Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di Pabrik Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
ANALISIS BIAYA PRODUKSI GONDORUKEM DAN
TERPENTIN DI PABRIK GONDORUKEM DAN TERPENTIN
GARAHAN, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
ANI HALLA ALFIN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya
Produksi Gondorukem dan Terpentin di Pabrik Gondorukem dan Terpentin
Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Ani Halla Alfin
NIM E24090012
ABSTRAK
ANI HALLA ALFIN. Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di
Pabrik Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Dibimbing oleh EG TOGU MANURUNG.
Gondorukem dan Terpentin adalah jenis hasil hutan bukan kayu yang
berasal dari pengolahan getah pinus yang memiliki prospek yang cerah. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis biaya produksi, harga pokok, titik
impas dan ROI (Return On Investment) di PGT Garahan pada periode tahun 2011
dan 2012. Hasil analisis menunjukkan besarnya biaya produksi pada tahun 2011
sebesar Rp62 981 881 476 dan tahun 2012 sebesar Rp65 954 797 131. Penentuan
harga pokok gondorukem dan terpentin dipengaruhi oleh biaya produksi. Harga
pokok pada tahun 2011 dan 2012 secara berurut sebesar Rp7147 per kg dan
Rp7219 per kg. Hasil dari analisis titik impas menunjukkan bahwa perusahaan
mampu memproduksi gondorukem dan terpentin di atas titik impas. Nilai ROI
pada tahun 2011 dan 2012 secara berurut sebesar 44.03% dan 41.86%, nilai ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan
lebih besar dari pada investasi dalam bentuk deposito berjangka.
Kata kunci: Analisis biaya, gondorukem, ROI, terpentin, titik impas
ABSTRACT
ANI HALLA ALFIN. Gum Rosin and Turpentine Oil Cost Analysis at Pabrik
Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Supervised by EG TOGU MANURUNG.
Gum rosin and turpentine oil are the non-wood forest products derived
from pine gum processing which have a good prospect. The objective of this
research is to analyze the production costs, main price, break even point and
return on investment of gum rosin and turpentine oil at PGT Garahan for period
2011 and 2012. The result of this research showed that the production cost for
period 2011 and 2012 was respectively IDR62 981 881 476 and IDR65 954 797
131. The main price of gum rosin and turpentine oil was influenced by the
production cost. The main price for period 2011 and 2012 was IDR7147 per kg
and IDR7219 per kg respectively. The result of BEP analysis showed that the
company could produce gum rosin and turpentine oil was above BEP. The values
of ROI for period 2011 and 2012 were respectively 44.03% and 41.86%
indicating that the company had ability to get higher profit than deposit
investment.
Keywords: Break Even Point, cost analysis, gum rosin, ROI, turpentine oil
vi
ANALISIS BIAYA PRODUKSI GONDORUKEM DAN
TERPENTIN DI PABRIK GONDORUKEM DAN TERPENTIN
GARAHAN, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
ANI HALLA ALFIN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
Judul Skripsi
Nama
NIM
Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di
Pabrik Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur
Ani Halla Alfin
£24090012
Disetujui oleh
Dr Ir EG Togu Manurung, MS
Pembimbing T
Tanggal Lulus:
1 B DEC 2013
vi
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di
Pabrik Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur
: Ani Halla Alfin
: E24090012
Disetujui oleh
Dr Ir EG Togu Manurung, MS
Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala curahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Juli-Agustus 2013 adalah ekonomi industri kehutanan, dengan judul
Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di Pabrik Gondorukem dan
Terpentin Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir EG Togu Manurung, MS
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ungkapkan
kepada aba (R. Abdul Gani), Almarhumah ummi (Asmuniyah binti Tahwi),
kakak-kakak (Khusnul Hotimah, Khalifah, Abdur Rahim) dan seluruh keluarga
atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Dani Setyo Nugroho, ST selaku Kepala Pabrik, bapak Slamet Asrofi,
bapak Juwari dan seluruh karyawan PGT Garahan, KBM Industri Non Kayu,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang telah membantu selama pengumpulan
data.
Terima kasih kepada KC, Desrin, Cika, Tia, Yuni, Boer, Cuya dan seluruh
teman THH angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Mbak Anis IPN 2012, Syauqi Ahmada MNH 45,
Kak Dina THH 44, Ajeng FKH 46, Mita BDP 46, Fahmi BDP 46, De’em SVK
47, teman-teman kos bunda dan teman-teman IPB yang selalu memberi dukungan,
serta Luqmanul Alim TIN 46 yang selalu menginspirasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Ani Halla Alfin
vi
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
2
Prosedur Analisis Data
2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
10
Analisis Biaya Produksi
10
Analisis Harga Pokok
11
Analisis Titik Impas
12
Analisis Profitabilitas
12
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
34
vi
DAFTAR TABEL
1 Komponen biaya
2 Sumber bahan baku PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
3 Produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan tahun 2011 dan
2012
4 Rekapitulasi biaya tetap dan biaya variabel PGT Garahan tahun 2011
dan 2012
5 Rekapitulasi biaya produksi per komoditi PGT Garahan tahun 2011
dan 2012
6 Laporan laba rugi PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
3
7
8
10
13
14
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur organisasi PGT Garahan
2 Alur proses produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan
7
8
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Persyaratan mutu getah
Persyaratan umum gondorukem
Persyaratan khusus gondorukem
Persyaratan umum terpentin
Persyaratan khusus terpentin
Gambar proses produksi PGT Gararahan
Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2012
Gaji karyawan PGT Garhan tahun 2011 dan 2012
Biaya tetap PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Biaya variabel PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Perhitungan harga pokok PGT Garhan tahun 2011 dan 2012
Perhitungan titik impas (Break Even Point) PGT Garahan tahun 2011
dan 2012
14 Perhitungan ROI (Return On Investment) tahun 2011 dan 2012
17
17
17
18
18
19
21
25
29
30
31
32
32
33
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, oleh karena
itu hutan dipandang sebagai modal bagi pertumbuhan ekonomi dan penopang
kehidupan. Sektor kehutanan menghasilkan produk berupa kayu, bukan kayu
(bambu, rotan, gondorukem, terpentin, madu, dan lain-lain) dan jasa lingkungan.
Namun dewasa ini sektor kehutanan mengalami penurunan produk hutan kayu
akibat eksploitasi berkepanjangan. Luas area dan jumlah unit pengusahaan hutan
menurun pada tahun 2003 sebesar 52.1% dibanding tahun 1989. Namun
penurunan kontribusi industri kehutanan produk kayu diimbangi dengan
peningkatan hasil hutan bukan kayu (Kementerian Kehutanan 2005).
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.35/Menhut-II/2007 adalah hasil hutan baik nabati maupun hewani
beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. HHBK
memiliki kelebihan dari segi pemanfaatannya dibandingkan hasil hutan kayu.
Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan besar terhadap ekosistem
hutan karena sebagian besar pemanenannya tidak dilakukan dengan menebang
pohon. HHBK sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Gondorukem dan terpentin adalah jenis HHBK yang berasal dari
pengolahan getah pinus yang memiliki prospek yang cerah. Indonesia berada pada
urutan kedua setelah Cina dalam memenuhi kebutuhan gondorukem di pasar
internasional. Tahun 2005, Indonesia memenuhi 6.99% kebutuhan konsumsi
gondorukem dunia yaitu sebanyak 31 953 859 kg. Gondorukem dan terpentin
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain yaitu
lebih tahan panas, lebih lengket, dan beraroma lebih wangi (Arimbi 2008) .
Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan adalah suatu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah tanggung jawab Perum
Perhutani di mana perusahaan ini bergerak dalam bidang pengolahan getah pinus
menjadi gondorukem dan terpentin. Pada suatu perusahaan khususnya PGT
Garahan menginginkan kembalinya modal usaha, keuntungan usaha, serta
pengendalian dan penghematan atas biaya-biaya yang dikeluarkan. Pengambilan
suatu keputusan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan
keuntungan. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan dengan melakukan
analisis biaya produksi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi, harga pokok,
titik impas (Break Even Point) dan profitabilitas (Return on Investment)
gondorukem dan terpentin di PGT Garahan.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
perusahaan berupa data pembanding dalam mengambil keputusan, menjadi
sumber informasi untuk mahasiswa dan masyarakat mengenai proses pengolahan
getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin, serta menjadi sumber informasi
dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PGT Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur yang berlokasi di Jalan Banyuwangi km 30, Desa Garahan, Kecamatan
Sempolan, Kabupaten Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan JuliAgustus 2013.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di
lapangan dan data sekunder diperoleh dari literatur dan arsip yang tersedia di
perusahaan.
Prosedur Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis biaya
produksi, analisis harga pokok, analisis titik impas, dan analisis ROI (Return on
Investment) perusahaan pada periode tahun 2011 dan 2012.
Analisis Biaya Produksi
Biaya didefinisikan sebagai sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai
tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus
dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Biaya terdiri atas biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak akan berubah secara
total selama periode waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan volume produksi.
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah seiring dengan perubahan
volume produksi (Horngren et al. 2008). Analisis biaya produksi dilakukan untuk
mengetahui struktur biaya perusahaan dalam kegiatan produksi.
3
Biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya
variabel menggunakan persamaan berikut (Prawirosentono 2007):
Keterangan:
TC
= biaya total (Rp/tahun)
TFC = biaya tetap (Rp/tahun)
TVC = biaya variabel (Rp/tahun)
Komponen biaya tetap dan biaya variabel yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Komponen biaya
Jenis biaya
Komponen
A. Biaya tetap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Biaya penyusutan atas modal tetap
Biaya bunga atas modal tetap
Biaya gaji
Biaya pajak
Biaya pemeliharaan inventaris
Biaya umum
B. Biaya variabel
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya upah langsung
Biaya upah tidak langsung
Biaya pemasaran
Biaya listrik
1.
Biaya penyusutan atas modal tetap
Perhitungan biaya penyusutan mesin dan peralatan dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Keterangan:
Du
= penyusutan modal (Rp/tahun)
Mu
= nilai modal yang ditanam untuk bangunan dan mesin (Rp)
Nu
= masa pakai ekonomis (tahun)
u
= 1,2,....n; jenis bangunan dan mesin
4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Biaya bunga atas modal tetap
Besarnya bunga modal dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
Bu
= biaya bunga modal (Rp/tahun)
Mu
= nilai modal yang ditanam untuk bangunan dan mesin (Rp)
Nu
= masa pakai ekonomis (tahun)
i%
= suku bunga dasar kredit /SBDK(% / tahun)
u
= 1,2,....n; jenis bangunan dan mesin
Biaya gaji ditentukan perusahaan dan dihitung dengan menjumlahkan besar
gaji per bulan setiap karyawan selama satu tahun.
Pajak dikutip dari peraturan yang berlaku.
Biaya pemeliharaan inventaris diperoleh dengan menjumlahkan biaya
pemeliharaan dari setiap gedung dan mesin selama satu tahun.
Biaya bahan baku
Besarnya biaya bahan baku dan bahan penolong dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
Bkb
= biaya bahan baku (Rp/tahun)
L
= bahan baku untuk memproduksi produk (kg/tahun)
H
= harga bahan baku (Rp/kg)
Biaya bahan penolong
Besarnya biaya bahan penolong dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
Keterangan:
Bbp
= biaya bahan penolong (Rp/tahun)
Aj
= kebutuhan bahan penolong (unit/tahun)
Hj
= harga bahan penolong (Rp/unit)
J
= 1,2,......n, jenis bahan penolong
Upah langsung dihitung dengan menjumlahkan biaya upah langsir, upah
timbang dan upah langsung lainnya selama satu tahun.
Upah tidak langsung dihitung dengan menjumlahkan biaya insentif dan
upah lembur selama satu tahun.
Biaya pemasaran dihitung dengan menjumlahkan biaya pemasaran selama
satu tahun.
Biaya listrik dihitung dengan menjumlahkan biaya pembayaran listrik
selama satu tahun.
Biaya umum dihitung dengan menjumlahkan biaya umum seperti biaya
makan, jamuan tamu, dan biaya lainnya selama satu tahun.
5
Analisis Harga Pokok
Harga pokok menurut Slot dan Minnar (1996) adalah nilai uang yang
dikorbankan di dalam proses produksi atau jumlah dari biaya yang tidak dapat
dihindarkan persatuan produk. Harga pokok memberikan patokan berapa harga
jual minimum agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Kuswandi (2005)
menyatakan bahwa harga pokok dapat digunakan untuk menentukan tingkat
keuntungan yang ingin dicapai perusahaan. Nilai harga pokok dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
HP
= harga pokok (Rp/kg)
P%
= persen keuntungan yang ingin diperoleh (% /tahun)
T
= total biaya yang digunakan untuk produksi (Rp/tahun)
Q
= produksi dalam setahun (kg/tahun)
Analisis Titik Impas
Titik impas (Break Even Point) menurut Horngren et al. (2008) adalah
jumlah penjualan produk yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya
total, dalam kata lain jumlah penjualan yang menghasilkan laba nol rupiah. Heizer
dan Render (2009) menyatakan bahwa analisis titik impas dilakukan untuk
menentukan kapasitas perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Tujuan dari
penentuan titik impas adalah untuk menemukan titik di mana biaya sama dengan
pendapatan. Nilai titik impas diperoleh dengan menghitung persamaan berikut:
Keterangan:
BEP = titik impas dalam unit (kg/tahun)
F
= biaya tetap (Rp/tahun)
P
= harga jual per unit (Rp/kg)
V
= biaya variabel per unit (Rp/kg)
Analisis Profitabilitas
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dapat diperoleh
dengan menghitung ROI (Return on Investment). ROI diperoleh dengan
membandingkan laba operasi dengan jumlah dana yang ditanam atau investasi
perusahaan. Rasio ini menunjukkan efektifitas penggunaan dana dilihat dari
perputarannya dalam satu periode, semakin besar rasio perputarannya semakin
efektif penggunaannya sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba akan meningkat (Kuswandi 2005).
