Penarikan contoh beruntun Heliothis armigera Hubner (Lepidoptera : noctuidae) pada penanaman kapas di Asembagus
Latar Belakanq
Kapas s e b a g a i bahan sandang, merupakan s a l a h s a t u bahan pokok
penting untuk kebutuhan sehari-hari
setelah pangan,
meningkatnya l a j u pertumbuhan penduduk,
Dengan -in
kebutuhan akan s&ag
aJcan
semakin meningkat.
Hampir 54 persen d a r i kebutuhn dunia d
berken\bang d i
Asia
dan
Pasifik.
i
w oleh negara-negara
sedang daerah
tersebut
secara
keseluruhan dapat menghasilkan 55 persen dari produksi kapas b e r b i j i d i
dunia.
Pada Tabel 1 dapat d i l i h a t , bahva d i Asia dan Pasifik terdapat
1 5 negara penghasil kapas yang terdiri dari 14 negara berkembang dan
satu negara maju yaitu Australia,
k h n p o k negara b
e
t
-
dan Pakistan.
Cina menduduki urutan pertama dart
dalam produksi kapasnya, d i i k u t i oleh Irdia
Pada Wun 1985 C i n a berhasil v
i kapas b e r b i j i
dua kali d a r i produksi tahun 1975 dengiln laju kenaikan 12.0
per
tahun, sehingga pada tahun 1984 C i n a menjadi negara peng-.
Negara
berkembang lainnya y a i t u Bangladesh, Kamboja, Indonesia, Laos, Vietnam,
F i l i p i n a dilll Korea, prcduksi kapasnya t e t a p rendah (Singh, 1986 3 .
D i Indonesia produksi s e r a t kapas baru mencapai
j umlah kansumsi serat (Tabel 2 )
s e r a t masih -gat
.
Lima persen d a r i
Ini berarti bahwa pemenuhan kebutuhan
terga~~tung
pada impor dari luar negeri.
persen d a r i seluruh
EMm p l u h
berasal dari Amerika Serikat dan si-ya
berasal d a r i Pakistan. Australia dan Meksiko.
hTcduksi Kapas Eerbiji Negeri-negeri Penghasil Kapas
d i Dunia (Singh, 1986)-
Tabel 1.
T a h u n
N e g e r i
1975
1982
1983
1984
1985
*.....-,,.......,
1 000 ton
Barrgladesh
B u r m a
C i n a
Kamboja
K o r e a
I n d i a
Indonesia
L a o s
Pakistan
Filipina
2
43
6
8
95
98
7143
10794
13911
-
1
1
11
11
3 357
27
18
1 484
9
3 480
4
5
1 542
-
Republik Korea
6
Sri I a n h
6
Muang Thai
29
Vietnam
6
Australia
107
Negeri di luar
Asia Pasifik
23 363
3 842
21
16
2 472
21
15
3
5
122
3
2
199
353
6
286
26 205
24 209
5
Dalam rangh penghematan devisa negara serta perringhtan ketahanan
serat kapas.
dengan
Prcgram untuk meningkatkan prcddcsi serat kapas dikenal
Intensifikasi
Kapas
Rakyat (IKR), y a i t u pemberian
met kredit
Produksi
T a h u n
........*.....*.....
000
..lbal
1981 /I982
1982/1983
1983/1984
1 984/1985
1985/1986
7 986/1987
1 987/1988
22
21
21
509
558
612
32
34
20
625
750
825
-
845
agar petani lebih t e r t a r i k untuk
me~nam
kapas.
Program IKR sudah b e r j a l a n sembilan tahun,
k b i j i t e t a p rendah,
~ m u n
prnduksi
Selain rmsih ren%hnya l u a s -1,
hektar juga masifi sangat wdah,
-pas
hasil tiap
sekitar 500 kg kapas b e r b i j i ,
bila
dibandingkan dengan rata-rata dunia, y a i t u 1500 kg t i a p hektar (Singh,
1986).
Keragaman h a s i l d i t i a p wilayah pengembangan kapas selama
e a p a tahun terakhir d i k e m k k m pada Tabel 3,
Rendahnya
tertariknya
hasil
pe&ni
yang
diperoleh
dapat
mengakibatkan
l a i n untuk menanam kapas.
tidak
Serangan hama d a n
k a a n g a a i r beweran penting pada pemmman h s i l kapas berbiji.
Hama utam yang menyerang t a n a m a n kapas adalah Sundaptervx b i q u t t u l a
Ishida, Heliothis axmisera K L , Earids v i t t e l l a F.,
gossmiella Saund.
6 b i q u t t t u l a menyerang daun
clan Pectinophora
muda sedang ketiga hama
laimya myerang kuncup bungs dan hush.
Harna-hama
yang bukan hama
utama adalah Spodoptera litura F,, -phila
£lava F.,
*lepta
F. dan Aphis gossmii
Glw.
derogata
K e e m p t serangga tersebut myerang daun
(Soebatrltijo, 1 986).
Besarnya kerugian akibat serangan beberapa macam hama di Amerika
Serikat dikemukahn oleh Ridgway et al,
pa&
Tabel 4.
(1984) seperti yarq terlihat
Menurut Bull et dl. (1979) kehilangan hasil karena
Heliothis spp. merupakan 50 persen dari seluruh kehilangan hasil oleh
serartgdn hama,
sedang di Rhodesia Chiarappa
apabila setiap
(1970) melaporkan bahwa
terdapat s a t u blur Heliothis aLmiqera,
m a b
kehilangan hasil dalam satu hektar dapat mencapai 820 kg kapas berbiji.
D i Indonesia
besarnya
kehilangan hasil kapas yang disebabkan oleh t i a p
5
jenis
hama
klun
diketahui,
rnnnm
hasil
percobaan
(1986)
?bpper
rhlnunjukkan bahwa hasil kapas tanpa pengerdalian bama 60 persen lebih
rendah dibardingkan dengan hasil pada p e w yang dikendalikan.
Bagian
terbesar dari angka kemgian ini disebbkan oleh Heliothis armigera.
Untuk mengurangi kehilangan hasil, para petani atau pengelola
perJdxmmk a w s cedenmg untuk melakukan pengendalian harrra ini dengan
menggunakan insektisida.
&daszukan
Penggunaan insektisida tersebut
tidak
pada padat popLLasi hama di lapang, tetapi didasarkan palfa
sistim kalender.
Sistim kalerder ini ternyata tidak menurwlcan popllasi
di lapang bahkan bdzuq-kadang lebih tinggi dari populasi
b m a -an
sebelum pengendalian dilakuhn, oleh sebab itu hasil yang diperoleh
Tanpa e l i a n
Pengendalian
H a m a
Kehilangan hasil
..............*.
persen
Heliothis spp.
-.,.,*...........
63.1
14.7
asp.
Tetranychus sp.
ADhis ssp.
9.2
61 -0
0.5
7.9
21 -3
18.9
tetap rendah dan biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Menurut
perhittmgm, pada musim t a n a m 1983/1984 h i s insektisida yang digunakan
ai
lapang
dapat
mencapai
15.6
liter
tiap
bektar
frekuensi
penyemprotan sepuluh Icali.
F%dwensi
pemberian insektisida yang tinggi
rnengakibatkan ikut terbavninya pcpuldsi musuh alami,
Sulawesi Selatan &lam
di
m u s h t a n a m tahm 1983 diketahui bahwa populasi
predator larva H, armigera yakni C h ~ ~ s o psp
a
.,
laba-laba pada
Pada -tan
pertanaman kapas
yang
Coccinella dan sejenis
diaplikasi insektisida dengan
sistim kalender jauh lebih rerdah d i b a d h g k a n pada per-
tanpa aplikasi insdctisida (Fachrudin, 1983).
]capas
Akibat sampb'q laimya
adalah adanya tanda-tanda timbuhya resistensi & anadsera terhadap
endosulfa di Sulawesi Tenggara dan oleh k a r e r a i t u pada m u s h taMm
1984/1985 kebijaksanaan pengendalian hama kapas diubah.
insektisida yang digunakan lebih beragam,
liter tiap hektar,
Jenis
dosis diturunkan menjadi 12
b p i sistim yang digurnkan m s i h sistim blender
(Sarnim dan Tbhing, 1986).
Pada batasan pengendalian hama terpadu ( P H T ) disebutkan bahwa
hsdctisida hanyalah
~~ salah
satu tmsur pengendalian dan dapat
digunakiill bersama unsw Lain asalkan kanpatibel
Bosch, 1967)-
(Smith dan van den
dasar PKC adalah penggurraan ambang ekoncmi h a =
AS-
yang berarti bahwa insektisida hanya digunakan untuk meMzgah p o p u l a s i
hama m ~ c d p a it h q k a t kerusakan ekonani.
Untuk nengetahui apakah padat
populasi hama di lapang b l a h -psi tingkat tersebut,
perlu dilakukan,
ketelitian
tinggi.
yatlg
Ada
penantauan
Dalam pemantauan ini diperlukan ketepatan dan
tinggi,
namuri
biaya -tan
yang diperlukan juga
satu card untuk dapat menekan biaya ini yaitu dengan
menggunakan penarikan contoh acak beruntun (sequential samolinq),
Keuntungan
pxqgmsm
penarikan cantoh ini adalah (1
tidak memerlukan
contoh
tertentu,
menghemat waktu
(2)
tidak
(Stevens
memerlulcan
9 &,,
biaya
1976).
yang
tinggi
menghemat w k t u -tan
-yak
penarikan m t o h i n i
H e l i o t h i s sp.
Menurut Bindra ( 1 9 8 6 )
40-60 persen.
Begitu pula d i lkxas,
dan Anthonarms -andis
dapat menghemat h t u 34-60 persen ( P i e t e r s clan S t e r l i n g , 1975).
diperl-
(3)
m t o h beruntun pada Li, armiqera di A u s t r a l i a d a p a t
penggunaan p=narikan
yang
dan
&lam
Edenan
Syarat
m e e ' d c a n p e n a t i b n a t o h beruntun adalah
dliketahuinya t i n g k a t kerusakan ekonomi dan pola -an
d a r i hama yang
akan dikendalikan.
Tujuan P e n e l i t i a n
F e n e l i t i a n ini kxtujuan untuk menyusun renca~penarikan mtah
beruntun yang d i d a s a r k a n atas b i o l o g i ,
kerusakan ekaromi.
pola sebaran dan t i n g k a t
Untuk mengetahuf biologi diadakm pendekabn dengan
penelitian. yang dilaMFan di l a b a r a t u r i u a , sedang untuk pola -an
dan
t i n g k a t kerusakan ekonomi dilakukan p e n e l i t i a n d i lapang,
Hasil p e n e l i t i a n i n i diharapkan chpat e f l c a n petunjuk tentang
card dan saat penganratan terhadap larva H , anuigera, agar pengerdalian
dengan i n s e k t i s i d a yang dilakukan t e p t dan efisien,
T W A U A N WSI'AKA
Sebaran Geagrafis
Jenis hama kapas sangat banyak,
terdaftar.
ada 1326 jenis yang telah
Dari sekian banyak hama, pada saat ini add 12 jenis yang
menjadi hama utama
(Frisbie,
1983).
Jenis hama utama tersebut
bervariasi dari satu daerah ke daerah lairmya, namun hanm yang paling
luas sebarannya dan besar peranannya adalah Heliothis spp,
Heliothis sp. telah dikenal sebagai harm k p a s di Amerika Serikat
sejak tahun 1820.
C l o w e r ( 1980J m e n g a d c & a n
h h w a Heliothis 5 Boddie
telah mengalami bberapa kekeliruan identifikasi.
sampai 1903,
JXri
tahun 1826
spesies itu disebut Heliothis armiqera HWmer,
kemudian
dari tahun 1903 sautpai 1938 Heliothis obsoleta Fahricius, dari
~
L
U
I
1 938 sampai 1 955 & armiqera dan sejak tahun 1 955 hingga sekarang
spesies yang sama itu disebut Heliothis
hama tembakau,
(Folsom, 1 936 1.
Heliothis -v
Fabricius,
Pada tahun 1934
mulai myerang kapas
Hingga sekarang kedua Heliothis tersebut sering
kapas di Amerika Serikat.
rnenimbulkan masalah pada
Kogan dan Herzog
m~yatakansebaran EL
Utara,
Boddie,
(1980) s e r e Maxwell dan Jennings
(1980)
zed dan H, virescens hanya terbatas di m i k a
Tengah dan Selatan
(Western hemisphere),
sedang
&
a r m i ~ a
s p a t di Eropa, Afrika, Asia dan Australia ( F a l q dan Smith, 1973;
Kalshoven, 1981 ),
l3indra I1 986bl menyetut H, armiqera dengan A f r o - a s i d ~ ' ~
kollm.
Di Australia & armiqera s i n g berada pada hnamn kapas bersama-
sama
dengan
Heliothis
punctiqera
hllengren
dan
disebut
daqan
9
Australian H e l i o t h i s (Wilson dan Waite,
(1
1982)-
Esquerra dan Gabriel
986 ) mengemukakan pemberian nama Helicoverpa armiqera
(H i i b n e r )
IEardwicke untuk Heliothis armiqera H i h e r ,
Di Indonesia II, armigera meru@can hama pada pertanaman kapas di
semua daerah kapas di Java
Tengah, Jawa T h u r , N u s a Tenggara Barat, N u s a
Tenggara Timur, Sulawesi S e l a h dan Sulawesi !hnggara.
mmumn Irmq
H e l i o t h i s spp. bersifat polifag.
kapas, tembakau, jagung,
Tanaman i ~ n &
g armigera adalah
sorgum, bun*
matahari, berbagai kacang-
kacangan, jeruk, tamat, kentang dan t a n a m m hortikultura Lainnya (Kranz
et &,,
-
1978).
V
Kalshovetl ( 1981 ) rnenyatakan jarak dan Linum juga
tarmmm i-xmya.
l3arber ( 1 937) membuat daftar tanaman budidaya dan tarnnnn liar yang
mjadi inang bagi
& absoleta dan H, viresoMs di Georgia baik sebagai
b n a m a n utama mupun taMman inang pengganti, seperti yang -1-t
Tabel 5.
E!eberapa taMman liar diketahui m e n j a d i tanaman
pada
hama ini
di Carolina yaitu Linaria canadensis, Rhexia alifanus, Meibania rmrrmrea
dan
rhanbifolia (Ne-ig,
1963).
Tabel 5. Tanaman Inang H e l i o t h i s obsoleta.
-
J d s inang
Inang utanra
Zed l
~
L-y
--
-
--
- - -- - -
Tanannn liar
Tanaman M i & y a
Meibania mrwrea
~
(Maill. ) Vail.
Soya max (L. ) P i p e r .
L i n a r i a canadensis
(L.1 bm.
Linun usitatissimm L.
N i m t i a ~tabam L.
Inang penggifllti
Crotolaria spp.
Lam,
Pedicellaria pentaphylla
(L.) schtank
P h a s e o l u s vulqaris L,
SiQ rfiambifolia L.
Sarghm vulgare Pers.
--
Paniclm s m p a r i u m
V i c i a sativa L,
xantlliun sp
G o s s y p i u n herbaceurn L.
Lyeopersicon
esculentun M i l l .
B i o l o q i H e l i o t h i s spp.
M o r f o l o g i telur, larva dan
g.
pupa
g,
arrnigera,
11. virescens
Clan
h a m p i r sama, hanya ada perbedaan s e d i k i t antara k e t i g a n y a ,
Menurut W i l s o n dan Wte (1982) mass larva, laju p e r t ~ ~ t b ~ h
ukuran
n,
dan
Tabel 6.
T a ~ m a nInang Heliothis virescens
TaMmarr
I m g utama
L i m u s i t a t i s s i m u m L.
Niaoi=iana tabacum L.
liar
Meibaaia n e a
(lulaill. ) V a i l
Rhexia alifWalt.
Linaria cawidensis
(L*)IXnrt.
a i s L.~
Meibania canesoens
IL.) Kuntze.
Meibomia stricta
(Fursh) Kuntze.
