TAP.COM - PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL - AUSTRALIA AWARDS PDA.Ambon Yvonne
PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
2
LATAR BELAKANG
Wilayah pantai Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang sangat penting untuk dikembangkan
(ekosistem pantai )
Diperkirakan 60% atau 150 juta dari penduduk Indonesia bermukim di
wilayah pesisir.
Diperkirakan 80% lokasi industri di Indonesia terletak di wilayah pesisir,
karena akses transportasinya lebih mudah ke pusat perdagangan.
Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir telah menimbulkan
ancaman kelestarian ekosistem yang sangat kritis. Sebaliknya, ada
beberapa wilayah, potensi sumberdaya belum dimanfaatkan secara
optimal.
Laju kerusakan sumberdaya pantai telah mencapai tingkat yang sangat
mengkhawatirkan
( DENR, 2001)
AKTIVITAS PESISIR
Keanekaragaman konservasi Hayati Laut
●
●
●
●
●
Dikaruniai berbagai macam ekosistem pesisir dan
laut (pantai berpasir, goa, laguna, estuaria, hutan
mangrove, padang lamun, rumput laut, dan terumbu
karang) yang paling indah dan relatif masih
’perawan’ (pristine, unspoiled) (Mann, 1992).
Luas ekosistem terumbu karang mencapai 85.707
km2 (18% dari total luas terumbu karang didunia),.
Dihuni oleh ratusan jenis ikan hias (263 jenis).
Komunitas mangrove terluas di dunia = 4,25 juta
ha (27% luas hutan mangrove dunia = 15,9 juta
ha).
10 ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di
dunia, 6 berada di tanah air : Raja Ampat,
Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa,
dan Pulau Weh (WTO, 2000).
4
MORFOLOGI PANTAI
INDONESIA
Rocky Beach
Dune/gumuk pasir
Pantai tebing dan pantai berpasir
Panta i berbatu dan berpasir
Tombolo
Lidah Pasir
PERMASALAHAN DI WP-3-K
DEGRADASI EKOSISTEM DAN SDA
- 42% terumbu karang rusak berat,
29% rusak, 23% baik dan hanya
6% sangat baik
- Kerusakan 40% hutan mangrove
- Berkurangnya stok sumberdaya
ikan
KERAWANAN BENCANA ALAM
- Abrasi. erosi, tsunami, perubahan
iklim, dll.
PENCEMARAN LAUT DAN PESISIR
- Akibat aktivitas di daratan
maupun di laut
6
PENGELOLAAN KONSERVASI LAUT BELUM OPTIMAL
Punahnya sejumlah spesies SDI
Eksploitasi sumber daya kurang sesuai daya dukung lingkungan
KETIDAKPASTIAN DAN KEKOSONGAN HUKUM
- Konflik antar beberapa produk hukum
KONFLIK PEMANFAATAN RUANG
KEBIJAKAN MASIH BERSIFAT SEKTORAL
KURANG KETERPADUAN
RENDAHNYA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA
LEMAH PERANAN MASYARAKAT ADAT
7
Degradasi pantai akibat
pembuangan sampah
Padatnya pemukiman di wilayah pesisir
Kemiskinan
ANCAMAN BENCANA
DI WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL
BENTUK ANCAMAN BENCANA
(AKIBAT ALAM DAN MANUSIA) :
• GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
• SEA LEVEL RISE (KENAIKAN PARAS MUKA
AIR LAUT)
• ABRASI PANTAI
• BANJIR
• BADAI/ANGIN TOPAN TROPIS
Seluruh 33 propinsi di Indonesia memiliki kawasan pantai dan Kota Pesisir.
