4. Hasil Analisis Regresi Hubungan Status hara dengan Produksi pada Tanaman

berproduksi Tinggi ... 28

5. Hasil Analisis Regresi Hubungan Status hara dengan Produksi pada Tanaman berproduksi Sedang ... 29

6. Hasil Analisis Regresi Hubungan Status hara dengan Produksi pada


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Grafik Hubungan pH dengan Produksi Salak ... 33 2. Grafik Hubungan Nitrogen dengan Produksi Salak……….. 35 3. Gejala pertumbuhan pada daun tanaman salak dengan kondisi daun menguning

dan klorosis diduga defisiensi Nitrogen ... 37 4. Grafik Hubungan Fosfor dengan Produksi Salak ... 38 5. Grafik Hubungan Kalium dengan Produksi Salak ... 40 6. Gejala pertumbuhan pada daun tanaman salak dengan kondisi Klorosisdan

nekrosis

diujung daun diduga defisiensiKalium ... 41 7. Grafik Hubungan Magnesium dengan Tanaman Produksi Salak ... 43 8. Gejala pertumbuhan Daun Salak kondisi klorosis, nekrosis

danmenguningdidugadefisiensiMagnesium……… ………... 45


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Hasil Analisa status Hara Tanah dan Pengamatan Produksi Pada 30 Sampel Tanaman Salak ... 59 2. Data Hasil Pengamatan Produksi pada 30 tanaman sampel ... 60 3. Rataan Hari hujan, Curah hujan dan suhu udara di LokasiPenelitianBulan Juni-

Agustus 2013 ... 61 4. Neraca Air Dalam Penentuan Surplus dan Defisist DiKecamatanAngkolaBarat

62

5. Rataan Tahunan Hari Hujan dan Curah hujan Tahunan diKecamatan Angkola Barat 63

6. Hasil Analisis Hubungan pH dengan Produksi pada Tanaman Salak Berproduksi Tinggi 64

7. Hasil Analisis Regresi Hubungan pH dengan Produksi Pada Tanaman Berproduksi Sedang 65

8. Hasil Analisis Regresi Hubungan pH dengan Produksi pada Tanaman Berproduksi Rendah ... 66 9. Hasil Analisis Regresi Hubungan Nitrogen dengan Produksi pada tanaman

berproduksi Tinggi ... 67 10. Hasil Analisis Regresi Hubungan Nitrogen pada tanaman berprouksi

Sedang……… 68

11. Hasil Analisis Regresi Hubungan Nitrogen dengan produksi padatanaman berproduksi Rendah ... 69 12. Hasil Analisis Regresi Hubungan Fosfor dengan Produksi pada Tanaman

berproduksi Tinggi ... 70 13. Hasil Analisis Regresi Hubungan Fosfor dengan Produksi pada Tanaman

berproduksi Sedang ... 71 14. Hasil Analisis Regresi Hubungan Fosfor dengan Produksi pada Tanaman


(15)

15. Hasil Analisis Regresi Hubungan Kalium dengan Produksi pada Tanaman berproduksi Tinggi ... 73 16. Hasil Analisis Regresi Hubungan Kalium dengan Produksi pada Tanaman

berproduksi Sedang ... 74 17. Hasil Analisis Regresi Hubungan Kalium dengan Produksi pada Tanaman

berproduksi Rendah ... 75 18. Hasil Analisis Regresi Hubungan Magnesium dengan Produksi padaTanaman

berproduksi Tinggi ... 76 19. Hasil Analisis Regresi Hubungan Magnesium dengan Produksi padaTanaman

berproduksi Sedang ... 77 20. Hasil Analisis Regresi Hubungan Magnesium dengan Produksi padaTanaman

berproduksi Rendah ... 78 21. HasilAnalisa Berganda hubungan status hara pada tanaman

BerproduksiTinggi ... 79 22. HasilAnalisa Berganda hubungan status hara pada tanaman berproduksiSedang

80

23. HasilAnalisa Berganda hubungan status hara pada tanaman berproduksiRendah 81

24. Hasil Analisis Regresi Stepwise Status hara dengan Produksi pada Tanaman berproduksi Tinggi ... 82 25. Hasil Analisis Regresi Stepwise Status hara dengan Produksi pada Tanaman

berproduksi Sedang ... 83 26. Hasil Analisis Regresi Stepwise Status hara dengan Produksi pada Tanaman

berproduksi Rendah ... 84 27. Gambar Pelaksanaan Penelitian ... 85


(16)

ABSTRAK

Erlina Mora, Kajian Status hara Tanah dan Hubungannya dengan Produksi Tanaman Salak (Salacca sumatrana) dibimbing oleh Prof.Dr.Ir. Erwin Masrul Harahap,MS dan Dr.Ir. Hamidah Hanum, MP.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi Status hara tanah Tanaman salak Padangsidimpuan berdasarkan produksi tanaman, telah dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey lapang, pengambilan sample menggunakan metode purposive sample yaitu tanaman sample dengan kapasitas berproduksi yang diklasifikasi atas tiga kategori, tanaman berproduksi Tinggi, tanaman berproduksi Sedang dan tanaman berproduksi Rendah. Pengamatan dilakukan terhadap pH-tanah, kadar N-total (%), Fosfor-tersedia (ppm), Kalium-tukar (m.e/100gr) dan Magnesium-tukar (m.e/100gr) dan bobot buah (Kg). Untuk mengetahui hubungan antar parameter dengan produksi dilakukan analisa regresi dengan metode stepwise. Berdasarkan hasil penelitian secara umum bahwa status hara tanah tanaman salak Padangsidimpuan memiliki kadar Magnesium yang rendah, Nitrogen dan Fosfor kategori sedang. Tanaman berproduksi rendah memiliki kadar Kalium dan Magnesium tanah yang rendah. Tanaman berproduksi sedang memiliki kadar Magnesium tanah yang rendah, tanaman berproduksi Tinggi memiliki kadar Fosfor dan Magnesium tanah yang rendah .Hasil Analisis Regresi menunjukkan pH, Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Magnesium tanah memiliki hubungan yang negatif dengan produksi tanaman salak . Hasil analisis stepwise menunjukkan bahwa kadar Nitrogen tanah adalah hara paling dominan mempengaruhi produksi pada tanaman salak berproduksi tinggi, Unsur Nitrogen dan Fosfor adalah hara yang paling dominan mempengaruhi produksi pada tanaman berproduksi rendah.


(17)

Abstract

Erlina Mora, Study of Nutrient Status of the Soil and Its Relation with Salak Plants Production (Salacca sumatrana) under guidance by Prof.Dr.Ir.Erwin Masrul Harahap, MS and Dr.Ir.Hamidah Hanum, MP.

This research was aimed to evaluate the nutrient status of the soil for Salak plants in Padangsidimpuan based on the productions of the plants. It was carried out from July up to September 2013.

The research was carried out using field survey method. Sample taking was done with purposive sample method, namely the sample of plants with production capacity categorized into three, such as high, medium and low production. The observation was carried out to soil-pH, N-total (%) degree, available phosphor (ppm), exchanged calium (m.e/100 gr) and exchanged Magnesium (m.e/100 gr) and weight of fruit (Kg). Regression analysis with stepwise method was done to know the relationship between the parameters with production. The results showed that generally the nutrient status of the soil for salak plants in Padangsidimpuan had low Magnesium degree, medium Nitrogen and Phospor. Low plants production had low calium and magnesium degree. Medium plants production had low magnesium degree, high plants production had low phosphor and magnesium. Regression analysis result showed that pH, nitrogen, phosphor, calium of the soil had negative relationship with salak plants production. Stepwise analysis showed that the nitrogen degree of the soil was the most dominant influencing the production of salak high plants production, Nitrogen and Phosphor degree of soil for medium and Phosphor degree of soil was most dominants high plants production.

Key words : Nutrient status of the soil, production, Padangsidimpuan Salak Plants


(18)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Diketahui volume produksi salak Indonesia berjumlah 1.080.000 ton pertahun (Badan Pusat Statistik,2012). Secara persentase± 45% dari produksi salak Indonesia dihasilkan dari salak Padangsidimpuan, yakni berjumlah 491.141 ton/tahun(Diperta Tapsel, 2011) .

Salak Padangsidimpuan tersebar diseluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Bagian Selatan. Salak ini mulai di budidayakan sejak tahun 1930, rasanya terkenal dengan rasa sepat, manis, agak asam atau perpaduan rasa manis, serta mempunyai aroma bau yang sedap. Disamping cita rasanya yang berbeda dengan salak pondoh dan salak bali juga mempunyai ciri warna, yaitu:1.Merah disebut salak narara (Salak Padangsidimpuan merah), 2. Salak nabontar (Salak Padangsidimpuan Putih) dan 3.salak Sibakua.

Salak Padang sidimpuan telah terdaftar sebagai buah unggul nasional asal Sumatra Utara. Salak merah Sidimpuan dilepas sebagai varietas unggul berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 763/kpts/ TP. kpts/ TP.240/6/99 Tertanggal 22 Juni 1999.Kemudian salak Sidimpuan putih dilepas sebagai varitas unggul dengan SK Menteri Pertanian No. 764/Kpts/T.P 240/6/99 Tertanggal 22 Juni 1999 serta salak Sibuhuan melalui SK Menteri Pertanian No.427/kpts/TP.240/7/2002. (BPS Kabupaten Tapsel,2009).

Tanaman salak cukup potensial untuk dikembangkan di Tapanuli Selatan, memiliki luas areal salak mencapai 19.155 ha dengan produksi kurang lebih 30 ton/ha (Diperta TapSel, 2011) .


(19)

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kemampuan produksi tanaman salak Padangsidimpuan tergolong tinggi. Bila dibanding dengan tanaman lain seperti kelapa sawit yang berproduksi hanya 20 ton/ha /tahun yang berarti menghasilkan 20 juta rupiah/tahun. Sedangkan pendapatan yang diperoleh petani dari salak dapat mencapai 90 juta rupiah per tahun.

