Pengaruh Pemberian Silikat Dalam Bentuk Sekam Dan Kalium Terhadap Penyakit Blas (Pyricularia Oryzae Cav.) Dan Produksi Padi Jogo (Oryza Sativa L.)

PENGARUH PEMBERIAN SlLIKAT DALAM BENTUK SEKAM DAN KALIUM  
TERHADAP PENYAKIT BLAS  (Pyricularia oryzae Cav.)  
DAN PRODUKSI PADI GOGO  (Oryza  sativa L.)I)

セ@  
I

J

(THE EFFECT OF RICE HULL'S AND parASSIUM TO  BLAST 

11

(Pyricularia  oryzae Cav.) 

セ@
I

AND UPLAND RICE PRODUCTION) 

\, 


Oleh  : 

'.

Sandra Arifin Aziz,  Fred Rumawas, Sri Adiningsih  dan A.  Hidir Sastraatmadja 2) 
·1 

ABSTRACT 

'r

\1 
V

Pyricularia oryzae  Cav.  that caused blast was a major constraint in upland rice production.  The experiment that carried out in  the field  was  designed to study the  effect of rice  hulls 
fertilization as the source of silicon and KCI as the source ofpotassium on decreasing  blast 
intensity in the field,  thus to increase upland production. 
A  split­split plot design with 3 replications was  used in the experiment.  Maninjau and 
Danau Bawah  were  the  varieties tested as the main plot; 0  and  600 kg Iha  KCI  as the sub­plot 

and 0,  3.75,  7.50,  11.25 and 15.00 tonlha rice­hulls as the sub­sub­plot. 

Leafblast intensities in Maninjau  was  8.35  % with susceptible  (S)  respons,  compared to 
resistant  (R)  respons  when  it was  released and  1.59%  with  medium  resistant  (MR)  res pons  in 
Danau Bawah.  Neck­rot intensity and yield difference was insignificant,  with responses: susceptible  (S)  in Maninjau  and resistant (R)  in Danau Bawah.  Potassium  decreased leafblast 
intensity from  6.21  (Sj  to  3.74%  (MR)  and increased freshly  harvested grain  weight per plot 
from  200.7 to 279.2 g. 
Leaf silicon  content  in  panicle  initiation  was  unaffected by  rice­hulls  application.  Dry 
grain weight per plot was slightly increased with  3.75 tonlha  rice­hulls application,  but increased application decresed number ofpanicles in the hill and increased empty grain percentage. 
Potassium application  on  Maninjau  increased  neck  blast intensity  significantly from 
29.04 to 37.08%, but on Danau Bawah decreased from  4.65 to  1.30.  Rice­hulls as organic 
matter retented potassium and slightly increased exchangeable potassium  in  the soil. 
RINGKASAN 
Penyakit  bIas  yang  disebabkan  cendawan  Pyricularia  oryzae  merupakan  salah  satu 
kendala dalam  produksi padi gogo.  Percobaan  bertujuan  lIntllk  mengetahui pengarllh pemberian 
berbagai  taraf pupuk kalium  dan  sekam  terhadap  produksi  padi gogo dan  pengurangan  intensitas penyakit bIas. 
1)

Tesis S2 Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,  1990 


2)  Nama pertama dan kedua Staf Pengajar Jurusan  Budidaya Pertanian IPB,  nama ketiga Staf Balai  Peneli-

tian  Tanah  dan  nama  keempat Staf Pengajar Jurusan  Hama dan  Penyakit Tanaman,  Fakultas  Pertanian, 
IPB. 

Bul.  Agr.  Vol.XX  No.2 
"10\11

1'391.. 