6
Nilai ROI dihitung menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
ROI = kemampuan perusahaan memperoleh laba (%/tahun)
Ni
= laba bersih operasi (Rp/tahun)
Av
= total aktiva atau modal perusahaan (Rp/tahun)
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Singkat Perusahaan
Perum Perhutani bekerja sama dengan Fakultas Kimia Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk merancang pembangun pabrik pada
tahun 1980. Pembangunan pabrik selesai pada tahun 1982 yang berlokasi di Jalan
Banyuwangi km 30, Kabupaten Jember. PGT Garahan diresmikan oleh Direktur
Utama Perum Perhutani Ir Hartono Wirjodarmodjo, MA pada tanggal 19 Juni
1982 dengan luas bangunan 3.5 ha dan luas seluruhnya 5 ha.
PGT Garahan didirikan berdasarkan izin Bupati Kabupaten Jember No.
EK/I/C/1980. Pabrik yang merupakan BUMN berada di bawah tanggung jawab
KPH Jember, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Tahun 2006, Perum Perhutani
melakukan restrukturisasi di mana kelola sumber daya hutan dipisah dengan
kelola bisnis, sehingga PGT Garahan masuk ke rumpun bisnis. Tanggal 11 Januari
2006, PGT Garahan berada di bawah tanggung jawab Kesatuan Bisnis Mandiri
(KBM) Industri Non Kayu, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur sesuai dengan
Surat Unit II Jawa Timur No. 11/005.1/Sarpra/II.
PGT Garahan memiliki kapasitas terpasang maksimal sebesar 18 000 ton
getah per tahun. Sasaran kualitas produk yang dihasilkan PGT Garahan adalah
gondorukem X, gondorukem WW dan terpentin dengan mutu A. Pabrik ini
memperoleh sertifikat REACH dan ISO 9001:2008 pada tahun 2010, selain itu
memiliki kebijakan mutu sebagai berikut:
1. Berdasarkan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari melalui kelola sosial,
kelola produksi dan kelola lingkungan secara seimbang menjamin
pengelolaan sumber daya hutan.
2. Menjamin kualitas produk barang dan jasa demi kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan kinerja manajemen menuju, manajemen berkualitas dan
profesional secara berkesinambungan.
4. Menerapkan sistem manajemen Perhutani secara konsisten berdasarkan
komitmen seluruh jajaran organisasi.
Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PGT Garahan berjumlah 58 orang yang terdiri dari 48
karyawan dan 10 orang tenaga kerja borong. PGT Garahan dipimpin oleh manajer
dan dibantu oleh kepala pabrik (asisten manajer) yang dibantu oleh 5 kepala
urusan yaitu kepala urusan produksi dan teknik, kepala urusan persediaan, kepala
7
urusan tata usaha dan dua orang kepala urusan pengujian. Setiap kepala urusan
akan dibantu oleh beberapa staf dalam pelaksanaan operasional pabrik. PGT
Garahan beroperasi selama 24 jam. Pembagian kerja di PGT Garahan setiap
harinya terdiri dari 3 shift yang masing-masing shift memiliki regu kerja. Regu
yang bekerja di shift 1 bekerja pada pukul 07.00-15.00, shift 2 bekerja pada pukul
15.00-23.00 dan shift 3 bekerja pada pukul 23.00-07.00. Struktur organisasi PGT
Garahan disajikan pada Gambar 1.
Manajer
Asisten manajer
Kepala urusan
tata usaha
Kepala urusan
produksi
Kepala urusan
persediaan
Kepala urusan
penguji
Staf tata usaha
Operator proses
Staf persediaan
Staf penguji
Keamanan
Gambar 1 Struktur organisasi PGT Garahan
Sumber: PGT Garahan
Bahan Baku dan Produksi PGT Garahan
Bahan baku PGT Garahan berasal dari 6 KPH di wilayah Perum Perhutani
Unit II Jawa Timur yang meliputi KPH Jember, KPH Probolinggo, KPH
Bondowoso, KPH Banyuwangi Barat, KPH Banyuwangi Utara, KPH
Banyuwangi Selatan, dan ditambah getah dari Bali. Tabel 2 menunjukkan
penerimaan getah dan Tabel 3 menunjukkan produksi PGT Garahan pada tahun
2011 dan 2012.
Tabel 2 Sumber bahan baku PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
KPH
Probolinggo
Jember
Bondowoso
Banyuwangi Barat
Banyuwangi Utara
Banyuwangi Selatan
Bali (bukan KPH)
Jumlah
Sumber: PGT Garahan
No
1
2
3
4
5
6
7
Satuan
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
Tahun 2011
525 552
4 069 057
1 341 744
4 623 862
549 819
1 104 394
1713
12 216 141
Tahun 2012
830 354
3 697 294
1 468 417
4 989 365
489 536
1 041 096
26 137
12 542 199
8
Tabel 3 Produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
No
1
2
Uraian
Getah dimasak
Gondorukem X
Gondorukem WW
Jumlah
Rendemen
3
Terpentin A
Jumlah
Rendemen
Sumber: PGT Garahan
Satuan
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
%/tahun
kg/tahun
kg/tahun
%/tahun
Tahun 2011
12 216 141
4 257 600
4 496 400
8 754 000
71.66
1 820 456
1 820 456
14.90
Tahun 2012
12 542 199
4 316 400
4 719 360
9 035 760
72.04
1 928 245
1 928 245
15.37
Proses Produksi
Proses produksi gondorukem dan terpentin di PGT Garahan terdiri dari
beberapa tahap mulai dari penampungan getah hingga pengemasan produk.
Gambar 2 menunjukkan proses produksi pada PGT Garahan.
1. Penampungan Getah
2. Pengenceran dan
Penyaringan Kotoran Kasar
4. Penampungan Getah
Bersih
3. Pencucian dan
Penyaringan Kotoran
5. Proses Pemasakan
6. Pengemasan
Gambar 2 Alur proses produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan
Sumber: PGT Garahan
1. Penampungan getah
Getah ditampung dan dipisahkan berdasarkan warna getah. Warna getah
berdasarkan syarat dan mutu getah SNI 7837: 2012.
2. Pengenceran dan penyaringan kotoran kasar
Proses pengenceran getah dilakukan di tangki melter dengan mencampurkan
2500 kg getah dengan terpentin sebanyak 1000 liter dengan suhu pemanasan
80-90 °C. Getah diendapkan selama 5-10 menit, kemudian getah disaring dan
dialirkan ke tangki mixer.
3. Pencucian dan penyaringan kotoran halus
Proses pencucian dan penyaringan getah di PGT Garahan melalui 3 tahap yaitu
pencucian awal di tangki mixer, pencucian ulang di tangki scrubbing, dan
pencucian akhir di tangki washer. Pencucian awal di tangki mixer dilakukan
dengan menambahkan 250 liter air dan asam oksalat sebanyak 1-2 kg/ton
getah. Larutan getah kemudian diendapkan 5-10 menit dan dialirkan ke tangki
9
scrubbing melalui FILTER GAF 100 Mcr. Larutan getah dicuci dengan air
sebanyak 250 liter dan diendapkan selama 5-10 menit pada tangki scrubbing.
Larutan getah kemudian dialirkan ke tangki washer untuk dilakukan pencucian
akhir dengan menambahkan air sebanyak 250 liter dan getah diendapkan
selama 5-10 menit. Larutan getah yang telah diendapkan dialirkan ke stok tank
melalui FILTER GAF 10 Mcr.
4. Penampungan getah bersih
Getah bersih hasil penyaringan FILTER GAF 10 Mcr ditampung pada Stock
Tank berdaya tampung 10.000 kg. Kebersihan getah sangat berpengaruh
terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Getah bersih kemudian dialirkan ke
tangki pemasak melalui FILTER GAF 1 Mcr. Fungsi dari penyaringan ini
adalah untuk membersihkan kotoran yang mungkin masih tersisa pada larutan
getah.
5. Proses pemasakan
Larutan getah dimasak hingga suhu 170°C dengan pemanasan menggunakan
open steam 1.5 kg/cm2 dan close steam 7-9 kg/cm2 selama kurang lebih 2 jam.
Terjadi pemisahan cairan gondorukem dan terpentin dengan sistem destilasi.
Sebagian terpentin yang dihasilkan akan digunakan untuk proses pengenceran
yang dialirkan ke tangki melter, sisanya akan dipompa ke tangki pendingin.
Kemudian terpentin dipompa ke tangki sparator yang berfungsi untuk
memisahkan air dan terpentin. Terpentin dipompa ke tangki terpentin
sementara dan air dialirkan ke tangki condensate. Terpentin kemudian dipompa
ke tangki dehiderator yang berfungsi memisahkan terpentin dan air yang masih
tersisa. Terpentin kemudian dialirkan ke tangki penggaraman dan ditambahkan
garam industri yang berfungsi mengikat air yang masih ada pada terpentin.
Setelah benar-benar terpisah dari air, terpentin dipompa ke tangki terpentin
export yang berfungsi menampung terpentin siap jual. Gondorukem yang
dihasilkan, dialirkan dengan sistem grafitasi ke tangki penuang. Produk yang
dihasilkan diuji sebelum dikemas, pengujian gondorukem sesuai SNI 7636 :
2010 dan terpentin sesuai SNI 7633 : 2011.
6. Pengemasan
Proses pengemasan pada gondorukem disebut proses canning di mana
gondorukem dituang ke dalam drum kerucut hingga mencapai berat 240 kg.
Gondorukem didiamkan 48 jam dan siap dipasarkan. Sedangkan untuk
terpentin disimpan ditangki eksport (kapasitas 100 KL dan 60 KL) dan dijual
sesuai permintaan. Gondorukem merupakan suatu padatan hasil dari
penyulingan getah pohon pinus. Gondorukem digunakan dalam industri
perekat, industri batik, kertas, sabun dan lilin. Terpentin adalah minyak atsiri
yang diperoleh dengan cara penyulingan uap getah pohon pinus pada suhu
170 °C. Terpentin menjadi bahan baku dalam industri parfum, kosmetik,
farmasi, dan sebagai bahan pelarut organik.
Lingkungan Pabrik
Proses produksi yang dilakukan PGT Garahan menghasilkan limbah yang
terdiri atas limbah padat, limbah cair, limbah gas, dan kebisingan. Limbah padat
terdiri dari serasah, kulit, dan potongan kayu pinus. Penanganan limbah ini adalah
dengan pengeringan dan dijual ke pengrajin. Limbah cair yang dihasilkan
10
mengandung getah dan cairan kimia yang berasal dari kegiatan produksi.
Penanganan limbah cair dilakukan dengan penetralan cairan menggunakan kapur
tohor dan aluminium sulfat dan kemudian dialirkan ke sungai. Pengolahan limbah
cair sesuai dengan Keputusan Gubernur Jatim No. 45 Tahun 2002 Tentang Bahan
Baku Mutu Limbah Cair Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya.
Limbah gas berasal dari mesin produksi, kendaraan pengangkut bahan baku
dan kendaraan karyawan. Penanganan limbah gas dilakukan dengan penggunaan
masker dan pemasangan ventilasi pada ruangan proses. Penanganan limbah gas
sesuai dengan Peraturan Gubernur Jatim No. 10 Tahun 2009 Tentang Bahan Baku
Mutu Udara dan Emisi Tidak Bergerak. Penanganan masalah kebisingan di PGT
Garahan dilakukan dengan cara pemasangan peralatan anti bising di ruangan
proses dan penggunaan pelindung telinga pada karyawan yang bekerja di ruang
proses. Penanganan kebisingan sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 11 Tahun 1996 Tentang Bahan Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Biaya Produksi
Biaya produksi pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin
di PGT Garahan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya produksi
dihitung pada periode tahun 2011 dan 2012 terhadap produk gondorukem X,
gondorukem WW dan terpentin A. Tabel 4 menunjukkan biaya tetap dan biaya
variabel tahun 2011 dan 2012.
Tabel 4 Rekapitulasi biaya tetap dan biaya variabel PGT Garahan tahun 2011 dan
2012
Tahun 2011
(Rp/tahun)
Tahun 2012
(Rp/tahun)
Biaya tetap
Biaya penyusutan modal tetap
9 336 902 143
9 971 678 935
6.80
5 758 141 782
6 346 684 122
10.22
Bunga atas modal tetap
1 780 694 534
1 915 386 207
7.56
Gaji tetap
1 297 482 924
1 297 482 924
0.00
43 026 000
43 026 000
0.00
Biaya pemeliharaan inventaris
176 050 990
122 415 876
-30.47
Biaya umum
281 505 913
246 683 806
-12.37
Biaya variabel
53 644 979 333
55 983 118 196
4.36
Biaya bahan baku
44 577 477 556
45 769 285 193
2.67
Komponen Biaya
Pajak
Biaya bahan penolong
Perubahan
(%)
6 230 508 000
7 305 895 625
17.26
Upah langsung
239 891 244
245 726 799
2.43
Upah tidak langsung
121 531 055
113 219 920
-6.84
2 243 276 688
2 326 365 301
3.70
232 294 790
222 625 358
-4.16
62 981 881 476
65 954 797 131
4.72
Biaya pemasaran
Biaya listrik
Total biaya produksi
Sumber: PGT Garahan (Pengolahan data)
11
Biaya penyusutan dan bunga atas modal tetap dari tahun 2011 ke 2012
mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena terdapat penambahan investasi pada
tahun 2012. Biaya gaji dan pajak tidak mengalami perubahan, hal ini sesuai
dengan peraturan mengenai gaji dan pajak yang berlaku. Biaya pemeliharaan yang
terdiri dari pemeliharaan mesin dan gedung area pabrik mengalami penurunan
sebesar 30.47%, hal ini terjadi karena pada tahun 2012 mesin dan gedung tidak
begitu banyak mengalami kerusakan sehingga biaya pemeliharaan dapat
dikurangi. Biaya umum mengalami penurunan sebesar 12.37% pada tahun 2012,
hal ini dilakukan untuk mengurangi pengeluaran perusahaan.