Akan tetapi dari hasil wawancara dengan petani salak, produksi salak , diperoleh kurang lebih 10 ton/ha setiap tahun. Panen dilakukan sekali 2 minggu selama musim panen. Produksi salak tersebut menurut petani sudah menurun lebih separuh dibanding produksi tahun-tahun sebelumnya. Sehingga penurunan produksi salak tersebut menyebabkan ada kecendrungan mengkonversi tanaman salak dengan tanaman lain seperti karet atau coklat.

Sebelumnyadiperoleh informasi bahwa produktivitas salak padangsidimpuan diperoleh 17.001.23 ton/ha/tahun (Pemkab Tapsel, 2012).

Pada umumnya budidaya tanaman salak Padangsidimpuan dari dahulu sampai sekarang ditanam masih mengikuti tehnik budidaya tradisi terdahulu dimana tanaman ditanam tidak pernah melakukan pemupukan.

Kadangkala manusia menggunakan lahan kurang memperhatikan daya dukung dan kemampuan tanah serta tidak mempertahankan kaedah-kaedah konservasi tanah, ditambah lagi dengan tidak adanya penambahan input luar sebagai pengganti hara terangkut panen atau produksi yang terus menerus keluar dari lahan tersebut. Hal ini menyebabkan rendahnya produktivitas tanah dengan penurunan volume produksi. Sementara prinsip mempertahankan produktivitas tanah adalah mengganti atau mengembalikan hara terangkut dari tanah salah satunya melalui pemupukan.


(20)

Kemampuan tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman merupakan faktor utama dalam pertumbuhan dan produksi tanaman(Soepardi, 2001). Pertumbuhan tanaman yang normal memerlukan unsur hara tertentu dan harus berada dalam jumlah dan dalam konsentrasi yangoptimum serta memiliki keseimbangan tertentu di dalam tanah.

Untuk meningkatkan produksi tanaman salak dipandang perlu untuk melakukan pemupukan. Oleh karena itu diperlukan suatu perhitungan kebutuhan pupuk untukrekomendasi pemupukan yang baik. Untuk menyusun suatu rekomendasi pemupukan salak diperlukan data status hara tanah yang ideal untuk tanaman salak berproduksi tinggi.

Sampai saat ini belum ada data yang bisa digunakan sebagai acuan dalam menyusun rekomendasi pemupukan. Sebagai langkah pertama dilakukan adalah mengevaluasi status hara tanah pada tanaman salak berproduksi tinggi, sedang dan rendah, untuk mengetahui data status hara yang ideal untuk tanaman salak berproduksi tinggi.

1.2.Perumusan Masalah

Pada umumnya tehnologi bercocok tanam petani salak Padangsidimpuan merupakan tehnologi turun temurun. Dari sejak awal tanaman ditanam sampai saat ini tidak ada perubahan tehnologi bercocok tanam,tetap seperti yang dilakukan oleh petani awalnya dimana tanaman ditanam tidak pernah melakukan pemupukan. Ternyata pada saat ini terjadi keluhan para petani bahwa produksi salaknya sudah menurun lebih dari separuh dibandingkan dengan produksi yang diperoleh para pendahulu


(21)

mereka.Hasil survey dan wawancara dengan petani , produksi salak kurang lebih 10 ton/ha/tahun.

Teknologi bercocok tanam yang mereka pakai dari awal sampai saat ini tidak berubah, hal ini berarti bahwa bukan karena teknologi bercocok tanamnya yang mengakibatkan penurunan produksi terjadi, akan tetapi ada faktor lain yang mempengaruhinya.

Secara teoritis setiap tanaman membutuhkan hara Nitrogen (N), Fosfor (P),Kalium dan Magnesium (Mg), untuk dapat berproduksi dengan baik. Dahulunya produksi salak tinggi diduga karena ketersediaan Nitrogen, Posphor, Kalium,Magnesium tersebut memadai untuk produksi tinggi, sedangkan sekarang mineral-mineral tanah berangsur-angsur habis sehingga produksi unsur hara N,P,K dan Mg secara alamiah sudah tidak memadai lagi untuk produksi salak yang tinggi. Untuk hal itu perlu mengkaji status unsur hara N,P, K, Mg tanah pada tanaman salak produksi rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengetahui hubungan antara status hara dengan produksi.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan data dasar (base data) status hara Nitrogen(N), Fosfor (P), Kalium (K), dan Magnesium (Mg) tanah pada tanaman salak berproduksi rendah, sedang dan tinggi.

2. Untuk mengetahui hubungan antara kadar hara N,P,K, Mg tanah dengan produksi pada tanaman berproduksi rendah, sedang dan tinggi.

3. Untuk mengetahui factor yang paling dominan mempengaruhi produksi salak.


(22)

1.4. Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan status hara tanah tanaman salak berproduksi tinggi, sedang dan rendah.

2. Ada hubungan antara kadar hara N,P,K dan Mg tanah dengan produksi salak.

3. Ada faktor yang paling dominan mempengaruhi produksi salak

1.5. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang status hara tanah dan hubungannya dengan produksi tanaman salak Padangdidimpuan untuk dapat menjadi dasar menyusun suatu rekomendasi pemupukan pada tanaman salak Padangsidimpuan nantinya.

2. Sebagai sumber bahan penulisan tesis untuk menyelesaikan studi dan memperolehgelar Magister Pertanian pada Program Studi Agroekotehnologi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara .


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuh Salak Padangsidimpuan

Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan dan produksi tanaman salak antara lain : faktor iklim, tinggi rendahnya letak geografis, kesuburan tanah dan faktor biotik. Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan tanaman salak adalah curah hujan rata-rata perbulan 200 – 400 mm perbulan. Tanaman salak akan sulit tumbuh pada daerah yang mengalami musim kering terlalu lama.

a. Iklim

Ketinggian tanah (topografi) yang sesuai untuk tanaman salak 0 – 700 meter diatas permukaan laut. Yang termasuk baik berkisar antara 1-1400 m diatas permukaan laut. Batas toleransi ketinggian yang masih memungkinkan adalah 900 m diatas permukaan laut. Bila sudah lebih dari 900 m pohon salak sulit berbuah (Nazaruddin dan Kristiawati, 1992).

Iklim Padangsidimpuan berdasarkan ketinggian tempat (Altitude) adalah dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 500 meter dari permukaan laut dengan rata-rata temperatur 280 C dengan suhu maksimum 330 C dan suhu minimum 120 C di daerah Pegunungan.

Tanaman salak sesuai ditanaman di daerah berzona iklim Aa, bcd,Babc dan Cbc. A: berarti bulan basah tinggi (11 – 12 bulan / tahun ), B: 8 – 10 bulan/tahun dan C : 5 – 7 bulan /tahun curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah,serta membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban tinggi. Tanaman salak tidak tahan sinar matahari penuh ( 100%), tetapi cukup 50 sampai 70 %


(24)

karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh (Shade Plant) (Tim Karya Tani Mandiri,2010).

Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan salak Padangsidimpuan di desa Sigumuru dan desa Lobulayan pada kemiringan 0 – 20 % tergolong kelas S3karena memiliki 2 faktor pembatas sedang dan beberapa faktor pembatas ringan. Faktor pembatas dominan dengan intensitas sedang (moderate). Curah hujan rataan pertahun melebihi 3000 mm (3431 mm/tahun) dan kejenuhan basa sangat rendah di bawah 20 % ( Lubis, 2011).

b. Tanah

Tanaman Salak menyukai tanah yang subur,gembur, dapat menyimpan air,tidak tergenang dan mengandung beberapa unsur hara penting. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi (Siregar,2010).Namun salak tidak tahan dengan genangan air (Tim Karya TaniMandiri,2010).

Tanah yang secara alamiah yang masih kaya unsur hara sangat baik untuk dijadikan lahan salak. Warna tanah biasanya kehitaman karena humus tanah masih banyak. Lahan yang kurang baikpun sebenarnya dapat ditanami salak. Penambahan pupuk organik seperti kompos, OST, pupuk kandang dan sebagainya akan membantu memperbaiki struktur tanah menjadi gembur. Sedangkan hara yang kurang dapat ditambah pupuk anorganik yang mengandung unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk organik. Tanah yang netral, tidak basa, bagus untuk tanaman salak. Umumnya pH tanah yang diinginkan sekitar 6,0-7,0. Walaupun begitu, salak masih mempunyai toleransi terhadap tanah yang agak asam dan basa. Salak masih toleran tumbuh pada skala pH tanah 4,5-5,5, atau keasaman sedang. Juga masih toleran pada pH tanah 7,5-8,5 atau agak basa(Nazaruddin dan Kristiawati, 1992).


(25)

Dari hasil pengamatan dan analisa tanah yang dilakukan diperoleh data tanah pada desa Lobulayan tergolong Greatgroup Dystrandept. Dystrandept yaitu Inceptisol yang masih mempunyai sifat andik ( Lubis, 2011).

2.2. Budidaya a. Pembibitan

Salah satu factor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan memberikan hasil yang tidak diinginkan sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapat berasal dari biji generatif atau dari anakan (vegetatif). Pembibitan secara generative mempunyai sifat-sifat baik yaitu cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan (Hendro, 1998).

Hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan bibit dari biji adalah sebagai berikut:

a. Biji berasal dari buah yang tua (masak) di pohon

b. Biji dipilih dari buah berukuran besar, berdaging tebal,manis,dan mempunyai sifat-sifat unggul lainnya.

c. Biji dipilih dari buah yang berbiji tiga butir, karena peluang untuk mendapatkan tanaman salak betina lebih besar daripada buah salak berbiji satu atau dua (Nazaruddin dan Kritiawati, 1992).


