Asep Dedy Sutrisno, 2014 Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Tsts Berbantuan Simulasi Komputer
Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Keterangan: r
11
= Reabilitias Instrumen
12 12
= Korelasi antara skor-skor tiap belahan tes Interpretasi Reabilitas instrumen ditunjukan dalam Tabel 3.2
berikutArikunto, 2011, hlm. 75:
Tabel 3.2.Interpretasi Koefisien Korelasi untuk Reliabilitas Koefisien Korelasi
Kriteria
0,800 – 1,000
0,600 – 0,800
0,400 – 0,600
0,200 – 0,400
0,00 – 0,200
Sangat Tinggi Tinggi
Cukup Rendah
Sangat Rendah
c. Taraf Kesukaran
Taraf Kesukaran suatu butir soal ialah bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal Arikunto, 2011, hlm. 207.Taraf
kesukaran dihitung dengan rumus: P =
��
...Pers. 3
Keterangan: P = taraf kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS =jumlah seluruh siswa peserta tes
Taraf kesukaran butir soal tidaklah menunjukkan bahwa butir soal tertentu itu baik atau tidak baik. Taraf kesukaran butir soal hanya
menunjukkan bahwa butir soal itu sukar atau mudah untuk kelompok peserta tes tertentu.Butir soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar tidak
banyak memberikan informasi tentang butir soal maupun peserta tes.Taraf kesukaran sering diklasifikasikan seperti terlihat pada Tabel 3.3Arikunto,
2011, hlm. 210sebagai berikut:
Asep Dedy Sutrisno, 2014 Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Tsts Berbantuan Simulasi Komputer
Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3. Klasifikasi Taraf Kesukaran
Tingkat Kesukaran Nilai P
Sukar 0,00
– 0,30 Sedang
0,30 – 0,70
Mudah 0,70
– 1,00
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan
siswa yang bodoh berkemampuan rendah Arikunto, 2011, hlm. 211. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut Indeks
diskriminasi. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Perhitungan daya pembeda menggunakan persamaan berikut:
�� =
�
−
�
...Pers. 4
dengan, �� =Indeks daya pembeda butir soal tertentu
=Jumlah kelas atas yang menjawab benar =Jumlah kelas bawah yang menjawab benar
� = Jumlah testee kelas atas � = Jumlah testee kelas bawah
Pencapaian daya pembeda dapat ditentukan berdasarkan kriterianya pada Tabel 3.4dibawah ini Arikunto, 2011, hlm. 218:
Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda Nilai
Kriteria
0,00 – 0,20
Jelek 0,20
– 0,40 Cukup
Asep Dedy Sutrisno, 2014 Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Tsts Berbantuan Simulasi Komputer
Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.4.Kriteria Daya Pembeda Lanjutan Nilai
Kriteria
0,40 – 0,70
Baik 0,70
– 1 ,00 Baik sekali
DP 0,00 Buruk dibuang
Jika Indeks daya pembeda bernilai 0 maka soal tidak mempunyai daya pembeda. Kalau Indeks daya pembeda sama dengan 1 maka butir
soal hanya bias dijawab oleh kelompok tinggi, dan bernilai negatif menunjukkan bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal
tersebut. Data uji instrumen soal tes diolah per butir soal. Namun hasil yang
didapat tidak sesuai, karena untuk validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran rata-rata memperoleh kriteria sedang dan rendah.