Ipanea SP.
Physalis vixosa L.
PhVsalis anqulata L.
Phvsalis turbinata Medic
Solanun sisvmbriifolium.
H e t e r o t h e s t subwillaris
(Lam. ) Britton & Rusby
Aplopappus divaricatus
( N u t t , ) A. Gray
Sitilias carolinLana
(Walt-1 Raf.
Larva yang baru -tas
0-2 mn.
instar
War-
ptnjangnya lebih kurang 1 - 7 5 m n dan Iebar
putih kekuningan dan kepala berwarna hitam,
Setelah
ketiga warnanya bervariasi, antara lain hijau, hijau kekuningan,
hitam keooklatan, hitam caklat muda atau merah,
adanya garis-garis
war^
yang
-ya
C i r i khasnya adalah
berbeda sepanjang bdannya,
garis
gelap, garis berwarna terang, agak gelap lalu benerna gelap lagi.
Pada suhu rata-rata 25.f0
dan kelfmbaknn 85.5 persen, n n s a telur
tiga sampai delapan h a r i dan l a m e s t a d i a larva 13 sampai 21 hari
(Sthiyakto dan Gatot Kartano, 1986 )
.
Masa pupa 1 7 sampai 16 hari.
sedang pupa
H.
berwama mktat
Pupa&
tua,
anniqera tnula-mula coklat terang, lalu menjadi ooklat tua
h t i k a akan menjadi irnago.
Suryowinoto
&
a.( 1983
)
membedakan j e n i s kelamin pupa,
dapat menemukan tanda khusus untuk
Pada pupa jantan celah kelamimya
membu2at, sedang oelah anusnya m=nipakan t i t i k hibm.
celah tersebut terdapat w
a
n garis yang membutat.
Di s e k i b kedua
Pada pupa b e t i n a p
b e r h t u k jcvong dan sekitar celah tersebt
Celah kelamin dan ce1.h
ada gambran garis-garis sannr herbentuk jantung.
I d m a hidup imago bervariasi dari 2 sampai 15 hari.
i m a g o j a n t a n lebih pe&&
dari pada i m a g o betina.
Lama hidup
Masa pra peneluran
k k i s a r antara 8 dan 12 hari dan mencapai puncak peneluran tiga sampai
enam h a r i sesudah awal peletakan b l u r ,
dapat mencapai 1 000
-
1 500 butir.
Produksi telur seekor betina
Imago aktif pada rnalam hari dan
meletakkan telurnya terpencar,
Larva yang baru kel~~GZUI
bagian tanaman.
h n g a dan buah Rplda,
pads
dari b l u r akan makan kulit blur d l u m
t a m m a n kapas, larva lebih m y u k a i kuncup
Satu &or
larva dapat menyerang beberapa kuncup
sebelum melanjutkan serangannya pada buah (Anonim. 1978 1.
K
p
.
13
bunga dan buah muda yang terserang akan gugur, sedang
t e t a p pada tanaman dan t i d a k dapat membuka.
m y e r a n g bagian ujung dari tongkolnya.
tomat yang diserang adalah
1978)-
adalah wting dalam pzrqelolaan ham^ terpadu, kadapat
diketahui
Pada jagung, larva
Pada ternbakau, larva menyerang
bagian pucuk dan dam yang tua, sadang pa&
buahnya (Kranz et al.,
brtah yang tua akan
saat-saat
tanaman *tan
dari hubmgan ini
atau tahan terhadap hama,
ZGrenta-~
atau
~ ~ ketahanan tanaman terhadap serangan b m a ads huturrgannya
dengan periode atau tahap p e r t m h h a n dan per-
taMnran kapas-
Menurut Falcon (1972) pertunhhan dan perkembangan taMman lcapas dibagi
atas tiga periode.
Periode pertarna adalah periode i~lltara peMMman
W m k m t u h n buah yng dimulai dengan muncuhya kuncup bunga p e r t a m a dan
terakhir dengan mskarnya buah perbma,
Pada varietas Acala SF-1
di
Califamia periode ini mencapai sembilan minggu d m dalam nnsa inilah
taMman mencapai daya dukung terhadap peinbentuhn buah.
-sen
aiasanya 80
dari day dukung dicapai pada lima atau enam minggu setelah msa
pem)xmgaan.
Pericde terakhir adalab periode penratangatl
bush,
Ketiga
periocle ini a J c d n berbeda pads varietas dim 1ingkunga-i yang berbeda.
Gambar 1,
Pa&
A c a l a SF-l
Banyaknya Burrga dan J3uah Yang Terdapat pada Tanatmn =pas
Varietas Deltapine yang Berumur 30 hari sampai P a m
(Falcon dan Smith, 1973)
buah terakhir mekar sekitar umur 200 hari setelah tanam,
.s&knq pada varietas Deltapine di Nicaragua sekitar 180 hari setelah
taMm seperti terlihat pada
Gambar 1 (Falam dan Smith, 1973).
TernyaGi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Heliothis sp.
seirinq dengan h y a k n y a bunga dan buah yang terbentuk.
m
Makin banyak
a dan buah terbentuk, makin banyak pula bungs y m g rusak (Gutierrez
15
pula b a h w a add hubungan
dan berbagai v a r i e t a s dike-
yang p o s i t i f
a n t a r a banyaknya bunga serta buah yang rusak dan p a d a t p o p u l a s i
Heliothis (Gambar 2).
Slosser et al.
(1978) melaporkan bahwa populasi
Heliothis menurun ketika banyaknya k u n ~ ph q a yang berdiameter lebih
besar dari 6 mn menurun d i bawah 160 000 per hektar.
Delapan puluh lima
d a h wdctu lima m i n g g u sesudah hrtga
persen buah wak
ub=ka~dan 95
persen dari buah yang dapat c3ipxe.n berasal dari kuncup bunga yang
terbentuk pada bulan pertarna masa Pemtxmgaan.
Faktor l a i n yang sangat erat hukungannya dengan pengendalian h a m
adalah p l a gugurnya
ddcung,
byah,
Apabila banyaknya buah telah mencapai daya
buah yang haru dibentuk yang merupakan kelebihan akan gugur.
Pengguguran ini terjadi pada tuah yang umxnya kurang dari sepuluh h a r i ,
Sehitlgga buah gugur paling &yak
ExmcaJmya.
ketika jumlah bunga mekK m p a i
Lebih dari 50 persen buraga mekar tidak dapat menjadi buah
yang &ptdipanen pada akkir rms+m taMm (Gmbar 3 ) .
gugur t e r l a l u banyak
w t u k a n buah,
(sampai d i bawah daya dukung) pada
brnn-en
tersebut pada periode berikutnya-im
Apabila buah yang
periode
untuk mengqantikan kehilangan buah
Namun buah yang m t u k pada akhir
akan menghasilkan serat yang kuantitas maupun lcualitasnya rendah,
kecuali j i k a k
e
l
m tanah dapat diatur terus-menens rnelalui i r i g a s i
(Falcon ddn Smith, 1973)-
Gamtnr
-
=,
m Bunga, (b) Kuncup B-a
Terserang,
*==rang,
(el Larva Meliothis
Yang -pat
~ a d aTaMman Kapas yang Berumur 40 Hari
saRIpai Panen (Gutierrez et al., 1981)
-Y-Y~
(c)
(a) K
M,
(dl
I8
pengertian yang sama d i n y a w plla oleh Stern ( f 973 1, Judenko ( 1972 I
L
u
-
clan Met:calf
(Poston e t
Berbagai k r i t i k terhadap konsep ini t e l a h
( 1 975).
k a r a t e r l a l u s e d e r h a ~dan t e r l a l u mengabaikan
hnyak dilontarkan,
fake-faktor
,
l a i n yang dapat mempengaruhi sistem t a n a m a n dan hawmya
1983;
dl.,
Stefanou,
19841,
namun kansep h i masih dapat
bertahan sampai sekarang.
m
d
s dan Heath
( 1964,
dalam M e y ,
19721 mayatakan M w a
populasi hama sudah mencapai taraf ambang elwaxmi biLamaM populasinya
cukup besar untuk menyebabkan k e r u g i a n yang s e n i l a i dengan b i a y a
pengedalian.
B i e r r e ( 1966, &lam
l a i n pada h
a
-
Headley,
1972) membetikan Fengertian
ambang ekanrni dan - y a w
batma ambang ekoncmi
adahh suatu t i n g k a t k r i t i s dari kerusakan tanaman yanq di atas tingkat
k s e b u t kerusakan ti&
(1972)
dapat ditolssansi lagi.
batasan
member-
popllasi hama yang menn i l a i n y a dengan l a j u
Selanjutnya M l e y
ambang ekrrraai adalah s u a t u tingkat
l a j u pertambahan kerusakan yang
same
biaya untuk mencegah kerusakan i t u -
Namun Andckv dan Kiritani (1 983) menyebu-
babsan ambang ekanani d a r i
Heaaley (7972) sebagai batasan t i n g k a t kerusakan ekaplani yang 1engIcapya
adalah padat popuLasi h a m yang m = n y e b h k m laju p r h d d n n kemsakm
a t a u l a j u penunman pendapatan senilai dengan laju pertambahan biaya
Wtuk mencegah kerusakan i t u .
D a r i uraian d i atas dapat dikatakan k a b a beberap ahli menggunakan
batasan t i n g k a t
kerusakan ekolrmi untuk itmbang ekonani,
batasan yang diungkqkm oleh Munford dan NartM
(7976)-
Peneliti
laimya
menggunakan
istilah
b e g i t u pula
(1984) dan N o r t o n
yang
bnmcam-macam
19
seperti ambang kendall, ambang kegiatan,
-k
M
g
-
r
kerusakan kitis & ambang populasi kritis untuk ambang eke- dan
tingkat kerusakan ekonomi
(Cancelado d m Radcliffe,
1966;Sterling, 1984;Walgentach dan W
*
,
(1983) t e t a p
nvjnbedakan
kembli
atau ambang
et al.
-
(1959)-
1984)-
1979;~hantr
dan
antara tingkat kerusakan ekoncmi ddn ambang
ekanomi seperti apa yang diutarakan oleh Stern
Dikatakannya bahwa ambang kendali digunakan untuk
m u s h tanam,
mgrmtuskan kapan harus dilakukan perrgendalian s~~
tingkat kerusakan e
k
d memberikan tingkat kerusakan yang apabila
dikendalikan akan menguntuncjcan-
tersebut amhrng
Men-t
ekrmrmi-
kendali akan tetcapai lebih dahulu sebelm tingkat
perkataan lain pengendalian selalu dilakukan sebelum popiLasi
h a m mencapai tingkat kerusakan ekonomi, kalau tercapai, kerugian
ekonani a)can terjadi.
Sebaqai contoh, larva instar kelima dan keenam
mencapai 96 persen dari total
S p t e r a litura daya mdcannya &pat
instar larva (Okamto dan Okada, t 968 1, maka pengendalian terhadap
instar muda yang dilakukan jauh sebelum
kerusa)can
ekonani terjadi akan
sangat menguntungkan.
-lam
batasan dari Stern et al.
(1959) sudah ditekankan hubungan
rllltara padat popllasi harm dan kerusakan ekanani, tetapi m e r e k a tidak
memberikan penjelasan mengenai parameter apa saja yang diperlukan
sebagai penduga.
e
Baru 13 tahun keraudian Headley
w merupakan orang pertama yang
( 1 972).
seorang m
i
kerusakan
tingkat
ekoncmi dalam pernyat a m matematik meskipun ia menyebutnya ambang
ek0nun.i.
Pada
tahun
yang
sarna
Stone dan Pedigo
( 1972) w
l
c
a
n
prosedur yang praktis untuk msqhitung t i n g h t kerusakan ekoMni hama
perusak dam kedelai Plathypena scabra.
Empat
peubah utama yang mereka
kemukakan adalah hiaya pengendalian, harga h a s i l panen,
kerugian h a s i l
yang disebabkan t i a p i n d i v i d u hama dan tanggapan tanaman t e r h a d a p
kerusakan (penunman k u a l i t a s dan kuantitas t i a p unit kerusahn).
Pedigo et
Nortan
model optimisasi HexlLey ( 1972) dan
pa&
Formula ter+t
. !
pa*
suatu formula yang didasarkan
{I9861
dl.
per-
adalah
= tingkat kensakan t i a p u n i t produksi yang
tersebut
oleh Headley
( banyaknya
( 1976) untuk digunakan
dm
(1972)
Nartan (19761
serangga t i a p ha )
,C
masih disebut ambang ekcmani
= biaya kegidtan pengadalian t i a p unit
,
produksiim t i a p k ) V = harga pasar t i a p unit produksi (Rp t i a p kg) r
I = tingkat kensakan t i a p serangga t i a p unit produksi (proporsi daun
yang dimakan t i a p serangga t i a p ha
)
dart D = kerugian t i a p u n i t
kerusaJcar~(kg t i a p ha t i a p proporsi dam yang rusak).
Eleskipun hubungan
peubah tersebut kelihatannya sederhana. masalah
matenratik dari k&t
akan timbul pula b i l a peubah-peubah sekunder yang menyusun p e M u
i k u t dipertimbatlgkan.
p e w
uiama sukar
kanpleks
melalui
Poston
s &. (1 983) menyebutkan
bahwa peubah-
untuk diduga dan diranral k a r e ~prosesnya sangat
waktu,
oleh
sebab
itu
dalam -kan
tingkat
21
kerusalcan ekonani harus dilakukan penelitian dahulu terhadap kanpnenkanponen biologi,
Formula y m g diberikan oleh Pedigo et al.
(1986) d a p t
digunakan
untuk serangga hama yang langsung merusak unit prcduksi dengan card
nencdif ikasi peubah I dan D menjadi satu peubah misalnya B, seningga
formula sekarang menjadi
m=
pada
C
V B
persamaan tersebut B adaLah penurunan M i l tiap serangga tiap unit
produksi (kg tiap seraqga tiap ha 1.
Formula yang
digmdcan oleh
et dl. ( 1 982) untuk Heliotbis spp, pada kapas dengan kode huruf
yang sedikit berbeda yaitu
pada persamaan tersebut b adalah koefisien regresi yang diperoleh dari
hubungan antara tingkat poprlasi larva dan hasil serat kapas kerbiji (kg
tiap larva )
.
B a t i s a c ~ tingkat -k
ekancmi yang diberikan oleh Ardaw dan
Kiritani 11983) serta ambang ekonomi oleh Headley
(1972)
dapat
dilukiskan dab h t u k kurva hubmga~antara pdat popllasi hama dan
nilai hasil yang dapat diselanrathn seperti pada Gambar 4,
-
Dari Gambar
4 tersebut terlihat bahwa m a k i n tinggi populasi ham makin tinggi hasil
yar+g &pat
diselarnatkan apabila
penqerdalian dilakulcan.
Feqetongan
antara kurva biaya pengendalian d a n i l a i h a s i l yang diselamatkan
merupakan n i l a i
tirqht kerusOlcan ekonani.
Pada tit& perpatongan
tersebut n i l a i h a s i l yang diharapkan sebanding dengan biaya pengendalian
atau EiCR = 1 : 1.
Farrington 11977) menjabarkan hubungan antara kedua
k w v a dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan perhitungan hipotetik.
Diaswnsikan bahwa biaya pengendalian
sama mtuk s e m a kasus yaitu 85
d o l l a r seperti yang disajikan pada Tabel 7.
tingkat -k
ekDmRi
Dari perhitungan diperoleh
yang menyebabkan perbardingan anbra nilai
h a s i l dan biaya pmgemklian sebesar 1.06
: 1.00.
Ambang ekonaui pada
kasus i n i adalah tingkat popllasi harrra y-
kerugian basil
sebesar lima persen.
-2
B
B
3
.-I
a
f
Biaya
1 --
-1ian
.-I
Z
Padat populasi hama
TKE
Gambar 4.