(26)

b. Penanaman

Agar tanaman salak tumbuh dengan baik dibutuhkan naungan yang cukup rimbun pada masa awal pertumbuhannya. Jika ingin menanam salak harus menyiapkan naungan tersebut terlebih dahulu. Bibit ditanam dengan jarak tanam 2 m x 2 m, atau 2,5 m x 2,5 m.Apabila kita ingin menanam salak di lereng pegunungan atau bukit, dapat menggunakan jarak tanam yang lebih rapat yaitu 2 x 2 m atau kalau masih mungkin 1,5 x 1,5 m. Tanah yang miring biasanya memiliki permukaan yang lebih luas sehingga jarak tanam rapat terhitung efektif ( Nazaruddin dan Kristiawati, 1992).

c. Pemupukan dan Pemeliharaan

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tanaman salak perlu dipupuk secara rutin. Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang dan pupuk buatan . Pupuk ini biasanya diberikan dua kali setahun atau setiap selesai panen. Pemberian pupuk organic secara tunggal bertujuan untuk menekan harga produksi dan menghilangkan ketergantungan pada pupuk kimia. Hal itu karena tanaman yang biasa dipupuk dengan pupuk buatan akan mengalami perubahan ukuran buah jika sewaktu-waktu dihentikan. Keuntungan lainnya salak yang dihasilkan merupakan salak organik yang bebas bahan kimia. Namun untuk memberikan hasil buah yang maksimal, tanaman juga perlu diberi pupuk kimia. Pupuk kimia ini paling tidak harus mengandung unsur N,P dan K secara seimbang. Pupuk kimia yang diberikan bisa berupa pupuk NPK 15:15:15 atau campuran antara pupuk urea, TSP dan KCl (Astuti, 2007)

d. Pemangkasan

Daun-daun yang sudah tua serta tidak bermamfaat sebaiknya dipangkas. Begitu juga daun yang yang terlalu rimbun atau rusak karena diserang hama . Bila tunas-tunas tumbuh terlalu banyak,sebaiknya dijarangkan terutama mendekati saat-saat tanaman


(27)

berbuah. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak hanya ke daun atau bagian vegetatif saja melainkan juga ke bunga, buah atau bagian generatif secara seimbang. Pemangkasan dilakukan setiap dua bulan sekali. Akan tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering yaitu sebulan sekali.( Nazaruddin dan Kristiawati, 1992)

e. Penyerbukan

Secara alami penyerbukan pada tanaman salak dapat terjadi dengan bantuan angin atau serangga . Asalkan syaratnya terpenuhi, yaitu dalam satu kebun terdapat pohon salak jantan dan betina dengan perbandingan yang pas. Campur tangan manusia diperlukan untuk melancarkan penyerbukan sehingga salak menghasilkan buah seoptimal mungkin. Penyerbukan yang dilakukan oleh manusia lebih bagus baik secara kwalitas maupun kwantitas (Nazaruddin dan Kritiawati,1992)

f. Panen

Pada umumnya buah salak dapat dipanen pada saat umur buah mencapai 6 – 7 bulan sejak hari penyerbukan. Buah yang dipetik pada umur tersebut sudah masak, rasanya manis,beraroma salak, dan masir. Dalam satu tandan, masaknya buah salak tidak seragam. Umumnya yang masak terlebih dahulu adalah buah di bagian ujung. Oleh karena itu, pemetikan buah salak dilakukan secara berkala, dipilih salak yang sudah masak. Sisa buah dalam tandan tersebut dipanen hari berikutnya setelah buah tersebut masak (Nazaruddin dan Kristiawati, 1992)

Dalam budidaya tanaman salak hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar,sedang masa panennya terdapat empat musim :

1.Panen raya pada bulan November,Desember dan Januari 2.Panen sedang pada bulan Mei,Juni dan juli


(28)

3.Panen kecil pada bulan pebruari,Maret,dan April

4.Masa kosong/istirahat pada bulan Agustus,September dan Oktober (Siregar, 2010).

2.3. Hubungan Status hara dalam tanah terhadap Produksi Tanaman Salak

Secara umum pertumbuhan dan hasil tanaman ditentukan oleh status hara dan lingkungan komoditas itu dikembangkan (Efendi, 2011). Tanah dinyatakan subur bila dapat menyediakan hara dalam jumlah cukup dan seimbang serta mempunyai aerasi optimum ( Jumin, 2002).

Kesuburan tanah sebagai status hara tanah menunjukkan kapasitas untuk memasok unsur-unsur esensial dalam jumlah yang mencukupi untuk pertumbuhan tanaman tanpa adanya konsentrasi racun dari unsur manapun. Tanah yang subur mempunyaikemampuan memasok unsur hara dalam jumlah yang cukup dan berimbang kepada tanaman. Sehingga tanaman tumbuh sehat dan berproduksi dengan potensinya ( Munawar,2011 ).

Unsur hara diperoleh dan disediakan oleh media tumbuhnya berupa tanah namun sayangnya unsur hara di dalam tanah tidak selamanya sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tanaman (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : kecepatan pelapukan mineral, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang hidup diatasnya. Dan laju pencucian oleh air hujan. Jika laju pencucian unsur sangat besar dan intensitas pelapukan rendah, maka kehilangan unsur hara lebih besar dibandingkan dengan pengambilan unsur hara oleh tanaman. Ini berarti proses pemiskinan tanah(Rosmarkam, 2002).

Status hara tanah dibuat didasarkan kriteria : sangat rendah, sedang,tinggi dan sangat tinggi. Status hara tanah dapat dikelompokkan seperti tabel berikut:


(29)

Tabel 1. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Hardjowigeno,1995) Sifat tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat Tinggi c-organik(%) < 1,0 1,0 - 2,0 2,1 - 3,0 3,1 - 5,0 >5,0 Nitrogen(%) < 0,1 0,1 - 2,0 0,21 - 0,50 0,51 -

0,75 >0,75

C/N <5 5 – 10 11 – 15 16 - 25 >25

P2O5 HCL

(me/100 g) <10 10 – 20 21 – 40 41 - 60 >60 P2O5 Bray II (ppm) <10 10 – 15 16 – 25 26 - 35 >35 P2O5 Olsen (ppm) <10 10 – 25 26 – 45 46 - 60 >60

K2O HCI 25%

(me/100 g) <10 10 – 20 21 – 40 41 - 60 >60 KTK (me/100 g) <5 5 – 16 17 – 24 25 - 40 >40 K-dd (me/100 g) <0,1 0,1 - 0,2 0,3 - 0,5 0,6 - 1,0 >10 Na (me/100 g) <0,1 0,1 - 0,3 0,4 - 0,7 0,8 - 1,0 >10 Mg (me/100 g) <0,4 0,4 - 1,0 1,1 - 2,0 2,1 - 8,0 >8,0 Ca (me/100 g) <0,2 2 – 5 6 – 10 11 - 20 >20 Kejenuhan Basa (%) <20 20 – 35 36 – 50 51 - 70 >70 Aluminium (%) <10 10 – 20 21 – 30 31 - 60 >60

Sangat

Masam Masam

Agak

Masam Netral

Agak

Alkalis Alkalis

pH-H2O

<4,5 4,5 - 5,5 5,6 - 6,5 6,6 - 7,5 7,6 - 8,5 >8,5

2.4. Fungsi dan Peranan Hara dalam Pertumbuhan dan Produksi TanamanSalak

a. Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang diperlukan untuk membentuk senyawa penting di dalam sel, termasuk protein, DNA dan RNA. Tanaman harus mengekstraksi kebutuhan nitrogennya dari dalam tanah. Sumber nitrogen yang terdapat dalam tanah, makin lama makin tidak mencukupi kebutuhan tanaman sehingga perlu diberikan pupuk sintetik yang merupakan sumber nitrogen untuk mempertinggi produksi (Suharno dkk, 2007).

Nitrogen (N) merupakan bagian dari semua sel hidup. Didalam tanaman N berfungsi sebagai komponen utama protein hormon. Klorofil,vitamin dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Ia menyusun 40% -50% bobot kering protoplasma, bahan sel hidup. Oleh karena itu N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman. AmetabolismeN merupakan faktor utama pertumbuhan


(30)

vegetatif batang dan daun. Tanaman yang mendapat pasokan N cukup, pertumbuhan vegetatifnya baik dengan ciri warna hijau tua, tetapi pasokan yang terlalu banyak dapat menunda pembungaan dan pembentukan buah. Sebaliknya kekurangan pasokan N menyebabkan daun menguning, pertumbuhan kerdil dan gagal panen (Munawar, 2011).

Keberadaan unsur nitrogen sangat penting terutama kaitannya dengan pembentukan klorofil. Klorofil dinilai sebagai “mesin” tumbuhan karena mampu mensintesis karbohidrat yang akan menunjang pertumbuhan tanaman. Keberadaan nitrogen dalam struktur tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama ketersediaan air. Untuk membentuk klorofil dibutuhkan ATP (energi ) yang cukup tinggi untuk asssimilasi CO2 juga diperlukan enzim yang sebagian besar berupa protein (Suharno dkk,2007)

Zat lemas diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3-, dan NH4+, protoplasma yang terdiri dari kira-kira 25% bahan kering dengan komposisi 50% zat putih telur dan 5-10% lipida dan persenyawaan lainnya yang mengandung N. Kadar zat lemas dari protoplasma kira-kira antara 2 -2,5 %. Dengan adanya pemungutan hasil tanaman secara besar-besaran maka banyak sekali zat yang hilang (Utami, 2005).

Apabila akar tanaman tidak dapat mengambil N cukup untuk pertumbuhannya maka senyawa N di dalam daun-daun yang tua menjalani proses autolysis. Dalam hal ini protein dirobah menjadi bentuk yang larut dan ditranslokasi ke bagian-bagian yang muda dimana jaringan meristemnya masih aktif. Pada keadaan N yang rendah sekali , daun akan menjadi coklat dan mati. Untuk jenis rumput-rumputan ujung-ujung daun tua mula-mula akan mengering seperti terbakar dan menjalar ke seluruh daun melalui ibu tulang daun melebar kesamping sehingga memberikan bentuk V (Effendi, 1976).


(31)

Apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen , karbohidrat hasil assimilasi akan disimpan dalam jaringan tanaman. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsure lain. Pembentukan senyawa N organic tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K ( Rosmarkam, 2002).

b. Fosfor

Fosfor merupakan komponen penting penyusun senyawa Adenosin Triposfat (ATP) yang berperan sebagai sumber energi pada reaksi gelap fotosintesis dan nukleoprotein, sistem informasi genetic(Deoxiribonucleic acid dan Ribonucleic acid),membran sel (fospolipid) dan fosfoprotein (Suntoro,2002) .Fosfor mempunyai peranan penting dalam metabolisme energi. Ia di inkoporasikan dalam adenosin trifospat, ATP yang merupakan bagian dan paket dari “energi umum” semua sel hidup dari species apapun. Fospor dijumpai juga sebagai fosfolipida termasuk yang terdapat dalam selaput sel,dalam fosfat-gula berbagai nukleotida dan ko-enzim (Supardi Guswono, 1983).