Biaya bahan baku terdiri dari biaya pembelian getah, bongkar muat dan
timbang getah. Biaya bahan baku dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami
peningkatan, hal ini terjadi karena volume getah yang diperoleh meningkat. Harga
getah tidak berubah pada tahun 2011 dan 2012 yaitu Rp3000 per kg. Biaya bahan
penolong yang terdiri dari biaya kemasan, bahan kimia dan bahan bakar
mengalami peningkatan, hal ini sebanding dengan volume produksi yang
meningkat. Biaya upah langsung untuk para pekerja borongan juga mengalami
peningkatan pada tahun 2012, hal ini juga sebanding dengan volume produksi
yang meningkat. Biaya upah tidak langsung mengalami penurunan biaya pada
tahun 2012, hal ini terjadi karena adanya pengurangan jam lembur. Biaya
pemasaran pada tahun 2012 mengalami peningkatan, hal ini sebanding dengan
volume produksi. Biaya selanjutnya adalah biaya listrik yang mengalami
penurunan pada tahun 2012 karena pada periode ini proses produksi berjalan
teratur dan lancar sehingga mengurangi pemanasan mesin pada awal proses.
Besarnya biaya produksi dalam setahun pada tahun 2011 adalah
Rp62 981 881 476 yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp9 336 902 143 dan
biaya variabel sebesar Rp53 644 979 333. Biaya produksi untuk komoditi
gondorukem X, gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar
Rp25 358 435 324 per tahun, Rp26 780 737 646 per tahun, dan Rp10 842 708 506
per tahun. Biaya produksi pada tahun 2012 adalah sebesar Rp65 954 797 131
yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp9 971 678 935 dan biaya variabel sebesar
Rp55 983 118 196. Total biaya produksi untuk komoditi gondorukem X,
gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu Rp25 965 629 015 per
tahun, Rp28 389 665 216 per tahun dan Rp11 599 502 900 per tahun. Hal yang
menyebabkan perbedaan biaya antara komoditi tersebut adalah jumlah produksi
per komoditi dalam setahun. Tabel 5 menunjukkan besarnya biaya produksi per
komoditi pada tahun 2011 dan 2012 secara rinci.
Analisis Harga Pokok
Harga pokok adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk produksi barang
atau jasa selama periode tertentu. Harga pokok digunakan untuk menentukan
tingkat keuntungan yang ingin dicapai perusahaan (Kuswandi 2005). Perhitungan
harga pokok gondorukem dan terpentin memperhatikan besarnya keuntungan
yang ingin diperoleh perusahaan yaitu sebesar 20% dari biaya produksi yang
dikeluarkan. Tabel 6 menunjukkan harga pokok untuk tiga jenis produk sama, hal
ini terjadi karena produk terpentin adalah hasil sampingan dari gondorukem.
Harga pokok untuk tahun 2011 sebesar Rp7147 per kg dan tahun 2012 sebesar
Rp7219 per kg. Harga pokok tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan harga
12
jual yang ditetapkan Perhutani. Harga jual tahun 2011 untuk gondorukem X,
gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu Rp13 098 per kg,
Rp12 962 per kg dan Rp16 600 per kg. Harga jual tahun 2012 untuk gondorukem
X, gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu Rp14 070 per kg,
Rp13 974 per kg, Rp14 937 per kg. Harga jual yang lebih tinggi dari harga pokok
dapat mengidentifikasikan bahwa perusahaan ini memperoleh keuntungan, dengan
harga pokok perusahaan dapat menentukan harga jual minimum agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
Analisis Titik Impas
Analisis titik impas dilakukan sebagai dasar penentuan kebijakan produksi
agar perusahaan tidak rugi di mana total penghasilan sama dengan total biaya
yang telah dikeluarkan (Prawirosentono 2007). Apabila perusahaan ingin
memperoleh keuntungan, perusahaan harus menghasilkan produk di atas titik
impas. Tabel 6 menunjukkan nilai titik impas pada tahun 2011 untuk komoditi
gondorukem X, gondorukem WW dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar
468 456 kg/tahun, 503 259 kg/tahun dan 139 448 kg/tahun. Perusahaan mampu
menghasilkan produk gondorukem X, gondorukem WW, dan terpentin A secara
berurut yaitu sebesar 4 257 600 kg/tahun, 4 496 400 kg/tahun dan 1 820 456
kg/tahun. Tahun 2012, nilai titik impas untuk jenis komoditi gondorukem X,
gondorukem WW dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar 437 948 kg/tahun,
484 017 kg/tahun dan 178 389 kg/tahun. Perusahaan mampu menghasilkan
gondorukem X, gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar
4 316 400 kg/tahun, 4 719 360 kg/tahun dan 1 928 245 kg/tahun. Perusahaan
mampu menghasilkan produk di atas titik impas, dengan demikian perusahaan ini
dapat dikatakan menguntungkan.
Analisis Profitabilitas
Keuntungan merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Kuswandi (2005) menyatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dapat diperoleh dengan menghitung ROI (Return on
Investment). ROI merupakan persen dari rasio antara laba bersih operasi dalam
waktu satu tahun dengan jumlah dana investasi perusahaan. Tabel 6 menunjukkan
jumlah total laba bersih pada tahun 2011 sebesar Rp12 593 755 556, jumlah dana
investasi sebesar Rp28 604 300 754 sehingga dapat diperoleh nilai ROI sebesar
44.03%. Tahun 2012 diperoleh total laba bersih sebesar Rp13 194 354 964,
jumlah dana investasi sebesar Rp31 520 900 502 sehingga nilai ROI yang didapat
sebesar 41.86%. Perbedaan nilai ROI antara tahun 2011 dan tahun 2012
dikarenakan terjadi penambahan jumlah dana investasi pada tahun 2012 sehingga
ROI pada tahun 2012 lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2011. Nilai ROI
pada PGT Garahan lebih besar dibandingkan dengan nilai suku bunga deposito
BNI (6.5% per tahun) di mana perusahaan merupakan nasabah dari bank tersebut,
dengan demikian investasi yang dilakukan perusahaan lebih besar dibandingkan
investasi dalam bentuk deposito berjangka.
13
Tabel 5 Rekapitulasi biaya produksi per komoditi PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Tahun 2011
Gondorukem
Terpentin A
WW
4 496 400
1 820 456
Komponen biaya
Satuan
Jumlah produksi
kg/tahun
4 257 600
Biaya tetap
Rp/tahun
3 759 322 897
3 970 175 563
Biaya penyusutan modal tetap
Rp/tahun
2 318 404 318
2 448 438 833
Bunga atas modal tetap
Rp/tahun
716 962 182
Gaji tetap
Rp/tahun
Pajak
Biaya pemeliharaan inventaris
Gondorukem X
Total
Gondorukem X
Tahun 2012
Gondorukem
Terpentin A
WW
4 719 360
1 928 245
Total
10 574 456
4 316 400
10 964 005
1 607 403 683
9 336 902 143
3 925 732 883
4 292 221 929
1 753 724 123
9 971 678 935
991 298 631
5 758 141 782
2 498 614 999
2 731 874 637
1 116 194 486
6 346 684 122
757 175 112
306 557 240
1 780 694 534
754 065 054
824 461 230
336 859 923
1 915 386 207
522 406 382
551 707 078
223 369 464
1 297 482 924
510 803 789
558 490 169
228 188 966
1 297 482 924
Rp/tahun
17 323 586
18 295 230
7 407 184
43 026 000
16 938 831
18 520 165
7 567 004
43 026 000
Rp/tahun
70 883 523
74 859 234
30 308 233
176 050 990
48 193 693
52 692 842
21 529 341
122 415 876
Biaya umum
Rp/tahun
113 342 906
119 700 076
48 462 931
281 505 913
97 116 517
106 182 886
43 384 403
246 683 806
Biaya variabel
Rp/tahun
21 599 112 427
22 810 562 083
9 235 304 823
53 644 979 333
22 039 896 132
24 097 443 287
9 845 778 777
55 983 118 196
Biaya bahan baku
Rp/tahun
17 948 258 373
18 954 939 156
7 674 280 027
44 577 477 556
18 018 830 036
19 700 988 258
8 049 466 899
45 769 285 193
Biaya bahan penolong
Rp/tahun
2 508 593 432
2 649 295 261
1 072 619 307
6 230 508 000
2 876 245 302
3 144 758 834
1 284 891 489
7 305 895 625
Upah langsung
Rp/tahun
96 587 565
102 004 963
41 298 716
239 891 244
96 739 755
105 770 950
43 216 094
245 726 799
Upah tidak langsung
Rp/tahun
48 932 126
51 676 629
20 922 300
121 531 055
44 573 353
48 734 524
19 912 043
113 219 920
Biaya pemasaran
Rp/tahun
903 211 931
953 871 225
386 193 532
2 243 276 688
915 862 697
1 001 363 584
409 139 020
2 326 365 301
Biaya listrik
Rp/tahun
93 529 000
98 774 849
39 990 941
232 294 790
87 644 989
95 827 137
39 153 232
222 625 358
Total biaya produksi
Rp/tahun
25 358 435 324
26 780 737 646
10 842 708 506
62 981 881 476
25 965 629 015
28 389 665 216
11 599 502 900
65 954 797 131
Sumber: PGT Garahan (Pengolahan data)
13
14
14
Tabel 6 Laporan laba rugi PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Komponen
Produksi
Biaya produksi
Biaya tetap
Biaya variabel
Keuntungan
Harga pokok (1)
Harga jual (2)
Titik impas (3)
Pendapatan bersih
Laba bersih
Total laba bersih
Total aktiva
ROI (4)
Satuan
kg/tahun
Rp/tahun
Rp/kg
Rp/tahun
Rp/kg
Rp/tahun
Rp/kg
%
Rp/kg
Rp/kg
kg/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
%
Gondorukem X
4 257 600
25 358 435 324
5956
3 759 322 897
883
21 599 112 427
5073
20
7147
13 098
468 456
30 429 067 200
5 070 631 876
Nilai Tahun 2011
Gondorukem WW
4 496 400
26 780 737 646
5956
3 970 175 563
883
22 810 562 083
5073
20
7147
12 962
503 259
32 135 770 800
5 355 033 154
12 593 755 556
28 604 300 754
44.03
Sumber: PGT Garahan (Pengolahan data)
Keterangan: (1) Harga pokok = [(1+P %) x total biaya produksi]/produksi per tahun
(2) Harga jual, Perhutani
(3) Titik impas = Biaya tetap/ (harga jual-biaya variabel)
(4) ROI = (Laba bersih/ total aktiva) x 100%
Terpentin A
1 820 456
10 842 708 506
5956
1 607 403 683
883
9 235 304 823
5073
20
7147
16 600
139 448
13 010 799 032
2 168 090 526
Gondorukem X
4 316 400
25 965 629 015
6016
3 925 732 883
909
22 039 896 132
5106
20
7219
14 070
437 948
31 160 091 600
5 194 462 585
Nilai Tahun 2012
Gondorukem WW
4 719 360
28 389 665 216
6016
4 292 221 929
909
24 097 443 287
5106
20
7219
13 974
484 017
34 069 059 840
5 679 394 624
13 194 354 964
31 520 900 502
41.86
Terpentin A
1 928 245
11 599 502 900
6016
1 753 724 123
909
9 845 778 777
5106
20
7219
14 937
178 389
13 920 000 655
2 320 497 755
1
15
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
PGT Garahan menghasilkan tiga jenis produk yaitu gondorukem X,
gondorukem WW dan terpentin A. Total biaya produksi PGT Garahan pada tahun
2011 sebesar Rp62 981 881 476 dan tahun 2012 sebesar Rp65 954 797 131.
Harga pokok pada tahun 2011 dan 2012 secara berurut yaitu Rp7147 per kg dan
Rp7219 per kg. Perusahaan telah menghasilkan produk jauh di atas titik impas,
dimana titik impas pada tahun 2011 untuk produk gondorukem X, gondorukem
WW dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar 468 456 kg/tahun, 503 259
kg/tahun, 139 448 kg/tahun dan tahun 2012 sebesar 437 948 kg/tahun, 484 017
kg/tahun dan 178 389 kg/tahun, dengan demikian perusahaan tidak mengalami
kerugian. Nilai ROI (Return on Investment) pada tahun 2011 sebesar 44.03% dan
tahun 2012 sebesar 41.86%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki kemampuan memperoleh laba yang tinggi.
Saran
PGT Garahan memiliki kapasitas produksi 18 000 ton getah per tahun,
dengan kapasitas tersebut perusahaan dapat meningkatkan keuntungan dengan
menambah jumlah bahan baku getah proses. Perhutani dapat meningkatkan
jumlah bahan baku getah dengan mengoptimalkan produksi getah pinus
(menambah jumlah pohon pinus di area hutan produksi) dan meningkatkan
pasokan getah di luar kawasan Perhutani.
DAFTARPUSTAKA
Arimbi DAR. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Ekspor Gondorukem Perum Perhutani. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2010. Standar Nasional Indonesia Gondorukem.
Jakarta (ID): Badan Standar Nasional.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia Minyak
Terpentin. Jakarta (ID): Badan Standar Nasional.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2012. Standar Nasional Indonesia Getah Pinus.
Jakarta (ID): Badan Standar Nasional.
Heizer J, B Render. 2009. Manajemen Operasi. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Horngren CT, SM Datar, dan G Foster. 2008. Akutansi Biaya dengan Penekanan
Manajerial. Edisi keduabelas. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
[IMF] International Monetary Fund. 2013. World economic outlook data GDP
deflator [internet]. [diacu 2013 Oktober 21]. Tersedia dari: http:// www.
EconStats GDP, deflator _ IMF World Economic Outlook.htm.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2005. Rencana Pembangun Jangka Panjang
Kehutanan (2005-2025). Jakarta (ID): Kemenhut.
16
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.35 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta
(ID): Kemenhut.
