Penarikan contoh beruntun Heliothis armigera Hubner (Lepidoptera : noctuidae) pada penanaman kapas di Asembagus

Latar Belakanq

Kapas s e b a g a i bahan sandang, merupakan s a l a h s a t u bahan pokok
penting untuk kebutuhan sehari-hari

setelah pangan,

meningkatnya l a j u pertumbuhan penduduk,

Dengan -in

kebutuhan akan s&ag

aJcan

semakin meningkat.
Hampir 54 persen d a r i kebutuhn dunia d

berken\bang d i

Asia


dan

Pasifik.

i

w oleh negara-negara

sedang daerah

tersebut

secara

keseluruhan dapat menghasilkan 55 persen dari produksi kapas b e r b i j i d i
dunia.

Pada Tabel 1 dapat d i l i h a t , bahva d i Asia dan Pasifik terdapat


1 5 negara penghasil kapas yang terdiri dari 14 negara berkembang dan

satu negara maju yaitu Australia,
k h n p o k negara b
e
t
-

dan Pakistan.

Cina menduduki urutan pertama dart

dalam produksi kapasnya, d i i k u t i oleh Irdia

Pada Wun 1985 C i n a berhasil v

i kapas b e r b i j i

dua kali d a r i produksi tahun 1975 dengiln laju kenaikan 12.0


per

tahun, sehingga pada tahun 1984 C i n a menjadi negara peng-.

Negara

berkembang lainnya y a i t u Bangladesh, Kamboja, Indonesia, Laos, Vietnam,
F i l i p i n a dilll Korea, prcduksi kapasnya t e t a p rendah (Singh, 1986 3 .
D i Indonesia produksi s e r a t kapas baru mencapai

j umlah kansumsi serat (Tabel 2 )

s e r a t masih -gat

.

Lima persen d a r i

Ini berarti bahwa pemenuhan kebutuhan


terga~~tung
pada impor dari luar negeri.

persen d a r i seluruh

EMm p l u h

berasal dari Amerika Serikat dan si-ya

berasal d a r i Pakistan. Australia dan Meksiko.

hTcduksi Kapas Eerbiji Negeri-negeri Penghasil Kapas
d i Dunia (Singh, 1986)-

Tabel 1.

T a h u n
N e g e r i

1975


1982

1983

1984

1985

*.....-,,.......,

1 000 ton

Barrgladesh
B u r m a
C i n a
Kamboja

K o r e a
I n d i a

Indonesia
L a o s
Pakistan
Filipina

2
43

6

8

95

98

7143

10794


13911

-

1

1

11

11
3 357
27
18
1 484

9
3 480
4
5

1 542

-

Republik Korea
6
Sri I a n h
6
Muang Thai
29
Vietnam
6
Australia
107
Negeri di luar
Asia Pasifik
23 363

3 842
21

16

2 472
21

15

3
5
122

3
2
199

353

6
286


26 205

24 209

5

Dalam rangh penghematan devisa negara serta perringhtan ketahanan

serat kapas.

dengan

Prcgram untuk meningkatkan prcddcsi serat kapas dikenal

Intensifikasi

Kapas

Rakyat (IKR), y a i t u pemberian


met kredit

Produksi

T a h u n

........*.....*.....
000
..lbal

1981 /I982
1982/1983
1983/1984
1 984/1985
1985/1986

7 986/1987
1 987/1988

22
21
21

509
558
612

32
34
20

625
750
825

-

845

agar petani lebih t e r t a r i k untuk

me~nam
kapas.

Program IKR sudah b e r j a l a n sembilan tahun,
k b i j i t e t a p rendah,

~ m u n
prnduksi

Selain rmsih ren%hnya l u a s -1,

hektar juga masifi sangat wdah,

-pas

hasil tiap

sekitar 500 kg kapas b e r b i j i ,

bila

dibandingkan dengan rata-rata dunia, y a i t u 1500 kg t i a p hektar (Singh,

1986).

Keragaman h a s i l d i t i a p wilayah pengembangan kapas selama

e a p a tahun terakhir d i k e m k k m pada Tabel 3,
Rendahnya
tertariknya

hasil

pe&ni

yang

diperoleh

dapat

mengakibatkan

l a i n untuk menanam kapas.

tidak

Serangan hama d a n

k a a n g a a i r beweran penting pada pemmman h s i l kapas berbiji.
Hama utam yang menyerang t a n a m a n kapas adalah Sundaptervx b i q u t t u l a
Ishida, Heliothis axmisera K L , Earids v i t t e l l a F.,

gossmiella Saund.

6 b i q u t t t u l a menyerang daun

clan Pectinophora

muda sedang ketiga hama

laimya myerang kuncup bungs dan hush.

Harna-hama

yang bukan hama

utama adalah Spodoptera litura F,, -phila

£lava F.,

*lepta

F. dan Aphis gossmii

Glw.

derogata

K e e m p t serangga tersebut myerang daun

(Soebatrltijo, 1 986).

Besarnya kerugian akibat serangan beberapa macam hama di Amerika
Serikat dikemukahn oleh Ridgway et al,
pa&

Tabel 4.

(1984) seperti yarq terlihat

Menurut Bull et dl. (1979) kehilangan hasil karena

Heliothis spp. merupakan 50 persen dari seluruh kehilangan hasil oleh
serartgdn hama,

sedang di Rhodesia Chiarappa

apabila setiap

(1970) melaporkan bahwa

terdapat s a t u blur Heliothis aLmiqera,

m a b

kehilangan hasil dalam satu hektar dapat mencapai 820 kg kapas berbiji.
D i Indonesia

besarnya

kehilangan hasil kapas yang disebabkan oleh t i a p

5
jenis

hama

klun

diketahui,

rnnnm

hasil

percobaan

(1986)

?bpper

rhlnunjukkan bahwa hasil kapas tanpa pengerdalian bama 60 persen lebih
rendah dibardingkan dengan hasil pada p e w yang dikendalikan.

Bagian

terbesar dari angka kemgian ini disebbkan oleh Heliothis armigera.

Untuk mengurangi kehilangan hasil, para petani atau pengelola
perJdxmmk a w s cedenmg untuk melakukan pengendalian harrra ini dengan

menggunakan insektisida.
&daszukan

Penggunaan insektisida tersebut

tidak

pada padat popLLasi hama di lapang, tetapi didasarkan palfa

sistim kalender.

Sistim kalerder ini ternyata tidak menurwlcan popllasi

di lapang bahkan bdzuq-kadang lebih tinggi dari populasi

b m a -an

sebelum pengendalian dilakuhn, oleh sebab itu hasil yang diperoleh

Tanpa e l i a n

Pengendalian

H a m a

Kehilangan hasil

..............*.

persen

Heliothis spp.

-.,.,*...........
63.1

14.7

asp.
Tetranychus sp.
ADhis ssp.

9.2

61 -0

0.5
7.9

21 -3
18.9

tetap rendah dan biaya produksi menjadi lebih tinggi.

Menurut

perhittmgm, pada musim t a n a m 1983/1984 h i s insektisida yang digunakan

ai

lapang

dapat

mencapai

15.6

liter

tiap

bektar

frekuensi

penyemprotan sepuluh Icali.

F%dwensi

pemberian insektisida yang tinggi

rnengakibatkan ikut terbavninya pcpuldsi musuh alami,

Sulawesi Selatan &lam

di

m u s h t a n a m tahm 1983 diketahui bahwa populasi

predator larva H, armigera yakni C h ~ ~ s o psp
a
.,
laba-laba pada

Pada -tan

pertanaman kapas

yang

Coccinella dan sejenis

diaplikasi insektisida dengan

sistim kalender jauh lebih rerdah d i b a d h g k a n pada per-

tanpa aplikasi insdctisida (Fachrudin, 1983).

]capas

Akibat sampb'q laimya

adalah adanya tanda-tanda timbuhya resistensi & anadsera terhadap
endosulfa di Sulawesi Tenggara dan oleh k a r e r a i t u pada m u s h taMm

1984/1985 kebijaksanaan pengendalian hama kapas diubah.
insektisida yang digunakan lebih beragam,
liter tiap hektar,

Jenis

dosis diturunkan menjadi 12

b p i sistim yang digurnkan m s i h sistim blender

(Sarnim dan Tbhing, 1986).