Populasi t h n n dan N i l a i Hasil
(Andow dan Kiritani, 1 983)
Hubungan antara Padat
yang Disel-tkan
23
m y a t a berbagai perhityaitu
konsep
TKE berswnber d a r i konsep yang sama
landasan opetasional
Headley
( 1972),
wlaupun
sebutan
namanya sering berbeda add yang menyebut ambang ekonani, ambang kendali
tingkat
atau
Stern e t a l -
kemsakan
( 1 959)
ekoncmi.
Sedangkan
s a m p i -ang
konsep dasar d a r i
masih d i t e r h sebagai
lardasan
-itis.
Kfxugian
hasil
(per-)
N i l a i kerugian
(dollar1
B i a y a
pengerdalian
Idollar)
Nilai h a s i l yang
dapat diselamatkan
(dollar)
BCR
b l a m pemanboan serangga hama dikenal dua jenis penarikan contoh
y a i t u penarikan c o n t o h yaw bersifat baku (standard samplinq) dan
penarikan con-
bermtun (sequential samplinq) , Pada ununmya standard
samplinq l e b i h banyak digunakan.
unit a t o h sudah ditentukan & l u n
D i daerah pert-n
Pada penarikan contoh i n i banyaknya
pengamatan dilakukan.
kapas d i Indonesia s
-
sampling dilakukan
metode penarilcan oontoh yang bervariasi y a i t u metode a ) diagonal,
b)
zigzag
dan c ) m e n u r u t arah baris.
m y a k n y a r n t o h Y*
d
i
e
24
bervariasi darl 4 0 sampai 100 taMman t i a p hektar.
N s n m t E d i S-0
( 1 988) ketlga metode tersebut tidak mernberikan hasil yang b e r M ~ i k a
dlgunakan untuk pernantauan ham-hama kapas kecuali S, biquttula.
Penarikan
oontoh beruntun belum banyak diqunakan d i Indonesia.
Pada penarikan contoh tersebut con-
hanya diambil sampai k-latif
telur a t a u larva yang ditemulcan melebihi a t a u d i b a d tingkat k e n s a k a n
ekorxxui.
Penarikan contoh beruntun mulai dikembangkan sejak Perang Dunia I1
oleh a h l i entcmologi kehutanan.
pada bid*
y
-a
mi
baru dicoba bekerapa tahun kemudian.
pertania
sekarang penarikan con-
beruntun telah dikembangkan untuk pendugaan organisme l a i n s e l a i n
serangga (Matin, 1986).
T i g a ha1 yang h a r u s d i k e t a h u i t e r l e b i h dahulu sebelum rnetode
penarikan c o n e ini dikembmgkan, yaitu :
(1 )
&la s e k r a n dari ciri ( peubah) yang digmakan,
misalnya
banyaknya
bunga terserang a t a u banyaknya t e l u r t i a p t a n a m a n .
( 2 ) Tingkat k e r u s a h n ekonomi
dapat
( 3 ) Satas toleransi kesalahan yang
diterima
&lam
pengambilan
keputusan.
Dalam s t a t i s t i k a ,
pengamatan
sedang
m?nentukan pola
pengdmk
s e b a r a n menunj ukkan d e r a j a t pencaran s u a t u
dalam
ekologi
pengelanpokan yang
(Stevens
& &. ,
w l a s i dapat dikategorikan
(aggregated)
atau
s e b a r a n merupakan
teratur
1974; S o ~ t h W .1966).
paling
1976 ) ,
ke
untuk
oocok bagi nilai-nilai
Pada hakekatnya sebaran s u a t u
dalam
(reguler )
ukuran
acak
(randan).
mengelanpok
(Buntin dan Pedigo, 1 987 ; Poole;
Ukuran sebaran yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
populasi hama ke dalam salah satu kategari tersebut adalah ( 1 ) nisbah
antara ragam dan rata-ratanya, (2) koefisien Green, (3) irdeks Morisita,
(4)
indeks Morisita yang distandarisasi, ( 5 ) k dari fungsi binom
negatif,
(6) irdeks
mean
crdinq Lloyd,
( 7 ) indeks
pathiness,
(8)
irdeks pangkat Taylor, dan (9) indeks 1-0.
Nilai k dari fungsi binan negatif -up
positif.
semua bilangan nyata
Makin rerdah nilai positif k, popllasi hama m a k i n mgelaqmk.
Southwccd ( 1966
memberi batasan jika k > 8. hama menyebar secara a d ,
&n jika 0 < k < 8 harm myebar nengelanpok.
Bliss dan Fisher ( 1 953) memberikan card terbaik unWc menduga nilai
k, yaitu d e q a n penduga kemmgkinan maksirmna dan dihitung dengan iterasi
melalui persamzu-l :
n ln
(
1 +
rn
---
1
-Ax'i
=
;-;-;-
k
sedang n ac3ala.h knnyaknya tarmmn yang -ti,
0
m adalah banyaknya hama
tiap tanaman, k adalah ukuran pengelatlpokan d m
+
adalah frek-i
kumulatif setelah kelas ke-x.
zedang
s2 adalah rqgam,
pengelcmpokan yang &pat
1961).
5f rata-rata hama
dan b adalah ukwan
dianggap konstan ugtuk satu species (Taylor,
Nilai b > 1 menunjdckan b h w a hann mengelompok, bila b = 1
sebaran hama adalah acak dan b < 1 menunjukkan sebaran hama yang
Indeks Iwao d i h i t u n g berdasarkan hubungan antara indeks
Cradinq Lloyd yaitu X+ ( s 2 /X)
-
1 dan X, hubngan ini b e r s i f a t l i n e a r
-ngga
x + s 2 / x s2= ( d
sedang
4
1
1 =
-4 +
) x +
( + - I
p
x,
amu
x2
menunjukkan kmpmen dasar dari popllasi dan
e
l
-elm,
+
dari kcmponen dasar.
f3
mean
Bila
= 1 sebarannya acak dan b i l a
f
d
> 1
6
adalah ukuran
a menyebar
< 1 s&arannya
m
teratur.
a
Untuk dapat menyusun model ren-
H. armiqera diperlukan pengetahtingkat kerusakan ekonmi,
penarikan c ~ t o hberuntun pada
mengenai biologi, poLa m a n dan
ole. sebab itu dilakukan tiga tahap
penelitian.
Penelitian I
Beberapa Aspek Bioloqi H
. armiqera
Tujuan
Penelitian ini bertujH. armiqera diletaklcan paling
-
untuk iengetahui ( 1 ) di bagian mana telur
banyak,
( 2 ) daur hidup,
( 3 ) keperidian,
&an ( 4 ) martaligas.
Metode
Per-
pendahuluan ini dilakukan di rumah kaca dan Labcrratorium
Kelanpk Peneliti Hama blai Penelitian ?hnmm R e n p &
dan Obat, Bogor
dari bulan September sampai dengan bulan lksa&er 1984.
Untuk merrdapat g a m b r a n di
ma^
telur diletakkan paling banyak,
maka enam belas pasang imago yang baru keluar dari pupa ditempatkan pada
staples-staples plastik y a g masing-masing berisi satu pasang.
Pada
Setiap staples diletaWEan kapas yang telah dibasahi c k r q a n nvldu untuk
makannya.
Pada waktu yang sama di rwmh kaca telah disediakan -t
t a n a m x i kapas varietas Deltapine 61 yang h n m u r 60 hari setelah t a n a m
yang
masing-masing
diletakkan dalam sebuah kunmgan yang terbuat dari
28
Betina-betiria yang telah
kasa plastik dengan tinggi 2 m dan lebar 1 rn.
wlakukan kopulasi dalam s t o p l e s dilepaskan ke &lam
k u ~ n g a ntersebut.
K e dalam setiap kurungan dilepaskan empat ekor be ti^ dan dibiarkan dud
malam.
Banyaknya telur yang diletakkan pada
bagian-bagian
taMman
tertentu dan masa telur diamati.
Peng-tan
terhadap daur hidup, keperidian dan mortalitas dilakukan
dengan card msnap~~tlcan
seplluh pasang imago yang baru k e luar dari pupa
stoples-stoples yang rrrasing-imsing hrisi satu pasang,
pada
beti-ya
telah melelxMcan telur.
pasangan imago tersebut dipindah)can
setiap hari gnda staples yang vol-ya
sama,
terhadap masa praperkzluran, banyaknya b l u r y
persentase telur yang menetas,
keenam, l-ya
Apabila
Pencatatan dilakukan
q diletakkan t i a p hari,
mortalitas larva instar pertam i
hidup h g o betina dan jantan,
Fenelitian I1
Pola w a n nelur dan Larva H. armisera
Tuiuan
Penelitian i n i bertujuan untuk mengetahui pola sehran telur dan
Larva instar
pertama
dan kedua pada berbagai stadia
kapas.
Metode
Pemzlitian dilakuk.an d i Kebun
bulan Januari sampai dengan h L a n A p r i l 1 985.
61 ditanam
d i atas
Asembagus, Jawa Timur dari
&pas varietas Deltapine
sebidang tanah seluas ~ e t ~ g a
hektar.
h
Jarak antar
29
baris 25 an-
baris 100 an jarak &lam
Sepertiga bagian Urea dan seluruh TSP diberikan
kg U r e a dan 100 kg TSP.
kenmwr 1 5 hari dan sisanya diberikan pada u m u r 45
pada saat
hari
Pupuk yang digunakarr adalah 100
.
Pengamatan dilakukan seminggu sekali sebmyak sepuluh k a l i , mlai
mmr 50 hari sampai dengan 113 hari seteLah tanam, Penarikan cantoh yang
digunakan adalah sistematik.
Seluruh pertanamm dibagi ke d a b 60
yang tiap-tiap petak terdiri atas 10 baris a' 30 tanaman.
pet&
mgambilan cuntoh
baris pertama.
Pa&
Pada
lima taMman yang tmgginya sann dianrati pada
-tan
kedua diamati pada baris kedua, begitu
seterusrtya sampai p%qarmhn kesepuluh, sehingga pada setiap pengamatan
terambil 60 unit -toh
taMman atau 300 taMman (Gambar 5).
Pengainatan dilakukan terhadap banyaknya telur, larva instar pertanra
dan kedua tlap tanatmn,
serta posisi telur pada bagian-bagian taMman
kipas-
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh berbagai ukuran
-am
atau k e f i s i e n agregasi y m g akan digunakan pada penarilcan
oMltoh beamtun dan letak telur paling banyak pada bagian taMman kapas.
~ ~ t e r a n g a:
n 1 petak besar = 60 pet&
kecil
Ukuran petak be= 12 x 5 petak k e c i l
1 petak kecil = 1 0 baris a 30 t-n
011. 015.-,.,,
121 = dud i r a d e k s per-3letak
baris pet&
k e c i l , i r d e k s terakhir menunjukkan l e t a k lajur
petak kecil.
I
.
.
.
10 : menunjukkan baris tanaman dalam petak k i l
Satu unit contoh = lima
......
-.
Penelitian
IIL
Tinqkat Kerusakan Ekonomi H. armiqera
Tu]uan
Penelitian i n i bertujuan untuk m e t a h u i hubungan illltara tingkdt
populasi
larva d m k e m s a h n serta pen-
brmmn kapas, sehingga dapat
h a s i l pada berbagai
ditentukan
kerusakan
tingkat
ekonani
H. armigera.
-
&letode
P e r c o h a n dilakukan di =gus,
Jaw Timur dari bulan Desember
1985 sampai dengan M a n Juni 1986,
Faktor tingkat popllasi l a r v a yaw
dicobakan adalah 0 , 3 ,
G m a m a n kapas.
6 larva i n s t a r pertama dan kedua s e t i a p 20
Pertimhngan mtuk m e m i l i h larva instar pertama
*
k d u a adalah a ) b l u r suk. untuk diirokulasikan k e lapang karena telur
lebih mudah tergelinclr dan tak dapat dijamin bahwa telur tersebut dapat
metas
dan kedua masih berada
dan b) pada unumnya lanm instar per-
d i luar kuncup bungs dan belun banyak merusak u n i t produksi seperti
h a - l a r v a pada instar lanjut,
pada larva instar
sehingga -tauan
muda helm terlamtnt untuk -1ian.
Tingkat
ppulasi
larva dikanbinasikan dengan faktor l a i n yaitu
lannnya serangan larva pada urarr tarnrmn tertentu.
~anraada beberapa mcam : 0 ,
10,
20,
Iamanya serangan
30, 40 dan 50 hari.
Pada 1-
petak perccbaan yang pertama, masing-msinq serangannya dimulai umut 50,
60,
70, 80
dan 90 hst,
clan beraJ&ir pada
unntr
99 hst,
-t
ptak
32
lainnya, serangannya d h l a i pada umur 50 hst s e r e berakhir
per-
~ a d au m u r 89, 79,
&pa
69 dan 59 hst.
Satu petak
kontrol y a i t u
serangan sama sekali, sehingga faktor lamanya serangan ini terdiri
atas 10 taraf atau p e e k dan susunan petak percobaannya ter~antum ~ a d a
Tabel 8.
Tabel 8.
Susunan Iamnya Infestasi Larva pada Urmr Tanarrran
yang Berbeda.
ICetera-qan : + = diimkulasi larva, tanpa i&tisida
- = tidak diinokulasi Larva, m
i
insektisida
33
Aplikasi insektisida pada petak yang bertanda
(-)
ditujukan untuk
melirdungi tanarnan dari serangan II, annigera dan Larva diinokulasikan
pada petak yang bertanda ( + I ,
Perkembangbiakan l a n m dilakukan di
laboratorium hama KP Asembagus.
-
diimkulasikan pada
Plpa
pada
~mn+r 50
Pada p e t a k pertama larva mulai
hst, apabila larva terseht mulai memberrtuk
60 dan 70 hst dilakukan imdculasi &
u
den-
larva
instar pertama, sehingga pada petak p e r t a m a dilakukan tiga kali
imkulasi dan pa&
ptak kedua dua kali inokulasi.
Pada petak keempat
dan lima hanya dilakukan satu kali inokulasi.
Tiga puluh perlakuan yang merupkan karibirnsi dari tingkat popllasi
larva dan laraanya serangan larva disusun d a k- r
kelanpoJc denqan
tiga ulangan, sehingga seluruhnya diperlukan 90 petak peroobaan.
petak berukuran 5 x 5 m2 dan k i s i 100 tanaman,
Tiap
Banyaknya tanaman yang
diamati 60 tanaman dan terletak di tengah petak, sehingga t a n a m a n
pinggir 40 tanaman tiap petak.
Petak percobaan 2 250
rn2,
Jarak t a n a m 100 x 25 an.
Luas seluruh
Jarak antar petak rninirmrm 3 in, sehingga luas
kotornya msncapai setengah hektar.
Bagan percchdan disajikan pada
Gambar 6.
Irwktisida yang digunakan pada
muda ialah erdosulfar~35 EX2
(Thiodan) sedang pada taMman sesudah urnur 70 hst digunakan siflutrin 1
ULV
(Baythroid) den&
dosis 2 l/ha.
P e ~ ~ ~ - ~ t adilakukan
uan
semi-
sekali agar banyaknya larva tidak melebihi amh3ng yang telah ditentukan.
-tan
yang dilakukan adalah banyaknya
petak. banyaknya buah yang &pat
*taka
bungs
gugur terserang tiap
dipanen dam hasil kapas berbiji tiap
6-
Penempatan Pet& Percmhan d ~ g a nKanbinasi m
Illfestasl dan Populasi Larva
K e k a n g a n : 1, 2, 3,
10 pada indeks per= nornor pet&
Denah
...,,.
y
a
pada
Tabel 8 .
0, 3, 6 pada indeks kedua = banyaknya larva tiap 20 tanarnan
Penelitian
Penyusunan Penarikan Contoh Betuntun
Kegunaan
penarikan contoh beruntun add dud macam.
Pertama adalah untuk
mentukan
menggunakan insektisida.
-tidl
decision plan-
strategi &lam
Prosedur penarikan
Kegunaan
Kegunaan
yang
pengendalian dengan
0011toh
ini dikenal dengan
yang kedua adalah untuk menduga
parameter popllasi dan ditujukan untuk kepentingan penelitian.