Peta ini menunjukkan bahwa setiap kota pesisir memiliki potensi kegempaan yang tidak sama. Demikian
juga dengan peluang Tsunami, air laut pasang, maupun kenaikan air laut akibat pemanasan global
Ancaman Bencana
KENAIKAN PARAS MUKA AIR LAUT
(SEA LEVEL RISE / SLR)
EROSI DAN ABRASI
Pengaruh alam
• Pengaruh pengikisan pantai
oleh ombak
• Perpindahan sedimen/material
pantai
Pengaruh manusia
• Penebangan hutan mangove
• Pengaruh adanya bangunan pantai
yang menjorok ke laut (jetty,
breakwater, groin, reklamasi)
• Penambangan material pantai
• Pengaruh pembuatan pemecah
gelombang lepas pantai
• Pengaruh pembuatan seawall
BANJIR.....
BADAI / ANGIN TOPAN TROPIS, AMBON 2006
Kerusakan akibat Gelombang Pasang di Parang Tritis, Yogyakarta, 2007
Kerusakan akibat Gelombang Pasang
di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, 2007
Tempat Pengolah Ikan di
Pelabuhan Ratu
Warung di Cisolok
PAMEKASAN - MADURA, JANUARI 2010
Sekitar 40 rumah di
pesisir utara
Pamekasan, Madura,
rusak akibat diterjang
ombak besar dan angin
kencang .
Selain merusak
puluhan rumah,
ombak besar dan angin
kencang ini juga
menjebol tanggul
(dibangun 2004)
Pengelolaan
WP3K
UU 26 / 2007
tentang Penataan
Ruang
UU 27 / 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau
Pulau Kecil
• Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Pasal 5,
UU27/2007):
– Perencanaan
– Pemanfaatan
– Pengawasan
– Pengendalian
• Perencanaan Pengelolaan WP3K (Pasal 7, Ayat 1, UU27/2007):
Rencana Strategis, Rencana zonasi, Rencana Pengelolaan dan
Rencana Aksi Pengelolaan
• Pasal 7 ayat 3, UU27/2007:
Pemerintah Daerah wajib menyusun semua rencana
sebagaimana dimaksud sesuai dengan kewenangan masingmasing.
TUJUAN UU PWP-3-K
• melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan,
dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;.
• menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
• memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga
pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar
tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan.
• meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat
melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
PENGATURAN PWP-3-K
PENYUSUNAN RENCANA ZONASI
- Membagi wilayah pesisir ke dalam zona-zona yang sesuai dengan
peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung
(compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat
bertentangan (incompatible);
- Sbg arahan pemanfaatan ruang di WP3K yg terintegrasi dng RTR
daratan;
- Mewujudkan keterpaduan, ketrkaitan dan keseimbangan dlm
pembangunan wilayah kab/kota;
- Sbg alat koordinasi perencanaan dan pemanfaatan ruang wilayah
kab/kota;
- Implementasi dari kesepakatan antar pemangku kepentingan dalam
pengelolaan khususnya pemanfaatan SDA WP-3-K.
- Sbg pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
PENGATURAN KONSERVASI
Tujuan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil :
• untuk menjaga kelestarian Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
• melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain;
• melindungi habitat biota laut;
• melindungi situs budaya tradisional.
Untuk kepentingan konservasi sebagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dapat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi.