Pada batasan pengendalian hama terpadu ( P H T ) disebutkan bahwa
hsdctisida hanyalah

~~ salah

satu tmsur pengendalian dan dapat

digunakiill bersama unsw Lain asalkan kanpatibel

Bosch, 1967)-

(Smith dan van den

dasar PKC adalah penggurraan ambang ekoncmi h a =

AS-

yang berarti bahwa insektisida hanya digunakan untuk meMzgah p o p u l a s i
hama m ~ c d p a it h q k a t kerusakan ekonani.

Untuk nengetahui apakah padat

populasi hama di lapang b l a h -psi tingkat tersebut,
perlu dilakukan,
ketelitian
tinggi.

yatlg

Ada

penantauan

Dalam pemantauan ini diperlukan ketepatan dan

tinggi,

namuri

biaya -tan

yang diperlukan juga

satu card untuk dapat menekan biaya ini yaitu dengan

menggunakan penarikan contoh acak beruntun (sequential samolinq),
Keuntungan

pxqgmsm

penarikan cantoh ini adalah (1

tidak memerlukan

contoh

tertentu,

menghemat waktu

(2)

tidak

(Stevens

memerlulcan

9 &,,

biaya

1976).

yang

tinggi

menghemat w k t u -tan

-yak

penarikan m t o h i n i

H e l i o t h i s sp.

Menurut Bindra ( 1 9 8 6 )

40-60 persen.

Begitu pula d i lkxas,

dan Anthonarms -andis

dapat menghemat h t u 34-60 persen ( P i e t e r s clan S t e r l i n g , 1975).
diperl-

(3)

m t o h beruntun pada Li, armiqera di A u s t r a l i a d a p a t

penggunaan p=narikan

yang

dan

&lam

Edenan
Syarat

m e e ' d c a n p e n a t i b n a t o h beruntun adalah

dliketahuinya t i n g k a t kerusakan ekonomi dan pola -an

d a r i hama yang

akan dikendalikan.

Tujuan P e n e l i t i a n

F e n e l i t i a n ini kxtujuan untuk menyusun renca~penarikan mtah

beruntun yang d i d a s a r k a n atas b i o l o g i ,
kerusakan ekaromi.

pola sebaran dan t i n g k a t

Untuk mengetahuf biologi diadakm pendekabn dengan

penelitian. yang dilaMFan di l a b a r a t u r i u a , sedang untuk pola -an

dan

t i n g k a t kerusakan ekonomi dilakukan p e n e l i t i a n d i lapang,
Hasil p e n e l i t i a n i n i diharapkan chpat e f l c a n petunjuk tentang

card dan saat penganratan terhadap larva H , anuigera, agar pengerdalian
dengan i n s e k t i s i d a yang dilakukan t e p t dan efisien,

T W A U A N WSI'AKA

Sebaran Geagrafis

Jenis hama kapas sangat banyak,
terdaftar.

ada 1326 jenis yang telah

Dari sekian banyak hama, pada saat ini add 12 jenis yang

menjadi hama utama

(Frisbie,

1983).

Jenis hama utama tersebut

bervariasi dari satu daerah ke daerah lairmya, namun hanm yang paling
luas sebarannya dan besar peranannya adalah Heliothis spp,
Heliothis sp. telah dikenal sebagai harm k p a s di Amerika Serikat
sejak tahun 1820.

C l o w e r ( 1980J m e n g a d c & a n

h h w a Heliothis 5 Boddie

telah mengalami bberapa kekeliruan identifikasi.
sampai 1903,

JXri

tahun 1826

spesies itu disebut Heliothis armiqera HWmer,

kemudian

dari tahun 1903 sautpai 1938 Heliothis obsoleta Fahricius, dari

~

L

U

I

1 938 sampai 1 955 & armiqera dan sejak tahun 1 955 hingga sekarang

spesies yang sama itu disebut Heliothis
hama tembakau,

(Folsom, 1 936 1.

Heliothis -v

Fabricius,

Pada tahun 1934

mulai myerang kapas

Hingga sekarang kedua Heliothis tersebut sering
kapas di Amerika Serikat.

rnenimbulkan masalah pada
Kogan dan Herzog
m~yatakansebaran EL

Utara,

Boddie,

(1980) s e r e Maxwell dan Jennings

(1980)

zed dan H, virescens hanya terbatas di m i k a

Tengah dan Selatan

(Western hemisphere),

sedang

&

a r m i ~ a

s p a t di Eropa, Afrika, Asia dan Australia ( F a l q dan Smith, 1973;
Kalshoven, 1981 ),

l3indra I1 986bl menyetut H, armiqera dengan A f r o - a s i d ~ ' ~

kollm.
Di Australia & armiqera s i n g berada pada hnamn kapas bersama-

sama

dengan

Heliothis

punctiqera

hllengren

dan

disebut

daqan

9

Australian H e l i o t h i s (Wilson dan Waite,
(1

1982)-

Esquerra dan Gabriel

986 ) mengemukakan pemberian nama Helicoverpa armiqera

(H i i b n e r )

IEardwicke untuk Heliothis armiqera H i h e r ,

Di Indonesia II, armigera meru@can hama pada pertanaman kapas di

semua daerah kapas di Java

Tengah, Jawa T h u r , N u s a Tenggara Barat, N u s a

Tenggara Timur, Sulawesi S e l a h dan Sulawesi !hnggara.

mmumn Irmq

H e l i o t h i s spp. bersifat polifag.

kapas, tembakau, jagung,

Tanaman i ~ n &
g armigera adalah

sorgum, bun*

matahari, berbagai kacang-

kacangan, jeruk, tamat, kentang dan t a n a m m hortikultura Lainnya (Kranz
et &,,
-

1978).

V

Kalshovetl ( 1981 ) rnenyatakan jarak dan Linum juga

tarmmm i-xmya.

l3arber ( 1 937) membuat daftar tanaman budidaya dan tarnnnn liar yang

mjadi inang bagi

& absoleta dan H, viresoMs di Georgia baik sebagai

b n a m a n utama mupun taMman inang pengganti, seperti yang -1-t

Tabel 5.

E!eberapa taMman liar diketahui m e n j a d i tanaman

pada

hama ini

di Carolina yaitu Linaria canadensis, Rhexia alifanus, Meibania rmrrmrea

dan

rhanbifolia (Ne-ig,

1963).

Tabel 5. Tanaman Inang H e l i o t h i s obsoleta.
-

J d s inang

Inang utanra

Zed l

~

L-y

--

-

--

- - -- - -

Tanannn liar

Tanaman M i & y a

Meibania mrwrea

~

(Maill. ) Vail.
Soya max (L. ) P i p e r .

L i n a r i a canadensis

(L.1 bm.
Linun usitatissimm L.

N i m t i a ~tabam L.
Inang penggifllti

Crotolaria spp.

Lam,
Pedicellaria pentaphylla
(L.) schtank

P h a s e o l u s vulqaris L,

SiQ rfiambifolia L.

Sarghm vulgare Pers.

--

Paniclm s m p a r i u m

V i c i a sativa L,
xantlliun sp
G o s s y p i u n herbaceurn L.

Lyeopersicon
esculentun M i l l .

B i o l o q i H e l i o t h i s spp.
M o r f o l o g i telur, larva dan

g.

pupa

g,

arrnigera,

11. virescens

Clan

h a m p i r sama, hanya ada perbedaan s e d i k i t antara k e t i g a n y a ,

Menurut W i l s o n dan Wte (1982) mass larva, laju p e r t ~ ~ t b ~ h
ukuran
n,
dan

Tabel 6.

T a ~ m a nInang Heliothis virescens

TaMmarr

I m g utama

L i m u s i t a t i s s i m u m L.
Niaoi=iana tabacum L.

liar

Meibaaia n e a
(lulaill. ) V a i l
Rhexia alifWalt.
Linaria cawidensis
(L*)IXnrt.
a i s L.~

Meibania canesoens
IL.) Kuntze.
Meibomia stricta
(Fursh) Kuntze.
Ipanea SP.
Physalis vixosa L.
PhVsalis anqulata L.
Phvsalis turbinata Medic
Solanun sisvmbriifolium.
H e t e r o t h e s t subwillaris
(Lam. ) Britton & Rusby
Aplopappus divaricatus
( N u t t , ) A. Gray
Sitilias carolinLana
(Walt-1 Raf.

