UJI ANTIKANKER EKSTRAK METANOL JAMUR YANG DIISOLASI DARI TANAH DAERAH WONOGIRI TERHADAP SEL KANKER Uji Antikanker Ekstrak Metanol Jamur Yang Diisolasi Dari Tanah Daerah Wonogiri Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 Secara In Vitro.

UJI ANTIKANKER EKSTRAK METANOL JAMUR YANG DIISOLASI
DARI TANAH DAERAH WONOGIRI TERHADAP SEL KANKER
PAYUDARA MCF-7 SECARA IN VITRO

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi

Oleh:
RATNA LESTARI
K 100 130 073

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017

UJI ANTIKANKER EKSTRAK METANOL JAMUR YANG DIISOLASI DARI TANAH
DAERAH WONOGIRI TERHADAP SEL KANKER PAYUDARA MCF-7
SECARA IN VITRO
Abstrak
Kanker payudara merupakan penyebab kematian akibat kanker terbesar kedua di dunia,

maka dari itu peneliti tertarik mengembangkan bahan alam sebagai agen sitotoksik, salah
satunya mikroba yang dihasilkan dari tanah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengeksplorasi tanah di Wonogiri pada ekosistem yang berbeda yaitu tanah daerah
waduk, hutan, sawah, peternakan sapi, dan tanah kapur terhadap efek sitotoksik sel
MCF-7. Sampel diambil dengan metode purposive sampling, kemudian ditumbuhkan
pada media Czapek dox selama 14 hari dan dengan metode cawan pengenceran,
pengenceran mencapai konsentrasi 10-3 jamur yang tumbuh kemudian diekstraksi dengan
metanol dan dipekatkan dengan rotary evaporator. Ekstrak kental metanol jamur dari
tanah diuji dengan sel MCF-7 menggunakan metode MTT pada seri konsentrasi 500
µg/mL; 250 µg/mL; 125 µg/mL; 62,5 µg/mL, dan 31,25 µg/mL. Uji kualitatif
menggunakan fase diam plat silika GF 254 dan fase gerak kloroform : metanol (95 : 5).
Dari hasil penelitian dihitung nilai IC50, namun ekstrak methanol jamur tanah waduk
hanya dapat menghambat 83,95% sel hidup pada konsentrasi 500 µg/mL, sedangkan
ekstrak jamur yang diisolasi dari tanah daerah hutan, sawah, peternakan sapi, dan tanah
kapur tidak memiliki efek sitotoksik. Hasil uji kualitatif ekstrak methanol jamur tanah
waduk diduga mengandung komponen poliketida dan fenil propanoid.
Kata Kunci: Tanah, jamur, MTT, sitotoksik, sel MCF-7.
Abstract

Breast cancer is the leading cause of cancer deaths the second largest in the world, and

therefore the researchers are interested in developing natural products as a cytotoxic
agent, one of them is microbes be produced from soil. The purpose of this study is to
explore the soil in Wonogiri on different ecosystems which are land reservoirs area,
forests, fields, cattle and limestone soils of the cytotoxic effects of MCF-7 cells. Samples
were taken with the purposive sampling method, then cultured in Czapek dox media for
14 days and methods plate dilution, dilution 10-3 mold growing concentration is then
extracted with methanol and then concentrated by rotary evaporator, condensed
methanol extract soil of fungi tested with MCF-7 cells using MTT methode on a series of
concentration 500 µg/mL; 250 µg/mL; 125 µg/mL; 62,5 µg/mL, dan 31,25 µg/mL.
Qualitative test using silika GF 254 plate stationary phase and a mobile phase of
chloroform: methanol (95: 5). From the results of this study calculated IC50 values, but
the methanol extract of soil fungi reservoirs can only inhibit 83.95% of living cells at a
concentration of 500 mg / mL, whereas extracts of fungi isolated from soil forest areas,
fields, cattle ranches, and limestone soil has no effect cytotoxic. Qualitative test of the
extract of soil fungi is thought to contain the component polyketides and phenyl
propanoid.
Keywords: Soil, fungi, MTT, cytotoxic, MCF-7 cells.