Kuswandi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akutansi Keuangan
dan Akutansi Biaya. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Prawirosentono S. 2007. Manajemen Operasi (Operations Management) Analisis
dan Studi Kasus. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Slot R dan GH Minnar. 1996. Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan. Jakarta (ID):
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII dan PT Gramedia Pustaka Utama.
17
Lampiran 1 Persyaratan mutu getah
Warna
-
Mutu
A
Putih
Kadar air
Kadar kotoran
Kadar air +
kadar kotoran
%
%
%
≤7
≤7
≤ 14
Uraian
Satuan
Mutu
B
Putih sampai keruh
kecoklatan
7< ka ≤ 7
7< ka ≤ 7
14< ka+kk ≤ 18
Sumber: SNI 7837:2012
Lampiran 2 Persyaratan umum gondorukem
Uraian
Satuan
Persyaratan
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan Iod
-
160-190
170-220
5-25
Sumber: SNI 7636 : 2010
Lampiran 3 Persyaratan khusus gondorukem
Uraian
Satuan
Mutu
Warna
Metodelovibond
Metode gardner
Titik lunak
Kadar kotoran
Kadar abu
Komponen
menguap
Persyaratan
-
U
P
D
T
°C
%
%
%
X
≤6
≥78
≤0.02
≤0.02
≤2
WW
≤7
≥78
≤0.05
≤0.04
≤2
WG
≤8
≥76
≤0.07
≤0.05
≤2.5
N
≤9
≥74
≤0.10
≤0.08
≤3
Sumber: SNI 7636 : 2010
Keterangan; U: kualitas utama; X: Extra; P: kualitas pertama; WW: Water White; D: kualitas
kedua; WG: Window Glass; T: kualitas ketiga; N: Nancy.
18
Lampiran 4 Persyaratan umum terpentin
Uraian
Bentuk
Bau
Bobot jenis pada suhu 25°C
Index bias pada suhu 20°C
Titik nyala
Titik didih awal nyala
Satuan
°C
°C
Persyaratan
Cair
Bau khas terpentin
0.848-0.865
1.464-1.478
33-160
150-160
Sumber: SNI 7633:2011
Lampiran 5 Persyaratan khusus terpentin
Uraian
Satuan
Mutu Utama
(A)
Mutu Standar
(B)
Warna
-
Jernih
Putaran Optik
(27.5°C)
Kadar sulingan
Sisa penguapan
Bilangan asam
Alpha pinene
°
+ ≥ 32
Tidak
dipersyaratkan
+< 32
%
%
%
≥ 90
≤2
≤ 2.0
≥ 80
< 90
>2
>2.0
< 80
Sumber: SNI 7633 : 2011
19
Lampiran 6 Gambar proses produksi PGT Garahan
19
Lampiran 6 (lanjutan) Gambar proses produksi PGT Garahan
20
20
21
Lampiran 7 Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
1
Pengaspalan jalan mobil
2007
unit
1
Masa
Pakai
(Tahun)
10
66.71
133 210 313
13 321 031
SBDK
BNI
(%)
10.45
2
Mesin Stensil
2000
unit
1
4
6 600 000
33.17
19 897 498
4 974 374
10.45
1 299 555
3
Computer CPU+layar ION LIVEO
2005
unit
1
4
6 800 000
52.55
12 940 057
3 235 014
10.45
845 147
4
Printer EPSON LQ – 2180
2005
unit
1
4
6 800 000
52.55
12 940 057
3 235 014
10.45
845 147
5
Perlengkapan in- lemari besi
2009
unit
1
4
7 480 000
85.33
8 765 967
2 191 492
10.45
572 527
6
Ruang Laborat
2001
unit
1
20
10 860 000
37.91
28 646 795
1 432 340
10.45
1 571 635
7
Rumah Dinas Karyawan PGT
1985
m2
144
20
5 400 000
4.84
111 570 248
5 578 512
10.45
6 121 023
8
Rumah Dinas Karyawan PGT
1987
m2
-
20
55 642 400
5.6
993 614 286
49 680 714
10.45
54 512 164
No
Aktiva Tetap
Tahun
Perolehan
Satuan
Fisik
Nilai
Perolehan
(Rp)
88 864 600
GDP Deflator
(%)
Nilai Real
(Rp)
Penyusutan
(Rp)
Bunga Modal
(Rp)
7 656 263
9
Rumah Dinas Karyawan PGT
2000
m2
-
20
104 540 000
33.17
315 164 305
15 758 215
10.45
17 290 702
10
Rumah Dinas TK.II PGT
2008
unit
1
20
89 300 600
78.81
113 311 255
5 665 563
10.45
6 216 539
11
Pembangunan PGT Garahan
1982
unit
1
10
29 185 165
3.56
819 808 006
81 980 801
10.45
47 118 465
12
Pembangunan Gudang Gondorukem
1983
unit
1
10
29 653 560
4.26
696 092 958
69 609 296
10.45
40 007 943
13
Tangki terpentin PGT (Unit II) 17 kl
1983
unit
1
10
12 943 194
4.26
303 830 845
30 383 085
10.45
17 462 678
14
Pembangunan Bak Getah
1986
unit
1
10
48 798 080
4.84
1 008 224 793
100 822 479
10.45
57 947 720
15
Los baja PGT
1991
unit
1
10
71 567 183
8.18
874 904 438
87 490 444
10.45
50 285 133
16
Pembanagunan PGT Garahan
1993
unit
1
10
8 994 000
9.43
95 376 458
9 537 646
10.45
5 481 762
17
Bangunan Pabrik PGT (Unit II) 1982
1997
unit
1
10
56 202 184
13.67
411 135 216
41 113 522
10.45
23 629 997
18
Lanjutan pagar PGT Garahan
1983
unit
1
10
6 594 983
4.26
154 811 808
15 481 181
10.45
8 897 809
19
Pembangunan pagar PGT Garahan
1982
unit
1
10
28 282 318
3.56
794 447 135
79 444 713
10.45
45 660 849
20
Jalan PGT
1982
unit
1
10
7 192 551
3.56
202 037 949
20 203 795
10.45
11 612 131
21
Alat perbengkelan PGT
1985
unit
1
10
1 395 533
4.84
28 833 326
2 883 333
10.45
1 657 195
22
Alat-alat perbengkelan PGT
1991
unit
1
10
18 157 500
8.18
221 974 328
22 197 433
10.45
12 757 974
23
24
Instalasi listrik PGT Garahan
Instalasi listrik
1991
1996
unit
unit
1
1
10
10
15 858 000
29 747 800
8.18
12.14
193 863 081
245 039 539
19 386 308
24 503 954
10.45
10.45
11 142 281
14 083 647
21
22
22
Lampiran 7 (Lanjutan) Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
25
Lovibond & Field Comparator
1991
unit
1
Masa
Pakai
(Tahun)
10
8.18
72 738 386
7 273 839
SBDK
BNI
(%)
10.45
26
Perlengkapan Mesin INK
1982
unit
1
4
159 488 236
3.56
4 480 006 629
1 120 001 657
10.45
292 600 433
27
Tangki terpentin dan dehiderator
1986
unit
1
4
19 475 000
4.84
402 376 033
100 594 008
10.45
26 280 185
28
PMSG Prestaner/tangki/POM PGT
1986
unit
1
4
17 250 000
4.84
356 404 959
89 101 240
10.45
23 277 699
29
Tangki penuang gondorukem
1989
unit
1
4
44 990 000
6.74
667 507 418
166 876 855
10.45
43 596 578
30
Spiktro Monometer
1989
unit
1
4
3 465 000
6.74
51 409 496
12 852 374
10.45
3 357 683
31
Flow meter/washer PGT Garahan
1989
unit
1
4
16 456 000
6.74
244 154 303
61 038 576
10.45
15 946 328
32
Tangki Selter PGT Garahan
1990
unit
1
4
14 415 400
7.38
195 330 623
48 832 656
10.45
12 757 531
33
Instalasi Perpipaan
1990
unit
1
4
12 687 600
7.38
171 918 699
42 979 675
10.45
11 228 440
34
Tangki terpentin 30 kl
1990
unit
1
4
36 750 000
7.38
497 967 480
124 491 870
10.45
32 523 501
35
Pompa & tangki washer PGT
1991
unit
1
4
44 110 000
8.18
539 242 054
134 810 513
10.45
35 219 247
36
Pompa PGT Garahan
1992
unit
1
4
35 473 000
8.67
409 146 482
102 286 621
10.45
26 722 380
37
Tangki terpentin PGT 60 kl
1992
unit
1
4
52 272 727
8.67
602 914 960
150 728 740
10.45
39 377 883
38
Pemasangan Scrubbing PGT
1993
unit
1
4
80 946 000
9.43
858 388 123
214 597 031
10.45
56 063 474
39
Tangki terpenin 100 kl
1994
unit
1
4
91 048 025
10.17
895 260 816
223 815 204
10.45
58 471 722
40
Water Treatment
1994
unit
1
4
80 151 200
10.17
788 114 061
197 028 515
10.45
51 473 700
41
Kaptering Air Proses PGT
1995
unit
1
4
39 892 000
11.17
357 135 184
89 283 796
10.45
23 325 392
42
Filter GAF PGT Garahan
1996
unit
1
4
67 862 500
12.14
558 999 176
139 749 794
10.45
36 509 634
43
Mesin Boiler PGT 82, 93
1993
unit
1
4
302 179 900
9.43
3 204 452 810
801 113 203
10.45
209 290 824
44
Flow meter/washer PGT Garahan
1998
unit
1
4
23 600 000
23.96
98 497 496
24 624 374
10.45
6 433 118
45
Timbangan digital PGT Garahan
1998
unit
1
4
31 500 000
23.96
131 469 115
32 867 279
10.45
8 586 577
46
Timbangan digital PGT chaus 210s
1999
unit
1
4
29 015 000
27.34
106 126 554
26 531 639
10.45
6 931 391
47
48
Timbangan duduk PGT Garahan
Flow meter terpentin PGT
1999
1999
unit
unit
1
1
4
4
32 988 000
54 598 000
27.34
27.34
120 658 376
199 700 073
30 164 594
49 925 018
10.45
10.45
7 880 500
13 042 911
No
Aktiva Tetap
Tahun
Perolehan
Satuan
Fisik
Nilai
Perolehan
(Rp)
5 950 000
GDP Deflator
(%)
Nilai Real (Rp)
Penyusutan
(Rp)
Bunga Modal
(Rp)
4 180 639
23
Lampiran 7 (Lanjutan) Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
No
Aktiva Tetap
Tahun
Perolehan
Satuan
Fisik
Masa
Pakai
(Tahun)
Nilai
Perolehan (Rp)
GDP Deflator
(%)
Nilai Real (Rp)
Penyusutan
(Rp)
SBDK
BNI
(%)
Bunga Modal
(Rp)
49
Alat laboratorium
1999
unit
1
4
42 299 000
27.34
154 714 704
38 678 676
10.45
10 104 804
50
Pompa vacum PGT Garahan
2000
unit
1
4
57 500 000
33.17
173 349 412
43 337 353
10.45
11 321 883
51
Peninggian bak getah
2007
unit
1
4
121 909 700
66.71
182 745 765
45 686 441
10.45
11 935 583
52
Peng. Flow meter
2007
unit
1
4
174 253 750
66.71
261 210 838
65 302 709
10.45
17 060 333
53
Peng.pompa dan motor vacum
2007
unit
1
4
48 400 000
66.71
72 552 841
18 138 210
10.45
4 738 607
54
Peng. Pompa unit IPAL
2007
unit
1
4
10 175 000
66.71
15 252 586
3 813 146
10.45
996 185
55
Peng. Pompa terpentin Fr
2007
unit
1
4
12 100 000
66.71
18 138 210
4 534 553
10.45
1 184 652
56
Peng. Pompa air watersoftener
2007
unit
1
4
10 450 000
66.71
15 664 818
3 916 204
10.45
1 023 108
57
Peng. Pompa cucian lantai
2007
unit
1
4
10 450 000
66.71
15 664 818
3 916 204
10.45
1.023 108
58
Peng. Kisi-kisi coling tower
2007
unit
1
4
12 100 000
66.71
18 138 210
4 534 553
10.45
1 184 652
59
Peng. Motor penggerak coling
2007
unit
1
4
9 350 000
66.71
14 015 890
3 503 972
10.45
915 413
60
Peng. Timbangan duduk
2007
unit
1
4
7 150 000
66.71
10 718 033
2 679 508
10.45
700 022
61
Peng.. Tangki dehiderator
2007
unit
1
4
43 917 500
66.71
65 833 458
16 458 365
10.45
4 299 748
62
Modifikasi alat bahan bakar
2007
unit
1
4
48 191 000
66.71
72 239 544
18 059 886
10.45
4 718 145
63
Pompa air umpan broiler
2008
unit
1
4
39 325 000
78.81
49 898 490
12 474 623
10.45
3 258 995
64
Pemb. Miniatur proses
2008
unit
1
4
5 619 000
78.81
7 129 806
1 782 451
10.45
465 665
65
Pemb. Peralatan laborat ove
TERPENTIN DI PABRIK GONDORUKEM DAN TERPENTIN
GARAHAN, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
ANI HALLA ALFIN
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Biaya
Produksi Gondorukem dan Terpentin di Pabrik Gondorukem dan Terpentin
Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
Ani Halla Alfin
NIM E24090012
ABSTRAK
ANI HALLA ALFIN. Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di
Pabrik Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Dibimbing oleh EG TOGU MANURUNG.