Larva yang baru -tas
0-2 mn.

instar

War-

ptnjangnya lebih kurang 1 - 7 5 m n dan Iebar

putih kekuningan dan kepala berwarna hitam,

Setelah

ketiga warnanya bervariasi, antara lain hijau, hijau kekuningan,

hitam keooklatan, hitam caklat muda atau merah,

adanya garis-garis
war^

yang

-ya

C i r i khasnya adalah

berbeda sepanjang bdannya,

garis

gelap, garis berwarna terang, agak gelap lalu benerna gelap lagi.

Pada suhu rata-rata 25.f0

dan kelfmbaknn 85.5 persen, n n s a telur

tiga sampai delapan h a r i dan l a m e s t a d i a larva 13 sampai 21 hari
(Sthiyakto dan Gatot Kartano, 1986 )

.

Masa pupa 1 7 sampai 16 hari.
sedang pupa

H.

berwama mktat

Pupa&

tua,

anniqera tnula-mula coklat terang, lalu menjadi ooklat tua

h t i k a akan menjadi irnago.
Suryowinoto

&

a.( 1983

)

membedakan j e n i s kelamin pupa,

dapat menemukan tanda khusus untuk
Pada pupa jantan celah kelamimya

membu2at, sedang oelah anusnya m=nipakan t i t i k hibm.

celah tersebut terdapat w

a

n garis yang membutat.

Di s e k i b kedua
Pada pupa b e t i n a p

b e r h t u k jcvong dan sekitar celah tersebt

Celah kelamin dan ce1.h

ada gambran garis-garis sannr herbentuk jantung.

I d m a hidup imago bervariasi dari 2 sampai 15 hari.
i m a g o j a n t a n lebih pe&&

dari pada i m a g o betina.

Lama hidup

Masa pra peneluran

k k i s a r antara 8 dan 12 hari dan mencapai puncak peneluran tiga sampai
enam h a r i sesudah awal peletakan b l u r ,

dapat mencapai 1 000

-

1 500 butir.

Produksi telur seekor betina

Imago aktif pada rnalam hari dan

meletakkan telurnya terpencar,
Larva yang baru kel~~GZUI

bagian tanaman.

h n g a dan buah Rplda,

pads

dari b l u r akan makan kulit blur d l u m

t a m m a n kapas, larva lebih m y u k a i kuncup

Satu &or

larva dapat menyerang beberapa kuncup

sebelum melanjutkan serangannya pada buah (Anonim. 1978 1.

K
p

.

13
bunga dan buah muda yang terserang akan gugur, sedang

t e t a p pada tanaman dan t i d a k dapat membuka.
m y e r a n g bagian ujung dari tongkolnya.

tomat yang diserang adalah

1978)-

adalah wting dalam pzrqelolaan ham^ terpadu, kadapat

diketahui

Pada jagung, larva

Pada ternbakau, larva menyerang

bagian pucuk dan dam yang tua, sadang pa&
buahnya (Kranz et al.,

brtah yang tua akan

saat-saat

tanaman *tan

dari hubmgan ini

atau tahan terhadap hama,

ZGrenta-~
atau
~ ~ ketahanan tanaman terhadap serangan b m a ads huturrgannya

dengan periode atau tahap p e r t m h h a n dan per-

taMnran kapas-

Menurut Falcon (1972) pertunhhan dan perkembangan taMman lcapas dibagi
atas tiga periode.

Periode pertarna adalah periode i~lltara peMMman

W m k m t u h n buah yng dimulai dengan muncuhya kuncup bunga p e r t a m a dan

terakhir dengan mskarnya buah perbma,

Pada varietas Acala SF-1

di

Califamia periode ini mencapai sembilan minggu d m dalam nnsa inilah

taMman mencapai daya dukung terhadap peinbentuhn buah.
-sen

aiasanya 80

dari day dukung dicapai pada lima atau enam minggu setelah msa

pem)xmgaan.

Pericde terakhir adalab periode penratangatl

bush,

Ketiga

periocle ini a J c d n berbeda pads varietas dim 1ingkunga-i yang berbeda.

Gambar 1,

Pa&

A c a l a SF-l

Banyaknya Burrga dan J3uah Yang Terdapat pada Tanatmn =pas
Varietas Deltapine yang Berumur 30 hari sampai P a m
(Falcon dan Smith, 1973)

buah terakhir mekar sekitar umur 200 hari setelah tanam,

.s&knq pada varietas Deltapine di Nicaragua sekitar 180 hari setelah

taMm seperti terlihat pada

Gambar 1 (Falam dan Smith, 1973).

TernyaGi tingkat kerusakan yang disebabkan oleh Heliothis sp.
seirinq dengan h y a k n y a bunga dan buah yang terbentuk.
m

Makin banyak

a dan buah terbentuk, makin banyak pula bungs y m g rusak (Gutierrez

15

pula b a h w a add hubungan

dan berbagai v a r i e t a s dike-

yang p o s i t i f

a n t a r a banyaknya bunga serta buah yang rusak dan p a d a t p o p u l a s i
Heliothis (Gambar 2).

Slosser et al.

(1978) melaporkan bahwa populasi

Heliothis menurun ketika banyaknya k u n ~ ph q a yang berdiameter lebih

besar dari 6 mn menurun d i bawah 160 000 per hektar.

Delapan puluh lima

d a h wdctu lima m i n g g u sesudah hrtga

persen buah wak

ub=ka~dan 95

persen dari buah yang dapat c3ipxe.n berasal dari kuncup bunga yang

terbentuk pada bulan pertarna masa Pemtxmgaan.
Faktor l a i n yang sangat erat hukungannya dengan pengendalian h a m
adalah p l a gugurnya
ddcung,

byah,

Apabila banyaknya buah telah mencapai daya

buah yang haru dibentuk yang merupakan kelebihan akan gugur.

Pengguguran ini terjadi pada tuah yang umxnya kurang dari sepuluh h a r i ,

Sehitlgga buah gugur paling &yak
ExmcaJmya.

ketika jumlah bunga mekK m p a i

Lebih dari 50 persen buraga mekar tidak dapat menjadi buah

yang &ptdipanen pada akkir rms+m taMm (Gmbar 3 ) .

gugur t e r l a l u banyak
w t u k a n buah,

(sampai d i bawah daya dukung) pada

brnn-en

tersebut pada periode berikutnya-im

Apabila buah yang
periode

untuk mengqantikan kehilangan buah

Namun buah yang m t u k pada akhir

akan menghasilkan serat yang kuantitas maupun lcualitasnya rendah,

kecuali j i k a k

e

l

m tanah dapat diatur terus-menens rnelalui i r i g a s i

(Falcon ddn Smith, 1973)-

Gamtnr

-

=,

m Bunga, (b) Kuncup B-a
Terserang,
*==rang,
(el Larva Meliothis
Yang -pat
~ a d aTaMman Kapas yang Berumur 40 Hari
saRIpai Panen (Gutierrez et al., 1981)
-Y-Y~
(c)

(a) K

M,
(dl

I8
pengertian yang sama d i n y a w plla oleh Stern ( f 973 1, Judenko ( 1972 I

L
u
-

clan Met:calf

(Poston e t

Berbagai k r i t i k terhadap konsep ini t e l a h

( 1 975).

k a r a t e r l a l u s e d e r h a ~dan t e r l a l u mengabaikan

hnyak dilontarkan,

fake-faktor

,

l a i n yang dapat mempengaruhi sistem t a n a m a n dan hawmya
1983;

dl.,

Stefanou,

19841,

namun kansep h i masih dapat

bertahan sampai sekarang.
m

d

s dan Heath

( 1964,

dalam M e y ,

19721 mayatakan M w a

populasi hama sudah mencapai taraf ambang elwaxmi biLamaM populasinya
cukup besar untuk menyebabkan k e r u g i a n yang s e n i l a i dengan b i a y a
pengedalian.

