TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
lempung ekspansif, sehingga untuk mendapatkan titik jenuh atau titik puncak dalam percobaan proctor test kadar air yang dibutuhkan
semakin meningkat. Setelah melakukan penelitian di laboratorium penulis
memutuskan bahwa bahan kimia asam fosfat tidak cocok sebagai bahan stabilisasi tanah untuk tanah daerah Semarang-Godong.
VI.3 Perencanaan Teknis Jalan VI.3.1 Klasifikasi Jalan
VI.3.1.1 Klasifikasi Fungsional
Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 26 Tahun 1985, Pasal 4 dan 5, Sistem jaringan jalan primer disusun mengikuti
peraturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional yang menghubungkan simpul - simpul jasa distribusi.
Sesuai dengan fungsinya, Jalan Semarang-Godong menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu yang
berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kedua, sehingga jalan ini digolongkan sebagai “Jalan Arteri
Primer”, dengan ciri - ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata - rata tinggi dan jalan masuk dibatasi secara efisien.
VI.3.1.2 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, September, 1997, Jalan Semarang-Godong ini diklasifikasikan
sebagai Jalan Arteri Kelas II karena Muatan Sumbu Terberat MST = 10 ton.
VI.3.1.3 Klasikfikasi Menurut Medan Jalan
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, September, 1997. Jalan Semarang-Godong pada STA 5+300 –
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
8+300 ini mempunyai kondisi medan yang relatif datar, dimana kemiringan melintang medan adalah 0 – 3 sesuai TCPGJAK’97 .
VI.3.2 Perencanaan Geometrik
Ukuran geometrik untuk jalan rencana sebagai berikut :
Lebar Lajur
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, September, 1997, untuk jalan arteri, kelas 2, lebar lajur lalu lintas adalah
3,5 m.
Bahu Jalan
Bahu jalan shoulder adalah suatu struktur yang berdampingan dengan jalur lalu lintas untuk melindungi perkerasan, mengamankan kebebasan
samping dan penyediaan ruang untuk tempat berhenti sementara dan parkir. Lebar bahu jalan untuk sebelah luar kiri menurut Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, September, 1997, minimum adalah 2,0 m.
Daerah Milik Jalan
Daerah Milik Jalan Damija adalah merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina
jalan dengan suatu hak tertentu sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Damija ini diperuntukkan bagi Daerah Manfaat Jalan Damaja
dan pelebaran jalan maupun penambahan jalur dikemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan. Damija dibatasi oleh garis
ROW right of way minimal 20 m diukur dari as jalan.
Jumlah Lajur
Penentuan lebar lajur didasarkan pada kebutuhan untuk mengatasi derajat kejenuhan yang terjadi. Dari hasil analisa, jumlah kendaraan yang
melewati ruas jalan ini pada tahun 2018 adalah sebesar 3643,6066
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
smpjam, dengan lebar jalan 6 meter didapat derajat kejenuhan DS yang melebihi 75 , sehingga memerlukan penambahan lebar lajur.
Berikut ini perhitungan derajat kejenuhan untuk rencana pelebaran : ¾ Menggunakan 2 lajur 2 arah tanpa median 22 UD dengan jalan
diperlebar menjadi 8 m dan bahu jalan diperlebar menjadi 2,5 m : C
= 3100 smpjam tabel 2.23 FC
w
= 1,08 Tabel 2.24 FC
sp
= 1,00 Tabel 2.25 FC
sf
= 0,93 Tabel 2.26 Maka :
C = C
o
3 FC
w
3 FC
sp
3 FC
sf
C = 3100
3 1,08 3 1,00 3 0,93 = 3113,64 smpjam DS =
1702 ,
1 64
, 3113
6066 ,
3643 =
= C
Q 0,75.