Prosedur
Penarikan contoh ini dikenal dengan sequential counting plan.
Syarat yang diperlukan untuk msnyusun secmential decision plan
adalah diketahuinya koefisien pengelompokan dan tingkat kerusakan
ekaxmi., sadang untuk menyusun sequential -ti-
plan hanya diperlukan
koef isien pengelanpokan.
Pada penelitian ini dipelajari pola sebaran telur dan larva, s e d a n g
thgkat kerusakan ekancmi hanya dipelajari krdasarkan padat populasi
larva, oleh sebab itu sequential decision plan hanya dapat disusun untuk
stadiun larva, sedang mtuk stadium telur hanya dapat disusun sequential
aoUnting plan,
Rencana penarikan contoh heruntun untuk pengambilan kepukusan
(sequential decision
oleh Iwao (1975 &lam
&)
disusun ben%sarkan metode yang dikembangkan
Walgenbach et dl.,
1985) yaitu dengan membuat
selang kepxcayaan u t u k setiap banyaknya m
t
o
h yang diambil.
q =
banyaknya
Btas
unit contoh, mo = nilai tingkat kerusakan yang diproleh
36
pada penelitian III, z ditentukan berdasarkan kesalahan jenis pertamat
dan
adalah koefesien agregasi dari per-
regresi Iwao yang
diperoleh pada penelitian 11.
R e n c a ~penarikan contoh beruntun untuk pendug-
berdasarkan koefisien keragaman bagi n i l a i tengah.
kerag-
Apabila koefisien
adalah :
sx=@-,sertax==
dan
nus
c.Q
Pada persamaan Taylor, s2 =
, s2 =
Pada persaman 1-0
atau
C =
sedang a, b,
terdapat
populasi disusun
d
dan
'
aJZb
Ib
atau .S2 = a (
( d +1 ) X +
V _ (A +
Tn
(
1) +
f - 1 )9 atau
( b - 11
n
untukrmdel Iwao
diperoleh dari penelitian 11.
hubungad antara Tn d m n.
krsebut dimm&an
n
Pada C tertentu,
Kurva yarq menggambarkan hubungan
garis henti (stop - line), krena SeOTang pengamat
boleh mengktikan pekerjaannya bila kumulatif larva atau telur yang
ditemakan melebifii kurva tersebut.
37
Untuk iwmkmtu kurva stop
-
line dibentuk k
m hubungan antara
banyaknya unit o ~ t o hdan rata-rata populasi t i a p unit,
menggantikan Tn dengan nX ( A n s c o r n b e ,
1949).
dengan cara
Kurva i n i memberikan
informasi koefisien keragaman yang merungkinkan untuk dipilih.
HAS=
DAN PEMBAHASAN
Beberam Aspek Bioloqi H. armiqera
Telur
Telur diletakkan oleh imago terpisah satu sanra lain,
Telur yang
baru diletakkan k s w a r n a kuning muda, makin lama warnanya m a k i n tua dan
apabila akan renetas terlihat adanya satu bintik hitam yang jelas.
inkubasi telur antara tiga dan empat M i ,
Masa
k e r a g m y a lebih kecil
dibardingkan dengan hasil penelitian di Malang, Jawa Timur (Subiyakto
dan Gatot Kart-,
f 9 8 6 ) . k a r e ~suhu rata-rata di Bogor sedikit lebih
tinggi ( 2 7 O ~ dari
)
pada di Malang ( 2 5 . 5 * ) ,
Apabila telur diperlakukan
pada suhu y m g lebib rendah dalam kondisi laboratorium di Bogor, yaitu
Pads suhu kurang lebih 26*,
& masa inkubasi m j a d i lebih lebar
kisarannya yaitu dapat mencapai delapn hari.
Larva
Larva yang baru keluar panjang tutuh rata-rata 2.8 m n dan l
y
a
0.4 mn.
sedang
lebar kepala 0.3 mn.
Sebelum makatl jaringan tanaman,
brva transparan dan setany sangat halus.
Pada larva instar kedua, -ya
m j a d i kurrillg dan sudah mulai
klihatan adanya garis J x x w a n n coklat pada Ingian lateral dan adanya
perdukung seta yang
lebar
ooklat.
Rata-rata panjang tulxlh 9.9
nm
1 - 3 mn, sedang lebar kepala 1.3 mn.
war^
larva instar ketiga sampai keenain bervariasi.
Yang diberi m3kan
jagung variasi
Pada larva
warnanya lebih banyak dibandingkan
-
39
dengan v a r i a s i w a r n a
Variasi
larva yang d i k i makan bunga d m buah kapas.
yang d i b e r i jagung a n t a r a l a i n h i j a u plos, h i j a u denqan
garis c o k l a t muda,
putih atau hitam, kuning detlgan g a r i s hitam.
Pada
l a r v a yang d i b e r i buah kapas warnanya l e b i h banyak h i jau b e r g a r i s hitam
s e d i k i t a t a u h i j a u polos.
Rupanya v a r i a s i
kwrna
i n i s e l a i n ditentukan
oleh g e n e t i k ditentulcan pula oleh jenis p r o t e i n yang terdapat d i &lam
m&anamya.
Menurut C h a m (1971 ) m o l e k u l p n g h a s i l warna yang dikenal
s e b a g a i krornofor d i i k a t oleh molekul p r o t e i n d a n d i s e b u t dengan
kramprotein
.
Sesuai dengan besar -ya,
kepalanya.
keemeat,
0-94,
Rab-rata
makin tua instar larva makin lehu
lebar kepala larva instar kesatu,
kedua, k e t i g a ,
kelima dan keenam dari 20 larva b e r t u r u t - t u r u t
1.18,
lebar kepala
1.43,
7.84
d i s a j i b n pada Tabel 9.
-lam
stadium prapupa larva msih
dalam bentuk aslinya hanya e t i v i t a s rnakannya k k u r a n g .
kmanya
0.80,
Rata-rata serta kisaran stadia larva dan
mu.
Ummnya berwama h i j a u tua
0.30,
r3at-s
I a r v a pada
masuk kedalam tanah untuk g a n t i kulit.
proses penggantian k u l i t y a i t u mulai pernbukaan k u l i t
sampai
selubung pupa henmma o o k l a t t u a berkisar a n t a r a 12 sampai f 6 m e n i t .
15 h a r i
( 11 -85
2
1.14
.
hari)
B e s a r k e c i l n y a pupa t e r g a n t u n g pada
k s e d i a n y a m3kanan pada stadia larva.
Tabel 9.
Stadium Lwa dan L e b r Kepala tiap Instar
Stadium
(hari)
Instar
Lebar kepala
(m)
Imago
Hasil peng-tan
terhadap 121
imago yang berhasil dibiakkan di
labr>ratorium dan merupakan generasi ketiga menunjukkan bahwa
imago
betina lebih banyak dari pada imago jantan yaitu 66 betina dan 55
jantan, M n g g a perbandingan antara b e t i r n dan jantan adalah 6 : 5.
Hasil pe~gamatanterhadap popllasi H, armigera yang berasal dari
Bulukumba kermdian dibi-
di labaratoriun yang sama r n e n ~ ~ ~ j u k kbh*
an
sampai generasi keempatbelas nisbah kebdnnya tidak
berubah
yaitu
sekitar 1 : 1 (Molide R i d , kammikasi pribadi 1.
Masa praoviposisi yang diamati dari sepuluh imago betiantara satu
&ti=
se-
sampai 1-
hari cEengan rata-rata 2-3 hari.
kkisar
Seekor ngengat
hidupya bertelur 268 sampai 1 820 butir denqm rata-rata
1 062 5 507 butir.
Telur diletakkan paling banyak pada hari perbma
Sampai keempat &lam
periode peletakan telurnya, k d i a n menurun tens
sampai hari kesepuluh (Gambar 7
daripada imago betina.
Lama hidup imago janbn lebih @ek
Rab-rata larna hidup -go
hari, sedang imago betina 8.5
telur,
).
5 1 -5 hari,
Ikmgam
jantan 4.3
5 1.8
diketahuinya stadia
larva, pupa dan praoviposisi, maka daur hidup
armigera
di
laboratorium hama Balai Penelitian TaMman R e m p h dan O b a t Bogor adalah
42-3 5 3.4
hari.
Daur hidup yang diperoleh ini tidak berbeda jauh
dengan daur hidup yang diperoleh di Malang yaitu sekitar 40 hari, namun
kisarannya lebih lebar antara 29 dan 51 hari (Subiyakto dan Gatot
Mortalitas dan m y a Bertahan HidPopllasi suatu spesies serangga m e r q i a l a m i nrxtalitas di setiap
tingkat perkemhangan dan nilai tersebut bervariasi m e n m t faktor-faktm
mrtalitas yang bekerja.
-lam
penelitian ini diamati nmrtalitas nyata
(awanznt mortality) dim mrtalitas sejati
(
real mortality
1.
Mortalitas telur tidak dapt ditentukan dengan pasti, kartelur yang dilebkkan terlalu banyak,
jdah
namun .berdasarkan pengamatan
visual, dari serrma telur yang diletakkan di laboratorium sekitar 98
persen menetas.
Dari 140 b r v a instar per-,
instar kedua, 120 larva (85.71
(84.29
persen)
137 larva
(
97.86
persen) mencapai instar ketiga, 1 1 8 larva
persen) mencapai instar keernpat dan kelima,
mencapai
persen) m c a p a i
116 larva
(82.86
instar keenam, 104 larva (74.20 persen) mencapai pupa
42
sedang hanya 81 pupa mencapai imago.
Pada ~ a b e l1 0 t e r l i h a t bahwa daya
b e r m hidup
& arrruqera dalam k o n d i s i laboratorium mulai dari larva
instar per-
sampai imago adalah 57.86 persen.
Banyaknya telur / h a r i
peletaican telur
Gambar 7-
D i s t r i b u s i Rata-rata Banydknya Telur yang
' D i l e t a k k a n tiap Hari oleh Sepuluh Imago
Setina Sejak H a r i PerPeletakan Telur
Sampai H a r i Kesepuluh
Mortalitas t e r t i n g g i terjadi pada stadium pupa,
per-,
yaitu m c a p a i 22-11
karena menciptekm ke1rmnhku-t yang sesuai untuk perkembmgan
tuhhnya pa&
media buatan d i laboratorium agak sukar,
Berbagai pendapat menyatakan t n h w a telur diletakkan oleh i m a g o pada
sepertiga bagian atas taMman (diukur berdasarkan tinggi tanaman), oleh
Sebab i t u ngengat betina yang telah melakukan kopulasi dilepas
ke dalam
kunmgan yang d i dalamnya telah tersedia satu taMman kapas yang berumur
50 hari.
mi
empat kurungan percobaan dengan ukuran 2 x 1 x 1 rn3 dan
ditempatkan d i kamar kaca d i Sogor, banyaknya telur yang diletakkan pada
bgi.dr~-bagiantanarrran tertentu d ij u m h h h n dan disaj i b n pada Tabel 1 1
Tabel 10,
Larva instar
I
I1
111
IV
v
VI
pupa
-90
Daya Be~~tahan
Hidup dan Mortalitas Larva serta
Pupa H
.armigera &lam Kodisi Labaratorim
.
Tabel 1 1
.
I3anyaknya 'Iklur yang Diletakkan pada Bagian
T a ~ m a n'krtentu
Pada Tabel 11 dapat dilihat bah-
diletakkan pada bagian atas dari tanaman,
sekitar 87 persen telur
m
i bagian atas ini 75
persen telur diletakkan pada daun baik pada permukaan atas maupun
hwah,
perrmkaan
Begitu pula dari jumlah
b l u r yang -pat
pada
bagian tengah 74 persen diletakkan pada penmkaan atas dan bawah daun.
Data hasil penelitian sebaran H.
zea dan H, virescens yang telah
dipublikasi pada mnmmya memperlihatkan hdwa telur diletaWcan paling
banyak pada sepertiga bagian atas tanarnan (Farrar dan Ekadley,
Qe,
1972;
Hillhouse dan Pitre, 1976;
Ramalho et dl,,
1984)
1985;
Namun
bagian t a r n n n n yang dipilih untuk diteluri berbeda antara braman yang
dikumng
yang
dan
tidak
dikurung-
Hasil penelitian
--
Wilson et al. (1980) pada H, zed di dalam kurungan di California juga
didukung oleh hasil penelitian ini,
diletakkan
pada
daun
baik
pada
89.6
p e r s e n dari seluruh telur
penrmkaan atas mupun P
e perm-
45
bawah,
Pada t a n a n x m yang terbuka d i lapang ngengat betina lebih banyak
memilih kuncup bunga sebagai tempat peletakan telurnya (Mistric, 7 9 6 4 ) .
Perbedadn i n i diduga d i s e k d k m oleh keterbatasan mobilitas imago d i
d a l a m k u ~ n g a n , kelihatannya t e l u r diletakkan pada hagian tanaman yang'
m u d a h dicapai yaitu daun bagian
keraguan hi peng-tan
atas
tanaman.
Untuk
mghilangkan
terhadap preferensi penularan o l e h imago diulang
d i lapang dan hasilnya berbeda dengan apa yang diperoleh d i kamar kaca.
Tabel
d
i
1 4 menunjukkan bahwa
sedikit
sekali
telur
yang d i l e t a k k a n
w bawab daun.
pensraruh Curah H u j a n terhadap Kehilawan Telur
Pengamatan pengaruh curah hujan terhadap kehilangan telur s a r q a t
berg-
untuk
mengetahui apakah
pengamatan pendugan
diperlukan apabila hujan baru saja turun.
d i lapang hanya dildkukan apabila hujan turun,
a p a b i l a a d a tanda-tanda
pertanaman kapas.
bahwa h u j a n akan t u r u n ,
Telur yang k h a s i l dit-
(baru dileta)ckan)
diberi
tanda dengan spidol.
banyaknya t e l u r yaxq rnasih ada d i c a t a t .
d i s a j i k a n pada Tabel 12.
telur
Suatu percabaan dilakukan d i
lapang dan di laboratoriuln hama iG=bun ~ercobaan-gus,
Per-
populasi
Jawa ~imur.
Pada sore h a r i
t e l u r d i c a r i pada
dan b e r w ~kuning
~
Keesokan harinya
Persentase blur yang h i l a g
Pengaruh Curah Hujan terhadap Kehilangan Telur.
Tabel 1 2.
Curah hujan
Tanggal
Banyaknya t e l u r
(m)
2 April
1985
9 April
1985
17 A p r i l
1985
27 A p r i l
7 985
Kehilangan t e l u r
(persen)
Pada musim taMm 1985, hanya l i m a k a l i hujan turun dan hanya empat
k a l i yang berhasil d i c a t a t .
Pada Tabel 12 t e r l i h a t bahvia makin t i n g g i
c u r a h h u j a n makin t i n g g i p e r s e n t a s e t e l u r yang j a t u h a t a u h i l a n g .
Ketika hujan turun sebesar 9 mn,
banyaknya t e l u r yang jatuh adalah 32
Ketika cwah hujan h r t a n b h menjadi 13 mn kehilangan b l u r
persen.
persen.
m j a d i 90.91
-kan
h a s i l yang d i p e r o l e h p e r m t e r s e b u t d i u l a n g i derqan
menggunakan hujan budtan bu ah an a i r ) ,
Oleh berbagai
(mn/menit),
p
e
w diantaranya
diameter
butir
air
Derajat curah hujan d i t e n t u k a n
massa
(mn)
(mg),
intensitas curah hujan
dan kecepatan jatuh
hubah yang paling mudah diukur adalah i n t e n s i t a s
sebab i t u p
e
w yang digunakan pada
dengan
cara
mengatur
banyaknya
(ddetik).
hujan,
oleh
percobaan ini adalah i n t e n s i t a s
air
yang
jatuh
( m 1 ) s e t i a p m2.