Gondorukem dan Terpentin adalah jenis hasil hutan bukan kayu yang
berasal dari pengolahan getah pinus yang memiliki prospek yang cerah. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis biaya produksi, harga pokok, titik
impas dan ROI (Return On Investment) di PGT Garahan pada periode tahun 2011
dan 2012. Hasil analisis menunjukkan besarnya biaya produksi pada tahun 2011
sebesar Rp62 981 881 476 dan tahun 2012 sebesar Rp65 954 797 131. Penentuan
harga pokok gondorukem dan terpentin dipengaruhi oleh biaya produksi. Harga
pokok pada tahun 2011 dan 2012 secara berurut sebesar Rp7147 per kg dan
Rp7219 per kg. Hasil dari analisis titik impas menunjukkan bahwa perusahaan
mampu memproduksi gondorukem dan terpentin di atas titik impas. Nilai ROI
pada tahun 2011 dan 2012 secara berurut sebesar 44.03% dan 41.86%, nilai ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan
lebih besar dari pada investasi dalam bentuk deposito berjangka.
Kata kunci: Analisis biaya, gondorukem, ROI, terpentin, titik impas
ABSTRACT
ANI HALLA ALFIN. Gum Rosin and Turpentine Oil Cost Analysis at Pabrik
Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Supervised by EG TOGU MANURUNG.
Gum rosin and turpentine oil are the non-wood forest products derived
from pine gum processing which have a good prospect. The objective of this
research is to analyze the production costs, main price, break even point and
return on investment of gum rosin and turpentine oil at PGT Garahan for period
2011 and 2012. The result of this research showed that the production cost for
period 2011 and 2012 was respectively IDR62 981 881 476 and IDR65 954 797
131. The main price of gum rosin and turpentine oil was influenced by the
production cost. The main price for period 2011 and 2012 was IDR7147 per kg
and IDR7219 per kg respectively. The result of BEP analysis showed that the
company could produce gum rosin and turpentine oil was above BEP. The values
of ROI for period 2011 and 2012 were respectively 44.03% and 41.86%
indicating that the company had ability to get higher profit than deposit
investment.
Keywords: Break Even Point, cost analysis, gum rosin, ROI, turpentine oil
vi
ANALISIS BIAYA PRODUKSI GONDORUKEM DAN
TERPENTIN DI PABRIK GONDORUKEM DAN TERPENTIN
GARAHAN, PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR
ANI HALLA ALFIN
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
vi
Judul Skripsi
Nama
NIM
Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di
Pabrik Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur
Ani Halla Alfin
£24090012
Disetujui oleh
Dr Ir EG Togu Manurung, MS
Pembimbing T
Tanggal Lulus:
1 B DEC 2013
vi
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di
Pabrik Gondorukem dan Terpentin Garahan, Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur
: Ani Halla Alfin
: E24090012
Disetujui oleh
Dr Ir EG Togu Manurung, MS
Pembimbing I
Diketahui oleh
Prof Dr Ir I Wayan Darmawan, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala curahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada
bulan Juli-Agustus 2013 adalah ekonomi industri kehutanan, dengan judul
Analisis Biaya Produksi Gondorukem dan Terpentin di Pabrik Gondorukem dan
Terpentin Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir EG Togu Manurung, MS
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis ungkapkan
kepada aba (R. Abdul Gani), Almarhumah ummi (Asmuniyah binti Tahwi),
kakak-kakak (Khusnul Hotimah, Khalifah, Abdur Rahim) dan seluruh keluarga
atas doa, dukungan dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada Dani Setyo Nugroho, ST selaku Kepala Pabrik, bapak Slamet Asrofi,
bapak Juwari dan seluruh karyawan PGT Garahan, KBM Industri Non Kayu,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur yang telah membantu selama pengumpulan
data.
Terima kasih kepada KC, Desrin, Cika, Tia, Yuni, Boer, Cuya dan seluruh
teman THH angkatan 46 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih
juga penulis ucapkan kepada Mbak Anis IPN 2012, Syauqi Ahmada MNH 45,
Kak Dina THH 44, Ajeng FKH 46, Mita BDP 46, Fahmi BDP 46, De’em SVK
47, teman-teman kos bunda dan teman-teman IPB yang selalu memberi dukungan,
serta Luqmanul Alim TIN 46 yang selalu menginspirasi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013
Ani Halla Alfin
vi
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
2
Prosedur Analisis Data
2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
10
Analisis Biaya Produksi
10
Analisis Harga Pokok
11
Analisis Titik Impas
12
Analisis Profitabilitas
12
SIMPULAN DAN SARAN
15
Simpulan
15
Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
17
RIWAYAT HIDUP
34
vi
DAFTAR TABEL
1 Komponen biaya
2 Sumber bahan baku PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
3 Produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan tahun 2011 dan
2012
4 Rekapitulasi biaya tetap dan biaya variabel PGT Garahan tahun 2011
dan 2012
5 Rekapitulasi biaya produksi per komoditi PGT Garahan tahun 2011
dan 2012
6 Laporan laba rugi PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
3
7
8
10
13
14
DAFTAR GAMBAR
1 Struktur organisasi PGT Garahan
2 Alur proses produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan
7
8
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Persyaratan mutu getah
Persyaratan umum gondorukem
Persyaratan khusus gondorukem
Persyaratan umum terpentin
Persyaratan khusus terpentin
Gambar proses produksi PGT Gararahan
Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2012
Gaji karyawan PGT Garhan tahun 2011 dan 2012
Biaya tetap PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Biaya variabel PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Perhitungan harga pokok PGT Garhan tahun 2011 dan 2012
Perhitungan titik impas (Break Even Point) PGT Garahan tahun 2011
dan 2012
14 Perhitungan ROI (Return On Investment) tahun 2011 dan 2012
17
17
17
18
18
19
21
25
29
30
31
32
32
33
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, oleh karena
itu hutan dipandang sebagai modal bagi pertumbuhan ekonomi dan penopang
kehidupan. Sektor kehutanan menghasilkan produk berupa kayu, bukan kayu
(bambu, rotan, gondorukem, terpentin, madu, dan lain-lain) dan jasa lingkungan.
Namun dewasa ini sektor kehutanan mengalami penurunan produk hutan kayu
akibat eksploitasi berkepanjangan. Luas area dan jumlah unit pengusahaan hutan
menurun pada tahun 2003 sebesar 52.1% dibanding tahun 1989. Namun
penurunan kontribusi industri kehutanan produk kayu diimbangi dengan
peningkatan hasil hutan bukan kayu (Kementerian Kehutanan 2005).
Hasil hutan bukan kayu (HHBK) menurut Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.35/Menhut-II/2007 adalah hasil hutan baik nabati maupun hewani
beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. HHBK
memiliki kelebihan dari segi pemanfaatannya dibandingkan hasil hutan kayu.
Pemanfaatan HHBK tidak menimbulkan kerusakan besar terhadap ekosistem
hutan karena sebagian besar pemanenannya tidak dilakukan dengan menebang
pohon. HHBK sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Gondorukem dan terpentin adalah jenis HHBK yang berasal dari
pengolahan getah pinus yang memiliki prospek yang cerah. Indonesia berada pada
urutan kedua setelah Cina dalam memenuhi kebutuhan gondorukem di pasar
internasional. Tahun 2005, Indonesia memenuhi 6.99% kebutuhan konsumsi
gondorukem dunia yaitu sebanyak 31 953 859 kg. Gondorukem dan terpentin
Indonesia memiliki keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara lain yaitu
lebih tahan panas, lebih lengket, dan beraroma lebih wangi (Arimbi 2008) .
Pabrik Gondorukem dan Terpentin (PGT) Garahan adalah suatu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) yang berada di bawah tanggung jawab Perum
Perhutani di mana perusahaan ini bergerak dalam bidang pengolahan getah pinus
menjadi gondorukem dan terpentin. Pada suatu perusahaan khususnya PGT
Garahan menginginkan kembalinya modal usaha, keuntungan usaha, serta
pengendalian dan penghematan atas biaya-biaya yang dikeluarkan. Pengambilan
suatu keputusan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan
keuntungan. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan dengan melakukan
analisis biaya produksi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya produksi, harga pokok,
titik impas (Break Even Point) dan profitabilitas (Return on Investment)
gondorukem dan terpentin di PGT Garahan.
2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi
perusahaan berupa data pembanding dalam mengambil keputusan, menjadi
sumber informasi untuk mahasiswa dan masyarakat mengenai proses pengolahan
getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin, serta menjadi sumber informasi
dan rujukan bagi penelitian selanjutnya.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PGT Garahan, Perum Perhutani Unit II Jawa
Timur yang berlokasi di Jalan Banyuwangi km 30, Desa Garahan, Kecamatan
Sempolan, Kabupaten Jember. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan JuliAgustus 2013.
Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di
lapangan dan data sekunder diperoleh dari literatur dan arsip yang tersedia di
perusahaan.
Prosedur Analisis Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisis biaya
produksi, analisis harga pokok, analisis titik impas, dan analisis ROI (Return on
Investment) perusahaan pada periode tahun 2011 dan 2012.
Analisis Biaya Produksi
Biaya didefinisikan sebagai sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai
tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus
dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa. Biaya terdiri atas biaya
tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak akan berubah secara
total selama periode waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan volume produksi.
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah seiring dengan perubahan
volume produksi (Horngren et al. 2008). Analisis biaya produksi dilakukan untuk
mengetahui struktur biaya perusahaan dalam kegiatan produksi.
3
Biaya produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya
variabel menggunakan persamaan berikut (Prawirosentono 2007):
Keterangan:
TC
= biaya total (Rp/tahun)
TFC = biaya tetap (Rp/tahun)
TVC = biaya variabel (Rp/tahun)
Komponen biaya tetap dan biaya variabel yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Komponen biaya
Jenis biaya
Komponen
A. Biaya tetap
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Biaya penyusutan atas modal tetap
Biaya bunga atas modal tetap
Biaya gaji
Biaya pajak
Biaya pemeliharaan inventaris
Biaya umum
B. Biaya variabel
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya upah langsung
Biaya upah tidak langsung
Biaya pemasaran
Biaya listrik
1.
Biaya penyusutan atas modal tetap
Perhitungan biaya penyusutan mesin dan peralatan dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Keterangan:
Du
= penyusutan modal (Rp/tahun)
Mu
= nilai modal yang ditanam untuk bangunan dan mesin (Rp)
Nu
= masa pakai ekonomis (tahun)
u
= 1,2,....n; jenis bangunan dan mesin
4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Biaya bunga atas modal tetap
Besarnya bunga modal dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
Bu
= biaya bunga modal (Rp/tahun)
Mu
= nilai modal yang ditanam untuk bangunan dan mesin (Rp)
Nu
= masa pakai ekonomis (tahun)
i%
= suku bunga dasar kredit /SBDK(% / tahun)
u
= 1,2,....n; jenis bangunan dan mesin
Biaya gaji ditentukan perusahaan dan dihitung dengan menjumlahkan besar
gaji per bulan setiap karyawan selama satu tahun.
Pajak dikutip dari peraturan yang berlaku.
Biaya pemeliharaan inventaris diperoleh dengan menjumlahkan biaya
pemeliharaan dari setiap gedung dan mesin selama satu tahun.
Biaya bahan baku
Besarnya biaya bahan baku dan bahan penolong dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
Bkb
= biaya bahan baku (Rp/tahun)
L
= bahan baku untuk memproduksi produk (kg/tahun)
H
= harga bahan baku (Rp/kg)
Biaya bahan penolong
Besarnya biaya bahan penolong dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut:
Keterangan:
Bbp
= biaya bahan penolong (Rp/tahun)
Aj
= kebutuhan bahan penolong (unit/tahun)
Hj
= harga bahan penolong (Rp/unit)
J
= 1,2,......n, jenis bahan penolong
Upah langsung dihitung dengan menjumlahkan biaya upah langsir, upah
timbang dan upah langsung lainnya selama satu tahun.
Upah tidak langsung dihitung dengan menjumlahkan biaya insentif dan
upah lembur selama satu tahun.
Biaya pemasaran dihitung dengan menjumlahkan biaya pemasaran selama
satu tahun.
Biaya listrik dihitung dengan menjumlahkan biaya pembayaran listrik
selama satu tahun.
Biaya umum dihitung dengan menjumlahkan biaya umum seperti biaya
makan, jamuan tamu, dan biaya lainnya selama satu tahun.
5
Analisis Harga Pokok
Harga pokok menurut Slot dan Minnar (1996) adalah nilai uang yang
dikorbankan di dalam proses produksi atau jumlah dari biaya yang tidak dapat
dihindarkan persatuan produk. Harga pokok memberikan patokan berapa harga
jual minimum agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Kuswandi (2005)
menyatakan bahwa harga pokok dapat digunakan untuk menentukan tingkat
keuntungan yang ingin dicapai perusahaan. Nilai harga pokok dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
HP
= harga pokok (Rp/kg)
P%
= persen keuntungan yang ingin diperoleh (% /tahun)
T
= total biaya yang digunakan untuk produksi (Rp/tahun)
Q
= produksi dalam setahun (kg/tahun)
Analisis Titik Impas
Titik impas (Break Even Point) menurut Horngren et al. (2008) adalah
jumlah penjualan produk yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya
total, dalam kata lain jumlah penjualan yang menghasilkan laba nol rupiah. Heizer
dan Render (2009) menyatakan bahwa analisis titik impas dilakukan untuk
menentukan kapasitas perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Tujuan dari
penentuan titik impas adalah untuk menemukan titik di mana biaya sama dengan
pendapatan. Nilai titik impas diperoleh dengan menghitung persamaan berikut:
Keterangan:
BEP = titik impas dalam unit (kg/tahun)
F
= biaya tetap (Rp/tahun)
P
= harga jual per unit (Rp/kg)
V
= biaya variabel per unit (Rp/kg)
Analisis Profitabilitas
Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dapat diperoleh
dengan menghitung ROI (Return on Investment). ROI diperoleh dengan
membandingkan laba operasi dengan jumlah dana yang ditanam atau investasi
perusahaan. Rasio ini menunjukkan efektifitas penggunaan dana dilihat dari
perputarannya dalam satu periode, semakin besar rasio perputarannya semakin
efektif penggunaannya sehingga kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba akan meningkat (Kuswandi 2005).
