Uji Ketahanan Terhadap Penyakit Blas Daun (Pyricularia oryzae Cav.) Galur-galur Padi Gogo (Oryza sativa L.) F4 : 6 Berdaya Hasil Tinggi

UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT
BLAS DAUN (Pyricularia oryzae Cav.)
GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza sativa L.) F4:6
BERDAYA HASIL TINGGI

Oleh
Lestari Admojo
A 34401039

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN
TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN

LESTARI ADMOJO. UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BLAS
DAUN (Pyricularia oryzae Cav.) GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza
sativa L.) F4:6 BERDAYA HASIL TINGGI. (Dibimbing oleh DESTA
WIRNAS dan TRIKOESOEMANINGTYAS).

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi galur-galur padi gogo F4:6
yang berdaya hasil tinggi untuk ketahanan terhadap blas daun dalam upaya
pengembangan varietas unggul baru padi gogo. Penelitian ini dilaksanakan di
Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik (BB BIOGEN) Cimanggu,
Bogor dari bulan Juni hingga Agustus 2005.
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 41 galur padi
gogo F4:6 yang berdaya hasil tinggi terseleksi di Cikeumeuh, Bogor, tujuh tetua
yaitu Krowal, B8503E-TB-9-0-3, CT6510-24-1-3, Situgintung, Jatiluhur, IR 64
dan Gajah Mungkur, dan dua kontrol yaitu Asahan sebagai kontrol tahan dan
Kencana Bali sebagai kontrol peka. Isolat yang digunakan adalah ras 033 yang
mewakili ras dengan skala wilayah serangan yang luas tapi tidak begitu virulen,
dan ras 173 yang mewakili ras dengan skala wilayah serangan yang sempit tapi
sangat virulen.
Metode dalam penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi dengan
dua faktor, dua ras blas yaitu ras 033 dan ras 173 digunakan sebagai petak utama
dan 50 tanaman padi gogo sebagai anak petak. Data dianalisis menggunakan
analisis ragam dari rancangan petak terbagi dan uji lanjut untuk data yang berbeda
nyata menggunakan uji Dunnett pada taraf 5%. Data juga dihitung untuk
mendapatkan nilai heritabilitas arti luas dan uji korelasi.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan ketahanan dari galur- galur

F4:6 padi gogo yang diuji terhadap serangan ras blas daun ras 033 dan 173.
Pengamatan intensitas serangan pada 9 HSI untuk ras 033 terdapat 20 galur yang
menunjukkan reaksi tahan. Pada pengujian dengan ras 173 terdapat 35 galur yang
menunjukkan reaksi tahan. Berdasarkan hasil tersebut, sebanyak 17 galur
menunjukkan reaksi tahan untuk kedua ras dan dua galur menunjukkan reaksi
moderat untuk kedua ras.

Hasil uji korelasi terhadap peubah intensitas serangan pada 9 HSI
menunjukkan nilai yang sangat nyata, yaitu r=0.842** untuk jumlah daun
terserang, r=0.200** untuk jumlah bercak tak berspora, dan r=0.423** untuk
jumlah bercak berspora pada 9 HSI. Nilai heritabilitas arti luas untuk seluruh
peubah yang diamati menunjukkan nilai yang tinggi, yaitu diatas 0,5. Hal ini
berarti seleksi akan berlangsung efektif untuk peubah tersebut, karena pengaruh
ragam genetik yang lebih besar dibanding ragam lingkungannya. Perbaikan
karakter bisa dilakukan lebih awal, yaitu pada peubah jumlah daun terserang.
Selain lebih mudah dalam pengamatan, nilai korelasi yang sangat nyata, nilai
heritabilitas arti luasnya juga menunjukkan nilai yang tinggi.

UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT
BLAS DAUN (Pyricularia oryzae Cav.)

GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza sativa L.) F4:6
BERDAYA HASIL TINGGI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh

Lestari Admojo
A 34401039

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN
TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul


: UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BLAS DAUN
(Pyricularia oryzae Cav.) GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza
sativa L.) F4:6 BERDAYA HASIL TINGGI

Nama

: LESTARI ADMOJO

NRP

: A 34401039

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Desta Wirnas, SP, MSi


Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc

NIP. 132 259 275

NIP. 132 169 917

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130 422 698

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Salatiga pada tanggal 1 Januari 1983 dari orang tua
bernama Poniman Hadi Pramono (Alm) dan Siti Maryam. Penulis merupakan
anak keempat dari enam bersaudara.
Pada tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Mangunsari

III Salatiga kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Salatiga dan lulus pada
tahun 1998. Penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Salatiga dan lulus pada tahun
2001. Pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI IPB) dan diterima di Fakultas
Pertanian, Departemen Budidaya Pertanian, Program Studi Pemuliaan Tanaman
dan Teknologi Benih. Pada tahun 2002 penulis memilih program kekhususan
Pemuliaan Tanaman.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Uji Ketahanan Terhadap Penyakit Blas Daun
(Pyricularia oryzae Cav.) Galur- galur Padi Gogo (Oryza sativa L.) F4:6 Berdaya
Hasil Tinggi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
Ø Desta Wirnas, SP, MSi dan Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc selaku dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya,

mengarahkan, serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ø Willi Bayuardi, SP, MSi selaku dosen penguji, atas saran dan masukannya
yang sangat berarti bagi penulis dalam perbaikan skripsi.
Ø Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MSc selaku konselor TPB, dan Endang Sjamsudin,
Ir, MAgr. Sc selaku Pembimbing Akademik atas saran dan bimbingannya
selama penulis menyelesaikan perkuliahan.
Ø Ibu Anggiani Nasution, Pak Ade, dan Pak Moko atas bantuan dan sarannya
selama penelitian berlangsung.
Ø Pak Syukur, Pak Palguno, Muhtar, dan Chotim atas bantuan dan sarannya
dalam pengolahan data selama penulisan skripsi.
Ø Bapak (Alm), Mamak, Mbak Atun, Mas Ndoko, Mas Tiok, Pam, Sapto, Dik
Andre, Mbak Yayak, Mbak Husni, dan seluruh keluarga besar trah Karto
Prawiro atas doa, perhatian, dukungan dan cintanya, sehingga perkuliahan ini
bisa terselesaikan dengan baik.
Ø Keluarga besar PMTB ’38, Chotim, Aya, Noor, Pipit, Uswah, Indah, Ewi,
Uci, Salha, dan rekan seperjuanganku selama penelitian, Ida atas
kebersama annya selama ini.
Ø Kawan-kawan seperjuangan di jalan dakwah, Bagunde 30, Ash Shobirin,
Saljuk, Laa Tahzan, dan Kilimanjaro atas kebersamaan dan suka dukanya
selama ini.