Pengaturan h y a k n y a air yang jatuh dapat d i b u a t berdasarkan banyaknya
pubran a t a u
berapa d e r a j a t pembulcaan s u a t u sllmber air dan d i a l i r k
selama se
Kapas s e b a g a i bahan sandang, merupakan s a l a h s a t u bahan pokok
penting untuk kebutuhan sehari-hari
setelah pangan,
meningkatnya l a j u pertumbuhan penduduk,
Dengan -in
kebutuhan akan s&ag
aJcan
semakin meningkat.
Hampir 54 persen d a r i kebutuhn dunia d
berken\bang d i
Asia
dan
Pasifik.
i
w oleh negara-negara
sedang daerah
tersebut
secara
keseluruhan dapat menghasilkan 55 persen dari produksi kapas b e r b i j i d i
dunia.
Pada Tabel 1 dapat d i l i h a t , bahva d i Asia dan Pasifik terdapat
1 5 negara penghasil kapas yang terdiri dari 14 negara berkembang dan
satu negara maju yaitu Australia,
k h n p o k negara b
e
t
-
dan Pakistan.
Cina menduduki urutan pertama dart
dalam produksi kapasnya, d i i k u t i oleh Irdia
Pada Wun 1985 C i n a berhasil v
i kapas b e r b i j i
dua kali d a r i produksi tahun 1975 dengiln laju kenaikan 12.0
per
tahun, sehingga pada tahun 1984 C i n a menjadi negara peng-.
Negara
berkembang lainnya y a i t u Bangladesh, Kamboja, Indonesia, Laos, Vietnam,
F i l i p i n a dilll Korea, prcduksi kapasnya t e t a p rendah (Singh, 1986 3 .
D i Indonesia produksi s e r a t kapas baru mencapai
j umlah kansumsi serat (Tabel 2 )
s e r a t masih -gat
.
Lima persen d a r i
Ini berarti bahwa pemenuhan kebutuhan
terga~~tung
pada impor dari luar negeri.
persen d a r i seluruh
EMm p l u h
berasal dari Amerika Serikat dan si-ya
berasal d a r i Pakistan. Australia dan Meksiko.
hTcduksi Kapas Eerbiji Negeri-negeri Penghasil Kapas
d i Dunia (Singh, 1986)-
Tabel 1.
T a h u n
N e g e r i
1975
1982
1983
1984
1985
*.....-,,.......,
1 000 ton
Barrgladesh
B u r m a
C i n a
Kamboja
K o r e a
I n d i a
Indonesia
L a o s
Pakistan
Filipina
2
43
6
8
95
98
7143
10794
13911
-
1
1
11
11
3 357
27
18
1 484
9
3 480
4
5
1 542
-
Republik Korea
6
Sri I a n h
6
Muang Thai
29
Vietnam
6
Australia
107
Negeri di luar
Asia Pasifik
23 363
3 842
21
16
2 472
21
15
3
5
122
3
2
199
353
6
286
26 205
24 209
5
Dalam rangh penghematan devisa negara serta perringhtan ketahanan
serat kapas.
dengan
Prcgram untuk meningkatkan prcddcsi serat kapas dikenal
Intensifikasi
Kapas
Rakyat (IKR), y a i t u pemberian
met kredit
Produksi
T a h u n
........*.....*.....
000
..lbal
1981 /I982
1982/1983
1983/1984
1 984/1985
1985/1986
7 986/1987
1 987/1988
22
21
21
509
558
612
32
34
20
625
750
825
-
845
agar petani lebih t e r t a r i k untuk
me~nam
kapas.
Program IKR sudah b e r j a l a n sembilan tahun,
k b i j i t e t a p rendah,
~ m u n
prnduksi
Selain rmsih ren%hnya l u a s -1,
hektar juga masifi sangat wdah,
-pas
hasil tiap
sekitar 500 kg kapas b e r b i j i ,
bila
dibandingkan dengan rata-rata dunia, y a i t u 1500 kg t i a p hektar (Singh,
1986).
Keragaman h a s i l d i t i a p wilayah pengembangan kapas selama
e a p a tahun terakhir d i k e m k k m pada Tabel 3,
Rendahnya
tertariknya
hasil
pe&ni
yang
diperoleh
dapat
mengakibatkan
l a i n untuk menanam kapas.
tidak
Serangan hama d a n
k a a n g a a i r beweran penting pada pemmman h s i l kapas berbiji.
Hama utam yang menyerang t a n a m a n kapas adalah Sundaptervx b i q u t t u l a
Ishida, Heliothis axmisera K L , Earids v i t t e l l a F.,
gossmiella Saund.
6 b i q u t t t u l a menyerang daun
clan Pectinophora
muda sedang ketiga hama
laimya myerang kuncup bungs dan hush.
Harna-hama
yang bukan hama
utama adalah Spodoptera litura F,, -phila
£lava F.,
*lepta
F. dan Aphis gossmii
Glw.
derogata
K e e m p t serangga tersebut myerang daun
(Soebatrltijo, 1 986).
Besarnya kerugian akibat serangan beberapa macam hama di Amerika
Serikat dikemukahn oleh Ridgway et al,
pa&
Tabel 4.
(1984) seperti yarq terlihat
Menurut Bull et dl. (1979) kehilangan hasil karena
Heliothis spp. merupakan 50 persen dari seluruh kehilangan hasil oleh
serartgdn hama,
sedang di Rhodesia Chiarappa
apabila setiap
(1970) melaporkan bahwa
terdapat s a t u blur Heliothis aLmiqera,
m a b
kehilangan hasil dalam satu hektar dapat mencapai 820 kg kapas berbiji.
D i Indonesia
besarnya
kehilangan hasil kapas yang disebabkan oleh t i a p
5
jenis
hama
klun
diketahui,
rnnnm
hasil
percobaan
(1986)
?bpper
rhlnunjukkan bahwa hasil kapas tanpa pengerdalian bama 60 persen lebih
rendah dibardingkan dengan hasil pada p e w yang dikendalikan.
Bagian
terbesar dari angka kemgian ini disebbkan oleh Heliothis armigera.
Untuk mengurangi kehilangan hasil, para petani atau pengelola
perJdxmmk a w s cedenmg untuk melakukan pengendalian harrra ini dengan
menggunakan insektisida.
&daszukan
Penggunaan insektisida tersebut
tidak
pada padat popLLasi hama di lapang, tetapi didasarkan palfa
sistim kalender.
Sistim kalerder ini ternyata tidak menurwlcan popllasi
di lapang bahkan bdzuq-kadang lebih tinggi dari populasi
b m a -an
sebelum pengendalian dilakuhn, oleh sebab itu hasil yang diperoleh
Tanpa e l i a n
Pengendalian
H a m a
Kehilangan hasil
..............*.
persen
Heliothis spp.
-.,.,*...........
63.1
14.7
asp.
Tetranychus sp.
ADhis ssp.
9.2
61 -0
0.5
7.9
21 -3
18.9
tetap rendah dan biaya produksi menjadi lebih tinggi.
Menurut
perhittmgm, pada musim t a n a m 1983/1984 h i s insektisida yang digunakan
ai
lapang
dapat
mencapai
15.6
liter
tiap
bektar
frekuensi
penyemprotan sepuluh Icali.
F%dwensi
pemberian insektisida yang tinggi
rnengakibatkan ikut terbavninya pcpuldsi musuh alami,
Sulawesi Selatan &lam
di
m u s h t a n a m tahm 1983 diketahui bahwa populasi
predator larva H, armigera yakni C h ~ ~ s o psp
a
.,
laba-laba pada
Pada -tan
pertanaman kapas
yang
Coccinella dan sejenis
diaplikasi insektisida dengan
sistim kalender jauh lebih rerdah d i b a d h g k a n pada per-
tanpa aplikasi insdctisida (Fachrudin, 1983).
]capas
Akibat sampb'q laimya
adalah adanya tanda-tanda timbuhya resistensi & anadsera terhadap
endosulfa di Sulawesi Tenggara dan oleh k a r e r a i t u pada m u s h taMm
1984/1985 kebijaksanaan pengendalian hama kapas diubah.
insektisida yang digunakan lebih beragam,
liter tiap hektar,
Jenis
dosis diturunkan menjadi 12
b p i sistim yang digurnkan m s i h sistim blender
(Sarnim dan Tbhing, 1986).
Pada batasan pengendalian hama terpadu ( P H T ) disebutkan bahwa
hsdctisida hanyalah
~~ salah
satu tmsur pengendalian dan dapat
digunakiill bersama unsw Lain asalkan kanpatibel
Bosch, 1967)-
(Smith dan van den
dasar PKC adalah penggurraan ambang ekoncmi h a =
AS-
yang berarti bahwa insektisida hanya digunakan untuk meMzgah p o p u l a s i
hama m ~ c d p a it h q k a t kerusakan ekonani.
Untuk nengetahui apakah padat
populasi hama di lapang b l a h -psi tingkat tersebut,
perlu dilakukan,
ketelitian
tinggi.
yatlg
Ada
penantauan
Dalam pemantauan ini diperlukan ketepatan dan
tinggi,
namuri
biaya -tan
yang diperlukan juga
satu card untuk dapat menekan biaya ini yaitu dengan
menggunakan penarikan contoh acak beruntun (sequential samolinq),
Keuntungan
pxqgmsm
penarikan cantoh ini adalah (1
tidak memerlukan
contoh
tertentu,
menghemat waktu
(2)
tidak
(Stevens
memerlulcan
9 &,,
biaya
1976).
yang
tinggi
menghemat w k t u -tan
-yak
penarikan m t o h i n i
H e l i o t h i s sp.
Menurut Bindra ( 1 9 8 6 )
40-60 persen.
Begitu pula d i lkxas,
dan Anthonarms -andis
dapat menghemat h t u 34-60 persen ( P i e t e r s clan S t e r l i n g , 1975).
diperl-
(3)
m t o h beruntun pada Li, armiqera di A u s t r a l i a d a p a t
penggunaan p=narikan
yang
dan
&lam
Edenan
Syarat
m e e ' d c a n p e n a t i b n a t o h beruntun adalah
dliketahuinya t i n g k a t kerusakan ekonomi dan pola -an
d a r i hama yang
akan dikendalikan.
Tujuan P e n e l i t i a n
F e n e l i t i a n ini kxtujuan untuk menyusun renca~penarikan mtah
beruntun yang d i d a s a r k a n atas b i o l o g i ,
kerusakan ekaromi.
pola sebaran dan t i n g k a t
Untuk mengetahuf biologi diadakm pendekabn dengan
penelitian. yang dilaMFan di l a b a r a t u r i u a , sedang untuk pola -an
dan
t i n g k a t kerusakan ekonomi dilakukan p e n e l i t i a n d i lapang,
Hasil p e n e l i t i a n i n i diharapkan chpat e f l c a n petunjuk tentang
card dan saat penganratan terhadap larva H , anuigera, agar pengerdalian
dengan i n s e k t i s i d a yang dilakukan t e p t dan efisien,
T W A U A N WSI'AKA
Sebaran Geagrafis
Jenis hama kapas sangat banyak,
terdaftar.
ada 1326 jenis yang telah
Dari sekian banyak hama, pada saat ini add 12 jenis yang
menjadi hama utama
(Frisbie,
1983).
Jenis hama utama tersebut
bervariasi dari satu daerah ke daerah lairmya, namun hanm yang paling
luas sebarannya dan besar peranannya adalah Heliothis spp,
Heliothis sp. telah dikenal sebagai harm k p a s di Amerika Serikat
sejak tahun 1820.
C l o w e r ( 1980J m e n g a d c & a n
h h w a Heliothis 5 Boddie
telah mengalami bberapa kekeliruan identifikasi.
sampai 1903,
JXri
tahun 1826
spesies itu disebut Heliothis armiqera HWmer,
kemudian
dari tahun 1903 sautpai 1938 Heliothis obsoleta Fahricius, dari
~
L
U
I
1 938 sampai 1 955 & armiqera dan sejak tahun 1 955 hingga sekarang
spesies yang sama itu disebut Heliothis
hama tembakau,
(Folsom, 1 936 1.
Heliothis -v
Fabricius,
Pada tahun 1934
mulai myerang kapas
Hingga sekarang kedua Heliothis tersebut sering
kapas di Amerika Serikat.
rnenimbulkan masalah pada
Kogan dan Herzog
m~yatakansebaran EL
Utara,
Boddie,
(1980) s e r e Maxwell dan Jennings
(1980)
zed dan H, virescens hanya terbatas di m i k a
Tengah dan Selatan
(Western hemisphere),
sedang
&
a r m i ~ a
s p a t di Eropa, Afrika, Asia dan Australia ( F a l q dan Smith, 1973;
Kalshoven, 1981 ),
l3indra I1 986bl menyetut H, armiqera dengan A f r o - a s i d ~ ' ~
kollm.
Di Australia & armiqera s i n g berada pada hnamn kapas bersama-
sama
dengan
Heliothis
punctiqera
hllengren
dan
disebut
daqan
9
Australian H e l i o t h i s (Wilson dan Waite,
(1
1982)-
Esquerra dan Gabriel
986 ) mengemukakan pemberian nama Helicoverpa armiqera
(H i i b n e r )
IEardwicke untuk Heliothis armiqera H i h e r ,
Di Indonesia II, armigera meru@can hama pada pertanaman kapas di
semua daerah kapas di Java
Tengah, Jawa T h u r , N u s a Tenggara Barat, N u s a
Tenggara Timur, Sulawesi S e l a h dan Sulawesi !hnggara.
mmumn Irmq
H e l i o t h i s spp. bersifat polifag.
kapas, tembakau, jagung,
Tanaman i ~ n &
g armigera adalah
sorgum, bun*
matahari, berbagai kacang-
kacangan, jeruk, tamat, kentang dan t a n a m m hortikultura Lainnya (Kranz
et &,,
-
1978).
V
Kalshovetl ( 1981 ) rnenyatakan jarak dan Linum juga
tarmmm i-xmya.
l3arber ( 1 937) membuat daftar tanaman budidaya dan tarnnnn liar yang
mjadi inang bagi
& absoleta dan H, viresoMs di Georgia baik sebagai
b n a m a n utama mupun taMman inang pengganti, seperti yang -1-t
Tabel 5.
E!eberapa taMman liar diketahui m e n j a d i tanaman
pada
hama ini
di Carolina yaitu Linaria canadensis, Rhexia alifanus, Meibania rmrrmrea
dan
rhanbifolia (Ne-ig,
1963).
Tabel 5. Tanaman Inang H e l i o t h i s obsoleta.
-
J d s inang
Inang utanra
Zed l
~
L-y
--
-
--
- - -- - -
Tanannn liar
Tanaman M i & y a
Meibania mrwrea
~
(Maill. ) Vail.
Soya max (L. ) P i p e r .
L i n a r i a canadensis
(L.1 bm.
Linun usitatissimm L.
N i m t i a ~tabam L.
Inang penggifllti
Crotolaria spp.
Lam,
Pedicellaria pentaphylla
(L.) schtank
P h a s e o l u s vulqaris L,
SiQ rfiambifolia L.
Sarghm vulgare Pers.
--
Paniclm s m p a r i u m
V i c i a sativa L,
xantlliun sp
G o s s y p i u n herbaceurn L.
Lyeopersicon
esculentun M i l l .
B i o l o q i H e l i o t h i s spp.
M o r f o l o g i telur, larva dan
g.
pupa
g,
arrnigera,
11. virescens
Clan
h a m p i r sama, hanya ada perbedaan s e d i k i t antara k e t i g a n y a ,
Menurut W i l s o n dan Wte (1982) mass larva, laju p e r t ~ ~ t b ~ h
ukuran
n,
dan
Tabel 6.
T a ~ m a nInang Heliothis virescens
TaMmarr
I m g utama
L i m u s i t a t i s s i m u m L.
Niaoi=iana tabacum L.
liar
Meibaaia n e a
(lulaill. ) V a i l
Rhexia alifWalt.
Linaria cawidensis
(L*)IXnrt.
a i s L.~
Meibania canesoens
IL.) Kuntze.
Meibomia stricta
(Fursh) Kuntze.
Ipanea SP.
Physalis vixosa L.
