Pengembangan dan keberlanjutan wisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar

PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN WISATA BAHARI
DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KOTA MAKASSAR

ROSMAWATY ANWAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Pengembangan dan Keberlanjutan
Wisata Bahari Di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Makassar adalah karya
saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.


Bogor, Oktober 2011

Rosmawaty Anwar
C261040091

ABSTRACT
ROSMAWATY ANWAR. Development and Sustainability of Marine Tourism in the
Coastal Areas and Small Islands of Makassar City. Supervised by FREDINAN
YULIANDA, DIETRIECH G. BENGEN, and MENNOFATRIA BOER.
This research aims: (1) to identify the potenty and condition of coastal areas and
small islands of Makassar City for developing marine tourism, (2) to analyze suitability
and carrying capacity of the coastal and small islands tourism areas of Makassar City
for marine tourism development, (3) to analyze sustainability of the marine tourism
development in coastal areas and small islands of Makassar City, (4) to formulate policy
strategies for marine tourism development in Makassar City. Biogeophysics data are
collected by field survey while social, economic, culture and policy data was collected
by using interview techniques, supported by secondary data from the previous
researches. Data analysis methods are spatial analysis using SIG, suitability and
carrying capacity analysis of marine ecotourism, economic valuation analysis using
Travel Cost Approach sustainable analysis use the RAPFISH approach, with five

attributes i.e. ecology, economic, social-culture, technology and infrastructure, and law
and institution. Furthermore, policy analysis use A’WOT (AHP and SWOT integration)
approach. The results indicate that tourism area for diving has the largest suitable area
i.e. 82,376 ha which are almost available in all islands with carrying capacity of 1435
person/ day. The S1 diving tourism are found in 5 islands and covering larger area
(57,431 ha) than that of S2 diving tourism (24,945 ha). The result of Rapsaeco analysis
indicate that sustainability on ecological (62.27%), economic (54.03%), social-cultural
(55,53%) and law-institution (51.1%) dimensions are sustainable, however, dimension
of technology and infrastructure (49,54%) are unsustainable. The results of policy
analysis on SWOT components indicate that strength component place the first priority,
then followed by threats, opportunities and weaknesses as a second, third and fourth
priorities. Based on the analysis of policy strategies on development and sustainability
of marine tourism of Makassar City there are 3 policy strategies which placed a high
priority i.e. (1) development of snorkling and diving tourism on small islands by
rehabilitation of important habitats (0.321) as the first priority, (2) development of
coastal tourism on the coastal areas (0.195) as the second priority, and (3) determining
of landscape of marine tourism area and infrastructures (0.161) as the third priority.
Key words: marine tourism, coastal areas and small islands, sustainability, and
Makassar City.


RINGKASAN
Rosmawaty Anwar. Pengembangan dan Keberlanjutan Wisata Bahari Di Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar. Pembimbing: Fredinan Yulianda,
Dietriech G. Bengen, dan Mennofatria Boer.
Pengembangan wisata bahari di Kota Makassar sangatlah prospektif mengingat
Kota Makassar terletak di pesisir pantai bagian selatan Pulau Sulawesi dan berbatasan
langsung dengan Selat Makassar, sehingga kaya akan sumberdaya hayati laut maupun
buatan yang antara lain: memiliki garis pantai sepanjang 35,22 km dan mempunyai 11
pulau-pulau kecil dengan luas keseluruhan 178,5 ha, memiliki panorama pantai dan
pemandangan bawah laut yang sangat indah, terdapat berbagai obyek wisata pantai yang
telah ada dan cukup terkenal seperti Pantai Losari, serta ditunjang oleh kedudukan Kota
Makassar sebagai Water Front City. Kawasan pulau-pulau kecil Kota Makassar berada
pada satu gugusan pulau yaitu gugusan Kepulauan Spermonde. Jarak antar pulau sangat
dekat. Namun kondisinya saat ini belum siap ”jual” untuk daerah tujuan wisata bahari
unggulan. Kondisi terumbu karang di pulau-pulau kecil Kota Makassar sudah sangat
mengkhawatirkan akibat laju eksploitasi yang meningkat, akibatnya terjadi penurunan
persentase penutupan terumbu karang yang akan berdampak terhadap keberadaan ikan
karang dan biota laut lainnya (Depbudpar, 2007). Selain itu, sepanjang garis pantai di
Pantai Losari terus mengalami reklamasi ke arah laut yang semakin tidak terkendali
untuk pengembangan wisata bahari tanpa memperhitungkan azas kesesuaian dan daya

dukung kawasan. Apabila hal ini terus berlanjut, maka diduga akan terjadi degradasi
dan disfungsi sumberdaya alam. Agar pengembangan wisata bahari dapat dilaksanakan
dengan optimal dan lestari, maka kajian yang meliputi analisis kesesuaian dan daya
dukung kawasan, valuasi ekonomi, keberlanjutan dan kebijakan pengembangan sangat
diperlukan sehingga tercapai pengembangan destinasi wisata unggulan yang
komprehensif dan integral dengan penerapan prinsip wisata berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi potensi kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil Kota Makassar untuk pengembangan wisata bahari, (2) menganalisis
kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata pesisir dan pulau-pulau kecil Kota
Makassar bagi pengembangan wisata bahari, (3) menganalisis keberlanjutan
pengembangan wisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar,
(4) merumuskan strategi kebijakan pengembangan wisata bahari di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil Kota Makassar.
Penelitian dilaksanakan di lima lokasi wisata bahari di wilayah pesisir dan di
sepuluh pulau-pulau kecil di Kota Makassar yang berlangsung pada bulan Mei 2007 dan
November 2010. Data biogeofisik dikumpulkan melalui survey lapang, sedangkan data
sosial, ekonomi, budaya, dan kebijakan dikumpulkan melalui wawancara, dan
dilengkapi unsur data sekunder dari penelitian yang telah ada. Metode analisis data
terdiri dari analisis kesesuaian dan daya dukung wisata bahari dengan pendekatan
spasial dengan menggunakan SIG, analisis keberlanjutan dengan menggunakan

RAFFISH yang dimodifikasi berdasarkan kriteria ekologi, ekonomi, sosial-budaya,
teknologi dan infrastruktur, dan kelembagaan. Selanjutnya, dilakukan analisis kebijakan
dengan pendekatan analisis A’WOT.
Hasil analisis berbagai kesesuaian wisata bahari memperlihatkan bahwa wisata
diving memiliki luasan kesesuaian yang terbesar yaitu 82,376 ha dan terdapat hampir di
semua pulau dengan jumlah daya dukung kawasan wisata selam adalah 1435 orang/hari.