Ø Saudari-saudariku di LISMA ’38, Ida, Aya, Uswah, Maya, Ricat, Yanti,
Hikmah, Ritan, Indah, Nurlah, Iin, Rahma, Siska, Ernisa, Iha dan masih
banyak lagi, atas dorongan semangat yang tiada henti.
Ø Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah memberikan
balasan yang terbaik. Amin.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga
bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................

i


DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL...........................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vii

PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

Latar Belakang ..................................................................................

1


Tujuan................................................................................................

3

Hipotesis ............................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

4

Klasifikasi, Morfologi, dan Daur Hidup Pyricularia oryzae Cav.....

4

Cara Penyerangan dan Gejala Penyakit Blas ....................................

5


Keragaman Patogen dari Ras Pyricularia oryzae Cav......................

6

Mekanisme Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Blas ......................

7

Metode Pengujian Terhadap Penyakit Blas ......................................

12

BAHAN DAN METODE...............................................................................

15

Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................

15

Bahan dan Alat ..................................................................................

15

Metode Penelitian..............................................................................

15

Pelaksanaan Penelitian ......................................................................

16

Pengamatan .......................................................................................

17

Analisis Data .....................................................................................

19

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

21

Kondisi Umum ..................................................................................

21

Periode Laten.....................................................................................

23

Jumlah Daun Terserang.....................................................................

24

Jumlah Bercak Tidak Berspora .........................................................

25

Jumlah Bercak Berspora....................................................................

27

Intensitas Serangan............................................................................

31

Uji Korelasi .......................................................................................

33

Heritabilitas Arti Luas........................................................................

33

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................

35

Kesimpulan.........................................................................................

35

Saran...................................................................................................

35

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

36

LAMPIRAN...................................................................................................

40

UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT
BLAS DAUN (Pyricularia oryzae Cav.)
GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza sativa L.) F4:6
BERDAYA HASIL TINGGI

Oleh
Lestari Admojo
A 34401039

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN
TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN

LESTARI ADMOJO. UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BLAS
DAUN (Pyricularia oryzae Cav.) GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza
sativa L.) F4:6 BERDAYA HASIL TINGGI. (Dibimbing oleh DESTA
WIRNAS dan TRIKOESOEMANINGTYAS).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi galur-galur padi gogo F4:6
yang berdaya hasil tinggi untuk ketahanan terhadap blas daun dalam upaya
pengembangan varietas unggul baru padi gogo. Penelitian ini dilaksanakan di
Balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik (BB BIOGEN) Cimanggu,
Bogor dari bulan Juni hingga Agustus 2005.
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 41 galur padi
gogo F4:6 yang berdaya hasil tinggi terseleksi di Cikeumeuh, Bogor, tujuh tetua
yaitu Krowal, B8503E-TB-9-0-3, CT6510-24-1-3, Situgintung, Jatiluhur, IR 64
dan Gajah Mungkur, dan dua kontrol yaitu Asahan sebagai kontrol tahan dan
Kencana Bali sebagai kontrol peka. Isolat yang digunakan adalah ras 033 yang
mewakili ras dengan skala wilayah serangan yang luas tapi tidak begitu virulen,
dan ras 173 yang mewakili ras dengan skala wilayah serangan yang sempit tapi
sangat virulen.
Metode dalam penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi dengan
dua faktor, dua ras blas yaitu ras 033 dan ras 173 digunakan sebagai petak utama
dan 50 tanaman padi gogo sebagai anak petak. Data dianalisis menggunakan
analisis ragam dari rancangan petak terbagi dan uji lanjut untuk data yang berbeda
nyata menggunakan uji Dunnett pada taraf 5%. Data juga dihitung untuk
mendapatkan nilai heritabilitas arti luas dan uji korelasi.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan ketahanan dari galur- galur
F4:6 padi gogo yang diuji terhadap serangan ras blas daun ras 033 dan 173.
Pengamatan intensitas serangan pada 9 HSI untuk ras 033 terdapat 20 galur yang
menunjukkan reaksi tahan. Pada pengujian dengan ras 173 terdapat 35 galur yang
menunjukkan reaksi tahan. Berdasarkan hasil tersebut, sebanyak 17 galur
menunjukkan reaksi tahan untuk kedua ras dan dua galur menunjukkan reaksi
moderat untuk kedua ras.

Hasil uji korelasi terhadap peubah intensitas serangan pada 9 HSI
menunjukkan nilai yang sangat nyata, yaitu r=0.842** untuk jumlah daun
terserang, r=0.200** untuk jumlah bercak tak berspora, dan r=0.423** untuk
jumlah bercak berspora pada 9 HSI. Nilai heritabilitas arti luas untuk seluruh
peubah yang diamati menunjukkan nilai yang tinggi, yaitu diatas 0,5. Hal ini
berarti seleksi akan berlangsung efektif untuk peubah tersebut, karena pengaruh
ragam genetik yang lebih besar dibanding ragam lingkungannya. Perbaikan
karakter bisa dilakukan lebih awal, yaitu pada peubah jumlah daun terserang.
Selain lebih mudah dalam pengamatan, nilai korelasi yang sangat nyata, nilai
heritabilitas arti luasnya juga menunjukkan nilai yang tinggi.

UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT
BLAS DAUN (Pyricularia oryzae Cav.)
GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza sativa L.) F4:6
BERDAYA HASIL TINGGI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh

Lestari Admojo
A 34401039

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN
TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

: UJI KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BLAS DAUN
(Pyricularia oryzae Cav.) GALUR-GALUR PADI GOGO (Oryza
sativa L.) F4:6 BERDAYA HASIL TINGGI