PhVsalis anqulata L.
Phvsalis turbinata Medic
Solanun sisvmbriifolium.
H e t e r o t h e s t subwillaris
(Lam. ) Britton & Rusby
Aplopappus divaricatus
( N u t t , ) A. Gray
Sitilias carolinLana
(Walt-1 Raf.
Larva yang baru -tas
0-2 mn.
instar
War-
ptnjangnya lebih kurang 1 - 7 5 m n dan Iebar
putih kekuningan dan kepala berwarna hitam,
Setelah
ketiga warnanya bervariasi, antara lain hijau, hijau kekuningan,
hitam keooklatan, hitam caklat muda atau merah,
adanya garis-garis
war^
yang
-ya
C i r i khasnya adalah
berbeda sepanjang bdannya,
garis
gelap, garis berwarna terang, agak gelap lalu benerna gelap lagi.
Pada suhu rata-rata 25.f0
dan kelfmbaknn 85.5 persen, n n s a telur
tiga sampai delapan h a r i dan l a m e s t a d i a larva 13 sampai 21 hari
(Sthiyakto dan Gatot Kartano, 1986 )
.
Masa pupa 1 7 sampai 16 hari.
sedang pupa
H.
berwama mktat
Pupa&
tua,
anniqera tnula-mula coklat terang, lalu menjadi ooklat tua
h t i k a akan menjadi irnago.
Suryowinoto
&
a.( 1983
)
membedakan j e n i s kelamin pupa,
dapat menemukan tanda khusus untuk
Pada pupa jantan celah kelamimya
membu2at, sedang oelah anusnya m=nipakan t i t i k hibm.
celah tersebut terdapat w
a
n garis yang membutat.
Di s e k i b kedua
Pada pupa b e t i n a p
b e r h t u k jcvong dan sekitar celah tersebt
Celah kelamin dan ce1.h
ada gambran garis-garis sannr herbentuk jantung.
I d m a hidup imago bervariasi dari 2 sampai 15 hari.
i m a g o j a n t a n lebih pe&&
dari pada i m a g o betina.
Lama hidup
Masa pra peneluran
k k i s a r antara 8 dan 12 hari dan mencapai puncak peneluran tiga sampai
enam h a r i sesudah awal peletakan b l u r ,
dapat mencapai 1 000
-
1 500 butir.
Produksi telur seekor betina
Imago aktif pada rnalam hari dan
meletakkan telurnya terpencar,
Larva yang baru kel~~GZUI
bagian tanaman.
h n g a dan buah Rplda,
pads
dari b l u r akan makan kulit blur d l u m
t a m m a n kapas, larva lebih m y u k a i kuncup
Satu &or
larva dapat menyerang beberapa kuncup
sebelum melanjutkan serangannya pada buah (Anonim. 1978 1.
K
p
.
13
bunga dan buah muda yang terserang akan gugur, sedang
t e t a p pada tanaman dan t i d a k dapat membuka.
m y e r a n g bagian ujung dari tongkolnya.
tomat yang diserang adalah
1978)-
adalah wting dalam pzrqelolaan ham^ terpadu, kadapat
diketahui
Pada jagung, larva
Pada ternbakau, larva menyerang
bagian pucuk dan dam yang tua, sadang pa&
buahnya (Kranz et al.,
brtah yang tua akan
saat-saat
tanaman *tan
dari hubmgan ini
atau tahan terhadap hama,
ZGrenta-~
atau
~ ~ ketahanan tanaman terhadap serangan b m a ads huturrgannya
dengan periode atau tahap p e r t m h h a n dan per-
taMnran kapas-
Menurut Falcon (1972) pertunhhan dan perkembangan taMman lcapas dibagi
atas tiga periode.
Periode pertarna adalah periode i~lltara peMMman
W m k m t u h n buah yng dimulai dengan muncuhya kuncup bunga p e r t a m a dan
terakhir dengan mskarnya buah perbma,
Pada varietas Acala SF-1
di
Califamia periode ini mencapai sembilan minggu d m dalam nnsa inilah
taMman mencapai daya dukung terhadap peinbentuhn buah.
-sen
aiasanya 80
dari day dukung dicapai pada lima atau enam minggu setelah msa
pem)xmgaan.
Pericde terakhir adalab periode penratangatl
bush,
Ketiga
periocle ini a J c d n berbeda pads varietas dim 1ingkunga-i yang berbeda.
Gambar 1,
Pa&
A c a l a SF-l
Banyaknya Burrga dan J3uah Yang Terdapat pada Tanatmn =pas
Varietas Deltapine yang Berumur 30 hari sampai P a m
(Falcon dan Smith, 1973)
buah terakhir mekar sekitar umur 200 hari setelah tanam,
.s&knq pada varietas Deltapine di Nicaragua sekitar 180 hari setelah
taMm seperti terlihat pada
Gambar 1 (Falam dan Smith, 1973).
TernyaGi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Heliothis sp.
seirinq dengan h y a k n y a bunga dan buah yang terbentuk.
m
Makin banyak
a dan buah terbentuk, makin banyak pula bungs y m g rusak (Gutierrez
15
pula b a h w a add hubungan
dan berbagai v a r i e t a s dike-
yang p o s i t i f
a n t a r a banyaknya bunga serta buah yang rusak dan p a d a t p o p u l a s i
Heliothis (Gambar 2).
Slosser et al.
(1978) melaporkan bahwa populasi
Heliothis menurun ketika banyaknya k u n ~ ph q a yang berdiameter lebih
besar dari 6 mn menurun d i bawah 160 000 per hektar.
Delapan puluh lima
d a h wdctu lima m i n g g u sesudah hrtga
persen buah wak
ub=ka~dan 95
persen dari buah yang dapat c3ipxe.n berasal dari kuncup bunga yang
terbentuk pada bulan pertarna masa Pemtxmgaan.
Faktor l a i n yang sangat erat hukungannya dengan pengendalian h a m
adalah p l a gugurnya
ddcung,
byah,
Apabila banyaknya buah telah mencapai daya
buah yang haru dibentuk yang merupakan kelebihan akan gugur.
Pengguguran ini terjadi pada tuah yang umxnya kurang dari sepuluh h a r i ,
Sehitlgga buah gugur paling &yak
ExmcaJmya.
ketika jumlah bunga mekK m p a i
Lebih dari 50 persen buraga mekar tidak dapat menjadi buah
yang &ptdipanen pada akkir rms+m taMm (Gmbar 3 ) .
gugur t e r l a l u banyak
w t u k a n buah,
(sampai d i bawah daya dukung) pada
brnn-en
tersebut pada periode berikutnya-im
Apabila buah yang
periode
untuk mengqantikan kehilangan buah
Namun buah yang m t u k pada akhir
akan menghasilkan serat yang kuantitas maupun lcualitasnya rendah,
kecuali j i k a k
e
l
m tanah dapat diatur terus-menens rnelalui i r i g a s i
(Falcon ddn Smith, 1973)-
Gamtnr
-
=,
m Bunga, (b) Kuncup B-a
Terserang,
*==rang,
(el Larva Meliothis
Yang -pat
~ a d aTaMman Kapas yang Berumur 40 Hari
saRIpai Panen (Gutierrez et al., 1981)
-Y-Y~
(c)
(a) K
M,
(dl
I8
pengertian yang sama d i n y a w plla oleh Stern ( f 973 1, Judenko ( 1972 I
L
u
-
clan Met:calf
(Poston e t
Berbagai k r i t i k terhadap konsep ini t e l a h
( 1 975).
k a r a t e r l a l u s e d e r h a ~dan t e r l a l u mengabaikan
hnyak dilontarkan,
fake-faktor
,
l a i n yang dapat mempengaruhi sistem t a n a m a n dan hawmya
1983;
dl.,
Stefanou,
19841,
namun kansep h i masih dapat
bertahan sampai sekarang.
m
d
s dan Heath
( 1964,
dalam M e y ,
19721 mayatakan M w a
populasi hama sudah mencapai taraf ambang elwaxmi biLamaM populasinya
cukup besar untuk menyebabkan k e r u g i a n yang s e n i l a i dengan b i a y a
pengedalian.
B i e r r e ( 1966, &lam
l a i n pada h
a
-
Headley,
1972) membetikan Fengertian
ambang ekanrni dan - y a w
batma ambang ekoncmi
adahh suatu t i n g k a t k r i t i s dari kerusakan tanaman yanq di atas tingkat
k s e b u t kerusakan ti&
(1972)
dapat ditolssansi lagi.
batasan
member-
popllasi hama yang menn i l a i n y a dengan l a j u
Selanjutnya M l e y
ambang ekrrraai adalah s u a t u tingkat
l a j u pertambahan kerusakan yang
same
biaya untuk mencegah kerusakan i t u -
Namun Andckv dan Kiritani (1 983) menyebu-
babsan ambang ekanani d a r i
Heaaley (7972) sebagai batasan t i n g k a t kerusakan ekaplani yang 1engIcapya
adalah padat popuLasi h a m yang m = n y e b h k m laju p r h d d n n kemsakm
a t a u l a j u penunman pendapatan senilai dengan laju pertambahan biaya
Wtuk mencegah kerusakan i t u .
D a r i uraian d i atas dapat dikatakan k a b a beberap ahli menggunakan
batasan t i n g k a t
kerusakan ekolrmi untuk itmbang ekonani,
batasan yang diungkqkm oleh Munford dan NartM
(7976)-
Peneliti
laimya
menggunakan
istilah
b e g i t u pula
(1984) dan N o r t o n
yang
bnmcam-macam
19
seperti ambang kendall, ambang kegiatan,
-k
M
g
-
r
kerusakan kitis & ambang populasi kritis untuk ambang eke- dan
tingkat kerusakan ekonomi
(Cancelado d m Radcliffe,
1966;Sterling, 1984;Walgentach dan W
*
,
(1983) t e t a p
nvjnbedakan
kembli
atau ambang
et al.
-
(1959)-
1984)-
1979;~hantr
dan
antara tingkat kerusakan ekoncmi ddn ambang
ekanomi seperti apa yang diutarakan oleh Stern
Dikatakannya bahwa ambang kendali digunakan untuk
m u s h tanam,
mgrmtuskan kapan harus dilakukan perrgendalian s~~
tingkat kerusakan e
k
d memberikan tingkat kerusakan yang apabila
dikendalikan akan menguntuncjcan-
tersebut amhrng
Men-t
ekrmrmi-
kendali akan tetcapai lebih dahulu sebelm tingkat
perkataan lain pengendalian selalu dilakukan sebelum popiLasi
h a m mencapai tingkat kerusakan ekonomi, kalau tercapai, kerugian
ekonani a)can terjadi.
Sebaqai contoh, larva instar kelima dan keenam
mencapai 96 persen dari total
S p t e r a litura daya mdcannya &pat
instar larva (Okamto dan Okada, t 968 1, maka pengendalian terhadap
instar muda yang dilakukan jauh sebelum
kerusa)can
ekonani terjadi akan
sangat menguntungkan.
-lam
batasan dari Stern et al.
(1959) sudah ditekankan hubungan
rllltara padat popllasi harm dan kerusakan ekanani, tetapi m e r e k a tidak
memberikan penjelasan mengenai parameter apa saja yang diperlukan
sebagai penduga.
e
Baru 13 tahun keraudian Headley
w merupakan orang pertama yang
( 1 972).
seorang m
i
kerusakan
tingkat
ekoncmi dalam pernyat a m matematik meskipun ia menyebutnya ambang
ek0nun.i.
Pada
tahun
yang
sarna
Stone dan Pedigo
( 1972) w
l
c
a
n
prosedur yang praktis untuk msqhitung t i n g h t kerusakan ekoMni hama
perusak dam kedelai Plathypena scabra.
Empat
peubah utama yang mereka
kemukakan adalah hiaya pengendalian, harga h a s i l panen,
kerugian h a s i l
yang disebabkan t i a p i n d i v i d u hama dan tanggapan tanaman t e r h a d a p
kerusakan (penunman k u a l i t a s dan kuantitas t i a p unit kerusahn).
Pedigo et
Nortan
model optimisasi HexlLey ( 1972) dan
pa&
Formula ter+t
. !
pa*
suatu formula yang didasarkan
{I9861
dl.
per-
adalah
= tingkat kensakan t i a p u n i t produksi yang
tersebut
oleh Headley
( banyaknya
( 1976) untuk digunakan
dm
(1972)
Nartan (19761
serangga t i a p ha )
,C
masih disebut ambang ekcmani
= biaya kegidtan pengadalian t i a p unit
,
produksiim t i a p k ) V = harga pasar t i a p unit produksi (Rp t i a p kg) r
I = tingkat kensakan t i a p serangga t i a p unit produksi (proporsi daun
yang dimakan t i a p serangga t i a p ha
)
dart D = kerugian t i a p u n i t
kerusaJcar~(kg t i a p ha t i a p proporsi dam yang rusak).
Eleskipun hubungan
peubah tersebut kelihatannya sederhana. masalah
matenratik dari k&t
akan timbul pula b i l a peubah-peubah sekunder yang menyusun p e M u
i k u t dipertimbatlgkan.
p e w
uiama sukar
kanpleks
melalui
Poston
s &. (1 983) menyebutkan
bahwa peubah-
untuk diduga dan diranral k a r e ~prosesnya sangat
waktu,
oleh
sebab
itu
dalam -kan
tingkat
21
kerusalcan ekonani harus dilakukan penelitian dahulu terhadap kanpnenkanponen biologi,
Formula y m g diberikan oleh Pedigo et al.
(1986) d a p t
digunakan
untuk serangga hama yang langsung merusak unit prcduksi dengan card
nencdif ikasi peubah I dan D menjadi satu peubah misalnya B, seningga
formula sekarang menjadi
m=
pada
C
V B
persamaan tersebut B adaLah penurunan M i l tiap serangga tiap unit
produksi (kg tiap seraqga tiap ha 1.
Formula yang
digmdcan oleh
et dl. ( 1 982) untuk Heliotbis spp, pada kapas dengan kode huruf
yang sedikit berbeda yaitu
pada persamaan tersebut b adalah koefisien regresi yang diperoleh dari
hubungan antara tingkat poprlasi larva dan hasil serat kapas kerbiji (kg
tiap larva )
.
B a t i s a c ~ tingkat -k
ekancmi yang diberikan oleh Ardaw dan
Kiritani 11983) serta ambang ekonomi oleh Headley
(1972)
dapat
dilukiskan dab h t u k kurva hubmga~antara pdat popllasi hama dan
nilai hasil yang dapat diselanrathn seperti pada Gambar 4,
-
Dari Gambar
4 tersebut terlihat bahwa m a k i n tinggi populasi ham makin tinggi hasil
yar+g &pat
diselarnatkan apabila
penqerdalian dilakulcan.
Feqetongan
antara kurva biaya pengendalian d a n i l a i h a s i l yang diselamatkan
merupakan n i l a i
tirqht kerusOlcan ekonani.
Pada tit& perpatongan
tersebut n i l a i h a s i l yang diharapkan sebanding dengan biaya pengendalian
atau EiCR = 1 : 1.
Farrington 11977) menjabarkan hubungan antara kedua
k w v a dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan perhitungan hipotetik.
Diaswnsikan bahwa biaya pengendalian
sama mtuk s e m a kasus yaitu 85
d o l l a r seperti yang disajikan pada Tabel 7.
tingkat -k
ekDmRi
Dari perhitungan diperoleh
yang menyebabkan perbardingan anbra nilai
h a s i l dan biaya pmgemklian sebesar 1.06
: 1.00.
Ambang ekonaui pada
kasus i n i adalah tingkat popllasi harrra y-
kerugian basil
sebesar lima persen.
-2
B
B
3
.-I
a
f
Biaya
1 --
-1ian
.-I
Z
Padat populasi hama
TKE
Gambar 4.
