Pengaruh Pemberian Silikat Dalam Bentuk Sekam Dan Kalium Terhadap Penyakit Blas (Pyricularia Oryzae Cav.) Dan Produksi Padi Jogo (Oryza Sativa L.)
PENGARUH PEMBERIAN SlLIKAT DALAM BENTUK SEKAM DAN KALIUM
TERHADAP PENYAKIT BLAS (Pyricularia oryzae Cav.)
DAN PRODUKSI PADI GOGO (Oryza sativa L.)I)
セ@
I
J
(THE EFFECT OF RICE HULL'S AND parASSIUM TO BLAST
11
(Pyricularia oryzae Cav.)
セ@
I
AND UPLAND RICE PRODUCTION)
\,
Oleh :
'.
Sandra Arifin Aziz, Fred Rumawas, Sri Adiningsih dan A. Hidir Sastraatmadja 2)
·1
ABSTRACT
'r
\1
V
Pyricularia oryzae Cav. that caused blast was a major constraint in upland rice production. The experiment that carried out in the field was designed to study the effect of rice hulls
fertilization as the source of silicon and KCI as the source ofpotassium on decreasing blast
intensity in the field, thus to increase upland production.
A splitsplit plot design with 3 replications was used in the experiment. Maninjau and
Danau Bawah were the varieties tested as the main plot; 0 and 600 kg Iha KCI as the subplot
and 0, 3.75, 7.50, 11.25 and 15.00 tonlha ricehulls as the subsubplot.
Leafblast intensities in Maninjau was 8.35 % with susceptible (S) respons, compared to
resistant (R) respons when it was released and 1.59% with medium resistant (MR) res pons in
Danau Bawah. Neckrot intensity and yield difference was insignificant, with responses: susceptible (S) in Maninjau and resistant (R) in Danau Bawah. Potassium decreased leafblast
intensity from 6.21 (Sj to 3.74% (MR) and increased freshly harvested grain weight per plot
from 200.7 to 279.2 g.
Leaf silicon content in panicle initiation was unaffected by ricehulls application. Dry
grain weight per plot was slightly increased with 3.75 tonlha ricehulls application, but increased application decresed number ofpanicles in the hill and increased empty grain percentage.
Potassium application on Maninjau increased neck blast intensity significantly from
29.04 to 37.08%, but on Danau Bawah decreased from 4.65 to 1.30. Ricehulls as organic
matter retented potassium and slightly increased exchangeable potassium in the soil.
RINGKASAN
Penyakit bIas yang disebabkan cendawan Pyricularia oryzae merupakan salah satu
kendala dalam produksi padi gogo. Percobaan bertujuan lIntllk mengetahui pengarllh pemberian
berbagai taraf pupuk kalium dan sekam terhadap produksi padi gogo dan pengurangan intensitas penyakit bIas.
1)
Tesis S2 Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 1990
2) Nama pertama dan kedua Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian IPB, nama ketiga Staf Balai Peneli-
tian Tanah dan nama keempat Staf Pengajar Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,
IPB.
Bul. Agr. Vol.XX No.2
"10\11
1'391..
i
\
Maninjau dan Danau Bawah merupakan varietas padi yang diuji sebagai petak utama,
sedang anak petak adalah pemberian kalium dalam bentuk KCI sebanyak 0 dan 600 kg/ha dan
sekam sebagai anakanak petak diberikan dalam 5 taraf, yaitu 0, 3.75, 7.50, 11.25 dan 15.00
ton/ha. Percobaan disusun dalam disain petakpetak terpisah yang diulang sebanyak tiga kali.
Maninjau yang ketika dilepas mempunyaai tanggap tahan (R), ternyata mempunyai
intensitas hawar daun 8.35% dengan tanggap rentan (S). Intensitas hawar daun pada Danau
Bawah adalah 1.59% dengan tanggap agak tanah (MR) yang sesuai dengan deskripsi varietasnya. Intensitas busuk Ieher dan produksi tidak berbeda dengan tanggap rentan (S) lIntuk Maninjau dan tahan (R) untuk Danau Bawah.
Pemupllkan tidak menambah kadar silikat daun pada fase bunting. Bobot kering giling
tiap petak cenderung bertambah dengan penambahan sekam 3.75 ton/ha, sedangkan dosis
sekam yang lebih tinggi, menurunkan bobot kering giling tiap petak. Hal ini diakibatkan
menurunnya jumlah malai tiap rumpun dan bertambahnya persentase kehampaan; suatu gejala
di lapangan.
kekurangan nitrogen yang sangat ェ・ャ。セ@
Penambahan kalium pada varietas Maninjau menambah intensitas busuk leher secara
nyata dari 29.04 menjadi 37.08%, sedangkan pada Danau Bawah cenderung menurunkan dari
4.65 menjadi 1.30%. Thnggap kedua varietas terhadap pemupukan kalium berbeda.
Sekam sebagai bahan organik dapat meretensi kalium sehingga tidak mudah tercuci dan
cenderung meningkatkan kadar kalium dapat dipertukarkan (Kdd) tanah.