Fosfor adalah unsur hara penyusun beberapa senyawa kunci dan sebagai katalis reaksi-reaksi biokimia penting di dalam tanaman. Fospor berperan dalam menangkap dan mengubah energi matahari menjadi senyawa-senyawa yang sangat berguna bagi tanaman. Peran penting P di dalam nutrisi tanaman agar tanaman dapat tumbuh,berkembang dan berproduksi dengan normal.

Fosfor termasuk anasir hara esensial bagi tanaman dengan fungsi sebagai pemindah energy sampai segi-segi gen, yang tidak dapat digantikan hara


(32)

lain.Ketidakcukupan pasok P menjadikan tanaman tidak tumbuh maksimal atau potensi hasilnya tidak maksimal atau tidak mampu melengkapi proses reproduktif normal. Peranan P dalam penyimpanan dan pemindahan energy tampaknya merupakan fungsi terpenting karena hal ini meempengaruhi berbagai proses lain dalam tanaman. Kehadiran P dibutuhkan untuk reaksi biokimiawi penting seperti ; pemindahan ion, kerja osmotic, reaksi fotosintesis dan glikolisis ( Mas’ud, 1992).

Indranada (1986) menyatakan penyediaan fosfor yang tidak memadai akan menyebabkan laju respirasi menurun. Bila respirasi terhambat, pigmen ungu (antosianin) berkembang dan memberi ciri defisiensi fosfor.

Meskipun perannnya begitu penting untuk tanaman,jumlah yang dipasok oleh tanah pada umumnya terbatas. Kandungan P dalam tanah sendiri sangat beragam,yaitu antara 0,02% sampai 5%,dengan rata 0,05%. Jumlah P pada tanah lapisan atas rata-rata 1000 kg P/ha,tidak begitu besar dibandingkan dengan jumlah yang diangkut tanaman sejumlah 4-40 Kg/hektar setiap tahun hal ini sebagian besar fraksi P dalam bentuk mineral atau senyawa yang tidak mudah di manfaatkan oleh tanaman (Munawar, 2011).

c. Kalium

Kalim adalah unsure hara penting yang dibutuhkan setelah nitrogen dan Fosfor. Fungsi Kalium sangat penting dalam proses fisiologi tanaman, berperan sebagai aktivator enzim esensial dalam reaksi-reaksi metabolism dan enzim yang terlibat dl sintesis pati dan protein, berperan mengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutupnya stomata (Lakitan, 1995).


(33)

Bentuk Kalium tersedia dalam tanah untuk diserap tanaman adalah K dapat di tukar ( Kdd) dan K larutan (K+) serta sebagian kecil K tidak dapat ditukar. Tanaman menyerap K dari tanah dalam bentuk K+ (Silahooy, 2008).

Peran utama K dalam tanaman adalah sebagai aktivator enzim. Kaliummenjamin ketegaran tanaman dan merangsang pertumbuhan akar. Kaliumdiperlukan dalam pembentukan karbohidrat dan translokasi gula (Soepardi, 1983).

Kalium di dalam tanaman dan P saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transfortasi yang membawa dari akar termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi assimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman, kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat transportasi dalam tanaman oleh karena itu agar proses transpostasi unsur hara maupun assimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam anaman harus optimal ( Taufik, 2002)

Bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium atau K adalah unsur hara esensial primer bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya, kecuali N. Meskipun kandungan K di dalam tanah biasanya beberapa kali lebih tinggi dari pada yang di serap oleh tanaman selama musim tanam, sering kali hanya sebagian kecil K tanah yang tersedia bagi tanaman. Kandungan K di dalam tanah beragam, mulai dari 0,1% - 3%, dengan rata-rata 1 % K tetapi sebagian besar (98%) K tanah terikat dalam bentuk mineral, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Bahkan banyak tanah yang mengandung sejumlah K total besar masih tanggap terhadap pemberian pupuk. Didalam tanah, interaksi K dan mineral tanah sangat menentukan ketersediaan K bagi tanaman (Munawar, 2011).

Perimbangan Kalium, Calcium dan Magnesium dalam tanah yang tidak baik menjadi faktor pembatas yang serius bagi tercapainya produktivitas kelapa sawit yang


(34)

tinggi. K+, Ca2++, dan Mg2+, cendrung antagonis satu sama lain sehingga dibutuhkan perimbangan hara tertentu untuk meminimalkan sifat antagonisme tersebut (Sugiyono , 1998).

Kebanyakan tanaman yang kekurangan Kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga mudah roboh. Turgor tanaman berkurang sel menjadi lemah , daun tanaman menjadi kering, ujung daun berwarna cokelat atau adanya noda-noda berwarna cokelat (nekrosis). Kalau kekurangan Kalium berlangsung terus, maka nekrosis ini menjadi jaringan yang kering dan mati, kemudian lepas dan daun menjadi berlubang. Kekurangan hara Kalium menyebabkan produksi merosot, walaupun sering tidak menampakkan gejala defisiensi. Kejadian disebut lapar tersembunyi (hiden hunger) (Tisdale, 1985). Kekurangan Kalium menyebabkan kadar karbohidrat berkurang dan rasa manis buah-buahan sering berkurang(Rosmarkam, 2002).

d. Magnesium

Hara makro magnesium (Mg) merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan tanaman dalam pembentukan hijau daun (klorofil) dan sebagai co-faktor hampir pada seluruh enzim dalam proses metabolisme seperti pada proses fotosintesa, pembentukan sel, pembentukan protein, pembentukan pati, transfer energi .

Magnesium memegang peranan di dalam pertukaran zat pospat,ikut serta mempengaruhi proses pernafasan dan mengaktifkan enzim-enzim transposporilase, dehidrogenisasi dan karboksilasi (Dwidjoseputro, 1984).

Magnesium diserap dalam bentuk Mg++ ,termasuk unsur yang tidak mobil dalam tanah. Mg merupakan salah satu bagian enzim yang disebutOrganic pyrophosphatdan Carboxy peptisida. Kadar Mg di dalam bagian – bagian vegetatif dapat dikatakan rendah


(35)

daripada kadar Ca, akan tetapi di dalam bagian generatif malah sebaliknya Mg banyak terdapat dalam buah.

Tanaman kahat Mg berwarna pucat, dengan klorosisantar-tulang daun yang awalnya pada daun tuaberwarna kuning kemerahan, kemudian pada daunmuda ketika kahat Mg makin parah . Warna hijau terlihat seperti untaian manik-manikbila dibandingkan dengan kahat K, garis-garis hijaudan kuning sejajar pada daun. Dalam kasus yang parah,klorosis berkembang menjadi kekuningan dan akhirnyanekrosis pada daun tua (T.H. Fairhaust, 2007).

Menurut munawar (2011), magnesium tanah berasal dari komposisi batuan yang mengandung mineral biotit, dolomit, hornblende, serpentin, epsomit, dan olivin. Kandungan magnesium di dalam tanah beragam tergantung pada jenis tanahnya. Pada umumnya kandungan Mg berkisar 0.05% di tanah-tanah berpasir atau telah mengalami pelindian dan pelapukan lanjut, dan 0.5% pada tanah-tanah berstrektur liat pada daerah cekungan/depresi. Seperti halnya Ca, bentuk Mg di dalam tanah menjadi beberapa bentuk yaitu mg larut air, mg dapat ditukar (mg-dd) dan mg tidak dapat ditukar. ketiga mg tersebut saling berkeseimbangan.

e. pH

pH didefenisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup nilai nol (0) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral di bawah pH 7 dikatakan asam, sedangkan diatas 7 dikatakan basa. Asam menurut teori adalah suatu bahan yang cendrung memberi proton (H+) kebeberapa senyawa lain, demikian sebaliknya apabila basa adalah suatu bahan yang cendrung menerimanya.

Reaksi asam, netral atau basa dinyatakan dengan pH, yang menunjukkan konsentrasi ion hydrogen (H+), pH adalah log negatif H+ (-log H+),Air (H2O)


(36)

dinyatakan netral, karena mempunyai H dan OH yang sama, yaitu 0,0000001 mole/ liter. pH tanah merupakan salah satu faktor penting, karena pH mempengaruhi sifat tanah, proses kemis, fisis, dan biologis dalam tanah. Pengaruh pH terhadap sifat tanah dan proses yang terjadi di dalamnya berhubungan dengan ketersediaan nutrient mineral dalam tanah (Purnomo, 2001)

Pengaruh utama pH didalam tanah adalah ketersediaan dan sifat meracun unsur seperti Fe (besi), al (almunioum), mn ( mangan), b ( boron), Cu (seng). Didalam tanah pH sangat penting dalam menentukan aktivitas dan dominasi mikro organisme dalam hubungannya dengan proses-proses yang sangat erat hubungannya dengan mikro organisme seperti siklus hara (nitrifikasi, denitrifikasi) penyakit tanaman, dekomposisi dan sintesis senyawa kimia organik dan transfer gas ke atmosfir.

Ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanah bagi tanaman sangat ditentukan oleh pH. Seperti unsur N pada pH 5.5 – 8.5, P pada pH 5.5 – 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 – 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah( Lugman, 2012).

Dibidang pertanian pengukuran pH tanah juga digunakan untuk memonitor pengaruh praktek pengolahan pertanian terhadap efesiensi penggunaan N dan hubungannya dengan dampak lingkungan.pH tanah menunjukkan derajat kemasaman tanah atau keseimbangan antara konsentrasi H+ dan OH- dalam larutan tanah, dimana dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Apabila konsentrasi H+ dalam larutan tanah lebih banyak dari OH- maka suasana larutan tanah menjadi asam.

2. Apabila konsentrasi OH- lebih banyak dari pada konsentasi H+ maka suasana tanah menjadi basa.


(37)

3. pH tanah sangat menentukan pertumbuhan tanaman, pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman adalah antara 5,6-6,0.

Jika pH tanah lebih rendah dari 5,6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen, bila pH lebih rendah dari 4,0 pada umumnya terjadi kenaikan Al 3+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.