1


1. PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan pertumbuhan sel secara berlebihan yang menyerang kelenjar
payudara, kelenjar air susu, dan jaringan penunjang lainnya. Hingga saat ini kanker payudara masih
merupakan salah satu masalah besar bagi kalangan wanita, menurut data statistik WHO (2013) pada
tahun 2012 terjadi peningkatan pasien menderita kanker payudara sebesar 1,7 juta, dan 6,3 juta
perempuan yang telah didiagnosa kanker payudara pada 5 tahun sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan sel MCF-7 karena sel MCF-7 merupakan sel yang banyak
digunakan untuk uji in vitro dan memiliki bentuk terbaik (Widowati and Mudahar, 2009), selain itu
berdasarkan Mirmalek et al. (2015) pengobatan kemoterapi memiliki kekurangan yaitu beberapa
obat agen kemoterapi telah mengalami resistensi terhadap sel MCF-7, indeks terapi yang sempit,
kerja obat yang tidak selektif dengan membunuh sel kanker dan sel normal, serta menimbulkan
banyak efek samping bagi pasien. Perlu dikembangkan obat antikanker yang lebih poten dan
memiliki efek samping yang

rendah salah satunya berasal dari bahan alam, sehingga dalam

penelitian ini peneliti tertarik untuk mengeksplorasi bahan alam yang berasal dari tanah.
Tanah mengandung jutaan bakteri, fungi, protozoa dan mikroorganisme lain. Jamur yang
diisolasi dari tanah menghasilkan phytochemical (alkaloid, steroid, terpenoid, derivate isokumarin,
quinon, flavonoid, fenol dan lain-lain) (Huang et al., 2008), Menurut Rofida (2010) senyawa

metabolit yang dihasilkan memiliki aktivitas sebagai anti kanker. Namun penelitian mengenai
biopotensial jamur yang diisolasi dari tanah masih sangat terbatas dan belum banyak dikembangkan
di Indonesia, pada penelitian sebelumnya dilakukan evaluasi antioksidatif dan aktivitas sitotoksik
dari Streptomyces pluripotens MUSC 137 yang diisolasi dari tanah hutan bakau Malaysia didapatkan
nilai IC50 sebesar 61,33 ± 17,10 µg/mL (Ser et al., 2015), dan pada penelitian lainnya uji aktivitas
antikanker secara in vitro dari isolasi mikroba dikumpulkan pada habitat yang berbeda hasilnya
mempunyai IC50 44.75±0.81 μg/mL terhadap MCF-7 (Thomas et al., 2011). Berdasar uraian diatas
maka dilakukan penelitian uji antikanker ekstrak methanol jamur yang diisolasi dari tanah daerah
Wonogiri terhadap sel kanker payudara MCF-7 secara in vitro.
2. METODE
2. 1 Alat dan Bahan :
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wadah steril (pot salep), tabung reaksi
(IWAKI), cawan Petri (IWAKI), spreader glass, timbangan analitik (Ohous), erlenmeyer (IWAKI),
batang pengaduk (IWAKI), propipet, pipet volume 10 mL (Pyrex), LAF (Laminar Air Flow) (CV.
Srikandi Laboratory), microwave (Maxim electric), inkubator (Binder), beaker glass 1L (Pyrex),
rotary evaporator (Heidolph), waterbath, cawan porselin, haemocytometer (Neubauer improved),
2

ELISA reader (Biotex), printer (Epson), inkubator 5% CO2 (Binder), Cytotoxic Safety Cabinet (


ESCO), mikroskop inverted ( Olympus CKX41), vortex (Thermolyne), timbangan analitik (AND
GR-202), tabung conical steril (falcon), pipet Pasteur, mikropipet (Socorex dan Gilson), cell counter ,
sonicator (Memmert), pipet volume (IWAKI), chamber , lampu UV 254 nm dan 366 nm, oven
(Memmert), pinset.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel tanah dari tanah waduk,
hutan, sawah, peternakan sapi, dan tanah kapur, alkohol 70%, PBS (Phospat Buffer Saline), media
Czapex Dox (Fluka), FBS (Fetal Bovine Serume) 10% v/v, MTT [3-(4,5 dimetiltiazol-2-yl)-2,5
difenil tetrazolium bromida (Sigma), DMEM (Dulbecco’s Modified Eagle Medium), DMSO, tripsin,
SDS 10% (Merck) dalam HCI 0,01 N (Merck), 96-well microplate (IWAKI), tissue culture flask
(IWAKI), sel MCF7 yang yang diperoleh dari stok di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta, silika gel GF 254, aseton, metanol, kloroform, heksana, dan
etil-asetat.