PENGATURAN BIDANG USAHA DI PPK
BOLEH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Konservasi
Pendidikan dan Pelatihan
Penelitian dan
Pengembangan
Budidaya laut
Pariwisata
Usaha perikanan dan
kelautan dan industri
perikanan
Pertanian organik
Peternakan
DILARANG
1. Pengambilan /penambangan
terumbu karang
2. Exploitasi hutan bakau
3. Penambangan pasir
laut/darat
4. Penangkapan jenis ikan
langka dan dilindungi
5. Industri bahan kimia yang
dapat merusak lingkungan
6. Explorasi peninggalan
sejarah/purbakala
REHABILITASI
Rehabilitasi dilakukan dengan cara:
a. pengayaan sumber daya hayati;
b. perbaikan habitat;
c. perlindungan spesies biota laut agar tumbuh dan
berkembang secara alami;
d. ramah lingkungan
Rehabilitasi dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah dan/atau setiap Orang yang secara langsung atau
tidak langsung memperoleh manfaat dari Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
Untuk menjamin terselenggaranya Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu dan
berkelanjutan, dilakukan pengawasan dan/atau pengendalian
terhadap pelaksanaan ketentuan di bidang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, oleh pejabat tertentu
yang berwewenang di bidang pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan sifat pekerjaaannya dan
diberikan wewenang kepolisian khusus
CONTOH PENGATURAN KEGIATAN DI WILAYAH PESISIR DAN PPK
Konservasi
Resort
Wisata
Mendukung
Konflik
Pelabuhan
Normal
Perikanan
Budidaya
Industri
Berat
Konservasi
Resort
Wisata
Pelabuhan
Perikanan
Budidaya
Industri
berat
PENETAPAN BATAS
SEMPADAN PANTAI
Pasal 31 ayat (1)
Pemerintah Daerah menetapkan batas Sempadan Pantai yang disesuaikan
dengan karakteristik topografi, biofisik,hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain.
Penetapan batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan:
a. perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
b. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
c. perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan
bencana alam lainnya;
d. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah,
mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan
delta;
e. pengaturan akses publik; serta
f. pengaturan untuk saluran air dan limbah.
DASAR PENETAPAN BATAS SEMPADAN PANTAI
Dalam UU No. 27/2007 tentang PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, pasal 31 ayat 1 – 3.
1) Pemerintah Daerah menetapkan batas sempadan pantai yang disesuaikan
dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya serta ketentuan lain
2) Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan :
• perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami
• perlindungan pantai dari erosi dan abrasi
• perlindungan sumberdaya buatan di pesisir, dari badai, banjir, dan bencana
alam lainnya
• Perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove,
terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria dan delta
• pengaturan akses publik; serta
• pengaturan untuk saluran air dan limbah
3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai batas sempadan pantai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Presiden
PENGERTIAN SEMPADAN PANTAI
Dalam UU No 27/2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil, disebutkan bahwa sempadan
pantai adalah daratan sepanjang tepian
yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal
100 (seratus) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.
WILAYAH PESISIR
Zona Belakang
Pantai
offshore
Zona
Depan Pantai
beach
SEMPADAN
PANTAI
Kawasan lindung
Perlindungan pantai
dari ancaman bencana
Tsunami, badai tropis,
dll
Perlindungan terhadap
aktivitas manusia di
daratan
Terhadap tipe dan
ekosistem pantai
yang khas/unik
FUNGSI KAWASAN SEMPADAN PANTAI
Kawasan Sempadan Pantai dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan:
ruang terbuka hijau;
pengembangan struktur alami dan struktur buatan
untuk mencegah bencana pesisir;
kegiatan rekreasi, wisata bahari dan eko-wisata;
penelitian dan pendidikan; dan
kepentingan adat dan kearifan lokal.
pertahanan dan keamanan;
perhubungan; atau
komunikasi.
Catatan :
1. Kegiatan rekreasi tidak termasuk untuk pendirian bangunan
permanen dan/atau hotel.