6
Nilai ROI dihitung menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
ROI = kemampuan perusahaan memperoleh laba (%/tahun)
Ni
= laba bersih operasi (Rp/tahun)
Av
= total aktiva atau modal perusahaan (Rp/tahun)
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Singkat Perusahaan
Perum Perhutani bekerja sama dengan Fakultas Kimia Institut Teknologi
Sepuluh November (ITS) Surabaya untuk merancang pembangun pabrik pada
tahun 1980. Pembangunan pabrik selesai pada tahun 1982 yang berlokasi di Jalan
Banyuwangi km 30, Kabupaten Jember. PGT Garahan diresmikan oleh Direktur
Utama Perum Perhutani Ir Hartono Wirjodarmodjo, MA pada tanggal 19 Juni
1982 dengan luas bangunan 3.5 ha dan luas seluruhnya 5 ha.
PGT Garahan didirikan berdasarkan izin Bupati Kabupaten Jember No.
EK/I/C/1980. Pabrik yang merupakan BUMN berada di bawah tanggung jawab
KPH Jember, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Tahun 2006, Perum Perhutani
melakukan restrukturisasi di mana kelola sumber daya hutan dipisah dengan
kelola bisnis, sehingga PGT Garahan masuk ke rumpun bisnis. Tanggal 11 Januari
2006, PGT Garahan berada di bawah tanggung jawab Kesatuan Bisnis Mandiri
(KBM) Industri Non Kayu, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur sesuai dengan
Surat Unit II Jawa Timur No. 11/005.1/Sarpra/II.
PGT Garahan memiliki kapasitas terpasang maksimal sebesar 18 000 ton
getah per tahun. Sasaran kualitas produk yang dihasilkan PGT Garahan adalah
gondorukem X, gondorukem WW dan terpentin dengan mutu A. Pabrik ini
memperoleh sertifikat REACH dan ISO 9001:2008 pada tahun 2010, selain itu
memiliki kebijakan mutu sebagai berikut:
1. Berdasarkan prinsip Pengelolaan Hutan Lestari melalui kelola sosial,
kelola produksi dan kelola lingkungan secara seimbang menjamin
pengelolaan sumber daya hutan.
2. Menjamin kualitas produk barang dan jasa demi kepuasan pelanggan.
3. Meningkatkan kinerja manajemen menuju, manajemen berkualitas dan
profesional secara berkesinambungan.
4. Menerapkan sistem manajemen Perhutani secara konsisten berdasarkan
komitmen seluruh jajaran organisasi.
Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PGT Garahan berjumlah 58 orang yang terdiri dari 48
karyawan dan 10 orang tenaga kerja borong. PGT Garahan dipimpin oleh manajer
dan dibantu oleh kepala pabrik (asisten manajer) yang dibantu oleh 5 kepala
urusan yaitu kepala urusan produksi dan teknik, kepala urusan persediaan, kepala
7
urusan tata usaha dan dua orang kepala urusan pengujian. Setiap kepala urusan
akan dibantu oleh beberapa staf dalam pelaksanaan operasional pabrik. PGT
Garahan beroperasi selama 24 jam. Pembagian kerja di PGT Garahan setiap
harinya terdiri dari 3 shift yang masing-masing shift memiliki regu kerja. Regu
yang bekerja di shift 1 bekerja pada pukul 07.00-15.00, shift 2 bekerja pada pukul
15.00-23.00 dan shift 3 bekerja pada pukul 23.00-07.00. Struktur organisasi PGT
Garahan disajikan pada Gambar 1.
Manajer
Asisten manajer
Kepala urusan
tata usaha
Kepala urusan
produksi
Kepala urusan
persediaan
Kepala urusan
penguji
Staf tata usaha
Operator proses
Staf persediaan
Staf penguji
Keamanan
Gambar 1 Struktur organisasi PGT Garahan
Sumber: PGT Garahan
Bahan Baku dan Produksi PGT Garahan
Bahan baku PGT Garahan berasal dari 6 KPH di wilayah Perum Perhutani
Unit II Jawa Timur yang meliputi KPH Jember, KPH Probolinggo, KPH
Bondowoso, KPH Banyuwangi Barat, KPH Banyuwangi Utara, KPH
Banyuwangi Selatan, dan ditambah getah dari Bali. Tabel 2 menunjukkan
penerimaan getah dan Tabel 3 menunjukkan produksi PGT Garahan pada tahun
2011 dan 2012.
Tabel 2 Sumber bahan baku PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
KPH
Probolinggo
Jember
Bondowoso
Banyuwangi Barat
Banyuwangi Utara
Banyuwangi Selatan
Bali (bukan KPH)
Jumlah
Sumber: PGT Garahan
No
1
2
3
4
5
6
7
Satuan
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
Tahun 2011
525 552
4 069 057
1 341 744
4 623 862
549 819
1 104 394
1713
12 216 141
Tahun 2012
830 354
3 697 294
1 468 417
4 989 365
489 536
1 041 096
26 137
12 542 199
8
Tabel 3 Produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
No
1
2
Uraian
Getah dimasak
Gondorukem X
Gondorukem WW
Jumlah
Rendemen
3
Terpentin A
Jumlah
Rendemen
Sumber: PGT Garahan
Satuan
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
kg/tahun
%/tahun
kg/tahun
kg/tahun
%/tahun
Tahun 2011
12 216 141
4 257 600
4 496 400
8 754 000
71.66
1 820 456
1 820 456
14.90
Tahun 2012
12 542 199
4 316 400
4 719 360
9 035 760
72.04
1 928 245
1 928 245
15.37
Proses Produksi
Proses produksi gondorukem dan terpentin di PGT Garahan terdiri dari
beberapa tahap mulai dari penampungan getah hingga pengemasan produk.
Gambar 2 menunjukkan proses produksi pada PGT Garahan.
1. Penampungan Getah
2. Pengenceran dan
Penyaringan Kotoran Kasar
4. Penampungan Getah
Bersih
3. Pencucian dan
Penyaringan Kotoran
5. Proses Pemasakan
6. Pengemasan
Gambar 2 Alur proses produksi gondorukem dan terpentin PGT Garahan
Sumber: PGT Garahan
1. Penampungan getah
Getah ditampung dan dipisahkan berdasarkan warna getah. Warna getah
berdasarkan syarat dan mutu getah SNI 7837: 2012.
2. Pengenceran dan penyaringan kotoran kasar
Proses pengenceran getah dilakukan di tangki melter dengan mencampurkan
2500 kg getah dengan terpentin sebanyak 1000 liter dengan suhu pemanasan
80-90 °C. Getah diendapkan selama 5-10 menit, kemudian getah disaring dan
dialirkan ke tangki mixer.
3. Pencucian dan penyaringan kotoran halus
Proses pencucian dan penyaringan getah di PGT Garahan melalui 3 tahap yaitu
pencucian awal di tangki mixer, pencucian ulang di tangki scrubbing, dan
pencucian akhir di tangki washer. Pencucian awal di tangki mixer dilakukan
dengan menambahkan 250 liter air dan asam oksalat sebanyak 1-2 kg/ton
getah. Larutan getah kemudian diendapkan 5-10 menit dan dialirkan ke tangki
9
scrubbing melalui FILTER GAF 100 Mcr. Larutan getah dicuci dengan air
sebanyak 250 liter dan diendapkan selama 5-10 menit pada tangki scrubbing.
Larutan getah kemudian dialirkan ke tangki washer untuk dilakukan pencucian
akhir dengan menambahkan air sebanyak 250 liter dan getah diendapkan
selama 5-10 menit. Larutan getah yang telah diendapkan dialirkan ke stok tank
melalui FILTER GAF 10 Mcr.
4. Penampungan getah bersih
Getah bersih hasil penyaringan FILTER GAF 10 Mcr ditampung pada Stock
Tank berdaya tampung 10.000 kg. Kebersihan getah sangat berpengaruh
terhadap kualitas produk yang dihasilkan. Getah bersih kemudian dialirkan ke
tangki pemasak melalui FILTER GAF 1 Mcr. Fungsi dari penyaringan ini
adalah untuk membersihkan kotoran yang mungkin masih tersisa pada larutan
getah.
5. Proses pemasakan
Larutan getah dimasak hingga suhu 170°C dengan pemanasan menggunakan
open steam 1.5 kg/cm2 dan close steam 7-9 kg/cm2 selama kurang lebih 2 jam.
Terjadi pemisahan cairan gondorukem dan terpentin dengan sistem destilasi.
Sebagian terpentin yang dihasilkan akan digunakan untuk proses pengenceran
yang dialirkan ke tangki melter, sisanya akan dipompa ke tangki pendingin.
Kemudian terpentin dipompa ke tangki sparator yang berfungsi untuk
memisahkan air dan terpentin. Terpentin dipompa ke tangki terpentin
sementara dan air dialirkan ke tangki condensate. Terpentin kemudian dipompa
ke tangki dehiderator yang berfungsi memisahkan terpentin dan air yang masih
tersisa. Terpentin kemudian dialirkan ke tangki penggaraman dan ditambahkan
garam industri yang berfungsi mengikat air yang masih ada pada terpentin.
Setelah benar-benar terpisah dari air, terpentin dipompa ke tangki terpentin
export yang berfungsi menampung terpentin siap jual. Gondorukem yang
dihasilkan, dialirkan dengan sistem grafitasi ke tangki penuang. Produk yang
dihasilkan diuji sebelum dikemas, pengujian gondorukem sesuai SNI 7636 :
2010 dan terpentin sesuai SNI 7633 : 2011.
6. Pengemasan
Proses pengemasan pada gondorukem disebut proses canning di mana
gondorukem dituang ke dalam drum kerucut hingga mencapai berat 240 kg.
Gondorukem didiamkan 48 jam dan siap dipasarkan. Sedangkan untuk
terpentin disimpan ditangki eksport (kapasitas 100 KL dan 60 KL) dan dijual
sesuai permintaan. Gondorukem merupakan suatu padatan hasil dari
penyulingan getah pohon pinus. Gondorukem digunakan dalam industri
perekat, industri batik, kertas, sabun dan lilin. Terpentin adalah minyak atsiri
yang diperoleh dengan cara penyulingan uap getah pohon pinus pada suhu
170 °C. Terpentin menjadi bahan baku dalam industri parfum, kosmetik,
farmasi, dan sebagai bahan pelarut organik.
Lingkungan Pabrik
Proses produksi yang dilakukan PGT Garahan menghasilkan limbah yang
terdiri atas limbah padat, limbah cair, limbah gas, dan kebisingan. Limbah padat
terdiri dari serasah, kulit, dan potongan kayu pinus. Penanganan limbah ini adalah
dengan pengeringan dan dijual ke pengrajin. Limbah cair yang dihasilkan
10
mengandung getah dan cairan kimia yang berasal dari kegiatan produksi.
Penanganan limbah cair dilakukan dengan penetralan cairan menggunakan kapur
tohor dan aluminium sulfat dan kemudian dialirkan ke sungai. Pengolahan limbah
cair sesuai dengan Keputusan Gubernur Jatim No. 45 Tahun 2002 Tentang Bahan
Baku Mutu Limbah Cair Industri dan Kegiatan Usaha Lainnya.
Limbah gas berasal dari mesin produksi, kendaraan pengangkut bahan baku
dan kendaraan karyawan. Penanganan limbah gas dilakukan dengan penggunaan
masker dan pemasangan ventilasi pada ruangan proses. Penanganan limbah gas
sesuai dengan Peraturan Gubernur Jatim No. 10 Tahun 2009 Tentang Bahan Baku
Mutu Udara dan Emisi Tidak Bergerak. Penanganan masalah kebisingan di PGT
Garahan dilakukan dengan cara pemasangan peralatan anti bising di ruangan
proses dan penggunaan pelindung telinga pada karyawan yang bekerja di ruang
proses. Penanganan kebisingan sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup No. 11 Tahun 1996 Tentang Bahan Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Biaya Produksi
Biaya produksi pengolahan getah pinus menjadi gondorukem dan terpentin
di PGT Garahan terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya produksi
dihitung pada periode tahun 2011 dan 2012 terhadap produk gondorukem X,
gondorukem WW dan terpentin A. Tabel 4 menunjukkan biaya tetap dan biaya
variabel tahun 2011 dan 2012.
Tabel 4 Rekapitulasi biaya tetap dan biaya variabel PGT Garahan tahun 2011 dan
2012
Tahun 2011
(Rp/tahun)
Tahun 2012
(Rp/tahun)
Biaya tetap
Biaya penyusutan modal tetap
9 336 902 143
9 971 678 935
6.80
5 758 141 782
6 346 684 122
10.22
Bunga atas modal tetap
1 780 694 534
1 915 386 207
7.56
Gaji tetap
1 297 482 924
1 297 482 924
0.00
43 026 000
43 026 000
0.00
Biaya pemeliharaan inventaris
176 050 990
122 415 876
-30.47
Biaya umum
281 505 913
246 683 806
-12.37
Biaya variabel
53 644 979 333
55 983 118 196
4.36
Biaya bahan baku
44 577 477 556
45 769 285 193
2.67
Komponen Biaya
Pajak
Biaya bahan penolong
Perubahan
(%)
6 230 508 000
7 305 895 625
17.26
Upah langsung
239 891 244
245 726 799
2.43
Upah tidak langsung
121 531 055
113 219 920
-6.84
2 243 276 688
2 326 365 301
3.70
232 294 790
222 625 358
-4.16
62 981 881 476
65 954 797 131
4.72
Biaya pemasaran
Biaya listrik
Total biaya produksi
Sumber: PGT Garahan (Pengolahan data)
11
Biaya penyusutan dan bunga atas modal tetap dari tahun 2011 ke 2012
mengalami peningkatan, hal ini terjadi karena terdapat penambahan investasi pada
tahun 2012. Biaya gaji dan pajak tidak mengalami perubahan, hal ini sesuai
dengan peraturan mengenai gaji dan pajak yang berlaku. Biaya pemeliharaan yang
terdiri dari pemeliharaan mesin dan gedung area pabrik mengalami penurunan
sebesar 30.47%, hal ini terjadi karena pada tahun 2012 mesin dan gedung tidak
begitu banyak mengalami kerusakan sehingga biaya pemeliharaan dapat
dikurangi. Biaya umum mengalami penurunan sebesar 12.37% pada tahun 2012,
hal ini dilakukan untuk mengurangi pengeluaran perusahaan.