2.2 Jalannya penelitian
2.2.1 Pengambilan sampel
Pengambilan sampel tanah dilakukan di lima ekosistem Wonogiri yaitu waduk, sawah,
hutan, peternakan sapi dan daerah tanah kapur. Bobot sampel 100 g atau secukupnya dengan metode
purposive sampling sesuai keperluan isolasi, 2-3 cm bagian atas dihilangkan kemudian sampel

diambil pada kedalaman 10-15 cm. Letak geografis pengambilan sampel ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Letak geogafis ekosistem
Ekosistem
Waduk
Hutan
Sawah
Peternakan sapi
Tanah kapur

Letak geografis
Bujur
Lintang
o
110 55.062’
7o50.792’
110o55.514’
7o48.242’
o
110 52.626’
7o47.162’
110o52.134’

7o47.134’
o
110 77.483’
8o04.029’

2.2.2 Pembuatan media untuk skrining primer
Media yang digunakan yaitu media agar Czapek dox, ditimbang sebanyak 50 g, dan ekstrak
yeast 5 g, kemudian dilarutkan dengan akuades dan diaduk hingga homogen kemudian dipanaskan
selama 5 menit, setelah itu disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 20 menit, setelah
hangat kemudian ditambahkan dengan streptomisin 30 mg dan tetrasiklin HCI 1 mg, kemudian
dilakukan uji pH.

3

2.2.3 Skrining primer
Sebanyak 1 g tanah disuspensikan dengan larutan salin sampai volume 10 mL, kemudian
digojok hingga homogen selama 5 menit, kemudian tanah diencerkan hingga konsentrasi 10-3, dan
suspensi tanah diambil sebanyak 100 µL, kemudian disebarkan pada 2 cawan petri steril yang berisi
media Czapex dox dan diinkubasi pada suhu 28oC selama 14 hari.
2.2.4 Ekstraksi

Setelah diinkubasi selama 14 hari jamur yang tumbuh di media, kemudian dikumpulkan dan
dipotong dadu selanjutnya diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol
sebanyak 1 L, jamur dan media dimaserasi selama 4 hari setelah itu disaring dengan menggunakan
kertas Whatman no.1, kemudian hasil maserasi tersebut diremaserasi sebanyak sekali dengan
perlakuan yang sama. Untuk mendapatkan ekstrak kental, hasil maserat yang didapat kemudian
dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 45oC selama 1,5 jam setelah itu dipanaskan
menggunakan waterbath.
2.2.5 Uji sitotoksik
Suspensi sel dalam medium DMEM sebanyak 100 µL dimasukkan dalam sumuran 96- well
microplate, kemudian di inkubasi dalam inkubator CO2 5% suhu 37oC selama 72 jam. Sampel

ekstrak kental ditimbang sebanyak 10 mg dan dilarutkan dalam 100 µl DMSO 100 % kemudian
disonifikasi selama 5 menit, setelah larut ditambah dengan media DMEM sampai volume 1 mL dan
dibuat 5 seri konsentrasi yaitu 500; 250; 125; 62,5; dan 31,25 µg/mL. Media pertumbuhan jamur
dibuat 3 seri konsentrasi yaitu 500 µg/mL, 250 µg/mL, dan 31,25 µg/mL. Setelah diiinkubasi selama
48 jam, medium dibuang dan dicuci dengan DMSO setelah itu diberi media DMEM baru 100 µL
dan MTT 100 µL kemudian diinkubasi pada CO2 5% suhu 37oC selama 2-4 jam, MTT akan bereaksi
dengan sel hidup dan akan membentuk kristal formazan berwarna ungu, kemudian ditambahkan SDS
10% dalam HCl 0,01 N sebanyak 100 µL sebagai stopper , selanjutnya diinkubasi selama 24 jam
pada suhu kamar, kemudian dibaca serapannya pada ELISA reader dengan panjang gelombang 594

nm, % sel hidup dihitung dari data absorbansi kemudian dibuat kurva konsentrasi vs % sel hidup dan
didapat persamaan untuk menghitung IC50.
2.2.6 Uji Kualitatif
Selanjutnya dilakukan uji kualitatif pada sampel yang memiliki IC50 menggunakan metode
KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan jarak elusi 5 cm, fase diam yang digunakan yaitu silika GF
254 dan menggunakan fase gerak klorofom : metanol dengan perbandingan (95 : 5) dengan total