Namun demikian instrumen soal tersebut diperbaiki dan digunakan untuk penelitian. Selanjutnya hanya ada satu butir soal yang tidak digunakan,
karena pertimbangan bahwa soal tersebut memuat pendapat seseorang. Secara ringkas disajikan dalam Tabel 3.5dibawah ini:
Tabel 3.5. Pengolahan Data Instrumen Soal
No soal
Validitas Reabilitas
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran
keterangan
1 0,49
0,23 0,5
0,55 Digunakan
2 0,14
0,05 0,02
Diperbaiki 3
-0,04 -0,2
0,025 Diperbaiki
4 0,37
0,4 0,45
Diperbaiki 5
0,26 0,05
0,58 Diperbaiki
6 0,20
0,3 0,40
Diperbaiki 7
0,33 0,1
0,05 Diperbaiki
Asep Dedy Sutrisno, 2014 Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Tsts Berbantuan Simulasi Komputer
Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.5. Pengolahan data Instrumen soal Lanjutan
No soal
Validitas Reabilitas
Daya Pembeda
Tingkat Kesukaran
keterangan
8 0,19
0,23 -0,05
0,42 Diperbaiki
9 0,04
0,05 0,22
Diperbaiki 10
0,19 0,05
0,78 Diperbaiki
11 -0,09
-0,15 0,22
Dibuang 12
0,50 0,3
0,60 Diperbaiki
13 0,11
0,05 0,22
Diperbaiki 14
0,07 0,75
Diperbaiki 15
0,29 0,4
0,45 Diperbaiki
16 0,36
0,25 0,72
Diperbaiki 17
-0,02 0,1
0,70 Diperbaiki
18 0,31
0,2 0,60
Diperbaiki 19
0,04 0,15
0,18 Diperbaiki
20 0,25
0,2 0,25
Diperbaiki
Berdasarkan tabel tersebut, data yang diperoleh tidak cukup baik. Hal ini beralasan karena instrumen tersebut mengukur profil miskonsepsi
siswa. Sehingga wajar jika instrumen soal tersebut tetap digunakan namun diperbaiki tata bahasanya. Terdapat satu butir soal yang tidak digunakan,
ini karena soal tersebut mengandung sifat ambigu. Untuk menyakinkan bahwa instrumen yang sudah diperbaiki itu valid dan reliabel, maka
dilakukan
judgment
ulang oleh para ahli.
Judgment ahli
digunakan untuk menguji validitas konstruksi begitu juga untuk mencari reabilitasnya
Sugiyono, 2013, hlm. 125. Instrumen tersebut dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori, dan
dikonsultasikan dengan ahli. Jumlah tenaga ahli yang men-
judgment
ada 3 orang, yaitu Endi Suhendi, S.Si., M.Si., selaku dosen Mekanika, Asep
Sutiadi, S.Pd., M.Si.,selaku dosen Evaluasi, dan Firdha Kustini, S.Pd., selaku guru fisika SMA. Hasil
judgment
ketiga ahli tersebut mengatakan
Asep Dedy Sutrisno, 2014 Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Tsts Berbantuan Simulasi Komputer
Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
bahwa instrumen soal tersebut sudah valid. Hal ini dapat dilihat dari kriteria validitas yang sangat tinggi. Format untuk menguju validitas
konstruksi menggunakan skala likert. Hasilnya dirata-ratakan dan dibagi skala likert tertinggi kemudian dinormalisasikan dalam kriteria
product moment
. Secara ringkas, hasilnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 3.6. Validitas Konstruksi dan Kriteria berdasarkan Hasil
Judgment
Ahli Ahli
Tingkat validitas Kriteria
Pen-
judgment 1
0,95 Sangat Tinggi
Pen-
judgment 2
0,94 Sangat Tinggi
Pen-
judgment 3
1,00 Sangat Tinggi
Rata-rata 0,96
Sangat Tinggi
Untuk mencari Reliabilitas, dengan cara membandingkan hasil
judgment
para ahli tersebut. Peneliti memutuskan untuk membandingkan hasil dari dosen ahli. Hal ini dikarenakan, dosen setingkat lebih tinggi jika
dibandingkan dengan guru. Hasilnya terlebih dulu mencari korelasi
product moment
kemudian mencari reabilitas menggunakan rumus Sperman-Brown. Hasilnya diperoleh dalam bentuk tabelberikut :
Tabel 3.7. Reliabilitas dengan Rumus Sperman-Brown
Jenis Korelasi Tingkat Reliabilitas
Kriteria Korelasi
product moment
0,54 Reliabilitas
0,71 Tinggi
Asep Dedy Sutrisno, 2014 Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Tsts Berbantuan Simulasi Komputer
Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Dari hasil
judgment
tersebut bahwa instrumen soal sudah valid dan juga reliabel. Oleh karena itu, instrumen soal dapat digunakan untuk
penelitian.
Asep Dedy Sutrisno, 2014 Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray Tsts Berbantuan Simulasi Komputer
Untuk Meminimalisasi Miskonsepsi Pada Materi Momentum Dan Impuls Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Pengumpulan Data