Populasi t h n n dan N i l a i Hasil
(Andow dan Kiritani, 1 983)
Hubungan antara Padat
yang Disel-tkan
23
m y a t a berbagai perhityaitu
konsep
TKE berswnber d a r i konsep yang sama
landasan opetasional
Headley
( 1972),
wlaupun
sebutan
namanya sering berbeda add yang menyebut ambang ekonani, ambang kendali
tingkat
atau
Stern e t a l -
kemsakan
( 1 959)
ekoncmi.
Sedangkan
s a m p i -ang
konsep dasar d a r i
masih d i t e r h sebagai
lardasan
-itis.
Kfxugian
hasil
(per-)
N i l a i kerugian
(dollar1
B i a y a
pengerdalian
Idollar)
Nilai h a s i l yang
dapat diselamatkan
(dollar)
BCR
b l a m pemanboan serangga hama dikenal dua jenis penarikan contoh
y a i t u penarikan c o n t o h yaw bersifat baku (standard samplinq) dan
penarikan con-
bermtun (sequential samplinq) , Pada ununmya standard
samplinq l e b i h banyak digunakan.
unit a t o h sudah ditentukan & l u n
D i daerah pert-n
Pada penarikan contoh i n i banyaknya
pengamatan dilakukan.
kapas d i Indonesia s
-
sampling dilakukan
metode penarilcan oontoh yang bervariasi y a i t u metode a ) diagonal,
b)
zigzag
dan c ) m e n u r u t arah baris.
m y a k n y a r n t o h Y*
d
i
e
24
bervariasi darl 4 0 sampai 100 taMman t i a p hektar.
N s n m t E d i S-0
( 1 988) ketlga metode tersebut tidak mernberikan hasil yang b e r M ~ i k a
dlgunakan untuk pernantauan ham-hama kapas kecuali S, biquttula.
Penarikan
oontoh beruntun belum banyak diqunakan d i Indonesia.
Pada penarikan contoh tersebut con-
hanya diambil sampai k-latif
telur a t a u larva yang ditemulcan melebihi a t a u d i b a d tingkat k e n s a k a n
ekorxxui.
Penarikan contoh beruntun mulai dikembangkan sejak Perang Dunia I1
oleh a h l i entcmologi kehutanan.
pada bid*
y
-a
mi
baru dicoba bekerapa tahun kemudian.
pertania
sekarang penarikan con-
beruntun telah dikembangkan untuk pendugaan organisme l a i n s e l a i n
serangga (Matin, 1986).
T i g a ha1 yang h a r u s d i k e t a h u i t e r l e b i h dahulu sebelum rnetode
penarikan c o n e ini dikembmgkan, yaitu :
(1 )
&la s e k r a n dari ciri ( peubah) yang digmakan,
misalnya
banyaknya
bunga terserang a t a u banyaknya t e l u r t i a p t a n a m a n .
( 2 ) Tingkat k e r u s a h n ekonomi
dapat
( 3 ) Satas toleransi kesalahan yang
diterima
&lam
pengambilan
keputusan.
Dalam s t a t i s t i k a ,
pengamatan
sedang
m?nentukan pola
pengdmk
s e b a r a n menunj ukkan d e r a j a t pencaran s u a t u
dalam
ekologi
pengelanpokan yang
(Stevens
& &. ,
w l a s i dapat dikategorikan
(aggregated)
atau
s e b a r a n merupakan
teratur
1974; S o ~ t h W .1966).
paling
1976 ) ,
ke
untuk
oocok bagi nilai-nilai
Pada hakekatnya sebaran s u a t u
dalam
(reguler )
ukuran
acak
(randan).
mengelanpok
(Buntin dan Pedigo, 1 987 ; Poole;
Ukuran sebaran yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
populasi hama ke dalam salah satu kategari tersebut adalah ( 1 ) nisbah
antara ragam dan rata-ratanya, (2) koefisien Green, (3) irdeks Morisita,
(4)
indeks Morisita yang distandarisasi, ( 5 ) k dari fungsi binom
negatif,
(6) irdeks
mean
crdinq Lloyd,
( 7 ) indeks
pathiness,
(8)
irdeks pangkat Taylor, dan (9) indeks 1-0.
Nilai k dari fungsi binan negatif -up
positif.
semua bilangan nyata
Makin rerdah nilai positif k, popllasi hama m a k i n mgelaqmk.
Southwccd ( 1966
memberi batasan jika k > 8. hama menyebar secara a d ,
&n jika 0 < k < 8 harm myebar nengelanpok.
Bliss dan Fisher ( 1 953) memberikan card terbaik unWc menduga nilai
k, yaitu d e q a n penduga kemmgkinan maksirmna dan dihitung dengan iterasi
melalui persamzu-l :
n ln
(
1 +
rn
---
1
-Ax'i
=
;-;-;-
k
sedang n ac3ala.h knnyaknya tarmmn yang -ti,
0
m adalah banyaknya hama
tiap tanaman, k adalah ukuran pengelatlpokan d m
+
adalah frek-i
kumulatif setelah kelas ke-x.
zedang
s2 adalah rqgam,
pengelcmpokan yang &pat
1961).
5f rata-rata hama
dan b adalah ukwan
dianggap konstan ugtuk satu species (Taylor,
Nilai b > 1 menunjdckan b h w a hann mengelompok, bila b = 1
sebaran hama adalah acak dan b < 1 menunjukkan sebaran hama yang
Indeks Iwao d i h i t u n g berdasarkan hubungan antara indeks
Cradinq Lloyd yaitu X+ ( s 2 /X)
-
1 dan X, hubngan ini b e r s i f a t l i n e a r
-ngga
x + s 2 / x s2= ( d
sedang
4
1
1 =
-4 +
) x +
( + - I
p
x,
amu
x2
menunjukkan kmpmen dasar dari popllasi dan
e
l
-elm,
+
dari kcmponen dasar.
f3
mean
Bila
= 1 sebarannya acak dan b i l a
f
d
> 1
6
adalah ukuran
a menyebar
< 1 s&arannya
m
teratur.
a
Untuk dapat menyusun model ren-
H. armiqera diperlukan pengetahtingkat kerusakan ekonmi,
penarikan c ~ t o hberuntun pada
mengenai biologi, poLa m a n dan
ole. sebab itu dilakukan tiga tahap
penelitian.
Penelitian I
Beberapa Aspek Bioloqi H
. armiqera
Tujuan
Penelitian ini bertujH. armiqera diletaklcan paling
-
untuk iengetahui ( 1 ) di bagian mana telur
banyak,
( 2 ) daur hidup,
( 3 ) keperidian,
&an ( 4 ) martaligas.
Metode
Per-
pendahuluan ini dilakukan di rumah kaca dan Labcrratorium
Kelanpk Peneliti Hama blai Penelitian ?hnmm R e n p &
dan Obat, Bogor
dari bulan September sampai dengan bulan lksa&er 1984.
Untuk merrdapat g a m b r a n di
ma^
telur diletakkan paling banyak,
maka enam belas pasang imago yang baru keluar dari pupa ditempatkan pada
staples-staples plastik y a g masing-masing berisi satu pasang.
Pada
Setiap staples diletaWEan kapas yang telah dibasahi c k r q a n nvldu untuk
makannya.
Pada waktu yang sama di rwmh kaca telah disediakan -t
t a n a m x i kapas varietas Deltapine 61 yang h n m u r 60 hari setelah t a n a m
yang
masing-masing
diletakkan dalam sebuah kunmgan yang terbuat dari
28
Betina-betiria yang telah
kasa plastik dengan tinggi 2 m dan lebar 1 rn.
wlakukan kopulasi dalam s t o p l e s dilepaskan ke &lam
k u ~ n g a ntersebut.
K e dalam setiap kurungan dilepaskan empat ekor be ti^ dan dibiarkan dud
malam.
Banyaknya telur yang diletakkan pada
bagian-bagian
taMman
tertentu dan masa telur diamati.
Peng-tan
terhadap daur hidup, keperidian dan mortalitas dilakukan
dengan card msnap~~tlcan
seplluh pasang imago yang baru k e luar dari pupa
stoples-stoples yang rrrasing-imsing hrisi satu pasang,
pada
beti-ya
telah melelxMcan telur.
pasangan imago tersebut dipindah)can
setiap hari gnda staples yang vol-ya
sama,
terhadap masa praperkzluran, banyaknya b l u r y
persentase telur yang menetas,
keenam, l-ya
Apabila
Pencatatan dilakukan
q diletakkan t i a p hari,
mortalitas larva instar pertam i
hidup h g o betina dan jantan,
Fenelitian I1
Pola w a n nelur dan Larva H. armisera
Tuiuan
Penelitian i n i bertujuan untuk mengetahui pola sehran telur dan
Larva instar
pertama
dan kedua pada berbagai stadia
kapas.
Metode
Pemzlitian dilakuk.an d i Kebun
bulan Januari sampai dengan h L a n A p r i l 1 985.
61 ditanam
d i atas
Asembagus, Jawa Timur dari
&pas varietas Deltapine
sebidang tanah seluas ~ e t ~ g a
hektar.
h
Jarak antar
29
baris 25 an-
baris 100 an jarak &lam
Sepertiga bagian Urea dan seluruh TSP diberikan
kg U r e a dan 100 kg TSP.
kenmwr 1 5 hari dan sisanya diberikan pada u m u r 45
pada saat
hari
Pupuk yang digunakarr adalah 100
.
Pengamatan dilakukan seminggu sekali sebmyak sepuluh k a l i , mlai
mmr 50 hari sampai dengan 113 hari seteLah tanam, Penarikan cantoh yang
digunakan adalah sistematik.
Seluruh pertanamm dibagi ke d a b 60
yang tiap-tiap petak terdiri atas 10 baris a' 30 tanaman.
pet&
mgambilan cuntoh
baris pertama.
Pa&
Pada
lima taMman yang tmgginya sann dianrati pada
-tan
kedua diamati pada baris kedua, begitu
seterusrtya sampai p%qarmhn kesepuluh, sehingga pada setiap pengamatan
terambil 60 unit -toh
taMman atau 300 taMman (Gambar 5).
Pengainatan dilakukan terhadap banyaknya telur, larva instar pertanra
dan kedua tlap tanatmn,
serta posisi telur pada bagian-bagian taMman
kipas-
Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh berbagai ukuran
-am
atau k e f i s i e n agregasi y m g akan digunakan pada penarilcan
oMltoh beamtun dan letak telur paling banyak pada bagian taMman kapas.
~ ~ t e r a n g a:
n 1 petak besar = 60 pet&
kecil
Ukuran petak be= 12 x 5 petak k e c i l
1 petak kecil = 1 0 baris a 30 t-n
011. 015.-,.,,
121 = dud i r a d e k s per-3letak
baris pet&
k e c i l , i r d e k s terakhir menunjukkan l e t a k lajur
petak kecil.
I
.
.
.
10 : menunjukkan baris tanaman dalam petak k i l
Satu unit contoh = lima
......
-.
Penelitian
IIL
Tinqkat Kerusakan Ekonomi H. armiqera
Tu]uan
Penelitian i n i bertujuan untuk m e t a h u i hubungan illltara tingkdt
populasi
larva d m k e m s a h n serta pen-
brmmn kapas, sehingga dapat
h a s i l pada berbagai
ditentukan
kerusakan
tingkat
ekonani
H. armigera.
-
&letode
P e r c o h a n dilakukan di =gus,
Jaw Timur dari bulan Desember
1985 sampai dengan M a n Juni 1986,
Faktor tingkat popllasi l a r v a yaw
dicobakan adalah 0 , 3 ,
G m a m a n kapas.
6 larva i n s t a r pertama dan kedua s e t i a p 20
Pertimhngan mtuk m e m i l i h larva instar pertama
*
k d u a adalah a ) b l u r suk. untuk diirokulasikan k e lapang karena telur
lebih mudah tergelinclr dan tak dapat dijamin bahwa telur tersebut dapat
metas
dan kedua masih berada
dan b) pada unumnya lanm instar per-
d i luar kuncup bungs dan belun banyak merusak u n i t produksi seperti
h a - l a r v a pada instar lanjut,
pada larva instar
sehingga -tauan
muda helm terlamtnt untuk -1ian.
Tingkat
ppulasi
larva dikanbinasikan dengan faktor l a i n yaitu
lannnya serangan larva pada urarr tarnrmn tertentu.
~anraada beberapa mcam : 0 ,
10,
20,
Iamanya serangan
30, 40 dan 50 hari.
Pada 1-
petak perccbaan yang pertama, masing-msinq serangannya dimulai umut 50,
60,
70, 80
dan 90 hst,
clan beraJ&ir pada
unntr
99 hst,
-t
ptak
32
lainnya, serangannya d h l a i pada umur 50 hst s e r e berakhir
per-
~ a d au m u r 89, 79,
&pa
69 dan 59 hst.
Satu petak
kontrol y a i t u
serangan sama sekali, sehingga faktor lamanya serangan ini terdiri
atas 10 taraf atau p e e k dan susunan petak percobaannya ter~antum ~ a d a
Tabel 8.
Tabel 8.
Susunan Iamnya Infestasi Larva pada Urmr Tanarrran
yang Berbeda.
ICetera-qan : + = diimkulasi larva, tanpa i&tisida
- = tidak diinokulasi Larva, m
i
insektisida
33
Aplikasi insektisida pada petak yang bertanda
(-)
ditujukan untuk
melirdungi tanarnan dari serangan II, annigera dan Larva diinokulasikan
pada petak yang bertanda ( + I ,
Perkembangbiakan l a n m dilakukan di
laboratorium hama KP Asembagus.
-
diimkulasikan pada
Plpa
pada
~mn+r 50
Pada p e t a k pertama larva mulai
hst, apabila larva terseht mulai memberrtuk
60 dan 70 hst dilakukan imdculasi &
u
den-
larva
instar pertama, sehingga pada petak p e r t a m a dilakukan tiga kali
imkulasi dan pa&
ptak kedua dua kali inokulasi.
Pada petak keempat
dan lima hanya dilakukan satu kali inokulasi.
Tiga puluh perlakuan yang merupkan karibirnsi dari tingkat popllasi
larva dan laraanya serangan larva disusun d a k- r
kelanpoJc denqan
tiga ulangan, sehingga seluruhnya diperlukan 90 petak peroobaan.
petak berukuran 5 x 5 m2 dan k i s i 100 tanaman,
Tiap
Banyaknya tanaman yang
diamati 60 tanaman dan terletak di tengah petak, sehingga t a n a m a n
pinggir 40 tanaman tiap petak.
Petak percobaan 2 250
rn2,
Jarak t a n a m 100 x 25 an.
Luas seluruh
Jarak antar petak rninirmrm 3 in, sehingga luas
kotornya msncapai setengah hektar.
Bagan percchdan disajikan pada
Gambar 6.
Irwktisida yang digunakan pada
muda ialah erdosulfar~35 EX2
(Thiodan) sedang pada taMman sesudah urnur 70 hst digunakan siflutrin 1
ULV
(Baythroid) den&
dosis 2 l/ha.
P e ~ ~ ~ - ~ t adilakukan
uan
semi-
sekali agar banyaknya larva tidak melebihi amh3ng yang telah ditentukan.
-tan
yang dilakukan adalah banyaknya
petak. banyaknya buah yang &pat
*taka
bungs
gugur terserang tiap
dipanen dam hasil kapas berbiji tiap
6-
Penempatan Pet& Percmhan d ~ g a nKanbinasi m
Illfestasl dan Populasi Larva
K e k a n g a n : 1, 2, 3,
10 pada indeks per= nornor pet&
Denah
...,,.
y
a
pada
Tabel 8 .
0, 3, 6 pada indeks kedua = banyaknya larva tiap 20 tanarnan
Penelitian
Penyusunan Penarikan Contoh Betuntun
Kegunaan
penarikan contoh beruntun add dud macam.
Pertama adalah untuk
mentukan
menggunakan insektisida.
-tidl
decision plan-
strategi &lam
Prosedur penarikan
Kegunaan
Kegunaan
yang
pengendalian dengan
0011toh
ini dikenal dengan
yang kedua adalah untuk menduga
parameter popllasi dan ditujukan untuk kepentingan penelitian.