tidak memenuhi syarat Tabel 6.1a. Perhitungan Derajat Kejenuhan DS Untuk 22 UD Dengan
Lebar Jalan 8 m Dan Lebar Bahu 2,5 m
Tahun LHR
Arus Q Kapasitas C
DS smp
smpjam smpjam
QC 2006 23113.8 2542.518 3113.64
0.8166
2007 23817.3610 2619.9097 3113.64
0.8414 2008 24542.3376 2699.6571
3113.64
0.8670
2009 25289.3818 2781.8320 3113.64
0.8934 2010 26059.1653 2866.5082
3113.64 0.9206
2011 26852.3802 2953.7618 3113.64
0.9486 2012 27669.7398 3043.6714
3113.64 0.9775
2013 28511.9791 3136.3177 3113.64
01.0073 2014 29379.8552 3231.7841
3113.64 1.0379
2015 30274.1486 3330.1563 3113.64
1.0695 2016 31195.6634 3431.5230
3113.64 1.1021
2017 32145.2282 3535.9751 3113.64
1.1356 2018 33213.6968 3643.6066
3113.64
1.1702
Sumber : Hasil Perhitungan
¾ Menggunakan 4 lajur 2 arah tanpa median 42 UD dengan lebar jalan masing-masing lajur 3 m dan bahu jalan tetap 1,5 m :
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
C = 1700 x 4 = 6800 smpjam tabel 2.23
FC
w
= 0,91 Tabel 2.24 FC
sp
= 1,00 Tabel 2.25 FC
sf
= 0,88 Tabel 2.26 Maka :
C = C
o
3 FC
w
3 FC
sp
3 FC
sf
C = 6800
30,91 31,00 3 0,88 = 5445,44 smpjam DS =
66911 ,
44 ,
5445 6066
, 3643
= =
C Q
0,75. memenuhi
syarat Tabel 6.1b. Perhitungan Derajat Kejenuhan DS Untuk 42 UD Dengan
Lebar Jalan 12 m Dan Lebar Bahu 1,5 m
Tahun LHR
Arus Q Kapasitas C
DS smp
smpjam smpjam
QC 2006 23113.8 2542.518 5445.44 0.4669
2007 23817.3610 2619.9097 5445.44
0.4811 2008 24542.3376
2699.6571 5445.44 0.4958
2009 25289.3818 2781.8320 5445.44
0.5108 2010 26059.1653
2866.5082 5445.44 0.5264
2011 26852.3802 2953.7618 5445.44
0.5424 2012 27669.7398
3043.6714 5445.44 0.5589
2013 28511.9791 3136.3177 5445.44
0.5759 2014 29379.8552
3231.7841 5445.44 0.5935
2015 30274.1486 3330.1563 5445.44
0.6115 2016 31195.6634
3431.5230 5445.44 0.6302
2017 32145.2282 3535.9751 5445.44
0.6493 2018 33213.6968
3643.6066 5445.44 0.6691
Sumber : Hasil Perhitungan
¾ Menggunakan 4 lajur 2 arah tanpa median 42 UD dengan lebar jalan masing-masing lajur 3 m dengan lebar bahu jalan 1 m :
C = 1700 x 4 = 6800 smpjam Tabel 2.23
FC
w
= 0,91 Tabel 2.24 FC
sp
= 1,00 Tabel 2.25 FC
sf
= 0,83 Tabel 2.26 Maka :
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
C = C
o
3 FC
w
3 FC
sp
3 FC
sf
C = 6800
3 0,91 3 1,00 3 0,83 = 5136,04 smpjam DS =
7094 ,
04 ,
5136 6066
, 3643
= =
C Q
0,75 memenuhi
syarat Tabel 6.1c. Perhitungan derajat kejenuhan DS untuk 42 UD Dengan
Lebar Jalan 12 m Dan Lebar Bahu Jalan 1 m
Tahun LHR
Arus Q
DH
Kapasitas C DS
smp smpjam
smpjam QC
2006 23113.8 2542.518 5136.04 0.4950
2007 23817.3610 2619.9097
5136.04 0.5101
2008 24542.3376 2699.6571
5136.04 0.5256
2009 25289.3818 2781.8320
5136.04 0.5416
2010 26059.1653 2866.5082
5136.04 0.5581
2011 26852.3802 2953.7618
5136.04 0.5751
2012 27669.7398 3043.6714
5136.04 0.5926
2013 28511.9791 3136.3177
5136.04 0.6106
2014 29379.8552 3231.7841
5136.04 0.6292
2015 30274.1486 3330.1563
5136.04 0.6484
2016 31195.6634 3431.5230
5136.04 0.6681
2017 32145.2282 3535.9751
5136.04 0.6885
2018 33213.6968 3643.6066
5136.04 0.7094
Sumber : Hasil Perhitungan
VI.3.2.1 Alinyemen Horisontal
Sesuai dengan hasil evaluasi pada BAB V, pada ruas jalan Semarang-Godong tidak terdapat tikungan atau belokan yang
signifikan, maka penulis menyimpulkan bahwa tidak ada perbaikan ataupun perencanaan ulang alinyemen horizontal untuk ruas jalan
Semarang-Godong.