Wisata diving untuk kelas S1 terdapat di 5 pulau dan memiliki luasan yang lebih besar
yaitu 57,413 ha daripada kelas S2 yaitu 24, 945 ha. Hasil analisis kesesuaian wisata
pantai di wilayah pesisir menunjukkan bahwa Pantai Tanjung Bunga sangat sesuai
untuk wisata pantai kategori rekreasi dengan panjang garis pantai adalah 6443 m.
Hasil analisis keberlanjutan menunjukkan bahwa keberlanjutan dimensi ekologi
(62,27%), ekonomi (54,03%), sosial-budaya (55,53%) dan dimensi hukum dan
kelembangaan (51,10%) termasuk dalam status cukup berkelanjutan, sedangkan
dimensi infrastruktur dan teknologi (49,54%) termasuk dalam status belum
berkelanjutan. Hasil analisis travel cost menunjukkan bahwa jarak, umur dan koefisien
biaya perjalanan memiliki korelasi positif dengan tingkat kunjungan wisatawan,
sedangkan tingkat pendapatan berkorelasi negative dengan tingkat kunjungan
wisatawan.
Hasil analisis kebijakan terhadap komponen SWOT menunjukkan bahwa

komponen strenght (kekuatan) menempati prioritas pertama dalam pengembangan dan
keberlanjutan wisata bahari di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Makassar,
kemudian diikuti oleh komponen threats (ancaman), opportunities (peluang), dan
weaknesses (kelemahan) sebagai prioritas ke dua, ke tiga, dan ke empat. Berdasarkan
analisis AWOT, strategi kebijakan yang perlu dikembangkan dalam pengembangan dan
keberlanjutan wisata bahari di Kota Makassar untuk menunjang target yang ingin
dicapai, maka diperoleh 6 strategi kebijakan yang menempati prioritas tinggi yaitu: (1)
pengembangan wisata snorkling dan diving di PPK melalui rehabilitasi habitat-habitat
penting (0,321) sebagai prioritas pertama, (2) pengembangan wisata pantai kategori
rekreasi di wilayah pesisir (0,195) sebagai prioritas ke dua, (3) penetapan tata ruang
kawasan wisata bahari dan sarana dan prasarana (0,161) sebagai prioritas ke tiga,
penegakan hukum dan kelembagaan (0,125) sebagai prioritas ke empat, serta
peningkatan pendapatan, lapangan kerja (0,110), dan Peningkatan SDM pengelola
wisata dan masyarakat sekitar kawasan wisata bahari (0,089) masing-masing sebagai
peringkat ke lima dan ke enam.

@Hak Cipta milik IPB, tahun 2011.
Hak Cipta di Lindungi Undang-Undang
1)


Dilarang Mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini
tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber :
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2)

Dilarang mengumumkan dan memperbayak sebagian atau
seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN WISATA BAHARI
DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KOTA MAKASSAR

Oleh:
ROSMAWATY ANWAR

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

Penguji Luar Komisi Ujian Tertutup: 1. Dr. Ir. Etty Riani, M.Si.
2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka : 1. Dr. Ir. Sudirman Saad, SH, MH.
2. Prof. Dr. Ir. Dedi Soedharma, M.Sc.

Judul Disertasi

: Pengembangan Dan Keberlanjutan Wisata Bahari
Di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar

Nama


: Rosmawaty Anwar

NRP

: C261040091

Program Studi

: Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc.
Ketua

Prof. Dr. Ir. Dietriech G. Bengen, DEA.
Anggota


Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA
Anggota

Diketahui :

Ketua Program Studi

Dekan SekolaPascasarjana
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA.

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.

Tanggal Ujian : 14 Oktober 2011

Tanggal Lulus : ......................

PRAKATA
Ucapan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Disertasi ini berjudul

“Pengembangan dan Keberlanjutan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kota Makassar” . Pengembangan wisata bahari ini sangat penting untuk dikaji,
karena memanfaatkan jasa-jasa lingkungan dari sumberdaya alam yang terdapat di
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang merupakan obyek wisata yang potensial
dengan keanekaragaman budaya yang harus dilestarikan karena dapat menopang
kepentingan pemerintahan daerah serta mata pencaharian masyarakat yang tinggal di
sekitar kawasan wisata bahari tersebut.
Disertasi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Seiring dengan selesainya penulisan disertasi ini, penulis mengucapkan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc. sebagai ketua komisi pembimbing, Bapak
Prof. Dr. Ir. Dietriech G, Bengen, DEA., dan Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, M.Sc.,
sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,
arahan, motivasi sejak mulai penulisan proposal hingga penyelesaian disertasi ini.
2. Rektor dan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan S3
di Institut Pertanian Bogor.
3. Koordinator Kopertis Wilayah IX Sulawesi yang telah memberikan rekomendasi
kepada penulis untuk melanjutkan studi S3 di IPB Bogor
4. Ketua STITEK BALIK DIWA Makassar yang telah memberikan rekomendasi
kepada penulis untuk melanjutkan studi S3 di IPB Bogor
5. Sembah sujud kepada Kedua orang tua tercinta (Alm) yang telah membesarkan,
mendidik, dan tiada hentinya mendoakan keberhasilan anaknya.
6. Terima Kasih yang tak terhingga penulis persembahkan kepada saudara-saudara
saya: Alauddin Anwar, S.H, M.Hum. dan ST Rahma Anwar S.E, dan seluruh
keluarga yang tidak dapat disebutkan atas bantuan dan doanya selama ini.
7. Penghargaan yang tak terhingga penulis sampaikan kepada suami tercinta Dr
Ramli, S.Pd.,M.Pd., dan anak – anak tersayang Andi Nina Luthfianty, Andi
Ihdinannisa Anindyka, Andi Muhhammad Nur Fauzan, Andi Fadel Muhamammad
Fathan, dan Hurul Ainul Thahira Wildani, atas segala kasih sayang dan
pengorbanan yang kalian berikan pada ibu, dengan penuh kesabaran serta
pengertian mendampingi ibu selama menjalani pendidikan, sehingga ibu tetap
semangat menyelesaikan studi.
8. Departemen Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa BPPS.
9. PT. Damandiri di Jakarta yang memberikan bantuan dana penelitian
10. PEMKOT Kota Makassar yang telah memberikan bantuan dana penelitian
11. PEMDA TK I Sulawesi – Selatan yang memberikan bantuan dana penelitian.
12. PEMDA TK II Gowa Provinsi Sulawesi – Selatan yang memberikan bantuan dana
Penelitian.
13. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Coremap Mitra Bahari Jakarta yang
telah memberikan bantuan dana penelitian.
14. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Jakarta yang telah memberikan bantuan
dana Penelitian.
15. Departemen Pendidikan Nasional atas bantuan dana (Hibah Doktor).
16. Kerukunan Keluarga Sulawesi-Selatan dan Bapak Andi Hasanuddin sebagai ketua
KKSS yang telah memberikan bantuan dana penyelesaian studi di IPB ini.