PENDAHULUAN
Budidaya padi gogo mencakup 10% luas penanaman padi di Asia Tenggara dan Selatan.
Penanaman terluas ditemukan di India, Bangladesh, Indonesia, Filipina dan Thailand. Di
Indonesia 1.4 juta hektar dari 8.8 juta hektar areal padi merupakan pertanaman padi gogo,
terutama di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Tanaman ini sering ditanam bersamasama
dengan tanaman lain, seperti misalnya ubi kayu (De Datta, 1981) .
.
Salah satu kendala dalam produksi padi gogo adalah penyakit bIas yang disebabkan oleh
berbagai galur Pyricularia oryzae Cav. (Padwick, 1950; De Datta, 1981; Siregar, 1981).
Pengendalian penyakit bIas dapat dilakukan dengan cara bercocok tanam, misalnya
dengan pemberian pupuk Kalium dan Silikat (Kozaka, 1963). Pemakaian sekam sebagai
sumber Silikat, merupakan proses daur ulang limbah pertanian (Akiyama, Arita, Verapattananirod dan Sasiprapa, 1986, Aganon; 1987).
Penyakit bIas djtemukan dalam dua bentuk, yaitu hawar daun (leaf blight) dan busuk
leher (neck root). Hawar daun terjadi an tara fase benih dan tingkat pertumbuhan vegetatif
maksimum, sedangkan busuk leher terjadi setelah pembungaan (Padwick, 1950; De Datta,
1981; Siregar, 1981).
Kalium tidak saja mempengaruhi produksi tanaman, tetapi juga memperbaiki prosesproses sintesis dan pertumbuhan. Kalium juga penting untuk menaikkan ketahanan terhadap
penyakit pada berbagai tanaman. Kemungkinan besar Kalium menyebabkan pembentukan
dinding luar yang lebih tebal pada selsel epidermis (Mengel dan Kirby. 1979).
8
Khusus mengenai hubungan pemberian Kalium terhadap penekanan penyakit bIas,
Kozaka (1983) menyatakan bahwa pemberian Kalium terutama pada tanahtanah yang kekurangan Nitrogen akan menurunkan serangan patogen bIas.
Lapisan epidermis bersilikat berfungsi sebagai penghambat masuknya penyakit cendawan secara fisik (De Datta, 1981; Kozaka, 1963). De Datta (1981) mengutip berbagai hasH
penelitian dan menyimpulkan bahwa serapan rata-rata Silikon untuk satu musim tanam padi
adalah 443 kg per hektar. Ismunadji, Sutjipto, Makarim dan Soepardi (1977) menyatakan
kadar Silikat sel-sel epidermis erat hubungannya dengan kepekaan tanaman terhadap timbulnya
penyakit.
Pereobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai taraf Kalium
dan sekam terhadap produksi padi gogo dan pengurangan serangan penyakit bias.
BAHAN DAN METODE
Pereobaan dilaksanakan di Kebun Pereobaan IPB Cikarawang dari bulan Desember
1988 sampai Mei 1989 di atas Latosol dengan ketinggian 240 m di atas permukaan laut.
Pereobaan dilaksanakan dengan disain Split-Split Plot terdiri dari varietas Maninjau dan
Danau Bawah sebagai petak utama, pemberian Kalium 0 dan 600 kg KClIha sebagai anak petak
dan pemberian Silikat dalam bentuk sekam 0,3.75,7.50, 11.25 dan 15.00 ton sekam/ha
sebagai 3nak-anak petak dengan tiga uJangan.
Pada awal pereobaan dilakukan inokulasi alami dengan menanam varietas padi gogo
yang rentan (Cimandiri) terhadap penyakit bias di sekeliling petak pereobaan pada 1, 2, 3, 4
minggu sebelum tanaman pereobaan ditanam.
Kalium diberikan pada saat tanam, sedangkan sekam digunakan sebagai sumber Silikat
diberikan 2 minggu sebelum tanaman pereobaan ditanam.
Padi ditanam dengan jarak tanam 50 em x 10 em sebanyak kurang lebih 8 butir kemudian dijarangkan menjadi 5 tanaman setiap lubang, ditanam dalam alur bersama pupuk. Setiap
anak petak terdiri dari 4 baris tanaman sepanjang 4 m, sedangkan luas yang dipanen adalah 3
m x 1 m (2 baris tengah sepanjang 3 m). Thnaman eontoh juga diambil dan baris tengah tersebut sepanjang 1 m.
Pupuk urea diberikan sebanyak dua kali, pemberian pertama sebanyak setengah dosis
pada umur 15 HST, sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 42 hari. Pupuk TSP diberikan semua pada saat tanam. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman padi berumur 42 dan 75
hari.