Nama

: LESTARI ADMOJO

NRP

: A 34401039

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II

Desta Wirnas, SP, MSi

Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc

NIP. 132 259 275

NIP. 132 169 917

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr
NIP. 130 422 698

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Salatiga pada tanggal 1 Januari 1983 dari orang tua
bernama Poniman Hadi Pramono (Alm) dan Siti Maryam. Penulis merupakan
anak keempat dari enam bersaudara.
Pada tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Mangunsari
III Salatiga kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Salatiga dan lulus pada
tahun 1998. Penulis melanjutkan ke SMU Negeri 1 Salatiga dan lulus pada tahun
2001. Pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI IPB) dan diterima di Fakultas
Pertanian, Departemen Budidaya Pertanian, Program Studi Pemuliaan Tanaman
dan Teknologi Benih. Pada tahun 2002 penulis memilih program kekhususan
Pemuliaan Tanaman.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Skripsi yang berjudul Uji Ketahanan Terhadap Penyakit Blas Daun
(Pyricularia oryzae Cav.) Galur- galur Padi Gogo (Oryza sativa L.) F4:6 Berdaya
Hasil Tinggi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
Ø Desta Wirnas, SP, MSi dan Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc selaku dosen
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya,
mengarahkan, serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ø Willi Bayuardi, SP, MSi selaku dosen penguji, atas saran dan masukannya
yang sangat berarti bagi penulis dalam perbaikan skripsi.
Ø Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MSc selaku konselor TPB, dan Endang Sjamsudin,
Ir, MAgr. Sc selaku Pembimbing Akademik atas saran dan bimbingannya
selama penulis menyelesaikan perkuliahan.
Ø Ibu Anggiani Nasution, Pak Ade, dan Pak Moko atas bantuan dan sarannya
selama penelitian berlangsung.
Ø Pak Syukur, Pak Palguno, Muhtar, dan Chotim atas bantuan dan sarannya
dalam pengolahan data selama penulisan skripsi.
Ø Bapak (Alm), Mamak, Mbak Atun, Mas Ndoko, Mas Tiok, Pam, Sapto, Dik
Andre, Mbak Yayak, Mbak Husni, dan seluruh keluarga besar trah Karto
Prawiro atas doa, perhatian, dukungan dan cintanya, sehingga perkuliahan ini
bisa terselesaikan dengan baik.
Ø Keluarga besar PMTB ’38, Chotim, Aya, Noor, Pipit, Uswah, Indah, Ewi,
Uci, Salha, dan rekan seperjuanganku selama penelitian, Ida atas
kebersama annya selama ini.
Ø Kawan-kawan seperjuangan di jalan dakwah, Bagunde 30, Ash Shobirin,
Saljuk, Laa Tahzan, dan Kilimanjaro atas kebersamaan dan suka dukanya
selama ini.

Ø Saudari-saudariku di LISMA ’38, Ida, Aya, Uswah, Maya, Ricat, Yanti,
Hikmah, Ritan, Indah, Nurlah, Iin, Rahma, Siska, Ernisa, Iha dan masih
banyak lagi, atas dorongan semangat yang tiada henti.
Ø Seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah memberikan
balasan yang terbaik. Amin.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga
bagi semua pihak yang memerlukan.

Bogor, Januari 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................

i

DAFTAR ISI ...................................................................................................

iii

DAFTAR TABEL...........................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

vii

PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

Latar Belakang ..................................................................................

1

Tujuan................................................................................................

3

Hipotesis ............................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

4

Klasifikasi, Morfologi, dan Daur Hidup Pyricularia oryzae Cav.....

4

Cara Penyerangan dan Gejala Penyakit Blas ....................................

5

Keragaman Patogen dari Ras Pyricularia oryzae Cav......................

6

Mekanisme Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Blas ......................

7

Metode Pengujian Terhadap Penyakit Blas ......................................

12

BAHAN DAN METODE...............................................................................

15

Waktu dan Tempat Penelitian ...........................................................

15

Bahan dan Alat ..................................................................................

15

Metode Penelitian..............................................................................

15

Pelaksanaan Penelitian ......................................................................

16

Pengamatan .......................................................................................

17

Analisis Data .....................................................................................

19

HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................

21

Kondisi Umum ..................................................................................

21

Periode Laten.....................................................................................

23

Jumlah Daun Terserang.....................................................................

24

Jumlah Bercak Tidak Berspora .........................................................

25

Jumlah Bercak Berspora....................................................................

27

Intensitas Serangan............................................................................

31

Uji Korelasi .......................................................................................

33

Heritabilitas Arti Luas........................................................................

33

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................

35

Kesimpulan.........................................................................................

35

Saran...................................................................................................

35

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

36

LAMPIRAN...................................................................................................

40

DAFTAR TABEL
Nomor

Teks

Halaman

1. Penentuan Ras P. oryzae dan Distribusi Patogenisitas Berdasarkan
Reaksinya Terhadap Tujuh Varietas Diferensial di Indonesia.............

7

2. Klasifikasi serangan P. oryzae berdasarkan IRRI (1996......................

18

3. Sidik Ragam dari Rancangan Petak Terbagi ........................................

19

4. Rekapitulasi Sidik Ragam Peubah yang diamati pada 9 HSI...............

24

5. Rata-rata Hasil Peubah Galur-galur Padi Gogo F4:6 yang diamati
pada 9 HSI untuk ras 033 .....................................................................

28

6. Rata-rata Hasil Peubah Galur-galur Padi Gogo F4:6 yang diamati
pada 9 HSI untuk ras 173 .....................................................................

29

7. Tingkat Ketahanan Galur-galur Padi Gogo F4:6 terhadap Penyakit
Blas Daun pada 9 HSI ..........................................................................

30

8. Hasil Uji Korelasi Terhadap Intensitas Serangan pada 9 HSI .............

33

9. Nilai Haritabilitas Arti Luas Peubah yang diamati pada 9 HSI ...........

34

Lampiran
1. Rata-rata Jumlah Daun Terserang Ras 033 ...........................................

40

2. Rata-rata Jumlah Daun Terserang Ras 173 ...........................................

41

3. Rata-rata Jumlah Bercak Tidak Berspora..............................................

42

4. Rata-rata Jumlah Bercak Berspora ........................................................

43

5. Rata-rata Intensitas Serangan Ras 033 ..................................................

44

6. Rata-rata Intensitas Serangan Ras 173 ..................................................

45

7. Tingkat Ketahanan Galur-galur Padi Gogo F4:6 Terhadap Ras 033 ....

46

8. Tingkat Ketahanan Galur-galur Padi Gogo F4:6 Terhadap Ras 173 ....

47

9. Nilai Heritabilitas Arti Luas Seluruh Peubah Padi Gogo F4:6 yang
diamati...................................................................................................