17. Prof. Dr. Ir. Marimin, MSc. yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan
moril dalam penyelesaian disertasi ini.
18. Dr. Ir. Rahman Kurniawan M.Si yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan moril dalam penyelesaian disertasi ini.
19. Saudara Ir. Muh. Awir dan Ir. Muh. Alim yang telah sangat membantu penulis
dalam penyelesaiaan disertasi.
20. Saudara Ir. Wawan dan seluruh rekan-rekan serta semua pihak yang telah
membantu penulis selama pengambilan data di lapangan.
21. Semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberkahi dan melimpahkan Rahmat dan Taufiknya. Amin.
Bogor,Juli 2011
Rosmawaty Anwar

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ujung Pandang (sekarang Makassar) pada tanggal 12 September
1967, merupakan anak ke dua dari lima bersaudara dari keluarga Bapak Anwar Karim
Daeng Raja dan Ibu Sitti Lapang Daeng Sanga. Penulis menyelesaikan pendidikan
Sekolah Dasar pada tahun 1979 di SD Negeri No.2 Jeneponto, Sulawesi-Selatan,
Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri No.1 Jeneponto pada
tahun 1982, dan Sekolah Menengah Atas di Madrasah Aliyah Negeri No.1 Makassar
pada tahun 1985. Selama menjalani pendidikan di SD, penulis mendapat kesempatan
memperoleh beasiswa murid berprestasi dari yayasan Supersemar dua tahun berturutturut. Penulis kembali mendapatkan beasiswa ”Siswa Berprestasi” dari yayasan
Supersemar untuk tingkat SMP pada tahun 1981 dan untuk tingkat SMA pada tahun
1984. Penulis melanjutkan pendidikan sarjana (S1) di Universitas Hasanuddin pada
tahun 1985 melalui jalur Proyek PMDK (Penelusuran Minat dan Keahlian). Penulis
menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin pada
tahun 1990. Selama menjalani kuliah pendidikan sarjana (S1), penulis kembali
mendapat beasiswa Supersemar dan beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas untuk Dosen
(TID) dalam lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIRJEN DIKTI).
Pada tahun 1989 hingga tahun 1992 penulis bekerja di PT Kalbe Farma. Pada
tahun 1990 penulis diterima sebagai PNS untuk staf pengajar pada Kopertis Wilayah IX
Sulawesi melalui jalur Tunjangan Ikatan Dinas untuk Dosen dan diperbantukan di
Universitas Muslim Indonesia. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan
pascasarjana (S2) di Universitas Hasanuddin dan pendidkan program Doktor di IPB
pada tahun 2004 melalui jalur BPPS Dirjen DIKTI. Selanjutnya pada tahun 2004 hingga
sekarang penulis bekerja sebagai staf pengajar di Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan
Balikdiwa, Makassar.

xix

DAFTAR ISI

Halaman
xxiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................
xxv
DAFTARTABEL ..............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................

xxix

1 PENDAHULUAN ………………………………………..…......
1.1 Latar Belakang ..................................................................
1.2 Perumusan Masalah ……………………………………...
1.3 Tujuan Penelitian ...............................................................
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................
1.5 Kebaruan ............................................................................
1.6 Kerangka Pemikiran ..........................................................

1
1
5
7
7
7
8

2 TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………
2.1 Batasan dan Karakteristik Wilayah Pesisir ........................
2.2 Batasan dan Karakteristik Pulau-Pulau Kecil.....................
2.3 Pengembangan Wisata Bahari Di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil ………………………………………..
2.3.1 Wisata Pesisir ……………………………………..
2.3.2 Ekowisata ………………………………………….
2.4 Pengembangan Wisata Bahari dalam Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan Di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil ………………………………………..
2.4.1 Tipologi Wisatawan ……………………………….
2.4.2 Daya Dukung Wisata Bahari ……………………...
2.4.3 Destinasi Wisata Bahari …………………………...
2.5 Keberlanjutan Pengelolaan Kawasan Pesisir .....................
2.5.1 Dimensi Teknologi ..................................................
2.5.2 Dimensi Kelembagaan .............................................
2.5.3 Dimensi Teknologi ...................................................
2.5.4 Sosial Ekonomi ........................................................
2.5.5 Multidimensional Scaling ........................................
2.6 Kebijakan ...........................................................................
2.6.1 Batasan Kebijakan ....................................................
2.6.2 Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari ................
2.6.3 AWOT .....................................................................

11
11
15

3 METODE PENELITIAN ............................................................
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................
3.2 Jenis Data dan Informasi ...................................................
3.3 Metode Pengumpulan Data ...............................................
3.3.1 Tutupan Karang .......................................................
3.3.2 Ikan Karang .............................................................
3.3.3 Parameter Kualitas air ..............................................
3.3.4 Data Sosial, Ekonomi, Budaya dan Kelembagaan...