Menurut Munawar (2011) banyak unsur di dalam tanah mengalami perubahan bentuk akibat perubahan reaksi di dalam tanah. Hal ini terkait dengan perubahan tingkatkelarutan senyawa dengan unsur-unsur tersebut di dalam tanah dengan pHlingkungan. Oleh karena itu pH tanah bertanggung jawab terhadap ketersediaan hara bagi tanaman.


(38)

III. METODE PENELITIAN

a. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di desa Lobulayan di kecamatan Angkola Barat Kota padangsidimpuan. Secara umum kebun ini jenis tanahnya adalah Inceptisol dengan great group Dysirandept, yaitu inceptisol yang masih mempunyai sifat Andik (Puslitnak, 1993). Adapun ketinggian tempatnya lebih kurang 678 mdpl. Dengan curah hujan 3027 mm /tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 125 hari/tahun.

Pengambilan sampel tanah untuk menganalisis sifat kimia atau status hara tanah danproduksi tanaman dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai selesai. Analisis sifat kimia dan unsur hara tanah akan dilakukan di laboratorium Ilmu tanah Fakultas Pertanian USU Medan. Data sekunder juga diperlukan seperti data iklim dan lainnnya yang berkaitan dengan lingkungan hidup tempat tumbuh tanaman salak akan diambil dari Dinas Pertanian Pemerintah daerah setempat.

b. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 tanaman sampel dan tanah tempat tumbuh tanaman salak yang diambil dari 10 lokasi. Setiap lokasi dipilih 3 pohon sampel yakni:

1. Tanaman berproduksi tinggi 2. Tanaman beproduksi sedang 3. Tanaman berpoduksi Rendah .

Tanah diambil pada setiap pohon sampel dengan cara komposit dengan kedalaman0-20cm untuk masing-masing rumpun tanaman salak selanjutnya sampel tanah dianalisis sifat kimianya di laboratorium. Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel tanah ini meliputi alat-alat di lapangan seperti:


(39)

1.Alat / bahan analisa di laboratorium 2.Cangkul,

3. Bor belgie, 4.Sekop, 5.Pisau, 6.Timbangan, 7.Meteran,

8.Kantong plastik, dan lain-lain

3.3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey dan wawancara yang dilakukan di 10 lokasipertanaman salak Padangsidimpuan, dilakukan dengan identifikasitanaman berproduksi tinggi, sedang dan rendah pada lahan tanaman salak usia produktif. Kemudian sampel tanah diambil pada setiap tanaman sampel dibawa ke laboratorium untuk dianalisa hara N, P, K dan Mg nya. Data produksi diambil dilapangan secara langsung sesuai tingkat produksi tanaman sampel.

Jumlah tanaman sampel dalam penelitian ini ada 30 sampel tanaman salak yang terdiri dari 10 sampel tanaman produksi tinggi,10 sampel tanaman produksi sedang dan 10 sampel tanaman produksi rendah.

Data produksi diambil selama 3 bulan kemudianditabulasi berdasarkan Kriteria Penilaian hara tanahsesuai parameter yang sudah ditentukan guna mendapatkan hubungan produksi dengan masing-masing parameter yang diteliti. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis RegresiBerganda sesuai model linier berikut : Y = a + b1X1+ b2X2 + ... +bnXn,


(40)

Y = Produksi Salak a = Intercep

X1 = pH X2 = Unsur N X3 = Unsur P X4 = Unsur K X5 = Unsur Mg

b1,b2,b3,b4,, =Koefisien regresi

Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mencari hubungan antara peubahbebas terhadap peubah tak bebas yang dinyatakan dalam persentase (Ahmad etal,2006). Kemudian akan dilanjutkan dengan Uji Signifikasi dari koefisien Korelasi (R2) dan uji Stepwise untuk mengetahui factor yang paling dominan.

a.Pelaksanaan Penelitian

Pengamatan dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan wawancara dan survey dengan petani pemilik untuk mengidentifikasi dan mendapatkan informasi tanaman yang berproduksi Rendah, Sedang dan Tinggi untuk menentukan sampel yang dipilih di sepuluh lokasi perkebunan salak di Desa Lobulayan di Kecamatan Angkola Barat daerah Kota Padangsidimpuan. Kriteria Produksi tanaman salak ditentukan dengan menimbang buah yang sudah masak dari tanaman sampel setiap kali waktu panen. Untuk produksi tinggi ditentukan dengan kode PT1, untuk produksi sedang diberi kode PT2 , dan untuk produksi rendah diberi kode PT3.

Penentuan tanaman sampel menggunakan metode purposive sampel berjumlah 30 tanaman sampel, yaitu dengan menentukan 3 tanaman sampel yakni 1 tanaman berproduksi tinggi (PT1), 1 tanaman berproduksi sedang (PT2) dan 1 tanaman


(41)

berproduksi rendah (PT3).Pengambilan sampel tanah dilakukan secara komposit dari lapisan olah kedalaman 0-20 cm dilima titik yang berjauhan dengan jarak 1 meter dari pohonpada setiap tanah rumpun tanamansampel dengan umur produktif untuk di analisa hara N,P,K dan Mg nya di laboratorium. Untuk mengambil sample tanah menggunakan bor belgie,pada setiap rumpun tanaman sampel. Penentuan titik-titik pengambilan tanah sampel tanaman salak berdasarkan kriteria produksi tanaman sampel di lapangan. Kemudian masing-masing kelompok beracuan pada table kriteria penilaian hara tanah sesuai kriteria penilaian sifat kimia tanah. Untuk setiap jenis Variable amatan diambil sebayak 30 sampel tanah tanaman salak.

b. Parameter Penelitian

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Kimia Tanah terdiri dari :

1. N- Total tanah 2. P -Tersedia

3. Kation Tukar tanah (Mg dan K) 4. Data Produksi (Kg)

c. Analisis Hara Tanah tanaman salak

Analisa terhadap hara tanah tanaman salak dengan Peubah amatan sifat kimia tanah yaitu: N-total, P-tersedia, Kation tukar tanah (Mg dan K) tanah yang diuraikan pada tabel 2. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Tabel 2. Variabel dan metode analisis dari sifat kimia tanah yang digunakan untuk masing-masing peubah amatan


(42)

PEUBAH AMATAN METODE ANALISIS Sifat kimia tanah

pH : Elektrometri N- total (%) : Kyedahl P- tersedia (ppm) : Bray II Kation tukar tanah (Mg dan K) : NH4Oac

Setelah diperoleh hasil analisa hara tanah maka dibadingkan dengan Indeks hara sesuai Kriteria penilaian sifat kimia tanah,dan selanjutnya dilakukan Analisa Regresi terhadap data hasil analisa tanah masing-masing kelompok tanaman sampel.

d. Analisa Produksi

Pengamatan produksi tanaman dilakukan dengan cara menimbang produksi tanaman sampel setiap waktu panen selama 3 bulan sesuai menurut kriteria tingkat produksi masing-masing kelompok tanaman sampel. Hasil pengamatan ditabulasi berdasarkan masing-masing kriteria produksi tanaman sampel untuk mendapatkan nilai rataan. Data produksi tanaman salak akan disajikan dalam bentuk tabel. Data produksi akan dihubungkan dengan kadar hara tanah dengan analisis Regresi linier Berganda.


(43)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik Status Hara N, P, K dan Mg tanah tanaman Salak.

Berdasarkan hasil survey dan analisis laboratorium nilai pengamatan untuk setiap parameter hara tanah dan produksi tanaman salak dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari hasil pengamatan tersebut diketahui status hara tanah dan produksi tanaman salak dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Hasil pengamatan status hara tanah dan Produksi pada tanamanSalak

KADAR HARA TANAH PRODUKSI

Sampel pH N P K Mg

(H2O) (%) (ppm) (me/100) (me/100) (Kg/Phn) PT1 6,302 0,21(S) 14,47 (R) 0,32 (S) 0,53 (R) 17,1096

PT2 6,032 0,23(S) 16,23 (S) 0,37 (S) 0,53 (R) 12,468

PT3 6,078 0.21 (S) 17,08 (S) 0.20(R) 0,53 (R) 6,6884 Ket : PT1:Tan.berproduksi Tinggi,PT2:Tan.berproduksi Sedang,PT3: Tan berproduksi Rendah, R :

Rendah, S : Sedang

Dari Tabel 3diketahui pH tanah , kadar Nitrogen dan Magnesium tanah pada tanaman berproduksi Tinggi, Sedang dan Rendah tidak memiliki perbedaan yang nyata, kecuali kadar Fosfor dan Kalium tanah. Kadar Fosfor terendah diperoleh pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1), dan sebaliknya kadar Fosfor tertinggi diperoleh pada sampel tanaman berproduksi Rendah (PT3). Hal ini menunjukkan bahwa Fosfor memiliki hubungan yang negatif terhadap produksi salak, dimana semakin tinggi kadar fosfor tanah justru menurunkan produksi walaupun kadar fosfor tanah kategori sedang. Menurunnya produksi pada tanaman sampel diduga disebabkan keberadaan unsur fosfor dipengaruhi oleh status unsur lain yang tidak optimal dan tidak berimbang seperti Kalium dan Magnesium. Sebagaimana Taufik (2002) menyatakan bahwa Kalium di dalam tanaman dan P saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media


(44)

transfortasi yang membawa dari akar termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi assimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman, kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat transportasi dalam tanaman oleh karena itu agar proses transpostasi unsur hara maupun assimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam tanaman harus optimal.

Kemudian kadar kalium tanah terendah diperoleh pada sampel tanaman berproduksi Rendah(PT3) dan kadar kalium yang tinggi diperoleh pada sampel tanaman berproduksi tinggi. Hal ini berarti status hara Kalium memiliki hubungan yang positif dengan produksi tanamandimana terjadi peningkatan produksi seiring dengan meningkatnya kadar kalium tanah. Dengan kata lain semakin tinggi kadar kalium tanah semakin tinggi produksi tanaman yang dihasilkan atau sebaliknya.Dari data produksi terlihat bahwa kadar kalium terendah diperoleh produksi terendah. Dari analisa status hara tersebut dapat disimpulkan bahwa kadar Kalium tanah merupakan hara yang paling besar peranannya dalam mempengaruhi produksi tanaman salak dibanding dengan faktor lainnya . Sebagaimana peranan dan fungsi unsur kalium sebagai aktivator dan biokatalisator dalam berbagai reaksi pada proses metabolisme tanaman. SebagaimanaLakitan(1995) menyatakan Kalium adalah unsur hara penting yang dibutuhkan setelah nitrogen dan fosfor. Fungsi Kalium sangat penting dalam proses fisiologi tanaman, berperan sebagai activator enzim esensial dalam reaksi-reaksi metabolisme dan enzim yang terlibat dalam sintesis pati dan protein, berperan mengatur tekanan turgor sel dalam proses membuka dan menutupnya stomata.

