Effect of Endophytic Fungi on the Survival of Yellow Stem Borer Scirpophaga incertulas (Lepidoptera: Pyralidae) and Rice Growth

PENGARUH CENDAWAN ENDOFIT TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP PENGGEREK BATANG PADI
KUNING Scirpophaga incertulas (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE)
DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

RITA YUNITA

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

ABSTRACT

RITA YUNITA. Effect of Endophytic Fungi on the Survival of Yellow Stem
Borer Scirpophaga incertulas (Lepidoptera: Pyralidae) and Rice Growth. Under
the supervision of HERMANU TRIWIDODO and SURYO WIYONO.
Yellow stem borer Scirpophaga incertulas (Lepidoptera: Pyralidae) is one
of main problems in rice cultivation. This study was conducted to examine the
effect of endophytic inoculation on the survival of yellow stem borer larvae and

rice growth. The treatments that tested among other Nigrospora sp.1, Acremonium
sp. and Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.. Seeds were dipped in water,
inoculated with endophytic fungi, seedled and planted in pot. Plants were sprayed
with endophytic fungi suspension every one week before larvae infested. Larvae
infestation has done five times on the plants of one, two, three, four, and five
week after planted. Plants were infested with ten first instar stage of larvae in
every ten rice stems. Monitoring was done on the survival and body length of
larvae. Endophytic fungi treatments increased rice resistance against yellow stem
borer larvae. The treatment of Nigrospora sp.1 + Acremonium sp. reduced
significantly the body length of survived larvae in young plants. The treatments of
Acremonium sp. had significant effect to increase number of tillers. Tolerance and
antibiosis contribute to the resistance mechanism. In addition, endophytic
treatments increased germination, seedling growth, and rice growth.
Keywords: rice, endophytic fungi, Scirpophaga incertulas, resistance mechanism

ABSTRAK

RITA YUNITA. Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Kelangsungan Hidup
Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas (Lepidoptera: Pyralidae)
dan Pertumbuhan Tanaman Padi. Dibimbing oleh HERMANU TRIWIDODO dan

SURYO WIYONO.
Penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas (Lepidoptera:
Pyralidae) merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya padi. Tujuan
penelitian ini adalah menguji pengaruh inokulasi cendawan endofit terhadap
perkembangan larva penggerek batang padi kuning dan pertumbuhan tanaman
padi. Perlakuan yang diuji antara lain Nigrospora sp.1, Acremonium sp. dan
Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.. Benih direndam dalam air, diinokulasi dengan
cendawan endofit, disemai dan ditanam dalam pot. Tanaman disemprot dengan
suspensi cendawan endofit pada satu minggu sebelum infestasi larva. Infestasi
larva dilakukan sebanyak lima kali pada tanaman padi umur 1 MST, 2 MST, 3
MST, 4 MST, dan 5 MST. Tanaman diinfestasi oleh 10 ekor larva instar 1 per 10
batang padi. Pengamatan dilakukan terhadap kelangsungan hidup dan panjang
tubuh larva pada satu minggu setelah infestasi. Cendawan endofit meningkatkan
ketahanan padi terhadap serangan penggerek batang padi kuning. Perlakuan
Nigrospora sp.1 + Acremonium sp. menekan panjang tubuh larva secara nyata
pada tanaman muda. Perlakuan Acremonium sp. meningkatkan jumlah anakan.
Toleransi dan antibiosis berpengaruh terhadap mekanisme resistensi. Selain itu,
perlakuan cendawan endofit meningkatkan perkecambahan, pertumbuhan bibit,
dan pertumbuhan tanaman padi.
Kata kunci: padi, cendawan endofit, Scirpophaga incertulas, mekanisme resistensi


PENGARUH CENDAWAN ENDOFIT TERHADAP
KELANGSUNGAN HIDUP PENGGEREK BATANG PADI
KUNING Scirpophaga incertulas (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE)
DAN PERTUMBUHAN TANAMAN PADI

RITA YUNITA
A34080033

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

Judul Skripsi


Nama Mahasiswa
NIM

: Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Kelangsungan
Hidup Penggerek Batang Padi Kuning Scirpophaga
incertulas (Lepidoptera: Pyralidae) dan Pertumbuhan
Tanaman Padi
: Rita Yunita
: A34080033

Disetujui,
Dosen Pembimbing 1

Dosen Pembimbing 2

Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, M.Sc

Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr


NIP. 19570122 198103 1 002

NIP. 19690212 199203 1 003

Diketahui,
Ketua Departemen

Dr. Ir. Abdjad Asih Nawangsih, MSi.
NIP. 19650621 198910 2 001

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 2 Juni 1990 sebagai anak kedua
dari tiga bersaudara pasangan Bapak Mukti SE dan Ibu Sri Mulyati. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMA PGRI 1 Bekasi (20052008). Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikannya di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI).
Selama masa kuliah, penulis aktif bergabung dalam beberapa organisasi
kemahasiswaan, seperti Gentra Kaheman divisi Upacara Adat (2010-2011), Keluarga Mahasiswa Bekasi (KEMSI) divisi Sosial Lingkungan (2010-2011), Himpunan Mahasiswa Proteksi Tanaman (HIMASITA) divisi Finance and Business
(2010-2011) dan mengikuti kepanitiaan pada beberapa acara kampus seperti
panitia Masa Perkenalan Departemen (MPD) Proteksi Tanaman (2010) serta

panitia Migrarotia Departemen Proteksi Tanaman (2010 dan 2011). Penulis juga
tergabung dalam salah satu anggota kelompok tari Saman Departemen Proteksi
Tanaman (2010-2012). Pada tahun 2010, penulis magang di Laboratorium
Virologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman IPB. Selain itu, penulis
pernah mengikuti lomba Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2012
dengan judul ‘‘Potensi Penggunaan Kitosan untuk Mengendalikan Penyakit
Antraknosa dan Meningkatkan Daya Simpan Buah Pepaya’’.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya sehingga skripsi yang
berjudul “Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Kelangsungan Hidup Penggerek
Batang Padi Kuning Scirpophaga incertulas (Lepidoptera: Pyralidae) dan
Pertumbuhan Tanaman Padi’’ dapat terselesaikan dengan baik.
Penelitian dan penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Waktu dan lokasi penelitian dilaksanakan
pada bulan Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Lapang Klinik Tanaman di
Klaten, Jawa Tengah dan Laboratorium Mikologi Tumbuhan Proteksi Tanaman