48

10. Sidik Ragam Jumlah Daun Terserang pada 3 HSI ...............................

49

11. Sidik Ragam Jumlah Daun Terserang pada 6 HSI ...............................

49

12. Sidik Ragam Jumlah Daun Terserang pada 9 HSI ...............................

49

13. Sidik Ragam Jumlah Daun Terserang pada 15 HSI .............................

49

14. Sidik Ragam Jumlah Bercak tak berspora pada 9 HSI.......................

49

15. Sidik Ragam Jumlah Bercak tak berspora pada 15 HSI.....................

50

16. Sidik Ragam Jumlah Bercak berspora pada 9 HSI.............................

50

17. Sidik Ragam Jumlah Bercak berspora pada 15 HSI...........................

50

18. Sidik Ragam Intensitas Serangan (IS) pada 3 HSI............................

50

19. Sidik Ragam Intensitas Serangan (IS) pada 6 HSI............................

50

20. Sidik Ragam Intensitas Serangan (IS) pada 9 HSI............................

51

21. Sidik Ragam Intensitas Serangan (IS) pada 15 HSI..........................

51

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Penampakan gejala serangan blas daun..........................................

18

2. Tanaman yang siap diinokulasi dengan ras blas.............................

22

3. Tanaman yang ditampatkan di dalam kamar lembab.....................

22

4. Tanaman di dalam rumah kasa........................................................

22

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan utama yang kebutuhannya selalu
meningkat di Indonesia seiring pertambahan penduduk. Biro Pusat Statistik
memperkirakan akan terjadi penurunan produksi beras nasional karena
meningkatnya jumlah penduduk yang tidak diimbangi perluasan areal persawahan
dan peningkatan produktivitas. Berdasarkan data BPS (2000) dalam Adiratna
(2004), peningkatan penduduk mencapai 1.495 % dan terjadi penyusutan luas
areal pertanian. Penyusutan tersebut terutama terjadi karena konversi lahan
pertanian menjadi non pertanian. Menurut Irawan (2003), pada tahun 1983-1993
konversi lahan mencapai 1.28 juta ha dan sebesar 78 % terjadi di Pulau Jawa,
dimana sebagian besar adalah lahan persawahan. Konversi lahan sawah pada
tahun 1978-1998 menyebabkan hilangnya peluang produksi sebesar 8.83 juta ton,
atau sekitar 31 % yang seharusnya bisa dicapai pada tahun 1998. Pasandaran
(2003) juga menyatakan bahwa sejak awal 1980-an, Pulau Jawa sangat sulit untuk
memperluas areal persawahan. Kecenderungan yang sama terjadi di luar Pulau
Jawa pada tahun 1990-an. Menurut data BPS tahun 2001, luas panen padi
mencapai 11.79 juta ha pada tahun 2000 dan menurun menjadi 11.50 juta ha pada
2001, atau sekitar 2,49%. Pada tahun yang sama terjadi penurunan produktivitas
sebesar 0,30%, yaitu dari 44,01 ku/ha menjadi 43,88 ku/ha. Salah satu cara bagi
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan nasional adalah dengan terus berusaha
meningkatkan produksinya, baik dengan intensifikasi maupun ekstensifikasi.
Berkurangnya areal persawahan, terutama di Pulau Jawa, menjadikan
lahan kering di luar Pulau Jawa sebagai alternatif utama untuk meningkatkan
produksi beras. Alasannya, potensi lahan kering di luar Pulau Jawa lebih besar
jika dibandingkan lahan sawah, walaupun produktivitas padi gogo lebih rendah
dari padi sawah. Berdasarkan data BPS tahun 2001, produktivitas padi sawah
mencapai 45,97 ku/ha, sedangkan padi gogo hanya mencapai 23,74 ku/ha. Selain
upaya peningkatan produktivitasnya, maka perlu juga diupayakan perluasan areal
tanam.

Datta

(1975)

dalam

Puslitbangtan

(2003),

menyatakan

bahwa

pengembangan tanaman padi kemungkinan akan dilakukan di lahan kering. Datta
menyebutkan, Indonesia memiliki lahan kering yang berpeluang untuk
dimanfaatkan sebesar 9 juta ha, antara lain 480 ribu ha di Sumatera, 254 ribu ha di
Kalimantan, 91 ribu ha di Sulawesi, 5 ribu ha di Maluku, dan sekitar 1.3 juta ha
tersebar di wilayah lain. Hal ini pula yang melatarbelakangi adanya program
peningkatan produksi lahan marjinal dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) yang meliputi lahan kering, sawah tadah hujan, sawah pasang
surut, dan lebak yang menjadi alternatif pengadaan pangan masa kini dan masa
depan (Puslitbangtan, 2004).
Penanaman padi gogo terus dilakukan pada lahan kering dan marjinal
sebagai salah satu upaya ekstensifikasi pertanian. Padi gogo adalah padi yang
ditanam di lahan kering dengan sumber air terutama dari air hujan. Padi gogo
dapat tumbuh pada ketinggian mulai diatas permukaan laut hingga 2500 mdpl
(Datta, 1975 dalam Puslitbangtan, 2003). Lahan marjinal memiliki kendala antara
lain tingkat kemasaman tanah yang tinggi, tercekam Al, dan lingkungan kering
yang memudahkan Pyricularia oryzae menyerang pertanaman padi gogo. Tingkat
produksi yang rendah pada padi gogo antara lain disebabkan daerah pertanaman
yang kurang berkembang, tidak adanya jaringan irigasi yang memadai, gulma
yang mengganas di lahan kering, serta serangan hama dan penyakit terutama
penyakit blas yang disebabkan oleh cendawan Pyricularia oryzae (Partohardjono,
1992). Menurut Puslitbangtan (2003), produksi padi gogo petani menurun karena
teknologi budidaya tradisional, penanaman varietas lokal, pengendalian gulma
yang kurang intensif, dan munculnya serangan penyakit blas.
Tidak mudah mengendalikan meluasnya serangan blas karena perubahan
ras P. oryzae yang relatif cepat. Hasil pengujian 1000 varietas padi lokal yang
diuji dengan delapan isolat utama blas, hanya didapatkan 10 varietas yang tahan
(Balitbangtan, 1991). P.oryzae mampu beradaptasi dengan tanaman inang dalam
2-4 musim. Varietas tanaman yang semula tahan bisa menjadi rentan setelah 2-3
musim tanam pada wilayah tertentu dengan kondisi lingkungan yang sesuai untuk
perkembangannya (Nasution, 1995). Penggunaan varietas resisten tetap menjadi
pilihan utama diantara metode pengendalian yang ada, karena masih dianggap

cara yang paling murah dan paling aman, apalagi jika didukung sistem budidaya
yang tepat, sehingga bisa menghambat terbentuknya ras P. oryzae yang baru.
Optimalisasi lahan marjinal tersebut dapat diupayakan dengan menciptakan
varietas unggul baru padi gogo yang tahan terhadap penyakit blas, dan berdaya
hasil tinggi.
Researh Genetics and Crops Improvement (RGCI), Departemen Agronomi
dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor, memiliki sejumlah galur padi gogo
F4:6 yang berdaya hasil tinggi. Galur-galur tersebut yang akan diuji dalam
penelitian ini untuk evaluasi ketahanan terhadap penyakit blas daun dengan
menyertakan varietas pembanding. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan
mendapatkan galur- galur yang teruji ketahanannya terhadap penyakit blas daun,
untuk selanjutnya dikembangkan melalui serangkaian uji daya hasil lanjutan
menjadi varietas unggul baru padi gogo.