4.2.Hasil analisis Regresi Sederhana Hubungan Status hara dengan produksi Salak a.Pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1).


(45)

Untuk melihat hubungan status hara dengan produksi dan mengetahui faktor yang dominan mempengaruhi produksi pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1) dilakukan analisis regresi sederhana dan diperoleh hasil seperti persamaan berikut : Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Hubungan Status hara dengan produksi tanaman berproduksi

tinggi (PT1).

Variabel Persamaan Regresi R r2 Ket

Ph Ŷ = 21.049 – 0.639pH 0,150 0,002 Ns

Nitrogen Ŷ= 19.438 – 11.398N 0,590 0,349 Ns

Fosfor Ŷ= 18.877 – 0.128P 0,287 0,082 Ns

Kalium Ŷ = 18.877 – 0.128K 0,287 0,082 Ns

Magnesium Ŷ= 15.358 + 3.109Mg 0,331 0,110 Ns

Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 4 dapat diketahui bahwa pada tanaman berproduksi Tinggi(PT1), pH tanah, Nitrogen, Fosfor dan kalium memiliki hubungan yang negatif dengan produksi salak. Dimana pH tanah memiliki korelasi lemah dengan nilai korelasi 0,002%, Nitrogen memiliki korelasi sedang dengan nilai korelasi 34,9%, Fosfor memiliki korelasi lemah dengan nilai korelasi 8,2%, Kalium memiliki korelasi lemah dengan nilai korelasi 8,2% dan Magnesium memiliki korelasi lemah dengan nilai korelasi 11%. Kemudian faktor yang dominan mempengaruhi produksi pada tanaman berproduksi Tinggi adalah pH, kadar Nitrogen,Fosfor dan Kalium tanah. Yang berarti bahwa pH, kadar Nitrogen, Fosfor dan Kalium tanah pada tanaman ini memiliki hubungan yang negatif atau menurunkan produksi yang berarti bahwa kondisi pH dan kandungan hara tersebut belum optimal dan bila kondisi pH dan kadar hara tersebut ditingkatkan diduga akan meningkatkan produksi tanaman.


(46)

b. Pada Tanaman berproduksi Sedang (PT2)

Untuk melihat hubungan status hara dengan produksi dan mengetahui faktor yang dominan mempengaruhi produksi padsa tanaman berproduksi Sedang (PT2) dilakukan analisis regresi sederhana dan diperoleh hasil seperti persamaan berikut : Tabel 5. Hasil Analisis Regresi Hubungan Status hara dengan produksi tanaman berproduksi

Sedang (PT2).

Variabel Persamaan Regresi r r2

Ket

pH Ŷ = -12.183 + 4.083pH 0,482 0,233 Ns

Nitrogen Ŷ= 18.867 – 27.848N 0,547 0,299 Ns

Fosfor Ŷ = 12535 – 0.004P 0,005 0,00 Ns

Kalium Ŷ= 13.686 – 3.332K 0,222 0,49 Ns

Magnesium Ŷ= 10.855 + 3.037Mg 0,092 0,008 Ns

Dari hasil analisis pada tabel 5 diketahui bahwa pada Tanaman berproduksi Sedang (PT2) Nitrogen , Fosfor dan Kalium merupakan hara yang mempengaruhi produksi dan hara yang paling dominan peranannya dalam menentukan produksi adalah unsur Nitrogen. Terlihat Nitrogen, Fosfor dan Kalium memiliki hubungan yang negatif pada tanaman berproduksi Sedang (PT2). Hal ini menunjukkan bahwa pada tanaman berproduksi Sedang (PT2),kandungan Nitrogen,Fosfor dan Kalium tanah cenderung menurunkan produksi tanaman yang berarti bahwa kadar hara tersebut diduga belum optimal dan bilamana tingkatkanakan meningkatkan produksi tanaman. Dengan kata lain kadar Nitrogen, Fosfor dan kalium tanah memiliki pengaruh yang besar terhadap produksi tanaman berproduksi Sedang. Sebagaimana diketahui bahwa Unsur Nitrogen, Fosfor dan Kalium merupakan unsur makro bagi tanaman yang dibutuhkan dalam


(47)

jumlah banyak. Disamping itu ketiga unsure ini kehadirannya dibutuhkan tanaman secara bersamaan dalam jumlah yang cukup dan berimbang.

Rosmarkam(2002), menyatakan bahwa bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium atauK adalah unsur hara esensial primer bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya. Apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen, karbohidrat hasil assimilasi akan disimpan dalam jaringan tanaman. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain. Pembentukan senyawa N organik tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K.

c. Pada Tanaman berproduksi Rendah (PT3)

Untuk melihat hubungan status hara dengan produksi dan mengetahui factor yang dominan mempengaruhi produksi pada tanaman berproduksi Rendah (PT3), dilakukan analisis regresi sederhanadan hasil analisis diperoleh seperti persamaan berikut :

Tabel 6. Hasil Analisis Regresi Hubungan Status hara dengan produksi tanaman berproduksi Rendah (PT3).

Variabel Persamaan Regresi r r2 Ket

pH Ŷ = 7.659 -0.193pH 0,048 0,002 Ns

Nitrogen Ŷ= 8.086 –0.7607N 0,370 0,137 Ns

Fosfor Ŷ = 12490 – 0.351P 0,578 0,334 Ns

Kalium Ŷ = 6575 – 0.437K 0,049 0,002 Ns


(48)

Berdasarkan hasil analisa regresi tersebut diatas menunjukkan bahwa pH, kadar Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Magnesium tanah memiliki hubungan yangnegative dengan produksi tanaman. Dimana kondisi pH dan status unsur tersebut cendrung menurunkan produksi salak, yang berarti bahwa kondisi pH, kadar Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Magnesium tanah masih kurang ideal untuk produksi yang optimal namun bila ditingkatkan atau berimbang diduga akan meningkatkan produksi tanaman. Dalam hal inikondisi pH tanah yang ideal dan kebutuhan tanaman akan hara Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Magnesium perlu untuk penambahan harauntuk peningkatan kadar hara dan ketersediaan hara dalam tanah.Sebagaimana hasil analisa regresi menunjukkan bahwa Nitrogen,Fosfor,Kaliumdan Magnesium merupakan faktor yang mempengaruhi produksi pada tanaman berproduksi rendah (PT3), dan unsur Fosfor merupakan faktor yang paling dominan menentukan produksi. Dengan kata lain rendahnya produksi pada tanaman berproduksi Rendah disebabkan faktor Nitrogen , Fosfor, Kalium dan Magnesium tanah dimana keempat faktor tersebut menjadi faktor pembatas(limiting factor). Hal ini suai dengan teori faktor pembatas atau Hukum minimum Liebig (1862) atau yang dikenal dengan “ konsep tong” . Herawati susilo( 1991) menyatakan bahwa faktor pertumbuhan yang paling sedikit persediaannya (berupa faktor iklim,tanah, biologis atau genetik) akan menentukan kapasitas hasil.

Berdasarkan hasil analisa tanah dari laboratorium dapat dianalisis bahwa Nitrogen, Fosfor, Kalium dan Magnesium diduga merupakan hara minimum yang membatasi kemampuan produksi salak, yang berarti bahwa pH, Nitrogen, Kalium dan Magnesium adalah persediaan hara terendah dimana status unsur tersebut merupakanfaktor pembatasyang menentukan kemampuan produksi tanaman salak.


(49)

Disamping itu Unsur Nitrogen merupakan unsur hara makro essensial yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan status keempat faktor tersebut saling ketergantunganpH mempengaruhi ketersediaan hara makro utama seperti N,P dan K bagi tanaman, seperti dijelaskan Lugman( 2012) bahwa ketersediaan unsur-unsur esensial didalam tanah bagi tanaman sangat ditentukan oleh pH. Seperti unsur N pada pH 5.5 – 8.5, P pada pH 5.5 – 7.5 sedangkan K pada pH 5.5 – 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah.

Kemudian Rosmarkam 2002, menyatakan bahwa bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium atauK adalah unsur hara esensial primer bagi tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan unsur-unsur hara lainnya. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsure lain. Pembentukan senyawa N organic tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat.Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K.

d. Hubungan pH, Nitrogen Fosfor, Kalium dan Magnesium tanah dengan Produksi Pada Tanaman Salak

1. pH tanah

pH atau kemasaman tanah merupakan salah suatu faktor yang mempengaruhi ketersediaan hara dalam tanah.Hal ini terkait dengan ketersediaan dan perubahan tingkatkelarutan senyawa dengan unsur-unsur di dalam tanah dengan pH lingkungan. Dari hasil analisis regersi linier hubungan pH dengan produksi dapat dilihat pada lampiran 13, 14 dan 15.

Hubungan pH tanah dengan produksi tanaman salak dapat dilihat pada grafik berikut.