\
Maninjau dan  Danau  Bawah  merupakan varietas padi yang diuji  sebagai petak utama, 
sedang  anak petak adalah  pemberian  kalium  dalam  bentuk  KCI  sebanyak  0  dan  600  kg/ha dan 
sekam  sebagai  anak­anak petak diberikan  dalam  5  taraf,  yaitu  0,  3.75,  7.50,  11.25  dan  15.00 
ton/ha.  Percobaan disusun dalam  disain  petak­petak terpisah  yang  diulang  sebanyak tiga  kali. 
Maninjau  yang  ketika dilepas  mempunyaai  tanggap  tahan  (R),  ternyata  mempunyai 
intensitas  hawar daun  8.35%  dengan  tanggap rentan  (S).  Intensitas hawar daun  pada Danau 
Bawah  adalah  1.59%  dengan  tanggap agak  tanah  (MR)  yang  sesuai  dengan  deskripsi  varietasnya.  Intensitas busuk Ieher dan  produksi  tidak berbeda dengan  tanggap rentan  (S)  lIntuk Maninjau dan  tahan  (R)  untuk Danau  Bawah. 

Pemupllkan  tidak  menambah  kadar  silikat daun  pada  fase  bunting.  Bobot  kering  giling 
tiap  petak  cenderung  bertambah  dengan  penambahan  sekam  3.75  ton/ha,  sedangkan  dosis 
sekam  yang  lebih  tinggi,  menurunkan bobot kering giling tiap petak.  Hal ini diakibatkan 
menurunnya jumlah  malai  tiap  rumpun  dan  bertambahnya persentase  kehampaan;  suatu  gejala 
di  lapangan. 
kekurangan  nitrogen  yang  sangat ェ・ャ。セ@
Penambahan  kalium  pada varietas Maninjau  menambah  intensitas busuk leher secara 
nyata  dari  29.04  menjadi  37.08%,  sedangkan  pada  Danau  Bawah  cenderung  menurunkan  dari 
4.65  menjadi  1.30%. Thnggap  kedua varietas  terhadap pemupukan  kalium  berbeda. 
Sekam  sebagai bahan organik dapat  meretensi  kalium  sehingga tidak  mudah  tercuci dan 
cenderung  meningkatkan  kadar kalium dapat dipertukarkan  (Kdd) tanah.

PENDAHULUAN
Budidaya padi gogo mencakup  10%  luas penanaman  padi di  Asia Tenggara dan  Selatan. 
Penanaman terluas ditemukan di India, Bangladesh,  Indonesia, Filipina dan Thailand.  Di 
Indonesia  1.4 juta hektar dari  8.8 juta hektar areal  padi  merupakan  pertanaman  padi  gogo, 
terutama di Sumatera,  Jawa dan  Kalimantan.  Tanaman  ini  sering  ditanam  bersama­sama 
dengan  tanaman  lain,  seperti  misalnya  ubi  kayu (De Datta,  1981) . 

.


Salah  satu  kendala dalam produksi padi gogo adalah penyakit bIas  yang  disebabkan  oleh 
berbagai galur  Pyricularia oryzae  Cav.  (Padwick,  1950;  De Datta,  1981;  Siregar,  1981). 
Pengendalian  penyakit bIas  dapat  dilakukan  dengan  cara  bercocok  tanam,  misalnya 
dengan  pemberian pupuk Kalium  dan  Silikat (Kozaka,  1963).  Pemakaian  sekam  sebagai 
sumber Silikat,  merupakan  proses  daur  ulang  limbah  pertanian  (Akiyama,  Arita,  Verapattananirod  dan Sasiprapa,  1986,  Aganon;  1987). 
Penyakit bIas djtemukan dalam  dua bentuk,  yaitu  hawar daun  (leaf blight) dan  busuk 
leher  (neck root).  Hawar daun  terjadi  an tara  fase  benih  dan  tingkat  pertumbuhan  vegetatif 
maksimum,  sedangkan  busuk leher terjadi  setelah  pembungaan  (Padwick,  1950;  De  Datta, 
1981;  Siregar,  1981). 
Kalium  tidak saja mempengaruhi  produksi  tanaman,  tetapi juga memperbaiki  prosesproses sintesis dan  pertumbuhan.  Kalium juga penting untuk  menaikkan  ketahanan  terhadap 
penyakit  pada  berbagai  tanaman.  Kemungkinan  besar  Kalium  menyebabkan  pembentukan 
dinding  luar yang lebih  tebal  pada sel­sel epidermis (Mengel dan  Kirby.  1979). 