Tujuan
Mengevaluasi galur-galur padi gogo F4:6 yang berdaya hasil tinggi untuk
ketahanan terhadap blas daun dalam upaya pengembangan varietas unggul baru
padi gogo.

Hipotesis
1. Terdapat perbedaan ketahanan dibandingkan kontrol peka terhadap penyakit
blas daun diantara galur- galur F4:6 padi gogo.
2. Terdapat paling tidak satu galur F4:6 padi gogo yang tahan dibandingkan
kontrol peka terhadap serangan penyakit blas daun.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi, Morfologi, dan Daur Hidup Pyricularia oryzae Cav.
Blas merupakan penyakit padi tertua yang penyebarannya meliputi semua
negara penanam padi dan merupakan penyakit utama pada padi gogo. Penyakit ini
telah menyerang lebih dari 70 negara penghasil padi di dunia (Thurston, 1984).
Berdasarkan laporan pertama tahun 1637 dalam buku Agronomic Practices,
diketahui bahwa sejak zaman dinasti Ming di Cina sudah ditemukan penyakit
demam padi oleh Soong Ying Shin yang kemudian disebut blas. Nama penyebab
penyakit ini ditemukan oleh Cavara pada tahun 1891 dan sebutan blas pertama
kali diberikan oleh Mitkalf pada tahun 1907 (Ou, 1972).
Pyricularia oryzae Cav. penyebab penyakit blas merupakan golongan
cendawan yang secara morfologi tidak berbeda dengan Pyricularia grisea yang
diketahui banyak menyerang jenis rumput-rumputan dan gulma (Rush, 1992).
Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi Pyricularia oryzae adalah
sebagai berikut : termasuk Kingdom Myceteae, dengan Divisi Amastigomycota,
Sub Divisi Deuteromycotina, Kelas Deuteromycetes, Ordo Moniliales, dan
Famili Moniliaceae.
Konidiofor dari P. oryzae bersekat, antara 2-4 sekat, berkelompok dari
setiap stroma, jarang bercabang, kelabu, licin dan membentuk konidia pada
ujungnya (Semangun, 1971). Miselium septat, multinukleat, hifa bercabang.
Konidiofor dan konidia dapat dengan mudah dihasilkan dari luka keabu-abuan.
Konidiofor simpel, jarang bercabang, keabuan, septat dan ramping. Konidia oval,
2-septat ketika dewasa, dan meruncing hingga tumpul pucuknya, tergantung ras
funginya. Sel-sel konidium multinukleat. Setiap inti memiliki dua kromosom
besar dan kecil ( Chou dan Li, 1965 dalam Singh, 1978).
Cendawan blas termasuk polisiklus, dimana akan terjadi siklus yang
berkelanjutan. Tahap-tahap yang terjadi meliputi inokulasi, penetrasi, infeksi,
kolonisasi, reproduksi, diseminasi (penyebaran spora) dan sporogenesa (inokulum
bertahan pada gulma, tanah, dan sisa-sisa tanaman) (Sinaga, 1996). Daur hidup P.
oryzae berawal dari pelepasan spora ole h embun atau hujan dan dibawa oleh

angin. Cendawan yang tumbuh kemudian menghasilkan lebih banyak spora.
Konidia atau spora yang terbang terbawa angin kemudian jatuh pada daun padi.
Pembentukan spora mencapai puncak pada 3-8 hari setelah timbul gejala awal.
Spora dihasilkan oleh bercak sekitar 6 Hari Setelah Inokulasi (HSI).
Satu bercak bisa mencapai 2000-6000 spora per hari dalam dua minggu.
Spora umumnya dilepas dini hari, sekitar pukul 02.00-06.00. Daerah tropis juga
bisa terjadi pelepasan spora pada siang hari. Peranan air hujan sangat penting
untuk pelepasan spora. Banyaknya spora yang ditangkap oleh daun tergantung
pada kecepatan angin dan posisi atau sudut kemiringan daun (Semangun, 1991).
Spora kemudian berkecambah dan cendawan menembus permukaan daun atau
masuk ke dalam daun melalui stomata. Cendawan lalu tumbuh dan setelah 4-5
hari menimbulkan bercak pada daun. Bercak juga bisa terjadi pada buku dan
bagian malai. Bercak memanjang runcing pada kedua ujungnya (belah ketupat)
dengan ukuran dan bentuk berbeda menurut varietas padinya (Balitbangtan,
1991).

Cara Penyerangan dan Gejala Penyakit Blas
Konidiospor

berkecambah pada permukaan daun dan menghasilkan

apresoria coklat pada pucuk pembuluh, dimana infeksi akan berkembang dan
melakukan penetrasi pada sel-sel epidermal melalui kutikula. Setelah invasi, fungi
berhasil berkembang melalui percabangannya dan memasuki epidermal tetangga
atau sel-sel tetangga dengan penetrasi langsung (Yoshi, 1937 dalam Matsuo et. al,
1995).
Luka akibat serangan P. oryzae bisa terjadi pada semua bagian tanaman,
namun jarang sekali menyerang pada batang. Karakter luka pada helai daun
beragam sesuai kondisi lingkungan dan tingkat ketahanan tanaman inang. Luka
pada awalnya berwarna sering putih hingga abu-abu hijau denga n pinggir hijau
gelap. Luka yang lebih tua biasanya memutih hingga keabu-abuan dengan pingir
menguning. Bentuknya beragam, tapi biasanya berbentuk seperti permata atau
belah ketupat. Ukuran luka bervariasi sesuai dengan umur tanaman dan tingkat
ketahanan tanaman. Luka pada helai daun saat fase reproduktif biasanya lebih luas

daripada tanaman yang masih muda. Infeksi pada bagian lain dari tanaman adalah
pada pangkal malai, pelepah daun dan ruas batang (Singh, 1978).