Pengamatan dilakukan terhadap :
- jumlah anakan maksimum tiap rumpun eontoh,
- bobot kering brangkasan per rumpun pada fase bunting,
- tinggi tanaman maksimum. Pengambilan eontoh dilakukan seeara aeak, untuk tiap
satuan pereobaan diambil seluas 1 m2 sebagai eontoh,
- pengamatan terhadap hawar daun dilakukan dengan menghitung jumlah bereak tiag
rumpun pada 20, 30, 40 dan 50 HST dan untuk tiap satuan pereobaan diambil 1 m
sebagai eontoh dengan menggunakan pengkeJasan notasi ketahanan terhadap hawar
9
4
t
daun yang digunakan oleh IRRI (Amir dan Kardinan, 1988),
busuk leher, pengamatan dilakukan pada areal seluas 1 m2 ,
waktu berbunga 75 %,
jumlah malai tiap rumpun pada 1 m2 ,
bobot 1 000 butir gabah bemas dari I m2 ,
persentase gabah hampa dari 20 malai,
bObot gabah kering giling per petak)
kandungan nitrogen, kalium, silikat dan nisbah N, K dan daun pada fase bunting,
sifat fisik tanah pada satu ulangan pada kedalaman 0 20 dan 20 40 em.
BASIL DAN PEMBAHASAN
Varietas Maninjau menunjukkan persentase serangan hawar daun yang lebih tinggi,
tanggap yang lebih rentan, bobot kering brangkasan yang lebih rendah, bobot I 000 butir
bern a s yang lebih tinggi dan kandungan nitrogen daun pada fase bunting yang lebih tinggi
dibandingkan Danau Bawah (Tabel J).
Pemberian Kalium mengurangi persentase serangan hawar daun, membuat tanaman
menjadi agak tahan (MR), meningkatkan tinggi tanaman, mempereepat waktu berbunga 75%,
menambah bobot kering giling dibandingkan dengan kontrol (label 2). Penambahan resistensi
oleh Kalium mungkin disebabkan oleh pembentukan dinding luar epidermis yang lebih tebal
(Mengel dan Kirby, 1979) dan kandungan Kalium daun (3.0489%) di atas kebutuhan minimal
(0.8%) yang diajukan oleh Ward, Whitney dan Westfall (1973).
Tabell. Pengaruh Varietas terhadap Pertumbuhaan Bias dan Produksi Padi Gogo.
(Table I. The Effect of WIrieties on Blast and Yield)
Peubah
(Parameters)
Serangan hawar daun (%)
(Leaf blast intensity)
Tanggap hawar daun
(res p ons to leafblast)
Tanggap busuk leher
(Res p ons to neckblast)
Bobot kering brangkasanl
rumpun (g) (Dry matter
weight/hill)
Bobot 1 000 butir (W?ight)
Kandungan N (N content)
Umur pellgamatan
(HSTljase
[Observation
(DAP)]
Varietas (lbrieties)
Maninjau
Danau Bawah
50
50
S(Susceptihle)MR (Medium Resistant)
Bulir mengisi
(full graill stage)
Bunting (Pallicle
illitiation)
S (Susceptible)R (Resistant)
Panen (Harvest)
Bunting (Panicle
initiation)
22.04"
4.20"
19.33 a
3.89b
(Note: Figuresfollowed by the same letters are not significantly different at 5% level using LSD test,' DAP =
Days after planting)
10
Of
/
!
Tabel2. Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Pertumbuhan BIas dan Produksi Padi Gogo.
(Table 2. The Effect qf Potassium Application on Blast and Yield).
Peubah
(Parameters)
Serangan hawar daun (%)
(Leaf blast intensity)
Thnggal hawar daun
(Res p ons to leaf blast)
Thnggap busuk leher
(Res p ons to neckblast)
Tinggi maksimum (em)
(Plant height)
Waktu berbunga 75 % (HST)
[(Time at 75% flowering
(DAP)]
Bobot kering giling/petak (g)
(Dry weight/plot)
Umur pengamatan
(HSTifase.
[Observation (DAP)]
0
600
50
6.300
3.73b
50
S (susceptible)MR (Medium
Resistant)
Bulir mengisi
(full grain stage)
Vegetatif maks.
(Max. vegetative)
MR
MR
1108.268
lI5.SI b
87.05 8
86.33b
Panen (Harvest)
kg KClIha (Kg KClIha)
200.663
RWYNQセ@
Pemberian sekam memberikan pengaruh yang nyata dalam memperlambat waktu
berbunga 75 %, menurunkan jumlah malai tiap rumpun mulai dosis 11.25 ton sekam/ha,
menurunkan bobot 1 000 butir gabah bernas, eenderung meningkatkan bobot kering giling per
petak sampai pemberian 3.75 ton sekam/ha dan menurunkan kandungan Silikat daun pada fase
bunting, sedangkan peubahpeubah lain menunjukkan perubahan yang tidak nyata (Tabel 3).
Sekam tidak menambah resistensi tanaman, walaupun juga mengandung Kalium yang eukup
tinggi (0.035%) selain Silikat (16.9%). Hal ini diduga karena sekam yang diberikan belum
terdekomposisi dengan baik dan juga terjadi ketidakseimbangan hara.