8  

Khusus mengenai hubungan pemberian Kalium  terhadap penekanan penyakit bIas, 
Kozaka  (1983)  menyatakan bahwa pemberian  Kalium  terutama pada  tanah­tanah  yang  kekurangan Nitrogen akan menurunkan serangan patogen bIas.
Lapisan epidermis bersilikat berfungsi sebagai penghambat masuknya penyakit cendawan secara fisik (De Datta, 1981; Kozaka, 1963). De Datta (1981) mengutip berbagai hasH
penelitian dan menyimpulkan bahwa serapan rata-rata Silikon untuk satu musim tanam padi

adalah 443 kg per hektar. Ismunadji, Sutjipto, Makarim dan Soepardi (1977) menyatakan
kadar Silikat sel-sel epidermis erat hubungannya dengan kepekaan tanaman terhadap timbulnya
penyakit.
Pereobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai taraf Kalium
dan sekam terhadap produksi padi gogo dan pengurangan serangan penyakit bias.
BAHAN DAN METODE

Pereobaan dilaksanakan di Kebun Pereobaan IPB Cikarawang dari bulan Desember
1988 sampai Mei 1989 di atas Latosol dengan ketinggian 240 m di atas permukaan laut.
Pereobaan dilaksanakan dengan disain Split-Split Plot terdiri dari varietas Maninjau dan
Danau Bawah sebagai petak utama, pemberian Kalium 0 dan 600 kg KClIha sebagai anak petak
dan pemberian Silikat dalam bentuk sekam 0,3.75,7.50, 11.25 dan 15.00 ton sekam/ha
sebagai 3nak-anak petak dengan tiga uJangan.
Pada awal pereobaan dilakukan inokulasi alami dengan menanam varietas padi gogo
yang rentan (Cimandiri) terhadap penyakit bias di sekeliling petak pereobaan pada 1, 2, 3, 4
minggu sebelum tanaman pereobaan ditanam.
Kalium diberikan pada saat tanam, sedangkan sekam digunakan sebagai sumber Silikat
diberikan 2 minggu sebelum tanaman pereobaan ditanam.
Padi ditanam dengan jarak tanam 50 em x 10 em sebanyak kurang lebih 8 butir kemudian dijarangkan menjadi 5 tanaman setiap lubang, ditanam dalam alur bersama pupuk. Setiap
anak petak terdiri dari 4 baris tanaman sepanjang 4 m, sedangkan luas yang dipanen adalah 3

m x 1 m (2 baris tengah sepanjang 3 m). Thnaman eontoh juga diambil dan baris tengah tersebut sepanjang 1 m.
Pupuk urea diberikan sebanyak dua kali, pemberian pertama sebanyak setengah dosis
pada umur 15 HST, sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 42 hari. Pupuk TSP diberikan semua pada saat tanam. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman padi berumur 42 dan 75
hari.
Pengamatan dilakukan terhadap :
- jumlah anakan maksimum tiap rumpun eontoh,
- bobot kering brangkasan per rumpun pada fase bunting,
- tinggi tanaman maksimum. Pengambilan eontoh dilakukan seeara aeak, untuk tiap
satuan pereobaan diambil seluas 1 m2 sebagai eontoh,
- pengamatan terhadap hawar daun dilakukan dengan menghitung jumlah bereak tiag
rumpun pada 20, 30, 40 dan 50 HST dan untuk tiap satuan pereobaan diambil 1 m
sebagai eontoh dengan menggunakan pengkeJasan notasi ketahanan terhadap hawar
9