Keragaman Patogen dari Ras Pyricularia oryzae Cav.
Tahun 1922, Sasaki di Jepang mencatat keberadaan ras-ras patogen P.
oryzae. Sejak 1950-an, beberapa negara terutama Jepang, Amerika, dan Taiwan
kemudian mempelajari ras-ras tersebut secara lebih intensif. Masing- masing
negara menggunakan set yang berbeda dari varietas yang beragam. Banyak ras
yang diidentifikasi di setiap negara tersebut. Kemudian pada 1960-an ada juga
laporan mengenai ras-ras berikutnya dari Philipina, Indonesia, Korea, dan
Kolombia (Ou, 1975 dalam Bonman, 1992).
P. oryzae diketahui mempunyai banyak ras fisiologi yang berbeda-beda
sifat dan virulensinya. Pada tahun 1975, IRRI sudah melaporkan adanya 260 ras
fisiologi (Semangun, 1991). Konidium-konidium yang dihasilkan oleh suatu
biakan murni yang berasal dari konidium tunggal dapat berkembang menjadi
banyak ras (Thurston, 1984). Patogenisitas dipengaruhi oleh perbedaan
mekanisme metabolisme dan senyawa-senyawa kimia yang terdapat pada
cendawan P. oryzae (Otsuka et al., 1963). Para peneliti Jepang dan India
membuktikan bahwa P. oryzae mampu membentuk beberapa macam toksin,
antara lain ß-picolinic acid, pyricularin, pyriculol, dan tenuazonic acid (Ou, 1985).
Keragaman patogen dari P. oryzae sangat kompleks. Perubahan
patogenisitas berlanjut seiring pertumbuhan fungi. Konidia dihasilkan pada luka
tunggal, kultur konidia tunggal, atau dari pertumbuhan hifa ujung. Pada satu dari
tiga sel konidia mungkin bisa berbeda rasnya. Satu tipe luka blas memproduksi
2000-6000 konidia. Jika lebih dari satu isolat monokonidial diuji, lebih dari 150
ras diketahui di Philipina yang diidentifikasi dari luka tunggal atau kultur tunggal.
Edwina dan Amir (1987) menemukan 27 ras blas berdasarkan perbedaan
reaksinya dengan tujuh varietas diferensial di Indonesia, yaitu Asahan, Cisokan,
IR 64, Krueng Aceh, Cisadane, Cisanggarung, dan Kencana Bali. Mogi et al.
(1991) juga menemukan 27 ras dimana sebanyak sembilan ras adalah ras yang
dominan, yaitu 001, 003, 023, 041, 051, 101, 113, 133 dan 201. Nasution et al

(1993) dalam Makmur (2003), menemukan 15 ras baru dari 20 ras yang
diidentifikasi di Taman Bogo, Lampung dan Kerang Agung, Sumatera Utara.

Tabel 1. Penentuan Ras P. oryzae dan Distribusi Patogenisitas Berdasarkan
Reaksinya Terhadap Tujuh Varietas Diferensial di Indonesia.
Ras dominan

Nilai

Varietas

skor
001

003

023

041

133

173

201

Asahan

T

T

T

T

T

T

R

200

Cisokan

T

T

T

T

R

R

R

100

IR 64

T

T

T

R

T

R

T

40

K. Aceh

T

T

R

T

R

R

T

20

Cisadane

T

T

T

T

R

R

T

10

Cisanggarung

T

R

R

T

R

R

T

2

Kencana Bali

R

R

R

R

R

R

R

1

Keterangan : Ras-ras semakin virulen searah tanda panah
T : Tahan
R : Rentan
Sumber : Mogi et al., (1991)
Mekanisme perubahan keragaman yang sangat cepat belum banyak
diketahui. Studi saat ini menunjukkan bahwa banyak sel-sel dalam miselium dan
konidia adalah uninukleat. Anastomosis dari hifa telah sering diamati. Beberapa
peneliti awal percaya bahwa sel-sel multinukleat dan heterokariotik (Ou, 1975
dalam Bonman, 1992).

Mekanisme Ketahanan Tanaman Padi Terhadap Blas
Resistensi tanaman adalah kemampuan untuk mencegah pertumbuhan
patogen dalam sel-sel tanaman (Takahashi, 1963). Tanaman tergolong tahan jika
tidak terserang atau hanya sedikit kerusakan yang terjadi akibat serangan patogen
tersebut. Kerentanan tanaman dicirikan sebaliknya, yaitu banyaknya serangan dan
kerusakan oleh patogen penyebab penyakit (Nelson, 1975). Resistensi tanaman
terhadap penyakit bisa dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam tanaman (Otsuka et
al., 1963).

Ketahanan karena faktor luar antara lain dipengaruhi oleh lingkungan.
Banyak faktor yang mendukung kemudahan padi gogo terserang blas. Faktor
tersebut diantaranya kondisi kelembaban tanah, kadar Nitrogen serta kelembaban
udara. Menurut Thurston (1995), tanaman yang tumbuh pada kondisi kelembaban
tanah yang tinggi menjadikannya lebih resisten dibandingkan pada kondisi lahan
kering. Itulah mengapa padi gogo sering digunakan sebagai bahan perakitan
varietas yang tahan terhadap penyakit blas. Kadar Nitrogen yang tinggi juga bisa
meningkatkan infeksi P. oryzae, oleh karena itu konsentrasi Nitrogen yang tinggi
juga bisa digunakan dalam pengujian untuk evaluasi ketahanan terhadap blas.
Efek kelembaban udara yang tinggi adalah embun yang menyediakan air bebas
untuk digunakan bagi perkembangan konidia, dan pada kelembaban antara 9092% berpeluang untuk menginfeksi padi. Lingkungan yang kering pada padi gogo
juga membuka peluang terserang blas lebih besar dibanding padi sawah. Pada
kondisi kering tersebut, salah satu unsur hara yang terganggu penyerapannya
adalah silikat, yang merupakan bahan penting penyusun dinding sel. Siregar
(1981) menambahkan, silikat yang tidak banyak dilarutkan oleh air menyebabkan
hanya sedikit yang bisa diserap tanaman sehingga dinding sel menjadi lebih
mudah ditembus cendawan P. oryzae. Berdasarkan penelitian Miyake dan Adachi
(1922) dalam IRRI (1963), melaporkan bahwa varietas yang tahan memiliki
kandungan silikat yang lebih tinggi jika dibanding varietas yang rentan. Ada dua
faktor yang menyebabkan silikat mampu meningkatkan ketahanan tanaman padi
terhadap blas. Pertama adalah silikat yang terdeposisi pada jaringan epidermal
secara mekanis melindungi invasi hifa. Kedua adalah secara fisiologi, silikat
meningkatkan asimilasi amonium dan mengendalikan peningkatan pada pelarutan
komponen nitrogen, termasuk asam amino dan amida yang merupakan bahan
perkembangbiakan hifa (Matsuo et al, 1995). Derajat resistensi meningkat seiring
meningkatnya jumlah penggunaan silikat dan jumlah akumulasi silikon pada
tanaman padi (Miyake dan Ikeda, 1932 dalam IRRI, 1963). Jumlah aplikasi
nitrogen yang berlebih dapat menurunkan akumulasi silikat pada tana man. Hal ini
dikuatkan oleh banyak peneliti (IRRI, 1963). Jumlah sel-sel tersilifikasi per unit
area lebih banyak pada daun bagian bawah dan semakin menurun pada daun
bagian atas selama fase perkembangan vegetatif. Pada fase pemasakan jumlah sel-