Terjadi interaksiinteraksi; varietas x kalium yang nyata pada peubahpeubah persentase
serangan busuk leher, waktu berbunga 75% dan jumlah malai/rumpun; kalium x silikat nyata
pada peubah waktu berbunga 75% dan kandungan siJikat daun pada fase bunting; varietas x
silikat dan varietas x kalium x silikat yang nyata pada kandungan siJikat daun pada fase
bunting.
11
... 4
:g
L?L .
n •••
* .
f
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Silikat dalam Bentuk Sekam terhadap Pertumbuhan BIas dan
Produksi Padi Gogo.
.
(Rlble 3. The Effect qf Rice Hull's Silica on Blast and Yield).
Ton sekamlha (Tons rice hulllha)
Peubah
(Parameters)
Tanggapan hawar daun
(Respons to leaf blast)
Tanggap busuk leher
(Respons 10 neckblast)
Waktu berbunga 75% (RST)
(TIme at 75% flowering
(DAP)
Jumlah malaifrumpun
(Panicles/hill)
Persen gabah hampa
(Empty grain perce1J tage)
Bobot I 000 butir (g)
0
3.75
7.50
] 1.25
]5.00
S
S
S
S
S
MR
MR
MR
MR
MR
77.83a
799.25b
86.67e
94.58d
96.25e
1O.43b
1O.35b
9.4 lab
8.97a
9.02a
39.08a
42.54ab
45.lOab
52.30be
58.4ge
21.55e
20.80abc
20.4Jah
20. 42ab
20.25a
287.98c
3J l.70e
198.39ab J88.19a
213.32ab
18.6b
17.25ah
16.92a
16.50a
HセゥァィエI@
Bobot kering gilingl
petak (g)
(Dry weight/plot)
Kandungan S 1 (%)
(Si content)
17.33a
Note: Figuresfollowed by the same letters are not significantly different at 5% level using LSD test.
Medium Resistant; DAP = Days After Plantillg
S = Susceptible; MR
KESIMPULAN
1.
Varietas Maninjau mempunyai persentase serangan hawar daun 8.3522 % dengan
tanggap peka (S) yang lebih peka dibandingkan Danau Bawah (1.5918% dengan tanggap MR); persentase serangan busuk leher tidak berbeda dengan tanggap peka (S) untuk
Maninjau dan tahan (R) untuk Danau Bawah; sedangkan produksi tidak berbeda.
2.
Pemupukan Kalium menurunkan secara nyata persentase serangan hawar daun dari
6.2059% menjadi 3.7381 % dan menambah ketahanan tanaman dari peka (S) menjadi
agak tahan (MR); bobot kering giling per petak bertambah dengan nyata dari 200.6667
g menjadi 279.1700 g.
3.
Pemberian Silikat dalam bentuk sekam tidak menurunkan persentase serangan bIas.
Bobot kering giling per petak cenderung bertambah dengan penambahan sekam 3.75
ton/ha, sedangkan dosis pemberian sekam yang lebih tinggi, nyata menurunkan bobot
kering giling per petak.
4.
Interaksi pemberian Kalium pada varietas Maninjau menambah persentase serangan
12
j
busuk leher secara nyata, yaitu 29.0391 % (tanpa Kalium) dan 37.0829% (600 kg
KClIha), sedangkan pada Danau Bawah hanya cenderung menurunkan, yaitu 4.6538%
(tanpa Kalium) dan 1.3037% (600 kg KClIha).
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama, Y., Y. Arita, P. Verapattananirud & V. Sasiprapa. 1986. Application of organic
materials and chemical fertilizer. I. Effect of organic material application to heavy
clay paddy soil. Tech. Bull., Trop. Agric. Res. Dept. Japan. No. 20. p. 81 102.
Aganon, C.P. 1972. Rice hulls as organic fertilizer on transplanted rice. IRRI Neswletter
12(2)40. Philippines.
De Data, S.K. 1981. Principles and practices of rice production. John Wiley & Sons, Inc.
618p.
Ismunadji, M., P. Sucipto, A.K. Makarim dan G. Soepardi. 1977. Peranan kalium dalam
peningkatan produksi padi. Workshop Pemantapan Penggunaan Pupuk pada Padi
Sawah. Tugu 89 Desember 1977. 23 hal.
Kozaka, T. 1963. Control of rice blast by cultivation practices in Japan, p. 421438. In The
rice blast disease, proceedings of a symposium at the International Rice Research
Institute, July, 1963. John Hopkins Press. USA.
Mengel, K & E.A. Kirby. 1979. Principles of plant nutrition. Second edition. International
Potash Institute. Switzerland.
Padwick, G.W. 1950. Manual of rice diseases. The Commonwealth Mycological Institute.
Kew, Surrey, England. p.134.
Siregar, H 1981. Budidaya tan.aman padi di Indonesia. Sastra Budaya Indonesia.
Ward, R.C., D.A. Whitney & D.G. Westfall. 1973. Plant analysis as an aid in fertilizing
small grain. In Soil testing and plant analysis. Revised edition. Edited by L.M.