49
49
49
49
50
50
50
51

xix

18
19
22

25
29
32
33
34
34
37
39
40
40
41
41
43
44

xx

3.3.5 Teknik Penentuan Responden .................................
3.4 Analisis Data ......................................................................
3.4.1 Analisis Potensi Sumberdaya Alam ........................
3.4.2 Analisis Kesesuaian Wisata Bahari .........................
3.4.3 Analisis Daya Dukung Wisata Bahari .....................
3.4.4 Analisis Penyusunan Rencana Pengembangan
Wisata Bahari ...........................................................
3.4.5 Analisis Keberlanjutan ............................................
3.4.6 Analisis Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari...
4 PROFIL KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU
KECIL KOTA MAKASSAR ………………………………….
4.1 Letak Geografis Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil Kota Makassar ……………………………………..
4.1.1 Pesisir Kota Makassar …………………………….
4.1.2 Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar ………………..
4.2 Kondisi Biofisik Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Kota Makassar …………………………………………...
4.2.1 Pesisir Kota Makassar …………………………….
4.2.2 Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar ………………...
4.3 Kondisi Ekonomi dan Sosial Budaya Di Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar .....................................
4.3.1 Pesisir Kota Makassar .............................................
4.3.2 Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar ...........................
4.4 Sarana dan Prasarana Sosial Di Pulau-Pulau Kecil
Kota Makassar ...................................................................
4.5 Aksesibilitas .......................................................................
4.5.1 Bandar Udara International Hasanuddin ..................
4.5.2 Pelabuhan Samudera Makassar Soekarno-Hatta ......
4.6 Kelembagaan .....................................................................
5 PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR...
5.1 Kondisi dan Potensi Sumberdaya Di Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil Untuk Pengembangan Wisata Bahari..
5.1.1 Ekosistem Terumbu Karang ………………………
5.1.2 Ikan Karang ……………………………………….
5.1.3 Ekosistem Mangrove ……………………………...
5.1.4 Ekosistem Lamun …………………………………
5.2 Kondisi dan Potensi Wisata ……………………………...
5.2.1 Wisata Pantai di wilayah Pesisir …………………..
5.2.2 Festival dan Perayaan Bahari Di Bandar Makassar..
5.2.3 Potensi Wisata Kampung Nelayan Untia …………
5.2.4 Kondisi dan Potensi Wisata Pulau ………………...
5.2.5 Potensi Wisata Kapal Karam ……………………...
5.3 Kualitas Air Di Perairan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
di Kota Makassar ………………………………………...
5.3.1 Perairan Pesisir Kota Makassar……………………

51
52
55
55
61
63
64
66
67
67
67
68
70
70
71
74
74
76
81
82
84
84
85
87
87
87
89
90
92
97
97
98
100
101
102
104
104

xxi
5.3.2 Perairan Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar ……….
5.4 Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan untuk Wisata Bahari...
5.4.1 Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan Pesisir untuk
Wisata Bahari ……………………………………...
5.4.2 Kesesuaian Pulau-Pulau Kecil untuk Wisata Bahari
5.5 Daya Dukung Kawasan untuk Wisata Bahari ……………
5.6 Pengembangan Wisata Bahari Di Kawasan Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil ………………………………………..
5.6.1 Luas dan Kapasitas Pengembangan Wisata Pantai
Di Kawasan Pesisir ……………………………..
5.6.2 Luas dan Kapasitas Pengembangan Wisata Bahari
Di pulau-Pulau Kecil ………………………………

105
107
108
115
129
133
133
139

6 KEBERLANJUTAN WISATA BAHARI DI WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAUKECIL KOTA MAKASSAR…
6.1 Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi …………………..
6.2 Status Keberlanjutan Dimensi Ekonomi …………………
6.3 Status Keberlanjutan Dimensi Sosial-Budaya …………...
6.4 Status Keberlanjutan Dimensi Infrastuktur dan Teknologi
6.5 Status Keberlanjutan Dimensi Hukum dan Kelembagaan..

151
151
156
159
165
168

7 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI
DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
KOTA MAKASSAR …………………………………………….
7.1 Komponen SWOT ……………………………………….
7.2 Komponen Strength (Kekuatan) …………………………
7.3 Komponen Weaknesses (Kelemahan) ……………………
7.4 Komponen Opportunities (Peluang) ……………………..
7.5 Komponen Threats (Ancaman) ………………………….
7.6 Strategi Kebijakan Pengembangan Wisata Bahari ………

175
175
176
177
179
181
183

8 KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………….
8.1 Kesimpulan ………………………………………………
8.2 Saran ……………………………………………………..

189
189
190

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

191

LAMPIRAN .......................................................................................

201

xxi

xxii

xxiii

DAFTAR TABEL

Nomor
1.

Halaman
Matriks Kesesuaian Wisata Pantai Kategori Wisata
Mangrove ..……………………………………………...........

58

2.

Matriks Kesesuaian Wisata Pantai Kategori Rekreasi……….

59

3.

Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Wisata Selam ...

60

4.

Matriks Kesesuaian Wisata Bahari Kategori Wisata
Snorkling ..................................................................................

61

Potensi Ekologis Pengunjung (K) dan Luas Area Kegiatan
(Lt)……………………………………………………………

62

Prediksi Waktu yang Dibutuhkan setiap Kegiatan Wisata
Bahari …………………………………………......................

63

Nilai Indeks Keberlanjutan Wisata Bahari berdasarkan
Hasil Analisis RAPSAECO………………………………...

65

Luas, Panjang Garis Pantai dan Jarak masing-masing Pulau
di Kota Makassar .....................................................................

69

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jumlah
Keluarga ..................................................................................

77

Ketersediaan Sumber Air Bersih Pulau-pulau Kecil Kota
Makassar …………………………………………………….

81

Sarana dan Prasarana Sosial Pulau-pulau Kecil
Kota Makassar ……………………………………………….

82

12.

Dermaga Di Pulau-pulau Kecil Kota Makassar.......................

83

13.

Persentase Tutupan Karang di Pulau-pulau Kecil
Kota Makassar pada Kedalaman 10 meter ..............................

88

Persentase Tutupan Karang di Pulau-pulau Kecil
Kota Makassar pada Kedalaman 3 meter ................................

88

Kualitas Air di Sekitar Perairan Pesisir
Kota Makassar ........................................................................

105

Kualitais Air di Perairan Pulau-pulau Kecil
Kota Makassar .........................................................................

106

Kesesuaian Wisata Bahari berbagai Kategori di
Kawasan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Makassar..........