4

volume fase gerak yaitu 2 mL, setelah di elusi dilihat di lampu UV-366 dan UV- 254, proses elusi
dilakukan sebanyak 3 kali dan hasil akhirnya di dokumentasikan.
2.2.7 Analisis data
Data absorbansi yang didapat digunakan untuk menghitung % sel hidup jika absorbansi
kontrol pelarut sama dengan kontrol sel dengan rumus :

% sel hidup =

x 100 %

(1)


Jika absorbansi kontrol pelarut lebih rendah dari absorbansi kontrol sel maka perhitungan %
sel hidup sebagai berikut :
% sel hidup =

x 100 %

(2)

Dibuat grafik antara konsentrasi (x) vs % sel hidup (y) yang kemudian didapatkan
persamaan (y=Bx + A) dimasukkan 50% sebagai (y) kemudian dihitung hasil nilai x, nilai x yang
didapat merupakan nilai IC50.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengambilan sampel
Sampel diambil pada ekosistem yang berbeda berdasarkan sifat fisika yaitu tekstur dan
warna tanah yang berbeda bertujuan untuk mendapatkan keanekaragaman efek antikanker, Alasan
pengambilan sampel tanah di dekat akar hal ini dikarenakan tanaman bepengaruh dan memiliki peran
yang sangat baik terhadap komunitas organisme tanah, akar menyediakan berbagai bahan organik
yang umumnya membantu stimulasi pertumbuhan mikroba (An et al., 2016).
3.2 Skrining primer

Proses skrining primer menggunakan metode pengenceran, menurut Husen, (2007) suspensi
tanah diencerkan sampai konsentrasi 10-3 karena syarat untuk serial pengenceran jamur yaitu 10-210-5, media Czapek dok dipilih karena merupakan media selektif padat untuk menumbuhkan
Aspergillus, Penicillinum, Paecylomyces dan beberapa jamur lainnya yang memiliki fisiologis yang
sama.
3.3 Identifikasi morfologi jamur
Hasil identifikasi secara makroskopis, jamur dari tanah waduk, hutan, sawah, peternakan
sapi, dan tanah kapur setelah diinkubasi selama 14 hari (Tabel 2).

5

Tabel 2. Isolat jamur tanah dari lima ekosistem
Identifikasi

Gambar jamur pada inkubasi hari ke 14

Warna

Bentuk

Sifat

Jamur yang diisolasi dari tanah waduk

Oranye, putih, abuBulat dan tidak
abu, coklat, hitam,
beraturan
krem

Berlendir dan
tidak berlendir

Abu-abu, putih,
Bulat dan tidak
krem, hitam, merah
beraturan

Berlendir dan
tidak berlendir

Oranye, putih

Bulat dan tidak
beraturan

Berlendir dan
tidak berlendir

Abu-abu, putih,
hitam, krem

Bulat dan tidak
beraturan

Berlendir dan
tidak berlendir

Putih, abu-abu,
hitam

Bulat dan tidak
beraturan

Berlendir dan
tidak berlendir

Jamur yang diisolasi dari hutan

Jamur yang diisolasi dari tanah sawah

Jamur yang diisolasi dari tanah peternakan sapi

jamur yang diisolasi dari tanah kapur

6

3.4 Ekstraksi
Hasil rendemen ekstraksi jamur pada tanah waduk, hutan, sawah, peternakan sapi, dan tanah
kapur ditunjuukan pada (Tabel 3). Hasil rendemen tertinggi yaitu pada ekstrak tanah sawah dan
rendemen terendah yaitu ekstrak tanah peternakan sapi. Media pertumbuhan jamur diikutsertakan
dalam ekstraksi karena dikhawatirkan metabolit sekunder jamur yang memiliki efek penghambatan
terhadap sel kanker diekskresikan pada media.
Tabel 3. Rendemen Hasil Ekstraksi
Sampel