2. Kepentingan adat dan kearifan lokal meliputi:
a.upacara adat;
b.upacara keagamaan;
c.hak dan kewajiban masyarakat adat
d.tradisi dan kebiasaan
Kota Ambon
PEMANFAATAN SEMPADAN PANTAI
Portugal
RENCANA PENGELOLAAN
TELUK AMBON DALAM
Latar belakang
• Menindaklanjuti implementasi Ambon Waterfront City, dimana
Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan salah satu lokasi prioritas
untuk dikembangkan
• Mewujudkan salah satu amanat UU No 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil, yaitu untuk
menyusun Rencana Zonasi, termasuk Rencana Zonasi Rinci
• Secara mikro, Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan wilayah pesisir
yang rentan akan degradasi lingkungan dan merupakan wilayah
dengan tekanan yang tinggi akibat lokasinya yang tertutup,
sehingga dibutuhkan penataan ruang yang selaras antara aspek
konservasi dan ekonomi
• Menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang di kawasan
Teluk Ambon Dalam (TAD) dan mengoptimalkan potensi
sumberdaya yang terdapat di Teluk Ambon Dalam (TAD)
Wilayah perencanaan
Permasalahan
Lingkungan
•
•
•
•
•
Sedimentasi akibat aktivitas pembukaan lahan, serta curah hujan yang tinggi , rata – rata penumpukkan
sedimen 24 mm/th
Sampah dan limbah rumah tangga
Degradasi mangrove, terumbu karang dan lamun akibat proses sedimentasi dan pembukaan lahan oleh
masyarakat
Intrusi air laut di beberapa titik, seperti di Paso dan Lateri
Terdapat beberapa spot limbah minyak dari kapal – kapal yang masuk ke Teluk Ambon Dalam
Zona I
Zona II
Ambon wfc
Rencana
Sodetan
Zona III
Zona IV
… ari bersa a e yela atka hari depa
Maluku sebagai Propinsi Kepulauan dengan RTR
yang telah disusun
Sekian
Selamat berdiskusi
PESISIR DAN
PULAU-PULAU KECIL
2
LATAR BELAKANG
Wilayah pantai Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam dan jasajasa lingkungan yang sangat penting untuk dikembangkan
(ekosistem pantai )
Diperkirakan 60% atau 150 juta dari penduduk Indonesia bermukim di
wilayah pesisir.
Diperkirakan 80% lokasi industri di Indonesia terletak di wilayah pesisir,
karena akses transportasinya lebih mudah ke pusat perdagangan.
Pemanfaatan sumberdaya alam di wilayah pesisir telah menimbulkan
ancaman kelestarian ekosistem yang sangat kritis. Sebaliknya, ada
beberapa wilayah, potensi sumberdaya belum dimanfaatkan secara
optimal.
Laju kerusakan sumberdaya pantai telah mencapai tingkat yang sangat
mengkhawatirkan
( DENR, 2001)
AKTIVITAS PESISIR
Keanekaragaman konservasi Hayati Laut
●
●
●
●
●
Dikaruniai berbagai macam ekosistem pesisir dan
laut (pantai berpasir, goa, laguna, estuaria, hutan
mangrove, padang lamun, rumput laut, dan terumbu
karang) yang paling indah dan relatif masih
’perawan’ (pristine, unspoiled) (Mann, 1992).
Luas ekosistem terumbu karang mencapai 85.707
km2 (18% dari total luas terumbu karang didunia),.
Dihuni oleh ratusan jenis ikan hias (263 jenis).
Komunitas mangrove terluas di dunia = 4,25 juta
ha (27% luas hutan mangrove dunia = 15,9 juta
ha).
10 ekosistem terumbu karang terindah dan terbaik di
dunia, 6 berada di tanah air : Raja Ampat,
Wakatobi, Taka Bone Rate, Bunaken, Karimun Jawa,
dan Pulau Weh (WTO, 2000).
4
MORFOLOGI PANTAI
INDONESIA
Rocky Beach
Dune/gumuk pasir
Pantai tebing dan pantai berpasir
Panta i berbatu dan berpasir
Tombolo
Lidah Pasir
PERMASALAHAN DI WP-3-K
DEGRADASI EKOSISTEM DAN SDA
- 42% terumbu karang rusak berat,
29% rusak, 23% baik dan hanya
6% sangat baik
- Kerusakan 40% hutan mangrove
- Berkurangnya stok sumberdaya
ikan
KERAWANAN BENCANA ALAM
- Abrasi. erosi, tsunami, perubahan
iklim, dll.