B i e r r e ( 1966, &lam

l a i n pada h
a
-

Headley,

1972) membetikan Fengertian

ambang ekanrni dan - y a w

batma ambang ekoncmi

adahh suatu t i n g k a t k r i t i s dari kerusakan tanaman yanq di atas tingkat
k s e b u t kerusakan ti&
(1972)

dapat ditolssansi lagi.

batasan

member-

popllasi hama yang menn i l a i n y a dengan l a j u

Selanjutnya M l e y

ambang ekrrraai adalah s u a t u tingkat
l a j u pertambahan kerusakan yang

same

biaya untuk mencegah kerusakan i t u -

Namun Andckv dan Kiritani (1 983) menyebu-

babsan ambang ekanani d a r i

Heaaley (7972) sebagai batasan t i n g k a t kerusakan ekaplani yang 1engIcapya

adalah padat popuLasi h a m yang m = n y e b h k m laju p r h d d n n kemsakm
a t a u l a j u penunman pendapatan senilai dengan laju pertambahan biaya
Wtuk mencegah kerusakan i t u .
D a r i uraian d i atas dapat dikatakan k a b a beberap ahli menggunakan

batasan t i n g k a t

kerusakan ekolrmi untuk itmbang ekonani,

batasan yang diungkqkm oleh Munford dan NartM
(7976)-

Peneliti

laimya

menggunakan

istilah

b e g i t u pula

(1984) dan N o r t o n

yang

bnmcam-macam

19
seperti ambang kendall, ambang kegiatan,

-k

M

g
-

r

kerusakan kitis & ambang populasi kritis untuk ambang eke- dan

tingkat kerusakan ekonomi

(Cancelado d m Radcliffe,

1966;Sterling, 1984;Walgentach dan W
*
,
(1983) t e t a p

nvjnbedakan

kembli

atau ambang

et al.
-

(1959)-

1984)-

1979;~hantr
dan

antara tingkat kerusakan ekoncmi ddn ambang

ekanomi seperti apa yang diutarakan oleh Stern

Dikatakannya bahwa ambang kendali digunakan untuk

m u s h tanam,

mgrmtuskan kapan harus dilakukan perrgendalian s~~
tingkat kerusakan e

k

d memberikan tingkat kerusakan yang apabila

dikendalikan akan menguntuncjcan-

tersebut amhrng

Men-t

ekrmrmi-

kendali akan tetcapai lebih dahulu sebelm tingkat

perkataan lain pengendalian selalu dilakukan sebelum popiLasi

h a m mencapai tingkat kerusakan ekonomi, kalau tercapai, kerugian
ekonani a)can terjadi.

Sebaqai contoh, larva instar kelima dan keenam

mencapai 96 persen dari total

S p t e r a litura daya mdcannya &pat

instar larva (Okamto dan Okada, t 968 1, maka pengendalian terhadap
instar muda yang dilakukan jauh sebelum

kerusa)can

ekonani terjadi akan

sangat menguntungkan.
-lam

batasan dari Stern et al.

(1959) sudah ditekankan hubungan

rllltara padat popllasi harm dan kerusakan ekanani, tetapi m e r e k a tidak
memberikan penjelasan mengenai parameter apa saja yang diperlukan
sebagai penduga.
e

Baru 13 tahun keraudian Headley

w merupakan orang pertama yang

( 1 972).

seorang m

i

kerusakan

tingkat

ekoncmi dalam pernyat a m matematik meskipun ia menyebutnya ambang
ek0nun.i.

Pada

tahun

yang

sarna

Stone dan Pedigo

( 1972) w

l

c

a

n

prosedur yang praktis untuk msqhitung t i n g h t kerusakan ekoMni hama
perusak dam kedelai Plathypena scabra.

Empat

peubah utama yang mereka

kemukakan adalah hiaya pengendalian, harga h a s i l panen,

kerugian h a s i l

yang disebabkan t i a p i n d i v i d u hama dan tanggapan tanaman t e r h a d a p
kerusakan (penunman k u a l i t a s dan kuantitas t i a p unit kerusahn).
Pedigo et

Nortan

model optimisasi HexlLey ( 1972) dan

pa&

Formula ter+t
. !

pa*

suatu formula yang didasarkan

{I9861

dl.

per-

adalah

= tingkat kensakan t i a p u n i t produksi yang

tersebut

oleh Headley
( banyaknya

( 1976) untuk digunakan

dm

(1972)

Nartan (19761

serangga t i a p ha )

,C

masih disebut ambang ekcmani

= biaya kegidtan pengadalian t i a p unit

,

produksiim t i a p k ) V = harga pasar t i a p unit produksi (Rp t i a p kg) r
I = tingkat kensakan t i a p serangga t i a p unit produksi (proporsi daun

yang dimakan t i a p serangga t i a p ha

)

dart D = kerugian t i a p u n i t

kerusaJcar~(kg t i a p ha t i a p proporsi dam yang rusak).

Eleskipun hubungan

peubah tersebut kelihatannya sederhana. masalah

matenratik dari k&t

akan timbul pula b i l a peubah-peubah sekunder yang menyusun p e M u
i k u t dipertimbatlgkan.
p e w

uiama sukar

kanpleks

melalui

Poston

s &. (1 983) menyebutkan

bahwa peubah-

untuk diduga dan diranral k a r e ~prosesnya sangat

waktu,

oleh

sebab

itu

dalam -kan

tingkat

21

kerusalcan ekonani harus dilakukan penelitian dahulu terhadap kanpnenkanponen biologi,

Formula y m g diberikan oleh Pedigo et al.

(1986) d a p t

digunakan

untuk serangga hama yang langsung merusak unit prcduksi dengan card
nencdif ikasi peubah I dan D menjadi satu peubah misalnya B, seningga

formula sekarang menjadi

m=

pada

C

V B
persamaan tersebut B adaLah penurunan M i l tiap serangga tiap unit

produksi (kg tiap seraqga tiap ha 1.

Formula yang

digmdcan oleh

et dl. ( 1 982) untuk Heliotbis spp, pada kapas dengan kode huruf
yang sedikit berbeda yaitu

pada persamaan tersebut b adalah koefisien regresi yang diperoleh dari

hubungan antara tingkat poprlasi larva dan hasil serat kapas kerbiji (kg

tiap larva )

.

B a t i s a c ~ tingkat -k

ekancmi yang diberikan oleh Ardaw dan

Kiritani 11983) serta ambang ekonomi oleh Headley

(1972)

dapat

dilukiskan dab h t u k kurva hubmga~antara pdat popllasi hama dan
nilai hasil yang dapat diselanrathn seperti pada Gambar 4,

-

Dari Gambar

4 tersebut terlihat bahwa m a k i n tinggi populasi ham makin tinggi hasil

yar+g &pat

diselarnatkan apabila

penqerdalian dilakulcan.

Feqetongan

antara kurva biaya pengendalian d a n i l a i h a s i l yang diselamatkan
merupakan n i l a i

tirqht kerusOlcan ekonani.

Pada tit& perpatongan

tersebut n i l a i h a s i l yang diharapkan sebanding dengan biaya pengendalian
atau EiCR = 1 : 1.

Farrington 11977) menjabarkan hubungan antara kedua

k w v a dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan perhitungan hipotetik.

Diaswnsikan bahwa biaya pengendalian

sama mtuk s e m a kasus yaitu 85

d o l l a r seperti yang disajikan pada Tabel 7.

tingkat -k

ekDmRi

Dari perhitungan diperoleh

yang menyebabkan perbardingan anbra nilai

h a s i l dan biaya pmgemklian sebesar 1.06

: 1.00.

Ambang ekonaui pada

kasus i n i adalah tingkat popllasi harrra y-

kerugian basil

sebesar lima persen.

-2

B
B

3

.-I

a

f

Biaya

1 --

-1ian

.-I

Z

Padat populasi hama

TKE

Gambar 4.