Berat sampel

Berat ekstrak

Rendemen

Waduk
Hutan
Sawah
Peternakan
Sapi
Tanah Kapur

40,57 g
57,77 g
60,50 g
98,07 g

0,27 g
0,91 g
1,56 g
0,61 g

0,67 %
1,58 %
2,58 %
0,62 %

52,50 g

1,06 g

2,02 %

3.5 Uji sitotoksik terhadap sel kanker payudara MCF 7
Uji sitotoksisitas yang dilakukan dengan menggunakan metode MTT assay. Senyawa MTT
[3-(4,5 dimetiltiazol-2-yl)-2,5 difenil tetrazolium bromide diabsorbsi oleh sel hidup dan direduksi
oleh sistem reduktase suksinat tetrazolium yang ada dalam rantai respirasi mitokondria menjadi
formazan berupa zat warna ungu (Gambar 1) yang tidak larut dalam air tetapi dapat larut dalam SDS
10 % (Doyle and Griffiths, 2000). Larutan SDS bekerja dengan mendenaturasi protein menjadi unit
polipeptida dan membentuk kompleks SDS-polipeptida (Sutejo et al., 2016). Dalam penelitian
pelarut yang digunakan yaitu DMSO karena DMSO tidak berpengaruh terhadap proliferasi sel.

Gambar 1. Reaksi reduksi garam kuning tetrazolium menjadi formazan berwarna ungu.
Hasil uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak metanol jamur tanah waduk, hutan, sawah,
peternakan sapi, tanah kapur beserta media pertumbuhannya dan media Czapex dox memberikan
efek meningkatkan persentase jumlah sel MCF-7 yang hidup seiring dengan meningkatnya
konsentrasi ekstrak (Gambar 2) dan (Tabel 3). Jumlah sel MCF-7 yang hidup tertinggi terdapat pada

7

sumuran yang ditambah ekstrak methanol jamur tanah peternakan sapi, sedangkan jumlah sel MCF-7
yang hidup terendah terdapat pada sumuran yang ditambah ekstrak methanol jamur waduk (Tabel 4).
Tabel 4. Persentase sel MCF-7 yang hidup setelah perlakuan ekstrak metanol jamur beserta media
pertumbuhannya.
Konsentrasi
Ekstrak
metanol
jamur
(µg/mL)
500
250
125
62,5
31,25

Waduk

Hutan

83,951
93,416
110,700
120,165
123,868

130,041
116,461
103,292
119,753
119,342

% Sel hidup
Sawah
Peternakan
sapi
142,798
144,033
144,033
132,922
146,502

185,597
158,848
148,560
144,856
139,506

Tanah
Kapur
170,370
156,790
151,852
141,152
137,449

Kontrol
Media
Pertumbuhan
Jamur
176,543
145,679
130,864

Keterangan :
Ekstak media
Ekstrak metanol jamur hutan
Ekstrak metanol jamur sawah
Ekstrak metanol jamur peternakan sapi
Ekstrak metanol jamur tanah kapur

Gambar 2. Pengaruh ekstrak metanol isolat jamur tanah beserta media pertumbuhannya terhadap
persentase sel MCF-7 yang hidup.

Gambar 3. Pengaruh konsentrasi ekstrak metanol jamur waduk terhadap % sel hidup MCF-7.
8

Berdasarkan Gambar 3 pengaruh konsentrasi (x) ekstrak metanol jamur tanah waduk
terhadap % sel hidup (y) kemudian didapat garis linier, persamaan yang diperoleh yaitu yaitu y =
- 0,086 x + 123,1 dan % sel hidup terendah yang dapat dihambat oleh ekstrak metanol jamur waduk
yaitu pada konsentrasi 500 µg/mL sebanyak 83,95 % sel hidup, sehingga hasil yang didapat tidak
memiliki nilai IC50.
Pada media pertumbuhan jamur yaitu Czapek dok ditambahkan antibiotik tetrasiklin dan
streptomisin, sehingga perlu dilakukan uji untuk mengetahui efek terhadap sel MCF-7. Berdasarkan
Gambar 4 terjadi peningkatan % sel hidup seiring kenaikan konsentrasi hal ini dikarenakan pada
media Czapek dox terdapat sukrosa, sehingga berkontribusi dalam pertumbuhan sel karena dapat
menutrisi sel.