VI.3.2.2 Alinyemen Vertikal
Dalam perencanaan ruas jalan Semarang-Godong, alinyemen vertikal yang akan direncanakan pada trase jalan ini dipengaruhi oleh
berbagai pertimbangan, antara lain :
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
¾ Kondisi tanah dasar ¾ Keadaan medan
¾ Fungsi jalan ¾ Kelandaian yang masih memungkinkan.
VI.3.2.2.1 Lengkung Vertikal Cembung Contoh perhitungan lengkung vertikal cembung
Diambil lengkung vertikal PVI No. 30 dengan data sebagai berikut: ¾ Jenis Lengkung
= Vertikal cembung ¾ Kecepatan rencana
= 80 kmjam ¾ Stasioning PPV
= 6 + 800 m ¾ Elevasi PPV
= + 16,861 m ¾ Jarak Pandang Henti JPH
= 120 m ¾ Jarak Pandang Menyiap JPM = 550 m
¾ g1 = + 2,020
¾ g2 = – 1,854
a. Perbedaan aljabar kelandaian A
A = 2,020 – – 1,854 = 3,874
b. Perhitungan L
V
¾ Berdasarkan syarat keamanan terhadap JPH a
Untuk S L L
v
=
399
2
S A
×
= 399
120 874
, 3
2
× = 139,8135 m memenuhi
b Untuk S L
L
v
= 2
×
S -
A 399
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
= 2
×
120 - 874
, 3
399 = – 137,0057 m memenuhi
¾ Berdasarkan syarat keamanan terhadap JPM a
Untuk S L L
v
=
960
2
S A
×
= 960
550 874
, 3
2
× = 1220,7135 m memenuhi
b Untuk S L
L
v
= 2
×
S -
A 960
= 2 × 550 - 874
, 3
960 = 852,1941 m memenuhi
¾ Berdasarkan syarat kenyamanan L
v
=
360
2
Vr A
×
= 360
80 874
, 3
2
× = 68,8711 m
¾ Berdasarkan syarat drainase L
v
= 40 x A L
v
= 40 x 3,874 L
v
= 154,96 m ¾ Berdasarkan syarat kenyamanan mengemudi 3 detik
perjalanan L
v
= 6
, 3
3 ×
Vr
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
L
v
= 6
, 3
3 80
×
L
v
= 66,667 m Dari syarat-syarat L
v
di atas, dipilih yang terpanjang dengan memperhatikan jarak antar titik PPV agar tidak terjadi overlap.
Berdasarkan keadaan yang ada, dan memperhatikan panjang L
v
sesudah titik PPV 30, maka diambil L
v
= 50 meter. c.
Perhitungan E E =
800 Lv
A ×
= 800
50 874
, 3
× = 0,242125 m
d. Perhitungan stasioning dan elevasi rencana sumbu jalan
¾ PLV STA = STA PPV – ½ Lv = 6+800 – ½ . 50
= 6+775 Elevasi = Elevasi PPV – g1 ½ L
v
= +16,861 – 0,02020 ½ . 50 = +16,356 m
¾ PPV STA = 6+800 Elevasi = Elevasi PPV – E
= +16,861 – 0,242125 =
+16,618875 m
¾ PTV STA = STA PPV + ½ Lv = 6+800 + ½ . 50
= 6+825 Elevasi
= Elevasi PPV + g2 ½ L
v
= +15,644 + – 0,01854 ½ .50 = +16,398 m
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
VI.3.2.2.2 Lengkung Vertikal Cekung
Diambil lengkung vertikal PVI No. 31 dengan data sebagai berikut: ¾ Jenis Lengkung
= Vertikal cekung ¾ Kecepatan rencana
= 80 kmjam ¾ Stasioning PPV
= 6 + 850 m ¾ Elevasi PPV
= + 15,934 m ¾ Jarak pandang henti JPH
= 120 m ¾ Jarak pandang menyiap JPM = 550 m
¾ g1 = – 1,854
¾ g2 = – 0,172
a. Perbedaan Aljabar Kelandaian A
A = –1,854 – – 0,172 = 1,682
b.