Biaya bahan baku terdiri dari biaya pembelian getah, bongkar muat dan
timbang getah. Biaya bahan baku dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami
peningkatan, hal ini terjadi karena volume getah yang diperoleh meningkat. Harga
getah tidak berubah pada tahun 2011 dan 2012 yaitu Rp3000 per kg. Biaya bahan
penolong yang terdiri dari biaya kemasan, bahan kimia dan bahan bakar
mengalami peningkatan, hal ini sebanding dengan volume produksi yang
meningkat. Biaya upah langsung untuk para pekerja borongan juga mengalami
peningkatan pada tahun 2012, hal ini juga sebanding dengan volume produksi
yang meningkat. Biaya upah tidak langsung mengalami penurunan biaya pada
tahun 2012, hal ini terjadi karena adanya pengurangan jam lembur. Biaya
pemasaran pada tahun 2012 mengalami peningkatan, hal ini sebanding dengan
volume produksi. Biaya selanjutnya adalah biaya listrik yang mengalami
penurunan pada tahun 2012 karena pada periode ini proses produksi berjalan
teratur dan lancar sehingga mengurangi pemanasan mesin pada awal proses.
Besarnya biaya produksi dalam setahun pada tahun 2011 adalah
Rp62 981 881 476 yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp9 336 902 143 dan
biaya variabel sebesar Rp53 644 979 333. Biaya produksi untuk komoditi
gondorukem X, gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar
Rp25 358 435 324 per tahun, Rp26 780 737 646 per tahun, dan Rp10 842 708 506
per tahun. Biaya produksi pada tahun 2012 adalah sebesar Rp65 954 797 131
yang terdiri dari biaya tetap sebesar Rp9 971 678 935 dan biaya variabel sebesar
Rp55 983 118 196. Total biaya produksi untuk komoditi gondorukem X,
gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu Rp25 965 629 015 per
tahun, Rp28 389 665 216 per tahun dan Rp11 599 502 900 per tahun. Hal yang
menyebabkan perbedaan biaya antara komoditi tersebut adalah jumlah produksi
per komoditi dalam setahun. Tabel 5 menunjukkan besarnya biaya produksi per
komoditi pada tahun 2011 dan 2012 secara rinci.
Analisis Harga Pokok
Harga pokok adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk produksi barang
atau jasa selama periode tertentu. Harga pokok digunakan untuk menentukan
tingkat keuntungan yang ingin dicapai perusahaan (Kuswandi 2005). Perhitungan
harga pokok gondorukem dan terpentin memperhatikan besarnya keuntungan
yang ingin diperoleh perusahaan yaitu sebesar 20% dari biaya produksi yang
dikeluarkan. Tabel 6 menunjukkan harga pokok untuk tiga jenis produk sama, hal
ini terjadi karena produk terpentin adalah hasil sampingan dari gondorukem.
Harga pokok untuk tahun 2011 sebesar Rp7147 per kg dan tahun 2012 sebesar
Rp7219 per kg. Harga pokok tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan harga
12
jual yang ditetapkan Perhutani. Harga jual tahun 2011 untuk gondorukem X,
gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu Rp13 098 per kg,
Rp12 962 per kg dan Rp16 600 per kg. Harga jual tahun 2012 untuk gondorukem
X, gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu Rp14 070 per kg,
Rp13 974 per kg, Rp14 937 per kg. Harga jual yang lebih tinggi dari harga pokok
dapat mengidentifikasikan bahwa perusahaan ini memperoleh keuntungan, dengan
harga pokok perusahaan dapat menentukan harga jual minimum agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
Analisis Titik Impas
Analisis titik impas dilakukan sebagai dasar penentuan kebijakan produksi
agar perusahaan tidak rugi di mana total penghasilan sama dengan total biaya
yang telah dikeluarkan (Prawirosentono 2007). Apabila perusahaan ingin
memperoleh keuntungan, perusahaan harus menghasilkan produk di atas titik
impas. Tabel 6 menunjukkan nilai titik impas pada tahun 2011 untuk komoditi
gondorukem X, gondorukem WW dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar
468 456 kg/tahun, 503 259 kg/tahun dan 139 448 kg/tahun. Perusahaan mampu
menghasilkan produk gondorukem X, gondorukem WW, dan terpentin A secara
berurut yaitu sebesar 4 257 600 kg/tahun, 4 496 400 kg/tahun dan 1 820 456
kg/tahun. Tahun 2012, nilai titik impas untuk jenis komoditi gondorukem X,
gondorukem WW dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar 437 948 kg/tahun,
484 017 kg/tahun dan 178 389 kg/tahun. Perusahaan mampu menghasilkan
gondorukem X, gondorukem WW, dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar
4 316 400 kg/tahun, 4 719 360 kg/tahun dan 1 928 245 kg/tahun. Perusahaan
mampu menghasilkan produk di atas titik impas, dengan demikian perusahaan ini
dapat dikatakan menguntungkan.
Analisis Profitabilitas
Keuntungan merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Kuswandi (2005) menyatakan bahwa kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dapat diperoleh dengan menghitung ROI (Return on
Investment). ROI merupakan persen dari rasio antara laba bersih operasi dalam
waktu satu tahun dengan jumlah dana investasi perusahaan. Tabel 6 menunjukkan
jumlah total laba bersih pada tahun 2011 sebesar Rp12 593 755 556, jumlah dana
investasi sebesar Rp28 604 300 754 sehingga dapat diperoleh nilai ROI sebesar
44.03%. Tahun 2012 diperoleh total laba bersih sebesar Rp13 194 354 964,
jumlah dana investasi sebesar Rp31 520 900 502 sehingga nilai ROI yang didapat
sebesar 41.86%. Perbedaan nilai ROI antara tahun 2011 dan tahun 2012
dikarenakan terjadi penambahan jumlah dana investasi pada tahun 2012 sehingga
ROI pada tahun 2012 lebih kecil dibandingkan dengan tahun 2011. Nilai ROI
pada PGT Garahan lebih besar dibandingkan dengan nilai suku bunga deposito
BNI (6.5% per tahun) di mana perusahaan merupakan nasabah dari bank tersebut,
dengan demikian investasi yang dilakukan perusahaan lebih besar dibandingkan
investasi dalam bentuk deposito berjangka.
13
Tabel 5 Rekapitulasi biaya produksi per komoditi PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Tahun 2011
Gondorukem
Terpentin A
WW
4 496 400
1 820 456
Komponen biaya
Satuan
Jumlah produksi
kg/tahun
4 257 600
Biaya tetap
Rp/tahun
3 759 322 897
3 970 175 563
Biaya penyusutan modal tetap
Rp/tahun
2 318 404 318
2 448 438 833
Bunga atas modal tetap
Rp/tahun
716 962 182
Gaji tetap
Rp/tahun
Pajak
Biaya pemeliharaan inventaris
Gondorukem X
Total
Gondorukem X
Tahun 2012
Gondorukem
Terpentin A
WW
4 719 360
1 928 245
Total
10 574 456
4 316 400
10 964 005
1 607 403 683
9 336 902 143
3 925 732 883
4 292 221 929
1 753 724 123
9 971 678 935
991 298 631
5 758 141 782
2 498 614 999
2 731 874 637
1 116 194 486
6 346 684 122
757 175 112
306 557 240
1 780 694 534
754 065 054
824 461 230
336 859 923
1 915 386 207
522 406 382
551 707 078
223 369 464
1 297 482 924
510 803 789
558 490 169
228 188 966
1 297 482 924
Rp/tahun
17 323 586
18 295 230
7 407 184
43 026 000
16 938 831
18 520 165
7 567 004
43 026 000
Rp/tahun
70 883 523
74 859 234
30 308 233
176 050 990
48 193 693
52 692 842
21 529 341
122 415 876
Biaya umum
Rp/tahun
113 342 906
119 700 076
48 462 931
281 505 913
97 116 517
106 182 886
43 384 403
246 683 806
Biaya variabel
Rp/tahun
21 599 112 427
22 810 562 083
9 235 304 823
53 644 979 333
22 039 896 132
24 097 443 287
9 845 778 777
55 983 118 196
Biaya bahan baku
Rp/tahun
17 948 258 373
18 954 939 156
7 674 280 027
44 577 477 556
18 018 830 036
19 700 988 258
8 049 466 899
45 769 285 193
Biaya bahan penolong
Rp/tahun
2 508 593 432
2 649 295 261
1 072 619 307
6 230 508 000
2 876 245 302
3 144 758 834
1 284 891 489
7 305 895 625
Upah langsung
Rp/tahun
96 587 565
102 004 963
41 298 716
239 891 244
96 739 755
105 770 950
43 216 094
245 726 799
Upah tidak langsung
Rp/tahun
48 932 126
51 676 629
20 922 300
121 531 055
44 573 353
48 734 524
19 912 043
113 219 920
Biaya pemasaran
Rp/tahun
903 211 931
953 871 225
386 193 532
2 243 276 688
915 862 697
1 001 363 584
409 139 020
2 326 365 301
Biaya listrik
Rp/tahun
93 529 000
98 774 849
39 990 941
232 294 790
87 644 989
95 827 137
39 153 232
222 625 358
Total biaya produksi
Rp/tahun
25 358 435 324
26 780 737 646
10 842 708 506
62 981 881 476
25 965 629 015
28 389 665 216
11 599 502 900
65 954 797 131
Sumber: PGT Garahan (Pengolahan data)
13
14
14
Tabel 6 Laporan laba rugi PGT Garahan tahun 2011 dan 2012
Komponen
Produksi
Biaya produksi
Biaya tetap
Biaya variabel
Keuntungan
Harga pokok (1)
Harga jual (2)
Titik impas (3)
Pendapatan bersih
Laba bersih
Total laba bersih
Total aktiva
ROI (4)
Satuan
kg/tahun
Rp/tahun
Rp/kg
Rp/tahun
Rp/kg
Rp/tahun
Rp/kg
%
Rp/kg
Rp/kg
kg/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
Rp/tahun
%
Gondorukem X
4 257 600
25 358 435 324
5956
3 759 322 897
883
21 599 112 427
5073
20
7147
13 098
468 456
30 429 067 200
5 070 631 876
Nilai Tahun 2011
Gondorukem WW
4 496 400
26 780 737 646
5956
3 970 175 563
883
22 810 562 083
5073
20
7147
12 962
503 259
32 135 770 800
5 355 033 154
12 593 755 556
28 604 300 754
44.03
Sumber: PGT Garahan (Pengolahan data)
Keterangan: (1) Harga pokok = [(1+P %) x total biaya produksi]/produksi per tahun
(2) Harga jual, Perhutani
(3) Titik impas = Biaya tetap/ (harga jual-biaya variabel)
(4) ROI = (Laba bersih/ total aktiva) x 100%
Terpentin A
1 820 456
10 842 708 506
5956
1 607 403 683
883
9 235 304 823
5073
20
7147
16 600
139 448
13 010 799 032
2 168 090 526
Gondorukem X
4 316 400
25 965 629 015
6016
3 925 732 883
909
22 039 896 132
5106
20
7219
14 070
437 948
31 160 091 600
5 194 462 585
Nilai Tahun 2012
Gondorukem WW
4 719 360
28 389 665 216
6016
4 292 221 929
909
24 097 443 287
5106
20
7219
13 974
484 017
34 069 059 840
5 679 394 624
13 194 354 964
31 520 900 502
41.86
Terpentin A
1 928 245
11 599 502 900
6016
1 753 724 123
909
9 845 778 777
5106
20
7219
14 937
178 389
13 920 000 655
2 320 497 755
1
15
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
PGT Garahan menghasilkan tiga jenis produk yaitu gondorukem X,
gondorukem WW dan terpentin A. Total biaya produksi PGT Garahan pada tahun
2011 sebesar Rp62 981 881 476 dan tahun 2012 sebesar Rp65 954 797 131.
Harga pokok pada tahun 2011 dan 2012 secara berurut yaitu Rp7147 per kg dan
Rp7219 per kg. Perusahaan telah menghasilkan produk jauh di atas titik impas,
dimana titik impas pada tahun 2011 untuk produk gondorukem X, gondorukem
WW dan terpentin A secara berurut yaitu sebesar 468 456 kg/tahun, 503 259
kg/tahun, 139 448 kg/tahun dan tahun 2012 sebesar 437 948 kg/tahun, 484 017
kg/tahun dan 178 389 kg/tahun, dengan demikian perusahaan tidak mengalami
kerugian. Nilai ROI (Return on Investment) pada tahun 2011 sebesar 44.03% dan
tahun 2012 sebesar 41.86%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki kemampuan memperoleh laba yang tinggi.
Saran
PGT Garahan memiliki kapasitas produksi 18 000 ton getah per tahun,
dengan kapasitas tersebut perusahaan dapat meningkatkan keuntungan dengan
menambah jumlah bahan baku getah proses. Perhutani dapat meningkatkan
jumlah bahan baku getah dengan mengoptimalkan produksi getah pinus
(menambah jumlah pohon pinus di area hutan produksi) dan meningkatkan
pasokan getah di luar kawasan Perhutani.
DAFTARPUSTAKA
Arimbi DAR. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penawaran
Ekspor Gondorukem Perum Perhutani. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2010. Standar Nasional Indonesia Gondorukem.
Jakarta (ID): Badan Standar Nasional.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2011. Standar Nasional Indonesia Minyak
Terpentin. Jakarta (ID): Badan Standar Nasional.
[BSN] Badan Standar Nasional. 2012. Standar Nasional Indonesia Getah Pinus.
Jakarta (ID): Badan Standar Nasional.