(50)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

5.8 6 6.2 6.4 6.6

P ro d u k si ( K g ) pH

S i 1

Gambar 1. Grafik hubungan pH dengan produksi tanaman salak

Dari gambar 1 diatas dapat dilihat bahwa pH tanah dengan produksi berkorelasi negatif pada tanaman berproduksi tinggi (PT1) dengan koefisien korelasi lemah dengan nilai korelasi 0,22%, akan tetapi berkorelasi positif pada tanaman berproduksi sedang (PT2) dengan koefisien korelasi lemah dengan nilai korelasi 23,3%. Kemudian berkorelasi positif dengan Tanamanberproduksi rendah(PT3) dengan koefisien korelasi lemah dengan nilai korelasi 0,02%. Hal ini berati bahwa pada kelompok tanaman berproduksi tinggi(PT1) merupakan daerah dimana kondisi pH tanah cendrung menurunkan produksi yang berarti kondisi pH daerah tersebut diduga belum optimal dan kondisi pH yang tidak ideal dan dapat menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi produksi tanaman salak dan bila dinaikkan akan memberikan pengaruh yang positif meningkatkan produksi. Kenaikan pH tanah akan meningkatkan ketersediaan hara sehingga berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman. pH tanah pada daerah sampel ini adalah 6,03 termasuk agak masam diduga pH tanah tersebut masih kurang optimal untuk pertumbuhan dan produksi salak yang tinggi. Sebagaimana Nazaruddin dan Kristiawati (1992)menyatakan umumnya pH tanah sangat


(51)

menentukan pertumbuhan tanaman, karena bila pH tanah rendah atau kurang mendukung akan mempengaruhi ketersediaan hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Disamping hal itu banyak unsur dalam tanah yang mengalami perubahan. Munawar (2011), menyatakan bahwa banyak unsur yang mengalami perubahan bentuk akibat perbahan reaksi di dalam tanah. Hal ini terkait dengan perubahan ting katkelarutan senyawa dari unsur-unsur tersebut didalam tanah dengan pH lingkungan di dalam tanah. Oleh karena itu, pH tanah bertanggungjawab terhadap ketersediaan hara bagi tanaman. pH tanah merupakan faktor utama mempengaruhi daya larut dan mempengaruhi ketersediaan hara tanaman . Purnomo (2001) menyatakan bahwa pH tanah merupakan salah satu faktor penting , karena pH mempengaruhi sifat tanah dan proses kemis, fisis, biologis dalam tanah. Pengaruh pH terhadap sifat tanah dan proses yang terjadi didalamnya berhubungan dengan ketersediaan nutrient mineral dalam tanah.

Pada tanah masam, kelarutan Al dan Fe menjadi tinggi. Dengan demikian ion fosfat (PO43-, H2PO4- dan HPO42-) akan segera terikat membentuk senyawa P yang kurang tersedia bagi tanaman. Mula-mula senyawa ini bersifat koloidal, lambat laun menjadi kristal varisit AlPO4.2H2O dan strengit FePO4.2H2O (Nyakpa et al., 1988; Havlin et al., 1999).Produksi tanaman yang tinggi pada sampel tanaman berproduksi tinggi (PT1) diduga dominan disebabkan faktor lain seperti iklim,unsur hara lain.

Kemudian pada Tanaman berproduksi sedang (PT2) dan berproduksi rendah (PT3), terlihat bahwa pH tanah tidak menjadi faktor pembatas produksidimana pH tanah daerah ini memberikan pengaruh positif meningkatkan produksi tanaman salak, berdasarkan hasil analisis determinasi peran faktor pH pada tanaman berproduksi sedang (PT2) dan berproduksi rendah (PT3) memiliki nilai korelasi yang besar daripada nilai korelasi pH pada tanaman berproduksi tinggi(PT1). Yang berarti peranan pH dalam


(52)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0 0.1 0.2 0.3 0.4

P ro d u k si ( K g ) Nitrogen (%) S i

PT1: Y=19.438 - 11.398N r = 0,590 r2= 0,349ns

PT2 : Y=18.867-27.848N r = 0,547 r2=0,299 ns

PT3: Y= 8.086-7.607N r = 0,370 r2 = 0,137ns

menentukan produksi lebih besar pada pada (PT2) dan (PT3) dibanding peranan pH dalam menentukan produksi pada tanaman salak berproduksi tinggi (PT1).

2. Nitrogen

Nitrogen (N) merupakan komponenpenyusun dari banyak senyawa esensial bagi tumbuhan.Didalam tanaman N berfungsi sebagai komponen utama protein,hormone, klorofil, vitamin dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman.

Dari hasil analisis regresi linier hubungan Nitrogen dengan produksi dapat dilihat pada lampiran 9,10 dan 11. Dari hasil analisis regresi diketahui bahwa Nitrogen memiliki korelasi lemah pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1), Sedang(PT2) dan Rendah (PT3). Untuk melihat hubunganNitrogen dengan produksi pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1), Sedang (PT2) dan Rendah(PT3) dapat dilihat seperti grafik berikut :

Gambar 2. Grafik Hubungan Nitrogen dengan Produksi pada Tanaman Produksi Tinggi, Sedang dan Rendah.

Dari gambar 2 diatas diketahui hubungan Nitrogen berkorelasi negatif dengan produksi pada tanaman berproduksi tinggi PT1),tanaman berproduksi sedang (PT2)dan tanaman berproduksi rendah(PT3). Masing-masing koefisien korelasi 0,59, 0,57 dan 0,37 dengan nilai korelasi 34,9%, 29,9% dan 13,7%. Hal ini berarti bahwa kadar hara


(53)

Nitrogen tanah pada tanaman tersebut cendrung menurunkan produksi tanaman salak. Hal ini diduga bahwa kadar Nitrogen tanah yang belum optimal sebagaimana rata-rata N-total tanah tanaman sampel adalah rendah (0,2 %), bila dibandingkan dengan kadar hara N tanah ideal adalah 0,50%. Kadar Nitrogen ini diduga belum optimal untuk produksi tinggi, sehingga perlu ditingkatkan. Hal ini terkait dengan peranan dan fungsi Nitrogen dalam tubuh tanaman sebagai hara makro yang dibutuhkan dalam jumlah besar untuk penyusun senyawa organik dan biokatalisator dalam proses metabolisme. Sebagaimana Munawar (2011) menyatakan Nitrogen (N) merupakan bagian dari semua sel hidup. Didalam tanaman N berfungsi sebagai komponen utama protein hormon. Klorofil,vitamin dan enzim-enzim esensial untuk kehidupan tanaman. Ia menyusun 40% -50% bobot kering protoplasma, bahan sel hidup. Oleh karena itu N diperlukan dalam jumlah besar untuk seluruh proses pertumbuhan di dalam tanaman.

Sehubungan dengan kondisi Nitrogen yang kurang optimal tersebut diduga tidak memadai kebutuhan tanaman dimana pada tanamansampel berproduksi Sedang (PT2) dan Rendah (PT3) terlihat gejala pertumbuhan daun seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Gejala pertumbuhan tanaman salak dengan kondisi daun menguning dan klorosis diduga mengalami defisiensi Nitrogen.

Sebagaimana hasil analisa tanah dari laboratorium bahwa sampel tanah memiliki kadar rata-rata N yang sedang (0,21%). Berdasarkan data kadar N tersebut


(54)

diatas diduga bahwa Nitrogen yang dibutuhkan tanaman masih kurang optimal. Terlihat pada gejala pada daun tua menguning, klorosis dan nekrosis. Sebagaimana dijelaskan Effendi sehingga tanaman mengalami defisiensi unsur (1976) kekurangan N biasanya menyebabkan pertumbuhan tanaman tertekan dan daun-daun menguning. Gejala klorosis mula-mula timbul pada daun yang tua sedangkan daun-daun muda tetap berwarna hijau. Selanjutnya Susilo (1991) menegaskan bahwa defisiensi N mengganggu proses pertumbuhan, menyebabkan tanaman terbantut(kerdil), menguning dan berkurang hasil panen dan berat keringnya.

Kemudian walaupun kondisi kadar Nitrogen tersebuttermasuk kriteria sedang namun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi tanaman. Hal ini diduga bahwa pengaruh Nitrogen juga dipengaruhi oleh faktor atau unsur lain. Rosmarkam (2002) menyatakan apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen, karbohidrat hasil assimilasi akan disimpan dalam jaringan tanaman. Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif pemupukan N harus diimbangi dengan pemupukan unsur lain. Pembentukan senyawa N organik tergantung pada imbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat. Penyerapan N nitrat untuk sintesis menjadi protein juga dipengaruhi oleh ketersediaan ion K . Hal ini berarti bahwa kadar Nitrogen dalam tanah harus diimbangi dengan kadara hara essensial lain.

3. Fosfor

Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi, dan berbagai proses metabolisme lainnya.Dari hasil analisis hubungan fosfor denganproduksi dapat dilihat pada lampiran 12,13 dan 14.Dari hasil analisisdiketahui bahwahara Fosformempunyai


(55)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0 3 6 9 12 15 18 21 24

P ro d u k si ( K g ) Fosfor(ppm)

S i 1

hubungan negatif dengan produksi.Hubungan fosfor dengan produksi dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Gambar 4. Grafik hubungan Fosfor dengan Produksi pada tanaman salak berproduksi Tinggi, Sedang dan Rendah

Dari grafik tersebut terlihat bahwa Fosformemiliki hubungan yangnegatif dengan produksi salak pada tanaman berproduksi tinggi (PT1),tanaman berproduksi sedang (PT2) dan tanaman salak berproduksi rendah (PT3).Hubungan Fosfor dengan produksi memiliki korelasi lemah pada tanaman berproduksi TinggiPT1) dengan nilai korelasi 8,2%, memiliki korelasi sangat lemah dengan tanaman berproduksi Sedang (PT2) dengan nilai korelasi 0 %, berkorelasi lemah dengan tanaman berproduksi Rendah (PT3) dengan koefisien nilai 33,4%.

Status hara Fosfor tanah tanaman ini tidak menaikkan produksi namun cenderung menurunkan produksi. Hal ini menunjukkan bahwa kadar Fosfor tanah memiliki hubungan yang negatif dengan produksi. Dalam hal ini kadar hara Fosfor tanah tanaman berproduksi tinggi(PT1) kategori rendah (14,47ppm). Diduga rendahnya produksi pada Tanaman berproduksi Tinggi(PT1) disebabkan kadar P tanah yang rendah. Sebagaimana Indranada (1986) menjelaskan bahwapenyediaan fosfor yang tidak


(56)

memadai akan menyebabkan laju respirasi menuruns. Bila respirasi terhambat, pigmen ungu (antosianin) berkembang dan memberi ciri defisiensi fosfor. Produksi buah yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh ketersediaan unsur fosfor dalam tanaman. Fosfor berperan dalam pemecahan karbohidrat untuk energi, penyimpanan dan peredarannya ke seluruh tanaman dalam bentuk ADP dan ATP (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004).