PENCEMARAN LAUT DAN PESISIR
- Akibat aktivitas di daratan
maupun di laut
6
PENGELOLAAN KONSERVASI LAUT BELUM OPTIMAL
Punahnya sejumlah spesies SDI
Eksploitasi sumber daya kurang sesuai daya dukung lingkungan
KETIDAKPASTIAN DAN KEKOSONGAN HUKUM
- Konflik antar beberapa produk hukum
KONFLIK PEMANFAATAN RUANG
KEBIJAKAN MASIH BERSIFAT SEKTORAL
KURANG KETERPADUAN
RENDAHNYA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA
LEMAH PERANAN MASYARAKAT ADAT
7
Degradasi pantai akibat
pembuangan sampah
Padatnya pemukiman di wilayah pesisir
Kemiskinan
ANCAMAN BENCANA
DI WILAYAH PESISIR
DAN PULAU-PULAU KECIL
BENTUK ANCAMAN BENCANA
(AKIBAT ALAM DAN MANUSIA) :
• GEMPA BUMI DAN TSUNAMI
• SEA LEVEL RISE (KENAIKAN PARAS MUKA
AIR LAUT)
• ABRASI PANTAI
• BANJIR
• BADAI/ANGIN TOPAN TROPIS
Seluruh 33 propinsi di Indonesia memiliki kawasan pantai dan Kota Pesisir.
Peta ini menunjukkan bahwa setiap kota pesisir memiliki potensi kegempaan yang tidak sama. Demikian
juga dengan peluang Tsunami, air laut pasang, maupun kenaikan air laut akibat pemanasan global
Ancaman Bencana
KENAIKAN PARAS MUKA AIR LAUT
(SEA LEVEL RISE / SLR)
EROSI DAN ABRASI
Pengaruh alam
• Pengaruh pengikisan pantai
oleh ombak
• Perpindahan sedimen/material
pantai
Pengaruh manusia
• Penebangan hutan mangove
• Pengaruh adanya bangunan pantai
yang menjorok ke laut (jetty,
breakwater, groin, reklamasi)
• Penambangan material pantai
• Pengaruh pembuatan pemecah
gelombang lepas pantai
• Pengaruh pembuatan seawall
BANJIR.....
BADAI / ANGIN TOPAN TROPIS, AMBON 2006
Kerusakan akibat Gelombang Pasang di Parang Tritis, Yogyakarta, 2007
Kerusakan akibat Gelombang Pasang
di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat, 2007
Tempat Pengolah Ikan di
Pelabuhan Ratu
Warung di Cisolok
PAMEKASAN - MADURA, JANUARI 2010
Sekitar 40 rumah di
pesisir utara
Pamekasan, Madura,
rusak akibat diterjang
ombak besar dan angin
kencang .
Selain merusak
puluhan rumah,
ombak besar dan angin
kencang ini juga
menjebol tanggul
(dibangun 2004)
Pengelolaan
WP3K
UU 26 / 2007
tentang Penataan
Ruang
UU 27 / 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau
Pulau Kecil
• Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Pasal 5,
UU27/2007):
– Perencanaan
– Pemanfaatan
– Pengawasan
– Pengendalian
• Perencanaan Pengelolaan WP3K (Pasal 7, Ayat 1, UU27/2007):
Rencana Strategis, Rencana zonasi, Rencana Pengelolaan dan
Rencana Aksi Pengelolaan
• Pasal 7 ayat 3, UU27/2007:
Pemerintah Daerah wajib menyusun semua rencana
sebagaimana dimaksud sesuai dengan kewenangan masingmasing.
TUJUAN UU PWP-3-K
• melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan,
dan memperkaya Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan;.
• menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah
dan Pemerintah Daerah dalam pengelolaan Sumber Daya
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
• memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga
pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam
pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil agar
tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan.
• meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya Masyarakat
melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
PENGATURAN PWP-3-K
PENYUSUNAN RENCANA ZONASI
- Membagi wilayah pesisir ke dalam zona-zona yang sesuai dengan
peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung
(compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat
bertentangan (incompatible);
- Sbg arahan pemanfaatan ruang di WP3K yg terintegrasi dng RTR
daratan;
- Mewujudkan keterpaduan, ketrkaitan dan keseimbangan dlm
pembangunan wilayah kab/kota;
- Sbg alat koordinasi perencanaan dan pemanfaatan ruang wilayah
kab/kota;
- Implementasi dari kesepakatan antar pemangku kepentingan dalam
pengelolaan khususnya pemanfaatan SDA WP-3-K.
- Sbg pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
PENGATURAN KONSERVASI
Tujuan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil :
• untuk menjaga kelestarian Ekosistem Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;
• melindungi alur migrasi ikan dan biota laut lain;
• melindungi habitat biota laut;
• melindungi situs budaya tradisional.
Untuk kepentingan konservasi sebagian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
dapat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi.
PENGATURAN BIDANG USAHA DI PPK
BOLEH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Konservasi
Pendidikan dan Pelatihan
Penelitian dan
Pengembangan
Budidaya laut
Pariwisata
Usaha perikanan dan
kelautan dan industri
perikanan
Pertanian organik
Peternakan
DILARANG
1. Pengambilan /penambangan
terumbu karang
2. Exploitasi hutan bakau
3. Penambangan pasir
laut/darat
4. Penangkapan jenis ikan
langka dan dilindungi
5. Industri bahan kimia yang
dapat merusak lingkungan
6. Explorasi peninggalan
sejarah/purbakala
REHABILITASI
Rehabilitasi dilakukan dengan cara:
a. pengayaan sumber daya hayati;
b. perbaikan habitat;
c. perlindungan spesies biota laut agar tumbuh dan
berkembang secara alami;
d. ramah lingkungan
Rehabilitasi dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah dan/atau setiap Orang yang secara langsung atau
tidak langsung memperoleh manfaat dari Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil.
Untuk menjamin terselenggaranya Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu dan
berkelanjutan, dilakukan pengawasan dan/atau pengendalian
terhadap pelaksanaan ketentuan di bidang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, oleh pejabat tertentu
yang berwewenang di bidang pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil sesuai dengan sifat pekerjaaannya dan
diberikan wewenang kepolisian khusus
CONTOH PENGATURAN KEGIATAN DI WILAYAH PESISIR DAN PPK
Konservasi
Resort
Wisata
Mendukung
Konflik
Pelabuhan
Normal
Perikanan
Budidaya
Industri
Berat
Konservasi
Resort
Wisata
Pelabuhan
Perikanan
Budidaya
Industri
berat
PENETAPAN BATAS
SEMPADAN PANTAI
Pasal 31 ayat (1)
Pemerintah Daerah menetapkan batas Sempadan Pantai yang disesuaikan
dengan karakteristik topografi, biofisik,hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya, serta ketentuan lain.
Penetapan batas Sempadan Pantai mengikuti ketentuan:
a. perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami;
b. perlindungan pantai dari erosi atau abrasi;
c. perlindungan sumber daya buatan di pesisir dari badai, banjir, dan
bencana alam lainnya;
d. perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah,
mangrove, terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria, dan
delta;
e. pengaturan akses publik; serta
f. pengaturan untuk saluran air dan limbah.
DASAR PENETAPAN BATAS SEMPADAN PANTAI
Dalam UU No. 27/2007 tentang PENGELOLAAN WILAYAH
PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, pasal 31 ayat 1 – 3.