126

Daya Dukung Wisata Bahari berbagai Kategori
di Kawasan Pulau-pulau Kecil Kota Makassar .......................

131

Luas Kawasan Potensial untuk Pengembangan Wisata Pantai
Di kawasan Pesisir Kota Makassar .........................................

135

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

14.
15.
16.
17.
18.
19.

xxiii

xxiv

20.

Kapasitas Kawasan Potensial untuk Wisata Pantai Kategori
Rekreasi dan Mangrove Di wilayah Pesisir…..........................

136

Luas Kawasan Potensial untuk Pengembangan Wisata Bahari
Di Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar......................................

140

Kapasitas Kawasan Potensial untuk Pengembangan Wisata
Bahari Di Pulau-Pulau Kecil Kota Makassar...........................

141

Perbedaan Nilai Indeks Keberlanjutan Analisis Rapseico
dengan Monte Carlo …………………………………………

173

24.

Hasil Analisis Rapseico untuk Nilai Stress dan RSQ…...........

173

25.

Matriks Skala Prioritas Kebijakan Wisata Bahari berdasarkan
Komponen Weaknesses ………………………………………..

178

Matriks Skala Prioritas Kebijakan Wisata Bahari berdasarkan
Komponen Opportunities…………………...............................

180

Matriks Skala Prioritas Kebijakan Wisata Bahari berdasarkan
Komponen Threats……………………......................................

182

Matriks Prioritas Alternatif Kebijakan Wisata Bahari dengan
Metode AWOT ……………………………….......................

184

21.
22.
23.

26.
27.
28.

xxv

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian..……………………………..
1.
9
2.

Komponen Kawasan Pesisir Secara terpadu ………………...

11

3.

Skema Konsep Pariwisata Pesisir ….………………..............

21

4.

Skema Konsep Ekowisata........................................................

25

5.

Prosedur dan Proses Pembuatan Kebijakan)…………………

43

6.

Peta Lokasi Penelitian di Wilayah Pesisir Kota Makassar ….

53

7.

Peta Wilayah Penelitian di Kawasan Pulau-pulau Kecil
Kota Makassar ……………………………………………….

54

8.

Illustrasi Penentuan Indeks Keberlanjutan Wisata Bahari…...

65

9.

Peta Sebaran Ekosistem dan Kondisi Eksisting Di Pulau
Barrang Lompo, Bonetambung dan Barrang Caddi.................

93

Peta Sebaran Ekosistem dan Kondisi Eksisting Di Pulau
Kodingareng Keke, Samalona dan Kodingareng Lompo……

94

Peta Sebaran Ekosistem dan Kondisi Eksisting Di Pulau
Lumu-lumu dan Lumu-lumu Kecil ………………………….

95

Peta Sebaran Ekosistem dan Kondisi Eksisting Di Pulau
Lancukang dan Langkai...........................................................

96

Peta Ekosistem dan Kondisi Eksisting Di Wilayah
Pesisir Kota Makassar..............................................................

101

Peta Kesesuaian Wisata Pantai Kategori Rekreasi
Di Wilayah Pesisir...................................................................

109

Peta Kesesuaian Wisata Pantai Kategori Mangrove
Di Wilayah Pesisir...................................................................

114

Peta Overlay berbagai Kesesuaian Wisata Bahari
di Pulau Langkai dan Lancukkang...........................................

116

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Peta Overley berbagai Kesesuaian Wisata Bahari
Pulau Kodinggareng Keke dan Pulau Samalona......................

18.

Peta Overley berbagai Kesesuaian Wisata Bahari Pulau
Lumu-lumu di Kawasan Pulau-pulau Kecil Kota Makassar....

117

Peta Hasil Overlay berbagai Kesesuaian Wisata Bahari di
Pulau Kayangan.......................................................................

119

Peta Overley berbagai Kesesuaian Wisata Bahari Pulau
Bonetambung, Barrang Lompo dan Barrang Caddi …………

120

19.
20.

xxv

117

xxvi

21.

Peta Overlay Kesesuaian Wisata Pantai dengan Potensi
dan Jenis Kegiatan Di Kawasan Pesisir Kota Makassar..........

137

Peta Arahan Pengembangan Wisata Pantai Kategori Rekreasi
dan Mangrove Di Wilayah Pesisir Kota Makassar..................

138

Peta Overlay Ksesuaian Wisata Bahari dan Kondisi
Eksisting Di Pulau Lancukang dan Langkai …………..........

143

Peta Overlay Ksesuaian Wisata Bahari dan Kondisi
Eksisting Di Pulau Bonetambung, Barrang Lompo dan
Barrang Caddi ….....................................................................

144

Peta Overlay Ksesuaian Wisata Bahari dan Kondisi
Eksisting Di Pulau Kayangan dan Lae-lae ………………….

145

Peta Arahan Pengembangan Pulau Barrang Lompo,
Bonetambung, dan Barrang Caddi …………………................

146

Peta Arahan Pengembangan Pulau Kodinggareng Keke,
Kodinggareng Lompo, dan Samalona ……………………….

147

Peta Arahan Pengembangan Pulau Lancukang, dan
Barrang Caddi ……………………………….........................

148

29.

Peta Arahan Pengembangan Pulau Lumu-Lumu ……………

149

30.

Nilai Indeks Keberlanjutan Wisata Bahari Di Pesisir
dan PPK Kota Makassar pada Dimensi Ekologi …………….

152

Peran setiap Atribut Dimensi Ekologi dinyatakan
dalam Bentuk Perubahan RMS ……………………………...

153

Nilai Indeks Keberlajutan Pengembangan Wisata Bahari
pada Dimensi Ekonomi ………………………………..........

157

Peran setiap Atribut Dimensi Ekonomi dinyatakan dalam
Bentuk Perubahan Nilai RMS ………………………………

157

Nilai Indek Keberlajutan Pengembangan Wisata
Bahari pada Dimensi Sosial Budaya ………………………...

160

Peran Setiap Atribut Dimensi Sosial Budaya
dinyatakan dalam Bentuk Nilai RMS ………………………

161

Nilai Indeks Keberlajutan Pengembangan Wisata
Bahari pada Dimensi Infrastruktur …………………………

165

Peran setiap Atribut Dimensi Infrastruktur dan
Teknologi yang dinyatakan dalam Bentuk Perubahan
Nilai RMS (Root Mean Square) ……………………………..