Walsh & J.D. Beaton. Soil Sci. Soc. of Amerika, Inc. USA. p.320348.
13
セ@
TERHADAP PENYAKIT BLAS (Pyricularia oryzae Cav.)
DAN PRODUKSI PADI GOGO (Oryza sativa L.)I)
セ@
I
J
(THE EFFECT OF RICE HULL'S AND parASSIUM TO BLAST
11
(Pyricularia oryzae Cav.)
セ@
I
AND UPLAND RICE PRODUCTION)
\,
Oleh :
'.
Sandra Arifin Aziz, Fred Rumawas, Sri Adiningsih dan A. Hidir Sastraatmadja 2)
·1
ABSTRACT
'r
\1
V
Pyricularia oryzae Cav. that caused blast was a major constraint in upland rice production. The experiment that carried out in the field was designed to study the effect of rice hulls
fertilization as the source of silicon and KCI as the source ofpotassium on decreasing blast
intensity in the field, thus to increase upland production.
A splitsplit plot design with 3 replications was used in the experiment. Maninjau and
Danau Bawah were the varieties tested as the main plot; 0 and 600 kg Iha KCI as the subplot
and 0, 3.75, 7.50, 11.25 and 15.00 tonlha ricehulls as the subsubplot.
Leafblast intensities in Maninjau was 8.35 % with susceptible (S) respons, compared to
resistant (R) respons when it was released and 1.59% with medium resistant (MR) res pons in
Danau Bawah. Neckrot intensity and yield difference was insignificant, with responses: susceptible (S) in Maninjau and resistant (R) in Danau Bawah. Potassium decreased leafblast
intensity from 6.21 (Sj to 3.74% (MR) and increased freshly harvested grain weight per plot
from 200.7 to 279.2 g.
Leaf silicon content in panicle initiation was unaffected by ricehulls application. Dry
grain weight per plot was slightly increased with 3.75 tonlha ricehulls application, but increased application decresed number ofpanicles in the hill and increased empty grain percentage.
Potassium application on Maninjau increased neck blast intensity significantly from
29.04 to 37.08%, but on Danau Bawah decreased from 4.65 to 1.30. Ricehulls as organic
matter retented potassium and slightly increased exchangeable potassium in the soil.
RINGKASAN
Penyakit bIas yang disebabkan cendawan Pyricularia oryzae merupakan salah satu
kendala dalam produksi padi gogo. Percobaan bertujuan lIntllk mengetahui pengarllh pemberian
berbagai taraf pupuk kalium dan sekam terhadap produksi padi gogo dan pengurangan intensitas penyakit bIas.
1)
Tesis S2 Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 1990
2) Nama pertama dan kedua Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian IPB, nama ketiga Staf Balai Peneli-
tian Tanah dan nama keempat Staf Pengajar Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,
IPB.
Bul. Agr. Vol.XX No.2
"10\11
1'391..
i
\
Maninjau dan Danau Bawah merupakan varietas padi yang diuji sebagai petak utama,
sedang anak petak adalah pemberian kalium dalam bentuk KCI sebanyak 0 dan 600 kg/ha dan
sekam sebagai anakanak petak diberikan dalam 5 taraf, yaitu 0, 3.75, 7.50, 11.25 dan 15.00
ton/ha. Percobaan disusun dalam disain petakpetak terpisah yang diulang sebanyak tiga kali.
Maninjau yang ketika dilepas mempunyaai tanggap tahan (R), ternyata mempunyai
intensitas hawar daun 8.35% dengan tanggap rentan (S). Intensitas hawar daun pada Danau
Bawah adalah 1.59% dengan tanggap agak tanah (MR) yang sesuai dengan deskripsi varietasnya. Intensitas busuk Ieher dan produksi tidak berbeda dengan tanggap rentan (S) lIntuk Maninjau dan tahan (R) untuk Danau Bawah.
Pemupllkan tidak menambah kadar silikat daun pada fase bunting. Bobot kering giling
tiap petak cenderung bertambah dengan penambahan sekam 3.75 ton/ha, sedangkan dosis
sekam yang lebih tinggi, menurunkan bobot kering giling tiap petak. Hal ini diakibatkan
menurunnya jumlah malai tiap rumpun dan bertambahnya persentase kehampaan; suatu gejala
di lapangan.
kekurangan nitrogen yang sangat ェ・ャ。セ@
Penambahan kalium pada varietas Maninjau menambah intensitas busuk leher secara
nyata dari 29.04 menjadi 37.08%, sedangkan pada Danau Bawah cenderung menurunkan dari
4.65 menjadi 1.30%. Thnggap kedua varietas terhadap pemupukan kalium berbeda.
Sekam sebagai bahan organik dapat meretensi kalium sehingga tidak mudah tercuci dan
cenderung meningkatkan kadar kalium dapat dipertukarkan (Kdd) tanah.
PENDAHULUAN
Budidaya padi gogo mencakup 10% luas penanaman padi di Asia Tenggara dan Selatan.