Heizer J, B Render. 2009. Manajemen Operasi. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Horngren CT, SM Datar, dan G Foster. 2008. Akutansi Biaya dengan Penekanan
Manajerial. Edisi keduabelas. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.
[IMF] International Monetary Fund. 2013. World economic outlook data GDP
deflator [internet]. [diacu 2013 Oktober 21]. Tersedia dari: http:// www.
EconStats GDP, deflator _ IMF World Economic Outlook.htm.
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2005. Rencana Pembangun Jangka Panjang
Kehutanan (2005-2025). Jakarta (ID): Kemenhut.
16
[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2007. Peraturan Menteri Kehutanan
Republik Indonesia Nomor P.35 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu. Jakarta
(ID): Kemenhut.
Kuswandi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akutansi Keuangan
dan Akutansi Biaya. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia.
Prawirosentono S. 2007. Manajemen Operasi (Operations Management) Analisis
dan Studi Kasus. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Slot R dan GH Minnar. 1996. Dasar-Dasar Ekonomi Perusahaan. Jakarta (ID):
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBII dan PT Gramedia Pustaka Utama.
17
Lampiran 1 Persyaratan mutu getah
Warna
-
Mutu
A
Putih
Kadar air
Kadar kotoran
Kadar air +
kadar kotoran
%
%
%
≤7
≤7
≤ 14
Uraian
Satuan
Mutu
B
Putih sampai keruh
kecoklatan
7< ka ≤ 7
7< ka ≤ 7
14< ka+kk ≤ 18
Sumber: SNI 7837:2012
Lampiran 2 Persyaratan umum gondorukem
Uraian
Satuan
Persyaratan
Bilangan asam
Bilangan penyabunan
Bilangan Iod
-
160-190
170-220
5-25
Sumber: SNI 7636 : 2010
Lampiran 3 Persyaratan khusus gondorukem
Uraian
Satuan
Mutu
Warna
Metodelovibond
Metode gardner
Titik lunak
Kadar kotoran
Kadar abu
Komponen
menguap
Persyaratan
-
U
P
D
T
°C
%
%
%
X
≤6
≥78
≤0.02
≤0.02
≤2
WW
≤7
≥78
≤0.05
≤0.04
≤2
WG
≤8
≥76
≤0.07
≤0.05
≤2.5
N
≤9
≥74
≤0.10
≤0.08
≤3
Sumber: SNI 7636 : 2010
Keterangan; U: kualitas utama; X: Extra; P: kualitas pertama; WW: Water White; D: kualitas
kedua; WG: Window Glass; T: kualitas ketiga; N: Nancy.
18
Lampiran 4 Persyaratan umum terpentin
Uraian
Bentuk
Bau
Bobot jenis pada suhu 25°C
Index bias pada suhu 20°C
Titik nyala
Titik didih awal nyala
Satuan
°C
°C
Persyaratan
Cair
Bau khas terpentin
0.848-0.865
1.464-1.478
33-160
150-160
Sumber: SNI 7633:2011
Lampiran 5 Persyaratan khusus terpentin
Uraian
Satuan
Mutu Utama
(A)
Mutu Standar
(B)
Warna
-
Jernih
Putaran Optik
(27.5°C)
Kadar sulingan
Sisa penguapan
Bilangan asam
Alpha pinene
°
+ ≥ 32
Tidak
dipersyaratkan
+< 32
%
%
%
≥ 90
≤2
≤ 2.0
≥ 80
< 90
>2
>2.0
< 80
Sumber: SNI 7633 : 2011
19
Lampiran 6 Gambar proses produksi PGT Garahan
19
Lampiran 6 (lanjutan) Gambar proses produksi PGT Garahan
20
20
21
Lampiran 7 Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
1
Pengaspalan jalan mobil
2007
unit
1
Masa
Pakai
(Tahun)
10
66.71
133 210 313
13 321 031
SBDK
BNI
(%)
10.45
2
Mesin Stensil
2000
unit
1
4
6 600 000
33.17
19 897 498
4 974 374
10.45
1 299 555
3
Computer CPU+layar ION LIVEO
2005
unit
1
4
6 800 000
52.55
12 940 057
3 235 014
10.45
845 147
4
Printer EPSON LQ – 2180
2005
unit
1
4
6 800 000
52.55
12 940 057
3 235 014
10.45
845 147
5
Perlengkapan in- lemari besi
2009
unit
1
4
7 480 000
85.33
8 765 967
2 191 492
10.45
572 527
6
Ruang Laborat
2001
unit
1
20
10 860 000
37.91
28 646 795
1 432 340
10.45
1 571 635
7
Rumah Dinas Karyawan PGT
1985
m2
144
20
5 400 000
4.84
111 570 248
5 578 512
10.45
6 121 023
8
Rumah Dinas Karyawan PGT
1987
m2
-
20
55 642 400
5.6
993 614 286
49 680 714
10.45
54 512 164
No
Aktiva Tetap
Tahun
Perolehan
Satuan
Fisik
Nilai
Perolehan
(Rp)
88 864 600
GDP Deflator
(%)
Nilai Real
(Rp)
Penyusutan
(Rp)
Bunga Modal
(Rp)
7 656 263
9
Rumah Dinas Karyawan PGT
2000
m2
-
20
104 540 000
33.17
315 164 305
15 758 215
10.45
17 290 702
10
Rumah Dinas TK.II PGT
2008
unit
1
20
89 300 600
78.81
113 311 255
5 665 563
10.45
6 216 539
11
Pembangunan PGT Garahan
1982
unit
1
10
29 185 165
3.56
819 808 006
81 980 801
10.45
47 118 465
12
Pembangunan Gudang Gondorukem
1983
unit
1
10
29 653 560
4.26
696 092 958
69 609 296
10.45
40 007 943
13
Tangki terpentin PGT (Unit II) 17 kl
1983
unit
1
10
12 943 194
4.26
303 830 845
30 383 085
10.45
17 462 678
14
Pembangunan Bak Getah
1986
unit
1
10
48 798 080
4.84
1 008 224 793
100 822 479
10.45
57 947 720
15
Los baja PGT
1991
unit
1
10
71 567 183
8.18
874 904 438
87 490 444
10.45
50 285 133
16
Pembanagunan PGT Garahan
1993
unit
1
10
8 994 000
9.43
95 376 458
9 537 646
10.45
5 481 762
17
Bangunan Pabrik PGT (Unit II) 1982
1997
unit
1
10
56 202 184
13.67
411 135 216
41 113 522
10.45
23 629 997
18
Lanjutan pagar PGT Garahan
1983
unit
1
10
6 594 983
4.26
154 811 808
15 481 181
10.45
8 897 809
19
Pembangunan pagar PGT Garahan
1982
unit
1
10
28 282 318
3.56
794 447 135
79 444 713
10.45
45 660 849
20
Jalan PGT
1982
unit
1
10
7 192 551
3.56
202 037 949
20 203 795
10.45
11 612 131
21
Alat perbengkelan PGT
1985
unit
1
10
1 395 533
4.84
28 833 326
2 883 333
10.45
1 657 195
22
Alat-alat perbengkelan PGT
1991
unit
1
10
18 157 500
8.18
221 974 328
22 197 433
10.45
12 757 974
23
24
Instalasi listrik PGT Garahan
Instalasi listrik
1991
1996
unit
unit
1
1
10
10
15 858 000
29 747 800
8.18
12.14
193 863 081
245 039 539
19 386 308
24 503 954
10.45
10.45
11 142 281
14 083 647
21
22
22
Lampiran 7 (Lanjutan) Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
25
Lovibond & Field Comparator
1991
unit
1
Masa
Pakai
(Tahun)
10
8.18
72 738 386
7 273 839
SBDK
BNI
(%)
10.45
26
Perlengkapan Mesin INK
1982
unit
1
4
159 488 236
3.56
4 480 006 629
1 120 001 657
10.45
292 600 433
27
Tangki terpentin dan dehiderator
1986
unit
1
4
19 475 000
4.84
402 376 033
100 594 008
10.45
26 280 185
28
PMSG Prestaner/tangki/POM PGT
1986
unit
1
4
17 250 000
4.84
356 404 959
89 101 240
10.45
23 277 699
29
Tangki penuang gondorukem
1989
unit
1
4
44 990 000
6.74
667 507 418
166 876 855
10.45
43 596 578
30
Spiktro Monometer
1989
unit
1
4
3 465 000
6.74
51 409 496
12 852 374
10.45
3 357 683
31
Flow meter/washer PGT Garahan
1989
unit
1
4
16 456 000
6.74
244 154 303
61 038 576
10.45
15 946 328
32
Tangki Selter PGT Garahan
1990
unit
1
4
14 415 400
7.38
195 330 623
48 832 656
10.45
12 757 531
33
Instalasi Perpipaan
1990
unit
1
4
12 687 600
7.38
171 918 699
42 979 675
10.45
11 228 440
34
Tangki terpentin 30 kl
1990
unit
1
4
36 750 000
7.38
497 967 480
124 491 870
10.45
32 523 501
35
Pompa & tangki washer PGT
1991
unit
1
4
44 110 000
8.18
539 242 054
134 810 513
10.45
35 219 247
36
Pompa PGT Garahan
1992
unit
1
4
35 473 000
8.67
409 146 482
102 286 621
10.45
26 722 380
37
Tangki terpentin PGT 60 kl
1992
unit
1
4
52 272 727
8.67
602 914 960
150 728 740
10.45
39 377 883
38
Pemasangan Scrubbing PGT
1993
unit
1
4
80 946 000
9.43
858 388 123
214 597 031
10.45
56 063 474
39
Tangki terpenin 100 kl
1994
unit
1
4
91 048 025
10.17
895 260 816
223 815 204
10.45
58 471 722
40
Water Treatment
1994
unit
1
4
80 151 200
10.17
788 114 061
197 028 515
10.45
51 473 700
41
Kaptering Air Proses PGT
1995
unit
1
4
39 892 000
11.17
357 135 184
89 283 796
10.45
23 325 392
42
Filter GAF PGT Garahan
1996
unit
1
4
67 862 500
12.14
558 999 176
139 749 794
10.45
36 509 634
43
Mesin Boiler PGT 82, 93
1993
unit
1
4
302 179 900
9.43
3 204 452 810
801 113 203
10.45
209 290 824
44
Flow meter/washer PGT Garahan
1998
unit
1
4
23 600 000
23.96
98 497 496
24 624 374
10.45
6 433 118
45
Timbangan digital PGT Garahan
1998
unit
1
4
31 500 000
23.96
131 469 115
32 867 279
10.45
8 586 577
46
Timbangan digital PGT chaus 210s
1999
unit
1
4
29 015 000
27.34
106 126 554
26 531 639
10.45
6 931 391
47
48
Timbangan duduk PGT Garahan
Flow meter terpentin PGT
1999
1999
unit
unit
1
1
4
4
32 988 000
54 598 000
27.34
27.34
120 658 376
199 700 073
30 164 594
49 925 018
10.45
10.45
7 880 500
13 042 911
No
Aktiva Tetap
Tahun
Perolehan
Satuan
Fisik
Nilai
Perolehan
(Rp)
5 950 000
GDP Deflator
(%)
Nilai Real (Rp)
Penyusutan
(Rp)
Bunga Modal
(Rp)
4 180 639
23
Lampiran 7 (Lanjutan) Rekapitulasi investasi PGT Garahan tahun 2011
No
Aktiva Tetap
Tahun
Perolehan
Satuan
Fisik
Masa
Pakai
(Tahun)
Nilai
Perolehan (Rp)
GDP Deflator
(%)
Nilai Real (Rp)
Penyusutan
(Rp)
SBDK
BNI
(%)
Bunga Modal
(Rp)
49
Alat laboratorium
1999
unit
1
4
42 299 000
27.34
154 714 704
38 678 676
10.45
10 104 804
50
Pompa vacum PGT Garahan
2000
unit
1
4
57 500 000
33.17
173 349 412
43 337 353
10.45
11 321 883
51
Peninggian bak getah
2007
unit
1
4
121 909 700
66.71
182 745 765
45 686 441
10.45
11 935 583
52
Peng. Flow meter
2007
unit
1
4
174 253 750
66.71
261 210 838
65 302 709
10.45
17 060 333
53
Peng.pompa dan motor vacum
2007
unit
1
4
48 400 000
66.71
72 552 841
18 138 210
10.45
4 738 607
54
Peng. Pompa unit IPAL
2007
unit
1
4
10 175 000
66.71
15 252 586
3 813 146
10.45
996 185
55
Peng. Pompa terpentin Fr
2007
unit
1
4
12 100 000
66.71
18 138 210
4 534 553
10.45
1 184 652
56
Peng. Pompa air watersoftener
2007
unit
1
4
10 450 000
66.71
15 664 818
3 916 204
10.45
1 023 108
57
Peng. Pompa cucian lantai
2007
unit
1
4
10 450 000
66.71
15 664 818
3 916 204
10.45
1.023 108
58
Peng. Kisi-kisi coling tower
2007
unit
1
4
12 100 000
66.71
18 138 210
4 534 553
10.45
1 184 652
59
Peng. Motor penggerak coling
2007
unit
1
4
9 350 000
66.71
14 015 890
3 503 972
10.45
915 413
60
Peng. Timbangan duduk
2007
unit
1
4
7 150 000
66.71
10 718 033
2 679 508
10.45
700 022
61
Peng.. Tangki dehiderator
2007
unit
1
4
43 917 500
66.71
65 833 458
16 458 365
10.45
4 299 748
62
Modifikasi alat bahan bakar
2007
unit
1
4
48 191 000
66.71
72 239 544
18 059 886
10.45
4 718 145
63
Pompa air umpan broiler
2008
unit
1
4
39 325 000
78.81
49 898 490
12 474 623
10.45
3 258 995
64
Pemb. Miniatur proses
2008
unit
1
4
5 619 000
78.81
7 129 806
1 782 451
10.45
465 665
65
Pemb. Peralatan laborat ove