Populasi t h n n dan N i l a i Hasil
(Andow dan Kiritani, 1 983)

Hubungan antara Padat

yang Disel-tkan

23
m y a t a berbagai perhityaitu

konsep

TKE berswnber d a r i konsep yang sama

landasan opetasional

Headley

( 1972),

wlaupun

sebutan

namanya sering berbeda add yang menyebut ambang ekonani, ambang kendali

tingkat

atau

Stern e t a l -

kemsakan
( 1 959)

ekoncmi.

Sedangkan

s a m p i -ang

konsep dasar d a r i

masih d i t e r h sebagai

lardasan

-itis.

Kfxugian
hasil
(per-)

N i l a i kerugian

(dollar1

B i a y a
pengerdalian

Idollar)

Nilai h a s i l yang
dapat diselamatkan
(dollar)

BCR

b l a m pemanboan serangga hama dikenal dua jenis penarikan contoh
y a i t u penarikan c o n t o h yaw bersifat baku (standard samplinq) dan
penarikan con-

bermtun (sequential samplinq) , Pada ununmya standard

samplinq l e b i h banyak digunakan.

unit a t o h sudah ditentukan & l u n
D i daerah pert-n

Pada penarikan contoh i n i banyaknya
pengamatan dilakukan.

kapas d i Indonesia s
-

sampling dilakukan

metode penarilcan oontoh yang bervariasi y a i t u metode a ) diagonal,

b)

zigzag

dan c ) m e n u r u t arah baris.

m y a k n y a r n t o h Y*

d

i

e

24
bervariasi darl 4 0 sampai 100 taMman t i a p hektar.

N s n m t E d i S-0

( 1 988) ketlga metode tersebut tidak mernberikan hasil yang b e r M ~ i k a

dlgunakan untuk pernantauan ham-hama kapas kecuali S, biquttula.
Penarikan

oontoh beruntun belum banyak diqunakan d i Indonesia.

Pada penarikan contoh tersebut con-

hanya diambil sampai k-latif

telur a t a u larva yang ditemulcan melebihi a t a u d i b a d tingkat k e n s a k a n

ekorxxui.
Penarikan contoh beruntun mulai dikembangkan sejak Perang Dunia I1
oleh a h l i entcmologi kehutanan.

pada bid*

y
-a

mi

baru dicoba bekerapa tahun kemudian.

pertania

sekarang penarikan con-

beruntun telah dikembangkan untuk pendugaan organisme l a i n s e l a i n
serangga (Matin, 1986).
T i g a ha1 yang h a r u s d i k e t a h u i t e r l e b i h dahulu sebelum rnetode
penarikan c o n e ini dikembmgkan, yaitu :
(1 )

&la s e k r a n dari ciri ( peubah) yang digmakan,

misalnya

banyaknya

bunga terserang a t a u banyaknya t e l u r t i a p t a n a m a n .

( 2 ) Tingkat k e r u s a h n ekonomi

dapat

( 3 ) Satas toleransi kesalahan yang

diterima

&lam

pengambilan

keputusan.
Dalam s t a t i s t i k a ,
pengamatan

sedang

m?nentukan pola
pengdmk

s e b a r a n menunj ukkan d e r a j a t pencaran s u a t u

dalam

ekologi

pengelanpokan yang

(Stevens

& &. ,

w l a s i dapat dikategorikan
(aggregated)

atau

s e b a r a n merupakan

teratur

1974; S o ~ t h W .1966).

paling

1976 ) ,

ke

untuk

oocok bagi nilai-nilai

Pada hakekatnya sebaran s u a t u

dalam

(reguler )

ukuran

acak

(randan).

mengelanpok

(Buntin dan Pedigo, 1 987 ; Poole;

Ukuran sebaran yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
populasi hama ke dalam salah satu kategari tersebut adalah ( 1 ) nisbah
antara ragam dan rata-ratanya, (2) koefisien Green, (3) irdeks Morisita,
(4)

indeks Morisita yang distandarisasi, ( 5 ) k dari fungsi binom

negatif,

(6) irdeks

mean

crdinq Lloyd,

( 7 ) indeks

pathiness,

(8)

irdeks pangkat Taylor, dan (9) indeks 1-0.
Nilai k dari fungsi binan negatif -up
positif.

semua bilangan nyata

Makin rerdah nilai positif k, popllasi hama m a k i n mgelaqmk.

Southwccd ( 1966

memberi batasan jika k > 8. hama menyebar secara a d ,

&n jika 0 < k < 8 harm myebar nengelanpok.

Bliss dan Fisher ( 1 953) memberikan card terbaik unWc menduga nilai

k, yaitu d e q a n penduga kemmgkinan maksirmna dan dihitung dengan iterasi

melalui persamzu-l :
n ln

(

1 +

rn

---

1

-Ax'i
=
;-;-;-

k
sedang n ac3ala.h knnyaknya tarmmn yang -ti,

0

m adalah banyaknya hama

tiap tanaman, k adalah ukuran pengelatlpokan d m

+

adalah frek-i

kumulatif setelah kelas ke-x.

zedang

s2 adalah rqgam,

pengelcmpokan yang &pat
1961).

5f rata-rata hama

dan b adalah ukwan

dianggap konstan ugtuk satu species (Taylor,

Nilai b > 1 menunjdckan b h w a hann mengelompok, bila b = 1

sebaran hama adalah acak dan b < 1 menunjukkan sebaran hama yang

Indeks Iwao d i h i t u n g berdasarkan hubungan antara indeks

Cradinq Lloyd yaitu X+ ( s 2 /X)

-

1 dan X, hubngan ini b e r s i f a t l i n e a r

-ngga

x + s 2 / x s2= ( d

sedang

4

1

1 =

-4 +

) x +

( + - I

p

x,

amu

x2

menunjukkan kmpmen dasar dari popllasi dan

e
l
-elm,

+

dari kcmponen dasar.

f3

mean

Bila

= 1 sebarannya acak dan b i l a

f

d

> 1

6

adalah ukuran

a menyebar

< 1 s&arannya

m

teratur.

a

Untuk dapat menyusun model ren-

H. armiqera diperlukan pengetahtingkat kerusakan ekonmi,

penarikan c ~ t o hberuntun pada
mengenai biologi, poLa m a n dan

ole. sebab itu dilakukan tiga tahap

penelitian.

Penelitian I
Beberapa Aspek Bioloqi H
. armiqera

Tujuan

Penelitian ini bertujH. armiqera diletaklcan paling
-

untuk iengetahui ( 1 ) di bagian mana telur

banyak,

( 2 ) daur hidup,

( 3 ) keperidian,

&an ( 4 ) martaligas.

Metode

Per-

pendahuluan ini dilakukan di rumah kaca dan Labcrratorium

Kelanpk Peneliti Hama blai Penelitian ?hnmm R e n p &

dan Obat, Bogor

dari bulan September sampai dengan bulan lksa&er 1984.
Untuk merrdapat g a m b r a n di

ma^

telur diletakkan paling banyak,

maka enam belas pasang imago yang baru keluar dari pupa ditempatkan pada

staples-staples plastik y a g masing-masing berisi satu pasang.

Pada

Setiap staples diletaWEan kapas yang telah dibasahi c k r q a n nvldu untuk
makannya.

Pada waktu yang sama di rwmh kaca telah disediakan -t

t a n a m x i kapas varietas Deltapine 61 yang h n m u r 60 hari setelah t a n a m
yang

masing-masing

diletakkan dalam sebuah kunmgan yang terbuat dari

28

Betina-betiria yang telah

kasa plastik dengan tinggi 2 m dan lebar 1 rn.

wlakukan kopulasi dalam s t o p l e s dilepaskan ke &lam

k u ~ n g a ntersebut.

K e dalam setiap kurungan dilepaskan empat ekor be ti^ dan dibiarkan dud

malam.