4

t

daun  yang  digunakan oleh IRRI (Amir dan  Kardinan,  1988), 
­ busuk leher,  pengamatan dilakukan pada areal  seluas  1 m2 , 

­ waktu berbunga 75 %, 
­ jumlah malai tiap rumpun pada 1 m2 , 
­ bobot 1 000 butir gabah bemas dari  I  m2 , 
­ persentase gabah hampa dari 20 malai, 
­ bObot gabah kering giling per petak) 
­ kandungan  nitrogen,  kalium,  silikat dan  nisbah  N,  K dan  daun pada fase bunting, 
­ sifat fisik  tanah  pada  satu  ulangan  pada kedalaman 0  ­ 20 dan  20 ­ 40 em. 
BASIL DAN  PEMBAHASAN 
Varietas  Maninjau  menunjukkan  persentase  serangan  hawar  daun  yang  lebih  tinggi, 
tanggap  yang  lebih  rentan,  bobot kering brangkasan  yang  lebih  rendah,  bobot  I  000 butir 
bern a s  yang  lebih  tinggi  dan  kandungan  nitrogen  daun  pada fase  bunting  yang  lebih  tinggi 
dibandingkan  Danau Bawah  (Tabel  J).
Pemberian  Kalium  mengurangi  persentase  serangan  hawar  daun,  membuat  tanaman 
menjadi  agak  tahan  (MR),  meningkatkan  tinggi  tanaman,  mempereepat  waktu  berbunga  75%, 
menambah  bobot  kering  giling dibandingkan  dengan  kontrol  (label  2).  Penambahan  resistensi 
oleh Kalium  mungkin disebabkan oleh pembentukan dinding luar epidermis yang lebih  tebal 
(Mengel  dan  Kirby,  1979) dan  kandungan  Kalium  daun  (3.0489%)  di  atas  kebutuhan  minimal 
(0.8%) yang diajukan oleh Ward,  Whitney dan  Westfall  (1973). 
Tabell.  Pengaruh Varietas terhadap Pertumbuhaan  Bias dan  Produksi  Padi  Gogo. 
(Table  I.  The Effect of WIrieties  on Blast and  Yield) 

Peubah 
(Parameters) 

Serangan hawar daun  (%) 
(Leaf blast intensity) 
Tanggap hawar daun 
(res p ons to leafblast) 
Tanggap busuk leher 
(Res p ons to neck­blast) 
Bobot kering brangkasanl  
rumpun (g) (Dry matter  
weight/hill)  
Bobot 1 000 butir (W?ight)  
Kandungan  N  (N content)  

Umur pellgamatan 
(HSTljase 
[Observation 
(DAP)] 


Varietas  (lbrieties) 
Maninjau 

Danau Bawah 

50 

50 

S(Susceptihle)MR  (Medium  Resistant) 

Bulir mengisi 
(full graill stage) 
Bunting  (Pallicle 
illitiation) 

S  (Susceptible)R  (Resistant) 

Panen  (Harvest) 
Bunting  (Panicle 

initiation) 

22.04" 
4.20" 

19.33 a 
3.89b 

(Note: Figuresfollowed by the same letters are not significantly different at 5% level using LSD test,' DAP  = 
Days after planting) 

10 

Of

/

!

Tabel2.  Pengaruh  Pemberian  Kalium  terhadap Pertumbuhan BIas dan  Produksi  Padi  Gogo. 
(Table  2.  The Effect  qf Potassium Application on Blast and Yield). 