IPB dengan sumber dana penelitian dari program IPB IM-HERE.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Hermanu
Triwidodo, M.Sc dan Dr. Ir. Suryo Wiyono, M.Sc.Agr selaku dosen pembimbing
skripsi yang senantiasa memberikan arahan, bimbingan, pengkayaan wawasan,
saran, kritik, dan motivasi yang sangat besar dalam penyelesaian skripsi ini. Dr. Ir.
Supramana, MSi. selaku dosen penguji tamu yang telah memberikan saran dan
motivasi. Dr. Ir. A.Muin Adnan, MS selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan motivasi dan arahan. Keluarga tercinta Bapak Mukti SE, Ibu Sri
Mulyati, Kakak dan Adik tersayang Rizka Novita, A.Md dan Tri Kartika yang
selalu memberikan perhatian, doa, dukungan moral, materil, dan motivasi kepada
penulis. Kak Manda, Mbak Tami, Aldila, Riska D.O dan Dimas sahabat yang
menjadi pengingat, memberikan perhatian, bantuan, motivasi, dan kerja sama
yang baik. Keluarga Bapak Tugiyono, Ibu Ngatini dan Kelompok Tani Desa
Sumber, Kec.Trucuk, Klaten Bapak Wardiono dan Bapak Purwanto atas
perhatian, bantuan dan dukungan kepada penulis. Anggota Laboratorium
Mikologi Tumbuhan dan Klinik Tanaman Pak Dadang, Mbak Ita, Ummi, Swinda,
Sylvia, Desni yang telah membantu selama bekerja di Laboratorium. Fitri, Sasti,
Nisa, Ushwanuuri, Cut, Hamda, Iki, Ian, Adnan serta teman-teman Proteksi
Tanaman 45 atas semangat dan keceriaannya. Teman-teman kos Pondok Cahaya,
Norma, Nia, Melin, Kak Sherly, Mugi, Kak Arum dll atas bantuan, semangat dan

motivasinya serta 212 Muti, Ratu, dan Irma atas keceriaan dan persahabatannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Bogor, November 2012
Rita Yunita

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................

xi


PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang.................................................................................
Tujuan Penelitian ...........................................................................
Manfaat Penelitian .........................................................................

1
1
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
Padi (Oryza sativa L.) ......................................................................
Pentingnya Padi sebagai Tanaman Pangan ...............................
Penggerek Batang Padi Kuning................................................
Kerusakan yang Ditimbulkan dan Faktor yang Mempengaruhi
Pengendalian Penggerek Batang Padi ......................................
Resistensi Tanaman ..........................................................................
Deskripsi .................................................................................
Mekanisme Resistensi Tanaman ..............................................

Cendawan Endofit ............................................................................
Deskripsi .................................................................................
Cendawan Endofit sebagai Agens Hayati .................................
Potensi Cendawan Endofit .......................................................

4
4
4
4
5
6
6
6
7
8
8
8
9

BAHAN DAN METODE .........................................................................

Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
Bahan Penelitian ..............................................................................
Metode Penelitian ............................................................................
Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA) ......................
Pembuatan Media Beras ..........................................................
Perbanyakan Cendawan Endofit ..............................................
Perlakuan Cendawan Endofit pada Benih Padi .........................
Penanaman Benih Padi ............................................................
Pengumpulan Kelompok Telur Penggerek Batang Padi ...........
Infestasi Larva Penggerek Batang Padi ke Tanaman ..............
Reisolasi Batang Padi ...........................................................
Rancangan Percobaan dan Analisis Data ........................................

10
10
10
10
10
10
11
11
12
12
13
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................
Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Larva Penggerek Batang Padi .....................................................................................................
Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi .

15

KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................
Kesimpulan ....................................................................................
Saran .............................................................................................

26
26
26

15
19

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

27

LAMPIRAN ............................................................................................

30

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Pengaruh cendawan endofit terhadap kelangsungan hidup larva
penggerek batang padi ........................................................................

16

2 Pengaruh cendawan endofit terhadap ukuran tubuh larva hidup
penggerek batang padi ........................................................................

16

3 Pengaruh cendawan endofit terhadap jumlah anakan padi ...................

18

4 Pengaruh cendawan endofit terhadap panjang akar dan tunas benih
padi ......................................................................................................

20

5 Pengaruh cendawan endofit terhadap pertumbuhan bibit tanaman padi .

23

6 Pengaruh cendawan endofit terhadap tinggi tanaman padi ....................

23

7 Persentase kolonisasi cendawan endofit dari batang padi ......................

24

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kelompok telur dan imago ....................................................................

5

2 Gejala serangan penggerek batang padi kuning di lapang ....................

6

3 Diagram alur infestasi larva ................................................................

12

4 Perkecambahan benih padi yang diinokulasi cendawan endofit .............

20

5 Uji perkecambahan benih 48 jam ........................................................

21

6 Pengukuran tinggi dan panjang akar bibit ...........................................

21

7 Cendawan endofit .................................................................................

25

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Pembuatan tepung cendawan endofit ....................................................

31

2 Uji perkecambahan benih .....................................................................

31

3 Tinggi bibit ...........................................................................................

32

4 Kelompok telur penggerek batang padi kuning .....................................

32

5 Kondisi tanaman 7 hari setelah infestasi larva .....................................

33

6 Uji keefektifan cendawan .....................................................................

34

7 Tinggi dan jumlah anakan

.................................................................

34

8 Interaksi antara larva hidup, perlakuan cendawan endofit dan umur tanaman ...................................................................................................

35

9 Interaksi antara ukuran panjang tubuh larva hidup, perlakuan cendawan endofit dan umur tanaman ...........................................................

35

10 Persentase larva hidup pada tanaman padi yang diinokulasi cendawan
endofit ..................................................................................................

36

11Ukuran panjang tubuh larva hidup pada tanaman yang diinokulasi cendawan endofit ........................................................................................

37

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi pangan yang mendapat
prioritas utama dalam pembangunan pertanian karena menjadi makanan pokok
bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Misnaheti et al. 2010). Produksi padi
tahun 2012 diperkirakan sebesar 68.59 juta ton gabah kering giling (GKG) atau
naik sebesar 2.84 juta ton dibandingkan tahun 2011 yang produksinya sebesar
65.76 juta ton GKG (BPS 2012). Kebutuhan beras nasional terus meningkat
seiring bertambahnya jumlah penduduk. Tahun 2025 Asia diperkirakan harus
meningkatkan produksi padi sebesar 50% untuk mempertahankan tingkat
konsumsi saat ini, namun luas lahan untuk menanam padi semakin berkurang
(Cantrell 2001).
Usaha untuk mengimbangi dan mengatasi kebutuhan beras yang terus
meningkat sangat diperlukan. Namun, usaha dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas beras memiliki banyak hambatan. Hambatan yang selalu mengancam
produksi beras adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), antara
lain hama dan penyakit (Misnaheti et al. 2010). Penggerek batang padi merupakan
salah satu hama utama tanaman padi yang dapat menyebabkan kerusakan dan
kehilangan hasil di Indonesia. Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga
incertulas) merupakan jenis yang paling luas penyebarannya dan paling dominan
di Jawa, Bali, Lampung dan Kalimantan Selatan, kemudian diikuti oleh jenis S.
inferens, C. suppressalis dan S. innotata (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa
Barat 2012).
S. incertulas menyerang tanaman padi dan menyebabkan kerusakan sebesar
95% dari luas areal tanaman padi 300 000 ha di beberapa daerah di pulau Jawa
(Suharto H et al. 2007). Hama ini dapat merusak tanaman pada semua fase
tumbuh, baik pada saat di pembibitan, fase anakan, maupun fase berbunga. Di
lapangan, keberadaan hama ini ditandai oleh kehadiran ngengat, kematian tunastunas padi atau sundep, kematian malai atau beluk, dan larva penggerek batang
(Sudjianto 2010). Hama penggerek batang sulit diberantas dengan pestisida
karena larva yang baru menetas segera masuk ke dalam batang dan berkembang