166

Nilai Indeks Keberlanjutan pada Dimensi Hukum
dan Kelembagaan ……………………………………………

169

Peran Setiap Atribut Dimensi Hukum dan Kelembagaan

170

22.
23.
24.

25.
26.
27
28.

31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.

38.
39.

xxvii

yang Dinyatakan dalam Bentuk Perubahan Nilai RMS..........
40.

41.
42.
43.
44.
45.
46.

Diagram Layang-layang Nilai Indeks Keberlanjutan Wisata
Bahari di Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota
Makassar …………………………………………………….

172

Skala Prioritas Kebijakan berdasarkan Komponen
SWOT dengan Metode AWOT ……………………………..

175

Skala Prioritas Kebijakan berdasarkan Komponen
Strength dengan Metode AWOT ……………………..........

176

Skala Prioritas Kebijakan berdasarkan Komponen
Weaknesses dengan Metode AWOT ………………..............

177

Skala Prioritas Kebijakan berdasarkan Komponen
Opportunities dengan Metode AWOT …………………........

180

Skala Prioritas Kebijakan berdasarkan Komponen
Threats dengan Metode AWOT ……………………………..

181

Skala Prioritas Kebijakan berdasarkan Komponen
SWOT dengan Metode AWOT ………………………...........

183

xxvii

xxviii

xxix

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Jenis dan Sumber Data yang Diperlukan dalam Penelitian.......

203

2.

Morfologi Pantai pulau-Pulau Kecil Kota Makassar …............

204

3.

Peta Kesesuaian Wisata Pantai di Pulau Bonetambung,
Barrang Lompo dan Barrang Caddi ….………………............

205

Peta Kesesuaian Wisata Pantai di Pulau Kodinggareng Keke
dan Pulau Samalona..................................................................

206

Peta Kesesuaian Wisata Pantai di Pulau Lancukang dan Pulau
Langkai ……………………………………………………….

207

6.

Peta Kesesuaian Wisata Pantai di Pulau Kayangan ………….

208

7.

Peta Kesesuaian Wisata Selam di Pulau Barrang Lompo,
Bonetambung, dan Pulau Barrang Caddi …………………….

209

Peta Kesesuaian Wisata Selam di Pulau Lancukang dan
Langkai ……………………………………………………….

210

9.

Peta Kesesuaian Wisata Selam di Pulau Lumu-Lumu..............

211

10.

Peta Kesesuaian Wisata Snorkling Di Pulau Bonetambung,
Barrang Lompo, dan Barrang Caddi …....................................

212

Peta Kesesuaian Wisata Snorkling Di Pulau Kodinggareng
Keke dan Samalona …………………………………………..

213

Peta Kesesuaian Wisata Snorkling Di Pulau Lancukang dan
Langkai......................................................................................

214

13.

Peta Snorkling Di Pulau Lumu-Lumu.......................................

215

14.

Hasil Analisis Kesesuaian Wisata Diving di Pulau-pulau
Kecil..........................................................................................

216

Hasil Analisis Kesesuaian Wisata Diving di Pulau-pulauKecil

218

4.
5.

8.

11.
12.

15.

xxix

xxx

1

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
sebanyak 13.466 dan garis pantai sepanjang 95.18 km, memiliki potensi
sumberdaya alam dan jasa lingkungan perairan laut yang besar seperti: terumbu
karang, mangrove, dan pantai. Berdasarkan kondisi tersebut, pengembangan
wisata bahari merupakan salah satu pilihan yang paling strategis dari segi
ekonomi, sehingga potensi wisata bahari ini akan memiliki daya saing tinggi
dibandingkan dengan potensi serupa di negara-negara lainnya.
Pembangunan wisata bahari merupakan salah satu pilihan yang paling
strategis dengan konsep pengembangan wisata berkelanjutan (sustainable tourism
development) sebagaimana menjadi pedoman pengembangan pariwisata oleh
United Nation World Tourism Organization (UNWTO) yang mengandung arti
bahwa pembangunan pariwisata harus dapat turut serta menjaga kesinambungan
pembangunan dan pelestarian sumberdaya alam, sekaligus memberikan manfaat
sebesar-besarnya bagi komunitas setempat.
Pembangunan wisata bahari pada prinsipnya adalah merubah bentuk
kegiatan dari daratan ke bahari dan merubah pola fikir dari wisata massal (mass
tourism) menjadi wisata yang berkualitas (quality tourism), dari wisata dengan
pendapatan yang sebesar-besarnya (high income) menjadi wisata dengan
pemerataan pendapatan bagi semua stakeholder ( rational income distribution to
the people) dan dari memanfaatkan lingkungan menjadi mendayagunakan
lingkungan. Dari sisi permintaan, wisata bahari Indonesia sangat potensial untuk
dikembangkan.

Survey

wisatawan

mancanegara

(wisman)

tahun

2008

menunjukkan bahwa kunjungan wisman untuk tujuan wisata alam yang
berhubungan dengan pantai mencapai 25,33%

dari seluruh responden yang

disurvey (Hermantoro, 2009) dan hasil penelitian Passenger Exit Survey (2005) in
Firdaus (2006) menunjukkan bahwa tempat-tempat yang diminati wisatawan
untuk dikunjungi adalah objek wisata pantai (30,5%). Begitu pula, semangat
untuk lebih memperhatikan pengembangan wisata bahari tercantum dalam visi
dan misi wisata bahari. Visi ”Indonesia dalam 10 Tahun menjadi tujuan wisata
bahari terkemuka di kawasan Asia Pasifik” yang dijabarkan dalam misi berupa:

2
(1) memberikan pelayanan terbaik bagi wisatawan di alam kebaharian Indonesia,
(2) menciptakan iklim kondusif bagi investasi industri wisata bahari, (3)
menciptakan keterpaduan pengembangan wisata bahari yang berkelanjutan, dan
(4) mengembangkan produk wisata bahari dengan pola kemitraan diantara pelaku
wisata bahari.
Pengalokasian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil menjadi kawasan
pengembangan wisata bahari yang berbasis konservasi dan masyarakat,
merupakan wujud nyata upaya pengelolaan sumberdaya alam demi keberlanjutan
pemanfaatannya. Pengembangan wisata bahari di kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil merupakan salah satu pendekatan terkini dalam sebahagian besar programprogram pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil. Pengembangan
wisata bahari dapat dianggap sebagai manifestasi keinginan masyarakat untuk
mempertahankan keberadaan sumberdaya alam pesisir dan laut bagi pemenuhan
kebutuhannya untuk dapat dimanfaatkan secara lestari, kebutuhan untuk
menikmati keindahan alam, dan kebutuhan untuk melindungi hak sebagai pemilik
sumberdaya dari pengguna luar.
Pengembangan wisata bahari sebagai daerah tujuan wisata (destinasi)
unggulan di Kota Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan sangatlah
prospektif mengingat Kota Makassar berada di ibu kota provinsi dan terletak di
pesisir pantai bagian selatan Pulau Sulawesi yang mempunyai 11 pulau-pulau
kecil antara lain: Pulau Kayangan, Pulau Samalona, Pulau Kodingarengkeke, dan
Pulau Lanyukang, dengan luas keseluruhan 178,5 ha atau 1,1% dari luas kawasan
daratan, memiliki hamparan terumbu karang dan lamun, panorama pantai dan laut
yang indah, serta kaya akan keragaman potensi sumberdaya pulau-pulau kecil
pendukung kegiatan pemanfaatan jasa-jasa pariwisata. Selain itu, jarak antara satu
pulau dengan yang lainnya sangat dekat dan berada pada satu gugusan Kepulauan
Spermonde. Keberadaan pulau-pulau kecil juga di tunjang oleh keberadaan
ekosistem terumbu karang dan keindahan alam di sekelilingnya serta terdapatnya
berbagai obyek wisata yang telah ada. Potensi alam yang menarik juga ditunjang
oleh kekhasan Kebudayaan masyarakat setempat dan kemudahan aksesibilitas ke
lokasi wisata bahari.

3
Kondisi yang sama terjadi di kawasan pesisir Kota Makassar yang
memiliki arti strategis untuk pengembangan wisata bahari karena berbatasan
langsung dengan Selat Makassar, sehingga memiliki potensi sumberdaya alam
(pantai berpasir, mangrove) dan jasa-jasa lingkungan yang berpotensi untuk
pengembangan wisata bahari seperti potensi wisata pantai, wisata mangrove,
wisata budaya, dan wisata sejarah yang beragam, menarik dan cukup terkenal.
Jenis wisata yang dikembangkan saat ini di kawasan pesisir dan laut Kota
Makassar secara langsung adalah: wisata Pantai Losari, Pantai Akkarena, Pantai
Tanjung Bunga, dengan kegiatan wisata seperti berperahu, berenang, sky air,
memancing serta olahraga pantai, berjemur, dan piknik menikmati atmosfer laut.
Wisata theme park dan out bound yang ada disini adalah di Trans Studio dan
Pantai Akkarena. Wisata sejarah dan budaya yaitu Benteng Rotterdam, Benteng
Sombaopu, Taman Miniatur Sulawesi-Selatan, dan Pelabuhan Rakyat Paotereq
(DKP Kota Makassar 2010; Dinas Pariwisata Kota Makassar, 2010).
Pengembangan wisata bahari di Kota Makassar ditunjang pula oleh
kedudukan Kota Makassar sebagai water front city yang merupakan pintu gerbang
Indonesia bagian timur. Kondisi ini, menempatkan posisi Kota Makassar berada
di garis depan sebagai penyambut kedatangan wisatawan dari mancanegara
maupun nusantara dan merupakan tempat diselenggarakannya berbagai kegiatan
seperti bisnis, seminar, lokakarya dan festival bahari (Debora, 2003).
Keberadaan dari potensi pesisir dan pulau-pulau kecil ini sebagai daerah
tujuan wisata unggulan untuk pengembangan wisata bahari merupakan asset yang
sangat berharga bagi pendapatan daerah. Apabila dikaitkan dengan UndangUndang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,
maka pengembangan wisata bahari diharapkan menjadi sumber pemasukan bagi
pemerintah daerah Kota Makassar. Sektor pertanian yang menjadi tulang
punggung perekonomian Kota Makassar dari tahun ke tahun cenderung
mengalami penurunan, sedangkan sektor di luar pertanian masih belum mampu
menggantikan perannya sebagai sumber penghidupan utama penduduk Kota
Makassar.

4
Beragamnya sumberdaya yang terdapat di kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil Kota Makassar, maka sangat berpotensi untuk pengembangan wisata bahari.
Namun hal tersebut belum dapat diubah menjadi kekuatan ekonomi riil, karena
pengelolaannya belum dilakukan secara berkesinambungan. Selain itu, kerjasama
yang kongkrit antara pihak pengelola kawasan wisata dengan instansi daerah
terkait serta pihak-pihak swasta sebagai investor belum optimal. Kegiatan wisata
yang dikembangkan belum sesuai dengan potensi sumberdaya dan daya dukung
kawasan. Masalah utama pulau-pulau kecil adalah terbatasnya ketersediaan air
minum, rendahnya kondisi sosial ekonomi penduduk, isolasi daerah, ancaman
bencana alam, keterbatasan infrastruktur dan kelembagaan, serta pembuangan
limbah cair dan padat akibat pengembangan industri wisata yang tak terencana.
Dalam rangka menghindari terjadinya degradasi dan disfungsi kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota Makassar akibat tingginya aktivitas wisata
yang telah berkembang selama hampir sepuluh tahun, maka perlu dilakukan suatu
kajian pengembangan wisata bahari secara terpadu, terencana dan berkelanjutan
dengan melibatkan semua komponen stakeholder yang berkepentingan di
kawasan pulau-pulau kecil dan kawasan pesisir sehingga dapat memanfaatkan
asset yang ada secara optimal. Pengembangan wisata bahari di kawasan ini dapat
berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, saat ini
sangat perlu dilakukan penelitian pengembangan dan keberlanjutan wisata bahari.
Penelitian pengembangan dan keberlanjutan wisata bahari ini menganalisis
kesesuaian pemanfaatan dengan potensi dan daya dukung kawasan yang
diintegrasikan dengan status keberlanjutan dan strategi pengembangan. Sehingga,
pengembangan wisata bahari di Kota Makassar diharapkan tidak hanya dapat
mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan, tetapi juga dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di
Kota Makassar secara partisipatif dan menjaga keberlanjutan pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan laut. Adanya kondisi ini diharapkan tercapai keberlanjutan
pengembangan wisata bahari Kota Makassar menjadi daerah tujuan wisata bahari
unggulan dalam pengembangan wisata bahari.