sel tersilifikasi per unit area meningkat secara cepat pada daun yang paling atas.
Polimerisasi asam silikat memenuhi sela pada misel selulosa yang membentuk
membran selulosa silikat. Tanaman padi yang tumbuh pada kondisi yang bebas
silikon menunjukkan tingkat respirasi yang abnormal. Berdasarkan hasil- hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa transportasi dan deposisi silikon pada
tanaman padi berhubungan erat dengan transpirasi, karena silikon berada pada
sepanjang jalur transpirasi. Lapisan silika gel pada epidermis juga berfungsi untuk
mengontrol transpirasi serta menghalangi invasi fungi dan serangga. Aplikasi
ammonium sulfat mampu mengurangi kehilangan ketahanan dari epidermis daun
sehingga mampu menahan serangan blas.
Menurut Amir (1985), sistem budidaya juga berpengaruh terhadap sifat
kerentanan padi gogo terhadap blas. Beberapa kebiasaan petani seperti
penggunaan pupuk yang melebihi dosis anjuran terutama urea, membiarkan
jerami padi, serta penggunaan pestisida yang tidak tepat bisa memicu meluasnya
serangan blas, bahkan bisa menyebabkan terbentuknya ras baru yang semula tidak
ditemukan.
Efek dari bentuk N yang diserap mungkin berdampak secara langsung
terhadap kerentanan tanaman. Osuna-Canizalez et al., (1991) dalam Bonman
(1992) membuktikan bahwa tanaman yang diberi NO3 -N pada nutrisi kulturnya
lebih rentan daripada yang diberikan NH4 +-N. Mereka menyimpulkan bahwa
bentuk N mempengaruhi mekanisme pertumbuhan yang menyebabkan kerentanan
terhadap blas.
Lama pengembunan juga berpengaruh secara langsung pada patogen. Pada
temperatur optimum (sekitar 25o C), patogen dapat menginfeksi tanaman setelah 68 jam pengembunan. Pada suhu sekitar 16o C infeksi terjadi kemudian setelah 1620 jam. Temperatur di atas 28o C mendukung pertumbuhan P. oryzae tapi juga
merangsang ketahanan inang. Tanaman lebih rentan pada temperatur rendah,
sekitar 20o C, akan mendukung kemudahan infeksi walaupun pertumbuhan
patogen saat itu rendah.
Ketahanan tanaman meliputi ketahanan lengkap dan ketahanan parsial
(Roumen, 1993). Ketahanan lengkap jika terdapat interaksi yang berbeda dari
varietas tanaman terhadap berbagai macam ras patogen, sehingga tanaman hanya

tahan pada ras patogen tertentu. Ketahanan parsial jika interaksi antara varietas
tanaman dan berbagai ras patogen sama, sehingga tanaman bisa menahan berbagai
serangan ras patogen. Ketahanan lengkap dapat diintroduksikan ke tanaman relatif
mudah dan dampaknya akan terlihat dengan cepat yaitu adanya reaksi
hipersensitifitas tanaman. Ketahanan lengkap berhubungan dengan plastisitas
patogen. Jika tanaman memiliki ketahanan lengkap dan mendapat serangan ras
patogen, maka patogen bisa menjadi plastis dan dapat memproduksi gen
mematikan yang menyerang dan membentuk gen resistansi sehingga ras patogen
lebih kuat menyerang atau membentuk ras yang lebih baru. Ketahanan parsial
sebaliknya tidak berhubungan dengan plastisitas patogen. Patogen tidak mendapat
keuntungan dengan membentuk ras baru karena tanaman mampu menahan
serangan seluruh ras patogen. Kultivar dengan ketahanan parsial tetap menjadi
kultivar yang tahan walaupun ras patogen menjadi beragam (Roumen, 1993).
Van der Plank (1975) mendefinisikannya sebagai ketahanan vertikal untuk
ketahanan lengkap dan katahanan horisontal untuk ketahanan parsial. Ketahanan
vertikal ditentukan oleh karakter kualitatif yang dikontrol oleh beberapa gen
mayor atau monogenik sedangkan ketahanan horizontal dikontrol oleh gen-gen
minor atau poligenik. Kriteria dari ketahanan vertikal adalah tipe luka, bukan
jumlah luka. Ketahanan horizontal berdampak pada keduanya yaitu jumlah dan
tipe luka dimana tipe luka memperlihatkan banyaknya sporulasi. Jumlah luka pada
tanaman yang memiliki ketahanan horizontal lebih sedikit daripada varietas yang
rentan pada kondisi yang sama dan diinokulasi dengan jumlah spora yang sama.
Waktu yang diperlukan untuk luka baru hingga membentuk spora (periode antara
inokulasi dan sporulasi selanjutnya) pada tanaman yang memiliki ketahanan
horizontal lebih lama dibanding pada tanaman dengan ketahanan vertikal.
Banyaknya sporulasi pada luka lebih sedikit pada ketahanan horizontal daripada
vertikal (Van der Plank, 1975).
Permasalahan utama yang muncul dalam pemuliaan untuk ketahanan
penyakit adalah mekanisme katahanan yang spesifik dan kemampuan parasit yang
spesifik serta variabilitasnya. Ketahanan

yang spesifik adalah kemampuan

tanaman yang hanya efektif dalam melawan

satu spesies parasit

atau biasa

disebut ketahanan spesifik-patogen (Van der Plank, 1968 dalam Parlevliet, 1993).