2
hingga menjadi pupa (Rahmawati dan Slamet-Loedin 2006). Faktor-faktor yang
mempengaruhi serangan hama ini antara lain iklim, keberadaan tanaman padi
sebagai sumber makanan, dan pola tanam padi (Widiastuti 2009).
Berbagai metode pengendalian seperti kultur teknis, fisik/kimiawi, dan
pemanfaatan musuh alami telah dilakukan namun perkembangan hama masih
belum dapat diatasi. Pengendalian dengan insektisida kimia dapat menggangu
ekosistem alam dan merusak lingkungan. Pengendalian hama secara ekologi
merupakan strategi untuk membuat populasi hama serendah mungkin dengan
menggunakan pendekatan hubungan antara serangga dan segala aspek
lingkungannya. Penerapan teknologi maju secara intensif akan memengaruhi
keadaan lingkungan pertanaman dan organisme di sekitarnya (Kartohardjono
2011). Teknik pengendalian hayati akhir-akhir ini berkembang pesat karena
memiliki kelebihan dibandingkan lainnya yaitu berbasis sumber daya hayati dan
ramah lingkungan. Pengendalian hayati saat ini banyak dikembangkan, salah
satunya penggunaan cendawan endofit (Wilia et al. 2011).
Cendawan endofit berpotensi sebagai agen pengendali hayati karena
keberadaan cendawan endofit sangat beragam dan berlimpah serta dapat
ditemukan pada tanaman pertanian maupun rumput-rumputan (Faeth 2002).
Cendawan endofit merupakan cendawan yang hidup dalam jaringan tanaman
tanpa mengakibatkan kerugian yang cukup nyata terhadap inang (Petrini 1992,
Maheswari 2006). Cendawan endofit mampu meningkatkan resistensi tanaman
inang dari serangan hama (Clay 1992). Kolonisasi cendawan endofit pada rumput
menyebabkan terinduksinya metabolit sekunder yang bersifat antagonis terhadap
herbivora insekta (Carroll 1995). Interaksi antara cendawan endofit dan inang
tanaman umumnya bersifat simbiosis mutualisme. Cendawan endofit dapat
menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan
mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carroll & Clay 1988). Asosiasi beberapa
cendawan endofit dengan tumbuhan inangnya mampu melindungi beberapa
tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, kondisi ekstrim maupun
herbivora (Saikkoen & Helander 2003).
Cendawan endofit dapat melindungi inang dari serangan serangga, tungau,
atau hewan lain yang hidup dan memakan tanaman inang (Maheswari 2006).

3
Cendawan Acremonium coenophialum pada rumput Festuca arundinacea dapat
menurunkan laju ketahanan hidup Schizaphis graminum, Rhopalosiphum padi
(Johnson et al. 1985). Cendawan Nigrospora sp. dapat meningkatkan perkecambahan benih padi, menurunkan rasio preferensi wereng batang cokelat
Nilaparvata lugens, menurunkan fekunditas, menekan panjang tubuh, dan
mengurangi populasi pertumbuhan kutu daun Aphis gossypii pada cabai
(Budiprakoso 2010; Hermawati et al. 2011).
Penelitian tentang cendawan endofit dan peranannya dalam pengendalian
hayati terhadap penggerek batang padi belum dilakukan di Indonesia, sehingga
perlu dilakukan penelitian terhadap hal tersebut. Dengan demikian hasil dari
penelitian ini akan menjadi informasi dasar yang sangat penting dalam rangka
mengkaji kemungkinan penggunaan cendawan endofit sebagai agens pengendali
hama, khususnya penggerek batang padi.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh inokulasi cendawan
endofit Nigrospora sp.1, Acremonium sp., dan kombinasi Nigrospora sp.1 +
Acremonium sp. terhadap kelangsungan hidup larva penggerek batang padi kuning
Scirpophaga incertulas (Lepidoptera: Pyralidae) dan pertumbuhan tanaman padi.

Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi tentang keefektifan
cendawan endofit terhadap pertumbuhan tanaman padi dan pengendalian
penggerek batang padi yang efektif, murah, mudah, aman terhadap manusia dan
lingkungan.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Padi (Oryza sativa L.)
Pentingnya Padi sebagai Tanaman Pangan
Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditi pangan yang mendapat
prioritas utama dalam pembangunan pertanian karena menjadi makanan pokok
bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Misnaheti et al. 2010). Sekitar 1.75
miliar dari 3 miliar penduduk Asia, termasuk 210 juta penduduk Asia
mengonsumsi 90% beras dari hasil padi yang ditanam (Fagi et al. 2001; Andoko
2002). Padi terpilih sebagai makanan utama karena cara budidaya dan pengolahan
menjadi bahan pangan lebih sederhana serta penyedia 70% hingga 80% kalori dan
40% hingga 70% protein (Siregar 1981; Fagi et al. 2001). Tahun 2025 Asia
diperkirakan

harus

meningkatkan

produksi

padi

sebesar

50%

untuk

mempertahankan tingkat konsumsi saat ini, namun luas lahan untuk menanam
padi semakin berkurang (Cantrell 2001).

Penggerek Batang Padi Kuning
Penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas) termasuk ordo
Lepidoptera, famili Pyralidae yang ditemukan pertama kali sebagai hama di
China, Jepang, dan Taiwan (Kalshoven 1981). Menurut Pathak dan Khan (1994),
spesies ini juga mendominasi di wilayah Bangladesh, India, Malaysia, Pakistan,
Philipina, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, dan sebagian dari Indonesia.
Morfologi penggerek batang padi kuning antara lain telur berbentuk
seperti cakram, diletakkan dalam kelompok dan ditutupi oleh rambut-rambut
berwarna cokelat (Gambar 1a). Larva berwarna kekuningan dan kepala berwarna
jingga. Setiap batang terdapat satu larva. Pupa berbentuk memanjang dengan
warna kuning putih. Pupa selalu ditemukan pada bagian batang yang terbawah
dan sering di bawah permukaan tanah. Sayap imago jantan berwarna cokelat
terang atau kuning jerami dengan bintik-bintik hitam yang samar-samar. Sayap
depan imago betina berwarna kuning jerami dengan bercak hitam yang jelas pada
bagian tengahnya (Gambar 1b) (Harahap & Tjahjono 1998).