Banyaknya telur yang diletakkan pada

bagian-bagian

taMman

tertentu dan masa telur diamati.
Peng-tan

terhadap daur hidup, keperidian dan mortalitas dilakukan

dengan card msnap~~tlcan
seplluh pasang imago yang baru k e luar dari pupa

stoples-stoples yang rrrasing-imsing hrisi satu pasang,

pada

beti-ya

telah melelxMcan telur.

pasangan imago tersebut dipindah)can

setiap hari gnda staples yang vol-ya

sama,

terhadap masa praperkzluran, banyaknya b l u r y

persentase telur yang menetas,

keenam, l-ya

Apabila

Pencatatan dilakukan

q diletakkan t i a p hari,

mortalitas larva instar pertam i

hidup h g o betina dan jantan,

Fenelitian I1

Pola w a n nelur dan Larva H. armisera

Tuiuan

Penelitian i n i bertujuan untuk mengetahui pola sehran telur dan

Larva instar

pertama

dan kedua pada berbagai stadia

kapas.

Metode
Pemzlitian dilakuk.an d i Kebun
bulan Januari sampai dengan h L a n A p r i l 1 985.
61 ditanam

d i atas

Asembagus, Jawa Timur dari

&pas varietas Deltapine

sebidang tanah seluas ~ e t ~ g a
hektar.
h

Jarak antar

29

baris 25 an-

baris 100 an jarak &lam

Sepertiga bagian Urea dan seluruh TSP diberikan

kg U r e a dan 100 kg TSP.

kenmwr 1 5 hari dan sisanya diberikan pada u m u r 45

pada saat

hari

Pupuk yang digunakarr adalah 100

.
Pengamatan dilakukan seminggu sekali sebmyak sepuluh k a l i , mlai

mmr 50 hari sampai dengan 113 hari seteLah tanam, Penarikan cantoh yang
digunakan adalah sistematik.

Seluruh pertanamm dibagi ke d a b 60

yang tiap-tiap petak terdiri atas 10 baris a' 30 tanaman.

pet&

mgambilan cuntoh
baris pertama.

Pa&

Pada

lima taMman yang tmgginya sann dianrati pada

-tan

kedua diamati pada baris kedua, begitu

seterusrtya sampai p%qarmhn kesepuluh, sehingga pada setiap pengamatan
terambil 60 unit -toh

taMman atau 300 taMman (Gambar 5).

Pengainatan dilakukan terhadap banyaknya telur, larva instar pertanra
dan kedua tlap tanatmn,

serta posisi telur pada bagian-bagian taMman

kipas-

Dari penelitian ini diharapkan akan diperoleh berbagai ukuran

-am

atau k e f i s i e n agregasi y m g akan digunakan pada penarilcan

oMltoh beamtun dan letak telur paling banyak pada bagian taMman kapas.

~ ~ t e r a n g a:
n 1 petak besar = 60 pet&
kecil
Ukuran petak be= 12 x 5 petak k e c i l
1 petak kecil = 1 0 baris a 30 t-n
011. 015.-,.,,
121 = dud i r a d e k s per-3letak
baris pet&
k e c i l , i r d e k s terakhir menunjukkan l e t a k lajur
petak kecil.
I
.
.
.
10 : menunjukkan baris tanaman dalam petak k i l
Satu unit contoh = lima

......

-.

Penelitian

IIL

Tinqkat Kerusakan Ekonomi H. armiqera

Tu]uan

Penelitian i n i bertujuan untuk m e t a h u i hubungan illltara tingkdt
populasi

larva d m k e m s a h n serta pen-

brmmn kapas, sehingga dapat

h a s i l pada berbagai

ditentukan

kerusakan

tingkat

ekonani

H. armigera.
-

&letode

P e r c o h a n dilakukan di =gus,

Jaw Timur dari bulan Desember

1985 sampai dengan M a n Juni 1986,

Faktor tingkat popllasi l a r v a yaw

dicobakan adalah 0 , 3 ,
G m a m a n kapas.

6 larva i n s t a r pertama dan kedua s e t i a p 20

Pertimhngan mtuk m e m i l i h larva instar pertama

*

k d u a adalah a ) b l u r suk. untuk diirokulasikan k e lapang karena telur

lebih mudah tergelinclr dan tak dapat dijamin bahwa telur tersebut dapat
metas

dan kedua masih berada

dan b) pada unumnya lanm instar per-

d i luar kuncup bungs dan belun banyak merusak u n i t produksi seperti
h a - l a r v a pada instar lanjut,

pada larva instar

sehingga -tauan

muda helm terlamtnt untuk -1ian.

Tingkat

ppulasi

larva dikanbinasikan dengan faktor l a i n yaitu

lannnya serangan larva pada urarr tarnrmn tertentu.

~anraada beberapa mcam : 0 ,

10,

20,

Iamanya serangan

30, 40 dan 50 hari.

Pada 1-

petak perccbaan yang pertama, masing-msinq serangannya dimulai umut 50,

60,

70, 80

dan 90 hst,

clan beraJ&ir pada

unntr

99 hst,

-t

ptak

32

lainnya, serangannya d h l a i pada umur 50 hst s e r e berakhir

per-

~ a d au m u r 89, 79,
&pa

69 dan 59 hst.

Satu petak

kontrol y a i t u

serangan sama sekali, sehingga faktor lamanya serangan ini terdiri

atas 10 taraf atau p e e k dan susunan petak percobaannya ter~antum ~ a d a

Tabel 8.

Tabel 8.

Susunan Iamnya Infestasi Larva pada Urmr Tanarrran
yang Berbeda.

ICetera-qan : + = diimkulasi larva, tanpa i&tisida
- = tidak diinokulasi Larva, m
i

insektisida

33

Aplikasi insektisida pada petak yang bertanda

(-)

ditujukan untuk

melirdungi tanarnan dari serangan II, annigera dan Larva diinokulasikan
pada petak yang bertanda ( + I ,

Perkembangbiakan l a n m dilakukan di

laboratorium hama KP Asembagus.

-

diimkulasikan pada
Plpa

pada

~mn+r 50

Pada p e t a k pertama larva mulai

hst, apabila larva terseht mulai memberrtuk

60 dan 70 hst dilakukan imdculasi &
u

den-

larva

instar pertama, sehingga pada petak p e r t a m a dilakukan tiga kali
imkulasi dan pa&

ptak kedua dua kali inokulasi.

Pada petak keempat

dan lima hanya dilakukan satu kali inokulasi.

Tiga puluh perlakuan yang merupkan karibirnsi dari tingkat popllasi

larva dan laraanya serangan larva disusun d a k- r

kelanpoJc denqan

tiga ulangan, sehingga seluruhnya diperlukan 90 petak peroobaan.
petak berukuran 5 x 5 m2 dan k i s i 100 tanaman,

Tiap

Banyaknya tanaman yang

diamati 60 tanaman dan terletak di tengah petak, sehingga t a n a m a n
pinggir 40 tanaman tiap petak.

Petak percobaan 2 250

rn2,

Jarak t a n a m 100 x 25 an.

Luas seluruh

Jarak antar petak rninirmrm 3 in, sehingga luas

kotornya msncapai setengah hektar.

Bagan percchdan disajikan pada

Gambar 6.

Irwktisida yang digunakan pada

muda ialah erdosulfar~35 EX2

(Thiodan) sedang pada taMman sesudah urnur 70 hst digunakan siflutrin 1
ULV

(Baythroid) den&

dosis 2 l/ha.

P e ~ ~ ~ - ~ t adilakukan
uan
semi-

sekali agar banyaknya larva tidak melebihi amh3ng yang telah ditentukan.
-tan

yang dilakukan adalah banyaknya

petak. banyaknya buah yang &pat
*taka

bungs

gugur terserang tiap

dipanen dam hasil kapas berbiji tiap

6-

Penempatan Pet& Percmhan d ~ g a nKanbinasi m
Illfestasl dan Populasi Larva
K e k a n g a n : 1, 2, 3,
10 pada indeks per= nornor pet&
Denah

...,,.

y

a

pada
Tabel 8 .
0, 3, 6 pada indeks kedua = banyaknya larva tiap 20 tanarnan

Penelitian
Penyusunan Penarikan Contoh Betuntun

Kegunaan

penarikan contoh beruntun add dud macam.

Pertama adalah untuk

mentukan

menggunakan insektisida.

-tidl

decision plan-

strategi &lam

Prosedur penarikan
Kegunaan

Kegunaan

yang

pengendalian dengan

0011toh

ini dikenal dengan

yang kedua adalah untuk menduga

parameter popllasi dan ditujukan untuk kepentingan penelitian.