Penanaman terluas ditemukan di India, Bangladesh, Indonesia, Filipina dan Thailand. Di
Indonesia 1.4 juta hektar dari 8.8 juta hektar areal padi merupakan pertanaman padi gogo,
terutama di Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Tanaman ini sering ditanam bersamasama
dengan tanaman lain, seperti misalnya ubi kayu (De Datta, 1981) .
.
Salah satu kendala dalam produksi padi gogo adalah penyakit bIas yang disebabkan oleh
berbagai galur Pyricularia oryzae Cav. (Padwick, 1950; De Datta, 1981; Siregar, 1981).
Pengendalian penyakit bIas dapat dilakukan dengan cara bercocok tanam, misalnya
dengan pemberian pupuk Kalium dan Silikat (Kozaka, 1963). Pemakaian sekam sebagai
sumber Silikat, merupakan proses daur ulang limbah pertanian (Akiyama, Arita, Verapattananirod dan Sasiprapa, 1986, Aganon; 1987).
Penyakit bIas djtemukan dalam dua bentuk, yaitu hawar daun (leaf blight) dan busuk
leher (neck root). Hawar daun terjadi an tara fase benih dan tingkat pertumbuhan vegetatif
maksimum, sedangkan busuk leher terjadi setelah pembungaan (Padwick, 1950; De Datta,
1981; Siregar, 1981).
Kalium tidak saja mempengaruhi produksi tanaman, tetapi juga memperbaiki prosesproses sintesis dan pertumbuhan. Kalium juga penting untuk menaikkan ketahanan terhadap
penyakit pada berbagai tanaman. Kemungkinan besar Kalium menyebabkan pembentukan
dinding luar yang lebih tebal pada selsel epidermis (Mengel dan Kirby. 1979).
8
Khusus mengenai hubungan pemberian Kalium terhadap penekanan penyakit bIas,
Kozaka (1983) menyatakan bahwa pemberian Kalium terutama pada tanahtanah yang kekurangan Nitrogen akan menurunkan serangan patogen bIas.
Lapisan epidermis bersilikat berfungsi sebagai penghambat masuknya penyakit cendawan secara fisik (De Datta, 1981; Kozaka, 1963). De Datta (1981) mengutip berbagai hasH
penelitian dan menyimpulkan bahwa serapan rata-rata Silikon untuk satu musim tanam padi
adalah 443 kg per hektar. Ismunadji, Sutjipto, Makarim dan Soepardi (1977) menyatakan
kadar Silikat sel-sel epidermis erat hubungannya dengan kepekaan tanaman terhadap timbulnya
penyakit.
Pereobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian berbagai taraf Kalium
dan sekam terhadap produksi padi gogo dan pengurangan serangan penyakit bias.
BAHAN DAN METODE
Pereobaan dilaksanakan di Kebun Pereobaan IPB Cikarawang dari bulan Desember
1988 sampai Mei 1989 di atas Latosol dengan ketinggian 240 m di atas permukaan laut.
Pereobaan dilaksanakan dengan disain Split-Split Plot terdiri dari varietas Maninjau dan
Danau Bawah sebagai petak utama, pemberian Kalium 0 dan 600 kg KClIha sebagai anak petak
dan pemberian Silikat dalam bentuk sekam 0,3.75,7.50, 11.25 dan 15.00 ton sekam/ha
sebagai 3nak-anak petak dengan tiga uJangan.
Pada awal pereobaan dilakukan inokulasi alami dengan menanam varietas padi gogo
yang rentan (Cimandiri) terhadap penyakit bias di sekeliling petak pereobaan pada 1, 2, 3, 4
minggu sebelum tanaman pereobaan ditanam.
Kalium diberikan pada saat tanam, sedangkan sekam digunakan sebagai sumber Silikat
diberikan 2 minggu sebelum tanaman pereobaan ditanam.
Padi ditanam dengan jarak tanam 50 em x 10 em sebanyak kurang lebih 8 butir kemudian dijarangkan menjadi 5 tanaman setiap lubang, ditanam dalam alur bersama pupuk. Setiap
anak petak terdiri dari 4 baris tanaman sepanjang 4 m, sedangkan luas yang dipanen adalah 3
m x 1 m (2 baris tengah sepanjang 3 m). Thnaman eontoh juga diambil dan baris tengah tersebut sepanjang 1 m.
Pupuk urea diberikan sebanyak dua kali, pemberian pertama sebanyak setengah dosis
pada umur 15 HST, sisanya diberikan pada saat tanaman berumur 42 hari. Pupuk TSP diberikan semua pada saat tanam. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman padi berumur 42 dan 75
hari.