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi ekstrak media Czapek dox terhadap % sel hidup.
3.6 Uji kualitatif
Bercak hasil pemisahan ekstrak methanol jamur tanah waduk kemudian dibandingkan
dengan media Czapek dox dan hasilnya tidak menunjukkan adanya pemisahan sementara pada hasil
KLT ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak metanol jamur yang diisolasi dari tanah waduk
mengandung komponen yang diduga memiliki efek penghambatan terhadap sel MCF-7. Hal ini
dibuktikan pada hasil elusi terdapat 4 bercak jika dilihat di lampu UV 254 nm (Gambar 5B), dan
pada lampu UV 366 secara jelas menunjukkan adanya 2 bercak pada plat silika dengan fluoresensi
berwarna biru (Gambar 5C). Menurut Saifudin (2014) senyawa yang mengalami pemadaman pada
UV 254 nm dan berfluorosensi pada UV 366 adalah poliketida dan fenil propanoid.

9

M W
M W
M W
(A) Sinar tampak (B) UV 254 nm (C) UVM 366M nm
Keterangan : M = media
W = ekstrak metanol jamur tanah waduk

Gambar 2. Hasil KLT ekstrak jamur tanah waduk pada (A) sinar tampak, (B) sinar UV 254 nm
terdapat 4 bercak, (C) sinar UV 366 terdapat 2 bercak.
4. PENUTUP
Ekstrak metanol jamur yang diisolasi dari tanah waduk memiliki efek penghambatan
terhadap sel MCF-7 dengan persentase sel hidup 83,95 konsentrasi 500 µg/mL, pada keempat
sampel yaitu ekstrak metanol jamur yang diisolasi dari tanah daerah hutan, sawah, peternakan sapi
dan tanah kapur tidak memiliki efek penghambatan. Uji kualitatif dengan metode KLT menghasilkan
ekstrak metanol jamur yang diisolasi dari tanah waduk mengandung komponen yang diduga
merupakan poliketida dan fenil propanoid.
DAFTAR PUSTAKA
An Y.-N., Zhang X., Zhang T.-Y., Zhang M.-Y., Qian-Zhang, Deng X.-Y., Zhao F., Zhu L.-J.,
Wang G., Zhang J., Zhang Y.-X., Liu B. and Yao X.-S., 2016, Penicimenolides A-F,
Resorcylic Acid Lactones from Penicillium sp., isolated from the Rhizosphere Soil of Panax
notoginseng,
Scientific
Reports,
6
(February),
27396.
Terdapat
di:
http://www.nature.com/articles/srep27396.
Doyle A. and Griffiths, 2000, Cell and Tissue Culture for Medical Research. John Willey and Sons
ltd, Chichester, England.
Huang W.-Y., Cai Y.-Z., Hyde K.D., Corke H. and Sun M., 2008, Biodiversity Of Endophytic
Fungi Associated With 29 Traditional Chinese Medical Plants, Fungal diversity, 33, 61–75.
Terdapat di: http://www.fungaldiversity.org/fdp/sfdp/33-3.pdf.
Husen E., 2007, Metode Analisis Biologi Tanah, Dalam Saraswati, R. et al., eds. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor, p. 5.