5
Telur penggerek akan menetas setelah 4-5 hari, kemudian telur menetas
menjadi larva. Masa perkembangan larva membutuhkan waktu 3-6 minggu dan
memasuki tahap menjadi pupa yang membutuhkan waktu 8-14 hari (Kalshoven
1981). Lama hidup imago 5-7 hari (Harahap & Tjahjono 1998), sehingga waktu
total yang dibutuhkan untuk melalui siklus hidup penggerek adalah 5-9 minggu
(Kalshoven 1981).

a

b

Gambar 1 Kelompok Telur dan Imago. a) kelompok telur penggerek batang padi
kuning, b) imago Scirpophaga incertulas

Kerusakan yang Ditimbulkan dan Faktor yang Mempengaruhi
Penggerek batang padi dapat menurunkan hasil panen dan merusak
tanaman padi pada fase vegetatif maupun generatif. Kerusakan pada fase vegetatif
dapat mengakibatkan anakan padi mati atau sundep (Gambar 2a), sedangkan
kerusakan pada fase generatif dapat menyebabkan malai menjadi hampa atau
beluk (Gambar 2b). Keberadaan penggerek per generasi setiap tahun tergantung
dari faktor lingkungan, temperatur, hujan dan ketersediaan tanaman.

6
b
a

Gambar 2 Gejala Serangan Penggerek Batang Padi Kuning di Lapang. a) gejala
sundep, b) gejala beluk

Pengendalian Penggerek Batang Padi
Pengendalian penggerek batang padi dapat dilakukan dengan beberapa
cara antara lain kultur teknis, musuh alami, dan insektisida. Pengendalian kultur
teknis yaitu dengan pengambilan kelompok telur, pembakaran pangkal batang
atau jerami, pembajakan sawah, dan penggenangan lahan untuk mematikan larva
dan pupa pada pangkal batang. Selain itu, rotasi tanaman dan penanaman
serempak dapat memutus siklus hidup hama. Penggerek batang padi memiliki
musuh alami berupa parasitoid telur, antara lain: Tetrastichus schoenobii,
Trichogramma japonicum dan Telenomus rowani dapat memarasit telur
penggerek hingga 70% sehingga mengurangi populasi penggerek batang padi di
lapang. Pengendalian dengan insektisida sistemik seperti Karbofuran, Bensultap,
Bisultap, Karbosulfan, Dimehipo, atau Fipronil memiliki dampak negatif terhadap
populasi parasitoid dan predator penggerek batang karena musuh alami juga mati
akibat insektisida (Pracaya 2003).

Resistensi Tanaman
Deskripsi
Resistensi tanaman merupakan sifat-sifat tanaman yang dapat diturunkan
dan dapat mempengaruhi tingkat kerusakan oleh serangga (Painter 1951). Beck
(1965) mendefinisikan resistensi tanaman adalah semua ciri dan sifat tanaman
yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya

7
sembuh dari serangan serangga dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan
lebih besar pada tanaman lain dari spesies yang sama.

Mekanisme Resistensi Tanaman
Ada 4 strategi dasar yang digunakan tanaman sebagai mekanisme
pertahanan dirinya untuk mengurangi kerusakan akibat serangan serangga
herbivora antara lain: escape atau menghindari serangan serangga berdasarkan
waktu atau tempat, misalnya tumbuh pada tempat yang tidak mudah diakses oleh
herbivora atau menghasilkan bahan kimia penolak herbivora (repellent), tanaman
toleran terhadap herbivora dengan cara mengalihkan herbivora untuk makan
bagian yang tidak penting bagi tanaman atau mengembangkan kemampuan untuk
melakukan penyembuhan (recovery) dari kerusakan akibat serangan herbivora,
tanaman menarik datangnya musuh alami bagi herbivora yang dapat melindungi
tanaman tersebut dari serangan herbivora, dan tanaman melindungi dirinya sendiri
secara konfrontasi menggunakan mekanisme pertahan kimia atau mekanik, seperti
menghasilkan toksin yang dapat membunuh herbivora atau dapat mengurangi
kemampuan herbivora untuk mencerna tanaman atau disebut antibiosis (Painter,
1951).
Painter (1951) membagi mekanisme resistensi tanaman terhadap serangga
hama ke dalam 3 bentuk antara lain: ketidaksukaan (non preferences) /
antixenosis, antibiosis dan toleransi. Bentuk mekanisme resistensi antixenosis
dibagi dalam dua kelompok, yaitu antixenosis kimiawi, menolak kerana adanya
senyawa kimia dan antixenosis fisik, menolak karena adanya struktur atau
morfologik tanaman.
Antibiosis yaitu semua pengaruh fisiologis pada serangga yang disebabkan
oleh aktivitas serangga yang memakan dan mencerna jaringan atau cairan
tanaman tertentu yang merugikan dan bersifat sementara atau tetap. Gejala-gejala
akibat antibiosis pada serangga antara lain: kematian larva atau pradewasa,
pengurangan laju pertumbuhan, peningkatan mortalitas pupa, ketidakberhasilan
dewasa keluar dari pupa, imago tidak normal, fekunditas serta fertilitas rendah,
masa hidup serangga berkurang, terjadi malformasi morfologik, kegagalan

8
mengumpulkan cadangan makanan, kegagalan hibernasi, perilaku gelisah dan
abnormalitas lainnya.
Toleransi merupakan respon tanaman terhadap serangan serangga hama
yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kekuatan tanaman secara
umum, pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak, ketegaran batang dan
ketahanan terhadap rebah, produksi cabang tambahan, pemanfaatan lebih efisien
oleh serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman tetangganya.

Cendawan Endofit
Deskripsi
Salah satu mikroorganisme yang dianggap potensial dalam pembentukan
tanaman padi yang resisten adalah dengan memanfaatkan cendawan endofit
(Budiprakoso 2010). Cendawan endofit merupakan cendawan yang hidup dalam
jaringan tanaman tanpa mengakibatkan kerugian yang cukup nyata terhadap inang
(Petrini 1992, Maheswari 2006).