Pada tanaman berproduksi Sedang(PT2) dan Rendah (PT3) kadar fosfor tanah tergolong sedang namun produksi tanaman yang diperoleh justru menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kadar hara fosfor memiliki hubungan negatif dengan produksi. Walaupun kadar fosfor tanah termasuk optimum namun berdasarkan hasil analisis hubungan Fosfor dengan produksi salak berkorelasi negatif . Terjadinya hubungan negatifs unsur Fosfor dengan produksi diduga karena fosfor dipengaruhi hara lain yang tidak optimal dan tidak berimbang sehingga produksi yang dihasilkan tidak optimal.Mengingat lahan tanaman salak dikelola dengan system budidaya tradisional dan tidak pernah melakukan pemupukan dengan musim panen yang intensif menyebabkan kadar hara Fosfor tanah diduga tidak berimbang dengan unsur hara lain seperti unsur Kalium.Taufik ( 2002) menyatakan Kalium di dalam tanaman dan P saling ketergantungan. Unsur K berfungsi sebagai media transfortasi yang membawa dari akar termasuk hara P ke daun dan mentranslokasi assimilat dari daun ke seluruh jaringan tanaman, kurangnya hara K dalam tanaman dapat menghambat transportasi dalam tanaman oleh karena itu agar proses transpostasi unsur hara maupun assimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam tanaman harus optimal.


(57)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0 0.2 0.4 0.6

P ro d u k si (K g ) Kalium(m.e/100gr)

S i 1

PT1: Y= 18.877 - 0.128K r = 0,287 r2 = 0,082 ns PT2: Y=13.686 - 3.332K r = 0,222 r2= 0,049 ns PT3: Y= 6.575 - 0.437K r = 0,49 r2= 0,002 ns

Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel.

Dari hasil analisis regresi sederhana diketahui keeratan hubungan pH dengan produksi salak dapat dilihat pada Lampiran 15,16 dan 17.Untuk melihat hubungan kalium dengan produksi digambarkan seperti grafik berikut :

Gambar 5. Grafik Hubungan Kalium dengan Tanaman Produksi Tinggi, roduksi Sedang dan Produksi Rendah.

Dari gambar 5 diatas dapat diketahui bahwa Kalium memiliki korelasiyang negatif dengan produksi pada tanaman berproduksi Tinggi (PT1),Sedang (PT2)dan Rendah (PT3), Dimana tanaman berproduksi tinggi(PT1) memiliki koefisien korelasi lemah dengan nilai korelasi 0%.Terjadinya hubungan negatif kalium dengan produksi pada tanaman berproduksi tinggi dan rendah diduga disebabkan kadar hara Kalium tanah yang rendah pada tanaman sampel sehingga mempengaruhi terhadap produksi tanaman. Rendahnya Kalium pada sampel tanaman berproduksi Rendah (PT3) terlihat gejala pertumbuhan daun yang mengalami klorosis dan nekrosis pada bagian ujung daun yang akhirnya berlobang seperti terlihat pada gambar 7.


(58)

Gambar 6. Gejala pertumbuhan daun klorosis dan nekrosis di ujung daun didugamengalami defisiensi Kalium

Dimana unsur Kalium merupakan hara esensial yang berperanan sebagai biokatalisator dan activator dari banyak enzim-enzim esensial dalam proses fisiologis dan metabolisme tanaman.

Fidiati (2011) menyatakan bahwarendahnya Kalium-tersedia dalam tanah terutama disebabkan oleh pengangkutan melalui panen berkali-kali yang dilakukan tanpa pengembalian unsur tersebut kedalam tanah. Keadaan itu menyebabkan rendahnya tingkat kesuburan tanah yang bersangkutan sehingga merupakan faktor pembatas untuk produk selanjutnya baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Kebanyakan tanaman yang kekurangan Kalium memperlihatkan gejala lemahnya batang tanaman sehingga mudah roboh. Turgor tanaman berkurang sel menjadi lemah, daun tanaman menjadi kering, ujung daun berwarna cokelat atau adanya noda-noda berwarna cokelat (nekrosis). Kalau kekurangan Kalium berlangsung terus, maka nekrosis ini menjadi jaringan yang kering dan mati, kemudian lepas dan daun menjadi berlubang. Kekurangan hara Kalium menyebabkan produksi merosot, walaupun sering tidak menampakkan gejala defisiensi. Kejadian ini disebut lapar tersembunyi (hiden


(59)

hunger) (Tisdale, 1985). Kekurangan Kalium menyebabkan kadar karbohidrat berkurang dan rasa manis buah-buahan sering berkurang (Rosmarkam, 2002).

Selanjutnya Poerwanto (2003) menyatakan bahwa ketersediaan unsur hara di beberapa tempat tidak sama, ada yang berkecukupan sehingga pertumbuhan tanaman menjadi baik namun ada juga yang kekurangan, sehingga pertumbuhannya menjadi terhambat. Khusus untuk tanaman budidaya kebutuhan unsur haranya sangat tinggi, hal ini dikarenakan pada lahan atau tempat yang sama ditanami tanaman tertentu yang membutuhkan jumlah unsur yang sama setiap waktunya. Sedangkan persediaan di alam terus berkurang akibat diserap oleh tanaman budidaya yang ditanam di lahan tersebut musimnya (intensif), sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara harus dilakukan penambahan unsur hara dalam bentuk pupuk dalam jumlah yang cukup.

a. Magnesium

Magnesium berfungsi untuk pembentukan kolorofil pada daun,berperan dalam pembentukan buah, co-factor hampir seluruh enzim dalam metabolismetanaman.Hasil analisis regrsi sederhana hubungan magnesium dengan produksi tanaman salak dapat dilihat pada lampiran 18,19 dan 20.


(60)

Gambar 7. Grafik Hubungan Magnesium dengan TanamanProduksi Tinggi Produksi Sedang dan Produksi Rendah.

Pada gambar 7 diatas terlihat bahwa Magnesium berkorelasi positif dengan produksi pada tanaman berproduksi tinggi (PT1) dan tanaman berproduksi sedang (PT2), namun berkorelasi negatif pada tanaman berproduksi rendah (PT3). Tanaman berproduksi Tinggi (PT1) memiliki korelasi lemah dengan nilai korelasi 11%, Tanaman berproduksi Sedang memiliki korelasi sangat lemah dengan produksi dengan nilai korelasi 0,8%. Magnesium tanah berkorelasi negatif dengan produksi pada tanaman berproduksi rendah (PT3) dengan koefisien korelasi sangat lemah dengan nilai korelasi 0%.

Terjadinya hubungan negatif unsur Magnesium dengan produksi pada tanaman salak berproduksiRendah( PT3) dimana produksi mengalami penurunan dengan status magnesium, dimana kadar magnesium diperoleh pada daerah ini tergolong rendah (0,53 me/100 g), yang berarti bahwa pada daerah tanaman tersebut Magnesium masih dalam jumlah yang kurang optimal sehingga memberikan pengaruh yang negatif dengan menurunnya produksi. Kemudian kondisi ini dapat menjadi faktor pembatasyang perlu

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

0 0.2 0.4 0.6 0.8

P ro d u k si (G r)

Magnesium (m.e/100 g)


(1)

Lampiran 25. Hasil Analisis Regresi Stepwise Status hara dengan Produksi

pada Tanaman berproduksi Sedang (PT2).

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Produksi 12.4680 1.37075 10

pH 6.0370 .16194 10

Nitrogen .2298 .02691 10 Fosfor .2298 .02691 10 Kalium .3654 .09123 10 Magnesium .5312 .04140 10

Correlations

Produksi pH Nitrogen Fosfor Kalium Magnesium Pearson Correlation Produksi 1.000 .482 -.547 -.547 -.222 .092

pH .482 1.000 .098 .098 -.632 -.067 Nitrogen -.547 .098 1.000 1.000 .017 -.085 Fosfor -.547 .098 1.000 1.000 .017 -.085 Kalium -.222 -.632 .017 .017 1.000 -.273 Magnesium .092 -.067 -.085 -.085 -.273 1.000 Sig. (1-tailed) Produksi . .079 .051 .051 .269 .401

pH .079 . .394 .394 .025 .427 Nitrogen .051 .394 . .000 .482 .408 Fosfor .051 .394 .000 . .482 .408 Kalium .269 .025 .482 .482 . .223 Magnesium .401 .427 .408 .408 .223 .

N Produksi 10 10 10 10 10 10

pH 10 10 10 10 10 10

Nitrogen 10 10 10 10 10 10

Fosfor 10 10 10 10 10 10

Kalium 10 10 10 10 10 10


(2)

Lampiran 26. Hasil Analisis Regresi Stepwise Status hara dengan Produksi pada

Tanaman berproduksi Rendah (PT3).

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N Produksi 6.4884 .78800 10

pH 6.0780 .19578 10

Nitrogen .2100 .03830 10 Fosfor 17.0756 1.29549 10 Kalium .1991 .08766 10 Magnesium .5388 .05523 10

Correlations

Produksi pH Nitrogen Fosfor Kalium Magnesium Pearson

Correlation

Produksi 1.000 -.048 -.370 -.578 -.049 -.002 pH -.048 1.000 -.016 .362 .305 .626 Nitrogen -.370 -.016 1.000 .150 -.035 .181 Fosfor -.578 .362 .150 1.000 .652 .461 Kalium -.049 .305 -.035 .652 1.000 .192 Magnesium -.002 .626 .181 .461 .192 1.000 Sig. (1-tailed) Produksi . .448 .147 .040 .447 .498

pH .448 . .482 .152 .196 .026

Nitrogen .147 .482 . .339 .462 .308 Fosfor .040 .152 .339 . .021 .090 Kalium .447 .196 .462 .021 . .298 Magnesium .498 .026 .308 .090 .298 .

N Produksi 10 10 10 10 10 10

pH 10 10 10 10 10 10

Nitrogen 10 10 10 10 10 10

Fosfor 10 10 10 10 10 10

Kalium 10 10 10 10 10 10


(3)

DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN DILAPANGAN

Wawancara dengan petani salak


(4)

Penentuan Tanaman Sampel


(5)

Pengambilan sampel tanah dengan bor Belgie


(6)