Peubah 
(Parameters) 
Serangan  hawar daun  (%) 
(Leaf blast intensity) 
Thnggal  hawar daun 
(Res p ons to leaf blast) 
Thnggap  busuk leher 
(Res p ons to neck­blast) 
Tinggi  maksimum  (em) 
(Plant height) 
Waktu  berbunga 75 % (HST) 
[(Time at  75% flowering 
(DAP)] 
Bobot kering giling/petak (g) 
(Dry weight/plot) 

Umur pengamatan 
(HSTifase. 
[Observation  (DAP)] 



600 

50 

6.300 

3.73b

50 

S  (susceptible)MR (Medium 
Resistant) 

Bulir mengisi 
(full grain stage) 
Vegetatif maks. 
(Max.  vegetative) 

MR 

MR 

1108.268 

lI5.SI b

87.05 8 

86.33b

Panen  (Harvest) 

kg  KClIha (Kg  KClIha) 

200.663 

RWYNQセ@

Pemberian  sekam  memberikan  pengaruh  yang  nyata dalam  memperlambat  waktu 
berbunga 75 %,  menurunkan jumlah malai  tiap  rumpun  mulai  dosis  11.25 ton  sekam/ha, 
menurunkan  bobot  1 000 butir gabah  bernas,  eenderung  meningkatkan  bobot  kering  giling  per 
petak sampai  pemberian  3.75 ton  sekam/ha dan  menurunkan  kandungan  Silikat daun  pada  fase 
bunting,  sedangkan peubah­peubah lain  menunjukkan perubahan yang tidak nyata (Tabel  3). 
Sekam  tidak  menambah  resistensi  tanaman,  walaupun juga mengandung Kalium yang eukup 
tinggi  (0.035%)  selain  Silikat (16.9%).  Hal  ini  diduga  karena sekam  yang  diberikan  belum 
terdekomposisi dengan  baik dan juga terjadi  ketidakseimbangan  hara. 
Terjadi  interaksi­interaksi;  varietas x kalium  yang  nyata pada  peubah­peubah  persentase 
serangan  busuk  leher,  waktu  berbunga  75%  dan  jumlah  malai/rumpun;  kalium  x  silikat  nyata 
pada peubah waktu  berbunga 75%  dan  kandungan  siJikat daun  pada fase bunting;  varietas x 
silikat  dan  varietas x  kalium  x silikat yang  nyata pada  kandungan  siJikat daun  pada fase 
bunting. 

11

...  4

:g

L?L  ­.­

n  ••• 

* .

f

Tabel  3.  Pengaruh  Pemberian  Silikat dalam  Bentuk  Sekam  terhadap  Pertumbuhan  BIas  dan 
Produksi  Padi Gogo. 

(Rlble  3.  The  Effect  qf Rice Hull's Silica on Blast and  Yield). 
Ton sekamlha (Tons  rice hulllha) 

Peubah 
(Parameters) 

Tanggapan hawar daun 
(Respons to leaf blast) 
Tanggap busuk leher 
(Respons  10 neck­blast) 
Waktu berbunga 75%  (RST) 
(TIme at  75% flowering 

(DAP) 
Jumlah malaifrumpun 
(Panicles/hill) 
Persen gabah hampa 
(Empty grain perce1J tage) 
Bobot  I 000 butir (g) 



3.75 

7.50 

] 1.25 

]5.00 











MR 

MR 

MR 

MR 

MR 

77.83a 

799.25b 

86.67e 

94.58d 

96.25e 

1O.43b 

1O.35b 

9.4 lab 

8.97a 

9.02a 

39.08a 

42.54ab 

45.lOab 

52.30be 

58.4ge 

21.55e 

20.80abc 

20.4Jah 

20. 42ab 

20.25a 

287.98c 

3J l.70e 

198.39ab  J88.19a 

213.32ab 

18.6b 

17.25ah 

16.92a 

16.50a 

HセゥァィエI@

Bobot kering gilingl 
petak  (g) 
(Dry weight/plot) 
Kandungan S 1 (%) 
(Si content) 

17.33a 

Note: Figuresfollowed by the same letters are not significantly different at 5%  level using LSD test. 
Medium Resistant;  DAP  = Days After Plantillg 

S  = Susceptible;  MR 

KESIMPULAN
1.