Cendawan Endofit sebagai Agens Hayati
Cendawan endofit mampu meningkatkan resistensi tanaman inang dari
serangan hama (Clay 1992). Interaksi antara cendawan endofit dan inang tanaman
umumnya bersifat simbiosis mutualisme. Cendawan endofit dapat menginfeksi
tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin,
enzim serta antibiotika (Carroll & Clay 1988). Asosiasi beberapa cendawan
endofit dengan tumbuhan inangnya mampu melindungi beberapa tumbuhan
inangnya dari beberapa patogen virulen, kondisi ekstrim maupun herbivora
(Saikkoen & Helander 2003). Kolonisasi cendawan endofit pada rumput
menyebabkan terinduksinya metabolit sekunder yang bersifat antagonis terhadap
herbivora insekta (Carroll 1995).
Kelimpahan cendawan endofit dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik.
Faktor biotik terdiri dari varietas, umur tanaman dan spesies inang. Sedangkan
faktor abiotik yang berpengaruh adalah cuaca, suhu, kelembaban relatif, kadar air
tanah dan teknik budidaya (Lewis et al. 1997).

9
Potensi Cendawan Endofit untuk Mengendalikan Serangga Hama
Peranan cendawan endofit dalam melindungi inang tanaman dari serangan
hama dilaporkan tahun 1981 yaitu cendawan Phomopsis oblonga melindungi
pohon yang tinggi dari serangan kumbang

Physocnemum brevilineum

(Coleoptera: Cerambycidae) (Azevedo et al. 2000). Kolonisasi cendawan endofit
pada inang tanaman akan berpengaruh terhadap keberadaan serangga hama.
Keberadaan serangga Phenacoccus solani (Hemiptera: Pseudococcidae) dan Shipa
maydis (Hemiptera: Aphididae) pada tanaman barley dapat ditekan secara total.
Beberapa tanaman barley yang telah diinokulasi dengan cendawan endofit tidak
mengalami kerusakan parah oleh kutu Shipa maydis (Hemiptera: Aphididae)
(Sabzalian et al. 2004).
Cendawan endofit dapat melindungi inang dari serangan serangga, tungau,
atau hewan lain yang hidup dan memakan tanaman inang (Maheswari 2006).
Cendawan Acremonium coenophialum pada rumput Festuca arundinacea dapat
menurunkan laju ketahanan hidup Schizaphis graminum, Rhopalosiphum padi
(Johnson et al. 1985). Cendawan Nigrospora sp. dapat meningkatkan perkecambahan benih padi, menurunkan rasio preferensi wereng batang cokelat
Nilaparvata lugens (Budiprakoso 2010). Varietas Hot pepper pada cabai yang
diinokulasi cendawan endofit Nigrospora sp. dan SH2 dapat menekan panjang
tubuh kutu daun Aphis gossypii pada cabai (Hermawati et al. 2011).

10

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Klinik Tanaman
diKlaten, Jawa Tengah dan Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen
Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan
Februari sampai Juli 2012.

Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu media persemaian dan
penanaman padi berupa tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1, biakan
murni cendawan endofit hasil penelitian Nur’asiah (2011) yaitu Nigrospora
sp.1dan Acremonium sp. yang mempunyai korelasi negatif dengan serangan
penggerek batang padi di lapangan, benih padi varietas Ciherang, media Potato
Dextrose Agar (PDA), dan kelompok telur penggerek batang padi dari berbagai
daerah di Klaten.

Metode Penelitian
Pembuatan Media Potato Dextrose Agar (PDA)
Kentang sebanyak 200 g dikupas sampai bersih, dicuci, dan dipotong tipis.
Potongan kentang dan akuades sebanyak 1000 ml direbus selama setengah jam
dan disaring untuk diambil ekstraknya. Ekstrak kentang tersebut kemudian
dimasak kembali, ditambahkan agar-agar putih sebanyak 15 g dan dekstrose
sebanyak 20 g. Setelah mendidih campuran tersebut diangkat, dituang ke dalam
labu erlenmeyer, ditutup kapas dan alumunium foil untuk disterilisasi ke dalam
autoklaf.

Pembuatan Media Beras
Beras sebanyak 1 kg dicuci, direndam selama 24 jam dengan air bersih,
ditiriskan sampai kering, dimasukkan ke dalam plastik tahan panas sebanyak 250

11
g beras/plastik, ditutup dengan pipa kecil dan kapas kemudian disterilisasi dalam
autoklaf.

Perbanyakan Cendawan Endofit
Biakan murni cendawan endofit Nigrospora sp.1 dan Acremonium sp.
diremajakan kembali pada media PDA. Kegiatan dilakukan secara aseptik di
laminar air flow. Biakan cendawan endofit pada PDA yang berumur ±10-14 hari
dilubangi dengan menggunakan pelubang gabus kemudian menggunakan jarum
inokulasi dipindahkan dalam media beras. Media beras tersebut diinkubasi selama
±14 hari dan diblender kering hingga menjadi tepung.

Perlakuan Cendawan Endofit pada Benih Padi
Benih padi varietas Ciherang direndam dalam air selama 24 jam untuk
melunakkan kulit benih dan menjaga kelembabahan benih agar mudah
berkecambah. Benih tersebut ditiriskan, diperam dengan tepung cendawan endofit
sebanyak 10 g/kg benih padi dan didiamkan selama 24 jam dalam kondisi lembab
dan gelap agar mudah berkecambah. Sebelum dilakukan penanaman, dilakukan
terlebih dahulu pengujian terhadap perkecambahan benih yang telah diinokulasi
cendawan endofit. Benih padi sebanyak 25 benih contoh diperam dalam cawan

petri yang dilapisi kain gelap dan lembab. Setiap perlakuan memiliki tiga ulangan.
Perlakuan yang diterapkan antara lain: inokulasi cendawan endofit Nigrospora
sp.1, Acremonium sp., kombinasi Nigrospora sp.1 + Acremonium sp., dan kontrol
(tanpa cendawan endofit).
Pengamatan dilakukan terhadap persentase daya berkecambah benih yang
telah diperam cendawan endofit selama 24 jam serta panjang akar dan tunas
kecambah selama 48 jam. Daya perkecambahan dihitung dengan rumus:

Keterangan:
ni

: jumlah benih contoh yang berkecambah

N

: jumlah benih contoh

12
Penanaman Benih Padi
Tahapan dalam menanam padi antara lain persemaian dan pindah tanam.
Benih yang telah diberi perlakuan disebar ke baki yang berisi media tanam berupa
tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Pengamatan bibit dilakukan setiap
minggu pada 7 dan 21 hari setelah semai (HSS). Pengamatan dilakukan terhadap
panjang akar dan tinggi bibit untuk melihat pengaruh cendawan endofit terhadap
pertumbuhan tanaman padi. Bibit padi umur 21 HSS kemudian dipindah tanam ke
ember yang berisi tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Setiap ember
ditanam dengan 10 tanaman padi. Masing-masing perlakuan memiliki 5 ulangan.
Selain itu, penanaman juga dilakukan tanpa perlakuan larva penggerek batang
padi untuk melihat pengaruh cendawan endofit terhadap pertumbuhan tanaman
padi. Pengamatan dilakukan dengan menghitung tinggi tanaman dan jumlah
anakan setiap minggunya pada 1, 2, 3, 4, dan 5 minggu setelah tanam (MST).
Teknik budidaya yang dilakukan antara lain: pengolahan tanah,
pemupukan, dan penyiangan gulma. Pengolahan tanah dilakukan dengan menjaga
tanah agar selalu lembab. Pemupukan NPK dilakukan pada 21 HSS dan 3 MST
sebanyak 2 g/ember. Pemupukan dilakukan untuk memberikan nutrisi bagi
pertumbuhan tanaman padi. Penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut gulma
yang tumbuh di sekitar tanaman. Media tanam dalam ember kemudian ditutup
menggunakan kurungan plastik agar terhindar dari kondisi ekstrim lingkungan dan
hama/penyakit lain.

Pengumpulan Kelompok Telur Penggerek Batang Padi
Kelompok telur penggerek batang padi diambil dari berbagai daerah di
Klaten, Jawa Tengah. Klaten merupakan daerah yang memiliki hamparan sawah
padi yang sangat luas dengan sistem pola tanam padi yang beragam. Selain itu,
serangan penggerek batang padi terjadi di Klaten sehingga peluang untuk
mendapatkan kelompok telur lebih banyak. Kelompok telur yang telah diperoleh
dari lapang kemudian disimpan dalam wadah plastik dan dipelihara hingga telur
menetas menjadi larva. Sebelum diinfestasi, tanaman padi berumur 21 HSS, 1
MST, 2 MST, 3 MST, dan 4 MST disemprot dengan 5 g cendawan endofit/20 pot.

13
Infestasi Larva Penggerek Batang ke Tanaman
Infestasi larva dilakukan sebanyak lima kali pada tanaman padi umur 1
MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, dan 5 MST (Gambar 3). Hal ini bertujuan untuk
melihat interaksi cendawan endofit dengan umur tanaman. 10 ekor larva instar 1
diinfestasi ke 10 batang padi. Setiap batang padi berisi 1 ekor larva. Larva
dimasukkan ke dalam pelepah batang padi dengan menggunakan kuas dan diamati
hingga larva bergerak masuk ke dalam batang.

0 MST
S1

1 MST

2 MST

I1

P1

S2

I2

P2

S3

I3

P3

S4

I4

P4

S5

I5

Keterangan:
S = Semprot
I = Infestasi
P = Pengamatan

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

P5

Gambar 3 Diagram Alur Infestasi Larva

Pengaruh cendawan endofit terhadap penggerek batang padi dapat diamati
melalui ketahanan hidup larva. Pengamatan dilakukan setiap 7 hari setelah
infestasi. Batang padi dicabut dan dibersihkan dari akar dan daun. Pelepah batang
padi dibedah satu persatu. Pengamatan dilakukan terhadap persentase larva hidup
dengan mencatat jumlah larva hidup dan mengukur panjang tubuh lava.
Persentase larva hidup dihitung dengan menggunakan rumus:

Reisolasi Cendawan Endofit
Reisolasi cendawan endofit dari batang padi bertujuan untuk melihat
kemampuan kolonisasi cendawan endofit pada batang padi. Reisolasi dilakukan
dengan mengambil batang padi tidak terserang penggerek umur 21 HSS dan 6

14
MST. Batang padi dipisahkan dari pelepah, daun, dan akarnya kemudian dicuci
dengan akuades hingga bersih. Batang padi yang diambil antara ruas ke-3 dan ke4 batang bawah di bawah tangkai malai. Dua ruas batang padi tersebut dipotong
tiga bagian dengan panjang 3 cm. Reisolasi dilakukan di laminar air flow.
Potongan batang padi disterilisasi permukaan dengan akuades, alkohol
70% selama 1 menit, NaOCl 1% selama 1 menit, dibilas kembali dengan akuades
dua tahap, dan dikeringanginkan. Batang padi tersebut diisolasi pada media PDA
kemudian diinkubasi selama 1 minggu, kemudian cendawan endofityang tumbuh
diamati dan dihitung. Pemurnian dilakukan dengan memindahkan cendawan
endofit Nigrospora sp. dan Acremonium sp. yang tumbuh ke media PDA baru
yang terdiri dari satu isolat. Kolonisasi cendawan endofit dihitung dengan rumus:

Keterangan:
n : jumlah contoh yang terinfeksi cendawan endofit ke-i
N: jumlah contoh
Cendawan diidentifikasi dengan menggunakan compound microscope
perbesaran 400x. Identifikasi dilakukan dengan melihat struktur mikroskopik
cendawan endofit yaitu konidia atau spora, konidiofor, serta percabangan
konidiofornya. Identifikasi cendawan endofit dapat dilakukan dengan kunci
identifikasi Barnett & Hunter (1988).

Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Percobaan disusun dalam rancangan faktorial dengan 2 faktor. Faktor
pertama yaitu cendawan endofit dengan 4 taraf antara lain: Nigrospora sp.1,
Acremonium sp., kombinasi cendawan endofit Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.
dan kontrol (tanpa endofit). Faktor kedua yaitu umur tanaman saat infestasi larva
dengan 5 taraf antara lain: 1 MST, 2 MST, 3 MST, 4 MST, dan 5 MST. Masingmasing perlakuan memiliki 5 ulangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis sidik ragam menggunakan Statistical Analysis System (SAS) v9 dan
Minitab 14. Perlakuan yang berpengaruh diuji lanjut dengan uji Duncan pada taraf
α = 0.05.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Larva Penggerek Batang padi
Inokulasi cendawan endofit Nigrospora sp.1, Acremonium sp. dan kombinasi Nigrospora sp.1 + Acremonium sp. pada berbagai umur tanaman padi tidak
memberikan ketahanan hidup yang berbeda nyata terhadap larva instar 1
penggerek batang padi kuning (Scirpophaga incertulas). Ketahanan hidup antar
perlakuan cendawan endofit dan antar umur tanaman tidak berpengaruh nyata
dalam menekan kelangsungan hidup larva. Selain itu, tidak ada interaksi antara
cendawan endofit dan umur tanaman karena antar perlakuan memiliki standar
deviasi yang besar (Tabel 1).
Inokulasi cendawan endofit pada berbagai umur tanaman dapat
mempengaruhi ukuran tubuh larva instar 1 penggerek batang padi. Perlakuan
Acremonium sp. dan kombinasi Nigrospora sp.1 + Acremonium sp. efektif dalam
menekan panjang tubuh larva di tanaman muda sebesar 3.11 mm dan 3.04 mm
dibandingkan kontrol sebesar 3.40 mm pada 2 MST dan 4.77 mm dan 5.65 mm
dibandingkan kontrol sebesar 6.46 mm pada 3 MST (Tabel 2). Antar perlakuan
endofit berpengaruh nyata dalam menekan panjang tubuh larva pada tanaman
muda. Selain itu, adanya interaksi antara cendawan endofit dan umur tanaman
juga menekan panjang tubuh larva pada tanaman muda.
Pengaruh cendawan endofit terhadap panjang tubuh larva tidak
berpengaruh nyata pada tanaman tua. Hal ini diduga oleh banyaknya jumlah
anakan dengan batang yang kokoh dan kondisi tanaman yang sudah memasuki
fase pengisian bulir menyebabkan larva memiliki cadangan makanan yang banyak
untuk menggerek bulir sehingga ukuran tubuhnya tetap stabil.