Pengamatan dilakukan terhadap :
- jumlah anakan maksimum tiap rumpun eontoh,
- bobot kering brangkasan per rumpun pada fase bunting,
- tinggi tanaman maksimum. Pengambilan eontoh dilakukan seeara aeak, untuk tiap
satuan pereobaan diambil seluas 1 m2 sebagai eontoh,
- pengamatan terhadap hawar daun dilakukan dengan menghitung jumlah bereak tiag
rumpun pada 20, 30, 40 dan 50 HST dan untuk tiap satuan pereobaan diambil 1 m
sebagai eontoh dengan menggunakan pengkeJasan notasi ketahanan terhadap hawar
9
4
t
daun yang digunakan oleh IRRI (Amir dan Kardinan, 1988),
busuk leher, pengamatan dilakukan pada areal seluas 1 m2 ,
waktu berbunga 75 %,
jumlah malai tiap rumpun pada 1 m2 ,
bobot 1 000 butir gabah bemas dari I m2 ,
persentase gabah hampa dari 20 malai,
bObot gabah kering giling per petak)
kandungan nitrogen, kalium, silikat dan nisbah N, K dan daun pada fase bunting,
sifat fisik tanah pada satu ulangan pada kedalaman 0 20 dan 20 40 em.
BASIL DAN PEMBAHASAN
Varietas Maninjau menunjukkan persentase serangan hawar daun yang lebih tinggi,
tanggap yang lebih rentan, bobot kering brangkasan yang lebih rendah, bobot I 000 butir
bern a s yang lebih tinggi dan kandungan nitrogen daun pada fase bunting yang lebih tinggi
dibandingkan Danau Bawah (Tabel J).
Pemberian Kalium mengurangi persentase serangan hawar daun, membuat tanaman
menjadi agak tahan (MR), meningkatkan tinggi tanaman, mempereepat waktu berbunga 75%,
menambah bobot kering giling dibandingkan dengan kontrol (label 2). Penambahan resistensi
oleh Kalium mungkin disebabkan oleh pembentukan dinding luar epidermis yang lebih tebal
(Mengel dan Kirby, 1979) dan kandungan Kalium daun (3.0489%) di atas kebutuhan minimal
(0.8%) yang diajukan oleh Ward, Whitney dan Westfall (1973).
Tabell. Pengaruh Varietas terhadap Pertumbuhaan Bias dan Produksi Padi Gogo.
(Table I. The Effect of WIrieties on Blast and Yield)
Peubah
(Parameters)
Serangan hawar daun (%)
(Leaf blast intensity)
Tanggap hawar daun
(res p ons to leafblast)
Tanggap busuk leher
(Res p ons to neckblast)
Bobot kering brangkasanl
rumpun (g) (Dry matter
weight/hill)
Bobot 1 000 butir (W?ight)
Kandungan N (N content)
Umur pellgamatan
(HSTljase
[Observation
(DAP)]
Varietas (lbrieties)
Maninjau
Danau Bawah
50
50
S(Susceptihle)MR (Medium Resistant)
Bulir mengisi
(full graill stage)
Bunting (Pallicle
illitiation)
S (Susceptible)R (Resistant)
Panen (Harvest)
Bunting (Panicle
initiation)
22.04"
4.20"
19.33 a
3.89b
(Note: Figuresfollowed by the same letters are not significantly different at 5% level using LSD test,' DAP =
Days after planting)
10
Of
/
!
Tabel2. Pengaruh Pemberian Kalium terhadap Pertumbuhan BIas dan Produksi Padi Gogo.
(Table 2. The Effect qf Potassium Application on Blast and Yield).
Peubah
(Parameters)
Serangan hawar daun (%)
(Leaf blast intensity)
Thnggal hawar daun
(Res p ons to leaf blast)
Thnggap busuk leher
(Res p ons to neckblast)
Tinggi maksimum (em)
(Plant height)
Waktu berbunga 75 % (HST)
[(Time at 75% flowering
(DAP)]
Bobot kering giling/petak (g)
(Dry weight/plot)
Umur pengamatan
(HSTifase.
[Observation (DAP)]
0
600
50
6.300
3.73b
50
S (susceptible)MR (Medium
Resistant)
Bulir mengisi
(full grain stage)
Vegetatif maks.
(Max. vegetative)
MR
MR
1108.268
lI5.SI b
87.05 8
86.33b
Panen (Harvest)
kg KClIha (Kg KClIha)
200.663
RWYNQセ@
Pemberian sekam memberikan pengaruh yang nyata dalam memperlambat waktu
berbunga 75 %, menurunkan jumlah malai tiap rumpun mulai dosis 11.25 ton sekam/ha,
menurunkan bobot 1 000 butir gabah bernas, eenderung meningkatkan bobot kering giling per
petak sampai pemberian 3.75 ton sekam/ha dan menurunkan kandungan Silikat daun pada fase
bunting, sedangkan peubahpeubah lain menunjukkan perubahan yang tidak nyata (Tabel 3).
Sekam tidak menambah resistensi tanaman, walaupun juga mengandung Kalium yang eukup
tinggi (0.035%) selain Silikat (16.9%). Hal ini diduga karena sekam yang diberikan belum
terdekomposisi dengan baik dan juga terjadi ketidakseimbangan hara.
Terjadi interaksiinteraksi; varietas x kalium yang nyata pada peubahpeubah persentase
serangan busuk leher, waktu berbunga 75% dan jumlah malai/rumpun; kalium x silikat nyata
pada peubah waktu berbunga 75% dan kandungan siJikat daun pada fase bunting; varietas x
silikat dan varietas x kalium x silikat yang nyata pada kandungan siJikat daun pada fase
bunting.