Varietas  Maninjau  mempunyai  persentase  serangan  hawar  daun  8.3522 % dengan 
tanggap  peka  (S)  yang  lebih  peka  dibandingkan  Danau  Bawah  (1.5918%  dengan  tanggap MR);  persentase serangan  busuk leher tidak berbeda dengan  tanggap peka (S)  untuk 
Maninjau dan  tahan  (R)  untuk Danau Bawah;  sedangkan produksi tidak berbeda. 

2.  

Pemupukan  Kalium  menurunkan  secara  nyata  persentase  serangan  hawar  daun  dari 
6.2059%  menjadi  3.7381 % dan  menambah  ketahanan tanaman dari peka (S)  menjadi 
agak tahan  (MR);  bobot kering  giling  per petak  bertambah  dengan  nyata dari  200.6667 
g  menjadi 279.1700 g. 

3.  

Pemberian  Silikat dalam  bentuk  sekam  tidak  menurunkan  persentase  serangan  bIas. 
Bobot kering giling per petak cenderung  bertambah  dengan  penambahan  sekam  3.75 
ton/ha,  sedangkan  dosis  pemberian  sekam  yang  lebih  tinggi,  nyata  menurunkan  bobot 
kering giling per petak. 

4.  

Interaksi  pemberian  Kalium  pada varietas  Maninjau  menambah  persentase  serangan 

12 

j

busuk leher secara nyata,  yaitu  29.0391 % (tanpa Kalium)  dan  37.0829%  (600 kg 
KClIha),  sedangkan  pada  Danau  Bawah  hanya cenderung  menurunkan,  yaitu  4.6538% 
(tanpa Kalium) dan  1.3037%  (600  kg KClIha). 
DAFTAR PUSTAKA 

Akiyama,  Y.,  Y.  Arita,  P.  Verapattananirud  &  V.  Sasiprapa.  1986.  Application  of organic 
materials and chemical fertilizer.  I.  Effect of organic material application to heavy 
clay paddy soil.  Tech.  Bull., Trop.  Agric.  Res.  Dept.  Japan.  No.  20.  p.  81  ­ 102. 
Aganon,  C.P.  1972.  Rice hulls as organic fertilizer on  transplanted rice.  IRRI Neswletter 
12(2)40.  Philippines. 
De Data,  S.K.  1981.  Principles and  practices of rice production.  John  Wiley  & Sons,  Inc. 
618p. 
Ismunadji,  M.,  P.  Sucipto,  A.K.  Makarim  dan  G.  Soepardi.  1977.  Peranan  kalium  dalam 
peningkatan  produksi  padi.  Workshop  Pemantapan  Penggunaan  Pupuk  pada  Padi 
Sawah.  Tugu  8­9 Desember 1977.  23  hal. 
Kozaka,  T.  1963.  Control of rice blast by cultivation  practices in  Japan,  p.  421­438.  In  The 
rice blast disease,  proceedings of a  symposium at the International  Rice Research 
Institute,  July,  1963.  John  Hopkins Press.  USA. 
Mengel,  K &  E.A.  Kirby.  1979.  Principles of plant nutrition.  Second  edition.  International 
Potash  Institute.  Switzerland. 
Padwick,  G.W.  1950.  Manual  of rice  diseases.  The  Commonwealth  Mycological  Institute. 
Kew,  Surrey,  England.  p.1­34. 
Siregar,  H  1981.  Budidaya tan.aman  padi di  Indonesia.  Sastra Budaya Indonesia. 
Ward,  R.C.,  D.A.  Whitney &  D.G.  Westfall.  1973.  Plant analysis as an  aid in  fertilizing 
small grain.  In  Soil testing and plant analysis.  Revised edition.  Edited by L.M. 
Walsh  & J.D.  Beaton.  Soil  Sci.  Soc.  of Amerika,  Inc.  USA.  p.320­348. 

13

セ@