17

Tabel 1 Pengaruh cendawan endofit terhadap kelangsungan hidup larva penggerek batang padi
Larva hidupa (%) pada MSTb

Perlakuan

2

3

4

5

6

Kontrol

40.00 ± 18.71 a

52.00 ± 13.04 a

30.00 ± 14.14 a

42.00 ± 24.89 a

30.00 ± 14.14 a

Nigrospora sp.1

36.00 ± 20.74 a

50.00 ± 15.81 a

48.00 ± 22.80 a

50.00 ± 15.81 a

32.00 ± 20.49 a

Acremonium sp.

48.00 ± 19.23 a

48.00 ± 19.23 a

52.00 ± 16.43 a

36.00 ± 11.40 a

26.00 ± 15.17 a

Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.

36.00 ± 16.73 a

38.00 ± 23.87 a

42.00 ± 8.34 a

28.00 ± 20.49 a

32.00 ± 22.80 a

Tabel 2 Pengaruh cendawan endofit terhadap panjang tubuh larva hidup penggerek batang padi
Perlakuan

Ukuran tubuh larva hidup (mm)a pada MSTb
2

3

4

5

6

Kontrol

3.40 ± 0.31a

6.46 ± 0.27 a

3.56 ± 0.51 b

5.85 ± 0.98 ab

3.90 ± 0.67 a

Nigrospora sp.

3.06 ± 0.11 b

5.94 ± 1.02 ab

5.27 ± 0.42 a

6.72 ± 0.82 a

4.82 ± 1.43 a

Acremonium sp.

3.11 ± 0.15 b

4.77 ± 0.55 c

4.96 ± 1.16 a

6.04 ±0.73 ab

5.53 ± 2.13 a

Nigrospora sp.+Acremonium sp.

3.04 ± 0.09 b

5.65 ± 0.25 b

5.00 ± 0.79 a

5.26 ± 1.37 b

5.46 ± 0.51 a

a
b

Angka dalam lajur yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%.
MST = minggu setelah tanam.

16

17
Cendawan endofit memberikan induksi resistensi padi terhadap larva
penggerek batang. Resistensi tanaman merupakan sifat-sifat tanaman yang dapat
diturunkan dan dapat mempengaruhi tingkat kerusakan oleh serangga (Painter
1951). Mekanisme resistensi yang terjadi pada tanaman yang diinokulasi
cendawan endofit yaitu toleransi dan antibiosis.
Tanaman padi yang diinokulasi cendawan endofit memiliki mekanisme
resistensi berupa toleransi. Toleransi merupakan respon tanaman terhadap
serangan serangga hama yang disebabkan oleh kekuatan tanaman secara umum,
pertumbuhan kembali jaringan tanaman yang rusak, ketegaran batang, ketahanan
terhadap rebah, produksi cabang tambahan, pemanfaatan lebih efisien oleh
serangga dan kompensasi lateral oleh tanaman sebelahnya (Painter 1951).
Inokulasi cendawan endofit pada tanaman padi dapat meningkatkan jumlah
anakan secara nyata. Perlakuan Acremonium sp. dapat meningkatkan jumlah
anakan sebesar 21 batang pada semua waktu pengamatan (Tabel 3). Peningkatan
jumlah anakan dapat memberikan ketahanan tanaman terhadap serangan
penggerek

batang.

Tanaman

dapat

mentoleransi

infestasi

larva

tanpa

menyebabkan kehilangan hasil yaitu dengan adanya kompensasi jumlah anakan.
Larva dapat menggerek batang namun tanaman melakukan penyembuhan
(recovery) dari kerusakan akibat larva dengan memproduksi anakan lain.
Menurut Rubia et al. (1990 & 1996), tanaman padi memiliki kemampuan
untuk mengkompensasi serangan penggerek batang padi pada stadia vegetatif.
Kompensasi merupakan proses dimana tanaman memberikan respon positif
terhadap pengaruh kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga dan mengurangi
pengaruh negatif oleh kerusakan serangga di lapang. Kompensasi dapat dilakukan
melalui produksi anakan baru.

1

Tabel 3 Pengaruh cendawan endofit terhadap jumlah anakan padi
Perlakuan

Jumlah anakana pada MSTb
2

3

4

5

Kontrol

10.00 ± 0.00 c

10.00 ± 0.00 c

15.33 ± 2.08 b

14.67 ± 2.08 b

Nigrospora sp.1

10.00 ± 0.00 c

10.00 ± 0.00 c

14.00 ± 1.00 b

15.00 ± 1.00 b

Acremonium sp.

20.33 ± 0.58 a

19.33 ± 1.15 a

21.67 ± 3.51 a

21.67 ± 2.52 a

Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.

16.67 ± 3.79 b

17.00 ± 0.00 b

16.33 ± 1.53 b

15.67 ± 0.57 b

a
b

Angka dalam lajur yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%.
MST = minggu setelah tanam.

18

19
Mekanisme resistensi tanaman yang terjadi pada tanaman muda yaitu
antibiosis. Antibiosis merupakan semua pengaruh fisiologis pada serangga yang
disebabkan oleh aktivitas serangga yang memakan dan mencerna jaringan atau
cairan tanaman tertentu yang merugikan dan bersifat sementara atau tetap. Ukuran
tubuh larva penggerek pada tanaman yang diinokulasi cendawan endofit menjadi
lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh aktifitas larva memakan tanaman yang diduga
mengandung toksin yang dihasilkan cendawan endofit.
Menurut Carroll & Clay (1988), cendawan endofit dapat menginfeksi
tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin,
enzim serta antibiotika. Beberapa cendawan endofit mampu menghasilkan
senyawa ergot alkaloid dan neurotoksin dimana senyawa tersebut mampu
membunuh nimfa Aphis gossypii sejak dalam abdomen imago (Azevedo 2004).
Selain itu, hasil penelitian Hermawati et al. (2011) melaporkan bahwa varietas
Hot Pepper pada cabai yang diinokulasi cendawan endofit Nigrospora sp. dan
SH2 dapat menekan panjang tubuh kutu daun Aphis gossypii. Pemeliharaan
wereng batang cokelat Nilaparvata lugens pada varietas Mudgo dapat
menyebabkan mortalitas tinggi, pertumbuhan tubuh lambat, ukuran tubuh kecil
dan fekunditas rendah (Pathak dan Khan 1994). Penanaman varietas resisten
secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya adaptasi morfologi dan
fisiologi serangga.