1) Pemerintah Daerah menetapkan batas sempadan pantai yang disesuaikan
dengan karakteristik topografi, biofisik, hidro-oseanografi pesisir, kebutuhan
ekonomi dan budaya serta ketentuan lain
2) Penetapan batas sempadan pantai mengikuti ketentuan :
• perlindungan terhadap gempa dan/atau tsunami
• perlindungan pantai dari erosi dan abrasi
• perlindungan sumberdaya buatan di pesisir, dari badai, banjir, dan bencana
alam lainnya
• Perlindungan terhadap ekosistem pesisir, seperti lahan basah, mangrove,
terumbu karang, padang lamun, gumuk pasir, estuaria dan delta
• pengaturan akses publik; serta
• pengaturan untuk saluran air dan limbah
3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai batas sempadan pantai
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Presiden
PENGERTIAN SEMPADAN PANTAI
Dalam UU No 27/2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil, disebutkan bahwa sempadan
pantai adalah daratan sepanjang tepian
yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal
100 (seratus) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat.
WILAYAH PESISIR
Zona Belakang
Pantai
offshore
Zona
Depan Pantai
beach
SEMPADAN
PANTAI
Kawasan lindung
Perlindungan pantai
dari ancaman bencana
Tsunami, badai tropis,
dll
Perlindungan terhadap
aktivitas manusia di
daratan
Terhadap tipe dan
ekosistem pantai
yang khas/unik
FUNGSI KAWASAN SEMPADAN PANTAI
Kawasan Sempadan Pantai dapat dimanfaatkan untuk
kegiatan:
ruang terbuka hijau;
pengembangan struktur alami dan struktur buatan
untuk mencegah bencana pesisir;
kegiatan rekreasi, wisata bahari dan eko-wisata;
penelitian dan pendidikan; dan
kepentingan adat dan kearifan lokal.
pertahanan dan keamanan;
perhubungan; atau
komunikasi.
Catatan :
1. Kegiatan rekreasi tidak termasuk untuk pendirian bangunan
permanen dan/atau hotel.
2. Kepentingan adat dan kearifan lokal meliputi:
a.upacara adat;
b.upacara keagamaan;
c.hak dan kewajiban masyarakat adat
d.tradisi dan kebiasaan
Kota Ambon
PEMANFAATAN SEMPADAN PANTAI
Portugal
RENCANA PENGELOLAAN
TELUK AMBON DALAM
Latar belakang
• Menindaklanjuti implementasi Ambon Waterfront City, dimana
Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan salah satu lokasi prioritas
untuk dikembangkan
• Mewujudkan salah satu amanat UU No 27 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil, yaitu untuk
menyusun Rencana Zonasi, termasuk Rencana Zonasi Rinci
• Secara mikro, Teluk Ambon Dalam (TAD) merupakan wilayah pesisir
yang rentan akan degradasi lingkungan dan merupakan wilayah
dengan tekanan yang tinggi akibat lokasinya yang tertutup,
sehingga dibutuhkan penataan ruang yang selaras antara aspek
konservasi dan ekonomi
• Menghindari terjadinya konflik pemanfaatan ruang di kawasan
Teluk Ambon Dalam (TAD) dan mengoptimalkan potensi
sumberdaya yang terdapat di Teluk Ambon Dalam (TAD)
Wilayah perencanaan
Permasalahan
Lingkungan
•
•
•
•
•
Sedimentasi akibat aktivitas pembukaan lahan, serta curah hujan yang tinggi , rata – rata penumpukkan
sedimen 24 mm/th
Sampah dan limbah rumah tangga
Degradasi mangrove, terumbu karang dan lamun akibat proses sedimentasi dan pembukaan lahan oleh
masyarakat
Intrusi air laut di beberapa titik, seperti di Paso dan Lateri
Terdapat beberapa spot limbah minyak dari kapal – kapal yang masuk ke Teluk Ambon Dalam
Zona I
Zona II
Ambon wfc
Rencana
Sodetan
Zona III
Zona IV
… ari bersa a e yela atka hari depa
Maluku sebagai Propinsi Kepulauan dengan RTR
yang telah disusun
Sekian
Selamat berdiskusi