Perhitungan Lv ¾ Berdasarkan syarat keamanan terhadap JPH
a Untuk S L
L
v
= 5
, 3
120
2
xS S
A +
×
= 120
5 ,
3 120
120 682
, 1
2
x +
× = 44,8533 m tidak memenuhi
b Untuk S L
L
v
= 2× S - A
xS 5
, 3
120 +
= 2
×
120 - 682
, 1
120 5
, 3
120 x
+ = – 81,0464 m memenuhi
¾ Berdasarkan syarat kenyamanan L
v
=
390
2
Vr A
×
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
=
390 80
682 ,
1
2
×
= 27,6020 m
¾ Berdasarkan syarat drainase L
v
= 40 x A Lv = 40 x 1,682
Lv = 67,28 m ¾ Berdasarkan syarat kenyamanan mengemudi 3 detik
perjalanan L
v
= 6
, 3
3 ×
Vr
L
v
= 6
, 3
3 80
× L
v
= 66,667 m Dari syarat-syarat L
v
di atas, dipilih yang terpanjang dengan memperhatikan jarak antar titik PPV agar tidak terjadi overlap.
Berdasarkan keadaan yang ada, dan memperhatikan panjang L
v
sesudah titik PPV 31, maka diambil L
v
= 50 meter. c.
Perhitungan E E =
800 Lv
A ×
= 800
50 682
, 1
× = 0,105125 m
d. Perhitungan stasioning dan elevasi rencana sumbu jalan
¾ PLV STA = STA PPV - ½ Lv = 6+850 – ½ . 50
= 6+825 Elevasi = Elevasi PPV - g1. ½ L
v
= +15,934 - -0,01854 . ½ .50 = +16,398 m
¾ PPV STA = 6+850
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG – GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT
Elevasi = Elevasi PPV + E = + 15,934 + 0,105125
= + 16,039 m ¾ PTV STA = STA PPV + ½ Lv
= 6+850 + ½ . 70 = 6+875
Elevasi = Elevasi PPV + g2 ½ L
v
= + 15,934 + -0,0172. ½ .50 = + 15,891 m
Untuk perhitungan alinyemen vertikal selengkapnya dapat dilihat dalam tabel Lihat lampiran. Dari hasil perhitungan alinyemen
vertikal didapat nilai E yang relatif kecil, maka dibuat lengkung vertikal hanya pada titik-titik yang memeliki nilai E yang relatif besar
yaitu pada titik PPV 29, titik PPV 30 dan titik PPV 31.
VI.4 PerencanaanKonstruksi Perkerasan
Perencanaanruas jalan Semarang-Godong ini menggunakan jenis struktur perkerasan lentur flexible pavement. Perkerasan lentur adalah
perkerasan yang umumnya mengunakan bahan campuran aspal dengan agregat yang mempunyai ukuran butir tertentu sehingga memiliki kepadatan
dan kekuatan tertentu. Perencanaan perkerasan ini menggunakan metode Metode Analisa
Komponen, SKBI-2.3.26.1987, Departemen Pekerjaan Umum yang berdasarkan pada AASHTO 1972.
Metode Analisa Komponen, SKBI-2.3.26.1987, Departemen Pekerjaan Umum yang berdasarkan pada AASHTO 1972.
Data yang diperlukan dalam perencanaan ini adalah data lalu lintas, data CBR tanah dasar dan data curah hujan yang digunakan
untuk menentukan nilai faktor regional. Prosedur perhitungan struktur perkerasan lentur adalah sebagai
berikut :