Prosedur
Penarikan contoh ini dikenal dengan sequential counting plan.
Syarat yang diperlukan untuk msnyusun secmential decision plan
adalah diketahuinya koefisien pengelompokan dan tingkat kerusakan
ekaxmi., sadang untuk menyusun sequential -ti-
plan hanya diperlukan
koef isien pengelanpokan.
Pada penelitian ini dipelajari pola sebaran telur dan larva, s e d a n g
thgkat kerusakan ekancmi hanya dipelajari krdasarkan padat populasi
larva, oleh sebab itu sequential decision plan hanya dapat disusun untuk
stadiun larva, sedang mtuk stadium telur hanya dapat disusun sequential
aoUnting plan,
Rencana penarikan contoh heruntun untuk pengambilan kepukusan
(sequential decision
oleh Iwao (1975 &lam
&)
disusun ben%sarkan metode yang dikembangkan
Walgenbach et dl.,
1985) yaitu dengan membuat
selang kepxcayaan u t u k setiap banyaknya m
t
o
h yang diambil.
q =
banyaknya
Btas
unit contoh, mo = nilai tingkat kerusakan yang diproleh
36
pada penelitian III, z ditentukan berdasarkan kesalahan jenis pertamat
dan
adalah koefesien agregasi dari per-
regresi Iwao yang
diperoleh pada penelitian 11.
R e n c a ~penarikan contoh beruntun untuk pendug-
berdasarkan koefisien keragaman bagi n i l a i tengah.
kerag-
Apabila koefisien
adalah :
sx=@-,sertax==
dan
nus
c.Q
Pada persamaan Taylor, s2 =
, s2 =
Pada persaman 1-0
atau
C =
sedang a, b,
terdapat
populasi disusun
d
dan
'
aJZb
Ib
atau .S2 = a (
( d +1 ) X +
V _ (A +
Tn
(
1) +
f - 1 )9 atau
( b - 11
n
untukrmdel Iwao
diperoleh dari penelitian 11.
hubungad antara Tn d m n.
krsebut dimm&an
n
Pada C tertentu,
Kurva yarq menggambarkan hubungan
garis henti (stop - line), krena SeOTang pengamat
boleh mengktikan pekerjaannya bila kumulatif larva atau telur yang
ditemakan melebifii kurva tersebut.
37
Untuk iwmkmtu kurva stop
-
line dibentuk k
m hubungan antara
banyaknya unit o ~ t o hdan rata-rata populasi t i a p unit,
menggantikan Tn dengan nX ( A n s c o r n b e ,
1949).
dengan cara
Kurva i n i memberikan
informasi koefisien keragaman yang merungkinkan untuk dipilih.
HAS=
DAN PEMBAHASAN
Beberam Aspek Bioloqi H. armiqera
Telur
Telur diletakkan oleh imago terpisah satu sanra lain,
Telur yang
baru diletakkan k s w a r n a kuning muda, makin lama warnanya m a k i n tua dan
apabila akan renetas terlihat adanya satu bintik hitam yang jelas.
inkubasi telur antara tiga dan empat M i ,
Masa
k e r a g m y a lebih kecil
dibardingkan dengan hasil penelitian di Malang, Jawa Timur (Subiyakto
dan Gatot Kart-,
f 9 8 6 ) . k a r e ~suhu rata-rata di Bogor sedikit lebih
tinggi ( 2 7 O ~ dari
)
pada di Malang ( 2 5 . 5 * ) ,
Apabila telur diperlakukan
pada suhu y m g lebib rendah dalam kondisi laboratorium di Bogor, yaitu
Pads suhu kurang lebih 26*,
& masa inkubasi m j a d i lebih lebar
kisarannya yaitu dapat mencapai delapn hari.
Larva
Larva yang baru keluar panjang tutuh rata-rata 2.8 m n dan l
y
a
0.4 mn.
sedang
lebar kepala 0.3 mn.
Sebelum makatl jaringan tanaman,
brva transparan dan setany sangat halus.
Pada larva instar kedua, -ya
m j a d i kurrillg dan sudah mulai
klihatan adanya garis J x x w a n n coklat pada Ingian lateral dan adanya
perdukung seta yang
lebar
ooklat.
Rata-rata panjang tulxlh 9.9
nm
1 - 3 mn, sedang lebar kepala 1.3 mn.
war^
larva instar ketiga sampai keenain bervariasi.
Yang diberi m3kan
jagung variasi
Pada larva
warnanya lebih banyak dibandingkan
-
39
dengan v a r i a s i w a r n a
Variasi
larva yang d i k i makan bunga d m buah kapas.
yang d i b e r i jagung a n t a r a l a i n h i j a u plos, h i j a u denqan
garis c o k l a t muda,
putih atau hitam, kuning detlgan g a r i s hitam.
Pada
l a r v a yang d i b e r i buah kapas warnanya l e b i h banyak h i jau b e r g a r i s hitam
s e d i k i t a t a u h i j a u polos.
Rupanya v a r i a s i
kwrna
i n i s e l a i n ditentukan
oleh g e n e t i k ditentulcan pula oleh jenis p r o t e i n yang terdapat d i &lam
m&anamya.
Menurut C h a m (1971 ) m o l e k u l p n g h a s i l warna yang dikenal
s e b a g a i krornofor d i i k a t oleh molekul p r o t e i n d a n d i s e b u t dengan
kramprotein
.
Sesuai dengan besar -ya,
kepalanya.
keemeat,
0-94,
Rab-rata
makin tua instar larva makin lehu
lebar kepala larva instar kesatu,
kedua, k e t i g a ,
kelima dan keenam dari 20 larva b e r t u r u t - t u r u t
1.18,
lebar kepala
1.43,
7.84
d i s a j i b n pada Tabel 9.
-lam
stadium prapupa larva msih
dalam bentuk aslinya hanya e t i v i t a s rnakannya k k u r a n g .
kmanya
0.80,
Rata-rata serta kisaran stadia larva dan
mu.
Ummnya berwama h i j a u tua
0.30,
r3at-s
I a r v a pada
masuk kedalam tanah untuk g a n t i kulit.
proses penggantian k u l i t y a i t u mulai pernbukaan k u l i t
sampai
selubung pupa henmma o o k l a t t u a berkisar a n t a r a 12 sampai f 6 m e n i t .
15 h a r i
( 11 -85
2
1.14
.
hari)
B e s a r k e c i l n y a pupa t e r g a n t u n g pada
k s e d i a n y a m3kanan pada stadia larva.
Tabel 9.
Stadium Lwa dan L e b r Kepala tiap Instar
Stadium
(hari)
Instar
Lebar kepala
(m)
Imago
Hasil peng-tan
terhadap 121
imago yang berhasil dibiakkan di
labr>ratorium dan merupakan generasi ketiga menunjukkan bahwa
imago
betina lebih banyak dari pada imago jantan yaitu 66 betina dan 55
jantan, M n g g a perbandingan antara b e t i r n dan jantan adalah 6 : 5.
Hasil pe~gamatanterhadap popllasi H, armigera yang berasal dari
Bulukumba kermdian dibi-
di labaratoriun yang sama r n e n ~ ~ ~ j u k kbh*
an
sampai generasi keempatbelas nisbah kebdnnya tidak
berubah
yaitu
sekitar 1 : 1 (Molide R i d , kammikasi pribadi 1.
Masa praoviposisi yang diamati dari sepuluh imago betiantara satu
&ti=
se-
sampai 1-
hari cEengan rata-rata 2-3 hari.
kkisar
Seekor ngengat
hidupya bertelur 268 sampai 1 820 butir denqm rata-rata
1 062 5 507 butir.
Telur diletakkan paling banyak pada hari perbma
Sampai keempat &lam
periode peletakan telurnya, k d i a n menurun tens
sampai hari kesepuluh (Gambar 7
daripada imago betina.
Lama hidup imago janbn lebih @ek
Rab-rata larna hidup -go
hari, sedang imago betina 8.5
telur,
).
5 1 -5 hari,
Ikmgam
jantan 4.3
5 1.8
diketahuinya stadia
larva, pupa dan praoviposisi, maka daur hidup
armigera
di
laboratorium hama Balai Penelitian TaMman R e m p h dan O b a t Bogor adalah
42-3 5 3.4
hari.
Daur hidup yang diperoleh ini tidak berbeda jauh
dengan daur hidup yang diperoleh di Malang yaitu sekitar 40 hari, namun
kisarannya lebih lebar antara 29 dan 51 hari (Subiyakto dan Gatot
Mortalitas dan m y a Bertahan HidPopllasi suatu spesies serangga m e r q i a l a m i nrxtalitas di setiap
tingkat perkemhangan dan nilai tersebut bervariasi m e n m t faktor-faktm
mrtalitas yang bekerja.
-lam
penelitian ini diamati nmrtalitas nyata
(awanznt mortality) dim mrtalitas sejati
(
real mortality
1.
Mortalitas telur tidak dapt ditentukan dengan pasti, kartelur yang dilebkkan terlalu banyak,
jdah
namun .berdasarkan pengamatan
visual, dari serrma telur yang diletakkan di laboratorium sekitar 98
persen menetas.
Dari 140 b r v a instar per-,
instar kedua, 120 larva (85.71
(84.29
persen)
137 larva
(
97.86
persen) mencapai instar ketiga, 1 1 8 larva
persen) mencapai instar keernpat dan kelima,
mencapai
persen) m c a p a i
116 larva
(82.86
instar keenam, 104 larva (74.20 persen) mencapai pupa
42
sedang hanya 81 pupa mencapai imago.
Pada ~ a b e l1 0 t e r l i h a t bahwa daya
b e r m hidup
& arrruqera dalam k o n d i s i laboratorium mulai dari larva
instar per-
sampai imago adalah 57.86 persen.
Banyaknya telur / h a r i
peletaican telur
Gambar 7-
D i s t r i b u s i Rata-rata Banydknya Telur yang
' D i l e t a k k a n tiap Hari oleh Sepuluh Imago
Setina Sejak H a r i PerPeletakan Telur
Sampai H a r i Kesepuluh
Mortalitas t e r t i n g g i terjadi pada stadium pupa,
per-,
yaitu m c a p a i 22-11
karena menciptekm ke1rmnhku-t yang sesuai untuk perkembmgan
tuhhnya pa&
media buatan d i laboratorium agak sukar,
Berbagai pendapat menyatakan t n h w a telur diletakkan oleh i m a g o pada
sepertiga bagian atas taMman (diukur berdasarkan tinggi tanaman), oleh
Sebab i t u ngengat betina yang telah melakukan kopulasi dilepas
ke dalam
kunmgan yang d i dalamnya telah tersedia satu taMman kapas yang berumur
50 hari.
mi
empat kurungan percobaan dengan ukuran 2 x 1 x 1 rn3 dan
ditempatkan d i kamar kaca d i Sogor, banyaknya telur yang diletakkan pada
bgi.dr~-bagiantanarrran tertentu d ij u m h h h n dan disaj i b n pada Tabel 1 1
Tabel 10,
Larva instar
I
I1
111
IV
v
VI
pupa
-90
Daya Be~~tahan
Hidup dan Mortalitas Larva serta
Pupa H
.armigera &lam Kodisi Labaratorim
.
Tabel 1 1
.
I3anyaknya 'Iklur yang Diletakkan pada Bagian
T a ~ m a n'krtentu
Pada Tabel 11 dapat dilihat bah-
diletakkan pada bagian atas dari tanaman,
sekitar 87 persen telur
m
i bagian atas ini 75
persen telur diletakkan pada daun baik pada permukaan atas maupun
hwah,
perrmkaan
Begitu pula dari jumlah
b l u r yang -pat
pada
bagian tengah 74 persen diletakkan pada penmkaan atas dan bawah daun.
Data hasil penelitian sebaran H.
zea dan H, virescens yang telah
dipublikasi pada mnmmya memperlihatkan hdwa telur diletaWcan paling
banyak pada sepertiga bagian atas tanarnan (Farrar dan Ekadley,
Qe,
1972;
Hillhouse dan Pitre, 1976;
Ramalho et dl,,
1984)
1985;
Namun
bagian t a r n n n n yang dipilih untuk diteluri berbeda antara braman yang
dikumng
yang
dan
tidak
dikurung-
Hasil penelitian
--
Wilson et al. (1980) pada H, zed di dalam kurungan di California juga
didukung oleh hasil penelitian ini,
diletakkan
pada
daun
baik
pada
89.6
p e r s e n dari seluruh telur
penrmkaan atas mupun P
e perm-
45
bawah,
Pada t a n a n x m yang terbuka d i lapang ngengat betina lebih banyak
memilih kuncup bunga sebagai tempat peletakan telurnya (Mistric, 7 9 6 4 ) .
Perbedadn i n i diduga d i s e k d k m oleh keterbatasan mobilitas imago d i
d a l a m k u ~ n g a n , kelihatannya t e l u r diletakkan pada hagian tanaman yang'
m u d a h dicapai yaitu daun bagian
keraguan hi peng-tan
atas
tanaman.
Untuk
mghilangkan
terhadap preferensi penularan o l e h imago diulang
d i lapang dan hasilnya berbeda dengan apa yang diperoleh d i kamar kaca.
Tabel
d
i
1 4 menunjukkan bahwa
sedikit
sekali
telur
yang d i l e t a k k a n
w bawab daun.
pensraruh Curah H u j a n terhadap Kehilawan Telur
Pengamatan pengaruh curah hujan terhadap kehilangan telur s a r q a t
berg-
untuk
mengetahui apakah
pengamatan pendugan
diperlukan apabila hujan baru saja turun.
d i lapang hanya dildkukan apabila hujan turun,
a p a b i l a a d a tanda-tanda
pertanaman kapas.
bahwa h u j a n akan t u r u n ,
Telur yang k h a s i l dit-
(baru dileta)ckan)
diberi
tanda dengan spidol.
banyaknya t e l u r yaxq rnasih ada d i c a t a t .
d i s a j i k a n pada Tabel 12.
telur
Suatu percabaan dilakukan d i
lapang dan di laboratoriuln hama iG=bun ~ercobaan-gus,
Per-
populasi
Jawa ~imur.
Pada sore h a r i
t e l u r d i c a r i pada
dan b e r w ~kuning
~
Keesokan harinya
Persentase blur yang h i l a g
Pengaruh Curah Hujan terhadap Kehilangan Telur.
Tabel 1 2.
Curah hujan
Tanggal
Banyaknya t e l u r
(m)
2 April
1985
9 April
1985
17 A p r i l
1985
27 A p r i l
7 985
Kehilangan t e l u r
(persen)
Pada musim taMm 1985, hanya l i m a k a l i hujan turun dan hanya empat
k a l i yang berhasil d i c a t a t .
Pada Tabel 12 t e r l i h a t bahvia makin t i n g g i
c u r a h h u j a n makin t i n g g i p e r s e n t a s e t e l u r yang j a t u h a t a u h i l a n g .
Ketika hujan turun sebesar 9 mn,
banyaknya t e l u r yang jatuh adalah 32
Ketika cwah hujan h r t a n b h menjadi 13 mn kehilangan b l u r
persen.
persen.
m j a d i 90.91
-kan
h a s i l yang d i p e r o l e h p e r m t e r s e b u t d i u l a n g i derqan
menggunakan hujan budtan bu ah an a i r ) ,
Oleh berbagai
(mn/menit),
p
e
w diantaranya
diameter
butir
air
Derajat curah hujan d i t e n t u k a n
massa
(mn)
(mg),
intensitas curah hujan
dan kecepatan jatuh
hubah yang paling mudah diukur adalah i n t e n s i t a s
sebab i t u p
e
w yang digunakan pada
dengan
cara
mengatur
banyaknya
(ddetik).
hujan,
oleh
percobaan ini adalah i n t e n s i t a s
air
yang
jatuh
( m 1 ) s e t i a p m2.
Pengaturan h y a k n y a air yang jatuh dapat d i b u a t berdasarkan banyaknya
pubran a t a u
berapa d e r a j a t pembulcaan s u a t u sllmber air dan d i a l i r k
selama se