11
... 4
:g
L?L .
n •••
* .
f
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Silikat dalam Bentuk Sekam terhadap Pertumbuhan BIas dan
Produksi Padi Gogo.
.
(Rlble 3. The Effect qf Rice Hull's Silica on Blast and Yield).
Ton sekamlha (Tons rice hulllha)
Peubah
(Parameters)
Tanggapan hawar daun
(Respons to leaf blast)
Tanggap busuk leher
(Respons 10 neckblast)
Waktu berbunga 75% (RST)
(TIme at 75% flowering
(DAP)
Jumlah malaifrumpun
(Panicles/hill)
Persen gabah hampa
(Empty grain perce1J tage)
Bobot I 000 butir (g)
0
3.75
7.50
] 1.25
]5.00
S
S
S
S
S
MR
MR
MR
MR
MR
77.83a
799.25b
86.67e
94.58d
96.25e
1O.43b
1O.35b
9.4 lab
8.97a
9.02a
39.08a
42.54ab
45.lOab
52.30be
58.4ge
21.55e
20.80abc
20.4Jah
20. 42ab
20.25a
287.98c
3J l.70e
198.39ab J88.19a
213.32ab
18.6b
17.25ah
16.92a
16.50a
HセゥァィエI@
Bobot kering gilingl
petak (g)
(Dry weight/plot)
Kandungan S 1 (%)
(Si content)
17.33a
Note: Figuresfollowed by the same letters are not significantly different at 5% level using LSD test.
Medium Resistant; DAP = Days After Plantillg
S = Susceptible; MR
KESIMPULAN
1.
Varietas Maninjau mempunyai persentase serangan hawar daun 8.3522 % dengan
tanggap peka (S) yang lebih peka dibandingkan Danau Bawah (1.5918% dengan tanggap MR); persentase serangan busuk leher tidak berbeda dengan tanggap peka (S) untuk
Maninjau dan tahan (R) untuk Danau Bawah; sedangkan produksi tidak berbeda.
2.
Pemupukan Kalium menurunkan secara nyata persentase serangan hawar daun dari
6.2059% menjadi 3.7381 % dan menambah ketahanan tanaman dari peka (S) menjadi
agak tahan (MR); bobot kering giling per petak bertambah dengan nyata dari 200.6667
g menjadi 279.1700 g.
3.
Pemberian Silikat dalam bentuk sekam tidak menurunkan persentase serangan bIas.
Bobot kering giling per petak cenderung bertambah dengan penambahan sekam 3.75
ton/ha, sedangkan dosis pemberian sekam yang lebih tinggi, nyata menurunkan bobot
kering giling per petak.
4.
Interaksi pemberian Kalium pada varietas Maninjau menambah persentase serangan
12
j
busuk leher secara nyata, yaitu 29.0391 % (tanpa Kalium) dan 37.0829% (600 kg
KClIha), sedangkan pada Danau Bawah hanya cenderung menurunkan, yaitu 4.6538%
(tanpa Kalium) dan 1.3037% (600 kg KClIha).
DAFTAR PUSTAKA
Akiyama, Y., Y. Arita, P. Verapattananirud & V. Sasiprapa. 1986. Application of organic
materials and chemical fertilizer. I. Effect of organic material application to heavy
clay paddy soil. Tech. Bull., Trop. Agric. Res. Dept. Japan. No. 20. p. 81 102.
Aganon, C.P. 1972. Rice hulls as organic fertilizer on transplanted rice. IRRI Neswletter
12(2)40. Philippines.
De Data, S.K. 1981. Principles and practices of rice production. John Wiley & Sons, Inc.
618p.
Ismunadji, M., P. Sucipto, A.K. Makarim dan G. Soepardi. 1977. Peranan kalium dalam
peningkatan produksi padi. Workshop Pemantapan Penggunaan Pupuk pada Padi
Sawah. Tugu 89 Desember 1977. 23 hal.
Kozaka, T. 1963. Control of rice blast by cultivation practices in Japan, p. 421438. In The
rice blast disease, proceedings of a symposium at the International Rice Research
Institute, July, 1963. John Hopkins Press. USA.
Mengel, K & E.A. Kirby. 1979. Principles of plant nutrition. Second edition. International
Potash Institute. Switzerland.
Padwick, G.W. 1950. Manual of rice diseases. The Commonwealth Mycological Institute.
Kew, Surrey, England. p.134.
Siregar, H 1981. Budidaya tan.aman padi di Indonesia. Sastra Budaya Indonesia.
Ward, R.C., D.A. Whitney & D.G. Westfall. 1973. Plant analysis as an aid in fertilizing
small grain. In Soil testing and plant analysis. Revised edition. Edited by L.M.
Walsh & J.D. Beaton. Soil Sci. Soc. of Amerika, Inc. USA. p.320348.
13
セ@