Pengaruh Cendawan Endofit terhadap Pertumbuhan Padi
Inokulasi cendawan endofit pada tanaman padi dapat meningkatkan
jumlah anakan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan
penggerek batang. Selain itu, inokulasi cendawan endofit pada benih padi juga
dapat meningkatkan daya perkecambahan, panjang akar dan tinggi bibit, serta
tinggi tanaman pada tanaman muda.
Persentase perkecambahan benih padi selama 24 jam yang diinokulasi
cendawan endofit Nigrospora sp.1, Acremonium sp. dan kombinasi Nigrospora
sp.1 + Acremonium sp. menunjukkan persentase perkecambahan lebih tinggi yaitu
sebesar 98.67%, 98.67%, dan 100% dibandingkan kontrol sebesar 94.67%
(Gambar 6), namun pertumbuhan panjang akar dan panjang tunas kecambah

20
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
perendaman benih padi dengan cendawan endofit tidak bersifat toksik terhadap
benih atau menghambat pertumbuhan benih padi. Perlakuan kombinasi cendawan
Nigrospora sp.1 + Acremonium sp. dapat meningkatkan perkecambahan hingga
100% (Gambar 5). Hasil penelitian Budiprakoso (2010) dan Nur’asiah (2011)
menyatakan bahwa Nigrospora sp. dapat meningkatkan perkecambahan benih
padi.

Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.
Acremonium sp.
Nigrospora sp.1
Kontrol

Gambar 4 Perkecambahan Benih Padi yang Diinokulasi Cendawan Endofit

Tabel 4 Pengaruh cendawan endofit terhadap panjang akar dan tunas benih padi
Panjang akar

Panjang tunas

(cm)a ± SD

(cm)a ± SD

Kontrol

1.06 ± 0.05 a

0.46 ± 0.06 a

Nigrospora sp.1

0.94 ± 0.11 a

0.44 ± 0.02 a

Acremonium sp.

1.09 ± 0.26 a

0.53 ± 0.04 a

Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.

1.12 ± 0.23 a

0.53 ± 0.06 a

Perlakuan

a

Angka dalam lajur yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%.
b
MST = minggu setelah tanam.

21
a

b

c

d

Gambar 5 Uji Perkecambahan Benih 48 Jam. a) kontrol, b) Nigrospora sp.1, c)
Acremonium sp., d) Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.
Pada rumput, cendawan endofit kadang-kadang memberi keuntungan
seperti menghasilkan alkaloid dan meningkatkan pertumbuhan vegetatif (Siegel
dan Schardl 1992). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan cendawan
kombinasi Nigrospora sp.1 + Acremonium sp. dapat meningkatkan panjang akar 7
dan 21 hari setelah semai (HSS) sebesar 7.96 cm dan 10.49 cm dibandingkan
kontrol sebesar 6.30 cm dan 7.04 cm, sedangkan perlakuan cendawan
Acremonium sp. dapat meningkatkan tinggi bibit sebesar 20.31 cm dan 32.95 cm
dibandingkan kontrol sebesar 12.60 cm dan 22.97 cm (Tabel 5 dan Gambar 6)

a

b

Gambar 6 Pengukuran Tinggi dan Panjang Akar Bibit. a) 7 HSS, b) 21 HSS

Semua perlakuan cendawan endofit dapat meningkatkan tinggi tanaman
pada awal pertumbuhan tanaman muda. Perlakuan Nigrospora sp.1, Acremonium

22
sp. dan kombinasi Nigrospora sp.1 + Acremonium sp. dapat meningkatkan tinggi
tanaman sebesar 36.29 cm, 56.98 cm, dan 72.17 cm dibandingkan kontrol sebesar
24.64 cm, 26.72 cm, dan 31.52 cm pada 1 hingga 3 MST (Tabel 6).

1

Tabel 5 Pengaruh cendawan endofit terhadap pertumbuhan bibit tanaman padi
Panjang akar (cm)a pada HSSb

Perlakuan

Tinggi bibit (cm)a pada HSSb

7

21

7

21

Kontrol

6.30 ± 2.39 b

7.04 ± 0.76 b

12.60 ± 4.65 b

22.97 ± 4.22 b

Nigrospora sp.1

5.99 ± 0.69 a

6.75 ± 0.73 b

16.72 ± 0.52 ab

30.78 ± 1.67 a

Acremonium sp.

6.51 ± 0.67 a

9.35 ± 2.00 ab

20.31 ± 0.89 a

32.95 ± 2.80 a

Nigrospora sp.1 + Acremonium sp.

7.96 ± 1.59 a

10.49 ± 1.51 a

18.33 ± 1.62 a

29.48 ± 1.29 a

a
b

Angka dalam lajur yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%.
HSS = hari setelah semai.

Tabel 6 Pengaruh cendawan endofit terhadap tinggi tanaman padi
Perlakuan

Tinggi tanamana pada MSTb
1

2

3

4

5

Kontrol

24.64 b

26.72 c

31.52 c

77.28 a

79.68 a

Nigrospora sp.1

33.85 a

53.89 b

63.23 b

77.37 a

79.98 a

Acremonium sp.

34.15 a

53.35 b

66.73 ab

78.92 a

80.33 a

Nigrospora sp.1+ Acremonium sp.

36.29 a

56.98 a

72.17 a

82.48 a

83.00 a

a
b

Angka dalam lajur yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan pada taraf nyata 5%.
MST = minggu setelah tanam.

23

24
Perlakuan cendawan endofit pada tanaman muda lebih efektif dalam
mempengaruhi pertumbuhan bibit padi, menekan panjang tubuh larva dan tinggi
tanaman pada tanaman muda karena persentase kolonisasi cendawan endofit hasil
reisolasi batang padi umur 21 HSS lebih besar dibandingkan 6 MST (Tabel 7).
Hal ini menunjukkan bahwa persentase kolonisasi cendawan endofit dipengaruhi
oleh umur tanaman. Menurut Budiprakoso (2010), variasi k