5
1.2

Perumusan Masalah
Pengembangan wisata bahari dengan mengandalkan potensi alam yang ada

di kota Makassar belum bisa memberikan kontribusi yang signifikan karena
belum dikelola secara serius dan professional sehingga belum dapat memberikan
kesejahteraan pada masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut. Pengelolaan
wisata bahari yang dilaksanakan saat ini, relatif belum ada keterpaduan antar
berbagai sektor sehingga terjadi konflik pemanfaatan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan. Begitu pula, kebijakan pengembangan wisata bahari belum
terfokus dan belum mempertimbangkan aspek sosial dan ekologi secara terpadu.
Perkembangan jumlah wisatawan pada kawasan-kawasan wisata di
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar telah mengakibatkan
berbagai dampak yang sangat merugikan antara lain: pencemaran air, banyak
terjadi akumulasi sampah, kerusakan terumbu karang, memburuknya nilai-nilai
sosial budaya masyarakat setempat, dan terjadi kemacetan lalulintas di daerahdaerah wisata pada setiap hari libur.
Keterbelakangan kehidupan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil juga
disebabkan oleh minimnya ketersediaan sarana dan prasarana serta infrastruktur
yang memadai. Lemahnya kemampuan lembaga organisasi ekonomi masyarakar
pesisir dan pulau-pulau kecil juga berpengaruh terhadap rendahnya kesejahteraan
masyarakat serta kurangnya sarana dan prasarana air bersih, perhubungan,
penerangan, dan komunikasi di pulau-pulau kecil. Pengembangan kegiatan wisata
maupun penyediaan penunjang kepariwisataan khususnya di pulau-pulau kecil,
berdampak pada lingkungan fisik, sosial, budaya dan ekonomi pulau-pulau kecil
tersebut.
Upaya peningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pulaupulau kecil selama ini belum melibatkan masyarakat setempat baik dalam tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, hingga tahap evaluasi, dalam program
pembangunan.

Ketidakterlibatan

masyarakat

dalam

pembangunan

akan

membentuk sikap negatif terhadap program yang akan dilaksanakan. Di lain
pihak, pengembangan wisata bahari harus bermanfaat secara ekologis dan
ekonomis, baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat lokal.

6
Sementara itu, peraturan-peraturan yang sudah ada yang terkait dengan
pengelolaan pulau-pulau kecil, belum tentu bisa langsung diterapkan sama untuk
setiap pulau-pulau kecil. Setiap pulau memiliki karakteristik yang khas, demikian
juga dengan kegiatan wisata yang sangat beragam jenis dan skalanya. Oleh karena
itu, diperlukan pertimbangan–pertimbangan khusus dalam pengembangan
kegiatan wisata bahari di putau-pulau kecil. Perlu ditentukan pulau-pulau kecil
mana dan dengan karakteristik seperti apa yang dapat dikembangkan. Selain itu
juga perlu ditentukan peruntukan kegiatan wisata bahari seperti apa yang sesuai,
dengan pembangunan sarana dan prasarana yang juga harus direncanakan dengan
cermat.
Segenap kendala tersebut di atas, bukan berarti pesisir dan khususnya
pulau-pulau kecil tidak dapat dibangun atau dikembangkan, melainkan pola
pembangunannya harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis, tingkat pembangunan
secara keseluruhan tidak boleh melebihi daya dukung (carrying capacity) suatu
pulau dan dampak negatif pembangunan hendaknya ditekan seminimal mungkin
sesuai dengan kemampuan ekosistem pesisir dan pulaunya. Selain itu, setiap
kegiatan pembangunan yang akan dikembangkan di suatu pulau seyogyanya
memenuhi skala ekonomi yang optimal dan menguntungkan serta sesuai dengan
budaya lokal.
Upaya

meminimalkan

dampak

negatif

yang

ditimbulkan

pengembangan wisata bahari, beberapa langkah dapat ditempuh

akibat

antara lain

pengalokasian berbagai kegiatan wisata bahari dengan mempertimbangkan
kesesuaian kawasan untuk peruntukan kegiatan wisata bahari dan kemampuan
daya dukung dari kawasan untuk menyediakan lahan dan sumberdaya bagi setiap
kegiatan pembangunan. Oleh karenanya, pemanfaatan pesisir dan pulau-pulau
kecil untuk berbagai peruntukan kegiatan wisata bahari harus memperhatikan
prinsip-prinsip pengelolaan secara lestari dan berkelanjutan.
Berdasarkan uraian di atas, secara umum permasalahan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1.

Bagaimana agar potensi pesisir dan pulau-pulau kecil di Kota
Makassar dapat dikembangkan sebagai wisata bahari.

7
2.

Bagaimana agar pengembangan wisata bahari sesuai dengan potensi
yang ada serta sesuai dengan daya dukung wisata bahari.

3.

Bagaimana pengembangan wisata bahari di pesisir dan pulau-pulau
kecil Kota Makassar dapat dikelola secara berkelanjutan (sustainable
developmet) dan seseuai dengan aspirasi masyarakat lokal.

4.

Bagaimana agar kebijakan pembangunan kawasan pesisir dan pulaupulau kecil di Kota Makassar dapat menunjang pengembangan wisata
bahari.

1.3 Tujuan Penelitian
1.

Menilik potensi dan kondisi kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Kota
Makassar untuk pengembangan wisata bahari.

2.

Mengevaluasi kesesuaian dan daya dukung kawasan wisata pesisir dan
pulau-pulau kecil Kota Makassar dalam pengembangan wisata bahari.

3.

Mengevaluasi keberlanjutan pengembangan wisata bahari di kawasan
pesisir dan pulau-pulau kecil Kota Makassar.

4.

Merumuskan strategi kebijakan pengembangan wisata bahari di Kota
Makass