Kemampuan parasit adalah kemampuan dalam memanfaatkan tanaman sebagai
sumber nutrisi, termasuk menemukan lokasi inang (Littlefield dan Heath, 1979
dalam Parlevliet, 1993). Penelitian kemudian diarahkan untuk mendapat gen-gen
ketahanan yang mampu menahan serangan beberapa ras sekaligus melalui
pendekatan bioteknologi. Laporan pertama pada studi genetik ketahanan terhadap
blas disampaikan oleh Sasaki pada tahun 1922. Setelah 66 tahun kemudian
penelitian terbagi menjadi dua fase. Fase pertama pada awal kemajuan penelitian,
percobaan dilakukan untuk memperkirakan jumlah gen- gen yang mengontrol
ketahanan. Pada fase kedua dimana studi intensif telah dilakukan untuk
mengidentifikasi gen-gen ketahanan, strain-strain fungi yang telah diketahui
patogenisitasnya digunakan untuk inokulasi. Penelitian yang dilakukan Sasaki
membuka jalan untuk studi genetik hubungan inang-patogen yang berkembang
pada 1960-an.
Distribusi geografis gen-gen ketahanan yang dihasilkan antara lain Pi-a
diidentifikasi pada varietas dari Jepang, Korea, Cina, India dan Pakistan. Pi-I
pada varietas dari Jepang, Korea dan USA, Pi-k dan Pi-k m dari varietas Jepang
dan Cina. Pi-k p dari varietas Jepang dan Pakistan, Pi-k h dari varietas Jepang,
Vietnam, India dan USA, Pi-k s dari varietas Jepang, China dan USA. Pi-ta, Pi-ta2
dari varietas Jepang, China dan Philipina. Pi-z dari varietas Jepang, USA dan
Perancis, Pi-z’ dari varietas India, Jepang, Thailand dan Malaysia. Pi-b, Pi-t dari
varietas Jepang, Malaysia dan Indonesia dan Pi-sh dari varietas Jepang (Matsuo et
al, 1995).
Studi pewarisan menunjukkan bahwa ketahanan dikendalikan oleh gen
utama dominan atau gen utama dominan dan resesif yang dilatarbelakangi gengen minor (Makmur, 2003). Makmur juga menyatakan metode silang balik untuk
mendapatkan ketahanan gen- gen utama sukar dilaksanakan, oleh karena itu
metode untuk menghimpun gen- gen ketahanan lebih memungkinkan.
Berdasarkan hasil penelitian dari Rusdiansyah (2002), sifat ketahanan blas
terhadap ras 033 pada tetua donor Oryza glumaepatula menunjukkan sekurangkurangnya dikendalikan oleh gen dominan dengan interaksi yang kompleks. Hasil
penelitian tersebut menggunakan ras 033 dan 041, dimana hasilnya disimpulkan

bahwa yang mengendalikan ketahanan untuk kedua ras tersebut berbeda dan
bersifat independent satu dengan yang lainnya.
Utami (2000) dalam Rusdiansyah (2002) menyimpulkan bahwa dari hasil
pengujian pada progeni BC 2 F3 hasil keturunan silang balik IR 64/Oryza
rufipogon/IR 64 terhadap tiga ras 173, 033, dan 001 menunjukkan bahwa sifat
ketahanan pada O. rufipogon dikendalikan oleh banyak gen. Penelitian terbaru
yang dilakukan Utami (2005) menunjukkan bahwa karakter ketahanan terhadap
patogen blas bersifat kuantitatif dengan aksi gen epistasis duplikat untuk ras 001
dan 033, dan epistasis komplementer untuk ras 173.
Para tim ahli di International Rice Blast Genome Consortium and the
Whitehead Institute for Genome Research di Cambridge, Massachusetts
bekerjasama dengan U. S. Department of Agriculture-National Science
Foundation Microbial Genome Sequencing Program, telah memetakan dan
mempublikasikan genom P. oryzae yang bisa diakses via internet untuk
memudahkan para peneliti dari negara lain memanfaatkannya. Para ahli
mengidentifikasi ada sekitar 40 juta pasang basa pada genom P. oryzae yang
tersimpan dalam fragmen DNA yang disebut BACs (Bacterial Artificial
Chromosomes) (Dalke, 2002).

Metode Pengujian Terhadap Penyakit Blas
Upaya pengembangan metode pengujian atau teknik inokulasi sangat
penting untuk menganalisis gen-gen ketahanan (Kiyosawa dan Ando, 1970 dalam
Matsuo et. al., 1995). Metode inokulasi buatan antara lain dengan menyemprotkan
suspensi spora pada tanaman, menyuntikkan suspensi spora pada tanaman,
inokulasi pelepah daun, menusukkan suspensi spora dan lain- lain. Tanamantanaman biasanya diuji di tingkat persemaian. Penyemprotan suspensi spora pada
tanaman adalah metode yang paling sering digunakan. Menyemprot tanaman di
dalam kamar tertutup menghasilkan lebih banyak deposit spora yang seragam
pada daun daripada menyemprot secara langsung pada tanaman di ruang terbuka.
Biasanya gejala mulai muncul pada hari keempat setelah inokulasi di bawah suhu
sekitar 24-28 o C. Pembacaan dapat dilakukan mulai hari keenam atau ketujuh.
Suspensi spora juga dapat disuntikkan ke pseudostem atau lingkar pelepah daun.

Pada metode inokulasi pelepah daun biasanya dilakukan pada tanaman tua.
Tanaman dipotong dan dengan menurunkan suspensi spora yang ditempatkan di
dalam pelepahnya. Pelepah yang diinokulasi dinkubasi sekitar 40 jam di petridish
pada suhu 28o C. epidemis pada permukaan dalam kemudian dikerik keluar dan
diuji dibawah mikroskop. Jumlah perkembangan miselia dari konidia tunggal
pada sel-sel epidermal mengindikasikan tingkat kerentanan. Suspensi spora juga
dapat disuntikkan pada pelepah daun paling atas yang mendekati malai ketika
setengah malai telah muncul. Metode ini memberi persentase infeksi yang tinggi
hingga 100%.
Menggunakan metode inokulasi daun, Takahashi (1963) menganalisa
segregasi pada generasi F2 hasil persilangan antara varietas yang berbeda
keahanannya. Hasilnya