Prosedur

Penarikan contoh ini dikenal dengan sequential counting plan.
Syarat yang diperlukan untuk msnyusun secmential decision plan
adalah diketahuinya koefisien pengelompokan dan tingkat kerusakan
ekaxmi., sadang untuk menyusun sequential -ti-

plan hanya diperlukan

koef isien pengelanpokan.

Pada penelitian ini dipelajari pola sebaran telur dan larva, s e d a n g
thgkat kerusakan ekancmi hanya dipelajari krdasarkan padat populasi

larva, oleh sebab itu sequential decision plan hanya dapat disusun untuk
stadiun larva, sedang mtuk stadium telur hanya dapat disusun sequential
aoUnting plan,
Rencana penarikan contoh heruntun untuk pengambilan kepukusan
(sequential decision
oleh Iwao (1975 &lam

&)

disusun ben%sarkan metode yang dikembangkan
Walgenbach et dl.,

1985) yaitu dengan membuat

selang kepxcayaan u t u k setiap banyaknya m
t
o
h yang diambil.

q =

banyaknya

Btas

unit contoh, mo = nilai tingkat kerusakan yang diproleh

36

pada penelitian III, z ditentukan berdasarkan kesalahan jenis pertamat

dan

adalah koefesien agregasi dari per-

regresi Iwao yang

diperoleh pada penelitian 11.
R e n c a ~penarikan contoh beruntun untuk pendug-

berdasarkan koefisien keragaman bagi n i l a i tengah.

kerag-

Apabila koefisien

adalah :

sx=@-,sertax==

dan

nus

c.Q

Pada persamaan Taylor, s2 =

, s2 =

Pada persaman 1-0

atau

C =

sedang a, b,
terdapat

populasi disusun

d

dan

'

aJZb

Ib

atau .S2 = a (

( d +1 ) X +

V _ (A +

Tn

(

1) +

f - 1 )9 atau

( b - 11
n

untukrmdel Iwao

diperoleh dari penelitian 11.

hubungad antara Tn d m n.

krsebut dimm&an

n

Pada C tertentu,

Kurva yarq menggambarkan hubungan

garis henti (stop - line), krena SeOTang pengamat

boleh mengktikan pekerjaannya bila kumulatif larva atau telur yang

ditemakan melebifii kurva tersebut.

37

Untuk iwmkmtu kurva stop

-

line dibentuk k

m hubungan antara

banyaknya unit o ~ t o hdan rata-rata populasi t i a p unit,
menggantikan Tn dengan nX ( A n s c o r n b e ,

1949).

dengan cara

Kurva i n i memberikan

informasi koefisien keragaman yang merungkinkan untuk dipilih.

HAS=

DAN PEMBAHASAN

Beberam Aspek Bioloqi H. armiqera

Telur
Telur diletakkan oleh imago terpisah satu sanra lain,

Telur yang

baru diletakkan k s w a r n a kuning muda, makin lama warnanya m a k i n tua dan
apabila akan renetas terlihat adanya satu bintik hitam yang jelas.

inkubasi telur antara tiga dan empat M i ,

Masa

k e r a g m y a lebih kecil

dibardingkan dengan hasil penelitian di Malang, Jawa Timur (Subiyakto
dan Gatot Kart-,

f 9 8 6 ) . k a r e ~suhu rata-rata di Bogor sedikit lebih

tinggi ( 2 7 O ~ dari
)
pada di Malang ( 2 5 . 5 * ) ,

Apabila telur diperlakukan

pada suhu y m g lebib rendah dalam kondisi laboratorium di Bogor, yaitu

Pads suhu kurang lebih 26*,

& masa inkubasi m j a d i lebih lebar

kisarannya yaitu dapat mencapai delapn hari.

Larva
Larva yang baru keluar panjang tutuh rata-rata 2.8 m n dan l
y
a

0.4 mn.

sedang

lebar kepala 0.3 mn.

Sebelum makatl jaringan tanaman,

brva transparan dan setany sangat halus.
Pada larva instar kedua, -ya

m j a d i kurrillg dan sudah mulai

klihatan adanya garis J x x w a n n coklat pada Ingian lateral dan adanya
perdukung seta yang

lebar

ooklat.

Rata-rata panjang tulxlh 9.9

nm

1 - 3 mn, sedang lebar kepala 1.3 mn.
war^

larva instar ketiga sampai keenain bervariasi.

Yang diberi m3kan

jagung variasi

Pada larva

warnanya lebih banyak dibandingkan

-

39

dengan v a r i a s i w a r n a
Variasi

larva yang d i k i makan bunga d m buah kapas.

yang d i b e r i jagung a n t a r a l a i n h i j a u plos, h i j a u denqan

garis c o k l a t muda,

putih atau hitam, kuning detlgan g a r i s hitam.

Pada

l a r v a yang d i b e r i buah kapas warnanya l e b i h banyak h i jau b e r g a r i s hitam
s e d i k i t a t a u h i j a u polos.

Rupanya v a r i a s i

kwrna

i n i s e l a i n ditentukan

oleh g e n e t i k ditentulcan pula oleh jenis p r o t e i n yang terdapat d i &lam
m&anamya.

Menurut C h a m (1971 ) m o l e k u l p n g h a s i l warna yang dikenal

s e b a g a i krornofor d i i k a t oleh molekul p r o t e i n d a n d i s e b u t dengan
kramprotein

.

Sesuai dengan besar -ya,

kepalanya.

keemeat,
0-94,

Rab-rata

makin tua instar larva makin lehu

lebar kepala larva instar kesatu,

kedua, k e t i g a ,

kelima dan keenam dari 20 larva b e r t u r u t - t u r u t

1.18,

lebar kepala

1.43,

7.84

d i s a j i b n pada Tabel 9.

-lam

stadium prapupa larva msih

dalam bentuk aslinya hanya e t i v i t a s rnakannya k k u r a n g .

kmanya

0.80,

Rata-rata serta kisaran stadia larva dan

mu.

Ummnya berwama h i j a u tua

0.30,

r3at-s

I a r v a pada

masuk kedalam tanah untuk g a n t i kulit.

proses penggantian k u l i t y a i t u mulai pernbukaan k u l i t

sampai

selubung pupa henmma o o k l a t t u a berkisar a n t a r a 12 sampai f 6 m e n i t .

15 h a r i

( 11 -85

2

1.14

.

hari)

B e s a r k e c i l n y a pupa t e r g a n t u n g pada

k s e d i a n y a m3kanan pada stadia larva.

Tabel 9.

Stadium Lwa dan L e b r Kepala tiap Instar

Stadium
(hari)

Instar

Lebar kepala
(m)

Imago
Hasil peng-tan

terhadap 121

imago yang berhasil dibiakkan di

labr>ratorium dan merupakan generasi ketiga menunjukkan bahwa

imago

betina lebih banyak dari pada imago jantan yaitu 66 betina dan 55
jantan, M n g g a perbandingan antara b e t i r n dan jantan adalah 6 : 5.

Hasil pe~gamatanterhadap popllasi H, armigera yang berasal dari
Bulukumba kermdian dibi-

di labaratoriun yang sama r n e n ~ ~ ~ j u k kbh*
an

sampai generasi keempatbelas nisbah kebdnnya tidak

berubah

yaitu

sekitar 1 : 1 (Molide R i d , kammikasi pribadi 1.
Masa praoviposisi yang diamati dari sepuluh imago betiantara satu

&ti=

se-

sampai 1-

hari cEengan rata-rata 2-3 hari.

kkisar

Seekor ngengat

hidupya bertelur 268 sampai 1 820 butir denqm rata-rata

1 062 5 507 butir.

Telur diletakkan paling banyak pada hari perbma

Sampai keempat &lam

periode peletakan telurnya, k d i a n menurun tens

sampai hari kesepuluh (Gambar 7
daripada imago betina.

Lama hidup imago janbn lebih @ek

Rab-rata larna hidup -go

hari, sedang imago betina 8.5
telur,

).

5 1 -5 hari,

Ikmgam

jantan 4.3

5 1.8

diketahuinya stadia

larva, pupa dan praoviposisi, maka daur hidup

armigera

di

laboratorium hama Balai Penelitian TaMman R e m p h dan O b a t Bogor adalah
42-3 5 3.4

hari.