10

Mirmalek S.A., Azizi M.A., Jangholi E., Yadollah-Damavandi S., Javidi M.A., Parsa Y., Parsa T.,
Salimi-Tabatabaee S.A., Ghasemzadeh Kolagar H. and Alizadeh-Navaei R., 2015, Cytotoxic
And Apoptogenic Effect of Hypericin, The Bioactive Component Of Hypericum Perforatum
On The MCF-7 Human Breast Cancer Cell Line., Cancer cell international, 16, 3. Terdapat
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26865836\nhttp://www.pubmedcentral.nih.gov/articlere
nder.fcgi?artid=PMC4748624
Rofida S., 2010, Peranan Mikroba Endofit Untuk Pengembangan Obat Anti kanker, Skripsi,
Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Ser H., Mutalib N.A., Yin W., Chan K., Goh B.-H. and Lee L., 2015, Evaluation of Antioxidative
and Cytotoxic Activities of Streptomyces pluripotens MUSC 137 Isolated from Mangrove Soil
in Malaysia, Frontiers in Microbiology, 6 (December), 1–11.
Saifudin A., 2014, Senyawa Alam Metabolit Sekunder , 1st ed., Deepublish, Yogyakarta.
Sutejo I.R., Putri H. and Meiyanto E., 2016, Selektivitas Ekstrak Etanolik Buah Makassar ( Brucea
javanica ) pada Kanker Payudara Metastasis secara In Vitro, Journal of Agromedicine and
Medical Science, 2 (1), 1–6.
Thomas A.T., Rao V.J., Subrahmanyam V.M., Chandrashekhar R.H., Maliyakkal N., Kisan T.K.,
Joseph A. and Udupa N., 2011, In Vitro Anticancer Activity of Microbial Isolates From
Diverse habitats, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, 47 (2), 279–287.
WHO, 2013, Latest World Cancer Statistics Global Cancer Burden Rises to 14 . 1 Million New
Cases in 2012 : Marked Increase in Breast Cancers Must be Addressed., International Agency
for Research on Cancer, World Health Organization , (December), 2012–2014. Terdapat di:
http://www.iarc.fr/en/media-centre/pr/2013/pdfs/pr223_E.pdf.
Widowati L. and Mudahar H., 2009, Ujiaktivitas ekstrak etanol 50% umbi keladi tikus (Typhonium
flagelliforme) terhadap sel kanker payudara mcf-7 in vitro, Dalam Media Litbang Kesehatan,
XIX (1), 3–8.

11

Dokumen yang terkait

UJI ANTIKANKER EKSTRAK METANOL JAMUR YANG DIISOLASI DARI TANAH DAERAH WONOGIRI Uji Antikanker Ekstrak Metanol Jamur Yang Diisolasi Dari Tanah Daerah Wonogiri Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 Secara In Vitro.

0 2 14

PENDAHULUAN Uji Antikanker Ekstrak Metanol Jamur Yang Diisolasi Dari Tanah Daerah Wonogiri Terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 Secara In Vitro.

0 4 8

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL JAMUR DARI ISOLAT TANAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Uji Sitotoksisitas Ekstak Metanol Jamur Dari Isolat Tanah Di Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Sel Kanker Payudara MCF7.

0 2 14

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK METANOL JAMUR DARI ISOLAT TANAH DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Uji Sitotoksisitas Ekstak Metanol Jamur Dari Isolat Tanah Di Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Sel Kanker Payudara MCF7.

0 2 16

PENDAHULUAN Uji Sitotoksisitas Ekstak Metanol Jamur Dari Isolat Tanah Di Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Sel Kanker Payudara MCF7.

0 3 7

DAFTAR PUSTAKA Uji Sitotoksisitas Ekstak Metanol Jamur Dari Isolat Tanah Di Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Sel Kanker Payudara MCF7.

0 3 4

UJI ANTIKANKER EKSTRAK METANOL JAMUR YANG DIISOLASI DARI TANAH DI CILACAP TERHADAP SEL KANKER MCF-7 Uji Antikanker Ekstrak Metanol Jamur Yang Diisolasi Dari Tanah Di Cilacap Terhadap Sel Kanker MCF-7 Secara In Vitro.

0 3 15

UJI ANTIKANKER EKSTRAK METANOL JAMUR YANG DIISOLASI DARI TANAH DI CILACAP Uji Antikanker Ekstrak Metanol Jamur Yang Diisolasi Dari Tanah Di Cilacap Terhadap Sel Kanker MCF-7 Secara In Vitro.

0 2 15

PENDAHULUAN Uji Antikanker Ekstrak Metanol Jamur Yang Diisolasi Dari Tanah Di Cilacap Terhadap Sel Kanker MCF-7 Secara In Vitro.

0 4 8

DAFTAR PUSTAKA Uji Antikanker Ekstrak Metanol Jamur Yang Diisolasi Dari Tanah Di Cilacap Terhadap Sel Kanker MCF-7 Secara In Vitro.

0 2 4