Daur hidup yang diperoleh ini tidak berbeda jauh

dengan daur hidup yang diperoleh di Malang yaitu sekitar 40 hari, namun

kisarannya lebih lebar antara 29 dan 51 hari (Subiyakto dan Gatot

Mortalitas dan m y a Bertahan HidPopllasi suatu spesies serangga m e r q i a l a m i nrxtalitas di setiap
tingkat perkemhangan dan nilai tersebut bervariasi m e n m t faktor-faktm
mrtalitas yang bekerja.

-lam

penelitian ini diamati nmrtalitas nyata

(awanznt mortality) dim mrtalitas sejati

(

real mortality

1.

Mortalitas telur tidak dapt ditentukan dengan pasti, kartelur yang dilebkkan terlalu banyak,

jdah

namun .berdasarkan pengamatan

visual, dari serrma telur yang diletakkan di laboratorium sekitar 98
persen menetas.

Dari 140 b r v a instar per-,
instar kedua, 120 larva (85.71
(84.29

persen)

137 larva

(

97.86

persen) mencapai instar ketiga, 1 1 8 larva

persen) mencapai instar keernpat dan kelima,
mencapai

persen) m c a p a i

116 larva

(82.86

instar keenam, 104 larva (74.20 persen) mencapai pupa

42
sedang hanya 81 pupa mencapai imago.

Pada ~ a b e l1 0 t e r l i h a t bahwa daya

b e r m hidup

& arrruqera dalam k o n d i s i laboratorium mulai dari larva

instar per-

sampai imago adalah 57.86 persen.

Banyaknya telur / h a r i

peletaican telur

Gambar 7-

D i s t r i b u s i Rata-rata Banydknya Telur yang
' D i l e t a k k a n tiap Hari oleh Sepuluh Imago
Setina Sejak H a r i PerPeletakan Telur
Sampai H a r i Kesepuluh

Mortalitas t e r t i n g g i terjadi pada stadium pupa,
per-,

yaitu m c a p a i 22-11

karena menciptekm ke1rmnhku-t yang sesuai untuk perkembmgan

tuhhnya pa&

media buatan d i laboratorium agak sukar,

Berbagai pendapat menyatakan t n h w a telur diletakkan oleh i m a g o pada
sepertiga bagian atas taMman (diukur berdasarkan tinggi tanaman), oleh
Sebab i t u ngengat betina yang telah melakukan kopulasi dilepas

ke dalam

kunmgan yang d i dalamnya telah tersedia satu taMman kapas yang berumur
50 hari.

mi

empat kurungan percobaan dengan ukuran 2 x 1 x 1 rn3 dan

ditempatkan d i kamar kaca d i Sogor, banyaknya telur yang diletakkan pada
bgi.dr~-bagiantanarrran tertentu d ij u m h h h n dan disaj i b n pada Tabel 1 1

Tabel 10,

Larva instar
I
I1
111

IV

v
VI
pupa

-90

Daya Be~~tahan
Hidup dan Mortalitas Larva serta
Pupa H
.armigera &lam Kodisi Labaratorim

.

Tabel 1 1

.

I3anyaknya 'Iklur yang Diletakkan pada Bagian
T a ~ m a n'krtentu

Pada Tabel 11 dapat dilihat bah-

diletakkan pada bagian atas dari tanaman,

sekitar 87 persen telur
m

i bagian atas ini 75

persen telur diletakkan pada daun baik pada permukaan atas maupun

hwah,

perrmkaan

Begitu pula dari jumlah

b l u r yang -pat

pada

bagian tengah 74 persen diletakkan pada penmkaan atas dan bawah daun.
Data hasil penelitian sebaran H.

zea dan H, virescens yang telah

dipublikasi pada mnmmya memperlihatkan hdwa telur diletaWcan paling
banyak pada sepertiga bagian atas tanarnan (Farrar dan Ekadley,
Qe,

1972;

Hillhouse dan Pitre, 1976;

Ramalho et dl,,

1984)

1985;

Namun

bagian t a r n n n n yang dipilih untuk diteluri berbeda antara braman yang
dikumng

yang

dan

tidak

dikurung-

Hasil penelitian

--

Wilson et al. (1980) pada H, zed di dalam kurungan di California juga
didukung oleh hasil penelitian ini,
diletakkan

pada

daun

baik

pada

89.6

p e r s e n dari seluruh telur

penrmkaan atas mupun P

e perm-

45

bawah,

Pada t a n a n x m yang terbuka d i lapang ngengat betina lebih banyak

memilih kuncup bunga sebagai tempat peletakan telurnya (Mistric, 7 9 6 4 ) .

Perbedadn i n i diduga d i s e k d k m oleh keterbatasan mobilitas imago d i
d a l a m k u ~ n g a n , kelihatannya t e l u r diletakkan pada hagian tanaman yang'
m u d a h dicapai yaitu daun bagian
keraguan hi peng-tan

atas

tanaman.

Untuk

mghilangkan

terhadap preferensi penularan o l e h imago diulang

d i lapang dan hasilnya berbeda dengan apa yang diperoleh d i kamar kaca.
Tabel
d

i

1 4 menunjukkan bahwa

sedikit

sekali

telur

yang d i l e t a k k a n

w bawab daun.

pensraruh Curah H u j a n terhadap Kehilawan Telur
Pengamatan pengaruh curah hujan terhadap kehilangan telur s a r q a t

berg-

untuk

mengetahui apakah

pengamatan pendugan

diperlukan apabila hujan baru saja turun.

d i lapang hanya dildkukan apabila hujan turun,

a p a b i l a a d a tanda-tanda
pertanaman kapas.

bahwa h u j a n akan t u r u n ,

Telur yang k h a s i l dit-

(baru dileta)ckan)

diberi

tanda dengan spidol.

banyaknya t e l u r yaxq rnasih ada d i c a t a t .
d i s a j i k a n pada Tabel 12.

telur

Suatu percabaan dilakukan d i

lapang dan di laboratoriuln hama iG=bun ~ercobaan-gus,

Per-

populasi

Jawa ~imur.
Pada sore h a r i

t e l u r d i c a r i pada

dan b e r w ~kuning
~
Keesokan harinya

Persentase blur yang h i l a g

Pengaruh Curah Hujan terhadap Kehilangan Telur.

Tabel 1 2.

Curah hujan

Tanggal

Banyaknya t e l u r

(m)
2 April

1985

9 April

1985

17 A p r i l

1985

27 A p r i l

7 985

Kehilangan t e l u r
(persen)

Pada musim taMm 1985, hanya l i m a k a l i hujan turun dan hanya empat
k a l i yang berhasil d i c a t a t .

Pada Tabel 12 t e r l i h a t bahvia makin t i n g g i

c u r a h h u j a n makin t i n g g i p e r s e n t a s e t e l u r yang j a t u h a t a u h i l a n g .
Ketika hujan turun sebesar 9 mn,

banyaknya t e l u r yang jatuh adalah 32

Ketika cwah hujan h r t a n b h menjadi 13 mn kehilangan b l u r

persen.

persen.

m j a d i 90.91

-kan

h a s i l yang d i p e r o l e h p e r m t e r s e b u t d i u l a n g i derqan

menggunakan hujan budtan bu ah an a i r ) ,

Oleh berbagai

(mn/menit),

p
e
w diantaranya

diameter

butir

air

Derajat curah hujan d i t e n t u k a n

massa

(mn)

(mg),

intensitas curah hujan

dan kecepatan jatuh

hubah yang paling mudah diukur adalah i n t e n s i t a s
sebab i t u p
e
w yang digunakan pada

dengan

cara

mengatur

banyaknya

(ddetik).

hujan,

oleh

percobaan ini adalah i n t e n s i t a s

air

yang

jatuh

( m 1 ) s e t i a p m2.

Pengaturan h y a k n y a air yang jatuh dapat d i b u a t berdasarkan banyaknya
pubran a t a u

berapa d e r a j a t pembulcaan s u a t u sllmber air dan d i a l i r k

selama se